Anda di halaman 1dari 66

1

BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Di dunia migas terdapat salah satu bidang instrumentasi elektronika yang menjadi suatu
bidang yang sangat di pentingkan dalam pengendalian migas. Instrumentasi adalah suatu Ilmu
yang mempelajari tentang pengunaan peralatan atau instrument untuk mengukur dan mengatur
suatu besaran baik kondisi fisis maupun kimianya. Atau dapat di artikan juga dengan pengertian
Instrument adalah: sebuah peralatan yang merupakan bagian dari system controller dan juga
sebagai pelaksana pengontrolan di dalam sebuah proses line
2. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
pengantar teknik instrumentasi dan memberikan pemahaman mengenaialat-alat apa saja
yang ada di bidang instrumentasi, sehingga pembaca dapat mengetahui apa saja yang harus
di pahami dalam bidang instrumentasi elektronika migas.
3. RUANG LINGKUP MASALAH
Ruang lingkup yang dibahas penulis adalah memperkenalkan alat-alat di dalam bidang
instrumentasi.

II

PEMBAHASAN
Pengertian Resistor
Resistor adalah komponen elektronika yang berfungsi untuk menghambat atau
membatasi aliran listrik yang mengalir dalam suatu rangkain elektronika. Sebagaimana fungsi
resistor yang sesuai namanya bersifat resistif dan termasuk salah satu komponen elektronika
dalam kategori komponen pasif. Satuan atau nilai resistansi suatu resistor di sebut Ohm dan
dilambangkan dengan simbol Omega (). Sesuai hukum Ohm bahwa resistansi berbanding
terbalik dengan jumlah arus yang mengalir melaluinya. Selain nilai resistansinya (Ohm) resistor
juga memiliki nilai yang lain seperti nilai toleransi dan kapasitas daya yang mampu
dilewatkannya. Semua nilai yang berkaitan dengan resistor tersebut penting untuk diketahui
dalam perancangan suatu rangkaian elektronika oleh karena itu pabrikan resistor selalu
mencantumkan dalam kemasan resistor tersebut.
Resistor dalam suatu teori dan penulisan formula yang berhubungan dengan resistor disimbolkan
dengan huruf R. Kemudian pada desain skema elektronika resistor tetap disimbolkan dengan
huruf R, resistor variabel disimbolkan dengan huruf VR dan untuk resistorjenis
potensiometer ada yang disimbolkan dengan huruf VR dan POT.

Kapasitas Daya Resistor


Kapasitas daya pada resistor merupakan nilai daya maksimum yang mampu dilewatkan oleh
resistor tersebut. Nilai kapasitas daya resistor ini dapat dikenali dari ukuran fisik resistor dan
tulisan kapasitas daya dalamsatuan Watt untuk resistor dengan kemasan fisik besar. Menentukan
kapasitas daya resistor ini penting dilakukan untuk menghindari resistor rusak karena terjadi
kelebihan daya yang mengalir sehingga resistor terbakar dan sebagai bentuk efisiensi biaya dan
tempat dalam pembuatan rangkaian elektronika.

Nilai Toleransi Resistor


Toleransi resistor merupakan perubahan nilai resistansi dari nilai yang tercantum pada badan
resistor yang masih diperbolehkan dan dinyatakan resistor dalam kondisi baik. Toleransi resistor
merupakan salah satu perubahan karakteristik resistor yang terjadi akibat operasional resistor
tersebut. Nilai toleransi resistor ini ada beberapa macam yaitu resistor dengan toleransi
kerusakan 1% (resistor 1%), resistor dengan toleransi kesalahan 2% (resistor2%), resistor dengan
toleransi kesalahan 5% (resistor 5%) dan resistor dengan toleransi 10% (resistor 10%).
Nilai toleransi resistor ini selalu dicantumkan di kemasan resistor dengan kode warna maupun
kode huruf. Sebagai contoh resistor dengan toleransi 5% maka dituliskan dengan kode warna
pada cincin ke 4 warna emas atau dengan kode huruf J pada resistor dengan fisik kemasan besar.
Resistor yang banyak dijual dipasaran pada umumnya resistor 5% dan resistor 1%.

Jenis-jenis Resistor

Berdasarkan jenis dan bahan yang digunakan untuk membuat resistor dibedakan menjadi resistor
kawat, resistor arang dan resistor oksida logam atau resistor metal film.

1. Resistor Kawat (Wirewound Resistor)


Resistor kawat atau wirewound resistor merupakan resistor

yang dibuat dengan bahat kawat yang dililitkan. Sehingga nilai resistansiresistor ditentukan dari
panjangnya kawat yang dililitkan. Resistor jenis ini pada umumnya dibuat dengan kapasitas daya
yang besar.

2. Resistor Arang (Carbon Resistor)

Resistor arang atau resistor karbon merupakan resistor yang dibuat dengan bahan utama batang
arang atau karbon. Resistor karbon ini merupakan resistor yang banyak digunakan dan banyak
diperjual belikan. Dipasaran resistor jenis ini dapat kita jumpai dengan kapasitas daya 1/16 Watt,
1/8 Watt, 1/4 Watt, 1/2 Watt, 1 Watt, 2 Watt dan 3 Watt.

3. Resistor Oksida Logam (Metal Film Resistor)

Resistor oksida logam atau lebih dikenal dengan nama resistor metal film merupakan resistor
yang dibuah dengan bahan utama oksida logam yang memiliki karakteristik lebih baik. Resistor
metal film ini dapat ditemui dengan nilai tolerasni 1% dan 2%. Bentuk fisik resistor metal film
ini mirip denganresistor kabon hanya beda warna dan jumlah cicin warna yang digunakan dalam
penilaian resistor tersebut. Sama seperti resistorkarbon, resistor metal film ini juga diproduksi
dalam beberapa kapasitas daya yaitu 1/8 Watt, 1/4 Watt, 1/2 Watt. Resistor metal film ini banyak
digunakan untuk keperluan pengukuran, perangkat industri dan perangkat militer.
Kemudian berdasarkan nilai resistansinya resistor dibedakan menjadi 2 jenis yaitu resistor tetap
(Fixed Resistor) dan resistor tidak tetap (Variable Resistor)

1. Resistor tetap(Fixed Resistor)


Resistor tetap merupakan resistor yang nilai resistansinya tidap dapat diubah atau tetap. Resistor
jenis ini biasa digunakan dalam rangkaian elektronika sebagai pembatas arus dalam suatu
rangkaian elektronika. Resistor tetap dapat kita temui dalam beberpa jenis, seperti :

Metal Film Resistor

Metal Oxide Resistor

Carbon Film Resistor

Ceramic Encased Wirewound

Economy Wirewound

Zero Ohm Jumper Wire

S I P Resistor Network

2. Resistor Tidak Tetap (Variable Resistor)


Resistor tidak tetap atau variable resistor terdiridari 2 tipe yaitu :

Pontensiometer, tipe variable resistor yang dapat diatur nilai resistansinya secara
langsung karena telah dilengkapi dengan tuas kontrol. Potensiometer terdiri dari 2 jenis
yaitu Potensiometer Linier dan Potensiometer Logaritmis

Trimer Potensiometer, yaitu tipe variable resistor yang membutuhkan alat bantu (obeng)
dalam mengatur nilai resistansinya. Pada umumnya resistor jenis ini disebut dengan
istilah Trimer Potensiometer atau VR

Thermistor, yaitu tipe resistor variable yangnilairesistansinya akan berubah mengikuti


suhu disekitar resistor. Thermistor terdiri dari 2 jenis yaitu NTC dan PTC. Untuk lebih
detilnya thermistor akan dibahas dalam artikel yang lain.

LDR (Light Depending Resistor), yaitu tipe resistor variabel yang nilai resistansinya
akan berubah mengikuti cahaya yang diterima oleh LDR tersebut.

Jenis-jenis resistor tetap dan variable diatas akan dibahas lebih detil dalam artikel yang lain.

Menghitung Nilai Resistor


Nilai resistor dapat diketahui dengan kode warna dan kode huruf pada resistor. Resistor dengan
nilai resistansi ditentukan dengan kode warna dapat ditemukan pada resistor tetap dengan
kapasitas daya rendah, sedangkan nilai resistor yang ditentukan dengan kode huruf dapat ditemui
pada resistor tetap daaya besar dan resistor variable.

Kode Warna Resistor


Cicin warna yang terdapat pada resistor terdiri dari 4 ring 5 dan 6 ring warna. Dari cicin warna
yang terdapat dari suatu resistor tersebut memiliki arti dan nilai dimana nilai resistansi resistor
dengan kode warna yaitu :

1. Resistor dengan 4 cincin kode warna


Maka cincin ke 1 dan ke 2 merupakan digit angka, dan cincin kode warna ke 3 merupakan faktor
pengali kemudian cincin kode warnake 4 menunjukan nilai toleransi resistor.

2. Resistor dengan 5 cincin kode warna


Maka cincin ke 1, ke 2 dan ke 3 merupakan digit angka, dan cincin kode warna ke 4 merupakan
faktor pengali kemudian cincin kode warna ke 5 menunjukan nilai toleransi resistor.

3. Resistor dengan 6 cincin warna


Resistor dengan 6 cicin warna pada prinsipnya sama dengan resistor dengan 5 cincin warna
dalam menentukan nilai resistansinya. Cincin ke 6 menentukan coefisien temperatur yaitu
temperatur maksimum yang diijinkan untuk resistor tersebut.

Kode Huruf Resistor


Resistor dengan kode huruf dapat kita baca nilai resistansinya dengan mudah karenanilia
resistansi dituliskan secara langsung. Pad umumnya resistor yang dituliskan dengan kode huruf
memiliki urutan penulisan kapasitas daya, nilai resistansi dan toleransi resistor. Kode huruf
digunakan untuk penulisan nilai resistansi dan toleransi resistor.

Kode Huruf Untuk Nilai Resistansi :

R, berarti x1 (Ohm)

K, berarti x1000 (KOhm)

M, berarti x 1000000 (MOhm)

Kode Huruf Untuk Nilai Toleransi :

F, untuk toleransi 1%

G, untuk toleransi 2%

J, untuk toleransi 5%

K, untuk toleransi 10%

M, untuk toleransi 20%

Dalam menentukan suatu resistor dalam suatu rangkaian elektronika yang harus diingat selain
menentukan nilai resistansinya adalah menentukankan kapasitas daya dan toleransinya. Hal ini
berkaitan dengan harga jual resistor dipasaran dan luas area yang dibutuhkan dalam meletakan
resistor pada rangkaian elektronika. Untuk jenis-jenis resistor keperluan khusus dan resistor
dengan karakteristik khusus akan dibahas dalam artikel lain

Fungsi-fungsi Resistor
Fungsi-fungsi Resistor di dalam Rangkaian Elektronika diantaranya adalah sebagai berikut :

Sebagai Pembatas Arus listrik

Sebagai Pengatur Arus listrik

Sebagai Pembagi Tegangan listrik

Sebagai Penurun Tegangan listrik

KAPASITOR
Kapasitor (Capacitor) atau disebut juga dengan Kondensator (Condensator) adalah
Komponen Elektronika Pasif yang dapat menyimpan muatan listrik dalam waktu sementara
dengan satuan kapasitansinya adalah Farad. Satuan Kapasitor tersebut diambil dari nama
penemunya yaitu Michael Faraday (1791 ~ 1867) yang berasal dari Inggris. Namun Farad adalah
satuan yang sangat besar, oleh karena itu pada umumnya Kapasitor yang digunakan dalam
peralatan Elektronika adalah satuan Farad yang dikecilkan menjadi pikoFarad, NanoFarad dan
MicroFarad.
Konversi Satuan Farad adalah sebagai berikut :
1 Farad = 1.000.000F (mikro Farad)1F = 1.000nF (nano Farad)1F = 1.000.000pF (piko
Farad)1nF = 1.000pF (piko Farad)
Kapasitor merupakan Komponen Elektronika yang terdiri dari 2 pelat konduktor yang pada
umumnya adalah terbuat dari logam dan sebuah Isolator diantaranya sebagai pemisah. Dalam
Rangkaian Elektronika, Kapasitor disingkat dengan huruf C.
Jenis-Jenis KapasitorBerdasarkan bahan Isolator dan nilainya, Kapasitor dapat dibagi menjadi 2
Jenis yaitu Kapasitor Nilai Tetap dan Kapasitor Variabel. Berikut ini adalah penjelasan
singkatnya untuk masing-masing jenis Kapasitor :

KAPASITOR NILAI TETAP (FIXED CAPACITOR)


Kapasitor Nilai Tetap atau Fixed Capacitor adalah Kapasitor yang nilainya konstan atau tidak
berubah-ubah. Berikut ini adalah Jenis-jenis Kapasitor yang nilainya Tetap :

Nama
Komponen

Gambar

Simbol

Kapasitor
Keramik
(Ceramic
Capacitor)

Kapasitor
Polyester
(Polyester
Capacitor)

Kapasitor
Kertas
(Paper
Capacitor)

Kapasitor
Mika
(Mika
Capacitor)

Kapasitor
Elektrolit
(Electrolyte
Capacitor)

10

Kapasitor
Tantalum
(Tantalum
Capacitor)

Kapasitor Keramik (Ceramic Capasitor)


Kapasitor Keramik adalah Kapasitor yang Isolatornya terbuat dari Keramik dan
berbentuk bulat tipis ataupun persegi empat. Kapasitor Keramik tidak memiliki arah atau
polaritas, jadi dapat dipasang bolak-balik dalam rangkaian Elektronika. Pada umumnya, Nilai
Kapasitor Keramik berkisar antara 1pf sampai 0.01F.
Kapasitor yang berbentuk Chip (Chip Capasitor) umumnya terbuat dari bahan Keramik yang
dikemas sangat kecil untuk memenuhi kebutuhan peralatan Elektronik yang dirancang makin
kecil dan dapat dipasang oleh Mesin Produksi SMT (Surface Mount Technology) yang
berkecepatan tinggi.
Kapasitor Polyester (Polyester Capacitor)
Kapasitor Polyester adalah kapasitor yang isolatornya terbuat dari Polyester dengan
bentuk persegi empat. Kapasitor Polyester dapat dipasang terbalik dalam rangkaian Elektronika
(tidak memiliki polaritas arah)
Kapasitor Kertas (Paper Capacitor)
Kapasitor Kertas adalah kapasitor yang isolatornya terbuat dari Kertas dan pada
umumnya nilai kapasitor kertas berkisar diantara 300pf sampai 4F. Kapasitor Kertas tidak
memiliki polaritas arah atau dapat dipasang bolak balik dalam Rangkaian Elektronika.
Kapasitor Mika (Mica Capacitor)
Kapasitor Mika adalah kapasitor yang bahan Isolatornya terbuat dari bahan Mika. Nilai
Kapasitor Mika pada umumnya berkisar antara 50pF sampai 0.02F. Kapasitor Mika juga dapat
dipasang bolak balik karena tidak memiliki polaritas arah.
Kapasitor Elektrolit (Electrolyte Capacitor)
Kapasitor Elektrolit adalah kapasitor yang bahan Isolatornya terbuat dari Elektrolit
(Electrolyte) dan berbentuk Tabung / Silinder. Kapasitor Elektrolit atau disingkat dengan ELCO
ini sering dipakai pada Rangkaian Elektronika yang memerlukan Kapasintasi (Capacitance) yang
tinggi. Kapasitor Elektrolit yang memiliki Polaritas arah Positif (-) dan Negatif (-) ini
menggunakan bahan Aluminium sebagai pembungkus dan sekaligus sebagai terminal Negatif-

11

nya. Pada umumnya nilai Kapasitor Elektrolit berkisar dari 0.47F hingga ribuan microfarad
(F). Biasanya di badan Kapasitor Elektrolit (ELCO) akan tertera Nilai Kapasitansi, Tegangan
(Voltage), dan Terminal Negatif-nya. Hal yang perlu diperhatikan, Kapasitor Elektrolit dapat
meledak jika polaritas (arah) pemasangannya terbalik dan melampui batas kamampuan
tegangannya.
Kapasitor Tantalum
Kapasitor Tantalum juga memiliki Polaritas arah Positif (+) dan Negatif (-) seperti halnya
Kapasitor Elektrolit dan bahan Isolatornya juga berasal dari Elektrolit. Disebut dengan Kapasitor
Tantalum karena Kapasitor jenis ini memakai bahan Logam Tantalum sebagai Terminal
Anodanya (+). Kapasitor Tantalum dapat beroperasi pada suhu yang lebih tinggi dibanding
dengan tipe Kapasitor Elektrolit lainnya dan juga memiliki kapasintansi yang besar tetapi dapat
dikemas dalam ukuran yang lebih kecil dan mungil. Oleh karena itu, Kapasitor Tantalum
merupakan jenis Kapasitor yang berharga mahal. Pada umumnya dipakai pada peralatan
Elektronika yang berukuran kecil seperti di Handphone dan Laptop.

KAPASITOR VARIABEL (VARIABLE CAPACITOR)


Kapasitor Variabel adalah Kapasitor yang nilai Kapasitansinya dapat diatur atau berubah-ubah.
Secara fisik, Kapasitor Variabel ini terdiri dari 2 jenis yaitu :
VARCO (Variable Condensator)
VARCO (Variable Condensator) yang terbuat dari Logam dengan ukuran yang lebih besar
dan pada umumnya digunakan untuk memilih Gelombang Frekuensi pada Rangkaian Radio
(digabungkan dengan Spul Antena dan Spul Osilator). Nilai Kapasitansi VARCO berkisar antara
100pF sampai 500pF
Trimmer
Trimmer adalah jenis Kapasitor Variabel yang memiliki bentuk lebih kecil sehingga
memerlukan alat seperti Obeng untuk dapat memutar Poros pengaturnya. Trimmer terdiri dari 2
pelat logam yang dipisahkan oleh selembar Mika dan juga terdapat sebuah Screw yang mengatur
jarak kedua pelat logam tersebut sehingga nilai kapasitansinya menjadi berubah. Trimmer dalam
Rangkaian Elektronika berfungsi untuk menepatkan pemilihan gelombang Frekuensi (Fine
Tune). Nilai Kapasitansi Trimmer hanya maksimal sampai 100pF.

FUNGSI KAPASITOR

12

Fungsi Kapasitor dalam Rangkaian ElektronikaPada Peralatan Elektronika, Kapasitor merupakan


salah satu jenis Komponen Elektronika yang paling sering digunakan. Hal ini dikarenakan
Kapasitor memiliki banyak fungsi sehingga hampir setiap Rangkaian Elektronika
memerlukannya.
Dibawah ini adalah beberapa fungsi daripada Kapasitor dalam Rangkaian Elektronika :

Sebagai Penyimpan arus atau tegangan listrik

Sebagai Konduktor yang dapat melewatkan arus AC (Alternating Current)

Sebagai Isolator yang menghambat arus DC (Direct Current)

Sebagai Filter dalam Rangkaian Power Supply (Catu Daya)

Sebagai Kopling

Sebagai Pembangkit Frekuensi dalam Rangkaian Osilator

Sebagai Penggeser Fasa

Sebagai Pemilih Gelombang Frekuensi (Kapasitor Variabel yang digabungkan dengan


Spul Antena dan Osilator)

INDUKTOR
Induktor merupakan komponen Elektronika Pasif yang sering ditemukan dalam
Rangkaian Elektronika, terutama pada rangkaian yang berkaitan dengan Frekuensi Radio.
Induktor atau dikenal juga dengan Coil adalah Komponen Elektronika Pasif yang terdiri dari
susunan lilitan Kawat yang membentuk sebuah Kumparan. Pada dasarnya, Induktor dapat
menimbulkan Medan Magnet jika dialiri oleh Arus Listrik. Medan Magnet yang ditimbulkan
tersebut dapat menyimpan energi dalam waktu yang relatif singkat. Dasar dari sebuah Induktor
adalah berdasarkan Hukum Induksi Faraday.
Kemampuan Induktor atau Coil dalam menyimpan Energi Magnet disebut dengan Induktansi
yang satuan unitnya adalah Henry (H). Satuan Henry pada umumnya terlalu besar untuk
Komponen Induktor yang terdapat di Rangkaian Elektronika. Oleh Karena itu, Satuan-satuan
yang merupakan turunan dari Henry digunakan untuk menyatakan kemampuan induktansi
sebuah Induktor atau Coil. Satuan-satuan turunan dari Henry tersebut diantaranya adalah

13

milihenry (mH) dan microhenry (H). Simbol yang digunakan untuk melambangkan Induktor
dalam Rangkaian Elektronika adalah huruf L.
Nilai Induktansi sebuah Induktor (Coil) tergantung pada 4 faktor, diantaranya adalah :

Jumlah Lilitan, semakin banyak lilitannya semakin tinggi Induktasinya

Diameter Induktor, Semakin besar diameternya semakin tinggi pula induktansinya

Permeabilitas Inti, yaitu bahan Inti yang digunakan seperti Udara, Besi ataupun Ferit.

Ukuran Panjang Induktor, semakin pendek inductor (Koil) tersebut semakin tinggi
induktansinya.

Konstruksi induktor
Sebuah induktor biasanya dikonstruksi sebagai sebuah lilitan dari bahan penghantar,
biasanya kawat tembaga, digulung pada inti magnet berupa udara atau bahan feromagnetik.
Bahan inti yang mempunyai permeabilitas magnet yang lebih tinggi dari udara meningkatkan
medan magnet dan menjaganya tetap dekat pada induktor, sehingga meningkatkan induktansi
induktor. Induktor frekuensi rendah dibuat dengan menggunakan baja laminasi untuk menekan
arus eddy. Ferit lunak biasanya digunakan sebagai
inti pada induktor frekuensi tingi, dikarenakan ferit tidak menyebabkan kerugian daya pada
frekuensi tinggi seperti pada inti besi. Ini dikarenakan ferit mempunyai lengkung histeresis yang
sempit dan resistivitasnya yang tinggi mencegah arus eddy. Induktor dibuat dengan berbagai
bentuk. Sebagian besar dikonstruksi dengan menggulung kawat tembaga email disekitar bahan
inti dengan kaki-kali kawat terlukts keluar. Beberapa jenis menutup penuh gulungan kawat di
dalam material inti, dinamakan induktor terselubungi. Beberapa induktor mempunyai inti yang
dapat diubah letaknya, yang memungkinkan pengubahan induktansi. Induktor yang digunakan
untuk menahan frekuensi sangat tinggi biasanya dibuat dengan melilitkan tabung atau manikmanik ferit pada kabel transmisi. Induktor kecil dapat dicetak langsung pada papan rangkaian
cetak dengan membuat jalur tembaga berbentuk spiral. Beberapa induktor dapat dibentuk pada
rangkaian terintegrasi menhan menggunakan inti planar. Tetapi bentuknya yang kecil membatasi
induktansi. Dan girator dapat menjadi pilihan alternatif.

Jenis-jenis Induktor (Coil)


Berdasarkan bentuk dan bahan inti-nya, Induktor dapat dibagi menjadi beberapa jenis,
diantaranya adalah :

Air Core Inductor Menggunakan Udara sebagai Intinya

Iron Core Inductor Menggunakan bahan Besi sebagai Intinya

Ferrite Core Inductor Menggunakan bahan Ferit sebagai Intinya

14

Torroidal Core Inductor Menggunakan Inti yang berbentuk O Ring (bentuk Donat)

Laminated Core Induction Menggunakan Inti yang terdiri dari beberapa lapis
lempengan logam yang ditempelkan secara paralel. Masing-masing lempengan logam
diberikan Isolator.

Variable Inductor Induktor yang nilai induktansinya dapat diatur sesuai dengan
keinginan. Inti dari Variable Inductor pada umumnya terbuat dari bahan Ferit yang dapat
di putar-putar

Jenis-Jenis Lilitan Induktor:


1. Lilitan ferit sarang-madu, yaitu dengan cara dililit saling-silang bertujuan
mengurangi efek kapasitansi yang terdistribusi. 2.
2. Lilitan inti-toroid, adalah lilitan sederhana dengan bentuk silinder agar tercipta
medan magnet dgn kutup utara dan selatan

Fungsi Induktor (Coil) dan Aplikasinya


Fungsi-fungsi Induktor atau Coil diantaranya adalah dapat menyimpan arus listrik dalam medan
magnet, menapis (Filter) Frekuensi tertentu, menahan arus bolak-balik (AC), meneruskan arus
searah (DC) dan pembangkit getaran serta melipatgandakan tegangan.
Berdasarkan Fungsi diatas, Induktor atau Coil ini pada umumnya diaplikasikan :

Sebagai Filter dalam Rangkaian yang berkaitan dengan Frekuensi

Transformator (Transformer)

Motor Listrik

Solenoid

Relay

Speaker

Microphone

Induktor sering disebut juga dengan Coil (Koil), Choke ataupun Reaktor.

15

TRANSFORMATOR
Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi
listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain, melalui suatu
gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi-elektromagnet. Transformator digunakan
secara luas, baik dalam bidang tenaga listrik maupun elektronika. Penggunaan transformator
dalam sistem tenaga memungkinkan terpilihnya tegangan yang sesuai, dan ekonomis untuk tiaptiap keperluan misalnya kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya listrik jarak
jauh.
Fungsi transformator untuk keperluan tegangan atau suatu transformator di ubah,ada
beberapa fungsi transformator antara lain :
Digunakan untuk pengiriman tenaga listrik
Untuk mengadakan pengukuran dari besaran listrik
Untuk memisahkan rangkaian yang satu dengan yang lain
Untuk memberikan tenaga pada alat tertentu.
Untuk menyesuaikan tegangan.
Dalam bidang elektronika, transformator digunakan antara lain:
sebagai gandengan impedansi antara sumber dan beban;
untuk memisahkan satu rangkain dari rangkaian yang lain;
dan untuk menghambat arus searah melalukan atau mengalirkan arus bolak-balik.
Berdasarkan frekuensi, transformator dapat dikelompokkan menjadi:
Frekuensi daya, 50 sampai 60Hz
Frekuensi pendengaran, 50Hz sampai 20kHz
Frekuensi radio, diatas 30kHz.
Dalam bidang tenaga listrik pemakaian transformator dikelompokkan menjadi:
o Transformatror daya
o Transformatror distribusi
o Transformatror pengukuran, yang terdiri dari atas transformator arus dan Transformator
tegangan

PRINSIP KERJA TRANSFORMATOR


Transformator bekerja berdasarkan prinsip kerja induksi elektromagnetik. Dimana apabila terjadi
suatu perubahan fluks magnet pada kumparan primer, maka akan diteruskan ke kumparan
sekunder dan menghasilkan suatu gaya gerak listrik (ggl) induksi dan arus induksi. Nah,agar
selalu terjadi perubahan fluks magnet, maka arus yang masuk (input) ini harus berupa arus bolak
balik (AC).
Di dalam perkembangannya terdapat bermacam-macam jenis transformator atau trafo dan
mempunyai berbagai fungsi, diantaranya :

Trafo ( Transformator ) Adaptor

16

Trafo ( Transformator ) IF ( Frekuensi Menengah )

Trafo Step Up / Step Down

Trafo OT ( Out Put )

Berikut ini contoh fungsi transformator yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari :

Trafo step up, Fungsi transformator ini digunakan untuk menaikkan tegangan AC, trafo
jenis ini dipakai dalam rangkaian-rangkaian pembangkit tegangan pada perangkat
elektronika seperti trafo inverter monitor LCD, trafo inverter TV, dll.

Trafo step-down adalah kebalikannya, fungsi transformator ini untuk menurunkan


tegangan AC, contoh pemakaiannya pada adaptor.

Autotransformator =
sadapan tengah.

Autotransformator variable = tegangan sekunder lebih banyak biasanya sadapan


tengahnya bisa diubah-ubah.

Transformator pulsa = transformator yang di desain khusus untuk memberikan keluaran


gelombang pulsa.

Transformator isolasi

Transformator 3 fasa

hanya terdiri suatu lilitan yang berlanjut secara listrik,dengan

17

DIODA
Dioda adalah komponen aktif semikonduktor yang terdiri dari persambungan (junction)
P-N.Sifat dioda yaitu dapat menghantarkan arus pada tegangan maju dan menghambat arus pada
tegangan balik. Dioda berasal dari pendekatan kata dua elektroda yaitu anoda dan katoda. Dioda
semikonduktor hanya melewatkan arus searah saja (forward), sehingga banyak digunakan
sebagai komponen penyearah arus. Secara sederhana sebuah dioda bisa kita asumsikan sebuah
katup, dimana katup tersebut akan terbuka manakala air yang mengalir dari belakang katup
menuju kedepan, sedangkan katup akan menutup oleh dorongan aliran air dari depan katup.

FUNGSI DIODA
1. Sebagai penyearah, untuk dioda bridge
2. Sebagai penstabil tegangan (voltage regulator), untuk dioda zener
3. Pengaman / sekering
4. Sebagai rangkaian clipper, yaitu untuk memangkas / membuang level sinyal yang ada di atas
atau di bawah level tegangan tertentu.
5. Sebagai rangkaian clamper, yaitu untuk menambahkan komponen DC kepada suatu sinyal AC
6. Sebagai pengganda tegangan.
7. Sebagai indikator, untuk LED (light emiting diode)
8. Sebagai sensor panas, contoh aplikasi pada rangkaian power amplifier
9. Sebagai sensor cahaya, untuk dioda photo
10. Sebagai rangkaian VCO (voltage controlled oscilator), untuk dioda varactor

18

JENIS DIODA

1. Dioda standar
Dioda jenis ini ada dua macam yaitu silikon dan germanium. Dioda silikon mempunyai
tegangan maju 0.6 V sedangkan dioda germanium 0.3 V. Dioda jenis ini mempunyai beberapa
batasan tertentu tergantung spesifikasi. Batasan batasan itu seperti batasan tegangan reverse,
frekuensi, arus, dan suhu. Tegangan maju dari dioda akan turun 0.025 V setiap kenaikan 1 derajat
dari suhu normal.
Sesuai karakteristiknya dioda ini bisa dipakai untuk fungsi-fungsi sebagai berikut:
1. Penyearah sinyal AC
2. Pemotong level
3. Sensor suhu
4. Penurun tegangan
5. Pengaman polaritas terbalik pada DC input
Contoh dioda jenis ini adalah 1N400x (1A), 1N5392 (1.5A), dan 1N4148 (500mA).

2. LED (light emiting diode)


Dioda jenis ini mempunyai lapisan fosfor yang bisa memancarkan cahaya saat diberi
polaritas pada kedua kutubnya. LED mempunyai batasan arus maksimal yang mengalir
melaluinya. Diatas nilai tersebut dipastikan umur led tidak lama. Jenis led ditentukan oleh
cahaya yang dipancarkan. Seperti led merah, hijau, biru, kuning, oranye, infra merah dan laser
diode. Selain sebagai indikator beberapa LED mempunyai fungsi khusus seperti LED inframerah
yang dipakai untuk transmisi pada sistem remote control dan opto sensor juga laser diode yang
dipakai untuk optical pick-up pada sistem CD. Dioda jenis ini dibias maju (forward).

3. Dioda Zener
Fungsi dari dioda zener adalah sebagai penstabil tegangan. Selain itu dioda zener juga
dapat dipakai sebagai pembatas tegangan pada level tertentu untuk keamanan rangkaian. Karena

19

kemampuan arusnya yang kecil maka pada penggunaan dioda zener sebagai penstabil tegangan
untuk arus besar diperlukan sebuah buffer arus. Dioda zener dibias mundur (reverse).

4. Dioda photo
Dioda photo merupakan jenis komponen peka cahaya. Dioda ini akan menghantar jika
ada cahaya yang mauk dengan intensitas tertentu. aplikasi dioda photo banyak pada sistem
sensor cahaya (optical). Contoh : pada optocoupler dan optical pick-up pada sistem CD. Dioda
photo dibias maju (forward).

5. Dioda varactor
Kelebihan dari dioda ini adalah mampu menghasilkan nilai kapasitansi tertentu sesuai
dengan besar tegangan yang diberikan kepadanya. Dengan dioda ini maka sistem penalaan
digital pada sistem transmisi frekuensi tinggi mengalami kemajuan pesat, seperti pada radio dan
televisi. Contoh sistem penalaan dengan dioda ini adalah dengan sistem PLL (Phase lock loop),
yaitu mengoreksi oscilator dengan membaca penyimpangan frekuensinya untuk kemudian diolah
menjadi tegangan koreksi untuk oscilator. Dioda varactor dibias reverse

6. Dioda SCR
SCR (Silicon Control Rectifier) merupakan jenis dioda yang difungsikan sebagai
pengendali. SCR yang disebut juga dengan nama Tyiristor ini termasuk dalam semikunduktor,
pengenadli SCR dikenal dengan nama Gate (dalam bahasa Indonesia berarti "Gerbang").

KARAKTERISTIK DIODA

1. Bias Maju Dioda


Adalah cara pemberian tegangan luar ke terminal diode. Jika anoda dihubungkan dengan
kutub positif batere, dan katoda dihubungkan dengan kutub negative batere, maka keadaan diode
ini disebut bias maju (forward bias). Aliran arus dari anoda menuju katoda, dan aksinya sama
dengan rangkaian tertutup. Pada kondisi bias ini akan terjadi aliran arus dengan ketentuan beda
tegangan yang diberikan ke diode dan akan selalu positif.

2. Bias Mundur Dioda

20

Sebaliknya bila anoda diberi tegangan negative dan katoda diberi tegangan positif, arus
yang mengalir jauh lebih kecil dari pada kondisi bias maju. Bias ini dinamakan bias mundur
(reverse bias) pada arus maju diperlakukan baterai tegangan yang diberikan dengan tidak terlalu
besar maupun tidak ada peningkatan yang cukup significant.

Sebagai karakteristik dioda, pada saat reverse, nilai tahanan diode tersebut relative sangat besar
dan diode ini tidak dapat menghantarkan arus listrik. Nilai-nilai yang didapat, baik arus maupun
tegangan tidak boleh dilampaui karena akan mengkibatkan rusaknya dioda.

TRANSISTOR
Pengertian transistor berasal dari perpaduan dua kata, yakni transfer yang artinya
pemindahan dan resistor yang berarti penghambat. Dengan demikian transistor dapat diartikan
sebagai suatu pemindahan atau peralihan bahan setengah penghantar menjadi penghantar pada
suhu atau keadaan tertentu.
Transistor ditemukan pertama kali oleh William Shockley, John Barden, dan W. H Brattain pada
tahun 1948. Mulai dipakai secara nyata dalam praktik mereka pada tahun 1958. Transistor
termasuk komponen semi konduktor yang bersifat menghantar dan menahan arus listrik.Ada 2
jenis transistor yaitu transistor tipe P N P dan transistor jenis N P N. Transistor NPN
adalah transistor positif dimana transistor dapat bekerja mengalirkan arus listrik apabila basis
dialiri tegangan arus positif. Sedangkan transistor PNP adalah transistor negatif,dapat bekerja
mengalirkan arus apabila basis dialiri tegangan negatif.

Fungsi transistor
sangatlah besar dan mempunyai peranan penting untuk memperoleh kinerja yang baik bagi
sebuah rangkaian elektronika. Dalam dunia elektronika, fungsi transistor ini adalah sebagai
berikut:

Sebagai sebuah penguat (amplifier).


Sirkuit pemutus dan penyambung (switching).
Stabilisasi tegangan (stabilisator).
Sebagai perata arus.
Menahan sebagian arus.

21

Menguatkan arus.

Membangkitkan frekuensi rendah maupun tinggi.

Modulasi sinyal dan berbagai fungsi lainnya.


Dalam rangkaian analog, transistor digunakan dalam amplifier (penguat). Rangkaian analog ini
meliputi pengeras suara, sumber listrik stabil, dan penguat sinyal radio. Dalam rangkaianrangkaian digital, transistor digunakan sebagai saklar berkecepatan tinggi. Beberapa diantara
transistor dapat juga dirangkai sedemikian rupa sehingga fungsi transistor menjadi sebagai logic
gate, memori, dan komponen-komponen lainnya.
Transistor sebagai penguat arus
Fungsi lain dari transistor adalah sebagai penguat arus. Karena fungsi ini maka transistor bisa
dipakai untuk rangkaian power supply dengan tegangan yang di set. Untuk keperluan ini
transistor harus dibias tegangan yang konstan pada basisnya, supaya pada emitor keluar tegangan
yang tetap. Biasanya untuk mengatur tegangan basis supaya tetap digunakan sebuah dioda zener.
Transistor sebagai Penguat
Salah satu fungsi Transistor yang paling banyak digunakan di dunia Elektronika Analog adalah
sebagai penguat yaitu penguat arus, penguat tegangan, dan penguat daya. Fungsi komponen
semikonduktor ini dapat kita temukan pada rangkaian Pree-Amp Mic, Pree-Amp Head, Mixer,
Echo, Tone Control, Amplifier dan lain-lain.
Common Base
Penguat Common Base digunakan sebagai penguat tegangan. Pada rangkaian ini Emitor
merupakan input dan Collector adalah output sedangkan Basis di-ground-kan/ditanahkan.
Sifat-sifat Penguat Common Base

Isolasi input dan output tinggi sehingga Feedback lebih keci.

Cocok sebagai Pre-Amp karena mempunyai impedansi input tinggi yang dapat
menguatkan sinyal kecil.

Dapat dipakai sebagai penguat frekuensi tinggi.

Dapat dipakai sebagai buffer.

Penguat Common Emitor

22

Penguat Common Emitor digunakan sebagai penguat tegangan. Pada rangkaian ini Emitor diground-kan/ditanahkan, Input adalah Basis, dan output adalah Collector.
Sifat-sifat Penguat Common Emitor

Signal output berbeda phasa 180 derajat.

Memungkinkan adanya osilasi akibat feedback, untuk mencegahnya sering dipasang


feedback negatif.

Sering dipakai sebagai penguat audio (frekuensi rendah).

Stabilitas penguatan rendah karena tergantung stabilitas suhu dan bias transistor.

Penguat Common Collector


Penguat Common Collector digunakan sebagai penguat arus. Rangkaian ini hampir sama dengan
Common Emitor tetapi outputnya diambil dari Emitor. Input dihubungkan ke Basis dan output
dihubungkan ke Emitor. Rangkaian ini disebut juga dengan Emitor Follower (Pengikut Emitor)
karena tegangan output hapir sama dengan tegangan input.
Sifat-sifat Penguat Common Collector

Signal output dan sigal input satu phasa (tidak terbalik seperti Common Emitor).

Penguatan tegangan kurang dari 1 (satu).

Penguatan arus tinggi (sama dengan HFE transistor).

Impedansi input tinggi dan impedansi output rendah sehingga cocok digunakan sebagai
buffer.

Prinsip kerja Transistor


Transistor dibuat dengan tiga lapis semikonduktor. Dapat dibuat lapisan PNP ataupun lapisan
NPN. Dengan demikian kita mengenal 2 macam transistor, yaitu transistor PNP dan transistor
NPN sesuai dengan jenis penyusunnya.

JENIS-JENIS TRANSISTOR
Jenis-Jenis Transistor dan cara kerja transistor pada umumnya dibagi menjadi dua jenis
yaitu; Transistor Bipolar (dwi kutub) dan Transistor Efek Medan (FET Field Effect Transistor).

Transistor Bipolar

23

Transistor Bipolar adalah jenis transistor yang paling banyak di gunakan pada rangkaian
elektronika. Jenis-Jenis Transistor ini terbagi atas 3 bagian lapisan material semikonduktor yang
terdiri dari dua formasi lapisan yaitu lapisan P-N-P (Positif-Negatif-Positif) dan lapisan N-PN (Negatif-Positif-Negatif). Sehingga menurut dua formasi lapisan tersebut transistor bipolar
dibedakan kedalam dua jenis yaitu transistor PNP dan transistor NPN.
Masing-masing dari ketiga kaki jenis-jenis transistor ini di beri nama B(Basis), K (Kolektor),
dan E (Emitor). Fungsi transistor bipolar ini adalah sebagai pengatur arus listrik (regulator arus
listrik), dengan kata lain transistor dapat membatasi arus yang mengalir dari Kolektor ke Emiter
atau sebaliknya (tergantung jenis transistor, PNP atau NPN).

Transistor Efek Medan

Transistor Efek Medan (FET Field Effect Transistor) merupakan jenis transistor yang juga
memiliki 3 kaki terminal yang masing-masing diberi
nama Drain (D), Source (S), dan Gate (G). Cara kerja transistor ini adalah mengendalikan aliran
elektron dari terminal Source ke Drain melalui tegangan yang diberikan pada terminal Gate.
Perbedaan antara transistor bipolar dan transistor FET adalah jika transistor bipolar mengatur
besar kecil-nya arus listrik yang melalui kaki Kolektor ke Emiter atau sebaliknya melalui
seberapa besar arus yang diberikan pada kaki Basis, sedangkan pada FET besar kecil-nya arus
listrik yang mengalir pada Drain ke Source atau sebaliknya adalah dengan seberapa besar
tegangan yang diberikan pada kaki Gate.
Selain di gunakan sebagai penguat, transistor digunakan sebagai saklar.Caranya
adalah dengan memberikan arus yang cukup besar pada basis transistor hingga mencapai titik
jenuh. Pada kondisi seperti ini kolektor dan emitor bagai kawat yang terhubung atau saklar
tertutup, dan sebaliknya jika arus basis teramat kecil maka kolektor dan emitor bagai saklar
terbuka.

FUNGSI TRANSISTOR
Fungsi transistor adalah sebagai sebagai penguat, sebagai
penyambung (switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal.
Transistor mempunyai 3 jenis yaitu :
1.

Uni Junktion Transistor (UJT)

2.

Field Effect Transistor (FET)

3.

MOSFET

sirkuit

pemutus

dan

24

1. Uni Junktion Transistor (UJT)


Uni Junktion Transistor (UJT) adalah transistor yang mempunyai satu kaki emitor dan
dua basis. Kegunaan transistor ini adalah terutama untuk switch elektronis. Ada Dua jenis UJT
ialah UJT Kanal N dan UJT Kanal P.
2. Field Effect Transistor (FET)
Beberapa Kelebihan FET dibandingkan dengan transistor biasa ialah antara lain
penguatannya yang besar, serta desah yang rendah. Karena harga FET yang lebih tinggi dari
transistor, maka hanya digunakan pada bagian-bagian yang memang memerlukan.
Bentuk fisik FET ada berbagai macam yang mirip dengan transistor. Jenis FET ada dua yaitu
Kanal N dan Kanal P. Kecuali itu terdapat pula macam FET ialah Junktion FET (JFET) dan
Metal Oxide Semiconductor FET(MOSFET).
3. MOSFET
MOSFET (Metal Oxide Semiconductor FET) adalah suatu jenis FET yang mempunyai
satu Drain, satu Source dan satu atau dua Gate. MOSFET mempunyai input impedance yang
sangat tinggi. Mengingat harga yang cukup tinggi, maka MOSFET hanya digunakan pada bagian
bagian yang benar-benar memerlukannya. Penggunaannya misalnya sebagai RF amplifier pada
receiver untuk memperoleh amplifikasi yang tinggi dengan desah yang rendah. Dalam
pengemasan dan perakitan dengan menggunakan MOSFET perlu diperhatiakan bahwa
komponen ini tidak tahan terhadap elektrostatik, mengemasnya menggunakan kertas timah,
pematriannya menggunakan jenis solder yang khusus untuk pematrian MOSFET. Seperti halnya
pada FET, terdapat dua macam MOSFET ialah Kanal P dan Kanal N.

25

THYRISTOR
Pengertian Thyristor Istilah Thyristor berasal dari tabung Thyratron-Transistor, dimana
dengan perkembangan teknologi semikonduktor, maka tabung-tabung elektron yang bentuknya
relatip besar dapat digantikan oleh tabung-tabung transistor yang berukuran jauh lebih kecil
tanpa mengurangi kemampuan operasionalnya. Thyristor adalah suatu bahan semikonduktor
terdiri dari Dioda Lapis Empat (Four Layers Diode) dengan susunan P-N-P-N junction. Sehingga
thyristor ini dapat disebut juga sebagai PNPN Dioda. Bahan dasar thyristor ini adalah dari silicon
dengan pertimbangan jauh lebih tahan panas dibandingkan dengan bahan germanium.

Struktur Thyristor
Ciri-ciri utama dari sebuah thyristor adalah komponen yang terbuat dari bahan
semiconductor silicon. Walaupun bahannya sama, tetapi struktur P-N junction yang dimilikinya
lebih kompleks dibanding transistor bipolar atau MOS. Komponen thyristor lebih digunakan
sebagai saklar (switch) ketimbang sebagai penguat arus atau tegangan seperti halnya transistor.
Struktur dasar thyristor adalah struktur 4 layer PNPN seperti yang ditunjukkan pada gambar
dibawah ini.. Jika dipilah, struktur ini dapat dilihat sebagai dua buah struktur junction PNP dan
NPN yang tersambung di tengah seperti pada gambar-1b. Ini tidak lain adalah dua buah transistor
PNP dan NPN yang tersambung pada masing-masing kolektor dan base.

BAGIAN-BAGIAN DARI THYRISTOR


1. SCR

SCR merupakan saklar elektronik yang bisa mengendalikan arus AC atau DC. Bahwa
untuk membuat thyistor ON adalah dengan memberi arus tigger lapisan p yang dekat dengan

26

katoda yaitu dengan membuat kaki gate pada thyristor PNPN. Karena letak nya yang dekat
dengan katoda bisa juga pin gate ini di sebut pin gate katoda(chatoda gate). SCR dalam banyak
literature disebut thyristor saja.
2. TRGER SCR

Melalui kaki (pin) gate tersebut memungkinkan komponen ini di trigger menjadi ON,yaitu
dengan memberi arus gate.
Cara untuk membuat reverse SCR
Cara membuat SCR menjadi off tersebut adalah dengan menurunkan tegangan anoda katoda ke
titik nol. Karena inilah SCR/thyristor pada umum nya tidak cocok digunakan untuk aplikasi DC.
Komponen ini lebh banyak digunakan untuk aplikasi tegangan AC,dimana SCR bisa off pada
saat gelombang tegangan AC berada di titik nol.

JENIS-JENIS THYRISTOR
Thyristor dibuat hampir seluruhnya dengan proses difusi.Thyristor dapat secara umum
diklasifikasikan menjadi sembilan kategori:
1. Phase control thyristor (SCR)
2. Fast-switching thyristor(SCR)
3. Gate-turn-off thyristor (GTO)
4. Bidirectional triode thyristor(TRIAC)
5. Reverse-conducting thyristor (RCT)
6. Static induction thyristor (SITH)
7. Light-activated silicon-controlled rectifier (LASCR)
8. FET-controlled thyristor(FET-CTH)
9. MOS-controlled thyristor (MCT)
1. Phase-Control Thyristor (Kontrol Phase Thyristor)
Thyristor type ini secara umum beroperasi pada line-frequency dan dimatikan dengan komutasi
natural. Turn off time tq, berada dalam orde 50 sampai 100 s. Alat ini sangat cocok untuk
aplikasi pensaklaran kecepatan rendah yang dikenal sebagai thyristor konverter. Karena terbuat
dari silikon yang dikontrol maka thyristor ini disebut silicon-controlled rectifier (SCR).
Dalam keadaan on, VT, bervariasi disekitar 1,15 V untuk devais 600 V hingga 2,5 V untuk
devais 4000 V; dan untuk thyristor 5500 A, 1200 V, sekitar 1,25 V.
2. Fast-Switching Thyristor
Biasanya thyristor ini digunakan pada penerapan teknologi pensaklaran kecepatan tinggi dengan
forced-commutation. Thyristor jenis ini memiliki waktu turn off yang cepat, umumnya dalam 5
sampai 50 s bergantung pada daerah tegangannya. Tegangan jatuh forward pada keadaan on

27

bervarasi kira-kira seperti fungsi invers dari trun off time tq, dikenal juga sebagai thyristor
inversi.
Thyristor ini memiliki dv/dt yang tinggi biasanya 1000 V/s dan di/dt sebesar 1000 /s. Turn off
yang cepat akan sangat penting untuk mengurangi berat dan ukuran dari komponen rangkaian
reaktif. Thyristor ini memiliki kemampuan blocking yang sangat terbatas kira-kira 10 V, biasanya
dikenal asymmetrical thyristor (ASCR).
3. Turn Off Thyristor
Alat ini dihidupkan dengan memberi sinyal gerbang positif. GTO memiliki beberapa keuntungan
dibandingkan SCR; (1) turn-off yang cepat, memungkinkan komponen commulating pada
forced-commutation, yang menghasilkan pengurangan biaya, berat dan volume; (2) pengurangan
usikan akustik dan elektromagnetik karena hilangya commutation chokes; (3) trun-off yang
cepat, memungkinkan frekuensi pensaklaran yang tinggi; dan (4) meningkankan efisiensi
converter.
Pada aplikasi daya rendah , GTO memiliki keuntungan dibandingkan bipolar transistor: (1)
kemampuan bloking tegangan yang lebih tinggi; (2) rasio arus puncak yang dapt dikontrol
dengan arus rata-rata yang tinggi; (3) rasio atus surge puncak terhadap arus terhadap arus ratarata tinggi, umumnya 10 : 1 ; (4) penguatan keadaan on tinggi (arus anode/arus gerbang),
umumnya 600; dan (5) durasi sinyal gerbang sinyal pulsa pendek.
Controllable peak on-state current ITGQ adalah nilai puncak dari arus keadaan on, yang dapat
dimatikan oleh control gerbang.
Dengan CS adalah kapasitansi snubber.
4. Bidirectional Triode Thyristor
TRIAC dapat bersifat konduktifdalam dua arah. Karena itu TRIAC merupakan devais
bidirectional, terminalnya tidak dapat ditentukan sebagai anode/katode. Dalam prakteknya
sensitivitas bervariasi antara satu kuadran dengan kuadran lain, dan TRIAC biasanya beroperasi
di kuadran I+ (tegangan) dan arus gerbang positif) atau kuadran III- (tegangan dan arus gerbang
negative).
5. Reverse-Conducting Thyristor
Suatu RCT dapat dipandangi sebagai suatu kompromi antara karakteristikdevais dan kebutuhan
dari rangkaian RCT dapat dianggap sebagai suatu thyristor dengan built-in mode antipapralel.
Tegangan forward blocking bervariasi antara 400 samapi dengan 2000 V dan rating arus maju
bergerakhingga 500 A. Tegangan blocking reverse biasanya sekitar 30 sampai dengan 40 V.
6. Static Induction Thyristor
Karakteristik dari SITH mirip dengan karakteristik dari MOSFET. SITH biasanya dihidupkan
dengan memberikan tegangan gerbang positif. SITH merupakan devais pembawa muatan
minoritas.

28

SITH memiliki kecepatan switching yang tinggi denagn kemampuan dv/dt dan di/dt yang tinggi.
Waktu switchingnya berada pada orde 1 sampai 6 s. Rating tegangan mencapai 2500 V dan
rating arus dibatasi 500 A. devais ini sangat sensitive terhadap proses produksi, ganguan kecil
dapat megakibatkan perubahan besar pada karakteristiknya.
7. Light-Activated Silicon-Controlled Rectifier
Devais ini dihidupkan dengan memberikan radiasi langsung pada wafer silicon. Pasangan
electron-hole yang terbentuk selama proses radiasi menghasilkan arus trigger pada pengaruh
medan elektris.
LASCR digunakan untuk pemakaian arus dan tegangan yang tinggi dan kompensasi daya reaktif
statis. LASCR menediakan isolasi elektris penuh antara sumber cahaya pen-trigger dan devais
switching dari converter daya, dengan potensial mengambang tinggi.
8. FET-Controlled Thyristor
Devais FET CTH merupakan kombinasi MOSFET dan thyristor secara parallel. Jika tegangan
tertentu diberikan pada gerbang MOSFET, biasanya 3 V, arus pen-tringger dari thyristor akan
bangkit secara internal. FET-CTH memiliki kecepatan switching tinggi.

9. MOS-Controlled Thyristor
MOS-Controlled Thyristor (MCT) mengkombinasikan sifat-sifat regeneratif thyristor dan
struktur gerbang MOS. Karena strukturny NPNP anode berlaku sebagai terminal acuan relatif
terhadap semua sinyal gerbang yang diberikan. Diasumsikan bahwa MCT berada dalam
keadaaan blocking state dan tegangan negatif VGAdiberikan. Kanal p (layer inversion) dibentuk
dalam material n-doped, yang mengakibatkan hole-hole mengalir secara lateral dari emiter.
MCT dapat beroperasisebagai devais yang dikontrol oleh gerbang jika arusnya lebih kecil dari
arus maksimum yang dapat dikontrol. Usaha untuk membuat MCT off pada arus yang melebihi
nilai itu akan menyebabkan kerusakan pada devais. Untuk nilai arus yang tinggi, MCT harus
dimatikan seperti thyristor biasa. Lebar pulsa gerbang tidak kritis untuk arus devais yang lebih
kecil. Untuk arus besar, lebar pulsa turn off harus lebih besar dari pulsa turn-off harus lebih
besar.
SCR, TRIAC dan DIAC
Thyristor berakar kata dari bahasa Yunani yang berarti pintu. Dinamakan demikian barangkali
karena sifat dari komponen ini yang mirip dengan pintu yang dapat dibuka dan ditutup untuk
melewatkan arus listrik. Ada beberapa komponen yang termasuk thyristor antara lain:
PUT (programmable uni-junction transistor)
UJT (uni-junction transistor )
GTO (gate turn off switch)
photo SCR dan sebagainya.

29

Namun pada kesempatan ini, yang akan kemukakan adalah komponen-komponen thyristor yang
dikenal dengan sebutan SCR (silicon controlled rectifier), TRIAC dan DIAC.

STRUKTUR THYRISTOR
Ciri-ciri utama dari sebuah thyristor adalah komponen yang terbuat dari bahan
semiconductor silicon. Walaupun bahannya sama, tetapi struktur P-N junction yang dimilikinya
lebih kompleks dibanding transistor bipolar atau MOS. Komponen thyristor lebih digunakan
sebagai saklar (switch) ketimbang sebagai penguat arus atau tegangan seperti halnya transistor.
Struktur dasar thyristor adalah struktur 4 layer PNPN seperti yang ditunjukkan pada gambar-1a.
Jika dipilah, struktur ini dapat dilihat sebagai dua buah struktur junction PNP dan NPN yang
tersambung di tengah seperti pada gambar-1b. Ini tidak lain adalah dua buah transistor PNP dan
NPN yang tersambung pada masing-masing kolektor dan base.
Jika divisualisasikan sebagai transistor Q1 dan Q2, maka struktur thyristor ini dapat.
Terlihat di sini kolektor transistor Q1 tersambung pada base transistor Q2 dan sebaliknya
kolektor transistor Q2 tersambung pada base transistor Q1.
Ib, yaitu arus kolektor adalah penguatan dari arus base.Rangkaian transistor yang demikian
menunjukkan adanya loop penguatan arus di bagian tengah. Dimana diketahui bahwa Ic =
Jika misalnya ada arus sebesar Ib yang mengalir pada base transistor Q2, maka akan ada arus Ic
yang mengalir pada kolektor Q2. Arus kolektor ini merupakan arus base Ib pada transistor Q1,
sehingga akan muncul penguatan pada arus kolektor transistor Q1. Arus kolektor transistor Q1
tidak lain adalah arus base bagi transistor Q2. Demikian seterusnya sehingga makin lama
sambungan PN dari thyristor ini di bagian tengah akan mengecil dan hilang. Tertinggal hanyalah
lapisan P dan N dibagian luar.
Jika keadaan ini tercapai, maka struktur yang demikian tidak lain adalah struktur dioda PN
(anoda-katoda) yang sudah dikenal. Pada saat yang demikian, disebut bahwa thyristor dalam
keadaan ON dan dapat mengalirkan arus dari anoda menuju katoda seperti layaknya sebuah
dioda.
Jika pada thyristor ini kita beri beban lampu dc dan diberi suplai tegangan dari nol sampai. yang
terjadi pada lampu ketika tegangan dinaikan dari nol adalah lampu akan tetap padam karena
lapisan N-P yang ada ditengah akan mendapatkan reverse-bias (teori dioda). Pada saat ini disebut
thyristor dalam keadaan OFF karena tidak ada arus yang bisa mengalir atau sangat kecil sekali.
Arus tidak dapat mengalir sampai pada suatu tegangan reverse-bias tertentu yang menyebabkan
sambungan NP ini jenuh dan hilang. Tegangan ini disebut tegangan breakdown dan pada saat itu
arus mulai dapat mengalir melewati thyristor sebagaimana dioda umumnya. Pada thyristor
tegangan ini disebut tegangan breakover Vbo.
SCR
Telah dibahas, bahwa untuk membuat thyristor menjadi ON adalah dengan memberi arus trigger
lapisan P yang dekat dengan katoda. Yaitu dengan membuat kaki gate pada thyristor PNPN
Karena letaknya yang dekat dengan katoda, bisa juga pin gate ini disebut pin gate katoda
(cathode gate). Beginilah SCR dibuat dan simbol SCR digambarkan seperti gambar-4b. SCR
dalam banyak literatur disebut Thyristor saja.
Melalui kaki (pin) gate tersebut memungkinkan komponen ini di trigger menjadi ON, yaitu
dengan memberi arus gate. Ternyata dengan memberi arus gate Ig yang semakin besar dapat
menurunkan tegangan breakover (Vbo) sebuah SCR. Dimana tegangan ini adalah tegangan

30

minimum yang diperlukan SCR untuk menjadi ON. Sampai pada suatu besar arus gate tertentu,
ternyata akan sangat mudah membuat SCR menjadi ON. Bahkan dengan tegangan forward yang
kecil sekalipun. Misalnya 1 volt saja atau lebih kecil lagi.
Pada gambar tertera tegangan breakover Vbo, yang jika tegangan forward SCR mencapai titik
ini, maka SCR akan ON. Lebih penting lagi adalah arus Ig yang dapat menyebabkan tegangan
Vbo turun menjadi lebih kecil. Pada gambar ditunjukkan beberapa arus Ig dan korelasinya
terhadap tegangan breakover. Pada datasheet SCR, arus trigger gate ini sering ditulis dengan
notasi IGT (gate trigger current). Pada gambar ada ditunjukkan juga arus Ih yaitu arus holding
yang mempertahankan SCR tetap ON. Jadi agar SCR tetap ON maka arus forward dari anoda
menuju katoda harus berada di atas parameter ini.
Sejauh ini yang dikemukakan adalah bagaimana membuat SCR menjadi ON. Pada
kenyataannya, sekali SCR mencapai keadaan ON maka selamanya akan ON, walaupun tegangan
gate dilepas atau di short ke katoda. Satu-satunya cara untuk membuat SCR menjadi OFF adalah
dengan membuat arus anoda-katoda turun di bawah arus Ih (holding current). Pada gambar-5
kurva I-V SCR, jika arus forward berada dibawah titik Ih, maka SCR kembali pada keadaan
OFF. Berapa besar arus holding ini, umumnya ada di dalam datasheet SCR.
Cara membuat SCR menjadi OFF tersebut adalah sama saja dengan menurunkan tegangan
anoda-katoda ke titik nol. Karena inilah SCR atau thyristor pada umumnya tidak cocok
digunakan untuk aplikasi DC. Komponen ini lebih banyak digunakan untuk aplikasi-aplikasi
tegangan AC, dimana SCR bisa OFF pada saat gelombang tegangan AC berada di titik nol.
Ada satu parameter penting lain dari SCR, yaitu VGT. Parameter ini adalah tegangan trigger
pada gate yang menyebabkan SCR ON. Kalau dilihat dari model thyristor tegangan ini adalah
tegangan Vbe pada transistor Q2. VGT seperti halnya Vbe, besarnya kira-kira 0.7 volt. sebuah
SCR diketahui memiliki IGT = 10 mA dan VGT = 0.7 volt. Maka dapat dihitung tegangan Vin
yang diperlukan agar SCR ini ON adalah sebesar :
Vin = Vr + VGT
Vin = IGT(R) + VGT = 4.9 volt
Gambar-6 : Rangkaian SCR

TRIAC
Boleh dikatakan SCR adalah thyristor yang uni-directional, karena ketika ON hanya bisa
melewatkan arus satu arah saja yaitu dari anoda menuju katoda. Struktur TRIAC sebenarnya
adalah sama dengan dua buah SCR yang arahnya bolak-balik dan kedua gate-nya disatukan.
Simbol TRIAC ditunjukkan pada gambar-6. TRIAC biasa juga disebut thyristor bi-directional.
TRIAC bekerja mirip seperti SCR yang paralel bolak-balik, sehingga dapat melewatkan arus dua
arah.
Pada datasheet akan lebih detail diberikan besar parameter-parameter seperti Vbo dan -Vbo, lalu
IGT dan -IGT, Ih serta -Ih dan sebagainya. Umumnya besar parameter ini simetris antara yang
plus dan yang minus. Dalam perhitungan desain, bisa dianggap parameter ini simetris sehingga
lebih mudah di hitung.
DIAC

31

Kalau dilihat strukturnya seperti gambar-8a, DIAC bukanlah termasuk keluarga thyristor, namun
prinsip kerjanya membuat ia digolongkan sebagai thyristor. DIAC dibuat dengan struktur PNP
mirip seperti transistor. Lapisan N pada transistor dibuat sangat tipis sehingga elektron dengan
mudah dapat menyeberang menembus lapisan ini. Sedangkan pada DIAC, lapisan N di buat
cukup tebal sehingga elektron cukup sukar untuk menembusnya. Struktur DIAC yang demikian
dapat juga dipandang sebagai dua buah dioda PN dan NP, sehingga dalam beberapa literatur
DIAC digolongkan sebagai dioda.
Sukar dilewati oleh arus dua arah, DIAC memang dimaksudkan untuk tujuan ini. Hanya dengan
tegangan breakdown tertentu barulah DIAC dapat menghantarkan arus. Arus yang dihantarkan
tentu saja bisa bolak-balik dari anoda menuju katoda dan sebaliknya. Kurva karakteristik DIAC
sama seperti TRIAC, tetapi yang hanya perlu diketahui adalah berapa tegangan breakdown-nya.
Simbol dari DIAC adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar-8b. DIAC umumnya dipakai
sebagai pemicu TRIAC agar ON pada tegangan input tertentu yang relatif tinggi. Contohnya
adalah aplikasi dimmer lampu .

SENSOR
Sensor adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi gejala-gejala atau sinyalsinyal yang berasal dari perubahan suatu energi seperti energi listrik, energi fisika, energi kimia,
energi biologi, energi mekanik dan sebagainya.
Sensor merupakan jenis tranduser yang digunakan untuk mengubah besaran mekanis, magnetis,
panas, sinar, dan kimia menjadi tegangan dan arus listrik. Sensor sering digunakan untuk
pendeteksian pada saat melakukan pengukuran atau pengendalian.
Beberapa jenis sensor yang banyak digunakan dalam rangkaian elektronik antara lain sensor
cahaya, sensor suhu, dan sensor tekanan
Contoh ;
Camera sebagai sensor penglihatan,Telinga sebagai sensor pendengaran,Kulit sebagai sensor
peraba,LDR (light dependent resistance) sebagai sensor cahaya, dan lainnya.
Sesuai dengan fungsi sensor sebagai pendeteksi sinyal dan meng-informasikan sinyal tersebut ke
sistem berikutnya, maka peranan dan fungsi sensor akan dilanjutkan oleh transduser. Karena
keterkaitan antara sensor dan transduser begitu erat maka pemilihan transduser yang tepat dan
sesuai juga perlu diperhatikan.
Sensor dalam teknik pengukuran dan pengaturan secara elektronik berfungsi mengubah besaran
fisik (misalnya : temperatur, gaya, kecepatan putaran) menjadi besaran listrik yang proposional.
Sensor dalam teknik pengukuran dan pengaturan ini harus memenuhi persyaratan-persyaratan
kualitas yakni:
1. Linieritas
Konversi harus benar-benar proposional, jadi karakteristik konversi harus linier.

32

2. Tidak tergantung temperatur


Keluaran konverter tidak boleh tergantung pada temperatur di sekelilingnya, kecuali sensor suhu.
3. Kepekaan
Kepekaan sensor harus dipilih sedemikian, sehingga pada nilai-nilai masukan yang ada dapat
diperoleh tegangan listrik keluaran yang cukup besar.
4. Waktu tanggapan
Waktu tanggapan adalah waktu yang diperlukan keluaran sensor untuk mencapai nilai akhirnya
pada nilai masukan yang berubah secara mendadak. Sensor harus dapat berubah cepat bila nilai
masukan pada sistem tempat sensor tersebut berubah.
5. Batas frekuensi terendah dan tertinggi
Batas-batas tersebut adalah nilai frekuensi masukan periodik terendah dan tertinggi yang masih
dapat dikonversi oleh sensor secara benar. Pada kebanyakan aplikasi disyaratkan bahwa
frekuensi terendah adalah 0Hz.
6. Stabilitas waktu
Untuk nilai masukan (input) tertentu sensor harus dapat memberikan keluaran (output) yang
tetap nilainya dalam waktu yang lama.
7. Histerisis
Gejala histerisis yang ada pada magnetisasi besi dapat pula dijumpai pada sensor. Misalnya, pada
suatu temperatur tertentu sebuah sensor dapat memberikan keluaran yang berlainan.
Empat sifat diantara syarat-syarat dia atas, yaitu linieritas, ketergantungan pada temperatur,
stabilitas waktu dan histerisis menentukan ketelitian sensor.
Jenis sensor secara garis besar bisa dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
1. Sensor fisika adalah sensor yang mendeteksi suatu besaran berdasarkan hokum-hukum fisika.
Yang termasuk kedalam jenis sensor fisika yaitu:

Sensor cahaya

Sensor suara

Sensor suhu

Sensor gaya

Sensor percepatan

2.Sensor kimia adalah sensor yang mendeteksi jumlah suatu zat kimia dengan cara mengubah
besaran kimi menjadi besaran listrik. Biasanya ini melibatkan beberapa reaksi kimia. Yang
termasuk kedalam jenis sensor kimia yaitu :

33

Sensor PH
Sensor Gas
Sensor oksigen
Sensor Ledakan
dll
Dalam sistem pengukuran dikenal tiga jenis sensor, diantaranya :
1.
Sensor Thermal, yaitu sensor yang bekerja berdasarkan adanya perubahan suhu dari suatu
objek.
Setiap sensor suhu memiliki temperatur kerja yang berbeda, untuk pengukuran suhu disekitar
kamar yaitu antara -35oC sampai 150oC, dapat dipilih sensor NTC, PTC, transistor, dioda dan IC
hibrid. Untuk suhu menengah yaitu antara 150oC sampai 700oC, dapat dipilih thermocouple dan
RTD. Untuk suhu yang lebih tinggi sampai 1500oC, tidak memungkinkan lagi dipergunakan
sensor-sensor kontak langsung, maka teknis pengukurannya dilakukan menggunakan cara
radiasi. Untuk pengukuran suhu pada daerah sangat dingin dibawah 65oK = -208oC ( 0oC =
273,16oK ) dapat digunakan resistor karbon biasa karena pada suhu ini karbon berlaku seperti
semikonduktor. Untuk suhu antara 65oK sampai -35oC dapat digunakan kristal silikon dengan
kemurnian tinggi sebagai sensor.
Contohnya resistance temperature detector (RTD), thermocouple, IC LM-35.
2.
Sensor Mekanik, yaitu sensor yang bekerja berdasarkan adanya gerak mekanik dari suatu
objek. Semua gerak mekanis tersebut pada intinya hanya terdiri dari tiga macam, yaitu gerak
lurus, gerak melingkar dan gerak memuntir. Gerak mekanis disebabkan oleh adanya gaya aksi
yang dapat menimbulkan gaya reaksi.
Contohnya: potensiometer, linear variable differential transformer (LVDT), strain gauge,
piezoelectric.
3.
Sensor Optik, yaitu sensor yang bekerja berdasarkan besaran fisis berupa cahaya (intensitas).
Contohnya photovoltaic, photodiode detector, light dependent resistant (LDR).
Di dalam percobaan sensor dan pengukuran ini, kita akan menggunakan ketiga jenis
sensor tersebut di atas. Untuk jenis sensor thermal kita akan menggunakan IC LM 35. Untuk
sensor mekanik, kita akan menggunakan potensiometer baik potensiometer geser maupun
potensiometer putar. Sedangkan untuk sensor optik, kita menggunakan photodiode.
Secara umum berdasarkan fungsi dan penggunaannya dan paling sering ditemui di industriindustri, sensor dapat dikelompokan menjadi 4 bagian yaitu :
Sensor Temperature (Panas/Suhu/Thermal)
Sensor yang digunakan untuk mendeteksi gejala perubahan panas/temperatur/suhu pada
suatu dimensi benda/ruang tertentu.

Sensor Level
Sensor yang digunakan untuk mendeteksi tinggi/rendah atau naik/turun suatu level fluida
dalam bejana, tangki (wadah) tertentu.

Sensor Pressure (Tekanan)


Sensor yang digunakan untuk mendeteksi gejala perubahan pressure/tekanan
fluida/udara/gas pada suatu ruang, bejana, tangki, pipa dll.

34

Sensor Flow (Aliran)


Sensor yang digunakan untuk mendeteksi aliran/flow atau jumlah fluida dalam pipa.

TRANDUCER
Transducer (Transduser) adalah suatu alat yang dapat mengubah suatu bentuk energi ke
bentuk energi lainnya. Bentuk-bentuk energi tersebut diantaranya seperti Energi Listrik, Energi
Mekanikal, Energi Elektromagnetik, Energi Cahaya, Energi Kimia, Energi Akustik (bunyi) dan
Energi Panas. Pada umumnya, semua alat yang dapat mengubah atau mengkonversi suatu energi
ke energi lainnya dapat disebut sebagai Transduser (Transducer).

Jenis-jenis Transducer
Berdasarkan Fungsinya, Transduser terbagi menjadi 2 jenis yaitu Transduser Input dan Transder
Output. Hampir semua perangkat Elektronika terdapat kedua jenis Transduser tersebut. Berikut
ini adalah Blok Diagram sederhana dari Transduser Input ke Transduser Output.

Transduser Input (Input Transducer)


Transduser Input merupakan Transduser yang dapat mengubah energi fisik (physical
energy) menjadi sinyal listrik ataupun Resistansi (yang kemudian juga dikonversikan ke
tegangan atau sinyal listrik). Energi fisik tersebut dapat berbentuk Cahaya, Tekanan, Suhu
maupun gelombang suara. Seperti contohnya Mikropon (Microphone), Mikropon dapat
mengubah gelombang suara menjadi sinyal listrik yang dapat dihantarkan melalui kabel listrik.
Transduser Input sering disebut juga dengan Sensor.

35

Berikut ini beberapa Komponen Elektronika ataupun perangkat Elektronika yang digolongkan
sebagai Transduser Input.
LDR (Light Dependent Resistor) mengubah Cahaya menjadi Resistansi (Hambatan)
Thermistor (NTC/PTC) mengubah suhu menjadi Resistansi (Hambatan)
Variable Resistor (Potensiometer) mengubah posisi menjadi Resistansi (Hambatan)
Mikropon (Microphone) mengubah gelombang suara menjadi sinyal listrik

Transduser Output (Output Transducer)


Transduser Output merupakan Transduser yang dapat mengubah sinyal listrik menjadi
bentuk energi fisik (Physical Energy). Seperti contohnya Loudspeaker, Loudspeaker mengubah
sinyal listrik menjadi Suara yang dapat di dengar oleh manusia. Transduser Output sering disebut
juga dengan istilah Actuator.
Beberapa Komponen Elektronika atau Perangkat Elektronika yang digolongkan sebagai
Transduser Output diantaranya adalah sebagai berikut :
LED (Light Emitting Diode) mengubah listrik menjadi Energi Cahaya
Lampu mengubah listrik menjadi Energi Cahaya
Motor mengubah listrik menjadi Gerakan (motion)
Heater mengubah listrik menjadi Panas
Loudspeaker mengubah sinyal listrik menjadi Suara

Penggabungan Transduser Input dan Output


Banyak Perangkat Elektronika yang kita pergunakan saat ini adalah gabungan dari
Transduser Input dan Transduser Output. Dalam Perangkat Elektronika yang dimaksud ini terdiri
dari Sensor (Transduser Input) dan Actuator (Transduser Output) yang mengubah suatu bentuk
Energi menjadi bentuk energi lainnya dan kemudian mengubahnya lagi menjadi bentuk energi
yang lain. Seperti contohnya Pengukur Suhu Badan (Termometer) yang mengkonversikan atau
mengubah suhu badan kita menjadi sinyal listrik (Transduser input = Sensor Suhu) kemudian
diproses oleh Rangkaian Elektronika tertentu menjadi Angka atau Display yang dapat dibaca
oleh kita (Transduser Output = Display).

Aplikasi Transduser
Berdasarkan Aplikasinya, Transduser dapat dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah :
1. Transducer Electromagnetic, seperti Antenna, Tape Head/Disk Head, Magnetic
Cartridge.
2. Transducer Electrochemical, seperti Hydrogen Sensor, pH Probes.
3. Transducer Electromechanical, seperti Rotary Motor, Potensiometer, Air flow sensor,
Load cell.

36

4. Transducer Electroacoustic, seperti Loadspeaker, Earphone, Microphone, Ultrasonic


Transceiver.
5. Transducer Electro-optical, seperti Lampu LED, Dioda Laser, Lampu Pijar, Tabung
CRT.
6. Transducer Thermoelectric, seperti komponen NTC dan PTC, Thermocouple.

2. Klasifikasi Transduser
*) Self generating transduser (transduser pembangkit sendiri)
Self generating transduser adalah transduser yang hanya memerlukan satu sumber energi.
Contoh: piezo electric, termocouple, photovoltatic, termistor, dsb.
Ciri transduser ini adalah dihasilkannya suatu energi listrik dari transduser secara langsung.
Dalam hal ini transduser berperan sebagai sumber tegangan.
*) External power transduser (transduser daya dari luar)
External power transduser adalah transduser yang memerlukan sejumlah energi dari luar untuk
menghasilkan suatu keluaran.
Contoh: RTD (resistance thermal detector), Starin gauge, LVDT (linier variable differential
transformer), Potensiometer, NTC, dsb.
Tabel berikut menyajikan prinsip kerja serta pemakaian transduser berdasarkan sifat
kelistrikannya.
Tabel 1. Kelompok Transduser
Parameter listrik dan
Prinsip kerja dan sifat alat
kelas transduser
Transduser Pasif
Potensiometer
Perubahan nilai tahanan karena
posisi kontak bergeser
Strain gage
Perubahan nilai tahanan akibat
perubahan panjang kawat oleh
tekanan dari luar
Transformator selisih Tegangan selisih dua kumparan
(LVDT)
primer akibat pergeseran inti trafo
Gage arus pusar
Perubahan induktansi kumparan

Pemakaian alat
Tekanan,
pergeseran/posisi
Gaya, torsi, posisi

Tekanan, gaya,
pergeseran
Pergeseran, ketebalan

37

akibat perubahan jarak plat


Transduser Aktif
Sel fotoemisif

Emisi elektron akibat radiasi yang


masuk pada permukaan fotemisif
Photomultiplier
Emisi elektron sekunder akibat
radiasi yang masuk ke katoda
sensitif cahaya
Termokopel
Pembangkitan ggl pada titik
sambung dua logam yang berbeda
akibat dipanasi
Generator kumparan Perputaran sebuah kumparan di
putar (tachogenerator) dalam medan magnit yang
membangkitkan tegangan
Piezoelektrik
Pembangkitan ggl bahan kristal
piezo akibat gaya dari luar
Sel foto tegangan
Terbangkitnya tegangan pada sel
foto akibat rangsangan energi dari
luar
Termometer tahanan Perubahan nilai tahanan kawat
(RTD)
akibat perubahan temperatur
Hygrometer tahanan Tahanan sebuah strip konduktif
berubah terhadap kandungan uap
air
Termistor (NTC)
Penurunan nilai tahanan logam
akibat kenaikan temperatur
Mikropon kapasitor Tekanan suara mengubah nilai
kapasitansi dua buah plat
Pengukuran
Reluktansi rangkaian magnetik
reluktansi
diubah dengan mengubah posisi
inti besi sebuah kumparan

Cahaya dan radiasi


Cahaya, radiasi dan
relay sensitif cahaya
Temperatur, aliran
panas, radiasi
Kecepatan, getaran

Suara, getaran,
percepatan, tekanan
Cahaya matahari

Temperatur, panas
Kelembaban relatif

Temperatur
Suara, musik,derau
Tekanan, pergeseran,
getaran, posisi

SENSOR TEMPERATURE
Sensor Suhu atau Temperature Sensors adalah suatu komponen yang dapat mengubah besaran
panas menjadi besaran listrik sehingga dapat mendeteksi gejala perubahan suhu pada obyek
tertentu. Sensor suhu melakukan pengukuran terhadap jumlah energi panas/dingin yang
dihasilkan oleh suatu obyek sehingga memungkinkan kita untuk mengetahui atau mendeteksi
gejala perubahan-perubahan suhu tersebut dalam bentuk output Analog maupun Digital. Sensor
Suhu juga merupakan dari keluarga Transduser.

38

Contoh peralatan-peralatan listrik maupun elektronik yang menggunakan Sensor Suhu


diantaranya seperti Thermometer Suhu Ruangan, Thermometer Suhu Badan, Rice Cooker,
Kulkas, Air Conditioner (Pendingin Ruangan) dan masih banyak lagi.

Jenis-jenis Sensor Suhu (Temperature Sensors)


Saat ini, terdapat banyak jenis Sensor Suhu dengan karakteristik yang berbeda-beda sesuai
dengan aplikasinya. Berikut ini beberapa jenis Sensor Suhu yang sering ditemukan dalam
rangkaian elektronika ataupun peralatan listrik beserta penjelasan singkatnya :

1. Thermostat
Thermostat adalah jenis Sensor suhu Kontak (Contact Temperature Sensor) yang
menggunakan prinsip Electro-Mechanical. Thermostat pada dasarnya terdiri dari dua jenis logam
yang berbeda seperti Nikel, Tembaga, Tungsten atau aluminium. Dua Jenis Logam tersebut
kemudian ditempel sehingga membentuk Bi-Metallic strip. Bi-Metallic Strip tersebut akan
bengkok jika mendapatkan suhu tertentu sehingga bergerak memutuskan atau menyambungkan
sirkuit (ON/OFF).
Thermostat sering digunakan pada peralatan listrik seperti Oven, Seterika dan Water Heater.

2.Thermistor
Thermistor adalah komponen elektronika yang nilai resistansinya dipengaruhi oleh Suhu.
Thermistor yang merupakan singkatan dari Thermal Resistor ini pada dasarnya terdiri dari 2 jenis
yaitu PTC (Positive Temperature Coefficient) yang nilai resistansinya akan meningkat tinggi
ketika suhunya tinggi dan NTC (Negative Temperature Coefficient) yang nilai resistansinya
menurun ketika suhunya meningkat tinggi.
Thermistor yang dapat mengubah energi listrik menjadi hambatan ini terbuat dari bahan keramik
semikonduktor seperti Kobalt, Mangan atau Nikel Oksida yang dilapisi dengan kaca.
Keuntungan dari Thermistor adalah sebagai berikut :

Memiliki Respon yang cepat atas perubahan suhu.

Lebih murah dibanding dengan Sensor Suhu jenis RTD (Resistive Temperature Detector).

Rentang atau Range nilai resistansi yang luas berkisar dari 2.000 Ohm hingga 10.000
Ohm.

Memiliki sensitivitas suhu yang tinggi.

Kekurangan Termistor

Tidak linier

39

Range pengukuran suhu yang sempit

Rentan rusak

Memerlukan supply daya

Mengalami self heating

Thermistor (PTC/NTC) banyak diaplikasikan kedalam peralatan Elektronika seperti Voltage


Regulator, sensor suhu kulkas, pendeteksi kebakaran, Sensor suhu pada Otomotif, Sensor suhu
pada Komputer, sensor untuk memantau pengisian ulang Baterai pada ponsel, kamera dan
Laptop.

3. Resistive Temperature Detector (RTD)


Resistive Temperature Detector atau disingkat dengan RTD memiliki fungsi yang sama
dengan Thermistor jenis PTC yaitu dapat mengubah energi listrik menjadi hambatan listrik yang
sebanding dengan perubahan suhu. Namun Resistive Temperature Detector (RTD) lebih presisi
dan memiliki keakurasian yang lebih tinggi jika dibanding dengan Thermistor PTC. Resistive
Temperature Detector pada umumnya terbuat dari bahan Platinum sehingga disebut juga dengan
Platinum Resistance Thermometer (PRT).
Keuntungan dari Resistive Temperature Detector (RTD)

Rentang suhu yang luas yaitu dapat beroperasi di suhu -200C hingga +650C.

Lebih linier jika dibanding dengan Thermistor dan Thermocouple

Lebih presisi, akurasi dan stabil.

Kekurangan Resistance Temperature Detector (RTD)

Harga RTD mahal

Memerlukan supply daya

Resistansi yang rendah

Tahanan absolut yang rendah

40

Mengalami self heating

4. Thermocouple (Termokopel)
Thermocouple adalah salah satu jenis sensor suhu yang paling sering digunakan, hal ini
dikarenakan rentang suhu operasional Thermocouple yang luas yaitu berkisar -200C hingga
lebih dari 2000C dengan harga yang relatif rendah. Thermocouple pada dasarnya adalah sensor
suhu Thermo-Electric yang terdiri dari dua persimpangan (junction) logam yang berbeda. Salah
satu Logam di Thermocouple dijaga di suhu yang tetap (konstan) yang berfungsi sebagai
junction referensi sedangkan satunya lagi dikenakan suhu panas yang akan dideteksi. Dengan
adanya perbedaan suhu di dua persimpangan tersebut, rangkaian akan menghasilkan tegangan
Vout dengan
VS V
R
listrik tertentu yang nilainya sebanding
suhu
sumber panas.
Rumus beda potensial kedua ujung logam
Keuntungan Thermocouple adalah sebagai berikut :

Memiliki rentang suhu yang luas

Tahan terhadap goncangan dan getaran

Memberikan respon langsung terhadap perubahan suhu.

Kekurangan Thermcouple

Tidak linier

Tegangan output rendah

Memerlukan tegangan referensi

Kurang Stabil

Kurang Sensitif

Selain jenis-jenis Sensor suhu diatas, Sensor Suhu atau Temperature Sensor juga dapat dibedakan
menjadi dua jenis utama berdasarkan Hubungan fisik Sensor suhu dengan Obyek yang akan
dirasakan suhunya. Berikut ini adalah 2 jenis utama tersebut.
5. Bimetal
Bimetal adalah sensor suhu yang terbuat dari 2 buah lempengan logam yang berbeda koefesien
muainya yang direkatkan menjadi satu. Bimetal merupakan sensor suhu yang sangat populer, ini
dikarenakan penerapannya yang mudah dan sederhana. Bimetal sering kita jumpai pada setrika

41

listrik dan dimmer. Dalam aplikasinya, sensor ini digunakan sebagai saklar, yang bisa dipakai
secara Normally Open (NO) atau Normally Close (NC).
Bila suatu logam dipanaskan maka akan terjadi pemuaian, besarnya pemuaian tergantung dari
jenis logam dan tingginya temperatur kerja logam tersebut. Bila dua lempeng logam saling
direkatkan dan dipanaskan, maka logam yang memiliki koefisien muai lebih tinggi akan memuai
lebih panjang sedangkan yang memiliki koefisien muai lebih rendah memuai lebih pendek. Oleh
karena perbedaan reaksi muai tersebut maka bimetal akan melengkung kearah logam yang
muainya lebih rendah.
Dalam aplikasinya bimetal dapat dibentuk menjadi saklar Normally Closed (NC) atau Normally
Open (NO).
Cara kerja sensor ini sangat sederhana, jika bimetal terkena panas maka logam akan
membengkok dan akan memutus/menyambungkan arus listrik

6. IC Sensor Suhu
IC Sensor adalah sensor suhu dengan rangkaian terpadu yang menggunakan chipsilikon
untuk kelemahan penginderanya. Mempunyai konfigurasi output tegangan dan arus yang sangat
linear.

Kelebihan IC Sensor Suhu

Output paling linier

Perubahan level output yang tinggi

Harga murah

Kekurangan IC Sensor Suhu

Temperatur kerja dibawah 200 0C (T < 200 0C)

Memerlukan supply daya

Respon time yang lambat

Mengalami self heating

Konfigurasi terbatas

Salah satu jenis IC sensor suhu adalah IC sensor suhu tipe LM35.IC sensor suhu LM 35 ini
memiliki output yang linier dan bekerja dengan tegangan 5 volt DC. IC sensor suhu LM 35
sering digunakan sebagai pengindera temperature atau suhu ruangan.

42

Dalam menentukan sensor suhu sebaiknya kita tau objek atau medan/tempat sensor suhu bekerja
sehingga kita dapat menentukan ukuran fisik dan jenis sensor suhu yang tepat.

Contact Temperature Sensor


Sensor Suhu jenis contact adalah Sensor suhu yang memerlukan kontak (hubungan) Fisik dengan
objek yang akan dirasakan perubahan suhunya. Sensor suhu jenis ini dapat digunakan untuk
memantau suhu benda padat, cair maupun gas.

Non-Contact Temperature Sensor


Sensor Suhu jenis Non-Contact adalah Sensor suhu yang dapat mendeteksi perubahan suhu
dengan menggunakan konveksi dan radiasi sehingga tidak memerlukan kontak fisik langsung
dengan obyek yang akan diukur atau dideteksi suhunya.

7.Thermo bulb
Bekerja berdasar pada prinsip suatu cairan, volumenya berubah sesuai temperatur. Cairan yang
diisikan terkadang alkohol yang berwarna, cairan metalik yang disebut merkuri, keduanya
memuai bila dipanaskan dan menyusut bila didinginkan. Ada nomor disepanjang tuba gelas yang
menjadi tanda besaran temperatur.

SENSOR LEVEL
Level sensor adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi ketinggian dari suatu aliran
baik berupa bahan liquid, lumpur, powder maupun biji-bijian. Fungsi level sensor pada dasarnya
adalah memberikan informasi baik berupa data maupun sinyal karena adanya perubahan
ketinggian matrial baik didalam tanki, silo ataupun tempat terbuka dikarena adanya aliran dari
matrial tersebut.
Pengukuran ketinggian atau level ini bisa dilakukan secara terus menerus sesuai dengan
perubahan ketinggian dari fluida maupun untuk mengukur ketinggian dari matrial pada titik
tertentu baik itu pada level terendah, level menegnah maupun level puncak dengan menggunakan
level sensor

Ada beberapa jenis level sensor didasrkan pada cara kerja yaitu :
1. Level Sensor untuk mendeteksi titik ketinggian dari matrial solid yang mengalir secara
kontinyu baik berupa biji-bijian maupun powder

Vibrating pointial solid

43

Rotating paddle

Admittance-type

2. Level Sensor untuk mendeteksi titik ketinggian dari matrial Liquid

Pulse-Wave Ultrasonic (Non Invasive)

Magnetic and mechanical float level measurement

Pneumatic level measurement

Conductive level measurement

3. Level Sensor untuk mengukur keduaanya yaitu untuk mendeteksi titik ketinggian dan
memonitor matrial solid dan liquidSensors

Ultrasonic level sensor

Capacitance level sensor

Optical interface level sensor

Microwave level sensor

4. Level Sensor untuk mengukur level dari liquid secara kontinyu

Magnetostrictive level measurement

Resistive chain level measurement

Hydrostatic pressure level measurement

Air bubbler level measurement

Gamma ray level measurement

Pengukuran level dapat dilakukan dengan bermacam cara antara lain dengan :
pelampung atau displacer
gelombang udara
Resistansi
Kapasitif

44

ultra sonic
Optic
Thermal
Tekanan
sensor permukaan dan
Radiasi
Pemilihan sensor yang tepat tergantung pada situasi dan kondisi sistem yang akan di
sensor.
1. Displacer
Cara yang paling sederhana dalam penyensor level cairan adalah dengan
menggunakan pelampung yang diberi gagang.
Pembacaan dapat dilakukan dengan memasang sensor posisi misalnya potensiometer
pada bagian engsel gagang pelampung.
Cara ini cukup baik diterapkan untuk tanki-tanki air yang tidak terlalu tinggi.

berat jenis diketahui dan tetap

Sensor Tekanan

2. Tekanan
Untuk mengukur level cairan dapat pula dilakukan menggunakan sensor tekanan
yang dipasang di bagian dasar dari tabung. Cara ini cukup praktis, akan tetapi
ketelitiannya sangat tergantung dari berat jenis dan suhu cairan sehingga kemungkinan
kesalahan pembacaan cukup besar.
Sedikit modifikasi dari cara diatas adalah dengan cara mencelupkan pipa berisi udara
kedalam cairan. Tekanan udara didalam tabung diukur menggunakan sensor tekanan, cara
ini memanfaatkan hukum Pascal. Kesalahan akibat perubahan berat jenis cairan dan suhu
tetap tidak dapat diatasi.

3. Optik
Pengukuran level menggunakan optic didasarkan atas sifat pantulan permukaan
atau pembiasan sinar dari cairan yang disensor.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk penyensoran menggunakan optic yaitu:
1. Menggunakan sinar laser
2. Menggunakan prisma

45

3. Menggunakan fiber optik


3.1 Sinar Laser
Sinar laser dari sebuah sumber sinar diarahkan ke permukaan cairan, kemudian
pantulannya dideteksi menggunakan detector sinar laser. Posisi pemancar dan detector
sinar laser harus berada pada bidang yang sama.
Detektor dan umber sinar laser diputar. Detektor diarahkan agar selalu berada pada posisi
menerima sinar. Jika sinar yang datang diterima oleh detektor, maka level permukaan
cairan dapat diketahui dngan menghitung posisi-posisi sudut dari sudut detektor dan
sudut pemancar.

3.2 Fiber Optik


Teknik ini menggunakan prinsip pemantulan dan pembiasan sinar.
Jika fiber optic diletakan di udara, sinar yang dimasukan ke fiber optic dipantulkan oleh
dinding fiber optic, sedangkan bila fiber optic telanjang dimasukan ke air, maka dinding
fiber optic tidak lagi memantulkan sinar.

SENSOR FLOW
Sensor aliran adalah alat untuk merasakan laju aliran fluida,atau Sensor yang digunakan
untuk mendeteksi aliran/flow atau jumlah fluida dalam pipa. Biasanya sensor aliran adalah
elemen penginderaan yang digunakan dalam flow meter, atau aliran logger, untuk merekam
aliran cairan. Seperti yang terjadi untuk semua sensor, akurasi mutlak pengukuran memerlukan
fungsi untuk kalibrasi.
Ada berbagai macam sensor aliran dan aliran meter, termasuk beberapa yang memiliki
baling-baling yang didorong oleh cairan, dan dapat mendorong potensiometer putar, atau
perangkat sejenis.
Sensor aliran lain didasarkan pada sensor yang mengukur transfer panas yang disebabkan oleh
media bergerak. Prinsip ini umum untuk MIKROSENSOR untuk mengukur aliran.
Arus meter berhubungan dengan perangkat yang disebut velocimeters yang mengukur kecepatan
cairan yang mengalir melalui mereka. Berbasis laser interferometri sering digunakan untuk
pengukuran aliran udara, tetapi untuk cairan, sering kali lebih mudah untuk mengukur aliran.
Pendekatan lain adalah metode berbasis Doppler untuk pengukuran aliran. Hall sensor efek juga

46

dapat digunakan, pada katup flapper, atau baling-baling, untuk merasakan posisi baling-baling,
seperti pengungsi akibat aliran fluida.

Macam-macam Sensor Aliran Fluida ( Flow Sensor )


A.Sensor Aliran Berdasarkan Perbedaan Tekanan :
1. Orifice
2. Pipa Ventury
3. Flow Nozle
4. Pipa Pitot
5. Rota Meter
B.Sensor Aliran Berdasarkan cara-cara Thermal :
1. Anemometer kawat panas
2. Teknik perambatan panas
3. Teknik Penggetaran
4. Flowmeter Radio Aktif
5. Flowmeter Elektromagnetis
6. Flowmeter Ultrasonic

*) Orifice Plate
Sensor aliran Orifice Plate merupakan salah satu jenis sensor yang digunakan untuk mengukur
aliran fluida dengan konsep pengukuran perbedaan tekanan. Alat ukur dengan Sensor Aliran
Orifice Plate terdiri dari pipa dimana dibagian dalamnya diberi pelat berlubang lebih kecil dari
ukuran diameter pipa. Sensor tekanan diletakan disisi pelat bagian inlet (P1) dan satu lagi
dibagian sisi pelat bagian outlet (P2). Jika terjadi aliran dari inlet ke outlet, maka tekanan P1
akan lebih besar dari tekanan outlet P2.
Keuntungan utama dari Orfice plate ini adalah dari :
Konstruksi sederhana
Ukuran pipa dapat dibuat persis sama dengan ukuran pipa sambungan.
Harga pembuatan alat cukup murah
Output cukup besar
Kerugian menggunakan Orfice plate adalah :

47

Jika terdapat bagian padat dari aliran fluida, maka padat bagian tersebut akan terkumpul
pada bagian pelat disisi inlet.
Jangkauan pengukuran sangat rendah
Penerima
Sinar laser
ar Dimungkinkan terjadinya
aliran Turbulen sehingga menyebabkan kesalahan pengukuran
Pemanc
jadi besar karena tidak mengikuti prinsip aliran Laminer.
Tidak memungkinkan bila digunakan untuk mengukur aliran fluida yang bertekanan rendah.

Aliran
P2 fluida
P1

P1 > P2
Aliran Fluida
*)Pipa Ventury
ppnbP1
P2Bentuk lain dari pengukuran aliran dengan beda tekanan adalah pipa venture.Pada pipa
venture, pemercepat aliran fluida dilakukan dengan cara membentuk corong sehingga aliran
masih dapat dijaga agar tetap laminar.Sensor tekana pertama (P1) diletakkan pada sudut tekanan
pertama dan sensor tekanan kedua diletakkan pada bagian yang plaing menjorok ke tengah.Pipa
venturi biasa dipergunakan untuk mengukur aliran cairan.

P2

P1 > P2

*) Flow Nozzle

Tipe Flow Nozzle menggunakan sebuah corong yang diletakkan diantara sambungan
pipa, sensor tekanan P1 dibagian inlet dan P2 dibagian outlet. Tekanan P2 lebih kecil
dibandingkan P1. Sensor jenis ini memiliki keunggulan dibanding venture dan orifice plate yaitu:
1. Masih dapat melewatkan padatan
2. Kapasitas aliran cukup besar
3. Mudah dalam pemasangan
4. Tahan terhadap gesekan fluida
5. Beda tekanan yang diperoleh lebih besar daripada pipa venturi

FLOWMETER RADIO AKTIF

48

Flowmeter Radio Aktif adalah salah satu perangkat untuk mengukur aliran fluida
menggunakan metode radio aktif untuk mengetahui aliran fluida dalam suatu pipa. Teknik
pengukuran aliran zat cair dengan radio aktif adalah dengan menembakkan partikel netron dari
sebuah pemancar radio aktif. Pada jarak tertentu kearah outlet, dipasang detector. Bila terjadi
aliran, maka akan terdeteksi adanya partikel radio aktif, jumlah partikel yang terdeteksi pada
selang tertentu akan sebanding dengan kecepatan aliran fluida. Teknik lain yang masih
menggunakan teknik radio aktif adalah dengan cara mencampurkan bahan radio aktif kedalam
fluida kemudian pada bagian-bagian tertentu dipasang detector. Teknik ini dilakukan bila terjadi
kesulitan mengukur misalnya karena bahan aliran terdiri dari zat yang berada pada berbagai fase.
Teknik radio aktif ini juga biaa dipergunakan pada pengobatan yaitu mencari posisi pembuluh
darah yang macet bagi penderita kelumpuhan
Gambar Flowmeter Dengan Metode Radiasi Nuklir

Dari gambar diatas terlihat jelas secara teknis proses pengukuran aliran fluida dalam suatu pipa
menggunakan metode radio aktif. Pada gambar ilustrasi flowmeter menggunakan metode radiasi
nuklir diatas partikel neutron ditembakan pada aliran fluida kemudian pada bagian pipa yang lain
diletakan detektor untuk mendeteksi adanya muatan ion akibat radiasi. Jumlah muatan ion yang
terdeteksi oleh detektor pad bagin pipa tersebut akan dibandingkan dengan dengan jumlah
neutron yang ditembakan, jumlah ion yang akibat radiasi yang terdeteksi ini sebanding dengan
kecepatan alairan fluida yang mengalir pada pipa tersebut.
Electromagnetic Flow Meter

Elektromagnetic Flowmeter merupakan jenis Flow Meter merupkan jenis flow meter yang
mempunyai populasi tertinggi untuk flowmeter yang digunakan untuk mengukur fluid baik
berupa air ataupun cairan lainnya baik alirannya corosive, kotor dan lumpur. Karena
pemakaiannya yang banyak sebagian besar para produsen flow meter mempunyai produk jenis
elektromagnetic Flow Meter
Electromagnetic flowmeter yang paling banyak digunakan dalam aplikasi pengukuran airan air
dan limbah dan chemical. Sebagian besar Aplikasi dari pemakaian Electromagnetic Flowmeter

49

adalah untuk dunia industri seperti Industri Makanan, Minuman, Farmasi, Perhotelan, dan
pengolahan limbah karena harus menggunakan flowmeter yang memenuhi persyaratan sanitasi.
Electromagnetic FlowMeter banyak dipakai pada aplikasi pengukuran liquid yang berupa
cairan dan lumpur, yang mempunyai sifat penghantar listrik (electrically conductor) dimana
komponen utama dari flowmeter electromagnetic adalah berupa tabung flow (unsur utama) yang
dipasang kumparan listrik baik didalam tabung maupun di luar flow tube.
Presure Drop di Flow Meter electromagnetic adalah sama seperti halnya aliran liquid yang
melalui pipa panjang, hal ini dikarenakan tidak adanya bagian yang bergerak atau hambatan
untuk flow. Voltmeter posisinya ada yang dipasang langsung pada tabung flowmeter yang biasa
disebut dengan sistem local atau bisa juga dipasang ditempat lain yang dihubungkan dengan
kabel sesuai dengan kondisi lapangan dimana ini sering disebut dengan sistem remote.
Magnetic Flowmeter pada prnsipnya menggunakan Hukum Faraday tentang induksi
elektromagnetik. Menurut prinsip ini, ketika medium konduktif melewati medan magnet yang
kemudian menghasilkan tegangan. Tegangan ini berbanding lurus dengan kecepatan medium
konduktif, kerapatan medan magnet, dan panjang konduktor. Dalam Hukum Faraday, ketiga nilai
tersebut dikalikan secara bersama sama beserta dengan konstan, untuk menghasilkan besarnya
tegangan. Oleh karena itu, cairan yang diukur oleh flowmeter electromagnetic harus bersifat
sebagai conductor electric.
Magnetic Flowmeter memiliki keunggulan utama bahwa flowmeter electromagnetic ini dapat
mengukur cairan konduktif dan cairan korosif dan lumpur, dan akurasi pengukuran flow cukup
akurat.
Keterbatasan utama untuk Magnetic Flowmeter adalah tidak dapat mengukur hidrokarbon (yang
nonconductive), dan karenanya tidak banyak digunakan dalam minyak dan gas serta industri
pengolahan.

Ultrasonic Flow Meter


Ultrasonic flow meter adalah flow meter yang dalam pengukurannya berdasarkan pada
velocity dari fluid baik liquid maupun gas dengan menggunakan prisip kerja dari ultrasound.
Ultrasonic flow meter (UFM) merupakan meter jenis inferensial (mengukur secara tidak
langsung) yang menentukan kecepatan alir cairan (liquid flow rate) dengan mengukur waktu
transit pulsa suara frekuensi tinggi (high-frequency sound pulses) yang melintasi pipa aliran.

50

Ultrasonic transit time flow meter menggunakan transduser akustik (acustic transducer) yang
dapat mengirim dan menerima pulsa akustik frekwensi tinggi. Transduser akustik ditempatkan
pada kedua sisi pipa sedemikian hingga pulsa akustik bergerak melintasi pipa dalam arah
diagonal.
Ultrasonic flow meter ada juga yang menggunakan jumlah transduser lebih dari 1 pasang, hal ini
biasanya digunakan untuk mendapatkan jumlah lintasan yang banyak sehingga diperoleh lebih
banyak informasi mengenai distribusi kecepatan aliran fluida pada pipa (flow profile) dengan
tujuan meningkatkan akurasi ultrasonic flow meter.
Pengukuran flow rate dengan menggunakan metoda ultrasonic flow meter melibatkan beberapa
bagian peralatan sesuai dengan fungsi dan tujuan seperti alat pengirim (transmitter) dan penerima
(receiver) untuk frekuensi akustik. Pada elemen pengirim, transducer berfungsi mengubah
tegangan listrik frekuensi tinggi menjadi getaran kristal (akustik). Sedangakan pada elemen
penerima, transducer mengubah getaran kristal (akustik) menjadi sinyal listrik.
Berdasarkan metode installasi Ultrasonic Flow Meter dapat digolongkan ke dalam dua jenis yaitu
1.

Clamped-on dimana instalasinya ditempatkan di luar pipa

2.

Inline dimana Instalasinya ditempatkan bersatu dengan pipa menggunakan flanges

3.

Insertion dimana metode ini hampir sama dengan model inline

Keunggulan dari Ultrasonic Flow Meter :


1.

Tidak ada penghalang di lintasan aliran, sehingga tidak ada pressure drop.

2. Tidak ada part bergerak (moving parts), sehingga tidak ada bagian parts yang aus yang
menyebabkan maintenance cost rendah.
3. Model multi sensor mempunyai ketelitian lebih tinggi
4. Dapat digunakan untuk mengukur flow fluida yang korosif dan slurry.
5. Tersedia Model portable yang cocok untuk di bawah kemana mana untuk analisa dan
diagnosa di lapangan.
6. Untuk model clamp on jika diaplikasikan pada ukuran pipa yang besar diatas 10 inchi
akan lebih ekonomis dibandingkan dengan jenis flowmeter lainnya.
Kelemahan :
1. Biaya pengadaan awal : tinggi

51

2. Model single path (one-beam) tidak sesuai untuk pengukuran kecepatan aliran (flow
velocity) yang bervariasi di atas range Reynolds numbers.
3. Untuk pengukuran pada ukuran kecil harganya sangat tinggi.

SENSOR TEKANAN (Pressure Sensor)


Sensor tekanan adalah sensor untuk mengukur tekanan suatu zat. Tekanan (p) adalah
satuan fisika untuk menyatakan gaya (F) per satuan luas (A). Satuan tekanan sering digunakan
untuk mengukur kekuatan dari suatu cairan atau gas,atau Sensor yang digunakan untuk mendeteksi
gejala perubahan pressure/tekanan fluida/ udara/gas pada suatu ruang, bejana, tangki, pipa dll.

Prinsip kerja dari sensor tekanan ini adalah mengubah tegangan mekanis menjadi sinyal
listrik. Ukuran Tegangan didasarkan pada prinsip bahwa tahanan pengantar berubah dengan
panjang dan luas penampang.

Prinsip Kerja Sensor Tekanan


Perubahan tekanan pada kantung menyebabkan perubahan posisi inti kumparan sehingga
mengakibatkan perubahan induksi magnetik pada kumparan. Kumparan yang digunakan adalah
kumparan CT (center tap), dengan demikian apabila inti mengalami pergeseran maka induktansi
pada salah satu kumparan bertambah sementara induktansi pada kumparan yang lain berkurang.
Kemudian pengubah sinyal berfungsi untuk mengubah induktansi magnetik yang timbul pada
kumparan menjadi tegangan yang sebanding.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi kinerja sensor:
Keadaan cuaca yang tidak menentu
Keadaan Suhu pada suatu lingkungan
Tekanan sekitar sensor
Umur dari komponen sensor tersebut
Aplikasi Sensor Tekanan
Sensor tekanan dapat diaplikasikan pada:
Motor bensin
Pesawat terbang
Pengukur tekanan ban
Pengukur tinggi suatu cairan
ketinggian, pesawat terbang, roket, satelit, balon udara dll

JENIS-JENIS SENSOR
Bourdon Tubes
Bourdon Tube Spiral
Bourdon Hallux (Helical)
Diafraghma
Bellows
Semiconductor Pressure Sensors
Bourdon Tubes

52

*) BOURDON TUBE
Prinsip Kerja
sejenis pipa pendek lengkung , dan salah satu ujungnya tertutup. Jika bourdon tubes diberikan
tekanan maka ia akan cenderung untuk menegang. Perubahan yang dihasilkan sebanding
dengan besarnya tekanan yang diberikan.
KELEBIHAN
Tidak mudah terpengaruh perubahan temperatur
Baik dipakai untuk mengukur tekanan antara 30-100000 Psi
KEKURANGAN
Pada tekanan rendah 0-30 psi kurang sensitif
dibanding bellows
APLIKASI SENSOR
Sensor tekanan dapat diaplikasikan pada :
1.Pemantau cuaca
2.Pesawat terbang
3.Pengukur tekanan ban
4.ketinggian, bisa pada pesawat terbang, roket, satelit, balon udara dll

*) BOURDON TUBE SPIRAL


Sepiral dan tabung spiral yang dibuat dari pipa menjadi bentuk sesuai penamaan mereka.
Dengan satu ujung disegel, tekanan diberikan pada tabung menyebabkan tabung untuk
meluruskan. Jumlah pelurus atau uncoiling ditentukan oleh tekanan yang diterapkan.
Kedua pendekatan menggunakan prinsip Bourdon. Bagian uncoiling tabung secara mekanik
terkait dengan pointer yang menunjukkan tekanan diterapkan pada skala. Hal ini memiliki
keuntungan ditambahkan dalam tabung C-Bourdon karena ada kerugian tidak ada gerakan
karena link dan tuas.
Tabung Spiral cocok untuk tekanan berkisar hingga 28.000 kPa dan tabung Pilin untuk rentang
sampai 500.000 kPa. Tekanan penginderaan elemen bervariasi tergantung pada berbagai tekanan
operasi dan jenis proses yang terlibat.
Pemilihan spiral atau elemen spiral didasarkan pada rentang tekanan. Tingkat tekanan antara
spiral dan tabung spiral bervariasi tergantung pada produsen. unsur tekanan rendah hanya
memiliki dua atau tiga kumparan merasakan rentang tekanan yang diperlukan, namun pengindera
tekanan tinggi mungkin memerlukan hingga 20 gulungan.
Satu perbedaan dan keuntungan dari ini adalah peredam mereka miliki dengan cairan di bawah
tekanan.
Keuntungan dan kerugian dari jenis pengukuran yang mirip dengan tabung CBourdon dengan
perbedaan-perbedaan berikut:
Keuntungan
- Meningkatkan akurasi dan sensitivitas
- Tinggi overrange perlindungan

53

Kekurangan
- Sangat mahal
Aplikasi Keterbatasan
Proses perubahan tekanan menyebabkan masalah dengan peningkatan dalam ukuran kumparan.
Ringkasan
Sangat jarang digunakan lagi.

*) Pegas dan Bellows


Sebuah bellow merupakan unsur diperluas dan terdiri dari serangkaian lipatan yang
memungkinkan ekspansi. Salah satu ujung Bellows adalah tetap dan bergerak lainnya dalam
menanggapi tekanan diterapkan. Sebuah pegas digunakan untuk melawan gaya diterapkan dan
hubungan yang menghubungkan ujung bellow ke sebuah penunjuk untuk indikasi. Bellow tipe
sensor juga tersedia yang memiliki tekanan penginderaan di bagian luar dan kondisi atmosfer
dalam.
Pegas ini ditambahkan ke bellow untuk pengukuran yang lebih akurat. Tindakan elastis dari
bellow sendiri tidak cukup untuk secara tepat mengukur kekuatan tekanan diterapkan.
Jenis pengukuran tekanan terutama digunakan untuk kontrol ON / OFF menyediakan kontak
bersih untuk membuka dan menutup sirkuit listrik. Bentuk penginderaan menanggapi perubahan
tekanan pneumatik atau hidrolik.
Aplikasi khas
Tekanan proses terhubung ke sensor dan diterapkan secara langsung ke bellow. Dengan
meningkatnya tekanan, bellow mengerahkan gaya pada pegas utama. Ketika gaya ambang pegas
utama diatasi, gerakan tersebut dipindahkan ke blok kontak menyebabkan kontak untuk
menjalankan. Ini adalah pengaturan Trip.
Ketika tekanan menurun, mata air utama akan menarik yang menyebabkan pisau pegas
diferensial sekunder untuk mengaktifkan dan me-reset kontak. Ini adalah pengaturan Reset.
Gaya pada pegas utama adalah bervariasi dengan memutar sekrup rentang pengaturan operasi.
Hal ini menentukan di mana perjalanan akan kontak.
Gaya pada pegas pisau diferensial sekunder bervariasi dengan memutar sekrup penyesuaian
diferensial. Ini menentukan di mana kontak akan mengatur ulang.
Bellow paduan tembaga dapat digunakan pada air atau udara. cairan dan gas lainnya dapat
digunakan jika non-korosif terhadap paduan ini. Gunakan stainless steel tipe 316 untuk cairan
korosif lebih atau gas.
KELEBIHAN
Tidak mudah terpengaruh perubahan temperatur
Baik dipakai untuk mengukur tekanan antara 30-100000 Psi
KEKURANGAN
Pada tekanan rendah 0-30 psi kurang sensitif dibanding bellows

54

Perawatan Pressure Gauge :


Ganti kaca yang rusak.
Hindari bearing dan roda gigi dari kotoran.
Jangan beri oli pelumas pada movement dan link
kecuali dengan high grade oil.
Secara berkala, ganti oli pelumas pada rotary

OSCILLOSCOPE
Osiloskop adalah alat ukur yang di gunakan untuk memetakan atau membaca sinyal
listrik maupun frekuensi,dengan menetakan nya dalam bentuk visualisasi gelombang signal
(frekuensi,periodeamplitudo,sudut fasa,dan tegangan sehingga menunjukan bentuk dari signal
listrik dengan menunjukan grafik dan tegangan terhadap waktu pada layar nya. Osiloskop di
gunakan dalam pengukuran rangkaian elektronik seperti stasiun pemancar radio, TV, atau dalam
kegunaan memonitor frekuensi elektronik seperti di rumah sakit dan untuk melihat signal yang
sedang diamati, dengan oskiloskop maka dapat mengetahui berapa frekuensi,periode
dan tegangan dari sinyal , serta beda fasa antara sinyal masukan dan sinyal keluaran
Beberapa fungsi osiloskop antara lain untuk:
* Mengukur besar tegangan listrik dan hubungannya terhadap waktu.
* Mengukur frekuensi sinyal yang berosilasi.
* Mengecek jalannya suatu sinyal pada sebuah rangkaian listrik.
* Membedakan arus AC dengan arus DC.
* Mengetahui noise pada sebuah rangkaian listrik.
Berikut gambar-gambar dari osiloskop.

Osiloskop terdiri dari tiga bagian utama yaitu :


- display
- panel kontrol.

55

- kabel probe

*DISPLAY
Display menyerupai tampilan layar televisi hanya saja tidak berwarna warni dan
berfungsi sebagai tempat sinyal uji ditampilkan.
Pada layar ini terdapat garis-garis melintang secara vertikal dan horizontal yang membentuk
kotak-kotak dan disebut div.
Arah horizontal mewakili sumbu waktu dan garis vertikal mewakili sumbu tegangan.
Panel kontrol berisi tombol-tombol yang bisa digunakan untuk menyesuaikan tampilan di layar.
Gelombang-gelombang tampilan CRO yaitu :
1) Gelombang lurus (DC)
2) Gelombang sinus (AC)
3) Gelombang kotak (square)
4) Gelombang bergerigi
5)
*PANEL CONTROL

Panel kontrol berisi tombol-tombol yang bisa digunakan untuk menyesuaikan tampilan di layar.
Tombol-tombol pada panel osiloskop antara lain:

Focus : Digunakan untuk mengatur fokus

Intensity : Untuk mengatur kecerahan garis yang ditampilkan di layar

Trace rotation : Mengatur kemiringan garis sumbu Y=0 di layar

Volt/div : Mengatur berapa nilai tegangan yang diwakili oleh satu div di layar

Time/div : Mengatur berapa nilai waktu yang diwakili oleh satu div di layar

Position : Untuk mengatur posisi normal sumbu X (ketika sinyal masukannya nol)

AC/DC : Mengatur fungsi kapasitor kopling di terminal masukan osiloskop. Jika tombol
pada posisi AC maka pada terminal masukan diberi kapasitor kopling sehingga hanya
melewatkan komponen AC dari sinyal masukan. Namun jika tombol diletakkan pada
posisi DC maka sinyal akan terukur dengan komponen DC-nya dikutsertakan.

Ground : Digunakan untuk melihat letak posisi ground di layar.

Channel 1/ 2 : Memilih saluran / kanal yang digunakan.

*KABEL PROBE

56

Pada osillosope terdapat kabel probe yang berfungsi sebagai stik pengukur tegangan
(seperti pada multimeter) namun sebelum melakukan pengukuran sirkuit PCB harus diakhiri oleh
arus agar tiap komponen bereaksi dengan mengeluarkan signal listrik sesuai nilai/hasil nya
masing-masing. Berapa produk oscilloscope terdapat perbedaan pada jenis frekuensi,seperti 20
Mhz,40 Mhz,60 Mhz,dst. Semakin besar frekuensi dari oscilloscope tersebut maka semakin
besar pula gelombang yang bisa diukur.
Cara menggunakan oscilloscope
Step-step
1.Langkah-langkah dalam mengoperasikan oscilloscope
A. Aturlah posisi tombol CRO dalam kontrol .
B. Pastikan tegangan kerja yang dipakai di laboratorium. Periksa apakah AC Voltage
selector sudah pada posisi yang tepat.
C. Kalau sudah tepat maka putar tombol POWER searah putaran jarum jam sampai ON dan
LED menyala.
D. Sumbu horizontal akan nampak. Bila tidak nampak pada pusat screen, maka atur
POSITION.Atur INTENSITY Bila tetap kurang tajam maka atur FOCUS
E. Osiloskop sekarang siap dipakai untuk melakukan pengukuran. Pasang tegangan input
signal ke INPUT. Putar tombol VOLT / DIV searah jarum jam untuk mendapatkan ukuran
bentuk gelombang yang dikehendaki.
F. Dengan menekan tombol LEVEL,fungsi free running dicabut, sehingga bentuk
gelombang akan hilang bila tombol diputar searah jarum jam, dan akan nampak lagi pada
posisi mendekati tengah (MID). Gelombang akan hilang lagi kalau tombol diputar kearah
kebalikan jarum jam dari posisi MID.
G. Bila komponen signal DC yang diukur, atur tombol ACGND- DC pada posisi DC. Bila
signal positip maka signal akan bergerak naik, dan sebaliknya bila signal negative maka
akan bergerak turun. Titik referensi tegangan 0 diperiksa pada posisi GND. Kalau
meleset dari titik NOL maka bentuk signal dapat ditepatkan pada posisi NOL.

2.Tahapan penyetaraan (kalibrasi) oscilloscope analog


A. Siapkan CRO dengan prosedur setting-up seperti di atas.
B. Siapkan probe CRO ( PC-21 atau yang sesuai ) atur perbandingan input pada posisi 1 : 1.

57

C. Atur VOLT/DIV Switch pada posisi 1 V / div. Variable Control diputar searah jarum jam
penuh sampai posisi CAL.
D. Kaitkan ujung probe ke terminal CAL 1 Vp-p. Dan pada layar akan nampak bentuk signal
kotak dengan tegangan 1 Vp-p. Bila signal tidak berhenti bergerak atur LEVEL control pada
posisi PULL Auto Switch sampai signal mudah dibaca.
E. CRO selanjutnya siap dipakai untuk mengukur tegangan, jangan mengubah posisi Variable
Control. Artinya tetap pada posisi CAL.
2.1 Kalibrasi waktu
Untuk keperluan pengukuran frekuensi dan periode harus dilakukan kalibrasi waktu. Langkah
kerjanya adalah sebagai berikut :
A. Siapkan CRO seperti pada prosedur setting-up.
B. Siapkan probe CRO ( PC-21 atau yang sesuai ) atur perbandingan input pada posisi 1 : 1.
C. Atur VOLT/DIV Switch pada posisi 1 V / div. Variable Control diputar searah jarum jam
penuh sampai posisi CAL.
D. Kaitkan ujung probe ke terminal CAL 1 Vp-p. Dan pada layar akan nampak bentuk signal
kotak dengan tegangan 1 Vp-p. Bila signal tidak berhenti bergerak atur LEVEL control pada
posisi PULL Auto Switch sampai signal mudah dibaca.
E. Atur SWEEP TIME / DIV Switch pada posisi 1 ms. Atur Variable Control pada posisi CAL
( putar kanan maksimum).
F. Pada layar CRO akan nampak gelombang kotak dengan tinggi tegangan 1 Vp-p. Periodenya
adalah 20 ms. Berarti frekuensinya adalah f = 1 / 20 X 1000 Hz=50 Hz.
G. Selanjutnya CRO siap dipakai untuk mengukur frekuensi atau periode dengan tidak boleh
mengubah posisi Variable Control dari SWEEP TIME / DIV Switch pada posisi CAL.
*.Tahapan pengukuran
1. a.

Langkah-Langkah Mengukur Tegangan Arus Bolak-Balik (AC)

Sinyal AC diarahkan ke CH input dan stel saklar mode untuk menampilkan bentuk
gelombang yang diarahkan ke CH tersebut.

Distel saklar VOLT/ DIV untuk menampilkan kira- kira 5 DIV bentuk gelombang.

Distel saklar SEC/ DIV untuk menampilkan beberapa gelombang.


o Atur penampilan gelombang secara vertikal sehingga puncak gelombang negatif,
gelombang berhimpit dengan salah satu garis gratikul horizontal.

58

o Atur tampilan gelombang secara horizontal, sehingga puncak berimpit dengan


pusat garis gratikul vertikal.
o Hitunglah tegangan puncak- kepuncak ( Peaks to peaks ) dengan menggunakan
persamaan:
VOLT ( p.p ) = ( difleksi vertikal ) x ( penempatan saklar VOLT/ DIV ).
b. Langkah-Langkah Mengukur Tegangan Arus Searah (DC)
Berikut ini adalah langkah-langkah untuk mengukur tegangan arus searah (misalnya mengukur
tegangan baterai) dengan menggunakan osiloskop.

Pilih mode SOURCE pada LINE.

Pilh mode COUPLING pada DC.

Pilih DC pada tombol AC-DC.

Siapkan baterai yang akan diukur.

Dengan kabel penghubung, hubungkan battery dengan salah satu channel.

Hal yang perlu diperhatikan sebelum mengukur adalah, letakkan nilai 0 di layar sebaik
mungkin.

Variasikan VOLTS/DIV pada beberapa angka (misalnya 1, 1.5, dan 2).

Catat semua hasil pengukuran yang didapatkan.

c. Langkah-Langkah Mengukur Periode dan Frekuensi

Distel saklar SEC/DIV untuk menampilkan siklus gelombang kompleks.

Diukur jarak horizontal antara titik-titik pengukuran waktu (satu panjang gelombang ).

Ditentukan periode gelombang dengan mengalikan jumlah pembagi dengan faktor


pengali.
o Ditentukan frekuensi gelombang (1/ periode).

59

Jenis oscilloscope COR (Chatode Ray Oscilloscope) terdiri dari 2 yaitu:


1. Oscilloscope analog
Osiloskop tipe waktu nyata analog (ART) menggambar bentuk-bentuk gelombang listrik
dengan melalui gerakan pancaran electron (electron beam) dalam sebuah tabung sinar katoda
(CRT Cathode Ray Tube) dari kiri ke kanan. Pancaran electron dari bagian senapan electron
(electron gun) yang membentur atau menumbuk dinding dalam tabung tersebut Mengeksitasi
electron dalam lapisan fosfor pada layar tabung mengeksitasi electron dalam lapisan fosfor pada
layar tabung sehingga terjadi perpendaran atau nyala pada layar yang menggambarkan bentuk
dasar gelombang. Dalam perjalanannya dari senapan electron menuju layar yang berfosfor tadi,
electron-elektron dipengaruhi oleh medan listrik dalam arah vertical (ke atas maupun ke bawah)
oleh sepasang pelat pembelok (defleksi) vertical dan dalam arah horizontal oleh sepasang pelat
defleksi horizontal. Apabila tegangan pada semua pelat tersebut nol Volt, electron akan berjalan
lurus membentuk layar sehingga hanya terlihat sebuah bintik nyala di ditengah layar saja. Untuk
membuat gambar garis pada layar, diperlukan gelombang gigi gergaji yang diberikan kepada
pasangan pelat horizontal tersebut. Tegangan gigi gergaji ini dihasilkan oleh time base
generator/sweep generator atau generator sapu, yang kemudian diperkuat oleh penguat
horizontal. Tegangan gigi gergaji ini naik secara linier terhadap waktu sehingga berkas electron
pada layar bergerak dari kiri ke kanan. Setelah sampai di bagian paling kanan layar, tegangan
gigi gergaji turun dengan cepat ke nol sehingga memulai gerakan berulang dari bagian kiri layar.
Gerakan balik yang cepat ini tidak dapat ditangkap oleh mata sehingga yang terlihat adalah
gambar garis horizontal lurus pada layar yang tidak terputus. Agar osiloskop dapat
menggambarkan bentuk gelombang yang sedang diamati maka gelombang tersebut diumpankan
ke rangkaian vertical. Rangkaian vertical ini berfungsi memperkuat atau melemahkan simpangan
vertical dari gelombang masukan, sehingga tegangan yan g diberikan ke pasangan pelat defleksi
vertical menghasilkan medan listrik yang dapat mempengaruhi gerakan vertical electron secara
proposional selagi ia bergerak menuju ke layar, yang berakibat bentuk gelombang pada layar
dapat diperbesar atau diperkecil. Karena arah gerak electron berdasar vector medan listrik
horizontal dan vertical, CRT nya disebut direcdt viev vector CRT. .
Agar gambar pada layar dapat stabil, digunakan rangkaian picu (trigger). Jika suatu gelombang
listrik dihubungkan ke ART, rangkaian picu akan memonitor gelombang masukan tersebut dan
menunggu event yakni saat terjadinya peristiwa atau kondisi yang dapat dipakai untuk
pemicuan. Event picu ini berupa suatu sisi atau tebing gelombang yang memenuhi persyaratan
yang telah didefinisikan atau ditentukan melalui suatu pilihan tombol pada panel depan
osiloskop. Sekali event picu ini terjadi, osiloskop akan menstart generator sapu dan meragakan
bentuk gelombang yang sedang diukur. Proses ini akan berulang sepanjang osiloskop tersebut
dapat mendeteksi event-event picu. Selain menyangkut vertical dan horizontal, osiloskop analog
mempunyai dimensi ketiga yang disebut dengan gray scaling (skala/tingkatan atau intensitas
kelabu). Tingkatan kelabu ini diciptakan intensitas pancaran electron pada tabung gambar, yang
meragakan detil gambar bagian tertentu secara sekilas saja. Kondisi ini terjadi karena kecepatan
pancaran electron mempengaruhi kecerahan jejaknya. Makin cepat pancaran bergerak dari satu
titik ke titik yang lain pada bagian tertentu, makin sedikit waktu ia dapat mengeksitasi electronelektron pada fosfor yang terdapat pada dinding layar. Akibatnya jejak yang membentuk gambar
gelombang abgian tersebut akan lebih redup daripada gambar bagian gelombang yang lainnya. .

60

Skala kelabu ini juga menunjukan frekuensi relative dari event-event individual (gejala khusus)
yang terjadi dalam suatu gelombang yang sifatnya berulang (repetitif). Pancaran electron yang
menggambarkan bagian gelombang yang bentuknya sama secara berulang akan menyebabkan
bagian yang dapat tergambar dengan terang di layar, sedangkan event lekuk gelombang yang
jarang terjadi akan mendapat lebih sedikit waktu eksitasi. Akhirnya menjadi jelas bahwa daerah
dari lapisan fosfor yang dirangsang/dieksitasi secara berulang Nampak lebih terang daripada
daerah yang kurang distimulasi. .
Bagian Bagian Fisik Osiloskop Analog
Bagian-bagian fisik luar osiloskop dapat dilihat melalui gambar berikut:
. Kelebihan dan Kekurangan Osiloskop Analog
Kelebihan osiloskop analog antara lain:
1.
Mampu menggambarkan nilai-nilai arus atau tegangan yang dihasilkan yang selalu berubah
terhadap waktu secara periodik, sehingga memperlihatkan bentuk gelombang.
2.
Osiloskop analog dapat digunakan untuk menentukan periode, frekuensi, tegangan, dan
amplitudo sinyal listrik sekaligus dengan cara yang relatif mudah.
Selain kelebihan, osiloskop analog juga memiliki kekurangan, yaitu:
1. Pengamatan sinyal-sinyal listrik dengan osiloskop mempunyai keterbatasan dalam
perbandingan frekuensi antar sinyal-sinyal tersebut (perbandingan maksimum 10:1)
sehingga penggunaannya cukup terbatas.
2. Harganya relatif mahal. Kelemahan tersebut semakin terasa sejak terciptanya penghitung
frekuensi digital dengan harga yang lebih rendah dipasarkan ke publik.
2. Osiloskop Digital.
Jika dalam osiloskop analog gelombang yang akan ditampilkan langsung diberikan ke
rangkaian vertikal sehingga berkesan diambil begitu saja (real time), maka dalam osiloskop
digital, gelombang yang akan ditampilkan lebih dulu disampling (dicuplik) dan didigitalisasikan.
Osiloskop kemudian menyimpan nilai-nilai tegangan ini bersama sama dengan skala waktu
gelombangnya di memori. Pada prinsipnya, osiloskop digital hanya mencuplik dan menyimpan
demikian banyak nilai dan kemudian berhenti. Ia mengulang proses ini lagi dan lagi sampai
dihentikan. .
DSO mempunyai dua cara untuk menangkap atau mencuplik gelombang, yakni dengan teknik
single shot atau real time sampling. Dengan kedua teknik ini, osiloskop memperoleh semua
cuplikan dengan satu event picu. Sayangnya laju cuplik DSO membatasi lebar pita osiloskop
ketika beroperasi dalam waktu nyata (real time). Secara teori (sesuai dengan Nyquist samplinjg
theorema), osiloskop digital membutuhkan masuka dengan sekurang-kurangnya dua cuplikan per
periode gelombang untuk merekontruksi suatu bentuk gelombang. Dalam praktek, tiga atau lebih

61

cuplikan per periode menjamin akurasi akuisisi. Jika pencuplik tidak dapat sama cepat dengan
sinyal masukannya, osiloskop tidak akan dapat mengumpulkan suatu jumlah yang cukup
berakibat menghasilkan suatu peragaan yang lain dari bentuk gelombang aslinya. Yakni
osiloskop akan menggambarkan struktur keseluruhan sinyal masukan pada suatu frekuensi yang
jauh lebih rendah dari frekuensi sinyal sesungguhnya. .
Kebanyakan DSO, apakah ia menggunakan teknik real time atau equivalent time akan mencuplik
pada laju maksimum tanpa mengacu berapa dasar waktu (time base) yang dipilih. Pada
kecepatan sapuan yang lebih rendah osiloskop digital menerima jauh lebih banyak cuplikan
daripada yang dapat disimpannya. Tergantung pada model akuisisi yang kita pilih, suatu DSO
akan membuang cuplikan ekstra atau menggunakannya untuk pemprosesan sinyal-sinyal
tambahan seperti deteksi puncak gelombang (peak detect), maupun sampul gelombang
(envelope).

ANALOG KOMPUTER
Perkembangan teknologi elektronika
1948

TABUNG

- Bentuk phisik besar


- Perlu daya yang besar
1949

TRANSISTOR

- Bentuk phisik kecil


- Perlu daya yang kecil
1950

CHIP IC (INTEGRATED CIRCUIT)

- SSI (Small Scale Integration)


- 1 CHIP IC (Berisi 10 transistor)
1955

MSI ( MEDIUM SCALE INTEGRATION )


1 CHIP IC Berisi 100 transistor

1960

LSI ( LARGE SCALE INTEGRATION )


1 CHIP IC Berisi 1.000 transistor

62

1970

VLSI ( VERY LARGE SCALE INTEGRATION )


1 CHIP IC Berisi 10.000 100.000 transistor

1990

WSI ( WAFER SCALE INTEGRATION )


1 CHIP IC Berisi 1.00 0.000 transistor

Asal Usul Komputer


Kata komputer berasal dari bahasa latin yaitu Computare artinya menghitung. Dalam
bahasa inggris disebut to comput.
Secara definisi komputer adalah : sekumpulan alat elektronik yang saling bekerja sama, dapat
menerima data (input), mengolah data (proses) dan memberikan informasi (output) serta
terkoordinasi dibawah kontrol program yang tersimpan di memorinya.
KOMPUTER

Menurut Blissmer (1985) :

Suatu alat elektronik yang mampu melakukan beberapa tugas yaitu : menerima input, memproses
input sesuai instruksi yang diberikan, menyimpan perintah-perintah dan hasil pengolahan serta
menyediakan output dalam beberapa bentuk .

Menurut Sanders (1985) :

Merupakan sistem elektronik untuk memanipulasi data dgn cepat dan tepat serta dirancang dan
diorganisasikan agar secara otomatis menerima dan menyimpan data input, memprosesnya dan
mengeluarkan output berdasarkan rangkaian instruksi yang tersimpam dalam memori.
Secara garis besar komputer dibagi menjadi :
1. Komputer Analog.
Komputer yg bekerja secara parallel (analog) untuk mengolah data yg sifatnya kontinyu.
Datanya berupa besaran fisik dan angka-angka (kuantitatif), seperti temperatur, tekanan udara,
kecepatan angin, arus listrik, gelombang suara dll.Contoh : Ampere meter, Voltmeter, barometer,
Thermometer dll.
Komputer Analog
Asal usul komputer Analog

63

Komputer Analog dibuat oleh Vannevar Bush (1920), membuat sebuah kalkulator untuk
menyelesaikan persamaan differensial di tahun 1931. mesin tersebut sangat berat dan besar
karena ratusan gerigi dan poros yang dibutuhkan untuk melakukan perhitungan.
Komputer
Adalah alat yg dipakai untuk mengolah data menurut prosedur yg tlh dirumuskan. Kata
Computer semula dipergunakan untuk menggambarkan orang yang pekerjaannya melakukan
perhitungan aritmetika, dgn atau tanpa alat bantu
Analog
Suatu bentuk dari komunikasi elektronik yang merupakan proses pengiriman informasi pada
gelombang elektromagnetik, dan bersifat variabel dan berkelanjutan atau disebut juga dengan
sinyal analog.
Komputer analog yang mengolah data berdasarkan sinyal yang bersifat kualitatif, atau sinyal
analog, untuk mengukur variabel-variabel seperti voltase, kecepatan suara, resistansi udara,
duhu, pengukuran gempa dan lain-lain. Komputer ini biasanya digunakan untuk
mempresentasikan suhu keadaan. Misalnya untuk thermometer, radar, kekuatan cahaya dan lainlain.Komputer analog digunakan untuk data yang sifatnya kontinyu dan bukan data yang
berbentuk angka, tetapi dalam bentuk phisik, seperti misalnya arus listrik atau temperatur. Output
dari komputer analog umumnya adalah untuk pengaturan atau pengontrolan suatu mesin.
Komputer analog biasanya banyak digunakan pada proses pengontrolan pada pabrik kimia,
pembangkit tenaga listrik, dsb.
Contoh-contoh Analog Komputer
Contoh-contoh penggunaan analog komputer yang dapat kita temui di sekitar kita

Pompa bahan bakar pada SPBU

Kalkulator

Thermometer

Meteran listrik di rumah-rumah

dll

Contoh-contoh pengunaan analog komputer dalam berbagai bidang :

Pengukuran Gempa (skala Ritcher)

Pengukuran Resistansi udara

64

Pengukuran Kekuatan cahaya

Pengukuran Voltase

Pengukuran kecepatan cahaya

dll

BAB 3
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah
ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman Sudi memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di
kesempatan kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman
pada umumnya.

65

DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A dan Underwood, A.L. 1989. Analisis Kimia Kuantitatif edisi kelima. Jakarta: Erlangga.
Ensiklopedia Bebas, 2007, Besi, (online). (http://www.besi.com)
Iswari, S.R. 1997. Potensi Cemaran Pb sebagai Racun Syaraf perlu Diwaspadai (Media
Pendidikan MIPA). Semarang: IKIP Semarang Press.
Izmare. 1987. Teknik Penyehatan Analisa Lab. (http://www.kandunganbesi.com) ipta Science
Series.
Khopkar, S.M. 1984. Konsep Dasar Kimia Analitik. Bombay: Institut Teknologi India.
Rohmatun, 2006, Studi Penurunan Kandungan Besi Organik dalam Air Tanah dengan Oksidasi
H2O2 UV, (diakses 25 Juli 2006.
Vogel, 1979, Textbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis, Longman Group
Limited, London.
Vogel, A.I. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, edisi kelima. Penerjemah:
Setiono dan Hadyana Pudjaatmaka, Jakarta: Kalman Media Pusaka.
Williams, M.C dan Cokal, E.J. 1986. Masking, Chelation, and Solvent Extractionfor The
Determination of Sub-Parts-per-Million Levelsof Trace Elements in High Iron and Salt Matrices.
Analitycal Chemistry. New Mexico: University of New Mexico.
Winarno.F.G., 1986, Air untuk Industri Pangan, PT. Gramedia, Jakarta.

66

Yulianto Teguh, 2005, Penetapan Kadar Besi (Fe) dalam Air Sumur di Dusun Waringinrejo
secara Spektrofotometri UV-Vis, KTI, Fakultas Teknik, Universitas Setia Budi Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai