Anda di halaman 1dari 39

KOMPONEN ELEKTEONIKA

Ada dua macam komponen elektronika, yaitu komponen elektronika pasif dan komponen

elektronika aktif. Contoh komponen elektronika pasif adalah resistor (R), Kapasitor (C), dan

Induktor (L). Transistor, diode, IC, relay merupakan contoh komponen elektronika aktif.

Transistoro dapat berfungsi kalau diberi tegangan atau arus dari catu daya. Jika catu daya

tak dihubungkan, maka transistor tidak akan bekerja. Komponen yang bekerjanya memerlukan

catu daya dari luar disebut dengan komponen elektronika aktif.

Suatu resistor dapat berfungsi memberikan hambatan tanpa adanya catu daya, itu lah

kenapa resistor termasuk komponen elektronika pasif. Komponen elektronika yang dapat bekerja

tanpa catu daya disebut dengan komponen elektronika pasif.

Modul Elektronika Dasar – Mekatronika SMK Negeri 3 Sekayu


1
Resistor
Resistor adalah komponen elektronika yang berfungsi untuk menghambat arus listrik.
Resistor juga sering disebut dengan nama tahanan atau hambatan. Sesuai dengan namanya
resistor memiliki sifat resistif yaitu bersifat menghambat arus listrik. Satuan nilai resistif suatu
resistor adalah Ohm atau dilambangkan dengan simbol Omega (  ). Resistor merupakan
komponen yang tidak berpolaritas, artinya dalam pemasangannya tidak perlu memperhatikan
polaritas (+) atau (-) nya.
Berdasar karakteristik nilainya resistor dibagi menjadi 2 tipe yaitu:
1. Resistor Tetap (Fixed Resistor)
Yaitu resistor yang memiliki nilai tetap (tidak berubah-ubah). Nilai resistansi resistor
tetap mulai dari orde mikro-Ohm sampai dengan orde mega-Ohm. Resistor tetap biasanya
terbuat dari bahan karbon, namun ada juga yang terbuat dari lilitan kawat.

Gambar 1. Simbol Resistor tetap

Gambar 2. Bentuk Fisik Resistor Tetap

a. Resistor Tetap dari bahan Karbon


Resistor karbon terbuat dari serbuk karbon graphit yang dicampur dengan
bahan isolator (serbuk), dimana presentase dari campuran kedua behan tersebut
tergantung pada besarnya resistansi yang dikehendaki. Dalam hal ini, lebih banyak
kandungan karbonnya, maka lebih rendah resistansi yang dihasilkan. Bahan
pembungkus resistor karbon terbuat dari plastik.
Bahan karbon biasanya digunakan pada resistor dengan daya rendah dibawah 2
Watt. Sebagian besar peralatan elektronika menggunkan resistor karbon dengan
batasan daya sekitar 1 Watt, karena ukuran resistor lebih kecil dan harganya lebih
murah dibandingkan dengan resistor lilitan.

Gambar 3. Konstruksi Resistor karbon


b. Resistor bahan Lapisan
Resistor lapisan adalah resistor yang elemennya terbuat dari lapisan bahan
tertentu yang diselubungkan pada permukaan batang keramik atau kaca. Bahan

Modul Elektronika Dasar – Mekatronika SMK Negeri 3 Sekayu


2
lapisan ini bisa berupa serbuk karbon atau logam yang lain. Lapisan tersebut bisa
dibentuk dengan cara penyemprotan, pengembunan, dan lain sebagainya, tergantung
dari jenis bahannya. Ketebalan dari lapisan inilah yang mempengaruhi nilai
resistansinya. Pada kedua ujung resistor ini diberi tutup logam dan kawat
penyambung yang terbuat dari tembaga lapis timah sebagai kaki resistor.
Resistor lapisan karbon dibuat dengan nilai resistansi mulai dari 1  hingga
1M, dengan batasan daya relatif kecil mulai dari 1/8 Watt hingga 2 Watt. Resistor ini
mempunyai kestabilan terhadap temperatur yang lebih baik disbanding dengan
resistor yang terbuat dari karbon padat.
Resistor lapisan logam mempunyai elemen yang terbuat dari kaca dan dilapisi
dengan bahan penghantas logam. Karenanya, nilai resistansinya lebih akurat
dibanding dengan resistor lapis karbon.
Resistor dari lapisan logam biasanya digunakan dalam sistem atau peralatan
elektronika yang memerlukan kehandalan yang baik, stabilitas yang baik, dan umur
yang panjang dalam keadaan digunakan. Resistor jenis ini dibuat dengan nilai
resistansi mulai dari 1  hingga 1 M dengan batasan daya mulai 1/6 Watt hingga 6
Watt.

Gambar 4. Struktur Resistor Lapisan

c. Resistor dari Lilitan Kawat


Resistor dari lilitan umumnya digunakan pada resistor dengan daya tinggi mulai
dari 5 watt sampai ratusan watt. Secara umum, semakin besar bentuk fisik suatu
resistor maka semakin besar kemampuan dayanya. Resistor lilitan bila dibandingkan
dengan resistor karbon, yaitu memiliki toleransinya lebih rendah (lebih baik),
mempunyai nilai resistansi yang lebih besar, memiliki kemampuan daya lebih tinggi,
ukurannya juga lebih besar.
Lilitan pada resistor ini biasanya terbuat dari bahan campuran nikel dengan
logam lain seperti Manganin dan Konstantan. Bahan pembungkus (isolator) resistor
lilitan biasanya terbuat dari porselin, semen, phenolik, dan kertas press.
Resistor lilitan banyak digunakan untuk keperluan peralatan elektronika yang
membutuhkan resistansi tinggi dan akurasi tinggi seperti pada alat ukur listrik.

Modul Elektronika Dasar – Mekatronika SMK Negeri 3 Sekayu


3
Gambar 5. Struktur Resistor Lilitan

d. Resistor Terpadu (R-Pack)


R-Pack adalah suatu paket resistor yang didalamnya terdapat sejumlah resistor.
Resistor jenis ini dibuat dengan maksud mengurangi jumlah elemen dalam suatu
rangkaian elektronika, menurunkan kebutuhan tenaga kerja, dan meningkatkan
kemampatan integrasi rangkaian.
Resistor terpadu dibuat dalam dua jenis, yaitu SIP (Single in-line Package) yaitu
resistor dengan kaki 1 baris, dan DIP (Dual in-line Package) yaitu resistor dengan
kaki 2 baris. Pada umumnya jenis SIP lebih sering digunakan dibanding dengan jenis
DIP. Resistor jenis ini biasanya dibuat dengan nilai resistansi sampai dengan 500K
dengan batasan daya mulai dari 125mW hingga 200mW.

Gambar 6. Resistor Terpadu (R-Pack)


2. Resistor tidak Tetap (Variable resistor)
Sesuai dengan namanya resistor jenis ini memiliki nilai resistansi yang dapat berubah-
ubah. Perubahan nilai resistansi suatu variable resistor tergantung dari jenisnya.
Jenis-jenis Variable Resistor:
a. Potensiometer dan Trimpot
Variable Resistor jenis ini akan mengalami perubahan nilai resistansi apabila
tangkaianya diputar atau digeser. Potensiometer dan Trimpot memiliki nilai
bervariasi mulai dari puluhan Ohm sampai dengan jutaan Ohm. Misalnya sebuah
Potensiometer dengan nilai 100  maka nilai Potensio tersebut dapat diatur dari 0 
sampai dengan maksimal 100 .

Gambar 7. Simbol (kiri) dan Bentuk fisik Potensiometer & Trimpot (kanan)
Modul Elektronika Dasar – Mekatronika SMK Negeri 3 Sekayu
4
Potensiometer dan Trimpot memiliki 3 kaki. Kaki bagian luar (samping)
merupakan kaki dengan nilai resistansi tetap. Misalnya Potensiometer 100 , maka
nilai resistansi antara kedua kakia tersebut pasti 100 . Sedangkan kaki bagian
tengah (tanda panah) merupakan kaki dengan nilai yang dapat berubah-ubah.

Gambar 8. Ilustrasi Prinsip Kerja Potensiometer/Trimpot

Untuk keperluan Audio-Video juga digunakan Potensiometer dengan 6 kaki yang


disebut dengan Potensiometer Stereo. Prinsip kerja Potensiometer Stereo adalah dua
buah Potensiometer biasa (kaki 3) yang tuas putar/gesernya dijadikan satu, dengan
keta lain dua buah potensiometer yang bekerja secara paralel/bersama-sama.

b. Light Dependent Resistor (LDR) – Resistor Peka Cahaya


Sesuai dengan namanya, LDR memiliki nilai resistansi yang dapat berubah-ubah
tergantung dari cahaya yang diterima. Semakin kuat intensitas cahaya yang diterima
LDR maka semakin kecil nilai resistansi LDR. LDR banyak digunakan sebagai sensor
cahaya.

Gambar 9. Simbol (Kiri) dan Bentuk Fisik LDR & karakteristik LDR (kanan)

c. Termistor
Termistor adalah salah satu jenis resistor yang mempunyai koefisien
temperature () yang sangat tinggi. Fungsi utama komponen ini dalam suatu
rangkaian elektronik adalah untuk mengubah nilai resistansi karena adanya
perubahan temperature dalam rangkaian tersebut. Dengan demikian dapat
difungsikan sebagai sensor suhu.
Termistor dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
1) Termistor NTC ( Negative Temperature Coefficient )
Yaitu termistor yang mempunyai koefisien temperature () negatif, dengan
kata lain semakin rendah suhu ( temperature ) semakin tinggi nilai
resistansi (linier). Pada umumnya, bila kita menyebut kata termistor, maka
termistor tersebut adalah termistor NTC. Termistor NTC banyak digunakan
untuk sensor dan regulator.

Modul Elektronika Dasar – Mekatronika SMK Negeri 3 Sekayu


5
Gambar 10. Simbol (kiri) dan Bentuk Fisik NTC (kanan)
2) Termistor PTC ( Positive Temperature Coefficient )
Sebagaimana telah dijelaskan, termistor PCT merupakan resistor dengan
koefisien temperatur positif yang sangat tinggi. Secara prinsip karateristik PCT
berbanding terbalik dengan NTC, yaitu pada PCT semakin tinggi koefisien suhu
maka semakin tinggi nilai resistansi (namun tidak linier). Termistor PTC,
yang resistansinya berubah secara drastis dalam interval temperatur tertentu,
khususnya digunakan sebagai pendeteksi harga ambang-batas (threshold
detector). Namun termistor PTC berbeda dengan termistor NTC antara lain
seperti berikut:
a) Koefisien temperatur dari PTC bernilai positif hanyay dalam interval
temperatur tertentu, sehingga di luar interval tersebut, koefisien
temperaturnya bisa bernilai nol atau negative.
b) Pada umumnya, harga mutlak dari koefisien temperatur dari termistor PTC
jauh lebih besar dari pada termistor NTC.

Gambar 11. Simbol (kiri) dan Bentuk Fisik PTC (kanan)


3) Termistor CTR ( Critical Temperature Resistance )
Termistor CTR merupakan resistor yang mempunyai koefisien temperatur
() negative yang sangat tinggi. Penurunan resistansi yang drastis karena adanya
pengaruh suhu tersebut terjadi pada transisi logam-semikonduktor dan berubah-
ubah.

Gambar 12. Kurva karakteristik PTC, NCT dan CTR

Modul Elektronika Dasar – Mekatronika SMK Negeri 3 Sekayu


6
d. Voltage Dependent Resistor (VDR) dan Varistor
Varistor dan VDR (resistor yang peka terhadap perubahan tegangan) adalah
komponen yang nilai resistansinya berubah-ubah karena adanya perubahan tegangan
yang digunakan.
VDR, utamanya digunakan untuk melindungi rangkaian elektronik karena adanya
tegangan lebih. Sebagai contoh, dalam sebuah tape recorder, induksi dari lilitan
motornya dapat menghasilkan tegangan lebih yang cukup berbahaya yang dapat
merusak rangkaian elektronika didekatnya pada saat tegangan dimatikan. Untuk
pengamanan ini, biasanya digunakan VDR yang dipasang paralel dengan motor
tersebut.

Gambar 13. Karakteristik Tagangan-Tahanan VDR (kiri) dan simbol VDR (Kanan)

Gambar 14. Karakteristik arus terhadap tegangan pada VDR

PEMBACAAN NILAI RESISTOR


Nilai resistor dapat diketahui dengan membaca kode yang terdapat pada resistor tersebut.
Kode yang digunakan yaitu:
1. Kode Alphanumeric
Kode tertulis pada badan resistor tersebut. Selain menunjukkan nilai resistansi, kode
juga menunjukkan nilai kemampuan daya dan toleransi. Kemampuan daya tertulis langsung
dalam satuan Watt (W), Nilai resistansi biasanya diimbuhi dengan beberapa kode huruf
yang menunjukkan faktor pengali, dan Toleransi juga diberi kode huruf dengan nilai ± ( ….)
%.

Tabel 1. Kode Resistansi dan Kode Toleransi - Alphanumeric

Kode Resistansi Kode Toleransi


R x1 F ±1%
K x 1.000 G ±2%
M x 1.000.000 J ±5%
Modul Elektronika Dasar – Mekatronika SMK Negeri 3 Sekayu
7
- - K ± 10 %
- - M ± 20 %

Gambar 15. Contoh Resistor dengan kode Alphanumeric


Contoh :
1. Jelaskan maksud kode Alphanumeric sebuah resistor dengan kode 5W 22 R J !
Jawab : - Kode kemampuan daya  5 W = 5 Watt
- Kode resistansi  22R = 22 
- Kode toleransi J = ±5%
2. Jelaskan maksud kode Alphanumeric sebuah resistor dengan kode 10W 1R5 K !
Jawab : - Kode kemampuan daya  10 W = 10 Watt
- Kode resistansi  1R5 = 1,5 
- Kode toleransi K = ± 10 %
3. Jelaskan maksud kode Alphanumeric sebuah resistor dengan kode 2W 2 K F !
Jawab : - Kode kemampuan daya  2 W = 2 Watt
- Kode resistansi  2K = 2.000 
- Kode toleransi F = ±1%

2. Kode Gelang Warna


Kode warna pada resistor tetap dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu 4 gelang warna, 5
gelang warna, dan 6 gelang warna. Hal pertama dalam membaca kode warna resistor adah
menentukan gelang pertama dan gelang terakhir. Gelang tarkhir merupakan gelang yang
memiliki jarak yang lebih lebar terhadap gelang lain. Pembacaan kode gelang warna
perhatikan tabel gelang warna pada gambar dibawah.
Contoh :
1. Berapaha nilai resistor dengan kode warna : Jingga, Jingga, hitam, Emas?
Jawab : 1 st Ring 2 nd Ring 3 rd Ring 4 th Ring
Jingga Jingga Hitam Emas
3 3 x1 ±5%
Jadi Nilai Resistor tersebut adalah = 33  ± 5 %

2. Berapaha nilai resistor dengan kode warna : Cokelat, Hitam, Merah, Perak?
Jawab : 1 st Ring 2 nd Ring 3 rd Ring 4 th Ring
Cokelat Hitam Merah Perak
1 0 x 100 ± 10 %
Jadi Nilai Resistor tersebut adalah = 1.000  ± 10 %

Modul Elektronika Dasar – Mekatronika SMK Negeri 3 Sekayu


8
Gambar 16. Kode Warna Resistor

Modul Elektronika Dasar – Mekatronika SMK Negeri 3 Sekayu


9
Latihan Soal
Materi : Resistor
1. Apakah fungsi resistor ?
2. Resistor dengan nilai 1 K setara dengan ………. ?
3. Resistor dengan nilai 5K6  setara dengan ………. ?
4. Resistor dengan nilai 1M setara dengan ……………….. ?
5. Semakin besar ukuran fisik sebuah resistor maka semakin ………….. daya resistor.
6. Berdasarkan nilai resistansinya resistor dibedakan menjadi 2 yaitu?
7. Gambarkan simbol resistor tetap!
8. Gambarkan simbol resistor variabel!
9. Tuliskan contoh resistor tetap!
10. Resistor dengan bahan apa yang biasa digunakan untuk daya lebih dari 5 Watt?
11. Apakah kelebihan resistor lilitan dibanding dengan jenis resistor yang lain?
12. Jelaskan pengertian Resistor Terpadu?
13. Apakah tujuan pembuatan resistor terpadu?
14. Apa yang dimaksud dengan SIP dan DIP?
15. Gambarkan susunan struktur R-Pack DIP 14 pin 13 resistor!
16. Gambarkan susunan struktur R-Pack SIP 9 pin 8 resistor!
17. Tuliskan macam-macam resistor tidak tetap (variable resistor) !
18. Gambarkan simbol variable resistor!
19. Jelaskan prinsip kerja potensiometer/trimpot!
20. Apakah yang dimaksud dengan potensiometer stereo?
21. Jelaskan karakteristik LDR!
22. Gambarkan simbol PTC, NTC dan VDR!
23. Gambarkan grafik hubungan antara temperature dan resistansi pada PTC!
24. Jelaskan karakteristiak NTC dan sebutkan contoh penggunaannya !
25. Jelaskan maksud kode Alphanumeric sebuah resistor dengan kode 5W 2K J !
26. Jelaskan maksud kode Alphanumeric sebuah resistor dengan kode 2W 1K5 M !
27. Berapaha nilai resistor dengan kode warna : Merah, Ungu, Hitam, Emas?
28. Berapaha nilai resistor dengan kode warna : Hijau, Biru, Cokelat, Perak?
29. Berapaha nilai resistor dengan kode warna : Cokelat, Hujai, Hitam, Merah, Cokelat?
30. Berapaha nilai resistor dengan kode warna : Biru, Abu-abu, Hitam, Emas, Hijau?

Modul Elektronika Dasar – Mekatronika SMK Negeri 3 Sekayu


10
KAPASITOR
Kapasitor merupakan komponen elektronika pasif yang memiliki kemampuan untuk
menyimpan energi listrik. Kemampuan kapasitor untuk menyimpan energi listrik disebut
dengan Kapasitansi dengan satuan Farad (F). Kapasitor juga sering disebut dengan
kondensator yang memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Menyimpan muatan listik sementara
2. Penapisan frequensi
3. Penalaan (tunning) frequensi
4. Pembentukan gelombang
5. Pengopelan (kopling) dari satu rangkaian ke rangkaian lain
Dalam sebuah kapasitor terdapat hubungan :
Ketarangan :
C = Kapasitansi ...................................... (Farad)
Q = Muatan Listrik Tersimpan ......... (Coloumb)
V = Tegangan .......................................... (Volt)

Kapasitor dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu:Kapasitor variable: Kapasitor


yang dapat diubah nilai kapasitansinya. Contoh kapasitor variable adalah VARCO (variable
condensator) dan kapasitor trimmer. Kapasitor Tetap : Kapasitor yang nilai kapasitansinya
tetap / tidak dapat diubah-ubah. Contoh kapasitor tetap adalah kapasitor mika, kapasitor kertas,
kapasitor keramik, kapasitor tantalum, elektrolit kondensator (ELKO), dan lain sebagainya.
Kapasitor variable banyak digunakan untuk tunning pada radio penerima AM atau FM.
Sedangkan kapasitor tetap digunakan sebagai filter untuk mencegah mengalirnya sinyal DC
dalam suatu rangkaian bila hanya diperlukan sinyal AC saja.

Gambar 17. Simbol Kapasitor tetap (kiri) dan kapasitor variable (kanan)

Gambar 18. Kapasitor tetap (kiri) dan kapasitor variable (kanan)


A. Stuktur Kapasitor
Kapasitor dibuat dari dua keping penghantar atau plat yang disusun sejajar dan dipisahkan
oleh suaatu bahan dielektrikum / isolator. Agar suatu kapasitor bisa memberikan nilai
kapasitansi yang besar, maka luas permukaan plat/keping kapasitor harus besar, dan ketebalan
dielektrikumnya harus tipis. Agar kapasitor yang memiliki kapasitansi yang besar namun
memiliki ukuran yang kecil maka pabrik membuat kapasitor dengan cara membuat lempeng dan
dielektrikum yang tipis dan dibuat memanjang kemudian digulung menjadi satu .

Modul Elektronika Dasar – Mekatronika SMK Negeri 3 Sekayu


11
Gambar 19. Struktur Kapsitor
Karakteristik dari kapasitor juga mempunyai kecenderungan untuk tergantung pada jenis
bahan dielektrikum yang digunakan karena setiap bahan memiliki nilia permitivitas yang
berbeda. Semakin besar nilai permitivitas dalam bahan dielektrikum yang digunakan maka
semakin memungkinkan kapasitor mempunyai nilai kapasitansi yang besar.
Tabel 2. Klasifikasi bahan dielektrikum

Bahan Dielektrikum Permetivitas


keramik 7 – 50.000
Mika (mika perak) 4–6
Kertas (dilapisi lilin) 4
Polypropylene 2,25
Polykarbonat 2,8
Polystrene 2,4
Polyester 3,3
Elektrolit dari oksida alumunium 7–9
Elektrolit dari oksida tantalum 27

B. Jenis-jenis Kapasitor
1. Kapasitor Elektrolit (ELCO)

Gambar 20. Simbol Elko (kiri) dan Bentuk Fisik Elko (kanan)
Ciri – ciri :
 Memiliki polaritas positif (+) dan negative (-)
 Cara menentukan polaritas kaki Elko yaitu kaki yang panjang adalah kaki positif
(+) atau kaki yang berada dibawah tanda panah adalah kaki negative (-).
 Salah satu fungsinya adalah untuk filter pada penyearah.
Modul Elektronika Dasar – Mekatronika SMK Negeri 3 Sekayu
12
 Kerusakan yang sering terjadi adalah konslet, kering, bocor, dan meletus.
 Nilai kapasitansinya tertulis pada body, kapasitansinya dinyatakan dalam F dan
tegangan kerja tertentu yang tidak boleh dilampaui.
Contoh :
Sebuah kapasitor Elko tertulis 2200F / 25 V, artinya kapasitor Elko tersebut
memiliki nilai kapasitansi sebesar 2200 dengan tegangan kerja maksimal yang
diperbolehkan adalah 25 V.

2. Kapasitor tantalum

Gambar 21. Simbol (kiri) dan bentuk fisik (kanan)kapasitor tantalum


Ciri – ciri :
 Memiliki polaritas positif (+) dan negatif (-)
 Berfungsi sama seperti dengan Elko
 Nilai kapasitansinya dinyatakan dalam F
 Memiliki unsur logam yang kuat

3. Kapasitor Keramik

Gambar 22. Simbol (kiri) dan bentuk fisik (kanan)kapasitor keramik


Ciri – ciri :
 Tidak memiliki polaritas, pemasangannnya kakinya bebas
 Tegangan kerjanya mulai dari 25, 50, 100, 150, 200, 400 sampai ribuan volt.
 Nilai kapasitansinya dinyatakan dalam pF
 Nilai kapasitansinya tertulis dalam body dalam bentuk kode Alphanumerik.
Contoh :
 103 J = 10 x 10³ = 10.000pF ± 5 %
atau
103 J = 10 (+) 000 = 10.000pF ± 5 %

 22 K = 22 = 22 pF ± 10 %

 332 M = 33 x 10² = 3.300pF ± 20 %


atau
332 M = 33 (+) 00 = 3.300pF ± 20 %
Gambar 23. Kode Kapasitor

Tabel 3. Tabel kode Alphanumerik kapasitor


Kode Angka pertama Angka kedua Angka ketiga Kode huruf

Modul Elektronika Dasar – Mekatronika SMK Negeri 3 Sekayu


13
angka (nilai puluhan) (nilai satuan) (Faktor pengali) (Toleransi/%)
0 - 0 1 B = 1,5 %
1 1 1 10 C = 2,2 %
2 2 2 102 D = 3,3 %
3 3 3 103 F=1%
4 4 4 104 G=2%
5 5 5 105 H=3%
6 6 6 106 J =5%
7 7 7 107 K = 10 %
8 8 8 108 M = 20 %
9 9 9 109

4. Kapasitor Polyester

Gambar 24. Kapasitor Polyester dengan kode Warna


Ciri – ciri :
 Tidak memiliki polaritas, pemasangannnya kakinya bebas.
 Berbentuk persegi / balok.
 Kapasitansi dalam orde nF.
 Menggunakan kode warna untuk untuk menentukan nilai kapasitansinya.

Tabel 4. Kode warna kapasitor

Cincin 1 Cincin 2 Cincin 3 Cincin 4 Cincin 5


Warna Faktor
Puluhan Satuan Toleransi Tegangan
kali
Hitam - 0 1 pF 20 % -
Cokelat 1 1 10 pF - 100 V
Merah 2 2 102 pF - 250 V
3
Jingga 3 3 10 pF - -
Kuning 4 4 104 pF - 400 V
5
Hijau 5 5 10 pF - -
Biru 6 6 106 pF - 630 V
Ungu 7 7 - - -
Abu-abu 8 8 - - -
Putih 9 9 - 10 % -
Contoh:
1) Berapakan nilai kapasitor dengan kode warna Cokelat, hitam, hitam, hitam,
kuning?
Jawab: Cokelat hitam hitam hitam kuning
1 0 x 1pF 20% 400 V
Jadi nilai kapasitansi kapasitor tersebut =
10pF ± 20 %, 400V
2) Berapakan nilai kapasitor dengan kode warna Hijau, Biru, Jingga, Putih, Merah?
Jawab: Hijau Biru Jingga Putih Merah

Modul Elektronika Dasar – Mekatronika SMK Negeri 3 Sekayu


14
5 6 x 103 pF 10% 250 V
Jadi nilai kapasitansi kapasitor tersebut =
56.000pF ± 10 %, 250V
5. Kapasitor Film

Gambar 25. Simbol (kiri atas) dan bentuk fisik (kanan)kapasitor film
Ciri – ciri :
 Tidak memiliki polaritas, pemasangannnya kakinya bebas.
 Tegangan kerjanya sangat tinggi.
 Nilai kapasitansinya dalam orde F.
 Nilai kapasitansinya tertulis dalam body dalam bentuk kode Alphanumerik atau
kode warna.
 Banyak digunakan pada lampu blitz kamera.

6. Variabel Kapasitor (VARCO)

Gambar 26. Simbol (kiri ) dan bentuk fisik (kanan)kapasitor Variabel Kapasitor (logam)
Ciri – ciri :
 Nilai kapasitansinya dapat diubah-ubah.
 Berfungsi sebagai tunning pada pemancar atau penerima radio.
 Bahan dielektrikumnnya antara lain yaitu udara, logam, plastic, dan keramik.
 Kapasitansi Varco logam antara 200pF – 1000 pF
 Kapasitansi Varco plastik antara 100pF – 350 pF
 Kapasitansi Varco plastic jenis trimmer antara 20pF – 100 pF
 Kapasitansi Varco keramik antara 1,5pF – 1100 pF
 Varco logam digunakan pada tunning tegangan tinggi seperti pada pemancar radio
atau televise.
 Varco keramik banyak digunakan pada tunning tegangan tinggi seperti pada
pemancar radio atau televise, pesawat terbang, dan radar pesawat.
C. Pengujian Kapasitor
1. Pengujian Elko
a. Siapkan multimeter analog pada fungsi Ohmmeter dan sudah dalam keadaan
terkalibrasi.
b. Kosongkan muatan listrik pada kapasitor dengan cara menghubung singkatkan kedua
kaki kapasitor.
c. Hubungkan probe hitam multimeter dengan kaki positif kapasitor dan probe merah
multimeter dengan kaki negative kapasitor.
d. Apabila jarum multimeter menyimpang kekanan dan kembali menyimpang kekiri
maka kapasitor masih dalam kondisi baik.

Modul Elektronika Dasar – Mekatronika SMK Negeri 3 Sekayu


15
e. Apabila jarum multimeter menyimpang kekanan dan kembali lagi ke kiri tetapi tidak
penuh (tidak maksimal sampai kiri) maka kapasitor dalam keadaan aus (kurang
baik).
f. Apabila jarum multimeter menyimpang kekanan dan tidak kembali lagi maka
kapasitor dalam keadaan bocor (rusak).
g. Apabila jarum multimeter tidak menyimpang kekanan sama sekali maka kapasitor
dalam keadaan putus (rusak).

Gambar 27. Pengujian Elko


2. Pengujian Varco
Langkah-langkah pengujian Varco berbeda dengan pengujian pada Elko. Pengujian
Varco hanya mencari tahu apakah Varco dalam keadaan hubung singkat atau tidak. Varco
yang baik adalah Varco yang tidak terhubung singkat diantara kedua kakinya.
a. Siapkan multimeter analog pada fungsi Ohmmeter dan sudah dalam keadaan
terkalibrasi.
b. Pasangkan probe pada kaki-kaki Varco. Pemasangan tidak perlu memperhatikan
polaritas ( + / - ) karena Varco tidak berpolaritas.
c. Dalam kondisi probe tetaap terpasang pada kaki Varco, putar tangkai Varco
menggunakan obeng.
d. Apabila jarum multimeter menyimpang maka Varco dinyatakan dalam kondisi rusak
karena terjadi hubung singkat diantara kedua kakinya.
e. Sebaliknya apabila jarum multimeter tidak menyimpang sama sekali berartri Varco
dalam kondisi baik.

Modul Elektronika Dasar – Mekatronika SMK Negeri 3 Sekayu


16
Latihan Soal
Materi : Kapasitor
1. Apakah satuan kapasitansi ?
2. Apakah fungsi kapasitor?
3. Kapasitor dengan nilai 1000 F setara dengan ………… F
4. Sebuah kapasitor 1000 F bekerja pada tegangan 100 volt, berapakah muatan listrik yang
dapat tersimpan pada kapasitor tersebut?
5. Tuliskan hal-hal yag mempengaruhi besar kecilnya kapasitansi kapasitor!
6. Apakah yang dimaksud dengan kapasitor tetap dan kapasitor variabel?
7. Gambarkan simbol kapasitor tidak tetap!
8. Jelaskan struktur pembentuk kapasitor!
9. Apa yang dimaksud dengan baha dielektrikum pada kapasitor?
10. Tuliskan bahan-bahab dielektrikum yang sering digunakan pada kapasitor!
11. Tuliskan jenis-jenis kapasitor tetap!
12. Gambarkan simbol Kapasitor Elektrolit (Elko)!
13. Bagaimana cara menentukan polaritas kaki Elko?
14. Sebuah kapasitor Elko tertulis kode 160F / 10 V, apakah maksud kode tersebut?
15. Apakah perbedaan antar Elko dengan Kapasitor Keramik?
16. Sebuah Kapasitor Keramik dengan kode 33 K, apakah maksud kode tersebut?
17. Sebuah Kapasitor Keramik dengan kode 302 J, apakah maksud kode tersebut?
18. Sebuah Kapasitor Keramik dengan kode 104 F, apakah maksud kode tersebut?
19. Berapakan nilai kapasitor dengan kode warna Merah, Hijau, Hitam, Hitam, Cokelat?
20. Berapakan nilai kapasitor dengan kode warna Kuning, Ungu, Merah, Putih, Cokelat?
21. Tuliskan jenis-jenis Varco berdasarkan bahan dielektrikumnya!
22. Penggunaan Varco umumnya adalah untuk bidang?
23. Jenis Varco apa yang biasa digunakan untuk tunning pemancar radio?
24. Varco Keramik memiliki nilai kapasitansi?
25. Alat apa yang digunakan untuk menguji kapasitor?
26. Bagaimana cara penyambungan probe multimeter pada saat melakukan pengujian Elko?
27. Elko bisa dikatakan baik apabila?
28. Elko bisa dikatakan bocor apabila?
29. Apakah perbedaan pengujian Elko dengan pengujian Varco?
30. Dalam kondisi seperti apa Varco dikatakan rusak?

Modul Elektronika Dasar – Mekatronika SMK Negeri 3 Sekayu


17
INDUKTOR
Induktor adalah salah satu komponen elektronika pasif yang terbuat dari kawat penghantar
yang dililitkan pada suatu media (inti) tertentu yang memiliki sifat induktansi. Inti yang dimaksud
antara lain udara, kertas, beri, ferrit, dan lain sebagainya. Induktor biasa juga disebut dengan lilian,
Spull dan Coil. Induktor diberi simbol huruf “L” dengan satuan induktansi yaitu Henry (H).
Induktor mempunyai berbagai macam kegunaan dalam rangkaian elektronik, antara lain
digunakan untuk filter gelombang, penyimpan energi listrik, diferensiator, integrator, pembentuk
pulsa, pembatas arus listrik, dan digunakan pada rangkaian tunning frequensi. Pada perangkat
daya, induktor biasa digunakan sebagai filter untuk memperkecil tegangan ripple yang timbul pada
output dari rangkaian penyearah.

A. Macam-Macam Induktor
1. Induktor inti udara

Gambar 28. Simbol Induktor (kiri) dan Bentuk fisik induktor inti udara (kanan)
2. Induktor inti besi

Gambar 29. Simbol (kiri) dan Bentuk fisik induktor inti besi (kanan)
3. Induktor inti ferrit

Gambar 30. Simbol (kiri) dan Contoh bentuk fisik induktor inti Ferrit / trafo (kanan)

4. Variabel Induktor

Modul Elektronika Dasar – Mekatronika SMK Negeri 3 Sekayu


18
Gambar 31. Simbol (kiri) dan bentuk fisik variabel induktor (kanan)

Latihan Soal
Materi : Induktor
1. Apakah satuan induktansi ?
2. Apakah simbol huruf untuk Induktor?
3. Apakah fungsi Induktor?
4. Sebutkan jenis-jenis Induktor!
5. Gambarkan simbol Induktor inti Ferit!

Modul Elektronika Dasar – Mekatronika SMK Negeri 3 Sekayu


19
TRANSFORMATOR
Sebuah transformator (atau disebut juga trafo) terdiri dari dua buah kumparan yang
dililitkan pada sebuah inti. Inti trafo terbentuk dari lapisan-lapisan besi. Ketika arus mengalir
melewati kumparan primer, akan dihasilkan sebuah medan magnet. Inti besi trafo menyediakan
sebuah jalur untuk dilalui oleh garis-garis gaya magnet sehingga hampir semua garis gaya yang
terbentuk dapat sampai ke kumparan sekunder. Induksi ini terjadi hanya ketika terdapat suatu
perubahan pada medan magnet. Dengan demikian, sebuah transformator tidak dapat bekerja
dengan arus DC. Ketika arus AC mengalir melewati kumparan primer, dibangkitkanlah sebuah
medan magnet bolak-balik. Medan magnet ini akan menginduksi arus bolak-balik pada kumparan
sekunder.

Gambar 32. Transformator

Frequensi dari arus AC yang diinduksikan adalah sama dengan frequensi arus AC yang
menginduksikan. Apabila VP adalah amplitudo (tinggi gelombang) tegangan pada kumparan
primer, dan VS adalah amplitude tegangan pada kumparan sekunder, maka:

V S Jumlah Lilitan Sekunder


=
VP Jumlah Lilitan Primer

Gambar 33. Simbol Trafo

Modul Elektronika Dasar – Mekatronika SMK Negeri 3 Sekayu


20
Gambar 34. Konstruksi Transformator
Contoh :
Sebuah transformator memiliki 50 lilitan pada kumparan primernya, dan 200 lilitan pada
kumparan sekundernya. Amplitudo tegangan AC primernya adalah 9 Volt. Berapakah amplitudo
tegangan sekundernya?
Jumlah lilitan sekunder
Jawab : Vs = Vp x
jumlah lilitan primer
200
Vs = 9 x =36 V
50

Jenis – jenis Transformator :


1. Transformator input
Trafo ini sering disebut dengan trafo IT. Fungsinya adalah untuk menyesuaikan impedansi
masukan dan keluaran pada rangkaian penguat frekuensi audio.
2. Trafo output
Trafo ini sering disebut dengan trafo OT. Fungsinya adalah untuk menyesuaikan impedansi
masukan dan keluaran pada rangkaian penguat frekuensi audio. Trafo ini sering digunakan
pada radio penerima, tape recorder, rangkaian amplifier, dsb.

3. Trafo frekuensi antara


Trafo ini sering disebut dengan trafo IF. Trafo ini menghasilkan frekuensi sebesar 455 KHz
yang digunakan untuk memperkuat sinyal-sinyal frekuensi menengah pada pesawat
penerima radio. Dengan trafo ini, maka gelombang suara yang dipancarkan oleh radio
pemancar dapat diterima yang kemudian diolah oleh komponen elektronika yang lain
sehingga menjadi suara.

4. Trafo step up/step down


Fungsinya adalah untuk menaikkan dan menurunkan tegangan. Apabila lilitan sekunder lebih
banyak dari lilitan primer, maka akan menghasilkan tegangan yang lebih besar. Sehingga trafo
dapat dimanfaatkan sebagai trafo step up yang berfungsi menaikkan tegangan. Begitu juga
sebaliknya, apabila lilitan sekunder lebih sedikit dari lilitan primer, maka akan menghasilkan
tegangan yang lebih kecil sehingga trafo dapat dimanfaatkan sebagai trafo step down yang
berfungsi menurunkan tegangan.

Modul Elektronika Dasar – Mekatronika SMK Negeri 3 Sekayu


21
DIODA
Dioda merupaka komponen elektronika aktif yang terbuat dari baha semikonduktor. Bahan
semikonduktor bersifat sebagai isolator pada suhu sekitar 0°C dab pada suhu kamar (±27°C)
bersifat sebagai konduktor. Bahan semikonduktor yang digunakan pada dioda umumnya terbuat
dari bahan silicon dan germanium.
Dioda adalah suatu komponen elektronika yang dapat melewatkan arus pada satu arah saja.
Dioda yang lazim menggunakan sambungan semikonduktor tipe P dan semikonduktor tipe N.
Secara skematis dioda sambungan P-N dilakukan seperti pada gambar dibawah.

Gambar 35. Simbol dan Struktur dioda

Gambar ilustrasi di atas menunjukkan sambungan P-N memiliki lapisan deplesi ( depletion
layer), yaitu lapisan yang memiliki keseimbangan antara hole dan elektron atau juga disebut
dengan daerah pengosongan. Seperti yang sudah diketahui, pada sisi P banyak terbentuk hole-
hole yang siap menerima elektron, sedangkan di sisi N banyak terdapat elektron-elektron yang
siap bebas. Lalu bila dioda diberi bias positif, yaitu member tegangan potensial sisi P lebih besar
dari sisi N (bias maju/forward bias), maka elektron dari sisi N dengan serta merta akan tergerak
untuk mengisi hole pada sisi P. Tentu kalau elektron mengisi hole disisi P, maka akan terbentuk
hole pada sisi N karena ditinggal elektron. Hal ini disebut aliran hole dari P menuju N, kalau
menggunakan terminology arus listrik, maka dikatana terjadi aliran listrk dari sisi P ke sisi N.

Gambar 36. Rangkaian Bias Maju (kiri) dan Rangkaian Bias Mundur (kanan)

Sebaliknya apakah yang akan terjadi apabila polaritas sumber tegangan dibalik yaitu dengan
memberikan bias negatif (reverse bias). Dalam hal ini, sisi N mendapat polaritas lebih besar dari
pada sisi P.

Modul Elektronika Dasar – Mekatronika SMK Negeri 3 Sekayu


22
Tentu jawabannya adalah tidak akan terjadi perpindahan elektron dari N ke P atau aliran hole
dari P ke N. kerana baik hole atau elektron masing-masing tertarik ke arah kutup berlawanan.
Bahkan lapisan deplesi (lapisan pengosongan) semakin besar dan menghalangi terjadinya aliran
hole dari P ke N (aliran arus).
Demikianlah prinsip kerja dioda yang hanya dapat mengalirkan arus satu arah saja yaitu dari
P (anoda) ke N (katoda). Dengan tegangan bias maju yang kecil saja dioda sudah menjadi
konduktor. Tidak serta merta di atas 0 volt, tetapi memang tegangan beberapa volt baru bisa
terjadi konduksi. Ini disebabkan karena adanya dinding lapisan deplesi. Untuk dioda dari bahan
silicon tegangan konduksi adalah di atas 0,7 Volt, sedangkan untuk dioda dari bahan germanium
tegangan konduksinya adalah di atas 0,3 Volt.

Gambar 37. Karakteristik Dioda

Sebaliknya untuk bias negative dioda tidak dapat mengalirkan arus, namun memang ada
batasnya sampai beberapa puluh bahkan ratusan Volt. Peristiwa tersbeut disebut breakdown,
dimana dioda tidak dapat lagi menahan aliran elektron yang terbentuk di lapisan deplesi.
Tegangan yang mampu melewati rangkaian reverse bias dioda disebut dengan tegangan
breakdown.
Dioda dinyatakan dalam ukuran menurut kemampuan kuat arus yang mampu dialirkan.
Semakin besar ukuran fisik dioda, semakin besar kuat arus yang mampu dialirkan. Ukuran arus
tersebut merupakan nilai maksimal yang tidak boleh dilampaui, apabila dilampaui maka dioda
akan mengalami kerusakan. Khusus bagi dioda dengan kempuan besar biasanya disertai dengan
plat pendingin.

Jenis – Jenis Dioda :


1. Dioda Penyearah ( rectifier )

Modul Elektronika Dasar – Mekatronika SMK Negeri 3 Sekayu


23
Gambar 38. Simbol dan Bentuk Fisik Dioda penyearah
 Berfungsi untuk menyearahkan tegangan, dari tegangan AC ke tegangan DC.
 Terbuat dari bahan silicon.
 Banyak digunakan pada rangkaian catu daya (adaptor).
 Penentuan kaki anoda dan katoda dapat dilakukan dengan melihat garis / gelang
pada body dioda, kaki yang dekat dengan gelang adalah kaki katoda.
 Apabila garis sudah hilang, penentuan kaki dapat dilakukan dengan menggunakan
multimeter. Atur multimeter analog pada fungsi Ohmmeter, hubungkan kedua probe
ke kaki dioda. Tukar probe ke keki sisi lain apabila jarum belum menyimpang. Apabila
jarum multimeter sudah menyimpang maka kaki yang terhubung dengan probe hitam
adalah kaki anoda sedangkan kaki yang terhubung dengan probe merah adalah kaki
katoda.
 Perhatikan gambar di bawah, gember tersebut menunjukkan pengujian dioda yang
masih normal. Dioda dinyatakan rusak apabila pada gambar A dan B jarum
multimeter tetap menyimpang.

Gambar 39. Pengujian Dioda (dioda yang biak) menggunakan multimeter


2. Dioda Jembatan ( Bridge )

Modul Elektronika Dasar – Mekatronika SMK Negeri 3 Sekayu


24
Gambar 40. Simbol (kiri) dan bentuk fisik dioda Brigde (kanan)
 Digunakan untuk rangkaian penyearah gelombang penuh pada catu daya (adaptor)
 Memiliki empat kaki, 2 kaki input untuk disambungkan ke sumber tegangan AC, 2 kaki
output DC ( + / - )sebagai hasil penyearahan.
 Dapat dibentuk dari 4 buah dioda penyearah yang dirangkai seperti pada gambar.
 Untuk dioda brigde dengan kemampuan daya yang besar disertai plat / dudukan
pendingin.

3. Dioda Zener

Gambar 41. Simbol (atas) dan Bentuk fisik dioda Zener


Dioda Zener dibuat untuk bekerja pada daerah breakdownnya. Apabila sebuah dioda
Zener diberikan bias mundur dengan tegangan kecil, dioda ini akan bereaksi seperti dioda
biasa yaitu tidak menghantarkan arus listrik. Namun apabila diberi bias mundur dengan
tegangan melebihi batas tegangan Zenernya maka dioda akan menghantarkan arus listrik
dari Katoda ke Anoda.
Tegangan Zener dari sebuah ditetapkan pada saat dioda tersebut dibuat. Tegangan ini
biasanya berada dalam kisaran 2,7 V hingga 200 V, dengan toleransi 5 %. Nilai tegangan
Zener tertulis pada body dioda Zener. Kemampuan daya yang dimiliki dioda Zener mulai dari

1
Watt sampai 50 Watt. Semakin besar ukuran fisik dioda zener semakin besar pula
4
kemampuan daya dioda tersebut. Daya dioda Zener adalah perkalian antara tegangan dan
arusnya yaitu:
Pz = V z x Iz

Selama Pz kurang dari Pz maksimumnya dioda zener tidak akan rusak. Dioda Zener
banyak digunakan sebagai penyetabil tegangan / pembatas tegangan.

4. Light Emiting Dioda (LED)

Modul Elektronika Dasar – Mekatronika SMK Negeri 3 Sekayu


25
Gambar 42. Simbol (kiri) dan bentuk fisik LED (kanan)

Bila dioda di forward bias, elektron pita konduksi melewati junction dan jatuh ke dalam
hole. Pada saat elektron-elektron jatuh pada pita konduksi ke pita valensi, mereka
memancarkan energi. Pada dioda LED energy ini dipancarkan sebagai cahaya, sedangkan
pada dioda penyearah energy ini keluar sebagai panas. Dengan menggunakan bahan dasar
seperti gallium, arsen, dan phosphor pabrik dapat membuat LED yang dapat memancarkan
cahaya berwarna merah, kuning, hijau, biru, dan infra merah (tidak kelihatan).
LED biasa digunakan sebagai indicator, peralatan display, jam digital dan lain
sebagainya, sedangkan LED infra merah banyak digunakan pada remote televisi, peralatan
pengamanan dari tindak pencurian. Keuntungan lampu LED dibandingkan lampu pijar
adalah umurnya yang lebih panjang dan tegangannya rendah. LED umumnya hanya
memerlukan 2 volt untuk dapat menyala secara normal. Apabila LED mendapatkan tegangan
yang lebih besar maka LED akan mengalami kerusakan, maka dalam pemasangannya LED
memerlukan resisrtor yang dipasang secara seri sebagai pembatas arus dan tegangan.
Penentuan kaki LED dapat dilakukan dengan melihat kakinya, kaki yang panjang adalah
kaki Anoda, sedangkan kaki Katoda adalah kaki yang pendek. Cara lain yaitu sama seperti
menentukan kaki pada dioda penyearah. Atur multimeter analog pada fungsi Ohmmeter,
hubungkan kedua probe ke kaki LED. Tukar probe ke keki sisi lain apabila jarum belum
menyimpang. Apabila jarum multimeter sudah menyimpang atau LED menyala maka kaki
yang terhubung dengan probe hitam adalah kaki anoda sedangkan kaki yang terhubung
dengan probe merah adalah kaki katoda.
Pengujian LED juga mirip dengan pengujian dioda penyearah, bedanya apabila LED
normal saat di uji LED juga akan menyala pada saat Anoda terhubung dengan probe hitam
dan Katoda terhubung dengan probe merah.

5. Photo Dioda

Modul Elektronika Dasar – Mekatronika SMK Negeri 3 Sekayu


26
Gambar 43. Simbol dan bentuk fisik Photo Dioda

Bila diperhatikan, simbol Photo Dioda hampir mirip dengan simbol LED, bedanya adalah
simbol LED memiliki anak panah kea rah luar yang artinya memancarkan cahaya. Sedangkan
pada simbol Photo Dioda memiliki arah anak panah ke dalam, ini artinya Photo Dioda
meneima cahaya dari luar. Nanum pada bentuk fisik antara LED dan Photo dioda memiliki
kesamaan.
Energi Thermal menghasilkan pembawa minoritas dalam dioda, makin tinggi suhu
makin besar arus dioda yang terbias reverse. Energy cahaya juga menghasilkan pembawa
minoritas. Dengan menggunakan jendela kecil untuk membuka junction agar terkena sinar,
pabrik dapat membuat photo dioda. Jika cahaya luar mengenai junction photo dioda yang di
rangkai bias mundur (revesre bias) akan dihasilkan pasangan elektron-hole dalam lapisan
pengosongan. Makin kuat cahaya makin banyak jumlah pembawa yang dihasilkan cahaya
makin besar arus bias mundur ( reverse). Oleh sebab itu Photo dioda dapat digunakan
sebagai sensor cahaya yang baik.

6. Dioda Schottky
Dioda jenis ini menggunakan logam emas, perak, atau platina pada salah satu sisi
junction (biasanya pada tipe-N) yang di dop ke sisi lain. Dioda semacam ini adalah piranti
unipolar (tidak berpolaritas) karena electron bebas merupakan pembawa mayoritas pada
kedua sisi junction. Dioda Schottky tidak memiliki lapisan pengosongan atau penyimpanan
muatan, sehingga ia dapat di switch (nyala-mati) lebiih cepat daripada dioda bipolar. Sebagai
hasilnya piranti ini dapat menyerahkan tegangan diatas frequensi 300MHz, jauh diatas
kemampuan dioda bipolar (dioda penyearah).

Modul Elektronika Dasar – Mekatronika SMK Negeri 3 Sekayu


27
Rangkaian – Rangkaian Dioda:
1. Rangakaian Penyearah Setengan Gelombang
Rangkaian penyearah adalah rangkaian yang mampu mengkonversikan tegangan AC
menjadi tegangan DC. Rangkaian Penyearah Setengah Gelombang adalah rangkaian
penyearah yang hanya menghasilkan arus output dari setengah siklus arus input.
Rangkaiannya terdiri dari sebuah diode penyearah saja.

Gambar 44. Rangkaian Penyearah Setenghah Gelombang


Pada rangkaian dibawah, diperlihatkan kondisi pada kondisi setangah siklus positif AC
yaitu dioda mendapat bias maju (forward bias) sehingga dapat menghantarkan arus. Arus
mengalir melewati dioda ke beban dan kembali menuju trafo melewati jalur 0 volt.

Gambar 45. Setengah siklus positif


Sementara itu dioda tidak menghantarkan arus listrik selama setengah siklus negatif AC,
sebagaimana diperlihatkan gambar dibawah:

Gambar 46. Setengah siklus negatif


Bentuk gelombang arus yang melewati beban dapat dilihat pada gambar dibawah.
Meskipun terlihat naik turun, tegangan tetap bernilai positif. Tegangan semacam ini setara
dengan tegangan DC.

Modul Elektronika Dasar – Mekatronika SMK Negeri 3 Sekayu


28
Gambar 47. Bentuk gelombang penyearah setengan gelombang
Dengan membandingkan grafik tegangan input AC dan tegangan output DC kita dapat
mengetahui bahwa:
 Tidak terdapat output selama setengah siklus negatif. Setengah dari daya input
terbuang sia-sia.
 Amplitudo (tinggi gelombang) / tegangan output lebih kecil dibandingkan dengan
amplitudo input. Hal ini disebabkan oleh timbulnya tegangan maju (tegangan
konduksi) pada diode.

2. Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh


Sesuai dengan namanya, rangkaian penyearah gelombang penuh akan menghasilkan
gelombang secara penuh baik pada setengah siklus positif atau pada setengah siklus negatif.
Rangkaian dibawah ini menyearahkan tegangan AC menggunakan sebuah rangkaian dioda
jembatan (bridge) yang terdiri dari 4 buah dioda.

Gambar 48. Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh


Selama setenga siklus positif, dioda D1 dan diode D2 mendapat bias maju, sehingga
keduanya menghantarkan arus. Diode D3 dan diode D4 mendapatkan bias mundur, sehingga
tidak menhantarkan arus. Arus mengalir melewati beban sebagaimana diperlihatkan gambar
berikut ini:

Modul Elektronika Dasar – Mekatronika SMK Negeri 3 Sekayu


29
Gambar 49. Kondisi setengah siklus positif
Selama setengah siklus negatif, diode D1 dan diode D2 mendapat bias mundur sehingga
keduanya tidak mengalirkan arus. Diode D3 dan D4 memperoleh bias maju sehingga
menghantarkan arus.

Gambar 50. Kondisi setengah siklus negatif


Kesimpulan yang dapat kita peroleh adalah bahwa arus terus mengalir melewati beban,
pada arah yang sama sebagaimana sebelumnya. Grafik-grafik tegangan input dan tegangan
output adalah sebagai berikut:

Gambar 51. Hasil Gelombang Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh


Rangkaian penyearah tetap menghasilkan output selama berlangsungnya kedua siklus
setengah gelombang, sehingga rangkaian ini efisien 100 %. Rangkaian Penyearah Gelombang
Penuh juga dapat dibuat menggunakan 2 buah diode saja, tetapi menggunakan transformator
tipe center tap (CT).

Modul Elektronika Dasar – Mekatronika SMK Negeri 3 Sekayu


30
Modul Elektronika Dasar – Mekatronika SMK Negeri 3 Sekayu
31
Latihan Soal
Materi : Dioda
1. Jelaskan sifat / kerakteristik bahan semikonduktor!
2. Dioda termasuk komponen elektronika?
3. Jebutkan prinsip kerja Didoa menggunakan pendekatan aliran electron dan hole!
4. Tuliskan macam-macam dioda beserta simbolnya!
5. Tuliskan macam-macam dioda beserta fungsinya!
6. Apakah yang dimaksud dengan rengkaian forward bias?
7. Gambarkan rangkaian reverse bias!
8. Apakah yang dimaksud dengan depletion layer?
9. Apakah yang dimaksud dengan tagangan konduksi?
10. Berapakah besarnya tegangan konduksi diode dengan bahan silicon dan germanium?
11. Apakah yang dimaksud dengan tegangan breakdown?
12. Berapakah besarnya tegangan breakdown diode rectifier?
13. Gambarkan simbol dan bentuk fisik diode penyearah!
14. Dioda rectifier banyak digunakan untuk?
15. Bagaimana cara menentukan kaki dioda rectifier?
16. Bagaimana cara menguji rusak atau tidaknya sebuah dioda rectifier?
17. Apakah yang dimaksud dengan dioda jembatan?
18. Jelaskan prinsip kerja dioda zener!
19. Apakah perbedaan antara diode penyearah dengan diode zener?
20. Apakah arti tanda panah pada simbol LED?
21. Jelaskan prinsip kerja LED yang dapat memancarkan cahaya!
22. Bagaimana cara menentukan kaki anoda dan katoda pada LED?
23. Bahan apa sajakah yang biasa digunakan untuk menentukan warna LED?
24. Apakah perbedaan LED dengan LED infra merah?
25. Apakah kelebihan LED dibandingkan dengan lampu pijar?
26. Berapakah tegangan yang dibutuhkan LED?
27. Bagaimana cara menguji sebuah LED menggunakan multimeter?
28. Apakah makna tanda panah pada simbol Photo Dioda?
29. Jelaskan prinsip kerja Photo Dioda sebagai sonsor cahaya!
30. Apakah kelebihan diode Schottky?
31. Gambarkan rangkaian penyearah setangah gelombang!
32. Jelaskan prinsip kerja penyearah setangah gelombang?
33. Mengapa pada rangkaian penyearah amplitudo output lebih kecil dari pada amplitudo
input?
34. Jelaskan prinsip kerja rangkaian penyearah gelombang penuh!
35. Jelaskan prinsip kerja rangkaian gelombang penuh menggunakan 2 buah dioda dan
trafo CT (cari di internet atau buku lain!).

Modul Elektronika Dasar – Mekatronika SMK Negeri 3 Sekayu


32
TRANSISTOR
Transistor merupaka salah satu komponen elektronika aktif dari bahan semikonduktor.
Terdapat dua jenis transistor yaitu transistor dwikutub / Bipolar Junction Transistor (BJT) dan
transistor efek medan / Field Effect Transistor (FET). Pada umumnya transistor memiliki tiga
terminal / kaki. Transistor adalah komponen yang sangat penting dalam dunia elektronika modern.
Dalam rangkaian elektronika analog, transistor digunakan dalam amplifier (penguat). Rangkaian
elektronika analog meliputi pengeras suara, penstabil sumber listrik, penguat sinyal radio dan lain
sebagainya.
Dalam rangkaian elektronika digital, transistor digunakan sebagai saklar berkecepatan tinggi.
Beberapa transistor juga dapat dirangkai sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai logic gate
(gerbang logika), memori, IC ( Integrated Circuit) dan komponen lainnya. Dalam kesempatan ini,
materi lebih menekankan transistor sebagai saklar.
A. Transistor Dwikutub ( BJT )
Transistor dwikutub dibuat menggunakan bahan semikonduktor ekstrinsik jenis P dan
jenis N. Transistor bipolar tersusun dari 3 semikonduktor yang disusun berselang-seling.
Terdapat dua jenis transistor dwikutub yaitu tipe PNP dan tipe NPN. Jika semikonduktor
ditengah adalah tipe P maka dia diapit oleh 2 semikonduktor tipe N maka dia disebut
transistor NPN. Begitu juga sebaliknya, untuk lebih jelasnya perhatikan gambar dibawah:

Gambar 52. Konstruksi (atas) dan Simbol Transistor BJT (bawah)


Ketiga kaki transistor tersebut memiliki nama Basis (B), Collector (C), dan Emittor (E).
Agar lebih mudah diingat, kaki basis adalah kaki yang selalu ada ditengah, sedangkan kaki
yang ada tanda panahnya adalah kaki emitter. Secara simbol kita dapat dengan mudah
membedakan antara PNP dan NPN, yaitu dengan melihat tanda panah pada kaki emitter.
Dengan memahami simbolnya kita akan dengan mudah dalam melakukan pengujian ataupun
menenetukan kaki transistor menggunkan multimeter. Mengingat menentukan kaki transistor
merupakan hal penting yang tidak boleh keliru, dan bukalah hal yang mudah menentukan kaki
transistor.

Cara Kerja Transistor Bipolar:

Modul Elektronika Dasar – Mekatronika SMK Negeri 3 Sekayu


33
Kali ini sebagai contoh akan dibahas cara kerja transistor bipolar tipe NPN. Kita harus
mengingat bahwa :
 Arus Emittor merupakan penjumlahan dari arus Collector dan arus basis:
Ie = Ic + Ib
 Arus Colector kira-kira sama dengan arus Emittor:
Ic ≌ IE
 Arus basis jauh lebih kecil daripada arus basis lainnya:
Ib ≪ IE
Ib ≪ IC

Gambar disamping mengilustrasikan arah


aliran ketiga arus diatas. Arus basis digambarkan
dengan panah tipis karena nilai arusnya yang lebih
kecil dibandingkan dengan nilai arus yang lain.

Transistor Sebagai saklar:


Cara paling mudah untuk menggunakan transistor adalah mengaplikasikan transistor
sebagai saklar. Artinya bahwa kita mengoperasikan transistor pada salah satu saturasi atau
titik sumbat transistor. Bila transistor berada dalam keadaan saturasi, transistor tersebut
seperti saklar tang tertutup (menyambung). Jika transistor tersumbat ( cutoff), transistor
seperti switch yang terbuka.

Gambar 53. Rangkaian switch transistor dan garis beban DC


Penjumlahan tegangan disekitar loop input adalah :

Modul Elektronika Dasar – Mekatronika SMK Negeri 3 Sekayu


34
I B R B +V BE−V BB =0

Menyelesaikan I B , kita memperoleh :

V BB −V BE
I B=
RB

Ini merupakan hokum Ohm untuk tahanan basis. Sebagai contoh, andaikan V BB =5V
dan RB = 1 M . Maka,

5 V −0,7 V 4,3 V
I B= = =4,3 A
1M 1M

Jika arus basis besar atau sama dengan I B , titik kerja transistor berada pada ujung
atas dari garis beban dc. Dalam hal ini, transistor kelihatan seperti sebuah switch yang
tertutup. Sebaliknya, jika arus basis nol, transistor bekerja pada ujung bawah dari garis beban
dc dan transistor seperti switch yang terbuka.
Rangkaian di atas merupakan rangkaian transistor sebagai saklar dengan menggunakan
transistor NPN yang memiliki karakteristik aktif high, yaitu transistor akan aktif sebagai saklar
apabila basis mendapat arus tinggi ( high). Padahal tidak semua rangkaian switch pada
elektronika ideal menggunakan rangkaian switch aktif high, ada beberapa rangkaian yang
menghendaki rangkaian switch aktif low.
Rangkaian switch transistor aktif low adalah rangkaian switch transistor yang bekerja
(saklar menutup) apabila basis mendapat arus rendah ( low). Hal ini dapat dibuat dengan
menggunakan transistor PNP. Karakteristiknya berkebalikan dengan rangkaian yang telah
dibahas diatas.

Cara Menentukan Kaki – Kaki Transistor :


1. Meliha data sheet
2. Menggunakan multimeter
 Menentukan Kaki Basis
1) Kita harus memahami konsep forward bias pada dioda terlebih dahulu, yaitu
arus mengalir dari semikonduktor tipe P ke semikonduktor tipe N.
2) Kita juga harus memahami terlebih dahulu bahwa probe hitam multimeter
terhugung dengan polaritas positif batere dan probe merah multimeter
terhubung dengan polaritas negatif batere yang berada di dalam multimeter.
3) Siapkan multimeter analog dalam kondisi berfungsi sebagai Ohmmeter.
4) Hubungkan salah satu probe pada salah satu kaki transistor, hubungkan
probe yang lain ke kaki-kaki transistor yang lain secara bergantian.

Modul Elektronika Dasar – Mekatronika SMK Negeri 3 Sekayu


35
5) Tukar posisi kaki probe-kaki transistor hingga mendapatkan kondisi jarum
selalu menyimpang dengan salah satu probe selalu terhubung dengan salah
satu kaki transistor.

Gambar 54. Menentukan kaki Basis (B)


6) Apabila jarum selalu menyimpang pada kondisi probe merah yang tetap
terhubung dengan salah satu kaki dan probe hitam terhubung dengan kaki-
kaki yang lain maka kaki yang terhubung dengan probe merah adalah kaki
Basis. Hal ini juga sekaligus dapat digunakan untuk mengetahui tipe
transistor tersebut, yaitu transistor tipe PNP.
7) Hal yang sama juga berlaku apabila jarum selelu menyimpang pada kondisi
probe hitam yang tetap terhubung dengan salah satu kaki dan probe merah
terhubung dengan kaki-kaki yang lain maka kaki yang terhubung dengan
probe hitam adalah kaki Basis, namun tipe transistor NPN.

 Menentukan kaki Colector dan Emitor


1) Kita harus mengetahui tipe transistor terlebih dahulu, PNP atau NPN melalui
cara yang dijelaskan di atas.
2) Hubungkan probe dengan kaki-kaki selain basis, colek kaki basis
menggunakan jari kita dengan tujuan memberikan bias pada kaki tersebut
mengingat tubuh kita juga memiliki energi listrik potensial.
3) Misalnya tipe transistornya adalah tipe PNP, apabila jarum menyimpang
sedikit setelah kaki basis kita colek dengan jari, maka:
Probe hitam = Emitor
Probe merah = Colector
4) Sebaliknya pada tipe transistor NPN, apabila jarum menyimpang sedikit
setelah kaki basis kita colek dengan jari, maka:
Probe hitam = Colector
Probe merah = Emitor

Modul Elektronika Dasar – Mekatronika SMK Negeri 3 Sekayu


36
Gambar 55. Penentuak Kaki Emitor - Colector

Dengan memahami konsep forwar bias dan memperhatikan arah panah atau tipe
bahan semikonduktor pada suatu kaki transistor akan mempermudah kita dalam
memahami cara menentukan kaki-kaki transistor. Selain itu bahwa pada transistor yang
memiliki kemasan besi / logam, bagian body biasanya terhubung dengan kaki Colector.
Pada saat pengujian kaki Colector – Emitor jarum hanya menyimpang sedikit sekali,
sehingga terkadang perlu ketelitian ekstra.

B. Transistor Efek Medan (FET)


Ada dua macam FET, yaitu FET sambungan ( Junction FET / JFET) dan Medan Logam Oxida
Semikonduktor (Metal – Oxide Semiconductor Field Efgect Transistor / MOSFET).

1. JFET
Terbuat dari bahan semikonduktor P dan N. Memiliki 3 buah kaki yaitu kaki
penguras (drain - D), pintu (gate – G), dan sumber (source – S).

Gambar 56. Sruktur dan simbol JFET


2. MOSFET
Adalah suatu transistor efek medan dengan pintu yang diberi lapisan oksida silikon
tipis yang bersifat isolator. Dengan adanya lapisan oksida ini hambatan masukan

Modul Elektronika Dasar – Mekatronika SMK Negeri 3 Sekayu


37
MOSFET menjadi jauh lebih besar daripada hambatan masukan JFET. MOSFET banyak
digunakan pada penguat frequensi radio dalam alat penerima radio maupun televisi.

Gambar 57. Struktur dan simbol MOSFET

Modul Elektronika Dasar – Mekatronika SMK Negeri 3 Sekayu


38
Latihan Soal
Materi : Transistor
1. Apakah yang dimaksud dengan BJT?
2. Tuiskan fungsi transistor?
3. Gambarkan simbol transistor PNP dan NPN!
4. Apakah perbedaan yang terletak pada simbol transistor PNP dan NPN?
5. Bagaimana menentukan besarnya arus Emitor sebuah transistor?
6. Jelaskan prinsip kerja transistor sebagai saklar?
7. Apakah yang dimaksud dengan switch transistor aktif high?
8. Bagaimana cara merancang sebuah switch transistor aktif low?
9. Bagaimana cara mentukan kaki transistor menggunakan multimeter?
10. Apakah perbedaan saat melakukan pengujian kaki-kaki transistor PNP dan NPN?
11. Sebutkan jenis-jenis FET!
12. Gambarkan struktur JFET!
13. Gambarkan simbol JFET – tipe saluran P!
14. Gambarkan struktur MOSFET!
15. Gambarkan simbol MOSFET – tipe saluran N!

Modul Elektronika Dasar – Mekatronika SMK Negeri 3 Sekayu


39

Anda mungkin juga menyukai