Berikut adalah beberapa terjemahan dalil yang terkandung di dalam Al-Qur'an dan Hadits tentang sifatsifat Allah: "Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan melainkan Dia" - (Q.S. Al-Baqarah : 163) Sesungguhnya Allah itu Amat Berkuasa atas segala sesuatu" - (Q.S Al-Baqarah: 20) "Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu" - (QS. Al-Baqarah : 29) "Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia" - (QS. Yasin : 82) "... Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat" - (QS. Asy-Syura : 11) "Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup, yang berdiri sendiri... " (QS. Al-Baqarah : 255) "Dialah Yang Awal (tidak berpemulaan) dan Yang Akhir (tidak berkesudahan)... " - (QS. Al-Hadid : 3)
[sunting]Sifat Sifat Wajib Wujud Qidam Baqa Mukhalafatuhu lilhawadis Qiyamuhu binafsih Wahdaniyat Qudrat Iradat Ilmu Hayat Sam'un Basar ]] Kalam Kaunuhu qaadiran Kaunuhu muriidan
20
Tulisan Arab Maksud Sifat Nafsiah Salbiah Salbiah Salbiah Salbiah Salbiah Ma'ani Ma'ani Ma'ani Ma'ani Ma'ani Ma'ani Ma'ani Sifat Mustahil Adam Huduts Fana Mumathalatuhu lilhawadith Qiamuhu bighairih Ta'addud Ajzun Karahah Jahlun Al-Maut Sami Al-Umyu Al-Bukmu Tulisan Arab[[Berkas: Maksud Tiada Baru Berubah-ubah (akan binasa) Menyerupai Berdiri-Nya dengan yang lain Lebih dari satu (berbilang) Lemah Tidak berkemauan (terpaksa) Bodoh Mati Tuli Buta Bisu Keadaan-Nya yang lemah Keadaan-Nya yang tidak menentukan
Ada Terdahulu
Kekal Berbeda dengan makhluk-Nya Berdiri-Nya dengan sendiri
sesuatu
Esa (satu)
Kuasa Berkehendak (berkemauan) Mengetahui Hidup Mendengar Melihat Berbicara
(terpaksa) Kaunuhu 'aliman Kaunuhu hayyan Kaunuhu sami'an Kaunuhu bashiiran Kaunuhu mutakalliman [sunting]Sifat
Keadaan-Nya yang bodoh Keadaan-Nya yang mati Keadaan-Nya yang tuli Keadaan-Nya yang buta Keadaan-Nya yang bisu
kesempurnaan
Dua puluh sifat yang tertera di atas yang wajib bagi Allah terkandung di dalam dua sifat kesempurnaan. Sifat tersebut adalah: Istigna' ( ) Kaya Allah daripada sekalian yang lain daripada-Nya yaitu tidak berkehendak ia kepada sesuatu. Maksudnya, Allah tidak menghendaki yang lain menjadikan-Nya dan tidak berkehendak akan tempat berdiri bagi zat-Nya. Contohnya, Allah tidak memerlukan dan tidak menghendaki malaikat untuk menciptakan Arasy. Maka, Maha suci Tuhan daripada tujuan pada sekelian perbuatan dan hukum-hukumnya dan tidak wajib bagi-Nya membuat sesuatu atau meninggalkan sesuatu. Sifatnya: wujud, qidam, baqa', mukhalafatuhu lilhawadith, qiamuhu binafsih, sama', basar, kalam, kaunuhu sami'an, kaunuhu basiran, kaunuhu mutakalliman. Iftiqar ( ) Yang lain berkehendak akan sesuatu daripada Allah yaitu yang lain berkehendakkan daripada Allah untuk menjadikan dan menentukan mereka dengan perkara yang harus. Contohnya, manusia memohon kepada Allah melancarkan hidupnya. Sifatnya: wahdaniat, qudrat, iradat, ilmu, hayat, kaunuhu qadiran, kaunuhu muridan, kaunuhu hayyan.
Disamping sifat sifat wajib dan mustahil bagi allah ada lagi sifat boleh atau sifat jaiz yang dimiliki oleh Allah. Boleh atau mungkin bagi Allah menjadikan sesuatu itu ada atau boleh atau mungkin membuatnya tidak ada, maksudnya disini boleh melakukannya atau meninggalkannya. Allah sangat berkuasa untuk membuat sesuatu atau meninggalkannya. Contohnya, boleh atau mungkin bagi Allah menciptakan langit, bumi dan matahari dll dan dilain fihak boleh atau mungkin juga bagi Allah untuk tidak menciptakannya. Tidak wajib bagi Allah membuat sesuatu seperti menghidupkan atau mematikan tapi Allah mempunyai hak muthlaq untuk memnghidupkan atau mematikan.
Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia). (al-Qashash 6) Hikmah Dan Atsar Tidak seorangpun dari makhluk Allah yang berhak untuk memaksa Allah untuk melaksanakan atau meninggalkan sesuatu. Karena Allah adalah Dzat yang Maha Kuasa, tidak bisa dipaksa atau dikuasai. Sedangkan usaha dan doa manusia hanya sekedar perantara untuk mengharap belas kasih Allah dalam mengabulkan apa yang diinginkan. Keputusan akhir adalah mutlak ada pada kekuasaa Allah.
: { }
Disamping sifat sifat wajib dan mustahil bagi Allah ada lagi sifat boleh atau sifat jaiz yang dimiliki oleh Allah, artinya boleh atau mungkin bagi Allah menjadikan sesuatu itu ada atau boleh atau mungkin juga membuatnya tidak ada, maksudnya disini boleh melakukannya atau meninggalkannya. Allah sangat berkuasa untuk memilih, membuat sesuatu atau meninggalkannya. Dan dalam pembuatan apa saja Allah itu tidak dipaksa atau terpaksa. Contohnya, boleh atau mungkin bagi Allah menciptakan langit, bumi dan matahari dll dan dilain fihak boleh atau mungkin juga bagi Allah untuk tidak menciptakannya. Tidak wajib bagi Allah membuat sesuatu seperti menghidupkan atau mematikan tapi Allah mempunyai hak muthlaq untuk memnghidupkan atau mematikan
Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang di antara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (al-Maidah: 17) Jelasnya, tidak seorangpun dari makhluk Allah yang berhak untuk memaksa Allah untuk melaksanakan atau meninggalkan sesuatu. Karena Allah adalah Dzat yang Maha Kuasa. Kekuasaanya tidak bisa dipaksa. Jika bisa dipaksa berarti wajib dilakukan. Maka mustahil bagi Allah memiliki sifat itu.
Sifat Wajib yang keempat adalah Tabligh artinya menyampaikan, mustahilnya Kitman artinya menyembunyikan. Nabi dan Rasul kedua-duanya wajib menyampaikan ajaran dan syari'at yang Allah turunkan melalui wahyu-Nya. Tidak boleh satu ayatpun yang disembunyikan, walau terkadang ayat tersebut menegur sikap atau keputusan Nabi. Maka seorang Nabi dan Rasul tidak ada yang menyembunyikan wahyu Allah dan Mereka selalu mengatakan yang benar walau seringkali kebenaran itu ditolak oleh kaum kafir. Sedangkan sifat Jaiz para Rasul adalah Basyariah artinya berkelakuan seperti manusia biasa. Nabi dan Rasul diperbolehkan makan dan minum, beristri, pergi ke pasar, tidur dan lain sebagainya. Nabi dan Rasul bukanlah Malaikat yang tidak makan dan minum. Hal ini berbeda dengan para Pendeta kaum nasrani atau Budha dan Hindu yang mereka mengharamkan dirinya untuk merasakan ni'matnya hidup dan berumahtangga.