Saat ini belajar Elektronika dasar bukanlah perkara yang sulit jika dulu sebelum jaringan
internet mudah diakses harus kursus elektronika dulu atau jika mau otodidak harus
membeli buku-buku panduan tapi sekarang semua materi belajar elektronika dasar
dengan mudah ditemukan diinternet dari yang berupa tutorial,video atau ebook bahkan
bisa diperoleh secara gratis. Jika berniat belajar elektronika dasar secara otodidak agar
proses belajarnya lebih terarah dan lebih fokus alangkah baiknya mencari materi – materi
elektronika dasar yang pokok terlebih dahulu setelah itu baru mempelajari materi yang
lebih rumit.
Peralatan Elektronika adalah sebuah peralatan yang terbentuk dari beberapa Jenis
Komponen Elektronika dan masing-masing Komponen Elektronika tersebut memiliki
fungsi-fungsinya tersendiri di dalam sebuah Rangkaian Elektronika. Seiring dengan
perkembangan Teknologi, komponen-komponen Elektronika makin bervariasi dan
jenisnya pun bertambah banyak. Tetapi komponenkomponen dasar pembentuk sebuah
peralatan Elektronika Seperti Resistor, Kapasitor, Transistor, Dioda, Induktor dan IC masih
tetap digunakan hingga saat ini.
Berikut ini adalah komponen – komponennya Dasar Elektronika :
A. RESISTOR
1) PENGERTIAN
Resistor merupakan salah satu komponen yang paling sering ditemukan dalam
Rangkaian Elektronika. Hampir setiap peralatan Elektronika menggunakannya.
Pada dasarnya Resistor adalah komponen Elektronika Pasif yang memiliki nilai
resistansi atau hambatan tertentu yang berfungsi untuk membatasi dan mengatur
arus listrik dalam suatu rangkaian Elektronika. Resistor atau dalam bahasa
Indonesia sering disebut dengan Hambatan atau Tahanan dan biasanya disingkat
dengan Huruf “R”. Satuan Hambatan atau Resistansi Resistor adalah OHM (Ω).
Sebutan “OHM” ini diambil dari nama penemunya yaitu George Simon Ohm yang
juga merupakan seorang Fisikawan Jerman.
Untuk dapat dilewati oleh arus listrik maka pada kedua kaki resistor harus ada
beda potensial listrik. Besar potensial listrik ini seimbang dengan besar rugi-rugi
panas yang timbul pada resistor. Semakin besar beda potensial listrik , maka
semakin besar rugi-rugi panas yang timbul. Pada rangkaian DC beda potensial ini
dikenal dengan sebutan voltage drop. Tegangan jepit pada resistor dapat diukur
dengan mengukur beda potensial pada kaki-kaki resistor pada saat resistor
sedang mengalirkan arus listrik.
Resistor termasuk jenis komponen elektronika linier yang menghasilkan voltage
drop antara kedua kaki ketika arus listrik mengalir melewatinya. Besar arus listrik
dan voltage drop yang terjadi mengikuti aturan hukum Ohm. Besar hambatan
resistor akan menentukan besar arus listrik yang mengalir atau besar tegangan
jepit yang timbul. Hal ini akan sangat berguna dalam pengaturan arus dan
tegangan listrik di rangkaian elektronika.
B. VARIABLE RESISTOR
Variable Resistor adalah jenis Resistor yang nilai resistansinya dapat berubah
dan diatur sesuai dengan keinginan. Pada umumnya Variable Resistor terbagi
menjadi Potensiometer, Rheostat dan Trimpot.
a) POTENSIOMETER
Potensiometer merupakan jenis Variable Resistor yang nilai resistansinya
dapat berubah-ubah dengan cara memutar porosnya melalui sebuah Tuas
yang terdapat pada Potensiometer. Nilai Resistansi Potensiometer
biasanya tertulis di badan Potensiometer dalam bentuk kode angka.
b) RHEOSTAT
Rheostat merupakan jenis Variable Resistor yang dapat beroperasi pada
Tegangan dan Arus yang tinggi. Rheostat terbuat dari lilitan kawat resistif
dan pengaturan Nilai Resistansi dilakukan dengan penyapu yang bergerak
pada bagian atas Toroid.
c) PRESET RESISTOR (TRIMPOT)
Preset Resistor atau sering juga disebut dengan Trimpot (Trimmer
Potensiometer) adalah jenis Variable Resistor yang berfungsi seperti
Potensiometer tetapi memiliki ukuran yang lebih kecil dan tidak memiliki
Tuas. Untuk mengatur nilai resistansinya, dibutuhkan alat bantu seperti
Obeng kecil untuk dapat memutar porosnya.
C. THERMISTOR (THERMAL RESISTOR)
Thermistor adalah Jenis Resistor yang nilai resistansinya dapat dipengaruhi
oleh suhu (Temperature). Thermistor merupakan Singkatan dari “Thermal
Resistor”. Terdapat dua jenis Thermistor yaitu Thermistor NTC (Negative
Temperature Coefficient) dan Thermistor PTC (Positive Temperature
Coefficient).
4) FUNGSI-FUNGSI RESISTOR
Fungsi-fungsi Resistor di dalam Rangkaian Elektronika diantaranya adalah
sebagai berikut :
a. Sebagai Pembatas Arus listrik
b. Sebagai Pengatur Arus listrik
c. Sebagai Pembagi Tegangan listrik
d. Sebagai Penurun Tegangan listrik
5) NILAI RESISTOR
Berdasarkan bentuknya dan proses pemasangannya pada PCB, Resistor terdiri
2 bentuk yaitu bentuk Komponen Axial/Radial dan Komponen Chip. Untuk bentuk
Komponen Axial/Radial, nilai resistor diwakili oleh kode warna sehingga kita harus
mengetahui cara membaca dan mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam
warna tersebut sedangkan untuk komponen chip, nilainya diwakili oleh Kode
tertentu sehingga lebih mudah dalam membacanya.
Kita juga bisa mengetahui nilai suatu Resistor dengan cara menggunakan alat
pengukur Ohm Meter atau MultiMeter. Satuan nilai Resistor adalah Ohm (Ω).
Contoh :
Gelang ke 1 : Coklat = 1
Gelang ke 2 : Hitam = 0
Gelang ke 3 : Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 10 5
Gelang ke 4 : Perak = Toleransi 10%
Maka nilai Resistor tersebut adalah 10 * 105 = 1.000.000 Ohm atau 1 MOhm
dengan toleransi 10%.
Contoh :
Kode Angka yang tertulis di badan Komponen Chip Resistor adalah 4 7 3;
Contoh cara pembacaan dan cara menghitung nilai resistor berdasarkan kode
angka adalah sebagai berikut :
Masukkan Angka ke-1 langsung = 4
Masukkan Angka ke-2 langsung = 7
Masukkan Jumlah nol dari Angka ke 3 = 000 (3 nol) atau kalikan dengan 10³
Maka nilainya adalah 47.000 Ohm atau 47 kilo Ohm (47 kOhm)
Contoh-contoh perhitungan lainnya :
222 → 22 * 10² = 2.200 Ohm atau 2,2 Kilo Ohm
103 → 10 * 10³ = 10.000 Ohm atau 10 Kilo Ohm
334 → 33 * 104 = 330.000 Ohm atau 330 Kilo Ohm
Keterangan :
Ohm = Ω
Kilo Ohm = KΩ
Mega Ohm = MΩ
1.000 Ohm = 1 kilo Ohm (1 KΩ )
1.000.000 Ohm = 1 Mega Ohm (1 MΩ)
1.000 kilo Ohm = 1 Mega Ohm (1 MΩ)
Contoh pengukuran :
Ukur tahanan resistor di bawah ini
contoh resistor
Langkah pengukuran :
1) Siapkan multimeter dan tancapkan probe merah pada terminal positif (+)
dan probe hitam pada terminal com (-).
a) Colokkan probe hitam pada terminal positif (+)
b) Colokkan probe hitam pada terminal com (-)
Pemilihan pengali
3) Lakukan kalibrasi dengan menyatukan ujung kedua probe menjadi satu
Dari hasil penyatuan ujung probe diketahui bahwa jarum penunjuk belum
menunjuk pada skala nol. Untuk itu kita perlu melakukan kalibasi, dengan
memutar knop adj sampai jarum penunjuk menunjuk skala nol
knop kalibrasi
Proses pengukuran
Dari hasil pengukuran menunjukkan hasil :
Dari tabel di atas diketahui ternyata resistor rusak. Hal ini dikarenakan nilai hasil
pengukuran tidak ada dalam rentang toleransi bawah (326700 Ω) dan toleransi atas
(333300 Ω) dari hasi pengukuran melalui pengamatan gelang warna