Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR

“Rangkaian Pendeteksi hujan”

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Elektronika Dasar

Oleh:
“Abdul Aziz Nurhidayat MF”

1217030001

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2022
ABSTRACT

In this practical experiment, we can test and analyze the workings of the buzzer, as well as
the transistor.” The purpose of this research is first, to be able to make a simple sensor,
second, to be able to make a series of rain detectors from the sensors made, and third, to
understand how the rain detector circuit works.This rain detector series practicum is
realized through two stages, namely preparation and implementation. The preparation
process includes reviewing several sources on rain detector circuits, through books, the
internet, as well as preparing equipment and materials for assembling the circuit. While the
manufacturing stage includes the preparation of tools and materials, then compiling
components, then testing the circuit, then patenting the circuit by soldering the PCB.
Keywords: sensor, rain detector, research, circuit.

ABSTRAK

Dalam percobaan praktikum kali ini dapat menguji dan menganalisis cara kerja buzzer,
juga transistor.” Tujuan penelitian” ini pertama, Supaya mampu membuat sensor
sederhana, kedua, Dapat membuat rangkaian alat pendeteksi hujan dari sensor yang
dibuat, dan yang ketiga, dapat memahami cara kerja rangkaian alat pendeteksi hujan.
Praktikum rangkaian pendeteksi hujan ini diwujudkan melalui dua tahap yaitu persiapan
dan pelaksanaan. Proses persiapan meliputi pengkajian beberapa sumber tentang
rangkaian pendeteksi hujan, melalui buku, internet, serta persiapan peralatan dan bahan
untuk merangkai rangkaian. Sedangkan tahap pembuatan meliputi persiapan alat dan
bahan, kemudian penyusunan komponen, kemudian uji coba rangkaian, kemudian
pematenan rangkaian dengan cara penyolderan pada pcb.
Kata kunci: sensor, pendeteksi hujan, penelitian, rangkaian.
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN


Percobaan praktikum kali ini dapat menjadikan kita lebih tahu dan lebih memahami
komponen dalam rangkaian, terlebih dalam kehidupan sehari hari kita sudah tidak asing
dengan hujan, olehkarena itu percobaan praktikum tentang rangkaian pendeteksi hujan ini
sangat tepat untuk kita pelajari.

B. TUJUAN
Tujuan dalam praktikum ini sebagai berikut:
1. Siswa mampu membuat sensor sederhana.
2. Siswa mampu membuat rangkaian alat pendeteksi hujan dari sensor yang dibuat.
3. Memahami cara kerja dari rangkaian alat pendeteksi hujan.
DASAR TEORI

A. TRANSISTOR
Transistor adalah alat semi konduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai sirkuit pemutus
dan penyambung arus (switching), stabilisasi tegangan, dan modulasi sinyal. Transistor dapat
berfungsi semacam kran listrik, di mana berdasarkan arus inputnya (BJT) atau tegangan
inputnya (FET), memungkinkan pengaliran listrik yang sangat akurat dari sirkuit sumber
listriknya.
Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal, yaitu Basis (B), Emitor (E) dan Kolektor (C).
Tegangan yang di satu terminalnya misalnya Emitor dapat dipakai untuk mengatur arus dan
tegangan yang lebih besar daripada arus input (Masukan) Basis, yaitu pada keluaran tegangan
dan arus output (keluaran) dari Kolektor.
Transistor merupakan komponen yang sangat penting dalam dunia elektronik modern. Dalam
rangkaian analog, transistor digunakan dalam amplifier (penguat). Rangkaian analog
melingkupi pengeras suara, sumber listrik stabil (stabilisator) dan penguat sinyal radio.
Dalam rangkaian-rangkaian digital, transistor digunakan sebagai saklar berkecepatan tinggi.
Beberapa transistor juga dapat dirangkai sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai logic
gate, memori dan fungsi rangkaian-rangkaian lainnya.
.

1. Cara kerja Transistor


Dari banyak tipe-tipe transistor modern, pada awalnya ada dua tipe dasar transistor, bipolar
junction transistor (BJT atau transistor bipolar) dan field-effect transistor (FET), yang
masing-masing bekerja secara berbeda.
Disebut Transistor bipolar karena kanal konduksi utamanya menggunakan dua polaritas
pembawa muatan: elektron dan lubang, untuk membawa arus listrik. Dalam BJT, arus listrik
utama harus melewati satu daerah/lapisan pembatas dinamakan depletion zone, dan ketebalan
lapisan ini dapat diatur dengan kecepatan tinggi dengan tujuan untuk mengatur aliran arus
utama tersebut.
FET (juga dinamakan transistor unipolar) hanya menggunakan satu jenis pembawa muatan
(elektron atau hole, tergantung dari tipe FET). Dalam FET, arus listrik utama mengalir dalam
satu kanal konduksi sempit dengan depletion zone di kedua sisinya (dibandingkan dengan
transistor bipolar di mana daerah Basis memotong arah arus listrik utama). Dan ketebalan
dari daerah perbatasan ini dapat diubah dengan perubahan tegangan yang diberikan, untuk
mengubah ketebalan kanal konduksi tersebut.
.
2. Gambar Transistor dan Simbolnya

Gambar 1. Transistor.

3. Jenis-jenis Transistor
secara umum, transistor dapat dibeda-bedakan berdasarkan banyak kategori:

 Materi semikonduktor: Germanium, Silikon, Gallium Arsenide


 Kemasan fisik: Through Hole Metal, Through Hole Plastic, Surface Mount, IC, dan lain-
lain
 Tipe: UJT, BJT, JFET, IGFET (MOSFET), IGBT, HBT, MISFET, VMOSFET, MESFE, 
HEMT, SCR serta pengembangan dari transistor yaitu IC (Integrated Circuit) dan lain-
lain.
 Polaritas: NPN atau N-channel, PNP atau P-channel
 Maximum kapasitas daya: Low Power, Medium Power, High Power
 Maximum frekuensi kerja: Low, Medium, atau High Frequency, RF transistor,
Microwave, dan lain-lain
 Aplikasi: Amplifier, Saklar, General Purpose, Audio, Tegangan Tinggi, dan lain-lain.
3.1. BJT
BJT (Bipolar Junction Transistor) adalah salah satu dari dua jenis transistor. Cara kerja BJT
dapat dibayangkan sebagai dua diode yang terminal positif atau negatifnya berdempet,
sehingga ada tiga terminal. Ketiga terminal tersebut adalah emiter (E), kolektor (C), dan basis
(B).
Perubahan arus listrik dalam jumlah kecil pada terminal basis dapat menghasilkan perubahan
arus listrik dalam jumlah besar pada terminal kolektor. Prinsip inilah yang mendasari
penggunaan transistor sebagai penguat elektronik.

3.2. FET
FET dibagi menjadi dua keluarga: Junction FET (JFET) dan Insulated Gate FET (IGFET)
atau juga dikenal sebagai Metal Oxide Silicon (atau Semiconductor) FET (MOSFET).
Berbeda dengan IGFET, terminal gate dalam JFET membentuk sebuah diode dengan kanal
(materi semikonduktor antara Source dan Drain). Secara fungsinya, ini membuat N-channel
JFET menjadi sebuah versi solid-state dari tabung vakum, yang juga membentuk sebuah
diode antara grid dan katode. Dan juga, keduanya (JFET dan tabung vakum) bekerja di
"depletion mode", keduanya memiliki impedansi input tinggi, dan keduanya menghantarkan
arus listrik di bawah kontrol tegangan input.
FET lebih jauh lagi dibagi menjadi tipe enhancement mode dan depletion mode. Mode
menandakan polaritas dari tegangan gate dibandingkan dengan source saat FET
menghantarkan listrik. Jika kita ambil N-channel FET sebagai contoh: dalam depletion mode,
gate adalah negatif dibandingkan dengan source, sedangkan dalam enhancement mode, gate
adalah positif. Untuk kedua mode, jika tegangan gate dibuat lebih positif, aliran arus di antara
source dan drain akan meningkat. Untuk P-channel FET, polaritas-polaritas semua dibalik.
Sebagian besar IGFET adalah tipe enhancement mode, dan hampir semua JFET adalah tipe
depletion mode.
.
B. LED
LED adalah sejenis dioda semikonduktor istimewa.Seperti sebuah dioda normal,LED terdiri
dari sebuah chip bahan semikonduktor yang diisi penuh, atau di-dop, dengan ketidakmurnian
untuk menciptakan sebuah struktur yang disebut p-n junction. Panjang gelombang dari
cahaya yang dipancarkan, dan warnanya, tergantung dari selisih pita energi dari bahan yang
membentuk p - n junction. Tak seperti lampu pijar dan neon, LED mempunyai
kecenderungan polarisasi. Chip LED mempunyai kutub positif dan negatif (p-n) dan hanya
akan menyala bila diberikan arus maju. Ini dikarenakan LED terbuat dari bahan
semikonduktor yang hanya akan mengizinkan arus listrik mengalir ke satu arah dan tidak ke
arah sebaliknya. Chip LED pada umumnya mempunyai tegangan rusak yang relatif rendah.
Karakteristik chip LED pada umumnya adalah sama dengan karakteristik dioda yang hanya
memerlukan tegangan tertentu untuk dapat beroperasi. Namun bila diberikan tegangan yang
terlalu besar, LED akan rusak walaupun tegangan yang diberikan adalah tegangan maju.

Gambar 2. LED.
C. BUZZER

Buzzer Elektronika adalah sebuah komponen elektronika yang dapat menghasilkan getaran
suara berupa gelombang bunyi. Buzzer elektronika akan menghasilkan getaran suara ketika
diberikan sejumlah tegangan listrik dengan taraf tertentu sesuai dengan spesifikasi bentuk dan
ukuran buzzer elektronika itu sendiri. Pada umumnya, buzzer elektronika ini sering
digunakan sebagai alarm karena penggunaannya yang cukup mudah yaitu dengan
memberikan tegangan input maka buzzer elektronika akan menghasilkan getaran suara
berupa gelombang bunyi yang dapat didengar manusia.

Pada dasarnya, setiap buzzer elektronika memerlukan input berupa tegangan listrik yang
kemudian diubah menjadi getaran suara atau gelombang bunyi yang memiliki frekuensi
berkisar antara 1 - 5 KHz. Jenis buzzer elektronika yang sering digunakan dan ditemukan
dalam rangkaian adalah buzzer yang berjenis Piezoelectric (Piezoelectric Buzzer). Hal itu
karena Piezoelectric Buzzer memiliki berbagai kelebihan diantaranya yaitu lebih murah,
relatif lebih ringan dan lebih mudah penggunaannya ketika diaplikasikan dalam rangkaian
elektronika.

FUNGSI BUZZER
Pada dasarnya Buzzer Elektronika menyerupai loud speaker namun memiliki fungsi-fungsi
yang lebih sederhana. Berikut adalah beberapa fungsi buzzer elektronika :

 Sebagai bel rumah


 Alarm pada berbagai peralatan
 Peringatan mundur pada truk
 Komponen rangkaian anti maling
 Indikator suara sebagai tanda bahaya atau yang lainnya
 Timer
 Dan lain-lain

PRINSIP KERJA

Pada dasarnya, prinsip kerja dari buzzer elektronika hampir sama dengan loud speaker dimana
buzzer juga terdiri dari kumparan yang terpasang secara diafragma. Ketika kumparan tersebut
dialiri listrik maka akan menjadi elektromagnet sehingga mengakibatkan kumparan tertarik ke
dalam ataupun ke luar tergantung dari arah arus dan polaritas magnetnya. Karena kumparan
dipasang secara diafragma maka setiap kumparan akan menggerakkan diafragma tersebut
secara bolak-balik sehingga membuat udara bergetar yang akan menghasilkan suara.

Namun dibandingkan dengan loud speaker, buzzer elektronika relatif lebih mudah untuk
digerakkan. Sebagai contoh, buzzer elektronika dapat langsung diberikan tegangan listrik
dengan taraf tertentu untuk dapat menghasilkan suara. Hal ini tentu berbeda dengan loud
speaker yang memerlukan rangkaian penguat khusus untuk menggerakkan speaker agar
menghasilkan suara yang dapat didengar oleh manusia.
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. ALAT DAN BAHAN

No Nama Alat Jumlah


1 PCB 2
2 Jumper Secukupnya
3 Solder 1
4 Transistor 1
5 LED 1
6 Buzzer 1
7 Baterai 1
8 Timah Secukupnya
9 Header Secukupnya
Tabel 1. Alat dan Bahan Praktikum.

B. TEMPAT DAN WAKTU


Praktikum ini telah dilaksanakan di laboratorium fisika lantai 4 pada hari senin, 31 Oktober
2022.
C. PROSEDUR PRAKTIKUM

mulai

Penyiapan alat dan


bahan

Persiapan penyolderan

Uji coba rangkaian di


Pencocokan rangkaian
project board
pada pcb dengan yg di
project boad

Pematenan
rangkaian

selesai
PEMBAHASAN

A. PEMBAHASAN
 Percobaan kali ini mengenai Rangkaian pendeteksi hujan, jadi pada praktikum rangkaian
pendeteksi hujan ini, melibatkan buzzer pada rangkaian, dan juga dibuat sebuah sensor,
dimana sensor tersebut disambungkan dengan jumper dengan rangkaian yang dibuat, buzer
pada rangkaian akan berbunyi ketika sensor terkena air, hal ini bisa terjadi karena air
merupakan konduktor sengingga dapat menyebabkan rangkaian menjadi terhubung, dan
jadinya aliran arus pun terhubung.

\
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Sensor pada rangkaian disambungkan dengan jumper dengan rangkaian yang dibuat, buzer
pada rangkaian akan berbunyi ketika sensor terkena air, hal ini bisa terjadi karena air
merupakan konduktor sengingga dapat menyebabkan rangkaian menjadi terhubung, dan
jadinya aliran arus pun terhubung.
REFERENSI

1. ELEKTRONIKA DASAR - Drs. IMAM MUDA N, S.T, M.T - Google Buku. (n.d.).
Retrieved September 30, 2022.

2. https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=F5MwDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA1&dq=elektronika+dasar&ots=q
ruxKmpYKm&sig=KgnHOUE_aZjNHqQy0nhRWKAdE_Y&redir_esc=y#v=onepa
ge&q=elektronika%20dasar&f=false
pada kamis 3 november 23,00

3. Ghosh, S., Mondal, S., Pal, S., & Basak, D. (2022). High performance broad-band
ultraviolet-B to visible photodetection based on planar Al-Zn2SnO4-Al structure.
Sensors and Actuators A: Physical, 347. https://doi.org/10.1016/j.sna.2022.113898

4. https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=F5MwDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA1&dq=elektronika+dasar&ots=q
ruxKmpYKm&sig=KgnHOUE_aZjNHqQy0nhRWKAdE_Y&redir_esc=y#v=onepa
ge&q=elektronika%20dasar&f=false

5. Xi, J., Li, J., Sun, H., Ma, T., Deng, L., Liu, N., Huang, X., & Zhang, J. (2022). In-
situ monitoring of internal temperature and strain of solid-state battery based on
optical fiber sensors. Sensors and Actuators A: Physical, 347.
https://doi.org/10.1016/j.sna.2022.113888

Anda mungkin juga menyukai