Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

I. TUJUAN

Adapun tujuan pembuatan Monitoring dan Kontrol Cahaya Lampu


Menggunakan Labview Berbasis Arduino Uno adalah :

1. Memenuhi tugas yang diberikan dalam mengikuti mata kuliah


Praktek Realisasi Rancangan Elektronika.

2. Melatih keterampilan untuk membuat suatu alat sederhana yang


dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mempelajari karakteristik dari peralatan elektronika yaitu : Trafo,


Arduino Uno, Sensor LDR, Dioda, , Resistor, Headsink, IC,
TRIAC dan Kapasitor.

4. Mengetahui prinsip kerja dari Rangkaian SSR untuk


menghidupkan lampu pijar dari sumber DC.

5. Mempelajari cara program peralatan elektronika dengan


menggunakan software Labview.

II. RUANG LINGKUP

Dalam laporan Realisasi Rancangan Elektronika mengenai rangkaian


Monitoring dan Kontrol Cahaya Lampu Menggunakan Labview Berbasis
Arduino Uno ini mempunyai beberapa batasan masalah sebagai berikut:

1. Alat ini dapat diaplikasikan ditujukan hanya untuk lampu otomatis di


outdoor.

2. Rangkaian SSR sebagai penghidup lampu pijar.

3. Sumber 12V DC sebagai sumber tegangan Dimmer DC.

4. Sumber 5V DC sebagai sumber tegangan Arduino Uno dan buzzer.

1
5. Labview untuk mengatur buzzer dan menampilkan gelombang sensor.

6. Arduino UNO sebagai program sensor, SSR, Dimmer DC dan Labview.

III. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana prinsip kerja dari masing-masing peralatan elektronika yang


dipakai ?
2. 1. Bagaimana prinsip kerja dari masing-masing rangkaian elektronika daya
yang dipakai ?
3. Bagaimana cara kerja dari alat Monitoring dan Kontrol Cahaya Lampu
Menggunakan Labview Berbasis Arduino Uno?

2
BAB II

DASAR TEORI

A. Komponen Elektronika dari Monitoring dan Kontrol Cahaya Lampu


Menggunakan Labview Berbasis Arduino Uno

1. Transformator

Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan


dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke
rangkaian listrik yang lain, melalui suatu gandengan magnet dan
berdasarkan prinsip induksi-elektromagnet. Transformator digunakan secara
luas, baik dalam bidang tenaga listrik maupun elektronika. Penggunaan
transformator dalam sistem tenaga memungkinkan terpilihnya tegangan
yang sesuai, dan ekonomis untuk tiap-tiap keperluan misalnya kebutuhan
akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya listrik jarak jauh. Dalam
bidang elektronika, transformator digunakan antara lain sebagai gandengan
impedansi antara sumber dan beban, untuk memisahkan satu rangkain dari
rangkaian yang lain, dan untuk menghambat arus searah atau mengalirkan
arus bolak-balik. Adapun rumus untuk menghitung tegangan dan arus pada
masing-masing sisi primer dan sekunder yaitu :

dimana :
Np = Banyaknya lilitan primer
Ns = Banyaknya lilitan sekunder
Is = Arus pada sisi sekunder
Ip = Arus pada sisi primer
Vp = Tegangan pada sisi primer
Vs = Tegangan pada sisi sekunder

3
Trafo catu daya dibedakan menjadi dua, yaitu trafo non CT dan
trafo center tap (CT). Pada pembuatan realisasi ini yang digunakan adalah
Trafo non CT.

Gambar 1.1 Transformator

2. Resistor

Komponen ini memiliki bentuk kecil dan memiliki gelang warna


yang menunjukkan besar dan kecilnya suatu tahanan. Resistor memiliki 2
buah kaki pada ujungnya dan tidak memiliki kutub positif dan kutub negatif
sehingga pemasangannya boleh terbalik (tidak mempunyai polaritas),
asalkan nilainya sama dengan nilai yang tertera pada PCB atau skema.
Komponen ini terbuat dari bahan arang sehingga arus yang ada
dalam resistor tetap tidak dapat di ubah-ubah lagi. Apabila nilai ohmnya
tidak sesuai dengan arus yang masuk (lebih besar arus dari nilainya) maka
komponen ini akan terbakar dan tidak berfungsi lagi.

Gambar 1.2 Resistor

4
Selanjutnya untuk mengetahui besar tahanan resistor dapat
memalui gelang warna yang masing masing warnanya memiliki nilai. Di
bawah ini adalah tabel warna pada resistor:

1.3 Tabel nilai warna


gelang resistor

Gambar 1.3 Gelang Warna

Resistor sendiri didesain untuk menahan arus listrik dengan


memproduksi penurunan tegangan diantara kedua salurannya sesuai dengan
arus yang mengalirinya. berdasarkan hukum Ohm:

Gambar 1.4 Rumus Hambatan

5
3. Transistor

Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai


penguat, sebagai sirkuit pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi
tegangan, modulasi sinyal atau sebagai fungsi lainnya. Transistor dapat
berfungsi semacam kran listrik, di mana berdasarkan arus inputnya (BJT)
atau tegangan inputnya (FET), memungkinkan pengaliran listrik yang
sangat akurat dari sirkuit sumber listriknya.

Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal, yaitu Basis (B),


Emitor (E) dan Kolektor (C). Tegangan yang di satu terminalnya misalnya
Emitor dapat dipakai untuk mengatur arus dan tegangan yang lebih besar
daripada arus input Basis, yaitu pada keluaran tegangan dan arus output
Kolektor.

Transistor merupakan komponen yang sangat penting dalam dunia


elektronik modern. Dalam rangkaian analog, transistor digunakan dalam
amplifier (penguat). Rangkaian analog melingkupi pengeras suara, sumber
listrik stabil (stabilisator) dan penguat sinyal radio. Dalam rangkaian-
rangkaian digital, transistor digunakan sebagai saklar berkecepatan tinggi.
Beberapa transistor juga dapat dirangkai sedemikian rupa sehingga
berfungsi sebagai logic gate, memori dan fungsi rangkaian-rangkaian
lainnya.

Gambar 1.5 Transistor

6
4. Kapasitor

Kondensator atau sering disebut sebagai kapasitor adalah suatu alat


yang dapat menyimpan energi dalam bentuk medan listrik (muatan), dengan
cara mengumpulkan ketidakseimbangan internal dari muatan listrik.
Umumnya kapasitor itu dibuat dengan dua buah lempeng logam yg
bersejajar antara satu dengan lainnya, kemudian diantara dua logam tersebut
ada bahan isolator yg disebut dengan dielektrik. Dielektrik adalah bahan
yang dapat mempengaruhi nilai dari kapasitansi fungsi kapasitor. Adapun
bahan dielektrik yang paling sering di gunakan adalah keramik, kertas,
udara, metal film, gelas, vakum dan lain-lain sebagainya. Kapasitas untuk
menyimpan kemampuan kapasitor dalam muatan listrik disebut Farad (F)
yang diambil dari nama penemu Michael Faraday sedangkan simbol dari
kapasitor adalah C (kapasitor).

Gambar 1.6 Kapasitor

Ada 2 jenis kapasitor:

1. Kapasitor polar/elektrolit diidentikkan mempunyai dua kaki dan dua


kutub yaitu positif dan negatif serta memiliki cairan elektrolit dan
biasanya berbentuk tabung.

2. Kapasitor non-polar dapat dipasang secara bolak-balik pada suatu


rangkaian elektronik tanpa memeperhatikan kutub-kutubnya. Biasanya
berbentuk tablet atau kancing.

7
Gambar 1.6 (a) Kapasitor Polar Gambar 1.6 (b) Kapasitor Non-Polar

Kapasitor juga mempunyai tegangan kerja, biasanya pada


rangkaian DC berkisar dari 3,3V sampai 25V. Jangan menggunakan
kapasitor yang tegangan kerjanya lebih rendah dari tegangan kerja yang
ditentukan. Lebih baik memilih kapasitor yang tegangan kerjanya 10 – 15
persen lebih besar dari tegangan rangkaian.

5. IC

Voltage Regulator atau Pengatur Tegangan adalah salah satu


rangkaian yang sering dipakai dalam peralatan Elektronika. Fungsi Voltage
Regulator adalah untuk mempertahankan atau memastikan tegangan pada
level tertentu secara otomatis. Artinya, Tegangan Output (Keluaran) DC
pada Voltage Regulator tidak dipengaruhi oleh perubahan Tegangan Input
(Masukan), Beban pada Output dan juga Suhu. Tegangan Stabil yang bebas
dari segala gangguan seperti noise ataupun fluktuasi (naik turun) sangat
dibutuhkan untuk mengoperasikan peralatan elektronika terutama pada
peralatan elektronika yang sifatnya digital seperti Mikro Controller ataupun
Mikro Prosesor.

Rangkaian Voltage Regulator ini banyak ditemukan pada Adaptor


yang bertugas untuk memberikan Tegangan DC untuk Laptop, Handphone,
Konsol Game dan lain sebagainya. Pada Peralatan Elektronika yang Power
Supply atau Catu Dayanya diintegrasi ke dalam unitnya seperti TV, DVD
Player dan Komputer Desktop, Rangkaian Voltage Regulator (Pengatur
Tegangan) juga merupakan suatu keharusan agar Tegangan yang diberikan
kepada Rangkaian lainnya Stabil dan bebas dari fluktuasi.

8
Terdapat berbagai jenis Voltage Regulator atau Pengatur Tegangan,
salah satunya adalah Voltage Regulator dengan Menggunakan IC Voltage
Regulator. Salah satu tipe IC Voltage Regulator yang paling sering
ditemukan adalah tipe 7805 yaitu IC Voltage Regulator yang mengatur
Tegangan Output stabil pada Tegangan 5 Volt DC. IC 7812 yaitu IC Voltage
Regulator yang mengatur tegangan output stabil pada tegangan 12Volt DC.

Gambar 1.7 IC Regulator dan Aplikasi Pemasangannya

6. Dioda

Dioda adalah jenis komponen pasif. Dioda memiliki dua


kaki/kutub yaitu kaki anoda dan kaki katoda. Dioda terbuat dari bahan semi
konduktor tipe P dan semi konduktor tipe N yang di sambungkan. Semi
konduktor tipe P berfungsi sebagai Anoda dan semi konduktor tipe N
berfungsi sebagai katoda. Pada daerah sambungan 2 jenis semi konduktor
yang berlawanan ini akan muncul daerah deplesi yang akan membentuk
gaya barier. Gaya barier ini dapat ditembus dengan tegangan + sebesar 0.7
volt yang dinamakan sebagai break down voltage, yaitu tegangan minimum
dimana dioda akan bersifat sebagai konduktor/penghantar arus listrik.

Prinsip Kerja Dioda pada umumnya adalah sebagai alat yang


terbentuk dari beberapa bahan semikonduktor dengan muatan Anode (P)
dan muatan Katode (N) yang biasanya terdiri dari geranium atau silikon
yang digabungkan, dan muatan yang bertipe N merupakan bahan dengan

9
kelebihan elektron, dan sebaliknya muatan bertipe P merupakan bahan
dengan kekurangan elektron yang dipisahkan oleh depletion layer yang
terjadi akibat keseimbangan kedua muatan tersebut, oleh karena itu dioda
tersebut menghasilkan suatu hole yang berfungsi sebagai pembawa
tegangan atau muatan sehingga terjadi perpindahan sekaligus pengaliran
arus yang terjadi di hole tersebut.

Gambar 1.8 (a)


Dioda Gambar 1.8 (b) Simbol dioda

Dioda bersifat menghantarkan arus listrik hanya pada satu arah


saja, yaitu jika kutub anoda kita hubungkan pada tegangan + dan kutub
katoda kita hubungkan dengan tegangan – (kita beri bias maju dengan
tegangan yang lebih besar dari 0.7 volt) maka akan mengalir arus listrik dari
anoda ke katoda (bersifat konduktor). Jika polaritasnya kita balik (kita beri
bias mundur) maka arus yang mengalir hampir nol atau dioda akan bersifat
sebagai isolator.

7. MOC/Optocoupler

Optocoupl er biasanya saya pribadi di fungsikan untuk


mengendalikan motor Relay dan Motor AC. Driver Optocoupler ini di
controller oleh Arduino dan Atmega32/16. Jadi dengan tegangan dengan
sinyal kecil mampu mengendalikan beban Motor AC atau beban Lampu AC
dengan daya yang besar.

10
Gambar 1.9 Optocoupler

8. LED

Light Emitting Diode atau sering disingkat dengan LED adalah


komponen elektronika yang dapat memancarkan cahaya monokromatik
ketika diberikan tegangan maju. LED merupakan keluarga Dioda yang
terbuat dari bahan semikonduktor. Warna-warna Cahaya yang dipancarkan
oleh LED tergantung pada jenis bahan semikonduktor yang
dipergunakannya. LED juga dapat memancarkan sinar inframerah yang
tidak tampak oleh mata seperti yang sering kita jumpai pada Remote
Control TV ataupun Remote Control perangkat elektronik lainnya.

Sedangkan LED RGB adalah Led yang berisikan tiga


warna Led yang terintegrasi menjadi satu lampu Led. Led
RGB mengandung warna RED (merah), GREEN (hijau), dan BLUE (biru).
Dengan tiga warna ini, bisa membuat berbagai macam kombinasi warna.

Gambar 2.0 Bentuk dan simbol Led

Kegunaan utama model warna RGB adalah untuk menampilkan


citra / gambar dalam perangkat elektronik, seperti televisi dan komputer,

11
walaupun juga telah digunakan dalam fotografi biasa. Sebelum era
elektronik, model warna RGB telah memiliki landasan yang kuat
berdasarkan pemahaman manusia terhadap teori trikromatik.

RGB merupakan model warna yang bergantung kepada peranti:


peranti yang berbeda akan mengenali atau menghasilkan nilai RGB yang
berbeda, karena elemen warna (seperti fosfor atau pewarna) bervariasi dari
satu pabrik ke pabrik, bahkan pada satu peranti setelah waktu yang lama.

9. Heatsink

Heatsink adalah logam dengan design khusus yang terbuat dari


alumuniun atau tembaga (bisa merupakan kombinasi kedua material
tersebut) yang berfungsi untuk memperluas transfer panas dari sebuah
prosesor. Sebuah komponen cpu yang dipakai untuk menyerap panas.

Gambar 2.1 heatsink

12
10. Arduino UNO

Gambar 2.2 Arduino UNO

Microcontroller ATmega328

Operating Voltage 5V

Input Voltage 7-12V


(recommended)

Input Voltage (limits) 6-20V

Digital I/O Pins 14 (of which 6 provide PWM output)

Analog Input Pins 6

DC Current per I/O Pin 40 mA

DC Current for 3.3V Pin 50 mA

Flash Memory 32 KB (ATmega328) of which 0.5 KB


used by bootloader

13
SRAM 2 KB (ATmega328)

EEPROM 1 KB (ATmega328)

Clock Speed 16 MHz

Length 68.6 mm

Width 53.4 mm

Weight 25 g

Arduino Uno adalah papan sirkuit berbasis mikrokontroler


ATmega328. IC (integrated circuit) ini memiliki 14 input/output digital (6
output untuk PWM), 6 analog input, resonator kristal keramik 16 MHz,
Koneksi USB, soket adaptor, pin header ICSP, dan tombol reset. Hal inilah
yang dibutuhkan untuk mensupport mikrokontrol secara mudah terhubung
dengan kabel power USB atau kabel power supply adaptor AC ke DC atau
juga battery.

 Power
Arduino Uno dapat disupply langsung ke USB atau power supply
tambahan yang pilihan power secara otomatis berfungsi tanpa saklar.
Kabel external (non-USB) seperti menggunakan adaptor AC ke DC atau
baterai dengan konektor plug ukuran 2,1mm polaritas positif di tengah ke
jack power di board. Jika menggunak baterai dapat disematkan pada pin
GND dan Vin di bagian Power konektor.

Papan Arduino ini dapat disupplai tegangan kerja antara 6 sampai


20 volt, jika catu daya di bawah tengan standart 5V board akan tidak
stabil, jika dipaksakan ke tegangan regulator 12 Volt mungkin board
arduino cepat panas (overheat) dan merusak board. Sangat
direkomendasikan tegangannya 7-12 volt.

14
Penjelasan Power PIN:

 VIN – Input voltase board saat anda menggunakan sumber catu


daya luar (adaptor USB 5 Volt atau adaptor yang lainnya 7-12
volt), Anda bisa menghubungkannya dengan pin VIN ini atau
langsung ke jack power 5V. DC power jack (7-12V), Kabel
konektor USB (5V) atau catu daya lainnya (7-12V).
Menghubungkan secara langsung power supply luar (7-12V) ke
pin 5V atau pin 3.3V dapat merusak rangkaian Arduino.

 3V3 – Pin tegangan 3.3 volt catu daya umum langsung ke board.
Maksimal arus yang diperbolehkan adalah 50 mA.

 GND – Pin Ground.

 IOREF – Pin ini penyedia referensi tengangan agar


mikrokontrol beroperasi dengan baik. Memilih sumber daya
yang tepat atau mengaktifkan penerjemah tegangan pada output
untuk bekerja dengan 5V atau 3.3V.

 Input and Output


Masing-masing dari 14 pin UNO dapat digunakan sebagai input
atau output, menggunakan perintah fungsi pinMode(), digitalWrite(), dan
digitalRead() yang menggunakan tegangan operasi 5 volt. Tiap pin dapat
menerima arus maksimal hingga 40mA dan resistor internal pull-up
antara 20-50kohm, beberapa pin memiliki fungsi kekhususan antara lain:

 Serial: 0 (RX) dan 1 (TX). Sebagai penerima (RX) dan


pemancar (TX) TTL serial data. Pin ini terkoneksi untuk pin
korespondensi chip ATmega8U2 USB-toTTL Serial.

 External Interrupts: 2 dan 3. Pin ini berfungsi sebagai


konfigurasi trigger saat interupsi value low, naik, dan tepi, atau
nilai value yang berubah-ubah.

15
 PWM: 3, 5, 6, 9, 10, dan 11.

Melayani output 8-bit PWM dengan fungsi analogWrite().

 SPI: 10 (SS), 11 (MOSI), 12 (MISO), 13 (SCK). Pin yang


support komunikasi SPI menggunakan SPI library.

 LED: 13. Terdapat LED indikator bawaan (built-in)


dihubungkan ke digital pin 13, ketika nilai value HIGH led akan
ON, saat value LOW led akan OFF.

 Uno memiliki 6 analog input tertulis di label A0 hingga A5,


masing-masingnya memberikan 10 bit resolusi (1024). Secara
asal input analog tersebut terukuru dari 0 (ground) sampai 5
volt, itupun memungkinkan perubahan teratas dari jarak yang
digunakan oleh pin AREF dengan fungsi analog Reference().

Sebagai tambahan, beberapa pin ini juga memeliki kekhususan fungsi


antara lain:

- TWI: pin A4 atau pin SDA dan and A5 atau pin SCL. Support TWI
communication menggunakan Wire library. Inilah pin sepasang
lainnya di board UNO.
- AREF. Tegangan referensi untuk input analog. digunakan fungsi
analog Reference.
- Reset. Meneka jalur LOW untuk mereset mikrokontroler, terdapat
tambahan tombol reset untuk melindungi salah satu blok.

16
B. Rangkaian Elektronika Daya
1. Catu Daya
Prinsip kerja catu daya (power supply) dapat dipelajari sesuai
bagiannya masing-masing. Pada dasarnya perangkat elektronika mestinya
disuplai arus searah DC (direct current) yang stabil agar dapat bekerja
dengan baik. Baterai atau accu adalah sumber catu daya DC yang paling
baik. Namun untuk aplikasi yang membutuhkan catu daya lebih besar,
sumber dari baterai tidak cukup. Sumber catu daya yang besar adalah
sumber bolak-balik AC (alternating current) dari pembangkit tenaga listrik.
Untuk itu diperlukan suatu perangkat catu daya yang dapat mengubah arus
AC menjadi DC. Pada tulisan kali ini disajikan prinsip rangkaian catu daya
(power supply) linier mulai dari rangkaian penyearah yang paling sederhana
sampai pada catu daya yang ter-regulasi.

Gambar 2.3 Diagram Blok Power Supply DC

Prinsip Kerja DC Power Supply

Berikut ini adalah penjelasan singkat tentang prinsip kerja DC


Power Supply (Adaptor) pada masing-masing blok berdasarkan Diagram
blok diatas.

 Transformator (Trafo)

Transformator (Transformer) atau disingkat dengan Trafo yang


digunakan untuk DC Power supply adalah Transformer jenis Step-
down yang berfungsi untuk menurunkan tegangan listrik sesuai

17
dengan kebutuhan komponen Elektronika yang terdapat pada
rangkaian adaptor (DC Power Supply). Transformator bekerja
berdasarkan prinsip Induksi elektromagnetik yang terdiri dari 2 bagian
utama yang berbentuk lilitan yaitu lilitan Primer dan lilitan Sekunder.
Lilitan Primer merupakan Input dari pada Transformator sedangkan
Output-nya adalah pada lilitan sekunder. Meskipun tegangan telah
diturunkan, Output dari Transformator masih berbentuk arus bolak-
balik (arus AC) yang harus diproses selanjutnya.

Gambar 2.4 Trafo Step Down

 Rectifier (Penyearah Gelombang)

Rectifier atau penyearah gelombang adalah rangkaian


Elektronika dalam Power Supply (catu daya) yang berfungsi untuk
mengubah gelombang AC menjadi gelombang DC setelah
tegangannya diturunkan oleh Transformator Step down. Rangkaian
Rectifier biasanya terdiri dari komponen Dioda. Terdapat 2 jenis
rangkaian Rectifier dalam Power Supply yaitu “Half Wave Rectifier”
yang hanya terdiri dari 1 komponen Dioda dan “Full Wave Rectifier”
yang terdiri dari 2 atau 4 komponen dioda.

18
Gambar 2.5 Rectifier

 Filter (Penyaring)

Dalam rangkaian Power supply (Adaptor), Filter digunakan untuk


meratakan sinyal arus yang keluar dari Rectifier. Filter ini biasanya
terdiri dari komponen Kapasitor (Kondensator) yang berjenis Elektrolit
atau ELCO (Electrolyte Capacitor).

Gambar 2.6 Kapasitor untuk filter

19
Bentuk gelombang setelah filter kapasitor :

Gambar 2.7 Gelombang DC setelah melewati kapasitor

 Voltage Regulator (Pengatur Tegangan)

Untuk menghasilkan Tegangan dan Arus DC (arus searah) yang


tetap dan stabil, diperlukan Voltage Regulator yang berfungsi untuk
mengatur tegangan sehingga tegangan Output tidak dipengaruhi oleh
suhu, arus beban dan juga tegangan input yang berasal Output
Filter. Voltage Regulator pada umumnya terdiri dari Dioda
Zener, Transistor atau IC (Integrated Circuit).

Pada DC Power Supply yang canggih, biasanya Voltage Regulator


juga dilengkapi dengan Short Circuit Protection (perlindungan atas
hubung singkat), Current Limiting (Pembatas Arus) ataupun Over
Voltage Protection (perlindungan atas kelebihan tegangan). Pada IC
Regulator yang dipakai pada rangkaian catu daya kali ini adalah IC
7812 karna rangkaian kami membutuhkan tegangan DC sebesar
12volt.

20
Gambar 2.8 Rangkaian IC Regulator

Rangkaian keseluruhan catu daya yang di pakai:

Gambar 2.9 Schematic Rangkaian Catu Daya 12V

2. Rangkaian SSR

Solid state relay adalah relay yang elektronik, yaitu relay yang
tidak menggunakan kontaktor mekanik. Solid state relay menggunakan
kontaktor berupa komponen aktif seperti TRIAC, sehingga solid state
relay dapat dikendalikan dengan tegangan rendah dan dan dapat digunakan
untuk mengendalikan tegangan AC dengan voltase besar. Baik relay
kontaktor biasa maupun solid state relay (SSR) mempunyai keuntungan dan
kerugian. Baik keuntungan maupun kerugian tersebut merupakan ‘trade-off’
yang harus dipilih bagi disainer sistem kontrol.

21
Gambar 3.0 rangkaian input SSR

Penyearah jembatan mengubah tegangan sinusoidal menjadi pulsa


gelombang penuh pada frekuensi input dua kali. Masalahnya di sini adalah
bahwa pulsa tegangan ini mulai dan berakhir dari nol volt yang berarti
bahwa mereka akan jatuh di bawah persyaratan tegangan nyala minimum
ambang batas input SSR yang menyebabkan output bergerak "on" dan "off"
setiap setengah siklus.

Untuk mengatasi penembakan output yang tidak menentu ini, kita


dapat memuluskan riak yang diperbaiki dengan menggunakan kapasitor
smoothing, (C1) pada output penyearah jembatan. Efek pengisian dan
pemakaian kapasitor akan menaikkan komponen DC dari sinyal yang
diperbaiki di atas nilai tegangan nyala maksimum dari input solid state relay.
Kemudian meskipun bentuk gelombang tegangan sinusoidal yang terus
berubah digunakan, input SSR melihat adalah tegangan DC konstan.

Nilai-nilai menjatuhkan tegangan resistor, R1 dan kapasitor


smoothing, C1 yang dipilih sesuai dengan tegangan supply, 120 volt AC
atau 240 volt AC serta impedansi input dari solid state relay. Tetapi sesuatu
sekitar 40kΩ dan 10uF akan dilakukan.

Kemudian dengan penyearah jembatan ini dan rangkaian kapasitor


smoothing ditambahkan, solid state relay DC standar dapat dikontrol

22
menggunakan supply AC atau non-terpolarisasi DC. Tentu saja, produsen
memproduksi dan menjual solid state relay input AC (biasanya 90 hingga
280 volt AC).

Gambar 3.1 rangkaian output SSR

Aplikasi solid state relay yang paling umum adalah dalam


peralihan beban AC, baik itu untuk mengontrol daya AC untuk pergantian
ON/OFF, peredupan cahaya, kontrol kecepatan motor atau aplikasi lain yang
memerlukan kontrol daya, beban AC ini dapat dengan mudah dikontrol
dengan tegangan DC arus rendah menggunakan solid state relay yang
memberikan umur panjang dan kecepatan switching yang tinggi.

Salah satu keuntungan terbesar dari solid state relay atas relay
elektromekanis adalah kemampuannya untuk mengalihkan "OFF" beban AC
pada titik arus beban nol, dengan demikian sepenuhnya menghilangkan
lengkungan, kebisingan listrik dan pantulan kontak yang terkait dengan
relay mekanis konvensional dan beban induktif.

Ini karena AC solid state relay menggunakan Thyristor SCR dan


TRIAC sebagai perangkat output switching mereka yang terus berjalan,
setelah sinyal input dihapus, sampai arus AC yang mengalir melalui
perangkat turun di bawah ambang batas atau memegang nilai arus. Maka
output dari SSR tidak pernah bisa OFF di tengah-tengah puncak gelombang
sinus.

23
Turn-off arus nol adalah keuntungan utama untuk menggunakan
solid state relay karena mengurangi reduksi listrik dan ggl-balik yang terkait
dengan peralihan beban induktif seperti yang terlihat oleh kontak relay
elektro-mekanis. Pertimbangkan diagram bentuk gelombang output di
bawah ini dari solid state relay AC yang ideal.

C. Labview

Program LabVIEW adalah sebuah software pemrograman yang


diproduksi oleh National Instruments dengan konsep yang berbeda. Seperti
bahasa pemrograman lainnya yaitu C++, matlab atau Visual Basic,
LabVIEW juga mempunyai fungsi dan peranan yang sama, perbedaannya
bahwa labVIEW menggunakan bahasa pemrograman berbasis grafis atau
block diagram sementara bahasa pemrograman lainnya menggunakan basis
text. Program labVIEW dikenal dengan sebutan Vi atau Virtual
Instruments karena penampilan dan operasinya dapat meniru
sebuah instrument. Pada labVIEW, user pertama-tama membuat
user interface atau front panel dengan menggunakan kontrol dan indikator,
yang dimaksud dengan kontrol adalah knobs, push button, dials dan
peralatan input lainnya sedangkan yang dimaksud dengan indikator adalah
graphs, LEDs, dan peralatan display lainnya. Setelah menyusun user
interface, lalu user menyusun block diagram yang berisi kode-kode Vis
untuk mengontrol front panel. NI (2005) menyebutkan Software LabVIEW
terdiri dari tiga komponen utama yaitu:

24
1. Front Panel

Gambar 3.2 Front Panel

Front panel adalah begian window yang berlatar belakang abu-


abu serta mengandung kontrol dan indikator. Front panel digunakan
untuk membangun sebuah VI, menjalankan program dan
mendebug program.

2. Block Diagram dari Vi

Gambar 3.3 Block Diagram dari Vi

25
Blok diagram adalah bagian window yang berlatar belakang
putih berisi source code yang dibuat dan berfungsi sebagai instruksi
untuk front panel.

3. Control dan Fungsi Pallete


 Control pallete

Control pallete merupakan tempat beberapa kontrol dan


indikator pada front panel, control pallete hanya tersedia di front panel,
untuk menampilkan control pallete dapat dilakukan dengan
mengklik windows >> show control pallete atau klik kanan front
panel.

Gambar 3.4 Control Pallete

 Function pallete

Function pallete digunakan untuk membangun sebuah block


diagram, function pallete hanya tersedia pada blok diagram, untuk
menampilkannya dapat dilakukan dengan mengklik windows >> show
control pallete atau klik kanan pada lembar kerja block diagram.

26
Gambar 3.5 Function Pallete

27
BAB III

PEMBUATAN ALAT

A. Pembuatan Rangkaian

I. ALAT DAN BAHAN


a. Peralatan
1. Solder
2. Multimeter
3. Cutter
4. Tang
5. Bor
6. Gunting
7. Obeng
8. Lotion anti nyamuk
9. Gergaji besi
10. Spidol permanent
11. Kertas HVS
b. Bahan
Daftar alat dan bahan pada catu daya 12 volt:
No Nama Alat Spesifikasi Jumlah
1. Trafo Step Down 3 Ampere 1 buah
2. Terminal Blok 2 pin 2 buah
3. Dioda 1N4007 4 buah
4. Kapasitor Elektrolit 2200 µF (35V) 1 buah
5. Kapasitor Elektrolit 10 µF (35V) 1 buah
6. IC IC 7812 1 buah
7. Heatsink - 1 buah
8. Resistor 1k 1 buah
9. LED Warna merah 1 buah

28
Daftar alat dan bahan pada rangkaian SSR :
No Nama Alat Spesifikasi Jumlah

1. Terminal Blok 2 pin 3 buah


2. LED Hijau 1 buah
3. Resistor 330 Ohm 1 buah
4. MOC/ Autocoupler 3041 1 buah
5. Resistor 470 Ohm 1 buah
6. Resistor 390 Ohm 1 buah
7. Resistor 39 Ohm 1 buah
6. Kapasitor 103j 1 buah
7. Heatsink - 1 buah
8. TRIAC BT136 1 buah

Daftar alat dan bahan pada rangkaian Dimmer DC :


No Nama Alat Spesifikasi Jumlah

1. Terminal Blok 2 pin 3 buah


2. Dioda IN4007 1 buah
3. Resistor 1K Ohm 1 buah
5. Resistor 10K Ohm 1 buah
6. Heatsink - 1 buah
7. Mosfet IRF540 1 buah

Daftar alat dan bahan dalam pembuatan alat:


No Nama Alat Spesifikasi Jumlah

1. Arduino UNO - 1 buah


2. Kabel - Secukupnya
3. Voltmeter - 1 buah
4. Papan PCB - Secukupnya

29
5. Ferricloride - Secukupnya
6. Mur dan baut - Secukupnya
7. Tenol - Secukupnya
8. Stopkontak - 1 buah
9. Lampu pijar 5Watt 1 buah
10. Jack Arduino - 1 buah
11. Kabel jumper - Secukupnya
12. Spacer - 14 buah
13. Fitting lampu - 1 buah

LANGKAH KERJA

A. Persiapan Perangkat Keras


1. Menyiapkan gambar jalur rangkaian yang nantinya akan disalin
pada pada papan PCB menggunakan software computer.
Diperlukan software yang dapat digunakan untuk membuat gambar
rangkaian salah satunya adalah software Eagle.
2. Setelah gambar dalam bentuk board selesai maka langkah
selanjutnya adalah mencetak gambar rangkaian pada kertas HVS
menggunakan printer laser.
3. Tempelkan kertas yang telah di print pada papan PCB kemudian
olesi autan. Tindih dengan mika kemudian gosok dengan koin
hingga jalur menempel pada papan PCB.
4. Mendinginkan papan PCB dengan air dan lepas kertas HVS secara
hati-hati, kemudian memperjelas gambar menggunakan spidol
permanen apabila ada jalur yang tidak menempel atau kurang jelas.
5. Memotong papan PCB sesuai agar sesuai ukuran menggunakan
gergaji besi atau gerinda.
6. Menuangkan larutan Ferricloride (FeCl3) secukupnya pada baskom
dan tambahkan sekitar 250ml air bersih. Aduk hingga keduanya
merata.

30
7. Rendam PCB pada larutan tersebut dan menggoyang-goyangkan
baskom hingga tembaga yang tidak tetutup carbon atau spidol
menjadi hilang akibat proses pelarutan dengan Ferricloride.
8. Setelah proses pelarutan tembaga pada PCB selesai, bersihkan
karbon yang masih menempel dengan kapas yang dibasahi dengan
tiner/bensin secara perlahan.
9. Melubangi papan PCB sesuai jalur yang telah dibuat dengan
menggunakan bor khusus PCB. Yaitu bor ukuran 0,8-1mm sesuai
letak dan besar kaki komponen.

10. Memasang komponen pada papan PCB sesuai letak komponen dan
mensoldernya dengan tenol. Pada proses ini pensolderan harus
dilakukan dengan cepat dan rapi karena ada beberapa komponen
yang tidak tahan dengan suhu tinggi sehingga dapat mengurangi
kepekaan komponen.

11. Memotong kaki- kaki komponen agar rapi menggunakan tang


potong atau dapat dengan gunting kuku.

12. Memastikan rangkaian bekerja dengan baik.

13. Memasang rangkaian yang sudah jadi pada media sesuai keinginan
(Akrilik) sebagai casing.

14. Melakukan pengukuran-pengukuran dan mencatat hasilnya.

B. Pengkabelan Perangkat (Wiring)

1. Hubungkan steker ke kabel serta saklar kemudian hubungkan ke


inputan trafo.
2. Hubungkan input PSA dengan IC 7812 ke Trafo 12V. Pastikan
pemasangan kabel positif dan negative benar.
3. Hubungkan Output PSA 12V ke Inputan dimmer DC.

31
4. Hubungkan terminal block sebelah terminal inputan PSA ke
buzzer. Kemudian hubungkan Output dimmer DC ke Port
Arduino.
5. Hubungkan pula Sensor LDR Ke Port Arduino.
6. Hubungkan 220v dari Trafo ke Rangkaian SSR.
7. Sambungkan Lampu pijar dengan lampu kemudian masukkan
terminal blok di sebelah inputan 220v.
8. Sambungkan output SSR ke arduino uno.
9. Pastikan Port yang anda hubungkan dengan pengaturan di labview
sama.
10. Coba alat dengan masukkan steker ke stop kontak. Serta hidupkan
saklar.
11. Atur labview dan check.

C. Persiapan Perangkat Lunak

1. Eagle

a. Membuka software Eagle yang digunakan untuk pembuatan jalur


rangkaian yang nantinya akan digunakan sebagai rangkain utama
dari alat, Kemudian klik File >> New >> Schematic , maka akan
muncul lembar kerja seperti berikut.

Gambar 3.6 Tampilan Eagle

32
c. Tambahkan komponen yang ingin digunakan kedalam lembar kerja
dengan cara klik "add".

Gambar 3.7 Pilih Add


c. Pilih komponen yang anda inginkan, dengan cara menuliskan
komponen yang hendak digunakan pada kolom "search" , lalu
tekan “enter” . Kemudian pilih komponen dari daftar yang tersedia,
klik nama komponen tersebut dua kali, atau klik satu kali kemudian
klik “OK”

Gambar 3.8 Daftar Komponen Pada Eagle

d. Letakkan komponen pada lembar kerja kemudian tekan "esc",


lakukan hal yang sama untuk meletakkan komponen komponen
lainnya, hingga seluruh komponen yang dibutuhkan sudah berada
di lembar kerja.

33
e. Hubungkan semua kaki kaki komponen sesuai dengan yang anda
inginkan, jika semua kaki sudah terhubung dengan benar klik “
Generate/switch to board” kemudian akan muncul peringatan lalu
klik “yes”.

f. Menyimpan file yang sudah dibuat dengan cara klik "file" lalu klik
"save”.

D. Labview

1. Membuka aplikasi labview.


2. Pastikan sudah menginstall aplikasi arduino untuk
menyambungkan USB Arduino dan aplikasi VI serta linx.
3. Pencet window dan klik show block diagram.
4. Buat block diagram sesuai dengan pengaturan alat.

Gambar 3.9 block diagram

5. Buka labview sebelumnya dan atur untuk visualisasinya.


6. Gunakan pallete untuk mengatur dan menambahkan sesuatu.
7. Selesai.

34
BAB IV

CARA KERJA

1. Rangkaian Power Supply

Rangkaian power supply adalah rangkaian yang digunakan untuk


mengubah tegangan bolak balik menjadi tegangan searah yang besar
tegangan searah tersebut sudah disesuaikan dengan keperluan peralatan yang
menggunakan sumber tegangan searah. Rangkaian power supply
menggunakan transformator step down jenis CT yang digunakan untuk
menurunkan tegangan primer menjadi tegangan sekunder, dioda IN5400
sebagai penyearah tegangan bolak balik menjadi tegangan searah, kapasitor
sebagai perata dan penghalus tegangan, IC 7812 sebagai regulator polaritas
positif tegangan searah yang keluaran tersebut menghasilkan tegangan +12
Volt.

Gambar 4.0 Gambar Rangkaianpower supply

Cara kerja rangkaian power supply di atas adalah :

1. Transformator step down menurunkan tegangan bolak balik primer 220


Volt menjadi tegangan sekunder 12 Volt.

2. Tegangan sekunder transformator tersebut disearahkan dengan penyearah


gelombang penuh dengan 4 dioda 1N5400 yang terhubung wheatstone

35
(jembatan). Tegangan hasil penyearah gelombang penuh tersebut masih
terdapat ripple.

3. Untuk memperlemah ripple maka digunakan kapasitor elektrolit yang


bekerja dengan prinsip pengisian dan pengosongan muatan. Pada saat
dioda bias forward, maka kapasitor dimuati sampai tegangan puncak.
Setelah melewati puncak positif, maka kapasitor akan mengalami
pengosongan. Pada saat pengosongan kapasitor akan menyuplai tegangan
searah.

4. IC Regulator 78xx berfungsi sebagai penstabil tegangan yaitu


mempertahankan tegangan pada level tertentu. Pada rangkaian power
supply digunakan IC Regulator 7812 yang artinya IC Regulator tersebut
menjaga tegangan stabil sebesar + 12 Volt.

2. Rangkaian SSR

Gambar 4.1 Gambar Rangkaian Solite State Relay

Cara kerja SSR diatas adalah :

Inti dari prinsip solite state relay adalah ketika tegangan DC (dari
arduino uno misalnya) menghidupkan LED. Led akan mentrigger
optocoupler yang kemudian melanjutkan tegangan tersebut ke TRIAC. Triac
disini akan menyalakan beban yaitu 3 buah resistor. Dimana fungsi resistor
adalah untuk membatasi arus. Arus yang dibatasi adalah arus untuk LED,

36
uptocoupler dan arus untuk TRIAC sendiri. Uptocoupler berfungsi untuk
mengisolasi antara controller dengan perangkat eksternal yang dikontrol.
LED hanya untuk indicator bahwa rangkaian tersebut berjalan dengan
semestinya. Selain itu TRIAC disini adalah komponen utama yaitu berfungsi
sebagai mengatur ada atau tidaknya arus listrik yang melewatinya. TRIAC
cocok diaplikasikan pada tegangan AC karena TRIAC merupakan
komponen SCR yang disusun secara berlawanan dengan gate yang saling
dihubungkan. Komponen ini diperlukan karena pada TRIAC arus bisa
berjalan bolak balik. Tidak seperti SCR lain seperti dioda yang bersifat
sebagai penyearah.

3. Rangkaian Dimmer DC

Gambar 4.2 Gambar Rangkaian dimmer dc

Cara kerja rangkaian Dimmer DC diatas adalah :

1. Power suplly dihubungkan dengan input dimmer DC


2. Beban dipasang pada kaki drain mosfet yang dihubungkan dengan
sumber positif
3. Tegangan mengalir dari sumber menuju kaki drain mosfet melewati
beban tetapi masih tertahan dan belum mendapatkan supply negative
karena mosfet belum di trigger

37
4. Dioda digunakan sebagai pelindung mosfet karena beban induktif saat
disuplly input atau saat diberhentikan mempunyai lonjakan yang tinggi
dan akan menyebabkan kerusakan mosfet
5. PWM terhubung dengan kaki gate pada mosfet tetapi melewati resistor
yang berfungsi sebagai pembatas arus
6. Pengontrolan duty cycle menyebabkan tegangan yang masuk pada gate
mosfet bervariasi yang mempengaruhi besar arus yang mengalir dari
kaki drain ke source pada mosfet. Setelah gate tertrigger, tegangan
tertahan pada kaki drain mosfet akan mengalir menuju source.
7. Resistor 10k berfungsi sebagai pull down tegangan yang akan masuk ke
kaki gate agar gate mendeteksi kondisi low 0V secara sempurna.

4. Rangkaian Keseluruhan

1. Sumber PSA 12v diambil dari trafo 12v.

2. PSA 12v Volt digunakan untuk mensuplai daya untuk dimmer dc. Kemudian
dimmer dihubungkan ke buzzer dan arduino.

3. 220V dihubungkan ke SSR. Kemudian SSR dihubungkan lampu pijar dan


arduino.

4. Sensor LDR, Output dimmer DC dan SSR dihubungkan arduino.

38
BAB V

PENGUJIAN DAN PENGUKURAN ALAT

Setelah proses perancangan dan pembuatan alat , maka dilakukan


pengukuran dan percobaan. Fungsi pengukuran dan percobaan adalah untuk
mengamati apakah rangkaian telah berfungsi sesuai dengan fungsinya, dan
memastikan nilai-nilai kelistrikan seperti tegangan dan arus yang masuk dan
keluar rangkaian sesuai dengan datasheet-nya guna menghindari kerusakan pada
alat.
Langkah pertama dalam pengukuran dan percobaan alat adalah menyiapkan
seluruh peralatan yang dibutuhkan untuk pengukuran dan percobaan, selanjutnya
dilakukan pengujian dengan merubah variabel bebas dan langkah terakhir adalah
mengamati respon rangkaian dengan cara mengukur perubahan besaran-besaran
listrik pada setiap kondisi.
1. Peralatan yang Digunakan
Dalam melakukan pengukuran dan percobaan ini, Penyusun menggunakan
peralatan sebagai berikut:
1. Multimeter

2. Prosedur Pengukuran dan Pengujian


Prosedur yang dilakukan dalam pengukuran dan pengujian alat adalah sebagai
berikut:
1. Mempersiapkan gambar rangkaian.
2. Mempersiapkan semua peralatan yang akan digunakan dan memastikan
bahwa peralatan dalam kondisi yang baik.
3. Melakukan pengukuran dan pengujian rangkaian.
4. Mencatat hasil pengukuran dan pengujian.
3. Pengukuran Rangkaian

39
Pengukuran dilakukan pada masing-masing rangkaian untuk
mengetahui kemungkinan adanya kesalahan pada rangkaian dengan mengamati
besar tegangan keluarannya.
Adapun rangkaian yang diukur dan diamati pada pembuatan alat ini
adalah rangkaian Catu Daya, rangkaian SSR, Sensor, rangkaian dimmer DC,
buzzer :
1. Rangkaian Catu Daya
Rangkaian catu daya sebagai penyuplai daya ke Dimmer DC.
Pengukuran rangkaian catu daya dilakukan dengan mengukur tegangan
keluaran dan masukan terminal-terminal dan transformator.
Tabel pengukuran rangkaian catu daya 12 V
NO Titik Ukur Tegangan Terukur

1. Terminal input 220 Volt


2. Terminal output 12 Volt

2. Rangkaian SSR
Rangkaian ssr merupakan rangkaian solite state relay. Pengukuran
yang dilakukan dengan mengukur tegangan input dan output rangkaian
relay.
NO Input Tegangan Terukur

1. Terminal input 3,0 Volt


2. Terminal output 220 Volt

40
3. Rangkaian Dimmer DC

Rangkaian dimmer dc dilakukan untuk mengatur tegangan DC


yang akan dihubungkan ke buzzer dan arduino. Pengukuran dilakukan
untuk mengukur input dan output :

NO Input Tegangan Terukur

1. Terminal input 12 Volt


2. Terminal output 5 Volt

2
Buzzer 5 Volt
3

41
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. sensor LDR digunakan untuk mendeteksi cahaya


2. sensor ldr digunakan untuk mendeteksi jika tidak ada cahaya maka lampu
akan hidup sedangkan jika ada cahaya yang dideteksi sensor
3. Arduino berguna untuk mengontrol SSR, Dimmer DC dan LDR.
4. Labview berguna untuk monitoring alat.

B. SARAN

1. Posisikan sensor LDR di samping kotak agar tidak mendapatkan cahaya


secara maksimal.

42

Anda mungkin juga menyukai