Anda di halaman 1dari 9

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang ...............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ..........................................................................................................1

C. Tujuan Masalah ..............................................................................................................1

BAB II TEORI KAJIAN.....................................................................................................2

A. Pengertian Syu’abul Iman...............................................................................................2

B. Dalil Naqli Syu’abul Iman..............................................................................................3

C. Macam-Macam Syu’abul Iman ......................................................................................4

D. Hikmah / Manfa’at Syu’abul Iman ................................................................................6

BAB III PENUTUP.............................................................................................................7

A. Kesimpulan ....................................................................................................................7

B. Saran ..............................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keimanan adalah komitmen tertinggi dalam hirarki epistemologi karena keimanan adalah
bentuk kepercayaan yang jauh melampaui empiris dan rasional yang terbatas pada indra manusia.
Padahal hakikatnya yang tak terlihat itu jauh lebih luas dan nyata keberadaannya sedangkan sejatinya
yang terlihat oleh indra itu semu karena indra itu sendiri akan lapuk dimakan waktu. Maka hanya
orang-orang yang mendapat petunjuk dari Al-Haqq yang akan beriman. Karena keimanan adalah
epistemologi yang intuitif dan berdasar pada wahyu yang tertanam pada hati. Alur kedatangannya dari
atas kebawah, sedangkan empiris dan rasional dari bawah keatas sehingga pada akhirnya kebenaran itu
akan berlabuh pada sang pencipta kebenaran itu sendiri. Belum lagi masalah tentang orang beriman dan
tidak beriman, ternyata diriwayatkan dalam hadist iman itu terdapat banyak cabangnya.
Bahkan dalam banyak sabda Rasulullah SAW mengatakan “tidak akan beriman seseorang
apabila …..”, “….adalah bagian dari iman”, “ Iman adalah ….”. ini artinya iman ini akan terwujud
melalui amal perbuatan kita, sehingga tidak cukup jika iman hanya diyakini dengan hatibdan diucapkan
dengan lisan, tetapi juga harus diamalkan dengan perbuatan.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun Rumusan Masalah dalam makalah ini adalah :
a. Apa Pengertian Syu’abul Iman ?
b. Apa Saja Macam-Macam Syu’abul Iman ?
c. Apa Hikmah dari Syu’abul Iman ?

C. TUJUAN MASALAH
Adapun Tujuan Masalah dalam makalah ini adalah :
a. Mengetahui Pengertian dari Syu’abul Iman !
b. Mengetahui Macam-Macam Syu’abul Iman !
c. Mengetahui Hikmah dari Syu’abul Iman !
BAB II
TEORI KAJIAN

A. PENGERTIAN SYU’ABUL IMAN


Pada dasarnya, setiap manusia dilahirkan dengan memiliki fitrah tentang keyakinan adanya zat
yang Maha Kuasa. Keyakinan ini dalam istilah agama disebut dengan iman. Dalam hal ini manusia
telah menyatakan keimanannya kepada Allah Swt sejak masih berada di alam ruh. Iman mempunyai 6
pilar atau biasa disebut dengan rukun iman, antara lain adalah :
1) Iman kepada Allah SWT
2) Iman kepada Malaikat-Malaikat Allah SWT
3) Iman Kepada Kitab-Kitab Allah SWT
4) Iman Kepada Nabi dan Rasul Allah SWT
5) Iman Kepada Hari Akhir (Kiamat) 6. Iman Kepada Qada dan Qadar Allah SWT.
Syu’ab Al Iman (Syu'abul Iman) diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai “cabang-
cabang iman” (syu’ab= cabang). Menurut Syeikh Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawi dalam kitab
Qamiuth-Thughyan ‘ala Manzhumati Syu’abu al-Iman, iman yang terdiri dari enam pilar seperti
tersebut di atas, memiliki beberapa bagian (unsur) dan perilaku yang dapat menambah amal manusia
jika dilakukan semuanya, namun juga dapat mengurangi amal manusia apabila ditinggalkan.
Terdapat 77 cabang iman, di mana setiap cabang merupakan amalan atau perbuatan yang harus
dilakukan oleh seseorang yang mengaku beriman (mukmin). Tujuh puluh tujuh cabang itulah yang
disebut dengan syu’abul iman. Bilamana 77 amalan tersebut dilakukan seluruhnya, maka telah
sempurnalah imannya, namun apabila ada yang ditinggalkan, maka berkuranglah kesempurnaan
imannya. Jika setiap muslim mampu menghayati dan mengamalkan tiap-tiap cabang iman yang
berjumlah 77 tersebut, maka niscaya ia akan merasakan nikmat dan lezatnya mengimplementasikan
hakikat iman dalam kehidupan. 77 cabang iman tersebut adalah :
 Iman kepada Allah Azza wa Jalla  Menyebarkan ilmu, berdasarkan firman Allah
 Iman kepada para rasul Allah seluruhnya : “Agar engkau menjelaskannya kepada
 Iman kepada para malaikat manusia dan tidak menyembunyikannya”
 Iman kepada Al-Qur’an dan segenap kitab  Mengagungkan Al-Qur’an, dengan cara
suci yang telah diturunkan sebelumnya mempelajari dan mengajarkannya, menjaga
 Iman bahwa qadar – yang baik ataupun yang hukum-hukumnya, mengetahui halal
buruk – adalah berasal dari Allah haramnya, memuliakan para ahli dan huffazh-
 Iman kepada Hari Akhir nya, serta takut pada ancaman-ancamannya
 Iman kepada Hari Berbangkit sesudah mati  Thaharah
 Iman kepada Hari Dikumpulkannya Manusia  Sholat lima waktu
sesudah mereka dibangkitkan dari kubur  Zakat
 Iman bahwa tempat kembalinya mukmin  Puasa
adalah Surga, dan bahwa tempat kembali  I’tikaf
orang kafir adalah Neraka  Haji
 Iman kepada wajibnya mencintai Allah  Jihad
 Iman kepada wajibnya takut kepada Allah  Menyusun kekuatan fii sabilillah
 Iman kepada wajibnya berharap kepada Allah  Tegar di hadapan musuh, tidak lari dari
 Iman kepada wajibnya tawakkal kepada medan peperangan
Allah  Menunaikan khumus
 Iman kepada wajibnya mencintai Nabi saw  Membebaskan budak dalam rangka
 Iman kepada wajibnya mengagungkan dan mendekatkan diri kepada Allah
memuliakan Nabi saw  Menunaikan kaffarat wajib : kaffarat
 Cinta kepada din, sehingga ia lebih suka pembunuhan, kaffarat zhihar, kaffarat
terbebas dari Neraka daripada kafir sumpah, kaffarat bersetubuh di bulan
 Menuntut ilmu, yakni ilmu syar’i Ramadhan ; demikian pula fidyah
 Menepati akad
 Mensyukuri nikmat Allah  Berakhlaq mulia 58. Berlaku ihsan kepada
 Menjaga lisan para budak
 Menunaikan amanah  Budak yang menunaikan kewajibannya
 Tidak melakukan pembunuhan dan kejahatan terhadap majikannya
terhadap jiwa manusia  Menunaikan kewajiban terhadap anak dan
 Menjaga kemaluan dan kehormatan diri isteri
 Menjaga diri dari mengambil harta orang lain  Mendekatkan diri kepada ahli din, mencintai
secara bathil mereka, dan menyebarkan salam diantara
 Menjauhi makanan dan minuman yang mereka
haram, serta bersikap wara’ dalam masalah  Menjawab salam
tersebut  Mengunjungi orang yang sakit
 Menjauhi pakaian, perhiasan, dan perabotan  Mensholati mayit yang beragama Islam
yang diharamkan oleh Allah  Mendoakan orang yang bersin
 Menjauhi permainan dan hal-hal sia-sia yang  Menjauhkan diri dari orang-orang kafir dan
bertentangan dengan syariat Islam para pembuat kerusakan, serta bersikap tegas
 Sederhana dalam penghidupan (nafkah) dan terhadap mereka
menjauhi harta yang tidak halal  Memuliakan tetangga
 Tidak benci, iri, dan dengki  Memuliakan tamu
 Tidak menyakiti atau mengganggu manusia  Menutupi kesalahan (dosa) orang lain
 Ikhlas dalam beramal karena Allah semata,  Sabar terhadap musibah ataupun kelezatan
dan tidak riya’ dan kesenangan
 Senang dan bahagia dengan kebaikan, sedih  Zuhud dan tidak panjang angan-angan
dan menyesal dengan keburukan  Ghirah dan Kelemahlembutan
 Segera bertaubat ketika berbuat dosa  Berpaling dari perkara yang sia-sia
 Berkurban : hadyu, idul adh-ha, aqiqah  Berbuat yang terbaik
 Menaati ulul amri  Menyayangi yang lebih muda dan
 Berpegang teguh pada jamaah menghormati yang lebih tua
 Menghukumi diantara manusia dengan adil  Mendamaikan yang bersengketa
 Amar ma’ruf nahi munkar  Mencintai sesuatu untuk saudaranya
 Tolong-menolong dalam kebaikan dan taqwa sebagaimana ia juga mencintainya untuk
 Malu dirinya sendiri, dan membenci sesuatu untuk
 Berbakti kepada kedua orang tua saudaranya sebagaimana ia juga
 Menyambung kekerabatan (silaturrahim) membencinya untuk dirinya sendiri.

Syu’ Abul Iman adalah sebuah istilah dalam Islam yang merujuk pada pengucapan kalimat
“Ashhadu anna Laa ilaaha illa Allah wa ashhadu anna Muhammadan Rasulullah”. Kalimat ini dikenal
sebagai syahadat, dan merupakan kewajiban bagi setiap muslim untuk mengucapkannya sebagai tanda
keimanan kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.

B. DALIL NAQLI SYU’ABUL IMAN


1. Al-Qur’an
“Dan (ingatlah) Ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam
keturunan mereka dan Allah Swt mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman)
“Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi”
(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat tidak mengatakan, “sesungguhnya ketika itu
kami lengah terhadap ini”. (Q.S : Al-A’raf : 172)
“Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat
kembali yang baik.” (QS. Ar-Ra'd Ayat: 29)
Dan demikian (pulalah) Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Quran). Maka orang-orang
yang telah kami berikan kepada mereka Al-Kitab (Taurat) mereka beriman kepadanya (Al-Quran); dan
di antara mereka (orang-orang kafir Mekah) ada yang beriman kepadanya. Dan tiadalah yang
mengingkari ayat-ayat kami selain orang-orang kafir. (Q.S. Al-‘Ankabuut : 47) Dan demikian
(pulalah) Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Quran). Maka orang-orang yang telah kami berikan
kepada mereka Al-Kitab (Taurat) mereka beriman kepadanya (Al-Quran); dan di antara mereka
(orang-orang kafir Mekah) ada yang beriman kepadanya. Dan tiadalah yang mengingkari ayat-ayat
kami selain orang-orang kafir. (Q.S. Al-‘Ankabuut : 47)

2. Al-Hadits
Amalan-amalan yang merupakan cabang dari iman sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad
Saw. yang diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Hurairah RA yang artinya : “Dari Abu Hurairah
ra.berkata, Rasulullah Saw. bersabda: Iman itu 77 (tujuh puluh tujuh) lebih cabangnya, yang paling
utama adalah mengucapkan laa ilaha illallah, dan yang paling kurang adalah menyingkirkan apa yang
akan menghalangi orang di jalan, dan malu itu salah satu dari cabang ima”. (HR. Muslim)
Sabda Rasulullah Saw yang lain terkait dengan cabang-cabang iman yang artinya adalah
sebagai berikut : “Dari Anas r.a., dari Nabi Saw. beliau bersabda, tiga hal yang barang siapa ia
memilikinya, maka ia akan merasakan manisnya iman. (yaitu) menjadikan Allah Swt. dan Rasul-Nya
lebih dicintai dari selainnya, mencintai (sesuatu) semata-mata karena Allah Swt. dan benci kepada
kekufuran, sebagaimana bencinya ia jika dilempar ke dalam api neraka”. (HR. Bukhari Muslim).

C. MACAM-MACAM SYU’ABUL IMAN


Terdapat beberapa ahli hadis yang menulis risalah mengenai syu’abul iman atau cabang-cabang
iman. Di antara para ahli hadis tersebut adalah :
1. Imam Baihaqi RA yang menuliskan kitab Syu’bul Iman
2. Abu Abdilah Halimi RA dalam kitab Fawaidul Minhaj
3. Syeikh Abdul Jalil RA dalam kitab Syu’bul Iman
4. Imam Abu Hatim RA dalam kitab Washful Iman wa Syu’buhu
Para ahli hadis ini menjelaskan dan merangkum 77 cabang keimanan tersebut menjadi 3
kategori atau golongan berdasarkan pada hadis Ibnu Majah yang artinya:
“Dari Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, Rasulullah Saw. bersabda: iman adalah tambatan hati, ucapan
lisan dan perwujudan perbuatan” (H.R. Ibnu Majah)
Dengan kata lain, dimensi dari keimanan itu menyangkut tiga ranah yaitu :
1. Ma’rifatun bil qalbi yaitu meyakini dengan hati
2. Iqrarun bil lisan yaitu diucapkan dengan lisan
3.‘Amalun bil arkan yaitu mengamalkannya dengan perbuatan anggota badan.
Dari pengelompokan berdasarkan dimensi keimanan tersebut, maka syu’abul iman dibagi
menjadi tiga bagian yang meliputi:
1. Niat, akidah dan hati Cabang iman yang berkaitan dengan niat, aqidah dan hati antara lain :
 Iman kepada Allah Swt  Mencintai Rasulullah Saw. dan yang
 Iman kepada malaikat Allah Swt. memuliakannya
 Iman kepada kitab-kitab Allah Swt  Ikhlas, tidak riya dan menjauhi sifat munafiq
 Iman kepada rasul-rasul Allah Swt  Bertaubat, menyesal dan janji tidak akan
 Iman kepada takdir baik dan takdir buruk mengulang suatu perbuatan dosa
Allah Swt  Takut kepada Allah Swt.
 Iman kepada hari akhi  Selalu mengharapkan rahmat Allah Swt.
 Iman kepada kebangkitan setelah kematian  Tidak berputus asa dari rahmat Allah Swt.
 Iman bahwa manusia akan dikumpulkan di  Syukur nikmat
Yaumul Mahsyar setelah harikebangkitan  Menunaikan amanah
 Iman bahwa orang mukmin akan tinggal di  Sabar
surga, dan orang kafir akan tinggal di neraka  Tawadlu dan menghormati yang lebih tua
 Mencintai Allah Swt.  Kasih sayang termasuk mencintai anak-anak
 Mencintai dan membenci karena Allah Swt keci
 Rida dengan takdir Allah Swt
 Tawakkal  Tidak mudah marah
 Meninggalkan sifat takabur dan  Tidak menipu, tidak suudzan dan tidak
menyombongkan diri merencanakan keburukan kepada siapapun
 Tidak dengki dan iri hati  Menanggalkan kecintaan kepada dunia,
 Rasa Malu termasuk cinta harta dan Jabatan

2. Lisan / Ucapan
Cabang Iman yang Berkaitan dengan Lisan antara lain :
 Membaca kalimat thayyibah (kalimat-kalimat yang baik)
 Membaca kitab suci Al-Qur`an
 Belajar dan menuntut ilmu
 Mengajarkan ilmu kepada orang lain
 Berdoa Dzikir kepada Allah Swt. termasuk istighfar
 Menghindari bacaan yang sia-sia

3. Seluruh Anggota Badan / Perbuatan


Cabang Iman yang Berhubungan dengan Perbuatan dan Anggota Badan yaitu :
 Bersuci atau thaharah termasuk di dalamnya  Menjalin silaturahmi
kesucian badan, pakaian dan tempat tinggal  Taat dan patuh kepada orang tua atau yang
 Menegakkan shalat baik salat fardu, salat dituakan dalam agama
sunah maupun mengqadla salat  Menegakkan pemerintahan yang adil
 Bersedekah kepada fakir miskin dan anak  Mendukung seseorang yang bergerak dalam
yatim, membayar zakat fitrah dan zakat mal, kebenaran
 memuliakan tamu serta membebaskan budak.  Menaati hakim (pemerintah) dengan catatan
 Menjalankan puasa wajib dan sunah. tidak melanggar syariat
 Melaksanakan haji bagi yang mampu.  Memperbaiki hubungan muamalah dengan
 Beri’tikaf di dalam masjid, termasuk di sesame
antaranya adalah mencari lailatul qadar  Menolong orang lain dalam kebaikan
 Menjaga agama dan bersedia meninggalkan  Amar ma’ruf nahi munkar
rumah untuk berhijrah beberapa waktu  Menegakkan hukum Islam
tertentu  Berjihad mempertahankan wilayah
 Menyempurnakan dan menunaikan nazar perbatasan
 Menyempurnakan dan menunaikan sumpah  Menunaikan amanah termasuk mengeluarkan
 Menyempurnakan dan menunaikan kafarat 1/5 harta rampasan perang
 Menutup aurat ketika sedang salat maupun  Memberi dan membayar hutang
ketika tidak salat  Memberikan hak-hak tetangga dan
 Melaksanakan kurban memuliakannya
 Mengurus perawatan jenazah  Mencari harta dengan cara yang halal
 Menunaikan dan membayar hutang  Menyedekahkan harta, termasuk juga
 Meluruskan muamalah dan menghindari riba menghindari sifat boros dan kikir
 Menjadi saksi yang adil dan tidak menutupi  Memberi dan menjawab salam
kebenaran  Mendoakan orang yang bersin
 Menikah untuk menghindarkan diri dari  Menghindari perbuatan yang merugikan dan
perbuatan keji dan haram menyusahkan orang lain
 Menunaikan hak keluarga, dan sanak kerabat,  Menghindari permainan dan senda gurau
serta hak hamba sahaya  Menyingkirkan benda-benda yang
 Berbakti dan menunaikan hak orang tua mengganggu di jalan.
 Mendidik anak-anak dengan pola asuh dan
pola didik yang baik
D. HIKMAH / MANFA’AT SYU’ABUL IMAN
Sebagai umat muslim, sudah sepatutnya kita beriman. Tetapi, untuk menerapkan keimanan
tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Ada banyak godaan dan tantangan yang merintangi.
Berikut ini adalah beberapa hikmah dan manfaat iman dan pengaruh iman pada kehidupan manusia.
1. Iman Menghilangkan Sifat Kepercayaan Manusia Terhadap Makhluk Orang yang beriman hanya
percaya kepada Allah Swt. Jika Allah Swt. berkehendak memberikan pertolongan maka tidak ada
kekuatan apapun yang mampu menghalangi-Nya,
2. Iman Menanamkan Sikap Tidak Takut Menghadapi Kematian Dalam kehidupan saat ini, banyak
manusia yang takut menyampaikan kebenaran karena takut menghadapi risiko termasuk risiko
kematian.
3. Iman Akan Membuat Seorang Mukmin Memiliki Jiwa Yang Tenang Tidak ada seorang pun yang
akan luput dari ujian dan musibah dalam kehidupan.
4. Iman Mewujudkan Kehidupan Yang Lebih Baik Dan Berkualitas Kehidupan yang baik bagi seorang
mukmin adalah kehidupan yang senantiasa hanya berisi hal-hal yang baik. Hal ini sesuai dengan
firman Allah Swt. dalam QS. an-Nahl : 97 yang artinya : “Barangsiapa mengerjakan kebajikan,
baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari
apa yang telah mereka kerjakan."
5. Iman Menumbuhkan Sikap Ikhlas Keyakinan terhadap rida Allah Swt. akan mempengaruhi
seseorang untuk senantiasa melakukan sesuatu dengan penuh keikhlasan.. sebagaimana firman Allah
Swt. dalam QS. al-An’am : 162 yang artinya : “Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya salatku,
ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Swt. Tuhan seluruh alam”
6. Iman Mendatangkan Keberuntungan Orang yang beriman adalah orang yang beruntung dalam
hidupnya karena selalu berjalan di arah yang benar. sesuai dengan firman Allah Swt. dalam QS. al-
Baqarah : 5 yang artinya : “Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan mereka itulah
orang-orang yang beruntung”
7. Iman mencegah penyakit jasmani dan rohani Akhlak tingkah laku dan perbuatan seorang mukmin
akan senantiasa dikendalikan oleh iman.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam perkembangan saat ini dengan media sosial seperti facebook, instagram,twitter, internet,
film dan sebagainya membuat para orang tua maupun pendidikkhawatir akan merusak akhlak generasi
muda. Dengan adanya hal tersebut sumberdaya manusia dipertanyakan terutama dalam hal keimanan
dan akhlak yang menjadiujung tombak kemajuan suatu Negara. Belum ada tanggung jawab yang
dimiliki siswa dalam memutuskanperbuatannya. Siswa dalam dunia pendidikan untuk mendapatkan
suatupembelajaran yang di dalamnya terjadi proses belajar mengajar. Namun, apabila siswa belum
melaksanakan kegiatan belajar mengajar seperti bolos sekolah, mencontek saat ujian, datang terlambat
ke sekolah dan sebagainya, hal ini menandakan kurangnya sikap tanggung jawab yang dimiliki siswa
tersebut. Oleh sebab itu “Peran Syu'abul Iman Dalam Menata Kehidupan” menjadi salah satu faktor
dalam merubah hal-hal yang negatif ke arah yang positif terutama dalampembiasaan sikap yang baik.
Membiasakan sikap disiplin dan tanggung jawab bertujuan untuk melatih agarsiswa terbiasa bersikap
disiplin dan tanggung jawab serta membentuk orangorangyang baik, keras kemauan, perubahan pola
pikir, memiliki karakter, unggul, danteladan yang mampu memberikan contoh dan manfaat yang baik
kepada lingkungan. Dengan pendidikan akhlak siswa akan dapat membudayakan sikap disiplin
dantanggung jawab sehingga menjadi bagian dari jiwa pada tubuh mereka. Denganmengedepakan
akhlak mulia siswa mampu bekerja dengan ikhlas serta dapat menjadi manusia yang madani yang taat
terhadap hukum.

B. SARAN
Manusia diciptakan lemah. Sehingga tidak menutup kemungkinan dalam makalah ini terdapat
banyak kesalahan. Baik dari segi penulisan, EYD, maupun isinya. Sehingga diharapkan kepada
pembaca untuk dapat memberikan kritik dan saran agar dapat menjadi lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Ayat-ayat Al-Qur’an Tentang Keutamaan Beriman Dan Beramal Shaleh - Bacaan Madani |
Bacaan Islami dan Bacaan Masyarakat Madani

Cabang-cabang-Iman - iman - MAKALAH AGAMA CABANG-CABANG IMAN Guru


Pengampu: Eka Melanti Eyato, S,Pd - Studocu

Daftar Hikmah dan Manfaat Syua'bul Iman dalam Islam (tirto.id)

Definisi, Dalil dan Macam-macam Syu'abul Iman (tirto.id) Hikmah dan Manfaat Syu’abul Iman
dan Pengaruhnya Pada Kehidupan Manusia (markombur.com)

Peran Syu'abul Iman Dalam Menata Kehidupan | PDF (scribd.com)

Syu’banul Iman, Pengertian, Dalil Naqli, Macam, Cabang, Tanda (wislah.com) √

Pengertian Syu' Abul Iman dan Keutamaannya dalam Islam (ikatandinas.com)

Anda mungkin juga menyukai