Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

"Syahwat dan Pengendaliannya"


Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Studi Islam I Akidah dan Akhlak
Dosen Pengampu : Mahmudi, S.Th.I., M.Ag

Disusun Oleh :
Toga Marsauli (171105120800)

UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR


FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
Jalan KH. Sholeh Iskandar KM. 2, Kedung Badak, Tanah Sereal, Kota
Bogor
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang mana atas limpahan
rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga sampai saat ini kita masih diberi
kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah tentang Syahwat dan
Pengendaliannya
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan atas junjungan
kita Nabi Besar Muhammad SAW. karena beliaulah yang membawa kita
dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang yakni Islam.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak. Mahmudi,
S.Th.I., M.Ag selaku dosen pembimbing kami. Dan kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan tugas ini.
Kami sadar masih banyak kekurangan yang ada pada diri kami,
untuk itu kami memohon maaf dan kami sangat berharap kepada
pembaca untuk memberikan saran serta kritiknya yang membangun demi
perbaikan makalah ini.
Demikian dari kami, semoga makalah ini bermanfaat. Aamin.

Bogor, 10 November 2017

Penulis
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Syahwat merupakan fitrah manusia dan manusia merasa indah jika
syahwatnya terpenuhi maka syahwat menjadi penggerak tingkah laku.
Jika seseorang sedang lapar atau haus maka tingkah lakunya selalu
mengarah kepada tempat dimana dapat diperoleh makanan dan
minuman. Jika yang sedang dominan syahwat seksual maka perilakunya
juga selalu mengarah kepada hal-hal yang memberi kepuasan seksual.
Begitulah seterusnya, perilaku manusia sangat dpengaruhi oleh syahwat
apa yang sedang dominant dalam dirinya; syahwat seksual, syahwat
politik, syahwat pemilikan, syahwat kenyamanan, syahwat harga diri,
syahwat kelezatan dan lain-lainnya.. Syahwat itu wataknya seperti anak-
anak, jika dilepas maka ia akan melakukan apa saja tanpa kendali, karena
anak-anak hanya mengikuti dorongan kepuasan, belum mengerti
tanggung jawab. Jika dididik, maka jangankan anak-anak. Binatang pun
tingkah lakunya bisa dikendalikan. Syahwat yang dimanjakan akan
mendorong orang pada pola hidup glamour dan hedonis.
Syahwat, yang sering diterjemahkan dengan hasrat seksual,
sebenarnya memiliki pengertian yang jauh lebih luas. Dalam pengetian
bahasa (Arab), syahwat dimaknai sebagai kecenderungan hati yang sulit
terbendung kepada sesuatu yang bersifat inderawi dan materiil. Dalam
fitrahnya, syahwat bukanlah sesuatu yang layak dibenci, namun
merupakan karunia Allah yang harus dikendalikan, sehingga memiliki nilai
tambah bagi setiap diri (pribadi) manusia. Ego (nafs) manusia bisa
terbawa ke arah positif atau negatif, tergantung pada kemampuan setiap
diri (pribadi) manusia untuk mengarahkannya. Oleh karenanya, menjadai
tugas setiap manusia untuk mengarahkan syahwat ke arah yang serba
positif dan mengendalikannya jangan sampai menuju ke arah yang serba
negatif.
1.2 Perumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam
penulisan ini penulis memperoleh hasil yang diinginkan, maka penulis
mengemukakan beberapa rumusan masalah.
Rumusan masalah itu adalah:
A. Apakah yang dimaksud dengan Syahwat?
B. Apa Macam-macam Syahwat?
C. Bagaimanakah cara mengendalikan Syahwat Birahi, Syahwat
Rakus (al-syarrah), Syahwat Kekuasaan?

1.2 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain:
1. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Studi Islam I.
2. Untuk menambah pengetahuan tentang Syahwat

1.4 Manfaat
Manfaat yang didapat dari makalah ini adalah:
1. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang Syahwat
2. Mahasiswa dapat mengetahui Macam Macam Syahwat
3. Mahasiswadapat mengetahui Cara Mengendalikan Syahwat
BAB II
ANALISIS PERMASALAHAN

2.1. Pengertian Syahwat


Kalimat syahwat disebut al-Qur'an dalam berbagai kata
bentukannya sebanyak tiga belas kali, lima kali di antaranya dalam bentuk
masdar (Asal atau sumber), yakni dua kali dalam bentuk mufrad (Tunggal)
dan tiga kali dalam bentuk jama' (Jamak). Secara lughawi, syahwat artinya
menyukai dan menyenangi (syahiya, syaha-yasha, atau syahwatan),
sedangkan maknanya adalah kecenderungan jiwa terhadap apa yang
dikehendakinya.
Dengan singkat Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan
syahwat yaitu nafsu atau keinginan bersetubuh, kebirahian. Demikian pula
WJS Poerwadarminta mengartikan syahwat berarti kebirahian, nafsu atau
kegemaran bersetubuh. Arti yang sama terdapat dalam Kamus Modern
Bahasa Indonesia, syahwat berarti nafsu, keinginan, terutama keinginan
bercampur antara laki-laki dan perempuan.
Adapun Al-Qur'an menggunakan term syahwat untuk beberapa arti:
Pertama, dalam kaitannya dengan pikiran-pikiran tertentu, yakni mengikuti
pikiran orang karena mengikuti hawa nafsu seperti dijelaskan dalam al-
Qur’an surat al-Nisa/4:27
Kedua, dihubungkan dengan keinginan manusia terhadap kelezatan dan
kesenangan seperti dijelaskan dalam al-Qur’an surat Ali 'Imran/3:14 dan
Maryam/19:59.
Ketiga, berhubungan dengan perilaku seks menyimpang seperti dijelaskan
dalam al-Qur’an surat al-A'raf/7:81, dan QS. al-Naml/27:55.
Dari ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa menurut al-
Qur’an, di dalam diri manusia terkandung dorongan-dorongan yang
mendesak manusia untuk melakukan hal-hal yang memberikan kepada
kepuasan seksual, kepuasan kepemilikan, kepuasan kenyamanan dan
kepuasan harga diri.
Orang-orang yang menapaki jalan Allah, dari bermacam-macam
aliran (thariqat) dan suluk mereka, telah bersepakat bahwa nafsu insaniah
itu sebagai penghalang bagi hati insani untuk mencapai Tuhannya.
Hidayat Allah tidak akan menembus dalam sanubarinya, sebelum ia
berhasil menundukkan bahkan melenyapkan hawa nafsunya

2.2. Macam Macam Syahwat


a. Syahwat Birahi
Penyebab utama munculnya syahwat birahi ini, berawal dari
melepas pandangan tanpa adanya kontrol iman. Dari pandangan ini,
selanjutnya membawa pesan fitnah yang dibenarkan oleh nafsunya.
Dengan demikian, terjadilah gejolak syahwat yang menggebu menguasai
akal dan hatinya, sehingga banyak manusia dibuat terpedaya olehnya,
yang kelak dapat merusak fisik dan agamanya, atau kedua-duanya.
Mata Adalah Cerminan Hati, kebersihan dan kesucian hati seorang
hamba sangat dipengaruhi oleh kemampuannya untuk mengendalikan
pandangan kedua matanya. Hal itu dikarenakan hampir semua perasaan
dan perilaku awalnya dipicu oleh pandangan mata. Bila mata dibiarkan
memandang yang dibenci dan dilarang, maka pemiliknya berada di tepi
jurang berbahaya
Lebih Lanjut, Ibn Jauzi menyebut pandangan liar tersebut dengan
panah iblis yang beracun. Dimana panah tersebut berfungsi melukai
kesucian hati setiap mukmin, sehingga sangat mudah bagi iblis
manaklukan hati seseorang yang sudah terluka, untuk kemudian
membunuhnya dan menguasainya. Hal itu didasarkan pada Hadist nabi
Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam yang berbunyi:
"Pandangan adalah panah beracun yang dilepaskan oleh iblis,
barang siapa yang meninggalkan karena takut Allah, maka Allah
akan mendatangkan manisnya iman dalam hatinya" (Ibn Jauzi Hlm
117)
b. Syahwat Rakus (al-Syarrah)
Rakus berasal dari syahwat perut yang banyak merusak fisik dan
psikis manusia, karena syahwat perut sumber segala penyakit, dan dari
situlah timbul syahwat kemaluan. Kemudian, syahwat perut dan syahwat
kemaluan melahirkan syahwat kehormatan dan harta yang keduanya
merupakan cara untuk mendapatkan yang lebih dari makan dan nikah.
Karena itulah, Adam as. melanggar larangan Allah sehingga dikeluarkan
dari surga, dan itulah yang menyebabkan seseorang mencari dunia dan
menyukainya
c. Syahwat Kekuasaan
Penyebab utama munculnya syahwat kekuasaan adalah berangkat
dari keinginan untuk memperoleh kedudukan di sisi manusia dan harta
kekayaan yang berlimpah, serta kemudahan-kemudahan fasilitas hidup.
kegampangan dalam mendapatkan kepuasan nafsu syahwat dan
kepuasan dalam bermanuver politik secara culas dan picik. Untuk
menggapai kedudukan ini biasanya manusia menghalalkan dengan
segala cara sehingga muncul perilaku culas dan picik, tanpa
mempertimbangkan kehalalan dan keharamannya ambisi telah
menjadikan oportunis dan terpedaya, sehingga akal jernihnya tertutup
oleh syahwat kekuasaan tersebut.

2.3. Pengendalian Syahawat


a. Syahwat Birahi
Terapi yang ditawarkan Ibn Jauzi adalah memperbanyak takut
kepada Allah (Khauf), yaitu dengan meyakini bahwa Allah maha melihat
atas apa yang diperbuat oleh hambanya, khususnya apa yang diperbuat
kedua matanya yang berkhianat. Dalam hal ini hendaknya setiap hamba
mengimani Firman Allah dalam Surah An-Nuur ayat 30-31,
Kakataknlah kepda orang laki laki yang beriman: "Hendaklah
mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya;
yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat ". Katakanlah
kepada wanita beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka
menampakkan perhiasaannya kecuali yang (biasa) nampak dari
padanya..." (QS. An-Nuur 30-31)
b. Syahwat Rakus (al-syarrah)
Terapinya adalah dengan cara merenungkan bahwa tujuan hidup
manusia tidak hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan materi saja. Ia
harus senantiasa merenungkan bahwa apa tujuan dari harta benda,
mempertimbangkan hasil yang mungkin di peroleh serta seraya khawatir
apakah hartanya akan menjadi yang terbaik. Dengan demikian tertanam
dalam Dirinya, bahwa hidup bukan untuk makan semata, tetapi makan
hanya sekedarnya untuk hidup ynag lebih baik.
Ibn Jauzi Berkata:
"Ketahuilah bahwa orang yang berakal wajib baginya makan untuk
tetap hidup, sementara orang bodoh menjadikan hidup untuk tujuan
makan. Betapa banyak satu suap makanan dapat menghalagi
banyak suapan, dan itulah penyebab kerusakan."

c. Syahwat Kekuasaan
Terapinya adalah dengan cara merenungkan bahwa kekuasaan
yang dipangkukannya adalah amanah dari Allah Subhanallah wa Ta'ala
yang pasti akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak. Jika amanh
tersebut tidak terlaksana dengan baik, tentunya siksa Allah amat pedih
akan menaatinya, dan ia akan menjadi orang yang amat merugi.
Ibn Jauzi Menukil Hadist Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam
berikut ini:
"Tidaklah seseorang yang memimpin sepuluh orang keatas dari
urusan kaum muslimin. kecuali ia akan datang pada hari kiamat
dengan tangan yang terbelunggu di lehernya, kebaikannya yang
akan melepaskannya, ataukah keburukannya tetap membelunggu,
awal jabatan adalah celaan, tengahnya adalah penyesalan,
ujungnya adalah adzab pada hari kiamat" HR. Ahmad,/431
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sumber segala dosa adalah syahwat perut, dan dari situlah timbul
syahwat kemaluan. Dan Manusia akan menganggap baik setiap kejelekan
yang datang dari diri (nafsu)nya dan hampir-hampir tidak dapat melihat
celanya, padahal nafsu tetap memusuhi dan membuat madlarat. Tidak
memakan waktu lama, nafsu itu tentu akan menjerumuskannya ke dalam
keterbukaan aib dan kerusakan, sedangkan ia tidak merasa, kecuali jika
Allah menjaganya dan menolongnya mengalahkan nafsu, dengan
anugerah dan rahmatNya.

3.2 Saran
Sebagai Muslim Sejati kita harus bisa menjadi Muslim yang Taqwa
kepada Allah Subhanallahu Wata 'Ala yakni dengan mematuhi segala
perintahnya dan menjauhi segala Larangannya. Maka dari itu kita sebagai
Muslim sejati harus bisa mengendalikan Syahwatnya agar kita terhindar
dari hal-hal yang tidak disukai Allah Subhanallahu Wata 'Ala dan dilarang
oleh Allah Subhanallahu Wata 'Ala. Apalagi kita hidup dizaman dimana
untuk mengendalikan Syahwat itu cukup Sulit, maka dari itu kita Harus
Menjadi Muslim yang cerdas dalam berbuat sesuatu agar hal yang kita
buat tidak menjadi Kerugian untuk kita nantinya.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. H. Akhmad Alim, MA., Studi Islam I Akidah dan Akhlak, Bogor: UIKA
PRESS, 2016, hlm. 177-181
http://roinalrois.blogspot.co.id/2014/04/pengendalian-syahwat-farji-
makalah.html

Anda mungkin juga menyukai