HR. Ibnu
Al – Isra : 27 Al – Furqan : 67 Majah dari Al An’am :141
Ibnu Umar
03
keinginannya.
Dalam firman Allah SWT pada QS. Israa’ ayar: 26-27, sifat pemboros merupakan suatu sifat
yang harus dijauhkan dari kehidupan seoseorang karena syaitan telah masuk untuk
menggoda hawa nafsu yang akan terus berada dalam hati kita, maka bahaya hidup
boros dalam islam inilah yang sangat dibenci Allah SWT
4. Bagaimana cara menghindarinya
dalam Quran surat Al A'raf ayat 31 berfirman,
ٰﯾﺒَِﻨ ْٓﻲ ٰادََم ُﺧﺬُْوا ِزْﯾﻨَﺘ َُﻜْﻢ ِﻋْﻨﺪَ ُﻛِّﻞ َﻣْﺴِﺠٍﺪ ﱠوُﻛﻠُْﻮا َواْﺷَﺮﺑُْﻮا َوَﻻ ﺗ ُْﺴِﺮﻓُْﻮۚا ِاﻧﱠٗﮫ َﻻ ﯾُِﺤ ﱡ
ﺐ اْﻟُﻤْﺴِﺮﻓِْﯿَﻦ
Artinya: Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid,
makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang
berlebih-lebihan.
1. Memiliki sikap syukur yang tinggi agar tidak 3. Menghindari pergaulan dengan orang-
memboroskan harta yang kita terima orang yang memiliki sifat tabzir agar
tidak terjerumus
2. Menambah keimanan yang kuat bahwa 4. Bersedekah dan berinfak di jalan Allah
tabzir adalah perilaku setan Subhanahu wa ta’ala.
02
Riya
1. Pengertian
2. Dalil Naqli
3. Mengapa perilaku tersebut tercela dan
apa akibatnya
4. Bagaimana cara menghindarinya
Riya
1. Pengertian Riya
ﺻﺪَﻗَﺎﺗُِﻜْﻢ ﺑِﺎْﻟَﻤ ِّﻦ َواْﻷ َذَٰى َﻛﺎﻟﱠِﺬي ﯾُْﻨِﻔُﻖ َﻣﺎﻟَﮫُ ِرﺋ َﺎَء اﻟﻨﱠﺎِس
َ ﯾَﺎ أ َﯾﱡَﮭﺎ اﻟﱠِﺬﯾَﻦ آَﻣﻨُﻮا َﻻ ﺗ ُْﺒِﻄﻠُﻮا
ﺻﺎﺑَﮫُ َواﺑٌِﻞَ َ ب ﻓَﺄٌ ﻋﻠَْﯿِﮫ ﺗ َُﺮا َ ِ َواْﻟﯿَْﻮِم اْﻵِﺧِﺮ ۖ◌ ﻓََﻤﺜ َﻠُﮫُ َﻛَﻤﺜ َِﻞOَوَﻻ ﯾُْﺆِﻣُﻦ ﺑِﺎﱠ
َ ﺻْﻔَﻮاٍن
ُ َﻻ ﯾَْﮭِﺪي اْﻟﻘَْﻮَم اْﻟَﻜﺎِﻓِﺮﯾَﻦh ﺴﺒُﻮا ۗ◌ َو ﱠ
َ ﺷْﻲٍء ِﻣﱠﻤﺎ َﻛ َ ﻋﻠَٰﻰَ ﺻْﻠﺪًا ۖ◌ َﻻ ﯾَْﻘِﺪُروَن َ ُﻓَﺘ ََﺮَﻛﮫ
“Dan (juga) orang-orang yang menafkankan harta-harta mereka karena riya
kepada manusia, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan
kepada hari kemudian. Barangsiapa yang mengambil syaitan itu menjadi
temannya, maka syaitan itu adalah teman yang seburuk-buruknya.”
QS. AN NISA : 38
َواﻟﱠِﺬﯾَﻦ ﯾُْﻨِﻔﻘُﻮَن أ َْﻣَﻮاﻟَُﮭْﻢ ِرﺋ َﺎَء اﻟﻨﱠﺎِس َوَﻻ
ﯾُْﺆِﻣﻨُﻮَن ِﺑﺎﱠ=ِ َوَﻻ ِﺑﺎْﻟﯿَْﻮِم اْﻵِﺧِﺮ ۗ◌ َوَﻣْﻦ
ﺴﺎَء ﻗَِﺮﯾﻨًﺎ َ ﺸْﯿ
َ َﻄﺎُن ﻟَﮫُ ﻗَِﺮﯾﻨًﺎ ﻓ ﯾَُﻜِﻦ اﻟ ﱠ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala)
sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si
penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada
manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka
perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian
batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah).
Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.”
QS. AL MAUN : 6
ُ ﱠ
اﻟِﺬﯾَﻦ ھْﻢ ﯾَُﺮاُءوَن
“Orang-orang yang berbuat riya.”
QS. AL ANFAL : 47
Riya’ juga merupakan dosa besar karena tergolong dalam Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah RA, dan diriwayatkan
perbuatan syirik yang mendatangkan murka Allah SWT. oleh Imam Muslim, Rasulullah SAW mengabarkan bahwa
Balasannya tidak lain adalah siksa api neraka Riya’ dapat golongan yang pertama kali dihisab adalah yang mati syahid,
menimpa siapa saja bahkan termasuk orang mukmin yang mempelajari dan mengajarkan ilmu, dan bersedekah, Akan
shaleh dan shalehah sekalipun. Allah SWT justru melempar ketiganya ke dalam api neraka
karena amal ibadah yang mereka lakukan tidak dengan niat
kepada Allah SWT. Firman Allah SWT yang artinya;
Perbuatan riya’ termasuk ke dalam syirik kecil sehingga “Dan apabila mereka (kaum munafikin) berdiri mengerjakan
dilarang oleh agama Islam dan hukumnya adalah haram. shalat, maka mereka berdiri dalam keadaan malas dan riya’ di
Riya’ berbahaya karena merupakan salah satu daripada hadapan manusia dan tidaklah mereka mengingat Allah kecuali
penyakit hati yang menjadikan seseorang masuk dalam sedikit sekali.” (Q. S. An Nisa ayat 142).
golongan orang munafik. .
.
Sadar bahwa yang menentukan Tumbuhkan rasa takut bahwa ibadah
baik atau buruk, surga atau akan ditolak jika tidak dikerjakan
neraka, hanyalah Allah SWT enggan ikhlas hanya kepada Allah SWT
Memperbanyak bersyukur
Belajar untuk ikhlas
àYakin dengan sepenuh hati bahwa apa yang
à sesuatu yang menyengajakan suatu perbuatan karena Allah kita capai dan kita dapatkan semua itu tatkala
SWT. dan mengharapkan ridha-Nya serta memurnikan dari berasal dari Allah dan atas kehendak juga
segala macam kotoran dan godaan kuasanya
Sum’ah
1. Pengertian
2. Dalil Naqli
3. Mengapa perilaku tersebut tercela
dan apa akibatnya
4. Bagaimana cara menghindarinya
1. Pengertian Sum’ah
● Sum’ah merupakan sikap seorang muslim yang
membicarakan atau memberitahukan amal shalihnya
-yang sebelumnya tidak diketahui atau tersembunyi-
kepada manusia lain agar dirinya mendapatkan
kedudukan dan/atau penghargaan dari mereka, atau
mengharapkan keuntungan materi.
Izzudin bin Abdussalam yang membedakan • Kata sum’ah ( )اﻟﺴﻤﻌﺔberasal dari kata ﺳّﻤﻊsamma’a
antara riya dan sum’ah. Bahwa riya adalah sikap (memperdengarkan) kalimat samma’an naasa bi
seseorang yang beramal bukan untuk Allah; ‘amalihi digunakan jika seseorang menampakkan
sedangkan sum’ah adalah sikap seseorang yang
menyembunyikan amalnya untuk Allah, namun ia amalnya kepada manusia yang semula tidak
bicarakan hal tersebut kepada manusia. mengetahuinya.
2. Dalil Naqli Mengenai Sum’ah
2. HR. Bukhari
Rasulullah SAW juga memperingatkan dalam haditsnya:
“Siapa yang berlaku sum’ah maka akan diperlakukan dengan sum’ah oleh Allah
dan siapa yang berlaku riya maka akan dibalas dengan riya.”(HR. Bukhari)
Penjelasan hadits diatas adalah, Diperlakukan dengan sum’ah oleh Allah maksudnya
adalah diumumkan aib-aibnya di akhirat. Sedangkan dibalas dengan riya artinya
diperlihatkan pahala amalnya, namun tidak diberi pahala kepadanya.
3. Mengapa perilaku tersebut tercela dan apa
akibatnya
Mengapa perilaku Sum’ah tercela :
sikap sum’ah itu senang mendengar atau memperdengarkan amalan baik yang pernah kita lakukan.
Nah, lebih parah jika ada orang yang merasa bangga ketika perbuatan maksiatnya disebut-sebut orang
dan dia berusaha untuk memberikan image bahwa dirinya memang pernah berbuat dosa dan merasa
bangga dengan dosa-dosa tersebut. Melakukan Sum’ah sama dengan membuka aib sendiri, dan itu
merupakan hal tercela
Memperbanyak
meminta ampun pada
Allah
03
Takabur
1. Pengertian
2. Dalil Naqli
3. Mengapa perilaku tersebut tercela dan apa akibatnya
4. Bagaimana cara menghindarinya
1. Pengertian Takabur
• Sifat takabur secara kebahasaan berasal dari kata kabura yang artinya besar. Sedangkan
orang yang memiliki sifat takabur merupakan orang orang yang hidup dengan membanggakan
dirinya sendiri dan menganggap tidak ada orang lain yang leih besar selain dirinya. Maka dari
itu sifat takabur ini menjadi sifat yang dibenci oleh Allah SWT. Ciri ciri takabur sendiri pada
dasarnya dapat kita lihat secara langsung seperti tidak bisa menerima kebenaran yang datang
selain dari dirinya sendiri, suka meremehkan orang lain, dan lain sebagainya.
1. QS Al – Luqman : 18
ب ﻛُﱠل
َﻻ ﯾ ُِﺣ ﱡc ِ ﺻ ِﻌّْر َﺧد ﱠَك ِﻟﻠﻧﱠﺎِس َوَﻻ ﺗ َْﻣِش ِﻓﻲ اْﻷ َْر
َ ض َﻣَرًﺣﺎ ۖ ِإﱠن ا ﱠ َ ُ َوَﻻ ﺗ
ُﻣْﺧﺗ َﺎٍل َﻓُﺧوٍر
"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
2. QS. Al Qashash 83
ُ ﺳﺎدًا ۚ َواْﻟﻌَﺎِﻗﺑَﺔ ِ وا ِﻓﻲ اْﻷ َْرnُ ِﺗْﻠَك اﻟد ﱠاُر اْﻵِﺧَرة ُ ﻧَْﺟﻌَﻠ َُﮭﺎ ِﻟﻠﱠِذﯾَن َﻻ ﯾ ُِرﯾد ُوَن ﻋُﻠ
َ ض َوَﻻ َﻓ
ِﻟْﻠُﻣﺗ ﱠِﻘﯾَن
“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin
menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan
(yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”
2. Dalil Naqli mengenai Takabur
3. Qs. Al Isra’ 37
ض َوﻟَْن ﺗ َْﺑﻠ َُﻎ اْﻟِﺟﺑَﺎَل طُوًﻻ ِ َوَﻻ ﺗ َْﻣِش ِﻓﻲ اْﻷ َْر
َ ض َﻣَرًﺣﺎ ۖ ِإﻧﱠَك ﻟَْن ﺗ َْﺧِرَق اْﻷ َْر
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena
sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali
kamu tidak akan sampai setinggi gunung.”
2. Berusaha selalu rendah hati atau bersikap 4. Selalu berusaha menghormati dan menghargai
tawadhu di depan Allah dan sesama manusia orang lain
2. Berusaha selalu rendah hati atau bersikap 4. Selalu berusaha menghormati dan menghargai
tawadhu di depan Allah dan sesama manusia orang lain
àMenunduk kepada kebenaran dan menerimanya dari àSelalu bersikap sopan santun kepada siapa
siapa pun datangnya, baik dalam keadaan suka maupun saja tanpa memandang apapun
tidak suka
Menurut Imam al-Ghazali hasad memiliki dua tingkatan: pertama, Anda tidak
suka orang lain mendapatkan ni’mat dan Anda ingin menghilangkannya; kedua,
keinginan memperoleh ni’mat serupa yang dimiliki orang lain, tanpa bermaksud
atau berharap hilangnya ni’mat itu pada orang lain, ini yang biasa disebut dengan
istilah ghibhah.
2. Dalil Naqli Mengenai Hasad
1. Q.S An-Nisa ayat 32
ﺳﺎِء َ َ ب ِﻣﱠﻣﺎ اْﻛﺗ
َ ّﺳﺑ ُوا ۖ َوِﻟﻠ ِﻧ ٌ ﺻﯾِ َض ۚ ِﻟﻠِّرَﺟﺎِل ﻧ ٍ ﺿﻛُْم َﻋﻠَٰﻰ ﺑَْﻌ َ ُ ِﺑِﮫ ﺑَْﻌcﺿَل اﱠ َوَﻻ ﺗ َﺗ ََﻣﻧﱠْوا َﻣﺎ َﻓ ﱠ
ﺷْﻲٍء َﻋِﻠﯾًﻣﺎَ َﻛﺎَن ِﺑﻛُِّلc ْ ِﻣْن َﻓc
َ ﺿِﻠِﮫ ۗ ِإﱠن ا ﱠ َ ﺳْﺑَن ۚ َواْﺳﺄ َﻟ ُوا ا ﱠ
َ َ ب ِﻣﱠﻣﺎ اْﻛﺗ
ٌ ﺻﯾ ِ َﻧ
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari
sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan
bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian
dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
ْ ُ ِﻣْن َﻓcُ ﺑَْﻐﯾًﺎ أ َْن ﯾ ُﻧَ ِ ّزَل اﱠcﺳُﮭْم أ َْن ﯾَْﻛﻔ ُُروا ِﺑَﻣﺎ أ َْﻧَزَل اﱠ
َ َﺿِﻠِﮫ َﻋﻠَﻰ َﻣْن ﯾ
ﺷﺎُء َ ُ ﺳَﻣﺎ اْﺷﺗ ََرْوا ِﺑِﮫ أ َْﻧﻔ
َ ِْﺑﺋ
(٩٠) ب ُﻣِﮭﯾٌن ٌ ب َوِﻟْﻠَﻛﺎِﻓِرﯾَن َﻋذَا ٍ ﺿ َ ب َﻋﻠَﻰ َﻏ ٍ ﺿ َ َِﻣْن ِﻋﺑَﺎِدِه َﻓﺑَﺎُءوا ِﺑﻐ
“Alangkah buruknya (hasil perbuatan) mereka yang menjual dirinya sendiri dengan kekafiran kepada apa yang
telah diturunkan Allah, karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya[71] kepada siapa yang
dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya. karena itu mereka mendapat murka sesudah (mendapat)
kemurkaan[72]. dan untuk orang-orang kafir siksaan yang menghinakan"
3. Mengapa perilaku tersebut tercela dan apa
akibatnya
Sifat dengki sangat dilarang dan diharamkan dalam agama Islam. Sifat ini termasuk
tingkatan ketiga dari penyakit hati. Ketika seseorang mengharapkan lenyapnya
nikmat dari orang yang didengki, maka saat itu ia telah berlaku hasad. Karena
sesungguhnya kedengkian adalah membenci nikmat dan menginginkan lenyapnya
nikmat itu dari orang yang mendapatkannya.
1.Sifat Hasad Dapat menghancurkan kebaikan yang ada pada diri
seseorang
2. Tidak suka dengan takdir yang Allah berikan.
3. Dapat merusak persatuan dan kesatuan umat
4. Dapat melemahkan iman seseorang
5. Dapat merusak tali silaturahmi antar sesama
6. Menjadikan hidup menjadi tidak tenang.
Selalu bersyukur atas nikmat yang Tanamkan dalam diri kita bahwa dengki
Allah Subhanahu wata’ala berikan merupakan suatu hal yang sia-sia
4. Bagaimana cara
menghindari Hasad Selalu Berprasangka Baik
kepada orang lain
Banyak-Banyaklah Beribadah
Kepada Allah Subhanahu wata’ala
Rajin-rajinlah bersilaturahmi
Pengaplikasian penghindaran berfoya – foya, riya,
sum’ah, dan hasad sesuai dengan profil pancasila
1. Mengetahui bahwa adanya eksistensi
1. Selalu bersyukur atas nikmat yang Allah Subhanahu wata’ala berikan
budaya yang beragam
2. Menambah keimanan yang kuat
2. Menghormati adanya perbedaan
3. Menguatkan dan menegakkan shalat setiap hari