Anda di halaman 1dari 19

PENGENALAN KOMPONEN DASAR

ELEKRONIKA “RESISTOR”

TUGAS DRAF

Oleh:
Melani Putria Dewi Sari
105391100122

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
2023
A. Komponen Pasif
Komponen pasif adalah komponen yang dapat bekerja tanpa sumber
tegangan. Komponen pasif terdiri dari resistor, induktor, dan kapasitor atau
kondensator.

B. Resistor
Resistor pertama kali ditemukan pada tahun 1787 oleh George Ohm
dari bangsa Jerman. Istilah resistor berasal dari kata resist, dalam bahasa
Inggris diesbut menolak, meghambat arau menahan., karena komponen
tersebut telah dirancang khusus dan menjadi peralatan elektronika maka
dinamakan resistor yang berfungsi untuk membatasi, mengatur atau bersifat
menahan maupun menghambat arus listrik yang mengalir pada suatu
rangkaian. Kaena sifatnya tersebut maka resistor memiliki nilai resistansi.
Komponen resistor sangat penting dalam teknil listrik khusunya rangkaian
elektronika, sehingga komponen in banyak digunakan dalam peralatan
elektronika, seperti radio, tape recorder, televisi. Komputer, dan sebagainya.
Pada prinsipnya, resistor adalah suatu komponen elektronika yang bersifat
pasif dan memiliki nilai resistansi atau penghambat arus listrik.
Berbagai jenis simbol resistor yang dirancang sesuai dengan fungsi
dan kegunaannya. Berdasarkan pada nilai hambatan (tingkat resistivitas),
yaitu komponen ini terdiri dari resistor tetap dan resistor variabel. Resistor
tetap yaitu komponen yang terpasang dalam rangkaian listrik maupun
rangkaian elektronikan yang memiliki nilai konstan atua tetap. Sedangkan
resistor variabe; (variabel resistor) adalah suatu komponen yang dapat
diubah-ubah sebagaimana yang dibutuhkan dalam rangkaian
listrik/elektronika. Resistor ini berfungsi untuk mengatur besaran arus listrik
pada suatu rangkain sesuai yang diinginkan. Misalnya, untuk mengatur
volume suara pada peralatan listrik, seperti tape recorder, radio, dan televisi.
Penggunaan resistor pada kipas angin, yaitu untuk mengatur putarannya agar
angin yang dibuthkan dapat terpenuhi. Demikian juga untuk perlatan
pendingin atau penyejuk ruangan (air condition), melalui resistor dapat
mengatur suhu yang keluar dar perlatan tersebut.berbagai jenis resistor dan
fungsinya seperti dikemukakan pada tabel 1 berikut.
Tabel 1. Jenis-jensi simbol reisitor

Resistor termasuk salah satu komponen elektronika yang bersifat


pasif, karena komponen ini tidak membutuhkan arus listrik untuk bekerja.
Resistor ini memiliki sifat menghambat arus listrik dan memiliki nilai
hambatan tertentu.
Dalam rangkaian listrik atau rangkaian elektronika, resistor memiliki
beberapa kegunaannya yaitu sebagai berikut.
1. Penghambat arus listrik
2. Pembagi tegangan
3. Pembagi arus
4. Pengaman arus
5. Dan sebagainya
Resistor terbuat dari material atau bahan karbon dan keramik yang
berbentuk tabung. Semakin besar kapasitas resistor, semakin besar pula
diameter tabung yang dipergunakan. Resistor diproduksi dengan cara
pembuatan inti keramik yang dilakukan dengan proses extrusi kemudian
dipotong sesuai ukuran yang diinginkan kemudian diberi pelapisan karbon.
Material yang digunakan memiliki klasifikasi atau tipe yang berbedaa-beda
sesuai nilai hambatan yang dibutuhkan. Kedua ujung resistor diberi logam
untuk menghubungkan dengan komponen lainnya. Pembuatan terakhir yaitu
diberi kode warna dengan nilai hambatan resistor.
(Ponto, 2018: 74-76)

Resistor adalah komponen pasif elektronika yang berfungsi sebagai


pembatas arus, atau sebagai pengatur besarnya intensitas arus listrik yang
mengalir dalam suatu rangkaian elektronika. Berdasarkan fungsinya dibagi
menjadi 2 yaitu resistor tetap dan resistor variabel. Berdasarkan kemasannya,
resistor ini juga dibagi menjadi thriugt hole dan SMD.

1. Resistor Tetap
Resistor tetap merupakan jenis resistor yang memiliki nilai tahanan
yang tetap (tidak dapat diubah-ubah. Ciri fisik dari resistor jenis ini adalah
bahan pembuat resistor terdapat pada bagian tengah, sementara pada
bagian pinggir terdapat conducting metal, kemasan resistor yang seperti
ini disebut kemasan axial. Ukuran fisik dari resistor ini bermacam-macam,
begantung kepada daya yang dimilikinya. Semakin besar daya resistor
akan menyebabkan ukuran fisik resistor juga semakin besar. bentuk fisik
dan simbol elektronika dari resistor jenis ini dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Bentuk fisik resistor tetap dan simbol elektronika

Untuk mengetahui nilai hambatan dari suatu resistor tetap, ada


bebrapa meotde yang dapat dilakukan. Pertama mengukur langsung
dengan menggunakan Ohmmeter. Cara kedua membaca kode warna yang
terdapat pada badan resistor tersebut. Biasanya pada resistor jenis ini pada
bagian badan resistor terdapat 4 atau 5 kode warna, masing-masing warna
mewakili nilai tertentu. Cara membaca kode warna resistor bisa dilihat
pada gambar 2, sedangkan nilai yang diwakili oleh warna bisa dilihat pada
tabel 2.
Untuk resistor yang memiliki 4 buah kode warna, kode pertama
dan kedua menunjukkan nilai hambatan yang dimiliki resistor, kode warna
ketiga merupakan faktor pengali sedangkan kode terakhir menunjukkan
nilai toleransi hambatan yang dimiliki resistor tersebut. Jika kode warna
yang dimiliki ada lima, kode pertama, kedua dan ketiga menunjukkan nilai
hambatan, kode keempat menunjukkan faktor pengali sedangkan kode
kelima menunjukkan nilai teoleransi yang dimiliki. Jika resistor memiliki
6 kode warna, cara membaca kode pertama sampai dengan kelima sama
dengan resistor dengan kode 5 warna, sedangkan kode keenam
menunjukkan nilai koefisien suhu resistor.
Cara ketiga untuk menentukan nilai tahanan yaitu dengan
membaca kode angka yang tertulis pada resistor tersebut. Umumnya
resistor yang memiliki kode angka ini adalah resistor keramik dan SMD.

Gambar 2. Cara membaca kode warna resistor


Tabel 2. Nilai kode warna resistor 5 gelang

Tabel 3. Nilai kode warna resistor 6 gelnag

Kode angka pada resistor keramik biasanya tertera pada bagian


badannya. Jika sebuah resistor keramik memiliki kode angka 5W22RJ
berarti resistor tersebut memiliki kemampuan daya 5 Watt, 22R berarti
resistor tersebut memiliki nilai 22Ω dengan nilai toleransi 5%. Kode huruf
pertama menunjukkan nilai pengali, jika tertulis R menandakan pengali
berpangkat nol (100), K pengali berpangkat 3(103) dan M pengali
berpangkat 6(106). Kode huruf kedua menunjukkan nilai toleransi. Jika
tertulis huruf J berarti memiliki nilai toleransi 5%, K 10% dan M 20%.

2. Resistor Variabel

Gambar 3. Bentuk fisik dan simbol resistor variabel

Merupakan jenis resistor yang nilai tahanannya dapat diubah sesuai


dengan kebutuhan. Resistor jenis ini dapat dikelompokkan menjadi dua
jensi variable resistor dan Semi-fixed resistor. Variabel resistor merupakan
jenis tahanan yang nilainya dapat diubah sesuai dengan kebutuhan oleh
pengguna kapan pun diperlukan. Biasanya pengaplikasian resistor jenis ini
pada sistem pengaturan volume suara, bass, balance, pada sistem audio.
Sementara untuk jenis resistor semi-fixed nilai hambatannya bisa diubah
oleh pengguna pada kondisi tertentu saja. Contoh pengaplikasian dari
resistor jenis ini adalah pada pengaturan tegangan referensi pada ADC,
fine tune circuit, dan lain-lain. Pada gambar 3 dapat dilihat bentuk dan
lambang resistor variabel.

3. Resistor TH
Berdasarkan jenis kemasannya resistor juga memiliki bentuk
through hole dan SMD. Contoh-contoh gambar 2.3 adalah resistor dengan
kemasan through hole, baik yang fixed maupun yang variable resistor.
4. Resistor SMD

Gambar 4. Bentuk fisik resistor SMD (A) MELF, (B) Resistor Chip, (C)
Resistor network (array)

Resistor SMD umumnya dipasaran tersedia dalam dua jenis


kemasan/packaging yang paling umum digunakan yaitu kotak/rectangular
dan MELF atau silinder. Pada gambar 4 bisa dilihat contoh resistor SMD
dengan packaging rectangular dan metal electrode leadless face (MELF).
Tipe-tipe kemasan resistor SMD (Tabel 4) untuk jenis rectangular dan
tabel 5. untuk jenis MELF.
Tabel 4. Tipe-tipe kemasan resistor SMD
Tabel 5. Tipe-tipe kemasan MELF resistor SMD

Cara penulisan kode pada resistor SMD ada 3 macam:


a. Sistem 3 digit
Pada sistem ini, ada tiga digit angka yang digunakan untuk
menyatakan niali tahanan yang dimiliki oleh resistor. Digit pertama
dan kedua menunjukkan nilai tahanan sedangkan digit yang ketiga
merupakan faktor pengali. Untuk lebih jelasnya cara pembacaan kode
3 digit ini bisa dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Cara membaca kode resistor SMD 3 digit


Contoh:
1) Kode 101
Nilai = 10 × 101 = 100Ω
2) Kode 203
Nilai = 20 × 103 = 20.000 Ω = 20 KΩ

b. Sistem 4 digit
Sistem kode 4 digit ini memiliki mekanisme yang sama dengan
sistem 3 digit. Digit pertama, kedua dan ketiga menunjukkan nilai
tahanan dari resistor sedangkan digit yang keempat merupakan faktor
pengali. Pada gambar 6 bisa dilihat lebih jelas cara membaca kode 4
digit.
Gambar 6. Cara baca kode resistor SMD 4 digit

c. Sistem EIA-96
Electronics Industry Alliance (EIA) adalah badan standarisasi
elektronik yang khusus mengeluarkan standarisasi untuk komponen
elektronika. Untuk pengkodean resistor EIA juga membuat standarnya,
yaitu EIA-96.
Skema alternatif dalam menuliskan kode nilai resistor SMD
yaitu dengan sistem pengkodean EIA-96 yang merupaka sistem kode
yang ada pada range E-96. Resistor dengan sistem pengkodean ini
memiliki nilai toleransi 1%. Pada tabel 6. dan 7 bisa dilihat sistem
kode EIA-96.
Tabel 6. Kode numerik SMT EIA 96
Tabel 7. Kode faktor pengali EIA 96

(Budiana dkk, t.t: 28-38)

5. Susunan Hambatan
Selain resistor, faktor yang mempenagruhi hambatan listirk adalah
susunan hambatan sehingga resistor-resistor yang dirangkai dengan
susunan berbeda akan memberikan nilai hambatan total yang berbeda pula
meskipun resistor-resistor yang dirangkai tersebut memiliki nilai hambatan
yang sama. Perhatikan gambar 7 berikut.

Gambar 7. Menunjukkan 2 buah resistor dirangkai seri dan paralel, yang


memiliki nilai hambatan penganti lebih besar adalah yang dirangkai secara
seri

a. Hambatan Seri
Rangkaian hambatan seri adalah suatu rangkaian yang tersusun
dari beberapa hambatan yang ujung-ujungnya dihubungkan satu sama
lain sehingga di dalam setiap hambatan akan mengalir kuat arus yang
sama. Hubungan seri akan menghasilkan hambatan pengganti lebih
besar. Perhatikan gambar berikut.

Gambar 8. Contoh susunan hambatan rangkaian seri

Rangkaian listrik seri memilki kelebihan karena dapat


menghemat biaya (digunakan sedikit kabel penghubung). Akan tetapi,
rangkaian seri memiliki kelemahan, yaitu jika salah satu komponen
dicabut atau rusak, komponen yang lain tidak akan berfungsi
sebagaimana mestinya. Misalnya, tiga buah bola lampu dirangkai seri.
Jika salah satu lampu dicabut atau rusak, lampu yang lain akan ikut
padam.

b. Rangkaian Hambatan Paralel


Rangkaian hambatan paralel adalah beberapa hambatan suatu
rangkaian listrik yang tersusun dengan cara berderet yang didalamnya
semua arus yang mengalir pada masing-masing hambatan berasal dari
sumber yang sama. Perhatikan gambar 9 berikut ini.
Gambar 9. Contoh susunan hambatan rangkaian paralel
Susunan paralel mepunyai kelebihan, yaitu apabila salah satu
komponen dicabut atau rusak, komponen yang lain terus berfungsi
sebagaimana mestinya. Pada susunan paralel arus listrik dari baterai
dapat melalui tiap-tiap lampu sehingga jika salah satu lampu rusak,
tidak mempengaruhi yang lainnya. Rangkaian paralel memilki
kelemahan karena memerlukan biaya yang lebih besar dibandingkan
rangkain seri.

c. Susunan Campuran
Rangkaian campuran (seri-paralel) adalah ragkaian listrik
gabungan dari rangkaian listrik seri dan rangkaian listrik paralel.
Untuk lebih jelasnya tentang rangkaian listrik gabungan (seri-paralel)
perhatikan gambar 10 berikut ini.

Gambar 10. Contoh Susunan hambatan rangkaian campuran (seri-


paralel)

Untuk mengetahui besar hambatan pengganti (total) rangkaian


gabungan ser-paralel adalah dengan mencari besarnya hambatan tiap-
tiap model rangkaian (rangkaian seri dan rangkaian paralel).
Selanjutnya adalah mencari gabungan dari model rangkaian akhir yang
didapat adalah model rangkaian seri sehingga hambatan total
rangkaian dicari dengan persamaan hambatan pengganti rangkaian
hambatan seri.
(Saminan, 2018: 44-47)
6. Aturan-aturan Tegangan
a. Apabila kita bergerak di sepanjang rangkaian listrik dengan mengikuti
arah aliran arus, kita akan mengetahui bahwa terdapat sebuah jatuh
tegangan pada tiap-tiap resistor. Sebaliknya, terdapat sebuah kenaikan
tegangan pada tiap-tiap sel listrik yang ada di dalam rangkaian.
Besarnya jatuh tegangan pada masing-masing resistor ditentukan oleh
hukum Ohm. Aturan tegangan yang berlaku adalah: Jumlah jatuh
tegangan dari semua resistor yang ada di dalam sebuah rangkaian
seri sama dengan jumlah kenaikan tegangan pada sel-sel listrik di
dalam rangkaian.
b. Di dalam sebuah rangkaian paralel, terdapat jatuh tegangan yang sama
besarnya pada tiap-tiap komponen.

7. Light Dependent Resistor


Sebuah Light Depwndent Resistor (atau LDR) terdiri dari sebuah
piringan bahan semikonduktor dengan dua buah elektroda pada
pemukaannya. Dalam gelap atau dibawah cahaya yang redup, bahan
piringan hanya mengandung elektron bebas dalam jumlah yang relatif
sangat kecil. Hanya tersedia sedikit elektron bebas untuk mengalirkan
muatan listrik, hal ini berarti bahwa, bahan bersifat sebagai konduktor
yang buruk untuk arus listrik. Dengan kata lain, nilai tahanan bahan sangat
tinggi.
Di bawah cahaya yang cukup terang, lebih banyak elektron dapat
melepaskan diri dari atom-atom bahan semi-konduktor initerdapat lebih
banyak elektron bebas yang dapat mengalirkan muatan listrik. Dalam
keadaan ini, bahan bersifat sebagai konduktor yang baik. Tahanan listrik
bahan rendah. Semakin terang cahaya yang mengenai bahan, semakin
banyak elektron bebas yang tersedia, dan semakin rendah pula tahanan
listrik bahan.
(Bishop, 2004: 35, 64)
8. Potensiometer
Dalam praktiknya Potensiometer apat dibedakan menjadi:
a. Potensiometer Linier
b. Potensiometer Logaritmis.
Yang dimaksud dengan potensiometer linier adalah potensiometer
yang perubahan nilai tahanannya sebanding dengan besarnya sudut putar.
Untuk jenis potensiometer linier ini pada umumnya diberi tanda huruf
besar B.
Sedangkan disebut dengan potensiometer logaritmis adalah
potensiometer yang perubahan nilai tahanannya berbanding kuadrat
dengan perubahan sudut putarnya. Jenis potensiometer ini pada umumnya
diberi tanda huruf kapital A.
Perlu dketahui bahwa dalam suatu rangkaian, biasanya
potensiometer dituliskan dengantanda huruf VR yaitu singkatan dari
Variabel Resisitor. Dipasaran kita dapat menumpai jenis potensiometer
baik yang menggunakan saklar maupun yang tidak menggunakan skalr.
Untuk jenis yang dilengkapi dengan saklar pada umumnya dipergunajan
pada Pewsawat Penerima Radio yang fungsinya selain sebagai saklar
untuk menghidupkan/mematikan aliran listrik.

Gambar 11. Potensiometer


Dalam praktek pemakaian potensiometer dalam suatu rangkaaian
akan banyak memakan tempat, sehingga kita harus mengambil alternatif
yaitu mengganti potensiometer tersebut dengan jenis potemsiometer
lainnya yang disebut Trimpot.
Trimpot sendiri adalah singkatan dari Tripotensiometer. Pada
trimpot ini mengatur besar kecilnya nilai tahanan dapat diperoleh dengan
cara memutar lubang coakan dengan menggunakan obeng kecil. Bentuk
fisik dan simbol dari timpot adalah seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar 12. Bentuk fisik dan simbol trimpot

Seperti juga halnya pada potensiometer, pada trimpot perubahan


nilai tahanannya ada yang bersifat linier dan diberi tanda dengan huruf B
dan ada pula yang bersifat logaritmis, dan diberi tanda dengan huruf A.

9. Hambatan yang Peka Tegangan


Selain resistor yang peka cahaya (LDR) dikenal pula suatu
komponen hambatan yang peka terhadap tegangan yaitu komponen VDR.
VDR adalah singkatan dari Voltage Dependent Resistant, yaitu sejenis
hambatan yang nilai hambatannya akan berubah tergantung dari besarnya
tegangan yang diberikan pada kedua ujung VDR tersebut makin besar
tegangan yang berada pada kedua ujung tersebut maka hambatannya akan
makin kecil sehingga arus yang menaglir pada VDR akan menjadi besar.
Dalam praktek komponen VDR banyak dipergunakan sebagai
peredam atau penstabil suhu transistor. Simbol dari VDR adalah seperti
pada gambar di bawah ini.
Gambar 13. Bentuk fisik dan simbol VDR

10. Hambatan yang Peka Temperatur


Selain hambatan-hambatan yang telah dijelaskan diatas, ada pula
jenis hambatan yang nilai hambatannya dapat berubah apabila terkena
pengaruh temperatur atau suhu. Hambatan tersebut dalam bidang
elektronika dinamakan komponen NTC dan PTC.
NTC adalah singkatan dari Negative Temperature Coefficient. PTC
adalah singkatan dari Positive Temperature Coefficient. Komponen NTC
dan PTC dalam praktek disebut juga Thermistor. Bentuk dan simbol dari
kedua komponen PTC dan NTC tersebut adalah seperti pada gambar di
bawah ini.

Gambar 14. NTC dan PTC

Sifat dan keistimewaan dari kedua komponen tersebut adalah nilai


hamabatannya akan berubah sesuai dengan temperatur yang ada di sekitar
komponen tersebut, yaitu apabila suhu di sekitar NTC rendah maka
hambatannya akan kecil dan sebaliknya apabila suhu di sekitar NTC naik
maka hambatannya akan kecil dan sebaliknya apabila suhu disekitar NTC
naik maka hambatannya akan menjadi besar.
Dengan adanya sifat yang demikian maka kedua komponen
tersebut banyak dipergunakan untuk membuat rangkaian pengukur
temperatur pada industri-industri yang besar atau sebagai alarm atau tanda
adanya kebakaran/temperatur tinggi.
(Rusmadi, 2007: 18-23)
DAFTAR PUSTAKA

Bishop, Owen. 2004. Dasar-dasar Elektronika. Jakarta: Erlangga.


Budiana, dkk. T.T. Teknologi Perakitan Komponen Elektronika. PolibatamPress.
Ponto, Hantje. 2018. Dasar Teknik Listrik. Yogyakarta: Penerbit Deepublish.
Rusmadi, Dedy. 2007. Mengenal Teknik Elektronika. Bandung: Pionir Jaya.
Saminan. 2018. Pembelajaran Konsep Listrik dan Magnet. Banda Aceh: Syiah
Kuala University Press.

Anda mungkin juga menyukai