Anda di halaman 1dari 2

C.

Iman Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Iman memegang peranan penting dalam kehidupan. Tanpa iman kehidupan manusia
seperti kapas yang diterbangkan kian kemari. Orang yang tidak beriman hidupnya akan kacau
tidak terarah. Dihanyutkan oleh hawa nafsu tanpa ada tujuan yang hakiki.Untuk memperbaiki
kehidupan manusia yang centang perenang dan hanya menggunakan ormo rimba,
diturunkanlah oleh Allah aturan yang menjaga keutuhan manusia dan keberadaannya di muka
bumi. Dengan aturan yang diberikan oleh Allah itu manusia mengetahui bahwa kehidupan itu
mempunyai tujuan.Ada akhir perjalanan kehidupan manusia di muka bumi. Semua amal
perbuatan di dunia akan dihadapkan dengan pengadilan ilahi. Siapa yang baik amal perbuatan
di dunia maka dia akan mendapat imbalan yang baik di akhirat. Siapa yang buruk amalnya di
dunia imbalannya adalah neraka.Agar manusia tidak terjerumus kepada kemaksiatan,
perbuatan buruk maka iman akan mengontrol kehidupan manusia. Iman itu adalah cahaya
yang menerangi hati, jiwa dan jantung manusia. Meteran hidup orang yang beriman selalu
berada di daerah hijau. Jika dia berada dalam zona merah, iman akan mengembalikannya ke
daerah hijau. Itulah posisi iman dalam kehidupan.

Salah satu Contoh Hadist di dalam kehidupan sehari hari yang paling sering kita
dengar dan tidak asing yaitu

“Kebersihan itu Sebagian dari Iman” (H.R Muslim)

Dalam kehidupan sehari hari kita harus menjaga kebersihan dalam bentuk
apapun,mau dalam bentuk kebersihan diri,maupun kebersihan lingkungan sekitar. Karena
selain agar terhidar dari penyakit. Allah SWT sangat menyukai orang yang menjaga
kebersihan,sebagaimana di riwayatkan dalam hadist berikut.

"Dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam: Sesungguhnya Allah SWT itu suci
yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Maha
Mulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu
bersihkanlah tempat-tempatmu." (HR. Tirmizi).

Itulah mengapa kebersihan merupakan Sebagian dari iman

D. Keteguhan Iman Sahabat Nabi

Nama Abu Bakar Ash-Shiddiq ra adalah tidak asing lagi bagi sekalian ummat Islam, baik dahulu
maupun sekarang. Dialah manusia yang dianggap paling agung dalam sejarah Islam sesudah Rasulullah
Saw. Kemuliaan akhlaknya, kemurahan hatinya dalam mengorbankan harta benda dan kekayaannya,
kebijaksanaannya dalam menyelesaikan masalah ummat, ketenangannya dalam menghadapi kesukaran,
kerendahan hatinya ketika berkuasa serta tutur bahasanya yang lembut lagi menarik adalah sukar dicari
bandingannya baik dahulu maupun sekarang. Dialah tokoh sahabat terbilang yang paling akrab dan paling
disayangi oleh Rasulullah Saw. Karena besarnya pengorbanan beliau itulah Rasulullah Saw pernah
mengatakan: “Islam telah tegak di atas harta Siti Khadijah dan pengorbanan Abu Bakar.” Beberapa
keistimewaan beliau adalah  karena  Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. adalah seorang sahabat yang terkenal
karena keteguhan imannya. Rasulullah Saw pernah menyanjungi sahabatnya itu dengan sabdanya, “Jika
ditimbang iman Abu Bakar Ash-Shiddiq dengan iman sekalian ummat maka lebih berat iman Abu Bakar“.
(H.R Al-Baihaqi)

Mengapa demikian, di antara jawabannya adalah karena beliau tidak mencintai dunia ini, cintanya
pada Allah Swt dan rasulnya melebihi apapun. Dan yang kedua adalah karena rasa takutnya pada yaumul
Hisab atau pengadilan Allah Swt: suatu ketika beliau berkata: alangkah beruntung jikalau diriku tercipta
hanya seperti selembar daun yang tidak dihisab pada hari Qiyamat nanti. Dua keadaan inilah yang
menyebabkan Nabi Saw bersabda bahwa imannya adalah paling berat di banding iman umat Islam
semuanya.

KESIMPULAN

• Kesimpulan yang dapat kita ambil dalam presentase atau judul kali ini adalah, Orang yang
beriman akan merasa bahwa segala tingkah lakunya senantiasa diawasi oleh Allah swt. Tidak
ada suatu perbuatan yang ia lakukan luput dari pengawasan Allah swt. Di samping itu, ia
selalu sadar bahwa segala perbuatan yang dilakukannya harus dipertanggung jawabkan
dihadapan-Nya, dan ia sendiri yang akan menerima akibat dari perbuatannya, baik ataupun
buruk, sekecil apapun perbuatan itu. Hal ini disinyalir Allah dalam QS. az-Zalzalah (99):
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah-pun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya
dia akan melihat (balasan)nya pula.

Anda mungkin juga menyukai