Anda di halaman 1dari 18

1.

Perbedaan antara listrik AC dengan Listrik DC

Listrik AC

Listrik AC

Listrik AC adalah singkatan dari Alternating Current atau dalam bahasa indonesia dapat
diartikan Arus bolak-balik atau berubah-ubah.
Listrik AC memiliki besaran tegangan yang berubah-ubah atau naik turun, proses perubahan
naik turun tegangan listrik pada listrik AC digambarkan dengan gelombang sinusoida.
Banyaknya proses perubahan tegangan pada listrik AC tergantung pada besar frekwensi.
Listrik AC memiliki nilai Frekwensi. Frekwensi pada listrik AC adalah seberapa banyak
gelombang sinusoida yang terjadi dalam satuan detik. Pada umumnya Listrik AC yang kita
gunakan baik itu listrik AC 1 Phase dan listrik AC 3 Phase menggunakan frekwensi 50 Hertz.
Proses terjadinya naik turun tegangan pada listrik AC tidak tampak atau tidak dapat kita lihat
karena Frekwensinya yang sangat cepat, yaitu 50 gelombang dalam satu detik. Sehingga pada
sebuah lampu listrik yang menggunakan listrik AC, selalu kelihatan menyala karena cepatnya
proses naik turun tegangan tersebut.
Tegangan yang biasa kita pakai untuk listrik AC adalah 220 Volt AC (220 VAC) untuk 1 phase
dan 380 Volt AC (380 VAC) untuk 3 Phase.
Namun pada beberapa perangkat listrik tertentu terdapat juga berbagai variasi tegangan listrik
AC lainnya seperti 110 VAC, 42 VAC, 24 VAC dan lainnya.
Simbol untuk nilai tegangan listrik AC adalah VAC (Volt AC)
Listrik AC Tidak memiliki Polaritas, dengan kata lain listrik AC tidak memiliki kutub baik
kutub positif maupun kutub negatif.
Pada Listrik AC terdapat dua kabel, yaitu Kabel yang memiliki tegangan disebut kabel Fasa,
dan kabel yang tidak memiliki tegangan disebut kabel Netral.
Arah arus pada listrik AC adalah dari kabel Fasa menuju Netral. atau dari kabel yang
bertegangan menuju kabel netral
Kurang baik digunakan sebagai supplai tegangan untuk komponen elektronik, oleh karena itu
supplai listrik AC pada perangkat elektronik biasanya terlebih dahulu diubah menjadi listrik
DC.
Listrik AC baik untuk digunakan sebagai listrik jaringan transmisi atau distribusi jarak jauh,
karena besar tegangan dapat dipertahankan dengan kerugian tegangan yang kecil.
Listrik AC biasanya dihasilkan dari suatu pembangkit listrik AC seperti Generator set (Genset)
AC.
Menurut sejarah Listrik AC ditemukan oleh Michael Faraday, lalu dikembangkan menjadi
pembangkit listrik AC yang digunakan secara luas oleh Nikola Tesla.

Grafik tegangan berbentuk sinusoidal maka secara matematis dirumuskan :

v vm sin( .t 0 )
Keterangan ;

v : tegangan sesaat (volt)

vm : tegangan maksimum (volt)

: 2 f = frekuensi sudut tegangan bolak balik (rad/s)

t : waktu (sekon)

: sudut fase ketika t = 0, biasanya diambil sama dengan 0

Grafik arus berbentuk sinusoidal, maka secara matematis arus bolak balik dirumuskan :

I I m sin( t 0 )
Keterangan :

I : Arus sesaat (ampere)

Im : Arus maksimum (ampere)

: .

t :

: .
Listrik DC

Listrik DC

DC (Direct Current) adalah arus searah, yaitu listrik yang memiliki polaritas tetap pada kutub
positif dan kutub negatif. Dan memiliki besaran tegangan yang tidak berubah-ubah atau
konstan.
Listrik DC memiliki nilai tegangan yang tetap (tidak berubah-ubah).
Listrik DC tidak memiliki Frekwensi.
Tegangan listrik DC yang biasa kita gunakan bervariasi, biasanya seperti 1,5 VDC, 12 VDC,
24 VDC dan lainnya. Namun untuk beberapa perangkat tertentu, dapat juga kita temukan
tegangan listrik 220 VDC, 110 VDC dan lainnya.
Simbol untuk nilai tegangan listrik DC adalah VDC (Volt DC)
Listrik DC memiliki Polaritas, yaitu kutub positif dan kutub negatif yang tetap.
Kutub negatif biasanya memiliki tegangan 0 VDC, dan kutub Positif memiliki besar tegangan
sesuai dengan tegangan nominal yang ada.
Arah arus pada listrik DC, arus DC mengalir dari kutub negatif menuju kutub positif, atau dari
kutub yang memiliki nilai potensial yang lebih rendah menuju kutub yang memiliki nilai
potensial lebih tinggi.
Sangat baik digunakan untuk supplai berbagai peralatan komponen Elektronika, karena lebih
stabil dan sedikit gangguan, Listrik DC juga lebih banyak digunakan untuk menghasilkan
medan magnet buatan.
Dahulu listrik DC banyak digunakan sebagai jaringan transmisi dan distribusi listrik jarak jauh,
karena beberapa kekurangan dari listrik DC, penggunaannya tergantikan dengan jaringan
transmisi listrik AC.
Selain dapat dihasilkan dari pembangkit listrik DC (Generator DC), listrik DC juga dapat
dihasilkan dari proses kimia, seperti batere, akki.
Menurut sejarah yang pertama kali menemukan dan mempopulerkan penggunaan Generator
DC untuk jaringan listrik adalah Thomas Alva edison.

Bunyi Hukum Ohm :

"Tegangan pada komponen listrik sebanding dengan kuat arus listrik


yang mengalir pada suatu komponen tersebut asalkan suhunya dijaga
tetap"

Rumus :

V=I.R
Keterangan :
V : Tegangan listrik (volt)
I : Kuat arus listrik (Ampere)
R : Hambatan ( = Ohm)

Daya Listrik DC

Adalah kemampuan suatu perangkat listrik untuk menerima dan memanfaatkan energi listrik.
kwH : Kilo Watt Hours
1 kwh = 3,6 x 105 Joule

Rumus :

P= P= P= P=

Keterangan :
P: daya listrik (Watt)
W : Energi Listrik (Joule)
V: tegangan listrik (Volt)
I: arus listrik (amper)
R: hambatan listrik (Ohm)
t : waktu (sekon)

2. Jelaskan rangkaian pengganti trafo dan pengujiannya


a. Trafo beban 0

. Pengujian Polaritas Transformator 1 fasa


Cara melilit kumparan transformator sangat menentukan tegangan induksi yang
dibangkitkan dan polaritas dari transformator tersebut (Gambar 1.5). Bila sisi primer
diberi tegangan, akan menghasilkan arah tegangan induksi seperti ditunjukkan arah
panah. Terminal H1 mempunyai polaritas yang sama dengan L1 yaitu positif (+),
sedangkan H2 polaritasnya sama dengan L2 (-).
Gambar 1.5 Penentuan Polaritas Transformator
Posisi polaritas seperti tersebut diatas disebut dengan polaritas pengurangan,
sebaliknya jika polaritas H1 (+) = L2 (+) dan H2 (-) = L1 (-), akibat cara melilit
kumparan sekunder sebaliknya dari kondisi pertama, maka disebut polaritas
penjumlahan.

Penentuan polaritas seperti tersebut dijelaskan diatas bisa diketahui dengan cara
melakukan pengukuran tegangan sebagai berikut, bila :

- Va<VH disebut polaritas pengurangan.


- Va >VH disebut polaritas penjumlahan.

b. Pengujian Transformator Tanpa Beban


Pada saat sisi sekuder dari transformator tidak diberi beban (Gambar 1.6),
tegangan sisi primer hanya akan mengalirkan arus pada rangkaian primer yang terdiri
dari impedansi bocor primer Z1 = R1 + JX1 Karena umumnya Z1 jauh lebih kecil dari
Zm , maka Z1 biasa diabaikan tanpa menimbulkan suatu kesalahan yang berarti,
rangkaian ekuivalennya (Gambar 1.7).

Pada umumnya percobaan beban nol dilakukan dengan alat ukur diletakkan di
sisi tegangan rendah dengan besarnya tegangan yang diberikan sama dengan tegangan
nominalnya. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut :

- Bekerja pada sisi tegangan tinggi lebih berbahaya ;


- Alat-lat ukur tegangan rendah lebih mudah didapat.
Dari hasil penunjukkan alat alat ukur didapat nilai sebagai berikut :
Gambar 1.6 Rangkaian Percobaan Beban Nol

Maka diagram vector beban nolnya dapat dilukiskan sebagai berikut

Gambar 1.6 Rangkaian ekuivalen dan vector beban nol


Mengukur tahanan kumparan primer dan kumparan sekunder
1. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Putar AVO meter padaposisi Ohmmeter
3. Lakukan pengkalibrasian pada AVOmeter
4. Pilih Ohmmeter diskala yang paling terkecil
5. Ukur ujung-ujung kumparan primer transformator dengan pencolok dari
AVOmeter. Perhatikan gambar berikut :

T e r m i na l 0 V
Terminal 0 V

Np Ns

I nti T e r m in a l 2 2 0 V
Terminal 110 V
Pengukuran tahanan kumparan primer dan
kumparan sekunder
6. Hitung nilai tahanan yang ditunjukkan oleh jarum Ohmmeter
7. Catat hasil pengukuran pada tabel yang telah disediakan
8. Lakukan pengujian pada kumparan sekunder
9. Ulangi langkah yang sama seperti pengukuran tahanan pada kumparan primer

b. Mengukur tahanan isolasi transformator 1. Perhatikan gambar dibawah ini :

Terminal 0 V Terminal 0 V

Np Ns

T e r mi n a l 1 1 0 V I nti T e r mi n a l 2 2 0 V

Pengukuran tahanan kumparan primer


dengan kumparan sekunder
2. Lakukan pengkalibrasian AVOmeter
3. Putar AVOmeter pada posisi Ohmmeter dan diskala yang terkecil lakukan seperti
yang telah di tunjukkan gambar

4. Catat hasil pengukuran pada tabel yang telah disediakan


5. Lakukan pengujian tahanan isolalasi berikutnya dan perhatikan gambar dibawah ini
:

Terminal 0 V Terminal 0 V

Np Ns

Terminal 110 V I nti Terminal 220 V

Pengukuran tahanan kumparan primer


dengan inti transformator

6. Ulangi langkah 2, langkah 3 dan langkah 4 pada pengujian tahanan isolasi


7. Lakukan pengujian tahanan isolalasi berikutnya dan perhatikan gambar dibawah ini
:

Terminal 0 V Terminal 0 V

Np Ns

Terminal 110 V I nti Terminal 220 V


Pengukuran tahanan kumparan sekunder
dengan inti transformator
8. Ulangi langkah 2, langkah 3 dan langkah 4 pada pengujian tahanan isolasi

c. Menentukan jenis polaritas transformator


1. Perhatikan gambar dibawah ini :

Terminal 0 V Terminal 0 V

220 VAC
50 Hz Transformator
Asut Np Ns

Inti
Terminal 110 V Terminal 220 V

Percobaan polaritas
transformator
2. Rakitlah rangkaian sesuai dengan gambar yang telah disediakan

3. Perhatikan tulisan penunjuk nilai tegangan dibagian primer. Bila tertulis angka 0
(nol) maka mendapatkan sumber tegangan netral dan bila tertulis 110 maka
mendapatkan inputan tegangan 110 VAC dari jala-jala listrik. Namun bila tegangan
masukkan sebesar 220 VAC maka masukkan tegangan pada terminal trafo yang
bertuliskan 220 V

4. Cek kembali rangkaian dan pastikan sambungan-sambungan listrik agar tidak


mudah lepas

5. Beri tegangan nominal 110 V atau 220 V pada transformator sesuai terminal yang
disambungkan

6. Periksa keluaran sekunder transformator dengan menggunakan testpen. Bila


terminal transformator yang bertuliskan angka tegangan tertinggi saat ditest
penujungnya menyalakan lampu indicator didalam tespent maka trafo tersebut jenis
transformator subtactif. Namun bila terminal transformator yang bertuliskan angka
terendah saat ujungnya menyalakan lampu indicator didalam testpen maka trafo
tersebut jenis transformator addictive

7. Catat hasil pengujian pada tabel yang disedikan


8. Matikan sumber listrik bila pengujian dianggap selesai

d. Mengukur rugi besi pada transformator

Percobaan transformator
tanpa beban
2. Rakitlah rangkaian sesuai dengan gambar yang telah disediakan. Untuk
pemasangan tang Ampere hanya dikalungkan pada kabel bertegangan (bukan
netral) yang terhubung dengan kumparan primer dan jala-jala

3. Perhatikan tulisan penunjuk nilai tegangan dibagian primer. Bila tertulis angka 0
(nol) maka mendapatkan sumber tegangan netral dan bila tertulis 110 maka
mendapatkan inputan tegangan 110 VAC dari jala-jala listrik. Namun bila tegangan
masukkan sebesar 220 VAC maka masukkan tegangan pada terminal trafo yang
bertuliskan 220 V

4. Cek kembali rangkaian dan pastikan sambungan-sambungan listrik tidak mudah


lepas

5. Beri tegangan nominal 110 V atau 220 V pada transformator sesuai terminal yang
disambungkan

6. Hitung hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur


7. Catat hasil pengukuran pada tabel yang telah disediakan
8. Matikan sumber listrik bila pengujian dianggap selesai
e. Lakukan analisa percobaan sesuai dengan percobaan dan hasil yang telah didapat.

E. Data hasil percobaan


a. Pengujian tahanan kumparan primer dan kumparan sekunder
- Tahanan kumparan primer = 4, 8
- Tahanan kumparan sekunder = 1, 2
b. Pengujian tahanan isolasi transformator
- Kumparan primer Kumparan sekunder = tidak terbaca
- Kumparan primer Inti trafo = tidak terbaca
- Kumparan sekunder-Inti trafo = tidak terbaca
c. Polaritas transformator = Substractive

d. Mengukur Rugi Besi


- Vp (Tegangan Terminal Primer) = 120 V
- Vs (Tegangan Terminal Sekunder) = 235 V
- I0(Arus Beban Nol) = 0, 33 A
- W =- W (Jika tersedia)

b. Trafo hubung sigkat

Uji Rangkaian Terbuka l Uji Hubung Singkat


___________________________________________
Voc l Vsc
Ioc l Isc
Poc l Psc

Uji Rangkaian Tanpa Beban


Dari pengujian ini, kita mendapatkan nilai Rc dan Xm. Nilai Rc dan Xm jauh lebih besar
dibandingkan Req dan Xeq. Karena drop tegangan lebih signifikan terjadi di Rc dan Xm.
Sehingga didapat rangkaian untuk tanpa bebean,
Yang pertama kali kita hitung adalah lYcml dan Power Factor dari data yang diambil.
lYcml = Ioc / Voc
PF = cos(pi) = Poc / (Voc . Ioc)
Dimana,
Ycm = (1 / Rc) + j (1 / Xm)
= lYcml cos(pi) + j lYcml sin (pi)
Sehingga didapat,
Rc = 1 / ( lYcml cos(pi) )
Xm = 1 / ( lYcml sin(pi) )

Uji Hubung Singkat


Tegangan di sisi sekunder pada hubung singkat relatif kecil. Sehingga drop tegangan di
Rc dan atau Xm sangatlah kecil, dapat diabaikan. Oleh karenanya, tegangan yang didapat
merupakan tegangan di Zeq. Dapat dijelaskan melalui rangkaian saat hubung singkat sebagai
berikut,

Pertama-tama kita hitung terlebih dahulu lZeql dan PF.


Zeq = Vsc / Isc
PF = cos(pi) = Psc / (Vsc . Isc)
Dimana,
Zeq = Req + j Xeq
= lZeql cos(pi) + j lZeql sin(pi)
Sehingga didapat,
Req = lZeql cos(pi)
Xeq = lZeql sin(pi)

Pada transformator ideal, tidak ada energi yang diubah menjadi bentuk energi lain di
dalam transformator sehingga daya listrik pada kumparan skunder sama dengan daya listrik pada
kumparan primer. Pada transformator Ideal perbandingan antara tegangan sebanding dengan
perbandingan jumlah lilitannya. Dengan demikian dapat dituliskan dengan persamaan berikut:

Namun, pada kenyataannya tidak ada transformator yang ideal. Hal ini karena pada
transformator selalu ada rugi-rugi yang antara lain sebagai berikut:
Rugi-rugi tembaga; rugi-rugi yang disebabkan oleh pemanasan yang timbul akibat arus mengalir
pada hambatan kawat penghantar yang terdapat pada kumparan primer dan sekunder dari
transformator. Rugi-rugi tembaga sebanding dengan kuadrat arus yang mengalir pada kumparan.
Rugi-rugi arus eddy; rugi-rugi yang disebabkan oleh pemanasan akibat timbulnya arus eddy
(pusar) yang terdapat pada inti besi transformator. Rugi-rugi ini terjadi karena inti besi terlalu tebal
sehingga terjadi perbedaan tegangan antara sisinya maka mengalir arus yang berputar-putar di sisi
tersebut. Rugi-rugi arus eddy sebanding dengan kuadrat tegangan yang disuplai ke transformator.
Rugi-rugi hysteresis; rugi-rugi yang berkaitan dengan penyusunan kembali medan magnetik di
dalam inti besi pada setiap setengah siklus, sehingga timbul fluks bolak-balik pada inti besi. Rugi-
rugi ini tidak linear dan kompleks, yang dituliskan dalam persamaan:
Fluks Bocor; kebocoran fluks terjadi karena ada beberapa fluks yang tidak menembus inti besi
dan hanya melewati salah satu kumparan transformator saja. Fluks yang bocor ini akan
menghasilkan induktansi diri pada lilitan primer dan sekunder sehingga akan berpengaruh terhadap
nilai daya yang disuplai dari sisi primer ke sisi sekunder transformator.

Rangkaian Ekivalen Transformator Dalam membuat rangkaian ekivalen transformator,


kita harus memperhitungkan semua ketidaksempurnaan (cacat) yang ada pada transformator yang
sebenarnya. Setiap cacat utama diperhitungkan dan pengaruhnya dimasukkan dalam membuat
model transformator. Effect yang paling mudah untuk dimodelkan adalah rugi-rugi tembaga. Rugi-
rugi tembaga dimodelkan dengan dengan resistor Rp di sisi primer transformator dan resistor Rs
di sisi sekunder transformator. Fluks bocor pada kumparan primer lp menghasilkan tegangan elp
yang diberikan oleh persamaan:

Sedangkan Fluks bocor pada kumparan sekunder ls menghasilkan tegangan els yang diberikan
oleh persamaan:

Karena fluks bocor banyak yang melalui udara, kontanta reluktansi udara lebih besar daripada
reluktansi inti besi, maka fluks bocor primer lp proporsional dengan arus primer Ip dan fluks
bocor sekunder ls proportional dengan arus sekunder Is. Sehingga didapatkan:
Dengan Lp induktansi diri lilitan primer dan Ls induktansi diri lilitan sekunder. Dengan demikian
fluks bocor pada rangkaian ekivalen transformator akan dimodelkan sebagai induktor primer dan
sekunder.
Kemudian yang terakhir adalah memodelkan pengaruh dari eksitasi inti transformator, yaitu
dengan memperhitungkan arus magnetisasi Im, rugi-rugi arus eddy, dan rugi-rugi hysteresis. Arus
magnetisasi Im adalah arus yang sebanding dengan tegangan pada inti transformator dan lagging
(tertinggal) 90 dengan tegangan supplai, sehingga dapat dimodelkan sebagai reaktansi Xm yang
dipasang paralel dengan sumber tegangan primer. Arus rugi inti (arus eddy dan hysteresis)
merupakan arus yang sebanding dengan tegangan pada inti transformator dan satu phase dengan
tegangan supplai, sehingga dapat dimodelkan dengan hambatan Rc yang dipasang paralel dengan
sumber tegangan primer. Dengan demikian maka dihasilkan model untuk real transformator
sebagai berikut.

Kemudian rangkaian ekivalen diatas dapat disederhanakan dengan melihat pada sisi primer atau
pada sisi sekunder. Seperti terlihat pada gambar dibawah ini:

Anda mungkin juga menyukai