Sistem kelistrikan umumnya menggunakan sistem arus bolak balik dengan tegangan dan
frekwensi tertentu. Di Indonesia digunakan sistem tegangan jala-jala nominal 220 V dengan frekwensi
50 Hz. Namun kebanyakan peralatan elektronika membutuhkan sumber daya berupa tegangan/arus
searah. Untuk kebutuhan daya dan tegangan yang kecil biasanya cukup digunakan baterai atau
akumulator, namun untuk lebih dari itu diperlukan catu daya. Untuk itu diperlukan penyearahan yang
mengubah tegangan ac menjadi dc. Umumnya penyearah ini merupakan bagian penting dari suatu
catu daya.
Dari persamaan tersebut, Vm merupakan tegangan puncak atau tegangan maksimum. Harga
Vm ini hanya bisa diukur dengan osiloskop yakni dengan melihat langsung pada gelombangnya.
Sedangkan pada umumnya harga yang tercantum pada skunder trafo adalah tegangan efektif.
Hubungan antara tegangan puncak Vm dengan tegangan efektif (Veff) atau tegangan rms (Vrms) adalah:
𝑉𝑉𝑚𝑚
𝑉𝑉𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒 = 𝑉𝑉𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 = = 0,707𝑉𝑉𝑚𝑚
√2
Tegangan/arus efektif atau rms (root-mean-square) adalah tegangan/arus yang terukur oleh
voltmeter (amper-meter). Karena harga Vm pada umumnya jauh lebih besar dari pada Vγ (tegangan
cut-in dioda), maka pada pembahasan penyearah ini Vγ dapat diabaikan.
𝑣𝑣𝑠𝑠 adalah sumber tegangan bolak-balik (AC) yang memiliki pola tegangan sinusoidal dimana
polaritas 𝑣𝑣𝑠𝑠 berubah-ubah setiap setengah periode T. Untuk T/2 yang pertama 𝑣𝑣𝑠𝑠 bernilai positif pada
kisaran nilai 0<ωt<π, sedangkan untuk T/2 yang kedua 𝑣𝑣𝑠𝑠 bernilai negatif pada kisaran nilai 0<ωt<2π.
Penyearah Setengah Gelombang (Half Wafe Rectifier)
Penerapan dioda yang paling banyak dijumpai adalah sebagai penyearah. Penyearah berarti
mengubah arus bolak-balik (AC) menjadi arus searah (DC). Penyearah yang paling sederhana adalah
penyearah setengah gelombang yang hanya terdiri dari sebuah dioda.
Dioda dalam rangkaian penyearah setengah gelombang melewati hanya setengah dari setiap
gelombang sinus lengkap dari supply AC untuk mengubahnya menjadi supply DC sehingga rangkaian
jenis ini disebut penyearah setengah-gelombang karena hanya melewati setengah dari supply daya
AC yang masuk seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2(a)di bawah ini.
(a)
(b) (c)
Gambar 2 Penyearah Setengah Gelombang
Prinsip kerja penyearah setengah gelombang adalah seperti berikut. Selama sinyal input
berupa siklus positif dari gelombang sinus AC maka dioda mendapat bias maju karena anoda lebih
positif terhadap katoda sehingga arus mengalir melalui dioda ke beban RL. Sebaliknya saat sinyal input
berupa siklus negatif maka dioda mendapat bias mundur karena anoda lebih negatif terhadap katoda
sehingga tidak ada arus yang mengalir melalui dioda atau rangkaian. Bentuk gelombang tegangan
input ditunjukkan pada Gambar 2(b) gelombang tegangan output pada Gambar 2(c).
Contoh 1
XSC1
Tektronix
P 1 2 3 4 T
G
D1 XMM1
Agilent
V1 1N4001GP
12Vrms R1
50Hz 1kΩ
0°
Penyelesaian :
Karena tegangan sumber adalah 12 Vrms, nilai puncak sumber AC dapat dihitung dengan persamaan
nilai rms dari gelombang sinus yaitu:
𝑉𝑉𝑚𝑚 = √2𝑉𝑉𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒 = 1,414(12 V) = 16,96 V
Dengan dioda ideal maka besar tegangan puncak pada beban
𝑉𝑉𝑚𝑚(𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜) = 𝑉𝑉𝑚𝑚(𝑖𝑖𝑖𝑖) = 16,96 V
Tegangan beban DC
𝑉𝑉𝑚𝑚 16,96 V
𝑉𝑉𝐷𝐷𝐷𝐷 = = = 5,40 V
𝜋𝜋 3,14
Dengan pendekatan II, tegangan puncak pada beban menjadi,
𝑉𝑉𝑚𝑚(𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜) = 𝑉𝑉𝑚𝑚(𝑖𝑖𝑖𝑖) − 0,7 V = (16,96 − 0,7)V = 16,26 V
Besarnya tegangan beban DC
𝑉𝑉𝑚𝑚(𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜) 16,26 V
𝑉𝑉𝐷𝐷𝐷𝐷 = = = 5,17 V
𝜋𝜋 3,14
Bentuk gelombang di outputnya :
Contoh 2
Hitunglah tegangan beban DC dengan pendekatan ideal dan pendekatan kedua dari rangkaian pada
Gambar 4 dimana N1:N2=5:1 . Hitung juga PIV dioda dan perioda gelombang tegangan output.
5:1
220 V
50 Hz
V1 V2 RL
1 kΩ
Penyelesaian :
Transformator memiliki perbandingan lilitan 5:1. Ini berarti tegangan rms sekunder adalah seperlima
dari tegangan primer, yaitu:
𝑁𝑁2 1
𝑉𝑉2 = 𝑉𝑉1 = 220 V = 44 V
𝑁𝑁1 5
Nilai puncak tegangan sumber AC pada sisi sekunder dapat dihitung dengan persamaan nilai rms dari
gelombang sinus yaitu:
𝑉𝑉𝑚𝑚 = √2𝑉𝑉𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒 = 1,414(44 V) = 62,22 V
Dengan dioda ideal maka besar tegangan puncak pada beban
𝑉𝑉𝑚𝑚(𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜) = 𝑉𝑉𝑚𝑚(𝑖𝑖𝑖𝑖) = 62,22 V
Tegangan beban DC
𝑉𝑉𝑚𝑚 62,22 V
𝑉𝑉𝐷𝐷𝐷𝐷 = = = 19,81 V
𝜋𝜋 3,14
Dengan pendekatan II
Tegangan puncak pada beban menjadi,
𝑉𝑉𝑚𝑚(𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜) = 𝑉𝑉𝑚𝑚(𝑖𝑖𝑖𝑖) − 0,7 V = (62,22 − 0,7)V = 61,52 V
Besarnya tegangan beban DC
𝑉𝑉𝑚𝑚(𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜) 61,52 V
𝑉𝑉𝐷𝐷𝐷𝐷 = = = 19,58 V
𝜋𝜋 3,14
Dengan melihat rangkaian di atas, besarnya PIV adalah 62,22 Volt menggunakan pendekatan ideal dan
61,52 Volt menggunakan pendekatan kedua.
Karena frekuensi inputnya adalah 50 Hz, maka besar periode
1 1
𝑇𝑇𝑖𝑖𝑛𝑛 = = = 20 ms
𝑓𝑓𝑖𝑖𝑖𝑖 50
Karena pada penyearah setengah gelombang
𝑓𝑓𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜 = 𝑓𝑓𝑖𝑖𝑖𝑖
Maka
𝑇𝑇𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜 = 𝑇𝑇𝑖𝑖𝑖𝑖 = 20 ms
Terminal skunder dari transformator CT mengeluarkan dua buah tegangan keluaran yang
sama tetapi fasanya berlawanan dengan titik CT sebagai titik tengahnya. Kedua keluaran ini masing-
masing dihubungkan ke D1 dan D2, sehingga saat D1 mendapat sinyal siklus positip maka D2 mendapat
sinyal siklus negatif, dan begitu seterusnya. Dengan demikian D1 dan D2 aktif bergantian. Namun
karena kedua arus melewati tahanan beban RL dengan arah yang sama, maka arus beban menjadi
searah.
Terlihat dengan jelas bahwa rangkaian penyearah gelombang penuh ini merupakan gabungan
dua buah penyearah setengah gelombang yang aktif bergantian setiap setengah siklus. Sehingga
tegangan rata-ratanya adalah dua kali dari penyearah setengah gelombang. Dengan cara penurunan
yang sama, maka diperoleh:
2𝑉𝑉𝑚𝑚
𝑉𝑉𝐷𝐷𝐷𝐷 = = 0,636𝑉𝑉𝑚𝑚
𝜋𝜋
Pada penyearah setengah gelombang, frekuensi output sama dengan frekuensi input. Tetapi
dengan penyearah gelombang penuh, gelombang output memiliki siklus dua kali lebih banyak
daripada gelombang input sinusoidal. Penyearah gelombang penuh mengubah setiap setengah siklus
negatif sehingga didapatkan dua kali lipat jumlah setengah siklus positif. Efeknya adalah frekuensi
menjadi dua kali lebih besar, atau dapat dinyatakan:
𝑓𝑓𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜 = 2𝑓𝑓𝑖𝑖𝑖𝑖
Penyearah gelombang penuh tap tengah bekerja seperti dua penyearah setengah gelombang
bekerja secara bergantian, maka penggunaan pendekatan kedua juga dapat dilakukan seperti yang
telah diuraikan sebelumnya. Prinsipnya adalah untuk mengurangi 0,7 V dari tegangan puncak output
yang ideal. Contoh di bawah akan menggambarkan prinsip tersebut.
Rangkaian penyearah gelombang penuh tap tengah seperti terlihat pada Gambar 5
memperlihatkan bahwa 𝑉𝑉𝑚𝑚 adalah tegangan pada setengah lilitan sekunder saat mencapai harga
maksimum. Misalkan pada saat siklus positif, dimana D1 sedang aktif (ON) dan D2 sedang padam (OFF),
maka jumlah tegangan yang berada pada dioda D2 yang sedang OFF tersebut adalah dua kali dari
tegangan sekunder transformator. Sehingga PIV untuk masing-masing dioda dalam rangkaian
penyearah dengan trafo CT adalah:
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 = 2𝑉𝑉𝑚𝑚
Pada penyearah setengah gelombang, arus rata-rata yang melalui dioda sama dengan arus
DC yang mengalir pada beban, karena hanya terdapat satu bagian arus. Sedangkan arus rata-rata
melalui dioda dalam penyearah gelombang penuh tap tengah hanya setengah kali arus beban DC
karena terdapat dua dioda pada rangkaian yang masing-masing berbagi beban, atau dapat dinyatakan:
𝐼𝐼𝐷𝐷𝐷𝐷
𝐼𝐼𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 =
2
Contoh 3
Gambar 6 menunjukkan penyearah setengah gelombang tap tengah yang dapat disusun pada
laboratorium atau di layar komputer dengan Multisim. Saluran 1 dari osiloskop menampilkan
tegangan utama (gelombang sinus), dan saluran 2 menampilkan tegangan beban (sinyal gelombang
penuh). Hitung:
Tegangan puncak input dan output
Tegangan beban DC
Nilai PIV tiap dioda
Arus pada masing-masing dioda
Kemudian bandingkan nilai teoritis dengan nilai yang terukur
XSC1
Tektronix
P 1 2 3 4 T
G
Channel 1
V1 T1 D1
220Vrms
50Hz 1N4001GP Channel 2
0°
10:1 R1
1kΩ
D2
1N4001GP
Penyelesaian
Tegangan puncak input dan output
Nilai puncak tegangan sumber AC pada sisi primer dapat dihitung dengan persamaan nilai rms dari
gelombang sinus yaitu:
𝑉𝑉𝑚𝑚1 = √2𝑉𝑉𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒 = 1,414(220 V) = 311,127 V
Transformator memiliki perbandingan lilitan 10:1. Ini berarti tegangan puncak sekunder adalah:
𝑁𝑁2 1
𝑉𝑉𝑚𝑚2 = 𝑉𝑉𝑚𝑚1 = 311,127 V = 31,13 V
𝑁𝑁1 10
Penyearah gelombang penuh tak ubahnya seperti 2 penyearah ½ gelombang yang bekerja secara
bergantian. Karena adanya tap tengah tegangan input ke masing-masing penyearah adalah
setengah dari tegangan sekunder. Maka, tegangan puncak input adalah:
𝑉𝑉𝑚𝑚2 31,13 V
𝑉𝑉𝑚𝑚(𝑖𝑖𝑖𝑖) = = = 15,56 𝑉𝑉
2 2
Dengan dioda ideal maka besar tegangan puncak pada beban
𝑉𝑉𝑚𝑚(𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜) = 𝑉𝑉𝑚𝑚(𝑖𝑖𝑖𝑖) = 15,56 V
Dengan pendekatan II, tegangan puncak pada beban menjadi,
𝑉𝑉𝑚𝑚(𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜) = 𝑉𝑉𝑚𝑚(𝑖𝑖𝑖𝑖) − 0,7 V = (15,56 − 0,7)V = 14,86 V
Tegangan beban DC
Dengan dioda ideal, besar tegangan beban DC
2𝑉𝑉𝑚𝑚(𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜) 15,56 V
𝑉𝑉𝐷𝐷𝐷𝐷 = = = 9,90 V
𝜋𝜋 3,14
Dengan pendekatan II, besar tegangan beban DC
2𝑉𝑉𝑚𝑚(𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜) 14,86 V
𝑉𝑉𝐷𝐷𝐷𝐷 = = = 19,46 V
𝜋𝜋 3,14
Nilai PIV pada tiap dioda adalah dua kali dari tegangan sekunder transformator, sehingga:
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 = 2𝑉𝑉𝑚𝑚(𝑖𝑖𝑖𝑖) = 2(15,56 𝑉𝑉) = 31,11 𝑉𝑉
Arus pada masing-masing dioda adalah:
𝐼𝐼𝐷𝐷𝐷𝐷 𝑉𝑉𝐷𝐷𝐷𝐷
𝐼𝐼𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 = =
2 2𝑅𝑅𝐿𝐿
Sehingga dengan dioda ideal, arus dioda menjadi:
9,90 V
𝐼𝐼𝐷𝐷𝐷𝐷 = = 9,90 mA
2(1 kΩ)
Dengan pendekatan II, arus dioda menjadi:
9,46 V
𝐼𝐼𝐷𝐷𝐷𝐷 = = 9,46 mA
2(1 kΩ)
Prinsip kerja rangkaian penyearah gelombang penuh sistem jembatan dapat dijelaskan
melalui Gambar 8. Keempat dioda D1 sampai D4 disusun dalam "pasangan seri" dengan hanya dua
dioda yang melakukan arus selama setiap setengah siklus sinyal AC. Pada saat rangkaian jembatan
mendapatkan siklus positif dari sinyal AC seperti terlihat pada Gambar 8(a), maka:
Dioda D1 dan D2 aktif (ON), karena mendapat bias maju
Dioda D3 dan D4 padam (OFF), karena mendapat bias mundur.
Sehingga arus mengalir melalui D1, RL, dan D2.
(a) (b)
Gambar 8 Rangkaian Ekivalen: (a) Siklus Positif (b) Siklus Negatif
Sedangkan saat jembatan memperoleh bagian siklus negatif, diperlihatkan pada Gambar 8(b)
maka:
Dioda D3 dan D4 aktif (ON), karena mendapat bias maju
Dioda D1 dan D2 padam (OFF), karena mendapat bias mundur
Sehingga arus mengalir melalui D3, RL, dan D4.
Ternyata arah arus yang melewati RL sebagaimana terlihat pada Gambar 8(a) dan (b) adalah
sama, yaitu dari ujung atas RL menuju ground. Dengan demikian arus mengalir ke beban secara terus
menerus dan searah dari ujung atas RL menuju ground pada setiap siklus sinyal AC yang diberikan dan
menghasilkan tegangan DC seperti terlihat pada Gambar 9.
+ HUBUNG SINGKAT
Vp
+
–
– Vp
Jumlah dioda 1 2 4
Masukan Penyearah 𝑉𝑉𝑚𝑚2 0,5𝑉𝑉𝑚𝑚2 𝑉𝑉𝑚𝑚2
Output puncak 𝑉𝑉𝑚𝑚2 0,5𝑉𝑉𝑚𝑚2 𝑉𝑉𝑚𝑚2
Output puncak (ke-2) 𝑉𝑉𝑚𝑚2 − 0,7 0,5𝑉𝑉𝑚𝑚2 − 0,7 𝑉𝑉𝑚𝑚2 − 1,4
𝑉𝑉𝑚𝑚(𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜) 2𝑉𝑉𝑚𝑚(𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜) 2𝑉𝑉𝑚𝑚(𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜)
Output DC
𝜋𝜋 𝜋𝜋 𝜋𝜋
Frekwenis Ripple 𝑓𝑓𝑖𝑖𝑖𝑖 2𝑓𝑓𝑖𝑖𝑖𝑖 2𝑓𝑓𝑖𝑖𝑖𝑖
PIV 𝑉𝑉𝑚𝑚2 2𝑉𝑉𝑚𝑚2 𝑉𝑉𝑚𝑚2
Contoh 4
XSC1
Tektronix
P 1 2 3 4 T
G
Channel 1
T1
V1
220Vrms Channel 2
50Hz
0° 10:1 R1
1kΩ
Penyelesaian
Tegangan puncak input dan output
Tegangan puncak primer dan sekunder sama dengan Contoh 3
𝑉𝑉𝑚𝑚1 = 311,127 V
1
𝑉𝑉𝑚𝑚2 = 311,127 V = 31,13 V
10
Dengan penyearah jembatan, semua tegangan sekunder digunakan sebagai masukan ke
penyearah. Maka:
Dengan dioda ideal maka besar tegangan puncak pada beban
𝑉𝑉𝑚𝑚(𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜) = 𝑉𝑉𝑚𝑚(𝑖𝑖𝑖𝑖) = 𝑉𝑉𝑚𝑚2 = 31,13 V
Dengan pendekatan II, tegangan puncak pada beban menjadi,
𝑉𝑉𝑚𝑚(𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜) = 𝑉𝑉𝑚𝑚2 − 1,4 V = (31,13 − 0,7)V = 29,71 V
Tegangan beban DC
Dengan dioda ideal, besar tegangan beban DC
2𝑉𝑉𝑚𝑚(𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜) 29,71 V
𝑉𝑉𝐷𝐷𝐷𝐷 = = = 19,81 V
𝜋𝜋 3,14
Dengan pendekatan II, besar tegangan beban DC
2𝑉𝑉𝑚𝑚(𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜) 14,86 V
𝑉𝑉𝐷𝐷𝐷𝐷 = = = 18,92 V
𝜋𝜋 3,14
Nilai PIV pada tiap dioda sama dengan tegangan sekunder transformator, sehingga:
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 = 𝑉𝑉𝑚𝑚(𝑖𝑖𝑖𝑖) = 31,11 𝑉𝑉