Anda di halaman 1dari 33

Makalah Dasar Teknik Elektro

Resistor, Capasitor, Dioda, Transistor,


IC ,dan PCB

Nama : Andika Putra Pratama


NIM : 20201330004
Fakultas : Teknik
Program Studi : Elektro
1. Resistor
 Pengertian
Resistor adalah suatu komponen elektronika yang memberikan hambatan terhadap
perpindahan electron (muatan negatif).
Resistor disingkat dengan huruf “R”. Satuan resistor adalah Ohm, Kemampuan
resistor untuk menghambat disebut juga resistansi atau hambatan listrik.

 Fungsi
fungsi resistor yang sering diketahui adalah sebagai penghambat arus listrik yang
mengalir suatu rangkaian elektronik. Adanya resistor ini dapat menyebabkan arus
listrik tersalurkan sesuai kebutuhan. Fungsi resistor lain secara komplit antara lain:

 Membagi arus
 Membatasi atau mengatur arus dalam suatu rangkaian
 Menurunkan tegangan sesuai kebutuhan yang diperlukan oleh rangkaian
elektronika.
 Membagi tegangan.
 Membantu dalam membangkitkan frekuensi yang tinggi dan rendah dengan
menggunakan bantuan kondensator dan transistor.

 Jenis
Pada umumnya Resistor bisa diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, diantaranya
yaitu Fixed Resistor, Variable Resistor, Thermistor dan LDR

1. Fixed Resistor
Fixed Resistor ialah salah satu jenis Resistor yang mmepunyai nilai resistansinya
tetap. Nilai Resistansi atau suatu Hambatan Resistor ini biasanya ditandai dengan
kode warna ataupun kode Angka.
Bentuk dan Simbol Fixed Resistor :
Yang tergolong dalam suatu Kategori Fixed Resistor yang berdasarkan
Komposisi bahan pembuatnya diantaranya yaitu :

a. Carbon Composition Resistor (Resistor Komposisi Karbon)

Resistor jenis Carbon Composistion ini terbuat dari suatu komposisi karbon
halus yang dicampur dengan bahan isolasi bubuk yang sebagai pengikatnya
(binder) agar mendapatkan suatu nilai resistansi yang diinginkan. Semakin
banyak bahan sebuah karbonnya semakin rendah pula nilai pada resistansi atau
nilai hambatannya.
Nilai Resistansi yang sering ditemukan di pasaran untuk Resistor jenis Carbon
Composistion Resistor ini biasanya berkisar dari 1A sampai 200mA dengan
daya 1/10W sampai 2W.

b. Carbon Film Resistor (Resistor Film Karbon

Resistor Jenis Carbon Film ini terdiri dari filem tipis karbon yang diendapkan
pada Subtrat isolator yang dipotong berbentuk spiral. Nilai resistansinya
tergantung pada suatu proporsi karbon dan isolator. Semakin banyak bahan
karbonnya semakin rendah juga nilai resistansinya. Keuntungan pada Carbon
Film Resistor ini yaitu bisa menghasilkan suatu resistor dengan toleransi yang
lebih rendah dan juga rendahnya kepekaan terhadap suhu jika dibandingkan
dengan jenis Carbon Composition Resistor.

Nilai Resistansi Carbon Film Resistor yang tersedia di pasaran yaitu biasanya
berkisar diantara 1A sampai 10mA dengan daya 1/6W hingga 5W. Karena
rendahnya pada kepekaan terhadap suhu, Carbon Film Resistor bisa bekerja
pada suhu yang kira-kira dari -55°C hingga 155°C.
Metal Film Resistor (Resistor Film Logam)

c. Metal Film Resistor

Metal Film resistor yaitu salah satu jenis Resistor yang dilapisi dengan Film
logam yang tipis ke Subtrat Keramik dan dipotong berbentuk spiral. Nilai
Resistansinya dipengaruhi oleh panjang, lebar dan ketebalan spiral logam.

Secara keseluruhan, Resistor jenis Metal Film ini yaitu yang terbaik diantara
jenis-jenis Resistor yang ada (Carbon Composition Resistor dan Carbon Film
Resistor).
2. Variable Resistor
Variable Resistor yaitu salah satu jenis Resistor yang nilai resistansinya bisa
berubah dan diatur sesuai dengan keinginan. Pada umumnya suatu Variable
Resistor terbagi menjadi 3 yaitu Potensiometer, Rheostat dan Trimpot.

Bentuk dan Simbol Variable Resistor

a. Potensiometer

Potensiometer yaitu salah satu jenis Variable Resistor yang nilai resistansinya
bisa berubah-ubah dengan cara memutar pada porosnya melalui sebuah Tuas
yang terdapat pada sebuah Potensiometer. Nilai Resistansi Potensiometer
biasanya tertulis di suatu badan Potensiometer dalam bentuk sebuah kode
angka.

b. Rheostat

Rheostat yaitu salah satu jenis Variable Resistor yang bisa beroperasi pada
suatu Tegangan dan Arus yang tinggi. Rheostat terbuat dari suatu lilitan kawat
resistif dan pengaturan Nilai Resistansi dilakukan dengan penyapu yang
bergerak pada suatu bagian atas Toroid.

c. Preset Resistor (Trimpot)

Preset Resistor atau juga sering disebut dengan Trimpot (Trimmer


Potensiometer) yaitu salah satu jenis Variable Resistor yang mempunyai
fungsi seperti Potensiometer tetapi mempunyai suatu ukuran yang lebih kecil
dan tidak mempunyai Tuas. Untuk mengatur suatu nilai resistansinya,
dibutuhkan alat bantu seperti Obeng kecil untuk bisa memutar porosnya.
3. Thermistor (Thermal Resistor)

Thermistor yaitu salah satu Jenis Resistor yang nilai resistansinya bisa dipengaruhi
oleh suhu (Temperature). Thermistor yaitu sebuah Singkatan dari Thermal Resistor.
Terdapat dua jenis Thermistor yakni Thermistor NTC (Negative Temperature
Coefficient) dan Thermistor PTC (Positive Temperature Coefficient).

Bentuk dan Simbol Thermistor :

4. LDR (Light Dependent Resistor)

LDR atau Light Dependent Resistor yaitu salah satu jenis Resistor yang nilai
Resistansinya dipengaruhi oleh intensitas Cahaya yang diterimanya.

Bentuk dan Simbol LDR

 Cara Pengukuran
Cara menghitung nilai Resistor berdasarkan Kode Warna

Seperti yang dikatakan sebelumnya, nilai Resistor yang berbentuk Axial


adalah diwakili oleh Warna-warna yang terdapat di tubuh (body) Resistor itu sendiri
dalam bentuk Gelang. Umumnya terdapat 4 Gelang di tubuh Resistor, tetapi ada juga
yang 5 Gelang.

Gelang warna Emas dan Perak biasanya terletak agak jauh dari gelang warna
lainnya sebagai tanda gelang terakhir. Gelang Terakhirnya ini juga merupakan nilai
toleransi pada nilai Resistor yang bersangkutan.

Tabel dibawah ini adalah warna-warna yang terdapat di Tubuh Resistor :

Perhitungan untuk Resistor dengan 4 Gelang warna :


Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-1 (pertama)
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2
Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-3 atau pangkatkan angka tersebut
dengan 10 (10n)
Merupakan Toleransi dari nilai Resistor tersebut

Contoh :
Gelang ke 1 : Coklat = 1
Gelang ke 2 : Hitam = 0
Gelang ke 3 : Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 105
Gelang ke 4 : Perak = Toleransi 10%
Maka nilai Resistor tersebut adalah 10 * 105 = 1.000.000 Ohm atau 1 MOhm dengan
toleransi 10%.

Perhitungan untuk Resistor dengan 5 Gelang warna :

Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-1 (pertama)


Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-3
Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-4 atau pangkatkan angka tersebut
dengan 10 (10n)
Merupakan Toleransi dari nilai Resistor tersebut

Contoh :
Gelang ke 1 : Coklat = 1
Gelang ke 2 : Hitam = 0
Gelang ke 3 : Hijau = 5
Gelang ke 4 : Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 105
Gelang ke 5 : Perak = Toleransi 10%
Maka nilai Resistor tersebut adalah 105 * 105 = 10.500.000 Ohm atau 10,5 MOhm
dengan toleransi 10%.

Contoh-contoh perhitungan lainnya :

Merah, Merah, Merah, Emas → 22 * 10² = 2.200 Ohm atau 2,2 Kilo Ohm dengan 5%
toleransi
Kuning, Ungu, Orange, Perak → 47 * 10³ = 47.000 Ohm atau 47 Kilo Ohm dengan
10% toleransi

Cara menghitung Toleransi :


2.200 Ohm dengan Toleransi 5% =
2200 – 5% = 2.090
2200 + 5% = 2.310
ini artinya nilai Resistor tersebut akan berkisar antara 2.090 Ohm ~ 2.310 Ohm

Untuk mempermudah menghafalkan warna di Resistor, kami memakai singkatan


seperti berikut :

HI CO ME O KU JAU BI UNG A PU
(HItam, COklat, MErah, Orange, KUning. HiJAU, BIru, UNGu, Abu-abu, PUtih)

Cara menghitung nilai Resistor berdasarkan Kode Angka :

Membaca nilai Resistor yang berbentuk komponen Chip lebih mudah dari
Komponen Axial, karena tidak menggunakan kode warna sebagai pengganti nilainya.
Kode yang digunakan oleh Resistor yang berbentuk Komponen Chip menggunakan
Kode Angka langsung jadi sangat mudah dibaca atau disebut dengan Body Code
Resistor (Kode Tubuh Resistor)
Contoh :

Kode Angka yang tertulis di badan Komponen Chip Resistor adalah 4 7 3;

Contoh cara pembacaan dan cara menghitung nilai resistor berdasarkan kode angka
adalah sebagai berikut :

Masukkan Angka ke-1 langsung = 4


Masukkan Angka ke-2 langsung = 7
Masukkan Jumlah nol dari Angka ke 3 = 000 (3 nol) atau kalikan dengan 10³
Maka nilainya adalah 47.000 Ohm atau 47 kilo Ohm (47 kOhm)

Contoh-contoh perhitungan lainnya :

222 → 22 * 10² = 2.200 Ohm atau 2,2 Kilo Ohm

103 → 10 * 10³ = 10.000 Ohm atau 10 Kilo Ohm

334 → 33 * 104 = 330.000 Ohm atau 330 Kilo Ohm

Ada juga yang memakai kode angka seperti dibawah ini :


(Tulisan R menandakan letaknya koma decimal)
4R7 = 4,7 Ohm
0R22 = 0,22 Ohm

Keterangan :

Ohm = Ω
Kilo Ohm = KΩ
Mega Ohm = MΩ
1.000 Ohm = 1 kilo Ohm (1 KΩ )
1.000.000 Ohm = 1 Mega Ohm (1 MΩ)
1.000 kilo Ohm = 1 Mega Ohm (1 MΩ)

 Pengaplikasian

Biasa Resistor digunak untuk komponen di sebuah alat, yaitu:

a) Remot Tv

b) Mouse

c) Handphone

d) Keyboard

e) Televisi

f) Adapter charger laptop

g) Laptop

h) Dll
2. Condensator / Capasitor

 Pengertian
 Kapasitor (Capacitor) atau disebut juga dengan Kondensator (Condensator)
adalah “Komponen Elektronika Pasif” yang dapat menyimpan muatan listrik
dalam waktu sementara dengan satuan kapasitansinya adalah Farad. Satuan
Kapasitor tersebut diambil dari nama penemunya yaitu Michael Faraday (1791 ~
1867) yang berasal dari Inggris. Namun Farad adalah satuan yang sangat besar,
oleh karena itu pada umumnya Kapasitor yang digunakan dalam peralatan
Elektronika adalah satuan Farad yang dikecilkan menjadi pikoFarad, NanoFarad
dan MicroFarad.

Konversi Satuan Farad adalah sebagai berikut :


1 Farad = 1.000.000µF (mikro Farad)
1µF = 1.000nF (nano Farad)
1µF = 1.000.000pF (piko Farad)
1nF = 1.000pF (piko Farad)

Kapasitor merupakan Komponen Elektronika yang terdiri dari 2 pelat konduktor


yang pada umumnya adalah terbuat dari logam dan sebuah Isolator diantaranya
sebagai pemisah. Dalam Rangkaian Elektronika, Kapasitor disingkat dengan huruf
“C”.

 Fungsi

Pada Peralatan Elektronika, Kapasitor merupakan salah satu jenis Komponen


Elektronika yang paling sering digunakan. Hal ini dikarenakan Kapasitor memiliki
banyak fungsi sehingga hampir setiap Rangkaian Elektronika memerlukannya.

Dibawah ini adalah beberapa fungsi daripada Kapasitor dalam Rangkaian Elektronika

o Sebagai Penyimpan arus atau tegangan listrik


o Sebagai Konduktor yang dapat melewatkan arus AC (Alternating Current)
o Sebagai Isolator yang menghambat arus DC (Direct Current)
o Sebagai Filter dalam Rangkaian Power Supply (Catu Daya)
o Sebagai Kopling
o Sebagai Pembangkit Frekuensi dalam Rangkaian Osilator
o Sebagai Penggeser Fasa
o Sebagai Pemilih Gelombang Frekuensi (Kapasitor Variabel yang digabungkan
dengan Spul Antena dan Osilator)

 Jenis
Berdasarkan bahan Isolator dan nilainya, Kapasitor dapat dibagi menjadi 2 Jenis
yaitu Kapasitor Nilai Tetap dan Kapasitor Variabel. Berikut ini adalah penjelasan
singkatnya untuk masing-masing jenis Kapasitor :

A. KAPASITOR NILAI TETAP (FIXED CAPACITOR)

Kapasitor Nilai Tetap atau Fixed Capacitor adalah Kapasitor yang nilainya
konstan atau tidak berubah-ubah. Berikut Jenis kapasitor:

1. Kapasitor Keramik (Ceramic Capasitor)

Kapasitor Keramik adalah Kapasitor yang Isolatornya terbuat dari Keramik


dan berbentuk bulat tipis ataupun persegi empat. Kapasitor Keramik tidak memiliki
arah atau polaritas, jadi dapat dipasang bolak-balik dalam rangkaian Elektronika. Pada
umumnya, Nilai Kapasitor Keramik berkisar antara 1pf sampai 0.01µF.

Kapasitor yang berbentuk Chip (Chip Capasitor) umumnya terbuat dari bahan
Keramik yang dikemas sangat kecil untuk memenuhi kebutuhan peralatan Elektronik
yang dirancang makin kecil dan dapat dipasang oleh Mesin Produksi SMT (Surface
Mount Technology) yang berkecepatan tinggi.
2. Kapasitor Polyester (Polyester Capacitor)

Kapasitor Polyester adalah kapasitor yang isolatornya terbuat dari Polyester


dengan bentuk persegi empat. Kapasitor Polyester dapat dipasang terbalik dalam
rangkaian Elektronika (tidak memiliki polaritas arah)

3. Kapasitor Kertas (Paper Capacitor)

Kapasitor Kertas adalah kapasitor yang isolatornya terbuat dari Kertas dan
pada umumnya nilai kapasitor kertas berkisar diantara 300pf sampai 4µF. Kapasitor
Kertas tidak memiliki polaritas arah atau dapat dipasang bolak balik dalam Rangkaian
Elektronika.

4. Kapasitor Mika (Mica Capacitor)

Kapasitor Mika adalah kapasitor yang bahan Isolatornya terbuat dari bahan
Mika. Nilai Kapasitor Mika pada umumnya berkisar antara 50pF sampai 0.02µF.
Kapasitor Mika juga dapat dipasang bolak balik karena tidak memiliki polaritas arah.

5. Kapasitor Elektrolit (Electrolyte Capacitor)

Kapasitor Elektrolit adalah kapasitor yang bahan Isolatornya terbuat dari


Elektrolit (Electrolyte) dan berbentuk Tabung / Silinder. Kapasitor Elektrolit atau
disingkat dengan ELCO ini sering dipakai pada Rangkaian Elektronika yang
memerlukan Kapasintasi (Capacitance) yang tinggi. Kapasitor Elektrolit yang
memiliki Polaritas arah Positif (-) dan Negatif (-) ini menggunakan bahan Aluminium
sebagai pembungkus dan sekaligus sebagai terminal Negatif-nya. Pada umumnya nilai
Kapasitor Elektrolit berkisar dari 0.47µF hingga ribuan microfarad (µF). Biasanya di
badan Kapasitor Elektrolit (ELCO) akan tertera Nilai Kapasitansi, Tegangan
(Voltage), dan Terminal Negatif-nya. Hal yang perlu diperhatikan, Kapasitor
Elektrolit dapat meledak jika polaritas (arah) pemasangannya terbalik dan melampui
batas kamampuan tegangannya.

6. Kapasitor Tantalum

Kapasitor Tantalum juga memiliki Polaritas arah Positif (+) dan Negatif (-)
seperti halnya Kapasitor Elektrolit dan bahan Isolatornya juga berasal dari Elektrolit.
Disebut dengan Kapasitor Tantalum karena Kapasitor jenis ini memakai bahan Logam
Tantalum sebagai Terminal Anodanya (+). Kapasitor Tantalum dapat beroperasi pada
suhu yang lebih tinggi dibanding dengan tipe Kapasitor Elektrolit lainnya dan juga
memiliki kapasintansi yang besar tetapi dapat dikemas dalam ukuran yang lebih kecil
dan mungil. Oleh karena itu, Kapasitor Tantalum merupakan jenis Kapasitor yang
berharga mahal. Pada umumnya dipakai pada peralatan Elektronika yang berukuran
kecil seperti di Handphone dan Laptop.

B. KAPASITOR VARIABEL (VARIABLE CAPACITOR)


Kapasitor Variabel adalah Kapasitor yang nilai Kapasitansinya dapat diatur
atau berubah-ubah. Secara fisik, Kapasitor Variabel ini terdiri dari 2 jenis yaitu :

1. VARCO (Variable Condensator)

VARCO (Variable Condensator) yang terbuat dari Logam dengan


ukuran yang lebih besar dan pada umumnya digunakan untuk memilih
Gelombang Frekuensi pada Rangkaian Radio (digabungkan dengan Spul
Antena dan Spul Osilator). Nilai Kapasitansi VARCO berkisar antara 100pF
sampai 500pF

2. Trimmer

Trimmer adalah jenis Kapasitor Variabel yang memiliki bentuk lebih


kecil sehingga memerlukan alat seperti Obeng untuk dapat memutar Poros
pengaturnya. Trimmer terdiri dari 2 pelat logam yang dipisahkan oleh
selembar Mika dan juga terdapat sebuah Screw yang mengatur jarak kedua
pelat logam tersebut sehingga nilai kapasitansinya menjadi berubah.

Trimmer dalam Rangkaian Elektronika berfungsi untuk menepatkan pemilihan


gelombang Frekuensi (Fine Tune). Nilai Kapasitansi Trimmer hanya
maksimal sampai 100pF.

 Cara Mengukur

Berikut ini adalah Cara menguji Kapasitor Elektrolit (ELCO) dengan


Multimeter Analog :

1. Atur posisi skala Selektor ke Ohm (Ω) dengan skala x1K


2. Hubungkan Probe Merah (Positif ) ke kaki Kapasitor Positif
3. Hubungkan Probe Hitam (Negatif) ke kaki Kapasitor Negatif
4. Periksa Jarum yang ada pada Display Multimeter Analog,
Kapasitor yang baik : Jarum bergerak naik dan kemudian kembali lagi.
Kapasitor yang rusak : Jarum bergerak naik tetapi tidak kembali lagi.
Kapasitor yang rusak : Jarum tidak naik sama sekali.
Mengukur Kapasitor dengan Multimeter Digital
(Yang memiliki Fungsi Kapasitansi Meter)

Cara mengukur Kapasitor dengan Multimeter Digital yang memiliki fungsi


Kapasitansi Meter cukup mudah, berikut ini caranya :

1. Atur posisi skala Selektor ke tanda atau Simbol Kapasitor


2. Hubungkan Probe ke terminal kapasitor.
3. Baca Nilai Kapasitansi Kapasitor tersebut.

Hal yang perlu diingat, cara diatas hanya dapat digunakan pada Multimeter Digital
yang memiliki kemampuan mengukur Kapasitansi.

Untuk lebih akurat, tentunya kita memerlukan alat ukur khusus untuk mengukur Nilai
Kapasitansi sebuah Kapasitor seperti LCR meter dan Capacitance Meter. Cara
pengukurannya pun hampir sama dengan cara menggunakan Multimeter Digital,
hanya saja kita perlu menentukan nilai Kapasitansi yang paling dekat dengan
Kapasitor yang akan kita ukur dengan cara mengatur Sakelar Selektor LCR meter dan
Kapasitansi Meter. Dibawah ini adalah gambar bentuk Capacitance Meter, LCR
Meter dan Multimeter.
 Pengaplikasian
Capasitor biasa digunakan untuk komponen alat sebagai berikut:
a) Motor Pompa
b) Kompresor
c) Mesin penggiling daging
d) Televisi
e) Remote TV
f) Dll
3. Dioda
 Pengertian
Diode adalah komponen elektronika yang dapat menghantarkan arus listrik ke satu
arah saja. Jika arah arusnya terbalik, maka Dioda akan menghambat arus listrik
tersebut. Karena sifatnya yang dapat menghantarkan arus listrik ke satu arah (forward
bias) dan menghambat arus listrik dari arah sebaliknya (reverse bias), dioda yang
terbuat dari bahan semikonduktor ini sering digunakan sebagai penyearah bentuk
gelombang (wave rectifier) dalam pencatu daya dan detektor radio. Dioda juga sering
digunakan pada rangkaian-rangkaian listrik dan elektronika yang memerlukan hasil
“satu arah”. Bahan semikonduktor yang sering digunakan untuk membuat Dioda
adalaah bahan Silikon (Si) dan bahan Germanium (Ge).
Pada awal penemuannya, perangkat yang menghantarkan arus listrik ke satu arah dan
menghambat dari arah sebaliknya ini disebut dengan nama Rectifier atau Penyearah.
Nama Dioda ini pertama kali diperkenalkan oleh William Henry Eccles pada tahun
1919. Istilah Dioda ini berasal dari kata “Di” yang artinya adalah “dua” dan
kata “ode” yang artinya adalah “jalur”.

 Fungsi
Dioda berfungsi untuk menghantarkan arus listrik ke satu arah tetapi menghambat
arus listrik dari arah sebaliknya. Oleh karena itu, Dioda sering dipergunakan sebagai
penyearah dalam Rangkaian Elektronika. Dioda pada umumnya mempunyai 2
Elektroda (terminal) yaitu Anoda (+) dan Katoda (-) dan memiliki prinsip kerja yang
berdasarkan teknologi pertemuan p-n semikonduktor yaitu dapat mengalirkan arus
dari sisi tipe-p (Anoda) menuju ke sisi tipe-n (Katoda) tetapi tidak dapat mengalirkan
arus ke arah sebaliknya.

 Jenis
Jenis-jenis Dioda (Diode)
Seiring dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan, Dioda kini telah memiliki
banyak jenis dan masing-masing jenis memiliki fungsinya. Berikut dibawah ini adalah
jenis-jenis Dioda dan penjelasan singkat pada jenis-jenis dioda tersebut.

1. Dioda Normal (Dioda PN Junction)


Dioda jenis ini merupakan dioda yang paling sering ditemui dalam
rangkaian elektronika, terutama pada rangkaian pencatu daya (power supply)
dan rangkaian frekuensi radio (RF). Dioda jenis ini disebut juga Dioda Normal
(Normal Diode) karena merupakan dioda standar yang paling umum
digunakan ataupun Dioda Penyearah (Rectifier Diode) karena biasanya
digunakan sebagai penyearah pada Pencatu Daya. Dioda ini juga dikenal
dengan nama PN Junction Diode.
2. Dioda Bridge (Bridge Diode)
Dioda Bridge pada dasarnya adalah Dioda yang terdiri dari 4 dioda
normal yang umumnya digunakan sebagai penyearah gelombang penuh dalam
rangkaian Pencatu Daya (Power Supply). Dengan menggunakan Dioda Bridge
ini, kita tidak perlu lagi merangkai 4 buah dioda normal menjadi rangkaian
penyearah tegangan AC ke tegangan DC karena telah dikemas oleh produsen
menjadi 1 komponen saja. Dioda Bridge ini memiliki 4 kaki terminal yaitu 2
kaki terminal Input untuk masukan tegangan/arus bolak-balik (AC) dan 2 kaki
terminal untuk Output Positif (+) dan Output Negatif (-).
3. Dioda Zener (Zener Diode)
Dioda Zener adalah jenis dioda yang dirancang khusus untuk dapat
beroperasi di rangkaian reverse bias (bias balik). Karakteristik Dioda Zener ini
adalah dapat melewatkan arus listrik pada kondisi bias terbalik (reverse bias)
apabila tegangan mencapai titik tegangan breakdown-nya.  Namun pada
saat Forward bias (bias maju), Dioda Zener ini dapat menghantarkan arus
listrik seperti Dioda normal pada umumnya. Dioda Zener dapat memberikan
tegangan referensi yang stabil sehingga banyak digunakan sebagai pengatur
tegangan (Voltage Regulator) pada pencatu daya (Power supply).
4. Dioda LED (Light Emitting Diode)
Dioda LED atau Light Emitting Diode merupakan jenis dioda yang
dapat memancarkan cahaya monokromatik ketika diberikan tegangan maju
(Forward bias). LED ada yang berwarna merah, jingga, kuning, biru, hijau dan
putih tergantung pada panjang gelombang (wavelength)  dan jenis senyawa
semikonduktor yang digunakannya. Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat
menemukan aplikasi LED di lampu-lampu penerangan rumah maupun jalan
raya, lampu indikator peralatan elektronik dan listrik, lampu dekorasi dan
iklan serta backlight untuk TV LCD.

5. Dioda Foto (Photodiode)


Dioda Foto atau Photodiode adalah jenis Dioda yang dapat mengubah
energi cahaya menjadi arus listrik. Dioda Foto ini sering digunakan sebagai
sensor untuk mendeteksi cahaya seperti pada sensor cahaya kamera, sensor
penghitung kendaraan, scanner barcode dan peralatan medis. Dioda Foto ini
dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu Dioda Photovoltaic  yang menghasilkan
tegangan seperti sel surya dan Dioda Photoconductive yang tidak
menghasilkan tegangan dan harus diberikan sumber tegangan lain untuk
penggerak beban.
6. Dioda Laser (Laser Diode)
Dioda Laser atau Laser Diode adalah jenis dioda yang dapat
menghasilkan radiasi atau cahaya koheren yang dapat dilihat oleh mata dan
spektrum inframerah ketika dialiri arus listrik. Dioda Laser ini sering
digunakan pada perangkat audio/video seperti Player DVD dan Blueray, Laser
pointer, Scanner Barcode, Alat ukur jarak dan Printer laser. LASER pada
dasarnya adalah singkatan dari Light Amplification by Stimulated Emission of
Radiation.

7. Dioda Varactor (Varactor Diode)

Dioda Varactor atau kadang-kadang disebut juga dengan Dioda


Varicap adalah jenis dioda yang memiliki sifat kapasitas yang berubah-ubah
sesuai dengan tegangan yang diberikan. Dioda Varactor ini sering digunakan
di rangkaian-rangkaian yang berkaitan dengan frekuensi seperti osilator, TV
Tuner dan Radio Tuner. Simbol Dioda Varactor atau Dioda Varicap ini
dilambangkan dengan sebuah dioda yang ujungnya ditambahkan sebuah
kapasitor.

8. Dioda Tunnel (Tunnel Diode)

Dioda Tunnel atau Dioda Terowongan adalah jenis dioda yang mampu
beroperasi pada kecepatan yang sangat tinggi dan dapat berfungsi dengan baik
pada gelombang mikro (Microwave). Dioda Tunnel ini biasanya digunakan di
rangkaian pendeteksi frekuensi dan konverter. Dioda Tunner disebut juga
dengan Dioda Esaki.
9. Dioda Schottky (Schottky Diode)

Dioda Schottky merupakan jenis dioda dengan tegangan maju yang


lebih rendah dari dioda normal pada umumnya. Pada arus rendah, tegangan
jatuh bisa berkisar diantara 0,15V hingga 0,4V. tegangan ini lebih rendah dari
dioda normal yang terbuat dari silikon yang memerlukan 0,6V. Dioda ini
banyak digunakan pada aplikasi rectifier (penyearah), clamping dan juga
aplikasi RF.

 Prinsip Kerja Dan Cara Pengukuran

Untuk dapat memperjelas prinsip kerja Dioda dalam menghantarkan dan


menghambat aliran arus listrik, dibawah ini adalah rangkaian dasar contoh
pemasangan dan penggunaan Dioda dalam sebuah rangkaian Elektronika.
Cara Mengukur Dioda dengan Multimeter

Untuk mengetahui apakah sebuah Dioda dapat bekerja dengan baik sesuai
dengan fungsinya, maka diperlukan pengukuran terhadap Dioda tersebut dengan
menggunakan Multimeter (AVO Meter).

Cara Mengukur Dioda dengan Multimeter Analog

1. Aturkan Posisi Saklar pada Posisi OHM (Ω) x1k atau x100
2. Hubungkan Probe Merah pada Terminal Katoda (tanda gelang)
3. Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Anoda.
4. Baca hasil Pengukuran di Display Multimeter
5. Jarum pada Display Multimeter harus bergerak ke kanan
6. Balikan Probe Merah ke Terminal Anoda dan Probe Hitam pada Terminal Katoda
(tanda gelang).
7. Baca hasil Pengukuran di Display Multimeter
8. Jarum harus tidak bergerak.
**Jika Jarum bergerak, maka Dioda tersebut berkemungkinan sudah rusak.
Cara Mengukur Dioda dengan Multimeter Digital

Pada umumnya Multimeter Digital menyediakan pengukuran untuk Fungsi Dioda,


Jika tidak ada, maka kita juga dapat mengukur Dioda dengan Fungsi Ohm pada
Multimeter Digital.

Cara Mengukur Dioda dengan menggunakan Multimeter Digital


(Fungsi Ohm / Ohmmeter)
1. Aturkan Posisi Saklar pada Posisi OHM (Ω)
2. Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Katoda (tanda gelang)
3. Hubungkan Probe Merah pada Terminal Anoda.
4. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter
5. Display harus menunjukan nilai tertentu (Misalnya 0.64MOhm)
6. Balikan Probe Hitam ke Terminal Anoda dan Probe Merah ke Katoda
7. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter
8. Nilai Resistansinya adalah Infinity (tak terhingga) atau Open Circuit.
**Jika terdapat Nilai tertentu, maka Dioda tersebut berkemungkinan sudah Rusak.
Cara Mengukur Dioda dengan Multimeter Digital
(Menggunakan Fungsi Dioda)
1. Aturkan Posisi Saklar pada Posisi Dioda
2. Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Katoda (tanda gelang)
3. Hubungkan Probe Merah pada Terminal Anoda.
4. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter
5. Display harus menunjukan nilai tertentu (Misalnya 0.42 V)
6. Balikan Probe Hitam ke Terminal Anoda dan Probe Merah ke Katoda
7. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter
8. Tidak terdapat nilai tegangan pada Display Multimeter.
**Jika terdapat Nilai tertentu, maka Dioda tersebut berkemungkinan sudah Rusak.
Catatan Penting :
Hal yang perlu diperhatikan disini adalah Cara Mengukur Dioda dengan
menggunakan Multimeter Analog dan Multimeter Digital adalah terbalik. Perhatikan
Posisi Probe Merah (+) dan Probe Hitamnya (-).

Cara-cara pengukuran tersebut diatas juga dapat digunakan untuk menentukan


Terminal mana yang Katoda dan mana yang Terminal Anoda jika tanda gelang yang
tercetak di Dioda tidak dapat dilihat lagi atau terhapus (hilang).

 Pengaplikasian
Dioda biasa digunakan untuk komponen alat sebagai berikut :
a) Remote Tv
b) Televisi
c) Lampu LED
d) Sensor Cahaya
e) Radio
f) Dll
4. Transistor
 Pengertian
Transistor adalah komponen semikonduktor yang memiliki berbagai macam fungsi
seperti sebagai penguat, pengendali, penyearah, osilator, modulator dan lain
sebagainya. Transistor merupakan salah satu komponen semikonduktor yang paling
banyak ditemukan dalam rangkaian-rangkaian elektronika. Boleh dikatakan bahwa
hampir semua perangkat elektronik menggunakan Transistor untuk berbagai
kebutuhan dalam rangkaiannya. Perangkat-perangkat elektronik yang dimaksud
tersebut seperti Televisi, Komputer, Ponsel, Audio Amplifier, Audio Player, Video
Player, konsol Game, Power Supply dan lain-lainnya.
Transistor pertama kali ditemukan oleh tiga orang fisikawan yang berasal Amerika
Serikat pada akhir tahun 1947 adalah Transistor jenis Bipolar. Mereka adalah  John
Bardeen, Walter Brattain, dan William Shockley. Dengan penemuan tersebut,
perangkat-perangkat elektronik yang pada saat itu berukuran besar dapat dirancang
dalam kemasan yang lebih kecil dan portabel (dapat dibawa kemana-mana). Ketiga
fisikawan tersebut mendapatkan Hadiah Nobel Fisika pada tahun 1956 atas penemuan
Transistor ini. Namun sebelum ketiga fisikawan Amerika Serikat tersebut menemukan
Transistor Bipolar, seorang fisikawan Jerman yang bernama  Julius Edgar
Lilienfeld sudah mempatenkan Transistor jenis Field Effect Transistor di Kanada pada
tahun 1925 tetapi Julius Edgar Lilienfeld tidak pernah mempublikasikan hasil
penelitiannya baik dalam bentuk tulisan maupun perangkat prototype-nya. Pada tahun
1932, seorang inventor Jerman yang bernama Oskar Heil juga mendaftarkan paten
yang hampir sama di Eropa.

Seiring dengan perkembangannya, Transistor pada saat ini telah dirancang telah
berbagai jenis desain dengan fitur aliran arus dan pengendali yang unik. Ada jenis
Transistor yang berada dalam kondisi OFF hingga terminal Basis diberikan arus listrik
untuk dapat berubah menjadi ON sedangkan ada jenis lain yang berada dalam kondisi
ON hingga harus diberikan arus listrik pada terminal Basis untuk merubahnya
menjadi kondisi OFF. Ada juga Transistor yang membutuhkan arus kecil dan
tegangan kecil untuk mengaktifkannya namun ada yang hanya memerlukan tegangan
untuk mengoperasikannya. Ada lagi Transistor yang memerlukan tegangan positif
untuk memicu pengendalinya di terminal Basis sedangkan ada Transistor yang
memerlukan tegangan negatif sebagai pemicunya.

 Fungsi

Fungsi-fungsi Transistor diantaranya adalah :

 sebagai Penyearah,
 sebagai Penguat tegangan dan daya,
 sebagai Stabilisasi tegangan,
 sebagai Mixer,
 sebagai Osilator
 sebagai Switch (Pemutus dan Penyambung Sirkuit)
Pada dasarnya, Transistor adalah Komponen Elektronika yang terdiri dari 3
Lapisan Semikonduktor dan memiliki 3 Terminal (kaki) yaitu Terminal Emitor
yang disingkat dengan huruf “E”, Terminal Base (Basis) yang disingkat dengan
huruf “B” serta Terminal Collector/Kolektor yang disingkat dengan huruf “C”.
Berdasarkan strukturnya, Transistor sebenarnya merupakan gabungan dari
sambungan 2 dioda. Dari gabungan tersebut , Transistor kemudian dibagi menjadi
2 tipe yaitu Transistor tipe NPN dan Transistor tipe PNP yang disebut juga dengan
Transistor Bipolar. Dikatakan Bipolar karena memiliki 2 polaritas dalam
membawa arus listrik.

NPN merupakan singkatan dari Negatif-Positif-Negatif sedangkan


PNP adalah singkatan dari Positif-Negatif-Positif.
Berikut ini adalah gambar tipe Transistor berdasarkan Lapisan Semikonduktor
yang membentuknya beserta simbol Transistor NPN dan PNP.

 Jenis

Transistor dapat digolongkan menjadi dua keluarga besar yaitu Transistor Bipolar
dan Transistor Efek Medan (Field Effect Transistor). Perbedaan yang paling utama
diantara dua pengelompokkan tersebut adalah terletak pada bias Input (atau Output)
yang digunakannya. Transistor Bipolar memerlukan arus (current) untuk
mengendalikan terminal lainnya sedangkan Field Effect Transistor (FET) hanya
menggunakan tegangan saja (tidak memerlukan arus). Pada pengoperasiannya,
Transistor Bipolar memerlukan muatan pembawa (carrier) hole dan electron
sedangkan FET hanya memerlukan salah satunya.
Berikut ini adalah jenis-jenis Transistor beserta penjelasan singkatnya.

1. Transistor Bipolar (BJT)

Transistor Bipolar adalah Transistor yang struktur dan prinsip kerjanya


memerlukan perpindahan muatan pembawanya yaitu electron di kutup negatif untuk
mengisi kekurangan electon atau hole di kutub positif.   Bipolar berasal dari kata “bi”
yang artinya adalah “dua” dan kata “polar” yang artinya adalah “kutub”. Transistor
Bipolar juga sering disebut juga dengan singkatan BJT yang kepanjangannya
adalah Bipolar Junction Transistor.
Jenis-jenis Transistor Bipolar

Transistor Bipolar terdiri dari dua jenis yaitu Transistor NPN dan Transistor PNP.
Tiga Terminal Transistor ini diantaranya adalah terminal Basis, Kolektor dan Emitor.

 Transistor NPN adalah transistor bipolar yang menggunakan arus listrik kecil dan
tegangan positif pada terminal Basis untuk mengendalikan aliran arus dan tegangan
yang lebih besar dari Kolektor ke Emitor.
 Transistor PNP adalah transistor bipolar yang menggunakan arus listrik kecil dan
tegangan negatif pada terminal Basis untuk mengendalikan aliran arus dan tegangan
yang lebih besar dari Emitor ke Kolektor.

Simbol Transistor Bipolar (BJT) dapat dilihat di gambar atas.


2. Transistor Efek Medan (Field Effect Transistor)

Transistor Efek Medan atau Field Effect Transistor yang disingkat menjadi
FET ini adalah jenis Transistor yang menggunakan listrik untuk mengendalikan
konduktifitasnya. Yang dimaksud dengan Medan listrik disini adalah Tegangan listrik
yang diberikan pada terminal Gate (G) untuk mengendalikan aliran arus dan tegangan
pada terminal Drain (D) ke terminal Source (S). Transistor Efek Medan (FET) ini
sering juga disebut sebagai Transistor Unipolar karena pengoperasiannya hanya
tergantung pada salah satu muatan pembawa saja, apakah muatan pembawa tersebut
merupakan Electron maupun Hole.

Jenis-jenis Transistor Efek Medan (Field Effect Transistor)

Transistor jenis FET ini terdiri dari tiga jenis yaitu Junction Field Effect Transistor
(JFET), Metal Oxide Semikonductor Field Effect Transistor (MOSFET) dan Uni
Junction Transistor (UJT).

 JFET (Junction Field Effect Transistor) adalah Transistor Efek Medanyang


menggunakan persimpangan (junction) p-n bias terbalik sebagai isolator antara
Gerbang (Gate) dan Kanalnya. JFET terdiri dari dua jenis yaitu JFET Kanal P (p-
channel) dan JFET Kanal N (n-channel). JFET terdiri dari tiga kaki terminal yang
masing-masing terminal tersebut diberi nama Gate (G), Drain (D) dan Source (S).
 MOSFET (Metal Oxide Semiconductor Field Effect Transistor) adalah Transistor
Efek Medan yang menggunakan Isolator (biasanya menggunakan Silicon Dioksida
atau SiO2) diantara Gerbang (Gate) dan Kanalnya. MOSFET ini juga terdiri dua jenis
konfigurasi yaitu MOSFET Depletion dan MOSFET Enhancement yang masing-
masing jenis MOSFET ini juga terbagi menjadi MOSFET Kanal-P (P-channel) dan
MOSFET Kanal-N (N-channel). MOSFET terdiri dari tiga kaki terminal yaitu Gate
(G), Drain (D) dan Source (S).
 UJT (Uni Junction Transistor) adalah jenis Transistor yang digolongkan sebagai
Field Effect Transistor (FET) karena pengoperasiannya juga menggunakan medan
listrik atau tegangan sebagai pengendalinya. Berbeda dengan jenis FET lainnya, UJT
mememiliki dua terminal Basis (B1 dan B2) dan 1 terminal Emitor. UJT digunakan
khusus sebagai pengendali (switch) dan tidak dapat dipergunakan sebagai penguat
seperti jenis transistor lainnya.

 Cara Mengukur Transistor

Kita dapat menggunakan Multimeter Analog maupun Multimeter Digital


untuk mengukur ataupun menguji apakah sebuah Transistor masih dalam kondisi yang
baik. Perlu diingatkan bahwa terdapat perbedaan tata letak Polaritas (Merah dan
Hitam) Probe Multimeter Analog dan Multimeter Digital dalam mengukur/menguji
sebuah Transistor.

Berikut ini adalah Cara untuk menguji atau mengukur Transistor dengan Mengunakan
Multimeter Analog dan Multimeter Digital.
A. Mengukur Transistor dengan Multimeter Analog

Cara Mengukur Transistor PNP dengan Multimeter Analog


1. Atur Posisi Saklar pada Posisi OHM (Ω) x1k atau x10k
2. Hubungkan Probe Merah pada Terminal Basis (B) dan Probe Hitam pada
Terminal Emitor (E), Jika jarum bergerak ke kanan menunjukan nilai tertentu,
berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik
3. Pindahkan Probe Hitam pada Terminal Kolektor (C), jika jarum bergerak ke
kanan menunjukan nilai tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik.
Cara Mengukur Transistor NPN dengan Multimeter Analog
1. Atur Posisi Saklar pada Posisi OHM (Ω) x1k atau x10k
2. Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Basis (B) dan Probe Merah pada
Terminal Emitor (E), Jika jarum bergerak ke kanan menunjukan nilai tertentu,
berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik
3. Pindahkan Probe Merah pada Terminal Kolektor (C), jika jarum bergerak ke
kanan menunjukan nilai tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik.
Catatan :
Jika Tata letak Probe dibalikan dari cara yang disebutkan diatas, maka Jarum pada
Multimeter Analog harus tidak akan bergerak sama sekali atau “Open”.

B. Mengukur Transistor dengan Multimeter Digital

Pada umumnya, Multimeter Digital memiliki fungsi mengukur Dioda dan


Resistansi (Ohm) dalam Saklar yang sama. Maka untuk Multimeter Digital jenis ini,
Pengujian Multimeter adalah terbalik dengan Cara Menguji Transistor dengan
Menggunakan Multimeter Analog.

Cara Mengukur Transistor PNP dengan Multimeter Digital


1. Atur Posisi Saklar pada Posisi Dioda
2. Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Basis (B) dan Probe Merah pada
Terminal Emitor (E), Jika Display Multimeter menunjukan nilai Voltage tertentu,
berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik
3. Pindahkan Probe Merah pada Terminal Kolektor (C), jika Display Multimeter
nilai Voltage tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik.

Cara Mengukur Transistor NPN dengan Multimeter Digital

1. Atur Posisi Saklar pada Posisi Dioda


2. Hubungkan Probe Merah pada Terminal Basis (B) dan Probe Hitam pada
Terminal Emitor (E), Jika Display Multimeter menunjukan nilai Voltage tertentu,
berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik
3. Pindahkan Probe Hitam pada Terminal Kolektor (C), jika Display Multimeter
menunjukan nilai Voltage tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik.

Catatan :
Jika Tata letak Probe dibalikan dari cara yang disebutkan diatas, maka Display
Multimeter Digital harus tidak akan menunjukan Nilai Voltage atau “Open”

 Pengaplikasian
Transistor biasanya ada pada rangkaian analog dan digital. Pada rangkaian penguat
analog biasanya terdapat pada peralatan seperti soundsystem, meskipun pada jaman
modern sekarang sudah mulai mengggunakan IC seperti penguat operasional
(OPAMP).  transistor pada masa sekarang ini lebih banyak digunakan
sebagai switch  daripada sebagai penguat arus dikarenakan banyaknya IC penguat
yang sudah diproduksi. Tetapi IC penguat tersebut pun tersusun dari puluhan
hingga ribuan transistor sehingga tidak benar juga jika dikatakan sudah jarang
digunakan lagi sebagai penguat. Pada rangkaian digital transistor dirangkai
sedemikian rupa sehingga membentuk IC sehingga mampu menghasilkan jutaan
atau lebih logika on/off.
Berikut adalah contoh ala yang menggunakan komponen Transistor :
a) Amplifier
b) Sound System
c) Driver motor DC

5. A) Integrated Circuit (IC)


 Pengertian
Integrated Circuit atau disingkat dengan IC adalah komponen dasar yang
terdiri dari resistor, transistor dll. ICadalah komponen yang di pakai sebagai otak
peralatan elektronika. Integrated Circuit terbentuk dari sebuah silicon atau
semikonduktor yang memiliki sifat sebagai penghambat sekaligus penghantar arus
listrik.

 Fungsi
Integrated Circuit berfungsi berdasarkan rangkaian yg dgunakan dan tujuan
pembuatan rangkaian tersebut, secara umum IC terbagi menjadi 2 macam,
yaitu :
o IC Analog
IC analog atau IC linier, memiliki banyak berfungsi dan kegunaannya
1. Penguat sinyal (Signal Amplifier)
2. Penguat Daya (Power Amplifier)
3. Penguat Operasional (Operational Amplifier / Op Amp)
4. Penerima Frekuensi Radio (Radio Receiver)
5. Regulator Tegangan (Voltage Regulator)
6. Penguat RF dan IF (RF dan IF Amplifier)
7. Voltage Comparator
8. Multiplier
9. Penguat Sinyal Mikro (Microwafe Amplifier)
o IC Digital
IC digital biasa disebut sebagai sebuah saklar yang hanya memiliki
tegangan output tinggi dan rendah, atau dalam Bahasa biner 0 dan
fungsinya sebagai berikut :
1. Flip-flop
2. Gerbang Logika (Logic Gates)
3. Timer
4. Counter
5. Multiplecer
6. Calculator
7. Memory
8. Clock
9. Microprocessor (Mikroprosesor)
10. Microcontroller
 Aplikasi
Pengaplikasian atau kegunaan IC adalah sebagai berikut
1. Mesin hitung pada calculator
2. Komponen computer
3. Komponen mesin jam tangan
4. Rangkaian lampu berjalan atau running LED
5. Timer
6. Apmplifier
IC (Integrated circuit) merupakan Komponen Elektronika Aktif yang sensitif
terhadap pengaruh Electrostatic Discharge (ESD). Jadi, diperlukan penanganan
khusus untuk mencegah terjadinya kerusakan pada IC tersebut.
B) PCB
 Pengertian
Printed Circuit Board atau PCB adalah sebuah papan yang penuh dengan sirkuit
dari logam yang menghubungkan komponen elektronik satu sama lain tanpa kabel.
PCB terstruktur dan terdiri dari bebrapa lapisan dan dilaminasi menjadi satu
kesatuan yang disebut dengan PCB. Ada juga PCB yang berlapis satu lapisan
tembaga (Single Sided), ada juga yang dua lapisan tembaga (double sided) dan ada
juga PCB yang memiliki beberapa lapisan tembaga atau sering disebut dengan
Multipliyer PCB.
Lapisan PCB dan bahan bahan nya teridi dari berikut :
1. Substrat (Lapisan Landasan)
Lapisan dasar PCB biasanya disebut dengan Substrat. Bahan tersebut paling
umum digunakan adalah FR2 dan FR4.
FR2 (Flame Resistant 2) adalah kertas bonding resin sintetis (synthetic resin
bonded paper) yaitu bahan komposit yang terbuat dari kertas yang diresapi
dengan resin plastic formaldehida fenol (plasticized phenol formaldehyde
resine).
FR4 (Flame Resistant 4) adalah  anyaman Fiberglas yang dilapisi dengan
resin epoksi (epoxy resin). FR4 memiliki daya serap air yang rendah,
properti isolasi yang bagus serta tahan suhu panas hingga 140 derajat
celcius. Namun, PCB yang berbahan FR4 lebih mahal jika dibandingkan
dengan PCB yang berbahan FR2.
2. Tembaga (Copper)
Lapisan PCB berikutnya adalah lapisan tembaga tipis yang dilaminasi ke
lapisan substrat dengan suhu tinggi tertentu dan perekat. Tergantung pada
jenis PCB-nya, lapisan tembaga tipis ini hanya akan dilapisi pada satu sisi
substrat untuk jenis Single Sided PCB. Sedangkan Double Sided PCB
terdapat lapisan tembaga tipis di dua sisi Substrat.

3. Soldermask
Soldermask adalah lapisan diatas lapisan tembaga yang berfungsi
melindungi tembaga atau jalur konduktor dari hubungan atau kontak yang
tidak disengaja. Lapisan soldermask ini hanya terdapat pada bagian-bagian
PCB yang tidak disolder, sedangkan bagian yang akan disolder tidak
ditutupi oleh lapisan soldermask. Lapisan soldermask ini juga dapat
membantu para pengguna PCB untuk menyolder tepat pada tempatnya
sehingga mencegah solder short (hubung singkat solder). Lapisan
soldermask ini biasanya berwarna hijau, namun ada juga yang berwarna lain
seperti warna biru dan merah.
4. Silkscreen
Silkscreen adalah lapisan silkscreen yang biasanya berwarna putih atau
hitam. Silkscreen merupakan cetakan huruf, angka dan simbol pada PCB.
Silkscreen ini berfungsi sebagai tanda atau indikator untuk komponen-
komponen elektronika pada PCB sehingga mempermudah orang dalam
merakitnya.

 Jenis-Jenis
Printed Circuit Breaker umumnya di golongkan menjadi 2 bagian, yaitu :
A. Printed Circuit Breaker berdasarkan jumlah lapisan nya.
Berdasarkan jumlah lapisannya, PCB dapat dibagi menjadi Single Sided
PCB, Double Sided PCB dan Multilayer PCB. Berikut ini adalah jenis-
jenis PCB berdasarkan jumlah lapisannya.
a) Single Sided PCB
Adalah jenis PCB yang hanya terdiri dari satu lapisan tembaga
yang tertempel di satu sisi substrat. PCB jenis ini biasanya
digunakan pada rangkaian elektronik yang sederhana dan biaya
produksinya juga relative lebih murah.

b) Double Sided PCB


Adalah PCB yang terdiri dari dua lapisan tembaga. Lapisan
tembaga tersebut tertempel di kedua sisi substrat. Lubang pada
PCB double sided berfungsi sebagai jalur penghubung antar satu
lapisan tembaga di satu sisi dengan lapisan tembaga di sisi lain.
c) Multilayer PCB
Adalah PCB yang terdiri dari beberapa lapisan substrat dan lapisan
tembaga yang dipisahkan oleh lapisan insulator. PCB Multilayer
biasa digunakan pada rangkaian elektronok yang kompleks. Terdiri
dari 4 lapisan, 6lapisan, 8 lapisan, 10 lapisan hingga 16 lapisan.

B. Printed Circuit Breaker berdasarkan Fleksibilitasnya.


a) Rigid PCB
Rigid PCB adalah Papan Rangkaian Cetak yang Kaku dan tidak
dapat dilipat atau tidak Fleksibel. Rigid PCB terbuat dari bahan
substrat yang padat dan kaku seperti fiberglass sehingga memang
sengaja dibuat untuk tidak dapat dilipat atau dibengkokkan.
b) Flexible PCB
Flexible PCB adalah PCB yang substrat-nya terbuat dari bahan
plastik yang fleksibel. Bahan dasar ini memungkinkan PCB
dibengkokkan tanpa merusak rangkaian yang ada pada PCB
tersebut.
c) Rigid-Flexible PCB
Flexible PCB adalah PCB yang substrat-nya terbuat dari bahan
plastik yang fleksibel. Bahan dasar ini memungkinkan PCB
dibengkokkan tanpa merusak rangkaian yang ada pada PCB
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai