KELOMPOK 1
Ketua : Ai Rahma Karomatul Aulia
Anggota : Abdurrais
Ahmad Fadil El-Fariq
Ahmad Mustami
Cep Irfan Hilmi
Aulia Novianti
Puji dan syukur kami panjatkan ke khadirat Alloh Swt, yang telah memeberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan ini sesuai dengan
rencana yang telah ditentukan.
Laporan yang kami susun ini berjudul “MENELADANI PERJUANGAN DAKWAH
RASULULLAH SAW DI MEKKAH”
Penyusunan laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Pelajaran PAI
untuk semester ganjil kelas X SMA IT Al-Qur’an Al-Fadlilah
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, baik materi maupun
cara penyajiannya. Namun demikian semoga Laporan ini dapat memberikan motivasi serta
manfaat khususnya bagi kami, umumnya bagi semua pembaca.
Banyak pihak yang membantu kami menyusun laporan ini. Untuk itu, pada
kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam segi apapun selama penyusunan laporan ini.
Hanya kepada Alloh kami memohon, semoga amal baik semua pihak mendapat
imbalan yang berlipat ganda dari Alloh swt. Sebagai amal shaleh. Dan kami mengharapkan
kritik dan saran dari semua pihak sebagai pendorong dalam kemajuan berikutnya.
Penulis
I
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
Kesimpulan..........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................13
II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Al-Ghazali, akhlah mulia atau terpuji adalah “Menghilangkan semua adat
kebiasaan yang tercela yang sudah digariskan dalam agama Islam serta menjauhkan diri dari
perbuatan tercela tersebut, kemudian membiasakan adat kebiasaan yang baik, melakukannya
dan mencintainya ”[1][1]. Menurut Quraish Shihab akhlak mulia adalah akhlak yang
menggunakan ketentuan Allah sebagai tolak ukur dan tolak ukur kelakuan baik mestilah
merujuk kepada ketentuan Allah.
Ada beberapa hal yang mendorong sesorang untuk berbuat baik, diantaranya :
1. Karena bujukan atau ancaman dari manusia lain
2. Mengharap pujian atau karena takut mendapat cela
3. Karena kebaikan dirinya (dorongan hati nurani)
4. Mengharapkan pahala dan surga
5. Takut kepada azab Allah
6. Mengharap keridhoan Allah semata
Pengendalian diri atau kontrol diri (Mujāhadah an-Nafs) adalah menahan diri dari
segala perilaku yang dapat merugikan diri sendiri dan juga orang lain, seperti sifat serakah
atau tamak. Dalam literatur Islam, pengendalian diri dikenal dengan istilah aś-śaum, atau
puasa. Puasa adalah salah satu sarana mengendalikan diri. Hal tersebut berdasarkan hadis
Rasulullah saw. yang artinya: “Wahai golongan pemuda! Barangsiapa dari antaramu mampu
menikah, hendaklah dia nikah, kerana yang demikian itu amat menundukkan pemandangan
dan amat memelihara kehormatan, tetapi barangsiapa tidak mampu, maka hendaklah dia
puasa, kerana (puasa) itu menahan nafsu baginya.” (HR. Bukhari) Jadi, jelaslah bahwa
pengendalian diri diperlukan oleh setiap manusia agar dirinya terjaga dari hal-hal yang
dilarang oleh Allah Swt.
Allah Swt Berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta
berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan
tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang Muhajirin), mereka itu satu
sama lain lindung-melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum
1
berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikit pun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka
berhijrah. (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan
pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang
telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan.” (QS. al-Anfal:72)
Firman Allah Swt. pada ayat di atas yang melukiskan bahwa kaum Muhajirin dan
Anśar saling lindung-melindungi satu sama lainnya, sungguh mengagumkan. Itulah wujud
dari persaudaraan. Lakukanlah pengamatan dan pembacaan terhadap buku-buku mengenai
peristiwa hijrah tersebut. Di sana kamu akan menemukan jawaban bahwa persaudaraan
(ukhuwwah) akan menjadi salah satu sendi bagi munculnya peradaban baru dalam sebuah
masyarakat baru yang disebut masyarakat Madani.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Orang yang
perkasa bukanlah orang yang menang dalam perkelahian, tetapi orang yang perkasa adalah
orang yang mengendalikan dirinya ketika marah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kata ukhuwah berasal dari bahasa arab yang kata dasarnya adalah akh yang berarti
saudara, sehingga kata ukhuwah berarti persaudaraan.
2. Pengertian Ukhuwah Islamiyah
Pengertian ukhuwah islamiyah adalah kekuatan iman dan spiritual yang dikaruniakan
Allah kepada hamba-Nya yang beriman dan bertakwa yang menumbuhkan perasaan
kasih sayang, persaudaraan, kemuliaan, dan rasa saling percaya terhadap saudara
seakidah.
3. Ukhuwah Insaniyah (Basyariyah)
2
Ukhuwah Insaniyah/Basyariyah merupakan bentuk persaudaraan yang berlaku pada
semua manusia secara universal tanpa membedakan ras, agama, suku dan aspek-aspek
kekhususan lainnya.
Persaudaraan yang di ikat oleh jiwa kemanusiaan, maksudnya kita sebagai manusia
harus dapat memposisikan atau memandang orang lain dengan penuh rasa kasih
sayang, selalu melihat kebaikannya bukan kejelekannya.
4. Ukhuwah Wathoniyah
Adapun manfaat yang dapat kita ambil dari ukhuwah Islamiyah yakni :
Ukhuwah didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadist yakni pada QS. Al-Hujrat ayat 10
dan QS. Ali Imran Ayat 103 serta pada Hadist Bukhari dan Muslim
َِإنَّ َما ْال ًمْؤ ِمنُوْ نَ ِإ ْخ َوةٌ فََأصْ لِحُوْ ا بَ ْينَ َأ َخ َو ْي ُك ْم َواتَّقُوْ ا هللاَ لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُموْ ن
3
“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali Allaah dan janganlah kamu
sekalian berpecah belah, dan ingatlah nikmat Allah atas kamu semua ketika kamu
bermusuh-musuhan maka Dia (Allah) menjinakkan antara hati-hati kamu maka kamu
menjadi bersaudara.” (QS. Ali Imran :103).
“Orang muslim adalah saudara muslim lainnya, ia tidak akan menganiayanya dan
tidak akan menyerahkannya (kepada musuh). Barang siapa ada didalam keperluan
saudarany amaka Allah ada didalam keperluannya. Barangsiapa menghilangkan suatu
kesukaran dari orang muslim, maka Allaah akan menghilangkan satu kesukaran-
kesukaran yang ada pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi (aib) seorang
muslim, maka Allaah akan menutupu (aibnya) pada hari kiamat.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan
jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan
pertolongan, mereka itu satu sama lain melindungi. Dan orang-oramg beriman, tetapi belum
berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka
berhijrah. Jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam agama, maka kamu wajib
memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu
dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (8: 72)
4
Pada Surah Al-Anfal [8] Ayat
72 disebutkan tiga golongan antara lain : Golongan Muhajirin,Golongan Anshor dan golonga
n kaum muslimin yang tidak berhijrah ke Madinah.
Golongan pertama ialah yang memperoleh derajat tertinggi dan mulia di sisi Allah yaitu kau
mMuhajirin yang pertama-tama berhijrah bersama Nabi Muhammad
saw. ke Madinah dan orangorang yang menyusul berhijrah kemudian yaitu berhijrah sebelum
terjadinya perang Badar.Semua kekerasan dan kekejaman yang ditimpakan kepada kaum Mu
hajirin ini disambut dengansabar dan tabah dan tidak dapat menggoyahkan keimanan mereka
sedikit pun. Mereka tetapbertahan dan berjuang membela agama
yang hak dan bersedia berkorban dengan harta dan jiwa,bahkan mereka bersedia meninggalka
n kampung halaman, anak, istri dan harta benda mereka.Oleh sebab itu mereka diberi sebutan
oleh Allah dengan keistimewaan, pertama "beriman",kedua "berhijrah", ketiga "berjuang den
gan harta dan benda di jalan Allah".
Golongan kedua ialah: "Kaum Ansar" di Madinah yang memeluk agama
Islam, beriman kepadaNabi saw. dan mereka berjanji kepada Nabi dan kaum Muhajirin akan
sama-sama berjuang dijalan Allah, bersedia menanggung segala resiko dan duka perjuangan,
untuk itu mereka siapberkorban dengan harta dan jiwa. Nabi Muhammad
saw. menanamkan rasa ukhuwah Islamiahantara kedua golongan ini sehingga kaum Ansar me
mandang kaum Muhajirin sebagai saudaraketurunannya, masing-masing golongan dapat mew
arisi. Karena itu Allah memberikan duasebutan kepada mereka, pertama "memberi tempat ke
diaman" dan kedua "penolong danpembantu" dalam hal ini pula mereka dinamai "kaum Ansa
r".
Seakanakan kedua golongan inikarena akrabnya hubungan telah menjadi satu, sehingga tidak
ada lagi perbedaan hak dankewajiban di antara mereka. Karena itu Allah telah menetapkan ba
hwa hubungan antara sesamamereka adalah hubungan karib kerabat, hubungan setia kawan,
masingmasing merasaberkewajiban membantu dan menolong satu sama lainnya bila ditimpa
suatu bahaya ataumalapetaka. Mereka saling tolong-menolong, saling nasihat-menasihati dan
tidak akanmembiarkan orang lain mengurus urusan mereka, hanya dari kalangan merekalah d
iangkatpemimpin bilamana mereka membutuhkan pemimpin yang akan menanggulangi urusa
n mereka.
Golongan ketiga ialah: golongan kaum Muslimin yang tidak berhijrah ke Madinah. M
ereka tetapsaja tinggal di negeri yang dikuasai oleh kaum musyrikin seperti orang mukmin ya
ng berada diMekah dan beberapa tempat di sekitar kota Madinah. Mereka tidak dapat disama
kan dengankedua golongan Muhajirin dan Ansar karena mereka tidak berada dikalangan mas
yarakat Islam,tetapi berada di kalangan masyarakat musyrikin. Maka hubungan antara merek
a dengan kaumMuslimin di Madinah tidak disamakan dengan hubungan antara mukmin Muh
ajirin dan Ansardalam masyarakat Islam. Kalau hubungan antara sesama mukmin di Madinah
sangat erat sekalibahkan sudah sampai kepada tingkat hubungan karib kerabat dan keturunan,
maka hubungandengan yang ketiga ini hanya diikat dengan keimanan saja. Demikianlah hubu
ngan antara duagolongan pertama dengan golongan ketiga ini,
yang harus diperhatikan dan diamalkan danmereka harus bertindak sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang telah ditetapkan Allah.
Allahselalu melihat dan mengetahui apa yang dilakukan oleh hamba-Nya.
5
Inti dari Ayat tersebut adalah;
prasangka yang terlarang/dilarang adalah prasangka yang tidak memiliki tanda dan sebab yan
gpasti. Maksudnya, bila orang yang kita curigai itu pada zahirnya baik, tidak ada cerita/
informasisebelumnya tentang keburukan yang dia pernah lakukan, maupun tabiatnya yang m
emangtercela, serta memang orang tersebut adalah orang yang
"baik" maka kita tidak bolehberprasangka buruk kepada orang tersebut. Berbeda bila orang te
rsebut memang terkenal akankeburukannya, suka menipu, suka berbuat onar, mencari masala
h,
yang pada intinya orangtersebut memang terkenal dengan tabiat buruknya, suka berbuat kebu
rukan terang-terangan,maka diperbolehkan kita berhati-hati dan tidak mudah/langsung percay
a terhadap apa yangdikatakannya/informasinya (harus dilakukan cek dan ricek kebenaran beri
ta tersebut)
Prilaku Yang Mencerminkan Kandungan Surah Al-Anfal
Dari kandungan Surah al-anfal [8] ayat 72 dijelaskan beberapa contoh jihad yang dilakukan
kaum muslimin, antara lain sebagai berikut.
a.) Rela berkorban demi membela tegaknya syariat Islam meski harus mengorbankan harta,
jiwa, dan tenaga.
b.) Lebih mementingkan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi.
c.) Tolong-menolong antar sesama muslim. Seperti, memberi tempat tinggal kepada
korban bencana, memberikan bantuan berupa harta maupun tenaga, dan memberikan
sedekah kepada fakir miskin di sekitar kita.
d.) Membina ukhuwah antar sesama muslim dengan cara mempererat tali silaturahmi.
Artinya;
Wahai orang orang yang beriman, jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian
prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada
di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan
bertakwalahkepada Allah SWT, sesungguh nya Allah maha penerima tobat, Maha
penyayang. (Q.S. al-Hujrat [49]:12)
Dari ayat di atas ada 3 (tiga) perbuatan yang harus dihindari oleh orang-orang yang beriman.
Ketiga hal tersebut adalah :
a. Berprasangka buruk
b. Mencari-cari kesalahan orang lain
c. Menggunjing orang lain
urah al-Hujurat [49] ayat 10
Artinya;
6
Sesungguhnya orang-orang Mukmin adalah bersaudara. Karena itu, damaikanlah kedua
saudara kalian, dan bertakwalah kalian kepada Allah supaya kalian mendapatkan
rahmat. (QS al-Hujurat [49]: 10).
Ayat ini menghendaki ukhuwah kaum Mukmin harus benar-benar kuat, lebih kuat daripada
persaudaraan karena nasab. Dengan memakai kata ikhwah, ayat ini hendak menyatakan
bahwa ukhuwah kaum Muslim itu lebih daripada persahabatan atau perkawanan biasa.
Persaudaraan nasab bisa terputus karena perbedaan agama. Sebaliknya, ukhuwah Islam
tidak terputus karena perbedaan nasab. Bahkan, persaudaraan nasab dianggap tidak ada jika
kosong dari persaudaraan (akidah) Islam. Misalnya, dalam hal waris. Tidak ada hak waris
antara Mukmin dan kafir dan sebaliknya. Jika seorang Muslim meninggal dan ia hanya
memiliki saudara yang kafir, saudaranya yang kafir itu tidak boleh mewarisi hartanya, namun
harta itu menjadi milik kaum Muslim. Sebaliknya, jika saudaranya yang kafir itu meninggal,
ia tidak boleh mewarisi harta saudaranya itu. Dalam hal kekuasaan, umat Islam tidak boleh
menjadikan orang kafir sebagai wali (pemimpin), sekalipun ia adalah bapak dan saudara
mereka.
Dalam islam sudah dijelaskan di dalam Al Qur’an surat Al Hujarat ayat 12 mengenai perintah
untuk tidak berprasangka buruh bahkan sampai mencari – cari kesalahan orang lain.
Kemudian di dalam hadits pun juga sudah dijelaskan seperti halnya sabda Rasulullah Saw
berikut ini mengenai prasangka buruk.
“Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah
sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling
memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian
hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari hadits no. 6064 dan
Muslim hadits no. 2563)
Sebagai contoh kita bisa pelajari perkataan dari Sufyan bin Husain, penjelasannya sebagai
berikut :
7
“Aku pernah menyebutkan kejelekan seseorang di hadapan Iyas bin Mu’awiyyah. Beliaupun
memandangi wajahku seraya berkata, “Apakah kamu pernah ikut memerangi bangsa
Romawi?” Aku menjawab, “Tidak”. Beliau bertanya lagi, “Kalau memerangi bangsa Sind,
Hind (India) atau Turki?” Aku juga menjawab, “Tidak”. Beliau berkata, “Apakah layak,
bangsa Romawi, Sind, Hind dan Turki selamat dari kejelekanmu sementara saudaramu yang
muslim tidak selamat dari kejelekanmu?” Setelah kejadian itu, aku tidak pernah mengulangi
lagi berbuat seperti itu.” (Kitab Bidayah wa Nihayah karya Ibnu Katsir (XIII/121)
Prasangka buruk terhadap diri sendiri biasanya ditandai dengan tidak adanya kepercayaan diri
terhadap kemampuan untuk melakukan suatu hal dan cenderung selalu takut gagal. Hal ini
tidak baik untuk dilakukan sehinggi diri anda tidak bisa berkembang. Diperlukan cara agar
hati tenang dalam islam agar terhindar dari berprasangka buruk terhadap diri sendiri.
Prasangka buruk terhadap orang lain
Prasangka buruk terhadap orang lain ditandai dengan sikap selalu mencari – cari kesalahan
orang lain. Apapun tindakan orang yang tidak kita sukai pasti akan selalu dihubungkan
dengan hal – hal yang buruk padahal belum tau kebenaranya seperti apa. Biasanya setelah
berprasangka buruk seperti itu hati pelaku akan merasa. Alangkah baiknya jika anda
mengetahui cara menghilangkan dendam dalam islam.
Prasangka buruk kepada Allah Swt
Prasangka buruk kepada Allah biasanya timbul karena doa yang dipanjatkan tidak kunjung
terkabul. Ada juga karena banyaknya musibah yang datang silih berganti. Hal seperti itulah
yang memancing seseorang berprasangka buruk kepada Allah Swt. Untuk itu anda perlu
mengetahui sifat orang yang bertakwa.
“jauhilah prasangka, karena prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta.” (HR.
Bukhari-Muslim).
Namun terdapat juga prasangka buruk yang diperbolehkan dalam islam, yuk simak
penjelasannya di bawah ini :
“Maka yang menjadi kewajiban seorang Muslim, baik lelaki atau perempuan, wajib untuk
menjauhi prasangka buruk. Kecuali ada sebab-sebab yang jelas (yang menunjukkan
keburukan tersebut). Jika tidak ada, maka wajib meninggalkan prasangka buruk. Tidak boleh
berprasangka buruk kepada istri, kepada suami, kepada anak, kepada saudara suami, kepada
ayahnya atau kepada saudara Muslim yang lain. Dan wajib berprasangka baik kepada Allah,
serta kepada sesama saudara dan saudari semuslim. Kecuali jika ada sebab-sebab yang jelas
yang membuktikan tuduhannya. Jika tidak ada, maka hukum asalanya adalah bara’ah (tidak
8
ada tuntutan) dan salamah (tidak memiliki kesalahan).” (Fatawa Nurun ‘alad Darbi, 21/147-
148)
Selain itu terdapat beberapa macam prasangka buruk dalam islam, yakni :
Prasangka Buruk Yang Diharamkan Dalam Islam
Melihat dari penjelasan Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, beliau mengatakan:
“Diharamkan suuzhan kepada sesama Muslim. Adapun kafir, maka tidak haram berprasangka
buruk kepada mereka, karena mereka memang ahli keburukan. Adapun orang yang dikenal
sering melakukan kefasikan dan maksiat, maka tidak mengapa kita berprasangka buruk
kepadanya. Karena mereka memang gandrung dalam hal itu. Walaupun demikian, tidak
selayaknya seorang Muslim itu mencari-cari dan menyelidiki keburukan orang lain. Karena
sikap demikian kadang termasuk tajassus“.
Prasangka Buruk Yang Dianjurkan Dalam Islam
“Orang yang memiliki permusuhan dan pertarungan dengan seseorang dalam masalah agama
atau masalah dunia, yang hal tersebut mengancam keselamatan jiwanya, karena makar dari
musuhnya. Maka ketika itu dianjurkan berprasangka buruk terhadap tipu daya dan makar
musuh. Karena jika tidak, ia akan dikejutkan dengan tipu daya musuhnya sehingga bisa
binasa.”
Prasangka Buruk Yang Diwajibkan Dalam Islam
Prasangka buruk yang dianjurkan dalam islam ialah prasangka buruk yang dilakukan untuk
memperjuangkan, membantu, membela umat islam dari kedzaliman yang sangat dibutuhkan
dalam rangka mendapatkan kemaslahatan syariat.
Selanjutnya saya akan membahas mengenai prasangka baik. Prasangka baik sendiri bisa
dibedakan menjadi 3 bagian, yakni :
Prasangka Baik Kepada Allah Swt
Allah Swt sangat menyayangi dan mengasihi umatnya yang beriman dan bertaqwa. Untuk itu
sebagai hambanya yang taat, sebaiknya kita tetap sabar jika sedang diberikan cobaan. Karena
9
cobaan yang diberikan tersebut merupakan ujian demi kebaikan kita juga. Allah Swt tidak
akan memberi beban kepada umatnya diluar batas kemampuan.
Hal ini sudah dijelaskan di dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 286, berikut penjelasan
mengenai firman Allah Swt mengenai hal tersebut : “Allah tidak membebani seseorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS Al-Baqarah ayat 286)
Sudah sangat jelas di dalam Al Qur’an surat Al Hujurat ayat 12 bahwasannya Allah Swt
telah melarang kepada umatnya orang – orang yang beriman agar
tidak berprasangka buruk antara satu dengan yang lain.
Kemudian jangan mencari cari kesalahan orang lain yang sebenarnya tidak mereka
lakukan. Adanya larangan agar tidak menggunjingkan hal apapun tentang orang
lain. Sungguh, semua tindakan tersebut termasuk dalam perbuatan dosa dan Allah Swt tidak
menyukainya.
Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Jauhilah prasangka buruk, karena
prasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta.” (HR Bukhari)
Dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah Saw bersabda: “Seorang
muslim (yang sejati) adalah orang yang mana orang muslim lainnya selamat dari (bahaya)
lisan dan tangannya.” (HR Tirmidzi)
Prasangka Baik Terhadap Diri Sendiri
Keuntungan yang akan kita dapatkan apabila memiliki prasangka baik pada diri sendiri ialah
pemikiran menjadi lebih jernih sehingga memunculkan semangat untuk memperjuangkan cita
– cita dan menambah rasa percaya diri terhadap kemampuan sendiri serta meminimalisir sifat
minder dengan orang lain.
10
“dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang
berputus asa dari rahmat Allah hanyalah orang-orang yang kafir”. (QS Yusuf ayat 87)
Dapat diambil kesimpulan bahwa artikel mengenai prasangka dalam islam di atas yang diulas
secara detail dan dikemas dengan menarik, diharapkan bisa membantu memudahkan dalam
mempelajari serta memahaminya lebih dalam lagi.
BAB II
PEMBAHASAN
11
BAB IV
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
12