Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

LAMPU TANDA
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Bengkel Elektronika 2

Disusun Oleh:

HESTIA JUSTINE HAKIIM. S.

3.32.17.0.12

EK-1A

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK ELEKTRONIKA

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

2017/2018
Bab 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Pada era globalisasi ini, ilmu elektronika semakin berkembang pesat. Perangkat
elektronika berbasis analog kini semakin ditinggalkan karena mahalnya bahan baku serta
rangkaian tersebut rumit dan berat. Produsen komponen mulai berfikir untuk membuat
komponen berkemasan kecil, sederhana, dan kompleks disertai fungsi-fungsi tertentu yang bisa
kita kenal sebagai IC (Integrated Circuit).

Penggunaa IC pada era sekarang sudah menjadi hal yang sederhana. Salah satu alat
yang menggunakan IC adalah lampu tanda yang menggunakan IC-555 dengan fungsi sebagai
timer (pewaktu) yang dapat menghasilkan sinyal pendetak atau sinyal kotak. Dimana
penguatan ini mempunyai dua input yang terdiri dari pemicu dan reset serta satu keluaran
multivibrator monostabil yang menggerakkan relay untuk menyalakan lampu sehingga
berfungsi sebagai lampu tanda.

Rangkaian akan bekerja ketika mendapat supply tegangan DC sehingga taraf kerja IC
ini akan memberikan sinyal masukan ke relay dan selanjutnya relay akan berfungsi untuk
meenghubungkan dan memutuskan beban pada rangkaian listrik. Kondisi tidak stabil diawali
dari pulsa pemicu pada masukan dengan selang waktu 0,7 (𝑅1 + 𝑅2 )𝐶1 . Setelah selang waktu
0,7 𝑅2 .𝐶1 , rangkaian multivibrator kembali ke kondisi stabil dan rangkaian akan rileks pada
kondisi stabil saat tidak ada pulsa.

1.2 Tujuan

Tujuan dalam praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat :


1. Membaca dan mengerti gambar skema rangkaian.
2. Mengetahui karakter, fungsi, dan cara kerja setiap komponen, terutama IC 555.
3. Mengetahui cara kerja rangkaian lampu tanda.
4. Mengatur tata letak setiap komponen agar tampak rapi.
5. Membuat alur (jalur) pada PCB dengan benar.
6. Mengetahui titik kesalahan rangkaian bila alat tidak bekerja normal dan menemukan
solusinya.
7. Menganalisa data setiap komponen saat rangkaian bekerja.
Bab 2

Dasar Teori

2.1 Landasan Teori


2.2 Komponen
1. Resistor

(a)

(b)

Gambar 2.2.1 (a) contoh resistor, (b) simbol resistor

Resistor adalah komponen elektronika yang berfungsi untuk menghambat atau


membatasi aliran listrik yang mengalir dalam suatu rangkain elektronika. Satuan
resistor adalah Ohm (simbol: Ω) yang merupakan satuan SI untuk resistansi listrik,
diambil dari nama Georg Ohm. Sesuai hukum Ohm bahwa resistansi berbanding
terbalik dengan jumlah arus yang mengalir melaluinya, dapat dirumuskan sebagai
berikut: 𝑉 = 𝐼 × 𝑅

Selain nilai resistansinya (Ohm), resistor juga memiliki nilai yang seperti nilai
toleransi dan kapasitas daya yang mampu dilewatkannya. Semua nilai yang berkaitan
dengan resistor tersebut penting untuk diketahui dalam perancangan suatu rangkaian
elektronika.

Resistor dalam suatu teori dan penulisan formula yang berhubungan dengan
resistor disimbolkan dengan huruf “R”. Kemudian pada desain skema elektronika
resistor tetap disimbolkan dengan huruf “R”, resistor variabel disimbolkan dengan
huruf “VR” dan untuk resistor jenis potensiometer ada yang disimbolkan dengan huruf
“VR” dan “POT”.
Ada 4 (empat) fungsi resistor, yaitu:

1) Menghambat arus listrik


2) Pembagi Tegangan dan Arus
3) Pendeteksi Sinyal
4) Mengatur operasional sistem elektronka
Resistor memiliki 5 (lima) karakteristik, yaitu:
1) Nilai resistansi
2) Toleransi
3) Dissipasi daya
4) Koefisien temperatur
5) Koefisien tegangan

Kapasitas daya pada resistor merupakan nilai daya maksimum yang mampu
dilewatkan oleh resistor tersebut. Nilai kapasitas daya resistor dapat dikenali dari
ukuran fisik resistor dan tulisan kapasitas daya dalam satuan Watt untuk resistor dengan
kemasan fisik besar. Menentukan kapasitas daya resistor penting dilakukan untuk
menghindari resistor rusak karena terjadi kelebihan daya yang mengalir sehingga
resistor terbakar dan sebagai bentuk efisiensi biaya dan tempat dalam pembuatan
rangkaian elektronika.

Dalam resistor juga memiliki toleransi yang merupakan perubahan nilai


resistansi dari nilai yang tercantum pada badan resistor yang masih diperbolehkan dan
dinyatakan resistor dalam kondisi baik. Nilai torleransi resistor ada beberapa macam
yaitu resistor dengan toleransi 1% (resistor 1%), resistor dengan toleransi 2% (resistor
2%), resistor dengan toleransi 5% (resistor 5%), dan resistor dengan toleransi 10%
(resistor 10%).

Resistor memiliki beberapa jenis, diantaranya:

a. Resistor Kawat (Wirewound Resistor)

Gambar 2.2.2 Wirewound Resistor


Merupakan resistor yang dibuat dengan bahat kawat yang dililitkan.
Sehingga nilai resistansiresistor ditentukan dari panjangnya kawat yang
dililitkan. Resistor jenis ini pada umumnya dibuat dengan kapasitas daya
yang besar.
b. Resistor Arang (Carbon Resistor)

Gambar 2.2.3 Carbon Resistor


Merupakan resistor yang dibuat dengan bahan utama batang arang
atau karbon. Resistor karbon ini merupakan resistor yang banyak digunakan
dan banyak diperjual belikan. Di pasaran, resistor jenis ini dapat kita jumpai
1 1 1 1
dengan kapasitas daya 16 watt, 8 watt, 4 watt, 2 watt, 1 watt, 2 watt, dan 3

watt.
c. Resistor Oksida Logam (Metal Film Resistor)

Gambar 2.2.4 Metal Film Resistor


Resistor oksida logam atau lebih dikenal dengan nama resistor metal
film merupakan resistor yang dibuah dengan bahan utama oksida logam
yang memiliki karakteristik lebih baik. Resistor metal film ini dapat ditemui
dengan nilai tolerasni 1% dan 2%. Bentuk fisik resistor metal film ini mirip
denganresistor kabon hanya beda warna dan jumlah cicin warna yang
digunakan dalam penilaian resistor tersebut. Sama seperti resistorkarbon,
resistor metal film ini juga diproduksi dalam beberapa kapasitas daya yaitu
1 1 1
watt, watt, watt. Resistor metal film ini banyak digunakan untuk
8 4 2

keperluan pengukuran, perangkat industri dan perangkat militer.


Berdasarkan penggunaannya, resistor dapat dibagi menjadi 4 (empat)
macam yaitu:
1) Resistor tetap (Fixed Resistor)

Gambar 2.2.5 Bentuk dan Simbol Fixed Resistor


Merupakan resistor yang nilai resistansinya tidap dapat diubah atau
tetap. Resistor ini biasa digunakan sebagai pembatas arus dalam suatu
rangkaian elektronika. Resistor tetap dapat kita temui dalam beberpa jenis,
seperti: Metal Film Resistor, Metal Oxide Resistor, Carbon Film Resistor,
Ceramic Encased Wirewound, Economy Wirewound, Zero Ohm Jumper
Wire, S I P Resistor Network.
Cicin warna yang terdapat pada resistor terdiri dari 4 atau 5 atau 6
ring warna. Dari cicin warna yang terdapat dari suatu resistor tersebut
memiliki arti dan nilai dimana nilai resistansi resistor dengan kode warna
yaitu:

Gambar 2.2.7 Kode Warna Resistor


Cara pembacaan resistor antara lain:

a. Resistor dengan 4 cincin kode warna

Cincin ke 1 dan ke 2 merupakan digit angka, dan cincin


ke 3 merupakan faktor pengali kemudian cincin kode warna ke 4
menunjukan nilai toleransi resistor.

b. Resistor dengan 5 cincin kode warna

Cincin ke 1, ke 2 dan ke 3 merupakan digit angka, dan


cincin kode warna ke 4 merupakan faktor pengali kemudian
cincin kode warna ke 5 menunjukan nilai toleransi resistor.

c. Resistor dengan 6 cincin warna

Prinsipnya sama dengan resistor dengan 5 cincin warna.


Cincin ke 6 menentukan koefisien temperatur yaitu temperatur
maksimum yang diijinkan untuk resistor tersebut.

2) Resistor Tidak Tetap (Variable Resistor)

Gambar 2.2.8 Bentuk dan Simbol Variable Resistor


Resistor yang nilainya dapat diubah-ubah dengan menggeser atau
memutar tuasnya, sehingga nilai resistor dapat kita atur sesuai kebutuhan.
Contohnya adalah potensiometer dan trimpot.
3) Thermistor (Thermal Resistor)

Gambar 2.2.9 Bentuk dan Simbol Thermistor


Resistor NTC (Negative Temperature Coefficient) adalah
resistor yang nilainya akan bertambah kecil bila suhu sekitar semakin
tinggi. Resistor PTC (Positive Temperature Coefficient) adalah resistor
yang nilainya akan bertambah besar bila suhu sekitar semakin tinggi.
4) LDR (Light Dependent Resistor)

Gambar 2.2.10 Bentuk dan Simbol LDR


Resistor yang berubah nilai hambatannya karena pengaruh
cahaya. Bila cahaya semakin gelap, nilai hambatannya semakin besar.
Bila cahaya semakin terang, nilai hambatannya semakin kecil.

Ada juga resistor yang hanya menunjukkan kode huruf. Pada umumnya resistor
yang dituliskan dengan kode huruf memiliki urutan penulisan kapasitas daya, nilai
resistansi dan toleransi resistor. Kode huruf digunakan untuk penulisan nilai resistansi
dan toleransi resistor.

Gambar 2.2.11 Resistor dengan kode huruf


Kode Huruf Untuk Nilai Resistansi :

a. R, berarti x1 (Ohm)
b. K, berarti x1000 (KOhm)
c. M, berarti x1000000 (MOhm)

Kode Huruf Untuk Nilai Toleransi :

a. F, untuk toleransi 1%
b. G, untuk toleransi 2%
c. J, untuk toleransi 5%
d. K, untuk toleransi 10%
e. M, untuk toleransi 20%

Selain hanya menunjukkan kode huruf, ada juga resistor pasang-permukaan


dicetak dengan harga numerik dengan kode yang mirip dengan kondensator kecil.
Resistor toleransi standar ditandai dengan kode tiga digit, dua pertama menunjukkan
dua angka pertama resistansi dan angka ketiga menunjukkan pengali (jumlah nol).
Contoh: "334" = 33 × 10.000 ohm = 330 KOhm

"222" = 22 × 100 ohm = 2,2 KOhm

"473" = 47 × 1,000 ohm = 47 KOhm

"105" = 10 × 100,000 ohm = 1 MOhm

Gambar 2.2.12 Resistor pasang permukaan

Gambar ini menunjukan empat resistor pasang permukaan (komponen pada kiri
atas adalah kondensator) termasuk dua resistor nol ohm. Resistor nol ohm sering
digunakan daripada lompatan kawat sehingga dapat dipasang dengan mesin pemasang
2. Kapasitor

Kondensator atau sering disebut sebagai kapasitor adalah suatu alat yang
dapat menyimpan energi di dalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan
ketidakseimbangan internal dari muatan listrik. Kapasitor dapat menyimpan tenaga
listrik dan dapat menyalurkannya kembali. Kapasitor dapat digunakan untuk penstabil
tegangan pada AC/DC power dan Amplifier. Kapasitor memiliki satuan yang
disebut Farad “µ” dari nama Michael Faraday. Kapasitor yang disingkat dengan huruf
“C” juga dikenal sebagai "kondensator" yang, namun kata "kondensator" masih dipakai
hingga saat ini.
Struktur sebuah kapasitor terbuat terdiri dari 2 plat logam yang dipisahkan
dengan isolator. Isolator ini terdiri dari bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal
misalnya udara vakum, keramik, gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi
tegangan listrik, maka muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu kaki
(elektroda) metalnya dan pada saat yang sama muatan-muatan negatif terkumpul pada
ujung metal yang satu lagi. Muatan positif tidak dapat mengalir menuju ujung kutub
negatif dan sebaliknya muatan negatif tidak bisa menuju ke ujung kutub positif, karena
terpisah oleh bahan dielektrik yang non-konduktif. Muatan elektrik ini tersimpan
selama tidak ada konduksi pada ujung-ujung kakinya.Di alam bebas, phenomena
kapasitor ini terjadi pada saat terkumpulnya muatan-muatan positif dan negatif di
awan.Ukuran kapasitor adalah Farad. Semakin besar jumlah Farad atau kapasitas
muatan listrik yang dapat di tampung maka bentuk dari kapasitornya akan semakin
besar. Tetapi di dalam sebuah komponen elektronika nilai yang terdapat dalam sebuah
kapasitor nilainya kecil, biasanya satuan yang di gunakan adalah µF, nF dan pF.
Kapasitor dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Kapasitor Polar
Kapasitor polar memiliki dua kutub yang berbeda pada kakinya (-/+).
Kapasitor ini dapat memiliki polaritas karena proses pembuatannya
menggunakan elektrolisa sehingga terbentuk kutub positif anoda dan kutub
negatif katoda. sehingga dalam pemasangannya tidak boleh terbalik.

Gambar 2.2.1 Simbol Kapasitor Polaritas


Kapasitor polar biasa disebut juga dengan nama elco memiliki satuan
yaitu µF (mikro Farad). Tiap elco memiliki tegangan kerja yang berbeda-
beda, biasanya batas maksimal tegangan yang diperbolehkan untuk sebuah
elco tertulis pada bodynya. Tegangan kerja pada elco dinyatakan dalam volt.
Apabila sebuah elco memiliki nilai 10µF/25volt, itu artinya elco tersebut
bernilai 10 mikro Farad dan memiliki batas maksimum tegangan 25 volt.
Sifat kapasitor ini adalah dapat menerima arus listrik dan menyimpannya
dalam waktu yang relatif.
2. Kapasitor Non Polar
Kapasitor non polar dibuat dengan bahan dielektrik dari keramik, film,
dan mika. Keramik dan mika adalah bahan yang popular serta murah untuk
membuat kapasitor yang kapasitansinya kecil. Tersedia dari besaran pF
sampai beberapa uF, yang biasanya untuk aplikasi rangkaian yang
berkenaan dengan frekuensi tinggi. Termasuk kelompok bahan dielektrik
film adalah bahan-bahan material seperti polyester (polyethylene
terephthalateatau dikenal dengan sebutan mylar), polystyrene,
polyprophylene, polycarbonate, metalized paper dan lainnya.

Gambar 2.2.2 Simbol Kapasitor Non Polaritas


Kapasitor non polar artinya tidak memiliki polaritas. Polaritas adalah
kutub positif dan kutub negatif. Polaritas sama halnya dengan baterai
dimana ada kutub positif dan negatif dan pemasangannya tidak boleh
terbalik. Jika kapasitor non polar artinya tidak memiliki kutub negatif dan
positif, jadi pemasangan kapasitor non polar tidak apa-apa jika pemasangan
kaki-kakinya terbalik. Jenis dari kapasitor ini adalah Kapasitor Mika, Mylar,
Kertas, Keramik, Plastik.
Cara membaca nilai kapasitor Non-Polar adalah misal di badan
kapasitor tersebut tertera tulisan 103 artinya:
• Angka I : melambangkan angka
• Angka II : melambangkan angka
• Angka III : melambangkan jumlah nol (dalam piko Farad.)
Jadi nilai kapasitor tersebut adalah 10.000 pF = 10 nF = 0,01u

Dibawah ini adalah beberapa fungsi daripada kapasitor dalam rangkaian


Elektronika yaitu :

a. Sebagai Penyimpan arus atau tegangan listrik

b. Sebagai Konduktor yang dapat melewatkan arus AC (Alternating Current)

c. Sebagai Isolator yang menghambat arus DC (Direct Current)

d. Sebagai Filter dalam Rangkaian Power Supply (Catu Daya)

e. Sebagai Kopling

f. Sebagai Pembangkit Frekuensi dalam Rangkaian Osilator

g. Sebagai Penggeser Fasa

h.Sebagai Pemilih Gelombang Frekuensi (Kapasitor Variabel yang digabungkan


dengan Spul Antena dan Osilator)

3. Transistor
Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai
sirkuit pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau
sebagai fungsi lainnya. Transistor dapat berfungsi semacam kran listrik, di mana
berdasarkan arus inputnya (BJT) atau tegangan inputnya (FET), memungkinkan
pengaliran listrik yang sangat akurat dari sirkuit sumber listriknya.
Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal, yaitu Basis (B), Emitor (E), dan
Kolektor (C). Tegangan yang di satu terminalnya misalnya Emitor dapat dipakai untuk
mengatur arus dan tegangan yang lebih besar daripada arus input Basis, yaitu pada
keluaran tegangan dan arus output Kolektor.
Transistor merupakan komponen yang sangat penting dalam dunia elektronik
modern. Dalam rangkaian analog, transistor digunakan dalam amplifier (penguat).
Rangkaian analog melingkupi pengeras suara, sumber listrik stabil (stabilisator) dan
penguat sinyal radio. Dalam rangkaian-rangkaian digital, transistor digunakan
sebagai saklar berkecepatan tinggi. Beberapa transistor juga dapat dirangkai
sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai logic gate, memori dan fungsi rangkaian-
rangkaian lainnya.
Ada 2 (dua) jenis transistor, berdasarkan arus inputnya (BJT) dan tegangan
inputnya (FET) yang akan dijelaskan sebagai berikut:
1) BJT (Bipolar Junction Transistor)
Transistor yang mempunyai dua diode, terminal positif atau negatifnya
berdempet, sehingga ada tiga terminal.

Gambar 2.3.1 Terminal negative digabung

Gambar 2.3.2 Terminal positif digabung


Berdasarkan gambar diatas, ada dua macam transistor BJT, yaitu NPN dan
PNP. Untuk lebih jelasnya lihat gambar di bawah ini.

Gambar 2.3.3 Transistor NPN dan PNP


Gambar 2.3.4 Contoh Transistor NPN dan PNP
2) FET (Field Effect Transistor)
Transistor yang mempunyai tiga kaki terminal, yaitu drain (D), source (S), dan
gate (G). Cara kerja transistor ini adalah mengendalikan aliran elektron dari
terminal Source ke Drain melalui tegangan yang diberikan pada terminal Gate.
Transistor FET dibagi menjadi dua macam, yaitu JFET (Junction Field Effect
Transistor) dan MOSFET (Metal Oxide Silicon Field Effect Transistor). Berikut
adalah beberapa contoh dari transistor FET.

Gambar 2.3.5 Tipe N (mayoritas pembawa muatan elektron.)

Gambar 2.3.6 Tipe P (mayoritas pembawa muatan electron hole.)


Gambar 2.3.7 Juction dan simbol MOSFET tipe N

Gambar 2.3.8 Juction dan simbol MOSFET tipe P

Disebut Transistor bipolar karena kanal konduksi utamanya menggunakan dua


polaritas pembawa muatan: elektron dan lubang, untuk membawa arus listrik. Dalam
BJT, arus listrik utama harus melewati satu daerah/lapisan pembatas
dinamakan depletion zone, dan ketebalan lapisan ini dapat diatur dengan kecepatan
tinggi dengan tujuan untuk mengatur aliran arus utama tersebut.
FET (juga dinamakan transistor unipolar) hanya menggunakan satu jenis
pembawa muatan (elektron atau hole, tergantung dari tipe FET). Dalam FET, arus
listrik utama mengalir dalam satu kanal konduksi sempit dengan depletion zone di
kedua sisinya (dibandingkan dengan transistor bipolar di mana daerah Basis memotong
arah arus listrik utama). Dan ketebalan dari daerah perbatasan ini dapat diubah dengan
perubahan tegangan yang diberikan, untuk mengubah ketebalan kanal konduksi
tersebut.
4. IC 4093
IC yang digunakan pada rangkaian ini adalah IC 4093, IC tersebut berjenis CMOS.
IC CMOS banyak digunakan pada instrument-instrumen elektronik karena dilihat dari
keunggulan teknologinya dibandingkan dengan jenis IC lainnya. IC CMOS 4093 ini
merupakan penyulut Schmitt gerbang NAND yang mempunyai 2 input jalan masukkan.
IC ini terdiri dari 4 buah penyulut Schmitt. Pada prinsipnya IC CMOS 4093 dan IC
TTL mempunyai dasar pengertian yang sama, kedua IC ini mempunyai gerbang yang
sama yaitu terdiri dari 4 gerbang NAND 2 masukkan. Gerbang NAND merupakan
gerbang AND yang di NOT kan, sehingga output NAND menjadi kebalikan dari
output AND. Salah satu kelebihan IC CMOS adalah konsumsi dayanya rendah
sehingga cocok dipakai pada peralatan elektronik yang menggunakan battere.
Sedangkan kekurangannya IC CMOS tidak tahan muatan-muatan statis sehingga IC
jenis ini memerlukan penanganan yang lebih hati-hati dari IC jenis lain.
Kelebihan IC TTL ialah lebih tahan terhadap gangguan luar seperti muatan statis,
hanya saja IC TTL ini membutuhkan daya yang relative besar sehingga kurang cocok
dipakai pada peralatan yang memakai battere sebagai catu dayanya. Level penyaklar IC
CMOS merupakan fungsi dari tegangan catuan.
Makin tinggi catuan tegangan makin besar tegangan yang memisahkan antara
keadaan 1 dan 0, ini merupakan keuntungan tersendiri karena rangkaian menjadi tahan
terhadap desah level tinggi.

Dalam rangkaian, semua masukkan CMOS harus dibumikan atau


dihubungkan ketegangan catuan, tidak seperti rangkaian TTL yang dapat beroperasi
walaupun ada beberapa masukkan yang diambangkan. IC CMOS ini akan beroperasi
secara salah jika ada masukkan yang tidak dihubungkan.
Notasi Sirkuit gerbang Nand Schmitt Trigger dan Tabel Kebenaran.

Bentuk Fisik dan socket 14 pin IC CMOS 4093

Susunan gerbang Nand Schmitt Trigger dalam IC 4093:


Bab3

Perancangan

3.1 Gambar Rangkaian

3.2 Komponen/Bahan
Nama
Jumlah Posisi Bahan Ukuran Keterangan
Komponen
1 Resistor 𝑅1 Karbon 10𝑘Ω 0.5𝑊/5%
1 Resistor 𝑅2 Karbon 10𝑘Ω 0.5𝑊/5%
1 Resistor 𝑅3 Karbon 4𝑘7Ω 0.5𝑊/5%
Resistor 𝑉𝑅1 Karbon
1 50𝑘Ω 0.5𝑊/5%
Variabel
1 Kapasitor 𝐶1 Elektrolit 47𝜇𝐹
1 Transistor 𝑄1 Semikonduktor BD139
1 IC 555 IC1

3.3 Peralatan
1. Solder
2. Tenol
3. Baskom
4. Printer
5. Kertas foto
6. Laptop
7. Atraktor
8. Setrika
9. PCB
10. Tenol
11. FeCl
12. Handphone
13. Bor dan matabor
14. Tang potong dan tang lancip
15. Tisu
16. Autan (lotion anti nyamuk)
17.
3.4 Layout PCB

Dalam praktikum ini, saya menggunakan aplikasi PCB Wizard untuk membuat
jalur rangkaian. Setelah jalur jadi, print di kertas foto menggunakan print laser.

3.5 File yang sudah dipindahkan ke PCB


Memindahkan layout ke PCB dengan cara sebagai berikut:
1. Amplas PCB hingga bersih
2. Beri autan (lotion anti nyamuk) secukupnya
3. Panaskan setrika
4. Tempelkan layout pada PCB kemudian setrika hingga layout benar-benar tercetak
semua ke PCB
5. Tunggu hingga PCB dingin, lepas kertas yang menempel
6. Larutkan PCB ke FeCl hingga hanya terlihat layout yang tampak timbul
7. Cuci PCB hingga bersih, keringkan
8. Amplas PCB hingga terlihat lapisan tembaga

3.6 Assembly

Dalam melakukan assembly, yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Bor bagian pojok PCB dengan mata bor berdiameter 5 mm


2. Bor lubang pada IC, Resistor Variabel, transistor dengan mata bor berdiameter 1 mm
3. Bor lubang pada resistor, kapasitor, dan trimpot dengan mata bor berdiameter 0,5 mm
4. Siapkan solder, lalu colokkan ke sumber tegangan. Biarkan sampai panas
5. Tekuk kaki resistor sesuai jarak antar lubang menggunakan tang lancip. Masukkan
kaki resistor ke dalam lubang, jangan lupa beri jarak ±1 mm antara resistor dan
PCB. Solder menggunakan tenol
6. Letakkan IC, kapasitor, trimpot, transistor, dan pin head sesuai lubang. Solder
menggunakan tenol
7. Potong sisa kaki yang tidak terkena tenol menggunakan tang lancip
8. Rangkaian siap untuk uji coba
Bab 5

Uji Coba Rangkaian


Bab 6

Analisa
Bab 7

Penutup

7.1 Kesimpulan
7.2 Saran
Daftar Pustaka

Lampiran

a. Gambar Rangkaian
b. Layout PCB

Anda mungkin juga menyukai