Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

USHUL FIQH

HUKUM TAKLIFI

Dosen Pengampu : Muhammad fauzhan ‘Azima M.A.g.

Disusun Oleh :

`` Ageng lingga Dinatha 2204030001

Lilis Kurniasih 2204031007

PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM (BPI)

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH (FUAD)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO LAMPUNG

T.A 1444 H/2022 M


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul “HUKUM TAKLIFI”

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ushul Fiqh. Pada
kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Muhammd Fauzhan ‘Azima, selaku dosen pengampu mata kuliah


Ushul fiqh yang telah memberikan pengarahan kepada saya sehingga
makalah ini dapat diselesaikan.
2. Teman-teman tercinta yang telah memberikan dukungan dalam
penyusunan makalah ini.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat


banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran
yang membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya dan pembaca
umumnya. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Metro, 18 September 2022

Penyusun

Ageng lingga Dinatha

Lilis Kurniasih

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB ll ISI

A. Pengertian Hukum Taklifi

B. Pembagian Hukum Taklifi

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Hukum taklifi menurut pengertian kebahasaan adalah hukum pemberian


beban sedangkan menurut istilah adalah perintah Allah yang berbentuk pilihan
dan tuntutan. Dinamakan hukum taklifi karena perintah ini langsung mengenai
perbuatan seorang mukallaf. Disebutkan tuntutan karena hukum taklifi menuntut
seorang mukallaf untuk melakukan atau meninggalkan suatu perbuatan secara
pasti.

Pembahasan tentang hukum taklifi adalah salah satu dari beberapa kajian
Ushul Fiqh. Bahkan salah satu tujuan utama dari studi Ushul Fiqh adalah
bagaimana menyimpulkan hukum taklifi dari sumber-sumbernya. Oleh karena itu
begitu penting kedudukan hukum taklifi dalam pembahasan ini, maka pada
pembahasan ini akan dipaparkan penjelasan tentang hal-hal tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Hukum Taklifi?

2. Ada berapa pembagian hukum Taklifi?

C. Tujuan

1. Mengetahui tentang hukum Taklifi

2. Mengetahui pembagian-pembagaian hukum Taklifi


BAB II

ISI

A. Pengertian hukum Taklifi

Hukum taklifi adalah titah Allah yang berbentuk tuntutan dan pilihan,

Penamaan hukum ini dengan taklifi karena titah di sini langsung mengenai
perbuatan orang yang sudah mukallaf. Hukum taklifi berbentuk tuntutan atau
pilihan. Dari segi apa yang dituntut, taklifi terbagi dua, yaitu tuntutan untuk
memperbuat dan tuntutan untuk meninggalkan. Sedangkan dari segi bentuk
tuntutan juga terbagi menjadi dua, yaitu tuntutan secara pasti dan tuntutan secara
tidak pasti. Adapun pilihan terletak antara memperbuat atau meninggalkan. 1

B. Pembagian Hukum Taklifi

Hukum taklifi menurut pandangan ulama terbanyak (jumhur ulama),


dengan melihat pada bentuk tuntunannya ada lima sebagai berikut :

a. Tuntunan untuk melakukan sesuatu secara tegas dan


pasti disebut ijab, pengaruhnya terhadap perbuatan
disebut wujub, dan perbuatan yang dituntut itu sendiri
disebut wajib, yaitu sesuatu perbuatan yang mendapat
pahala orang yang melaksanakannya dan berdosa
orang yang tidak melaksanakannya, seperti shalat dan
zakat.
b. Tuntutan untuk melakukan sesuatu perbuatan secara
tidak tegas dan pasti disebut nadab, pengaruh nya
perbuatan yang dituntut dengan cara ini disebut nadab
dan perbuatan yang dituntut itu disebut mandub yaitu
1
Prof.dr.Amir Syarifuddin Garis garis besar Ushul fiqh hukum syara hlm 6

2
suatu perbuatan yang mendapat pahala orang yang
melaksanakannya, namun karena tidak tegas nya
tuntunan itu maka yang tidak melaksanakannya tidak
mendapat dosa.
c. Tuntunan untuk meninggalkan suatu perbuatan secara
tegas dan disebut tahrim, pengaruh nya terhadap
perbuatan yang dilarang disebut huram, sedangkan
perbuatan yang dilarang dengan cari ini disebut
haram. Yaitu, sesuatu perbuatan yang diberi pahala
yang meninggalkannya dan mendapat dosa orang
yang melakukannya. Umpamanya mencuri, dan
berzina.
d. Tuntunan untuk meninggalkan sesuatu perbuatan
tidak secara tegas dan pasti disebut karahah,
sedangkan perbuatan yang dilarang dengan cara ini
disebut makruh yaitu perbuatan yang diberi pahala
orang yang meninggalkannya dan tidak mendapat
dosa orang yang melakukannya.umpamanya
memakan makanan yang berbau ditempat umum.
e. Titah Allah yang membolehkan seseorang untuk
berbuat atau tidak berbuat disebut ibahah, sedangkan
perbuatan yang dikenai titah dalam bentuk titah ini
disebut mubah, yaitu perbuatan yang tidak ada pahala
atau dosa bagi yang melakukannya atau
menggunakannya. Umpamanya makan, minum,dan
berhias.2

Hukum taklifi itu menurut ulama Hanafiyah ada tujuh yaitu

a. Hukum wajib dan Pembagiannya


2
Prof.Dr. Amir. Syarifuddin Garis garis besar Ushul fiqh hukum syara hlm 7.

3
Hukum wajib terbagi menjadi beberapa bagian dengan melihat seginya
yaitu :
1. Wajib ‘aini yaitu yang dikenai kewajiban adalah orang secara
perseorangan,yang tidak terlepas ia dari kewajiban kecuali ia
sendiri yang melakukan nya. Umpamanya sholat dan puasa.
2. Wajib kafa’I disebut juga wajib kifayah, yaitu kewajiban yang
dibebankan sekelompok orang,dan bukan kepada perseorangan
tertentu dengan arti bila telah dikerjakan oleh beberapa orang
dan selesai apa yang dituntut, maka terlepas dosa orang lain
yang ikut melaksanakannya. Umpamanya menguburkan
jenazah.3

Wajib ditinjau dari segi waktu pelaksanaannya, terbagi menjadi dua yaitu :

1. Wajib munthalq, yaitu suatu kewajiban yang waktu pelaksanaannya


tidak ditentukan, dengan arti seseorang yang dituntut untuk berbuat
dapat melakukannya dalam waktu kapan saja selagi ia masih hidup.
Umpamanya membayar nazar yang tidak ditentukan waktunya.
2. Wajib muwaqqat, yaitu kewajiban yang pelaksanaannya dibatasi dalam
waktu tertentu, dengan arti tidak boleh dilakukan di luar waktu itu. Dari
segi batas waktu ini wajib muwaqqat terbagi menjadi tiga yaitu:
a. Wajib muwassa’ yaitu kewajiban pelaksanaan nya lebih longgar
sehingga dapat dilakukan perbuatan lain dalam waktu itu
b. Wajib mudhayyaq, yaitu kewajiban pelaksanaanya begitu
terbatas dan sempit, sehingga tidak dapat dimasuki oleh
kewajiban lain.
c. Wajib Zu syabhin, yaitu mempunyai dua bentuk yang
disebutkan diatas. Dari segi satu ialah muwassa’ dan dari segi
lain ia adalah mudhayyaq. Umpamanya ibadah haji, ia disebut
mudhayyaq karena dalam satu tahun dapat dilaksanakan satu

3
Prof. Dr. Amir Syarifuddin Garis garis besar Ushul fiqh hukum syara hlm 9

4
kali haji. Ia disebut muwassa’ karena waktu yang disediakan ada
beberapa bulan.4

Wajib dari segi kadar atau ukuran yang dituntut untuk melaksanakannya terbagi 2
yaitu :

1. Wajib muhaddad, yaitu kewajiban yang kadar wajibnya sudah ditentukan


secara pasti sehingga seseorang yang dituntut tidak dapat berbuat lain dari
itu
2. Wajib ghairu muhaddad, yaitu kewajiban yang kadar ukurannya tidak
ditentukan secara pasti, dengan arti seseorang dapat melakukannya
menurut kadar yang diinginkannya.

Wajib ditinjau dari segi perbuatan yang dituntut itu sendiri terbagi menjadi
dua yaitu :

1. Wajib mu’ayyan, yaitu suatu kewajiban yang telah ditentukan bentuknya


dan tidak dapat dilakukan kecuali hanya itu, tanpa pilihan lain.
2. Wajib mukhayyar, yaitu kewajiban yang dapat dipilih suatu di antara
beberapa kewajiban yang ditetapkan, dengan arti bila ia sudah suatu
diantaranya lepaslah ia dari kewajiban.5

Mukadimah wajib

Mukadimah wajib atau disebut juga pendahuluan wajib, yaitu suatu perbuatan
yang menurut asalnya tidak wajib namun dalam hal tertentu menjadi penyebab
terlaksananya kewajiban, umpamanya nya menyediakan air untuk berwudhu.6

b. Hukum Nadab dan Pembagiannya

Nadab atau mandub menggunakan beberapa istilah,yaitu Sunah, nafal,


tathawwu, mustahab, dan mustahsan.
4
Prof. Dr. Amir Syarifuddin Garis garis besar Ushul fiqh hukum syara hlm 10
5
Prof. Dr. Amir Syarifuddin Garis garis besar Ushul fiqh hukum syara hlm 12
6
Prof Dr. Amir Syarifuddin Garis garis besar Ushul fiqh hukum syara hlm 13

5
Mandub itu terbagi dengan melihat kepada beberapa segi. Mandub terbagi
menjadi dua yaitu :

1. Sunnah muakkadah, yaitu Muakkadah adalah sunnah sangat dianjurkan,


dibiasakan oleh rasul saw dan jarang ditinggalkannya. Misal: shalat
sunnah 2 rakaat sebelum fajar.
2. Ghair muakkadah,Ghair muakkadah adalah sunnah biasa, sesuatu yg
dilakukan rasul, namun bukan menjadi kebiasaannya. Termasuk di dalam
kategori ini adalah segala sesuatu yang didorong oleh nabi untuk
dilakukan, tetapi nabi tidak membiasakannya. Contohnya: shalat
sunnah 2x dua rakaat sebelum shalat zuhur.7

c. Hukum Haram dan Pembagiannya

Secara bahasa, haram (‫ )الحرام‬berarti sesuatu yang dilarang mengerjakannya.


Secara istilah, Abdul Wahab Khallaf mendefiniskan sebagai berikut : Muharam
adalah apa yang dituntut oleh Allah dan rasulnya (syari) untuk meninggalkan
pekerjaan dengan tuntutan yang sangat, dimana sighat tuntutanya menunjukan
urgensi penting.Dari definisi di atas, dapat difahami, bahwa al-muharam adalah
sesuatu yang dilarang oleh Allah dan Rasulnya, dimana orang yang melanggarnya
diancam dengan dosa, dan orang yang meninggalkannya karena menaati Allah
akan diberi pahala. Misal: larangan zina.

Dari definisi di atas, dapat difahami, bahwa al-muharam adalah sesuatu yang
dilarang oleh Allah dan Rasulnya, dimana orang yang melanggarnya diancam
dengan dosa, dan orang yang meninggalkannya karena menaati Allah akan diberi
pahala. Misal: larangan zina.

Dilihat dari sisi esensinya, haram dibedakan dalam dua macam,

yaitu: Al-muharram li dzatihi dan Al-muharram li ghairihi.

1. Al-muharram li dzatihi

7
Agus Miswanto , S. Ag. MA. Ushul fiqh metode istinbath hukum Islam hlm 18

6
Al-muharram li dzatihi adalah diharamkan karena esensinya mengandung
kemudharatan bagi kehidupan manusia. Misal: larangan zina, makan bangkai,
darah, babi.

2. Al-muharram li ghairihi

Al-muharram li ghairihi adalah dilarang bukan karena esensinya, tapi karena


faktor kondisi tertentu, syarat -syarat tertentu, sebab-sebab tertentu yang
berasal luar (eksternal), yang menyebabkan perbuatan itu dilarang (dicegah).
Misal: larangan jual beli saat azan jumat.8

d. Hukum makruh dan Pembagiannya


Secara bahasa, makruh (‫ )المكروه‬berarti sesuatu yang dibenci atau
sesuatu yang tidak disukai. Sementara secara istilah, makruh
didefiniskan sebagai berikut: Makruh adalah apa yang dituntut oleh
syari (Allah dan rasulnya)
kepada seorang mukallaf untuk meninggalkan pekerjaan dengan
tuntutan tidak begitu kuat, dimana sighatnya sendiri menunjukan
hal itu. Sebagaimana Allah SWT membenci kelian melakukan begini,
atau yang dilarang itu disertai dengan sesuatu yang menunjukan bahwa
itu tidak disenangi atau untuk pengharaman.

Dari definisi di atas, dapat difahami bahwa makruh adalah sesuatu yang
dianjurkan oleh syariat untuk ditinggalkan, dimana jika ditinggalkan akan
mendapat pujian dan pahala, dan jika dilanggar tidak berdosa. Misal, makruh
berkumur-kumur dan memasukkan air ke hidung (‫ )واالستنشاق ٕ المضمضة‬secara
berlebihan ketika wudhu di siang hari Ramadhan.

Dalam mazhab Hanafi, makruh dibedakan dalam dua segi,


8
Agus Miswanto S. Ag. MA Ushul fiqh metode istinbath hukum Islam hlm 27

7
yaitu: makruh tahrim dan makruh tanzih.

1. Makruh tahrim
Makruh tahrim adalah sesuatua yang dilarang oleh syari’at, tapi dalilnya
bersifat dhanni al-wurud (dugaan keras), seperti hadisahad yang
diriwayatkan perorangan. Misalnya: larangan meminang wanita yang
sedang dalam pinangan orang lain.

2. Makruh tanzih

Makruh tanzih adalah sesuatu yang dianjurkan oleh syariat untuk


ditinggalkan. Misal: memakan daging kuda, dimana kuda itu sangat butuh
untuk peperangan, menurut sebagian Hanafiah.

e. Hukum Mubah dan pembagiannya


Secara bahasa, mubah (‫ )المباح‬berarti sesuatu yang dibolehkan atau
diizinkan. Secara istilah, Abdul Wahab Khallaf mendefinsikan sebagai
berikut:
Mubah adalah apa yang dipilihakan oleh syari’ (Allah dan Rasulnya)
kepada seorang mukallaf untuk mengerjakan atau meninggalkanya.
Dan syari’ (Allah dan Rasulnya) tidak menuntut mukallaf untuk
mengerjakan pekerjaan tersebut, dan tidak menuntut untuk
meninggalkanya.Dari pengertian di atas, dapat difahami bahwa mubah
merupakan suatu hal yang diberikan pilihan oleh syariat bagi seorang
mukallaf untuk melakukan atau tidak; dan tidak ada hubungannya
dengan dosa serta pahala.9

Dilihat dari sisi konsekuensi yang ditimbulkan, Abu Ishaq Al-Syatibi


dalam kitabnya, al-Muwafaqat, membedakan mubah dalam empat
kategori, yaitu:

9
Agus Miswanto S. Ag. MA. Ushul fiqh metode istinbath hukum Islam hlm 29

8
1. Mubah yang berfungsi untuk mengantarkan seseorang kepada
sesuatu hal yang wajib dilakukan. Misal: makan dan minum adalah
sesuatu yang mubah , namun berfungsi untuk menggerakan
seseorang mengerjakan kewajiban shalat.

2. Sesuatu dianggap mubah dilakukan, tetapi bisa mengantarkan


kepada perbutan yang dilarang. Atau dengan ungkapan lain, mubah
hukumnya jika dilakukan sekali-sekali, tetapi haram hukumnya
jika dilakukan setiap waktu. Misal: bermain dan mendengar musik,
jika menghabiskan waktu hanya untuk bermain dan bermusik maka
menjadi haram.

3. Sesuatu yang mubah yang berfungsi sebagai sarana mencapai


sesuatu yg mubah pula. Misal: membeli perabot rumah untuk
kepentingan kesenangan.

4. Sesuatu yang mubah yang tidak berfungsi untuk mengantarkan


kepada sesuatu apapun. Seperti menikmati kebaikan dan
kemewahan dalam hidup. Seperti bersenang-senang dalam hal makan,
pakain, kendaraan, tempat tinggal, dan sebagainya.10

10
Agus Miswanto S. Ag. MA. Ushul fiqh metode istinbath hukum Islam hlm 32

9
C. Tujuan

Hukum Taklifi adalah hukum yang berisi perintah,larangan atau


pilihan antara berbuat atau tidak berbuat. Hukum Taklifi erat kaitannya
dengan maqaashid syariah yang lima, yaitu wajib,sunnah, mubah,
makruh dan haram. Masing-masing dari kelima tersebut memiliki
pembagian ditinjau dari beberapa segi oleh beberapa imam

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Hukum taklifi adalah sesuatu yang menuntut suatu pekerjaan
dari mukallaf,atau menuntut untuk berbuat atau memberikan
pilihan untuk melakukan atau meninggalkan nya.
Macam-macam hukum taklifi menurut jumhur ulama Ushul
fiqh yaitu:
wajib,mandub,haram, karahah,mubah

2. Pembagian hukum taklifi

a. Wajib
1. Dilihat dari segi waktu, yaitu wajib muthlaq dan
wajib mu'aqqat
2. Dilihat dari segi ukuran yang di wajibkan, yaitu
wajib muhaddad dan wajib ghairu muhaddad
3. Dilihat dari segi orang yang di Bebani kewajiban,
yaitu wajib 'aini dan wajib kifayah
4. Dilihat dari segi kandungan perintah, yaitu wajib
al-mu'ayyan dan wajib al-mukhayyar.

b.Mandub

11
1. Sunah al- muakkadah ( sunah yang sangat di
anjurkan)
2. Sunah ghairu muakkadah (sunah biasa)

c. Haram
1. Haram lidzat
2. Haram li ghairihi

d. Makruh
1.makruh tanzih
2. Makruh tahrime

e. Mubah
1. Mubah yang berfungsi untuk mengantarkan
seseorang kepada sesuatu hal yang wajib dilakukan
2. Sesuatu yang baru dianggap mubah hukumnya
bilamana dilakukan sekali-kali, tetapi haram
hukumnya jika dilakukan setiap waktu
3. Sesuatu yang mubah yang berfungsi sebagai sarana
untuk mencapai sesuatu yang mubah pula.

12
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Amir Syarifuddin(2012) Garis garis besar Ushul fiqh

KENCANG PERNADA MEDIA GROUP Jl. Tambara raya No. 23

Rawamangun-Jakarta 13220

Agus Miswanto, S.Ag., MA.(2019) Metode Istinbath Hukum Islam(jilid 1)

MAGNUM PUSTAKA UTAMA

Jl. Parangtritis KM 4, RT 03, No 83 D

Salakan, Bangunharjo, Sewon, Bantul, DI Yogyakarta

Agus Miswanto, S.Ag., MA (2018) Metode

IJitihad Hukum Islam (jilid 2)

UNIMMA PRESS

Gedung Rektorat Lt. 3 Kampus 2 Universitas Muhammadiyah Magelang

Jl. Mayjend. Bambang Soegeng, Mertoyudan, Magelang 56172

13

Anda mungkin juga menyukai