Anda di halaman 1dari 20

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Dasar


Sensor parkir atau disebut juga sensor mundur adalah perangkat
elektronik yang dipasang pada bagian belakang kendaraan yang
mendeteksi bagian belakang kendaraan sehingga dapat menhentikan
kendaraan sebelum menyentuh/menabrak bagian yang tidak terlihat dari
cabin kendaraan. Sensor ini merupakan perlengkapan standar mobil
mewah, namun sekarang banyak dijual perlengkapan sensor ini untuk
dipasang pada kendaraan yang belum memiiki sensor parkir. Sensor
ditempatkan pada bagian belakang kendaraan, biasanya di bumper
belakang.
Semakin pesatnya perkembangan teknologi,khususnya teknologi
sistem keamanan dankenyamanan yang diaplikasikan pada mobil telah
membawa dampak positif, salah satunya kemudahan yang didapat oleh
manusia. Untuk itu, dibuatlah alat yang dapat digunakan oleh pengemudi
mobil sebagai pengukur jarak antara penghalang dan mobil menggunakan
Sensor Ultrasonik yang terintegrasi pada gigi mundur dari sebuah mobil.
Sensor ultrasonik adalah salah satu sensor yang paling akurat diantara
beberapa sensor yang digunakan untuk mengukur jarak. Alat ini akan aktif
apabila gigi mundur diaktifkan, sensor ini mampu mendeteksi adanya
penghalang di belakang mobil dan mengirim output yang berupa jarak ke
modul display sehingga dapat diketahui jarak antara penghalang dengan
mobil agar benturan dapat dihindari. Dengan adanya sensor ini maka
pengemudi akan mendapatkan kemudahan dalam memarkir mobil. Bagi
sebagian orang, parkir mundurbaik itu horizontal maupun vertikal
merupakan suatu pekerjaan yang sulit dilakukan. Tanpa dibantu dengan
aba-aba dari tukang parkir atau orang lain maka seorang pengemudi akan
menghabiskan waktu yang tidak sedikit untuk memarkir mobil. Bahkan,
jika tidak berhati-hati, bukan tidak mungkin pengemudi tersebut akan
mengenai mobil lain yang diparkir pada tempat yang berdekatan. Tujuan
penelitian adalah membuat sistem yang dapat mempermudah pengemudi
dalam memarkir kendaraan dengan mengetahui jarak bagian samping dan
belakang bodi mobil terhadap benda atau penghalang menggunakan sensor
ultrasonik, juga mengurangi kecelakaan akibat kelalaian pengemudi saat
memarkir kendaraan.
Ada beberapa komponen yang digunakan dalam pembuatan alat
ini, diantaranya :
2.1.1 Resistor
Fungsi resistor adalah sebagai pengatur dalam membatasi jumlah
arus yang mengalir dalam suatu rangkaian. Dengan adanya resistor
menyebabkan arus listrik dapat disalurkan sesuai dengan kebutuhan.
Sebuah resistor tidak memiliki kutub positif dan negatif, tapi memiliki
karakteristik utama yaitu resistensi, toleransi, tegangan kerja maksimum
dan power rating. Karakteristik lainnya meliputi koefisien temperatur,
kebisingan, dan induktansi.
Resistor berdasarkan nilainya dapat dibagi dalam 3 jenis, yaitu :
2.1.1.1 Fixed Resistor / Resistor Tetap

Gambar 1.1. Bentuk Fisik Resistor Tetap


Gambar 1.2. Simbol Resistor Tetap

2.1.1.2 Variable Resistor / Resistor Variabel

Resistor variabel adalah resistor yang nilai resistansi atau


hambatannya dapat diubah-ubah. Contoh Resistor Variabel :
Potensio Meter

Gambar 1.3. Bentuk Fisik Potensio Meter

2.1.1.3 Nonlinear Resistor / Resitor Nonlinear

Resistor non linear adalah yang nilai resistansi /


hambatannya tidak linear karena faktor lingkungan misalnya suhu
dan cahaya. Contoh resistor non linear: PTC Positive Temperatur
Coefisien.

Gambar 1.4. Bentuk Fisik PTC


2.1.1.4 Kode Warna Resistor
Untuk mengetahui berapa besar nilai resistan (hambatan)
sebuah resistor tetap, maka kita dapat melihat dan membaca kode
warna yang berupa cincin-cincin warna pada bodi resistor. Karena
tidak semua nilai resistor dicantumkan dengan lambang bilangan
berupa angka-angka, melainkan dengan cincin kode warna.
Banyaknya cincin kode warna setiap resistor berjumlah 4 cincin
atau ada juga 5 cincin bahkan lebih. Untuk cara pembacaannya
tidak jauh berbeda yaitu :

1. Resistor yang mempunyai 4 cincin, artinya cincin 1 dan 2


adalah nilai angka atau digit, cincin ke 3 adalah faktor pengali
banyaknya (0), sedangkan cincin ke 4 adalah besarnya toleransi.

2. Resistor dengan 5 cincin warna, artinya cincin 1, 2, dan 3


adalah niali angka atau digit, cincin ke 4 adalah faktor pengali(
banyaknya 0), sedangakan cincin ke 5 menunjukan besarnya
toleransi.

3. Resistor dengan 6 cincin warna, artinya cincin 1, 2, dan 3


adalah niali angka atau digit, cincin ke 4 faktor pengali
(banyaknya 0), cincin ke 5 besarnya toleransi, sedangkan cincin ke
6 koefisien temperatur. Untuk lebih jelas mengenai kode warna
tersebut, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.1. Kode Warna


2.1.2 Kapasitor

Kapasitor adalah suatu komponen elektronika yang berfungsi


untuk menyimpan dan menyalurkan arus listrik dalam bentuk muatan.
Sebuah kapasitor pada dasarnya terbuat dari dua buah lempengan logam
yang saling sejajar satu sama lain dan diantara kedua logam tersebut
terdapat bahan isolator yang sering disebut dielektrik.
Bahan dielektrik tersebut dapat mempengaruhi nilai dari
kapasitansi kapasitor tersebut. Adapun bahan dielektrik yang paling sering
dipakai adalah keramik, kertas, udara, metal film dan lain-lain.
Kapasitor dibagi menjadi dua, yaitu :
2.1.2.1 Kapasitor tetap

Kapasitor tetap adalah kapasitor yang memiliki nilai


kapasitansi tetap. Kapasitor ini terbagi menjadi dua, yaitu polar dan
nonpolar.Kapasitor polar adalah kapasitor yang memiliki kutub-
kutub positif dan negatif. Satu kaki pada kapasitor ini berfungsi
sebagai kutub positif sedangkan satu kaki yang lain berfungsi
sebagai kutub negatif.

Gambar 1.5. Simbol Kapasitor Polar

Kapasitor nonpolar adalah kapasitor yang tidak memiliki


perbedaan kutub-kutub pada kedua kakinya. Jadi, kaki-kakinya
adalah sejenis.

Gambar 1.6. Simbol Kapasitor


Nonpolar
2.1.2.2 Kapasitor variable

Kapasitor variabel adalah kapasitor yang dapat diubah


nilainya. Biasanya kapasitor ini digunakan sebagai tuning pada
sebuah radio. Ada 2 macam kapasitor variabel yaitu varco (variable
capacitor) dengan inti udara dan varaktor (dioda varaktor).

Pada dasarnya varaktor adalah sebuah Dioda tetapi


dipasang terbalik, dioda varaktor dapat mengubah kapasitansi
dengan memberikan tegangan reverse kepada ujung anoda dan
katodanya. Biasanya varaktor digunakan sebagai tuning pada radio
digital dengan fasilitas auto search.

2.1.3 Trimpot
Pada rangkaian ini trimpot berfungsi untuk sebagai pengatur
kesensitifan sensor dan menyebabkan arus dapat mengalir dari sumber
tegangan Vcc 5Volt ke trimpot, dan sebaliknya pada saat output
mikrokontroler high atau +5 V, maka transistor sebagai saklar tidak aktif
dan menyebabkan arus tidak dapat mengalir dari sumber tegangan Vcc 5V
ke relay.

Dalam hal ini lampu di pasang pada keadaan normaly open jadi
pada saat trimpot belum aktif maka lampu dalam keadaan padam dan
dengan mengalirnya arus ke trimpot maka trimpot akan aktif menyalakan
lampu.

Penggunaan dioda yang di pasang secara paralel dengan relay


berfungsi untuk menghubung singkatkan tegangan GGL (gaya gerak
listrik) yang timbul pada kumparan trimpot, dimana trimpot tersebut
mempunyai polaritas yang berlawanan dengan catu tegangan, yang
mungkin akan menyebabkan transistor rusak karenanya.

2.1.4 Motor DC
Motor DC memiliki 2 pin input, yaitu tegangan dan ground.
Dengan membalik masukan tegangan dan ground-nya, putaran motor DC
akan membalik menjadi terbalik. Prinsip kerja Motor DC adalah jika arus
lewat pada suatu konduktor,timbul medan magnet disekitar konduktor.
Medan magnet hanya terjadi disekitar sebuah konduktor jika ada arus
mengalir pada konduktor tersebut.

Tegangan yang digunakan untuk mengaktifkan motor ini berkisar


dari 3 24 Volt dan arusnya 1 Ampere. Dalam rangkaian ini, motor DC
yang digunakan diberikan tegangan 12 Volt. Dalam rangkaian ini, Motor
DC berfungsi untuk membuka atau menutup palang pintu bila ada
kendaraan masuk atau keluar. Berikut adalah bentuk fisik dari motor DC :

Gambar 1.7. Bentuk Fisik Motor DC

2.1.5 Kabel Pelangi

Kabel pelangi berfungsi untuk menghubungkan Jalur pada


rangkaian rangkaian dari PCB matriks. Jalur pelangi juga bisa digunakan
untuk menghubungkan Komponen komponen dari jalur yang diletakan
berpisah dengan PCB.

Gambar 1.8. Kabel Pelangi


2.1.6 Kabel Jumper
Kabel jumper atau kabel penghubung tidak lepas perlengkapan
untuk uji coba rangkaian di papan trainer (breadboard) warna putih yang
terdiri banyak lubang-lubang komponen yang terhubung per kolom dan
perbaris, nah, fungsi kabel jumper inilah yang akan menghubungkan kaki-
kaki komponen IC, resistor, kapasitor, diode, dan komponen-komponen
elektronika lainnya.
Kabel jumper banyak dijual dipasaran dengan harga tertentu
tergantung kualitasnya, sebenarnya rekan tekno tidak perlu merogoh kocek
untuk membeli kabel jumper yang bisa dibuat sendiri dirumah. Kalau saya
sarankan lebih baik membuat sendiri dengan manfaat yang sama meski
tampilannya beda dengan buatan pabrik. Lagipula anda bisa membuatnya
sebanyak berapapun yang rekan tekno mau.
Manfaat kabel jumper ini seperti yang saya uraikan secara umum
di atas, antara lain:
Kabel untuk ujicoba rangkaian.
Sebagai bahan wajib untuk latihan dan pengenalan teknik elektronika.
Murah dan mudah dibuat sendiri.
Panjang kabel bisa disesuaikan dengan kebutuhan sendiri tidak terpaku
pada ukuran dari buatan toko/ pabrik.
Bahan membuatnya mudah dicari.
Jumlah pembuatan yang tidak terbatas.
Memanfaatkan bekas potongan kaki komponen yang terbuang (go green).

2.1.7 Tulang Ikan


SIP connector atau Tulang Ikan adalah konektor yang hanya
mempunyai satu baris pin. Jumlah pin pada konektor ini berbeda-beda, ada
yang 6 pin (SIP-6) hingga 40 pin (SIP-40). Konektor ini umumnya
dinamakan header karena fungsinya yang lebih untuk menyambungkan
device ke PCB.
Gambar 1.9 Tulang Ikan

2.1.8 PCB
Printed Circuit Board atau biasa disingkat PCB adalah sebuah
papan yang digunakan untuk mendukung semua komponen-komponen
elektronika yang berada diatasnya, papan PCB juga memiliki jalur-jalur
konduktor yang terbuat dari tembaga dan berfungsi untuk menghubungkan
antara satu komponen dengan komponen lainnya.
PCB digunakan sebagai dasar dari semua rangkaian elektronika
yang sering kita jumpai, karena papan jenis ini akan menjadi tempat
melekatnya komponen elektronika dengan dilekatkan menggunakan solder
yaitu dengan bantuan timah yang dicairkan. Untuk membuat jalur pada
PCB maka harus melalui beberapa proses yang tidak mudah, mulai dari
menggambar skema rangkain sampai melukis pada papan tersebut sebelum
akhirnya dilarutkan dalam cairan asam sehingga papan tersebut
membentuk jalur seperti dibawah ini.

Gambar 1.10 PCB yang sudah di


etching

2.1.9 Fericlorit
Proses etching PCB yaitu proses melarutkan bagian tembaga yang
tidak tertutupi lapisan/sablonan/tinta spidol dengan menggunakan sebuah
cairan khusus untuk melarutkan PCB.
FeCl3 ada yang berbentuk cair serta bongkahan. Namun yang
paling sering ditemui yaitu yang berbentuk bongkahan. Untuk
mencampurkan bongkahan tersebut sebaiknya menggunakan bahan
pengaman. Campuran air dengan bahan kimia tersebut akan menimbulkan
panas dan gas. Untuk pengaman pertama kali,sebaik menggunakan sarung
tangan dan masker.
Selain itu,FeCl3 juga sangat korosif,sehingga harus menggunakan
wadah yang terbuat dari plastic. Jika menggunakan wadah logam, akan
segera bocor dan penggunaan logam juga akan merusak kemampuan
cairan tersebut untuk melarutkan tembaga.

2.1.10 Limit Switch


Limit switch umumnya digunakan untuk : Memutuskan dan
menghubungkan rangkaian menggunakan objek atau benda lain.
Menghidupkan daya yang besar, dengan sarana yang kecil. Sebagai sensor
posisi atau kondisi suatu objek. Prinsip kerja limit switch diaktifkan
dengan penekanan pada tombolnya pada batas/daerah yang telah
ditentukan sebelumnya sehingga terjadi pemutusan atau penghubungan
rangkaian dari rangkaian tersebut. Limit switch memiliki 2 kontak yaitu
NO (Normally Open) dan kontak NC (Normally Close) dimana salah satu
kontak akan aktif jika tombolnya tertekan.

Gambar 1.11 Simbol dan Limit Switch


2.1.11 IC LM324
IC LM324 merupakan Operatinal Amplifier ( Op-Amp ).
IC ini memiliki 4 buah Op-Amp. Op-Amp memiliki beberapa rangkaian
dasar yaitu Inverting Amplifier, Non Inverting Amplifier, Voltage
follower dan Comparator. Pada alat ini IC LM324 dirancang untuk
membuat rangkaian Comparator. Rangkaian ini dapat membandingkan dua
buah tegangan yang masuk melalui dua terminal input Op-Amp.
Rangkaian dasarnya menggunakan modus loop terbuka sehingga
outputnya memenuhi. Rumusnya yaitu :

= ( ) %.

Gambar 1.12 IC LM324

Tegangan yang digunakan untuk mengaktifkan IC ini adalah 5


Volt. Tegangan ini akan digunakan sebagai tegangan referensi
(Vref). Setiap komparator memiliki 2 buah input (Vin) yang berasal dari
sensor. Logika dari IC ini yang akan digunakan juga dalam rangkaian
adalah sebagai berikut :

Saat Vin berada dalam kondisi lebih besar daripada Vref, maka
output yang dihasilkan (Vout) akan berlogika 1/high.
Saat Vin berada dalam kondisi lebih kecil daripada Vref, maka
output yang dihasilkan (Vout) akan berlogika 0/low.

2.1.12 IC L293D
IC L293D ini adalah suatu bentuk rangkaian daya tinggi
terintegrasi yang mampu melayani 4 buah beban dengan arus nominal 600
mA hingga maksimum 1.2 A. Keempat saluran masukannya didesain
untuk dapat menerima masukan level logika TTL.
Pada rangkaian ini IC LM293D berfungsi untuk menguatkan
tegangan input pertama dengan tegangan input kedua agar sesuai dengan
daya yang diminta pada output. Pada rangkaian ini, IC LM293D akan
mendapatkan input dari mikrokontroler, dimana input dari mikrokontroler
tersebut merupakan hasil pengolahan proses yang terjadi pada sensor. IC
ini memiliki 20 kaki dan fungsi dari masing-masing kakinya bisa dilihat
pada gambar berikut :

Gambar 1.13 IC L293D

Pin EN (Enable, EN1.2, EN3.4) berfungsi untuk mengijinkan


driver menerima perintah untuk menggerakan motor DC.
Pin In (Input, 1A, 2A, 3A, 4A) adalah pin input sinyal kendali
motor DC.
Pin Out (Output, 1Y, 2Y, 3Y, 4Y) adalah jalur output masing-
masing driver yang dihubungkan ke motor DC.
Pin VCC (VCC1, VCC2) adalah jalur input tegangan sumber
driver motor DC, dimana VCC1 adalah jalur input sumber
tegangan rangkaian kontrol dirver dan VCC2 adalah jalur input
sumber tegangan untuk motor DC yang dikendalikan.
Pin GND (Ground) adalah jalu yang harus dihubungkan ke ground,
pin GND ini ada 4 buah yang berdekatan dan dapat dihubungkan ke
sebuah pendingin kecil.

2.1.13 IC AT89C51
Mikrokontroler yang digunakan pada alat ini adalah IC AT89S51.
Mikrokontroler tipe AT89S51 merupakan mikrokontroler keluarga MCS-
51 dengan konfigurasi yang sama persis dengan AT89C51 yang cukup
terkenal, hanya saja AT89S51 mempunyai fitur ISP (In-System
Programmable Flash Memory).
Fitur ini memungkinkan mikrokontroler dapat diprogram langsung
dalam suatu sistem elektronik tanpa melalui Programmer Board atau
Downloader Board. Mikrokontroler dapat diprogram langsung melalui
kabel ISP yang dihubungkan dengan paralel port pada suatu Personal
Computer.

Gambar 1.14 IC AT89C51


No Pin Fungsi
18 Masukan dan Keluaran untuk Port 1 (Port 1.0
Port 1.7)
9 RST (Reset)
10-17 Masukan dan Keluaran untuk Port 3 (Port 3.0
Port 3.7)
18 XTAL1
19 XTAL2
20 GND (Ground)
21-28 Masukan dan Keluaran untuk Port 2 (Port 2.0
Port 2.7)
29 PSEN
30 ALE/PRO
31 EA/VPP
32-39 Masukan dan Keluaran untuk Port 0 (Port 0.0
Port 0.7)
40 VCC +5 Volt
Tabel 1.2 Fungsi Port IC AT89C51
Fungsi lain dari masing-masing pin. Mikrokontroler AT89S51
memiliki pin berjumlah 40 dan umumnya dikemas dalam DIP (Dual Inline
Package). Masing-masing pin pada mikrokontroler AT89C51 mempunyai
kegunaan sebagai berikut:

Port 0 merupakan port dua fungsi yang berada pada pin 32-39 dari
AT89C51. Dalam rancangan sistem sederhana port ini sebagai port
masukan dan keluaran serbaguna. Untuk rancangan yang lebih
komplek dengan melibatkan memori eksternal jalur ini dimultiplek
untuk bus data dan bus alamat.
Port 1 disediakan sebagai port masukan dan keluaran dan berada
pada pin 1-8. Beberapa pin pada port ini memiliki fungsi khusus
yaitu P1.5 (MOSI), P1.6 (MISO), P1.7 (SCK) yang digunakan
untuk jalur download program.
Port 2 (Pin 21-28 ) merupakan port dua fungsi yaitu sebagai
masukan dan keluaran serbaguna, atau sebagai bus alamat byte
tinggi untuk rancangan yang melibatkan memori eksternal.
Port 3 adalah port dua fungsi yang berada pada pin 10-17, port ini
memiliki multi fungsi, seperti yang terdapat pada tabel berikut ini :

Bit Nama Bit Fungsi Alamat Alternatif


P3.0 RXD B0h Receive data for serial port
P3.1 TXD B1h Transmit data for serial port
P3.2 INT0 B2h External interrupt 0
P3.3 INT1 B3h External interrupt 1
P3.4 T0 B4h Timer/counter 0 external masukan
P3.5 T1 B5h Timer/counter 1 external masukan
P3.6 WR B6h External data memory write strobe
P3.7 RD B7h External data memory read strobe
Tabel 1.3 Fungsi pin 10-13 pada port 3

Berdasarkan pada tabel adapun fungsi lain dari masing-masing port


dan alamat alternatif. Masing-masing port dan alamat pada mikrokontroler
AT89C51 mempunyai kegunaan sebagai berikut:

PSEN (Program Store Enable) adalah sebuah sinyal


keluaran yang terdapat pada pin 29. Fungsinya adalah sebagai sinyal
kontrol untuk memungkinkan mikrokontroler membaca program (code)
dari memori eksternal. Biasanya pin ini dihubungkan ke pin EPROM. Jika
eksekusi program dari ROM internal atau dari flash memori (ATMEL
AT89SXX), maka berada pada kondisi tidak aktif (high).

ALE (Address Latch Enable) adalah sinyal keluaran ALE


yang berada pada pin 30 fungsinya sama dengan ALE pada
microprocessor INTEL 8085, 8088 atau 8086. Sinyal ALE
dipergunakan untuk demultiplek bus alamat dan bus data. Sinyal
ALE membangkitkan pulsa sebesar 1/6 frekuensi oscillator dan
dapat dipakai sebagai clock yang dapat dipergunakan secara
umum.
EA(External Access) merupakan masukan sinyal terdapat
pada pin 31 yang dapat diberikan logika rendah (ground) atau
logika tinggi (+5V). Jika diberikan logika tinggi maka
mikrokontroler akan mengakses program dari ROM internal
(EPROM/flash memori). Jika diberi logika rendah maka
mikrokontroler akan mengakses program dari memori eksternal.
RST (Reset) berfungsi untuk masukan reset pada pin 9
adalah reset master untuk AT89S51. Pulsa transisi dari tinggi
selama 2 siklus ke rendah akan mereset mikrokontroler.
Oscillator yang disediakan pada chip dikemudikan dengan
XTAL yang dihubungkan pada pin 18 dan pin 19. Diperlukan
kapasitor penstabil sebesar 33 pF. Besar nilai XTAL sekitar 3 MHz
sampai 33 MHz. XTAL1 adalah masukan ke pembalikan penguat
osilator (inverting oscillator amplifier) dan masukan ke clock
internal pengoperasian rangkaian. Sedangkan XTAL2 adalah
keluaran dari pembalikan penguat osilator.

2.1.14 LED Infrared


LED Infrared merupakan salah satu jenis LED (Light Emiting
Diode) yang dapat memancarkan cahaya infra merah yang tidak kasat
mata. Cahaya infra merah merupakan gelombang cahaya yang berapa
pada spectrum cahaya tak kasat mata. LED infrared dapat memancarkan
cahaya infra merah pada saat diode LED ini diberikan tegangan bias maju
pada anoda dan katodanya. LED infrared ini dapat memancarkan
gelombang cahaya infra merah karena dibuat dengan bahan khusus untuk
memancarkan cahaya infra merah. Bahan pembuatan LED infra merah
tersebut adalah bahan Galium Arsenida (GaAs). Secara teoritis LED infra
merah mempuyai panjang gelombang 7800 dan mempuyai daerah
frekuensi 3.104 sampai 4.104 Hz. Dilihat dari jangkau frekuensi yang
begitu lebar, infra merah sangat fleksibel dalam penggunaannya. LED ini
akan menyerap arus yang lebih besar daripada dioda biasa. Semakin besar
arus yang mengalir maka semakin besar daya pancarnya dan semakin jauh
jarak sapuannya.

Gambar 1.14 Simbol LED

Karakteristik dari LED Infrared adalah :

1. Dapat digunakan dalam waktu yang lama


2. Membutuhkan daya yang kecil
3. Pemancaran panjang gelombangnya menyempit
4. Tidak mudah panas
5. Dapat digunakan dalam jarak yang lebar
6. Murah dari segi harga
Pada rangkaian ini, LED infrared berfungsi sebagai
pemberi sinar inframerah yang akan diterima oleh photo dioda.
Saat ada kendaraan yang masuk, maka sinar inframerah tersebut
akan terhalang oleh badan kendaraan. Kondisi inilah yang akan
menjadi sinyal masukan pada photo dioda.

2.1.15 Kristal
Mikrokontroler ini memiliki oscillator internal yang dapat
digunakan sebagai clock. Tetapi agar oscillator ini dapat digunakan, maka
diperlukan sebuah kristal sebagai penghubung antar XTAL1 dan XTAL2.
Jangkauan operasi dari mikrokontroler ini adalah 6 MHz sampai dengan
24 MHz. Sedangkan untuk kristalnya bisa digunakan kapasitor keramik
yang bernilai 27 pF sampai 33 pF. Simbol kristal adalah sebagai berikut:
Gambar 1.15 Simbol Krystal

2.1.16 Photodioda

Gambar 1.16 Photodioda

Komponen photodetector mempunyai karakteristik seperti


komponen yang dinamakan solar cell, yang merubah energi cahaya
menjadi energy listrik. Jika photo detector ini mendapat cahaya maka akan
menghasilkan tegangan sekitar 0.5 volt dan arus yang dihasilkan
tergantung dari intensitas cahaya yang masuk pada photo detector tersebut.
Teknik ini biasa disebut sebagai unbiased current sourcing atau
photovolataic mode. Teknik ini jarang digunakan karena tidak efisien
dan mempunyai respon yang lambat tehadap pulsa-pulsa cepat sinyal
cahaya.
Konfigurasi photo detector yang umum dipakai adalah teknik yang
dikenal sebagai reserved biased atau photoconductive mode. Pada
mode reverse bias/bias terbalik, photo detector dibias dengan tegangan
external mulai dari beberapa volt sampai sekitar 50 volt (tergantung
karakteristik photo detector). Jika karakteristik photodetector tidak
diketahui maka bias tegangan dapat diberi 12V agar tidak merusak
photodetector tersebut.
Ketika photo detector ini mendapat cahaya, dalam hal ini cahaya
infra merah maka terdapat arus bocor yang relatif kecil. Besar-kecilnya
arus bocor ini tergantung dari intensitas cahaya infra merah yang mengenai
photodetector tersebut.
Sebuah photodioda,biasanya mempunyai karakteristik yang lebih
baik daripada phototransistor dalam responya terhadap cahaya infra merah.
Biasanya photo dioda mempunyai respon 100 kali lebih cepat daripada
phototransistor. Oleh sebab itulah para designer cenderung menggunakan
photodioda daripada menggunakan phototransistor. Tetapi sebuah
phototransistor tetap mempunyai keunggulan yaitu mempunyai
kemampuan untuk menguatkan arus bocor menjadi ratusan kali jika
dibandingkan dengan photodioda.
Sebuah photodioda biasanya dikemas dengan plastik transparan
yang juga berfungsi sebagai lensa fresnel. Lensa ini merupakan lensa
cembung yang mempunyai sifat mengumpulkan cahaya. Lensa tersebut
juga merupakan filter cahaya, lebih dikenal sebagai optical filter, yang
hanya melewatkan cahaya infra merah saja. Walaupun demikian cahaya
yang nampakpun masih bisa mengganggu kerja dari dioda infra merah
karena tidak semua cahaya nampak bisa difilter dengan baik. Oleh karena
itu sebuah penerima infra merah harus mempunyai filter kedua yaitu
rangkaian filter yang berfungsi untuk memfilter sinyal 30KHz sampai
40KHz saja.
Faktor lain yang juga berpengaruh pada kemampuan penerima
infra merah adalah active area dan respond time. Semakin besar area
penerimaan suatu dioda infra merah maka semakin besar pula intensitas
cahaya yang dikumpulkannya sehingga arus bocor yang diharapkan pada
teknik reserved bias semakin besar. Selain itu semakin besar area
penerimaan maka sudut penerimaannya juga semakin besar. Kelemahan
area penerimaan yang semakin besar ini adalah noise yang dihasilkan juga
semakin besar pula. Begitu juga dengan respon terhadap frekuensi,
semakin besar area penerimaannya maka respon frekuansinya turun dan
sebaliknya jika area penerimaannya kecil maka respon terhadap sinyal
frekuensi tinggi cukup baik.
Respond time dari suatu dioda infra merah (penerima) mempunyai
waktu respon yang biasanya dalam satuan nano detik. Respond time ini
mendefinisikan lama agar dioda penerima infra merah merespon cahaya
infra merah yang datang pada area penerima. Sebuah dioda penerima infra
merah yang baik paling itdak mempunyai respond time sebesar 500 nano
detik atau kurang. Jika respond time terlalu besar maka dioda infra merah
ini tidak dapat merespon sinyal cahaya yang dimodulasi dengan sinyal
carrier frekuensi tinggi dengan baik. Hal ini akan mengakibatkan adanya
data loss.

Gambar 1.17 Cara kerja photodioda

Anda mungkin juga menyukai