Anda di halaman 1dari 55

Resistor dan rangkaiannya (1)

OKT 4

Posted by djukarna

Resistor adalah komponen elektronika yang paling dasar dan paling banyak digunakan. Hampir semua
peralatan elektronika menggunakan resistor. Ada banyak sekali jenis resistor yang dijual dipasaran mulai dari
resistor ukuran sangat kecil yang ditempel pada permukaan PCB atau lebih dikenal dengan nama Surface
Mounting Device (SMD) hingga resistor daya yang memiliki ukuran yang besar.

Gambar 1 contoh resistor

 Prinsip kerja resistor adalah dengan mengatur elektron (arus listrik) yang mengalir melewatinya dengan
menggunakan jenis material konduktif tertentu yang dicampur dengan material lain sehingga menimbulkan
suatu hambatan pada aliran elektron (arus listrik). Resistor juga dapat dirangkai secara seri, parallel atau
gabungannya sehingga dapat digunakan untuk membagi arus listrik, tegangan listrik, penurun tegangan, filter
dan sebagainya.
Resistor adalah komponen elektronika pasif yang tidak memiliki sumber daya listrik sendiri atau fungsi
penguatan (amplification) dan pengolahan signal, tetapi hanya mengurangi arus dan tegangan suatu signal
yang melewatinya. Pada saat resistor dilewatkan arus listrik maka terdapat sejumlah energi yang hilang dalam
bentuk panas.
Gambar 2 Beda potensial listrik pada kaki resistor

Untuk dapat dilewati oleh arus listrik maka pada kedua kaki resistor harus ada beda potensial listrik. Besar
potensial listrik ini seimbang dengan besar rugi-rugi panas yang timbul pada resistor. Semakin besar beda
potensial listrik , maka semakin besar rugi-rugi panas yang timbul. Pada rangkaian DC beda potensial ini
dikenal dengan sebutan voltage drop. Tegangan jepit pada resistor dapat diukur dengan mengukur beda
potensial pada kaki-kaki resistor pada saat resistor sedang mengalirkan arus listrik.
Resistor termasuk jenis komponen elektronika linier yang menghasilkan voltage drop antara kedua kaki ketika
arus listrik mengalir melewatinya. Besar arus listrik dan voltage drop yang terjadi mengikuti aturan hukum
Ohm. Besar hambatan resistor akan menentukan besar arus listrik yang mengalir atau besar tegangan jepit
yang timbul. Hal ini akan sangat berguna dalam pengaturan arus dan tegangan listrik di rangkaian elektronika.
Terdapat banyak sekali jenis resistor yang sudah dibuat pada saat ini. Resistor ini dibuat dengan bentuk dan
fungsi yang beragam menyesuaikan dengan fungsinya di dalam rangkaian elektronika. Suatu jenis resistor
dibuat dengan karakteristik dan tingkat ketelitian tertentu sesuai dengan fungsi dan aplikasinya dalam
rangkaian elektronika. Stabilitas tinggi, tahan terhadap tegangan tinggi, tahan terhadap arus listrik yang besar
atau dapat bekerja dengan stabil pada frekuensi tinggi merupakan beberapa karakteristik yang menjadi
pertimbangan dibuatnya resistor-resistor dengan fungsi khusus. Namun secara umum karakteristik resistor
meliputi : koefisien temperature, koefisien tegangan, noise, respon frekuensi, daya, temperature kerja, ukuran
fisik dan ketahanan.
Di dalam rangkaian elektronika resistor digambarkan dengan symbol zig-zag atau kotak kecil. Untuk resistor
dengan hambatan yang dapat diubah-ubah digambarkan dengan symbol zig-zag atau kotak kecil yang
ditambahkan sebuah anak panah dan memiliki 3 buah kaki. Gambar 3 berikut ini menunjukan symbol resistor
yang umum digunakan.
Gambar 3 macam-
macam resistor menurut simbolnya
Nilai hambatan sebuah resistor juga sangat beragam dari ukuran yang sangat kecil nilai hambatannya (< 1
Ohm) hingga resistor dengan ukuran hambatan yang sangat besar (> 10 MOhm). Untuk fixed resistor hanya
memiliki 1 nilai hambatan saja, sedangkan untuk variable resistor memiliki rentang nilai hambatan tertentu.
Biasanya nilai hambatan pada sebuah variable resistor berkisar dari 0 Ohm hingga nilai maksimum yang
tertera pada variable resistor. Variabel resistor ada 2 tipe yaitu variable resistor tipe logaritma dan variable
resistor tipe linier. Variabel resistor tipe logaritma memiliki skala rentang hambatannya menurut skala
logaritma, sedangkan variable resistor linier memiliki skala rentang hambatannya menurut skala linier.
Variabel resistor disebut juga potensiometer. Gambar berikut ini menunjukan beda potensiometer logaritma
dengan potensiometer linier.
Gambar 4 Contoh potensiometer
logaritma dan linier
Resistor modern dapat dikelompokan menjadi 4 kelompok besar yaitu:
Carbon Composite Resistor
Carbon Composite Resistor adalah resistor yang dibuat dari bahan bubuk karbon atau pasta grafit. Resistor ini
memiliki daya yang rendah dan toleransi yang kurang bagus, tetapi harga yang murah.
Film resistor atau Cermet Resistor
Film resistor adalah pasta oksida logam konduktif. Mempunyai daya yang sangat rendah dengan tingkat
toleransi yang baik.
3.    Wire Wound Resistor
Wire Wound Resistor adalah resistor yang dibuat dari kumparan kawat email yang sangat halus dan memiliki
casing dari logam yang dilengkapi sirip pendingin. Resistor ini memiliki daya besar dan umum digunakan
sebagai beban.
4.   Semiconductor Resistor
Semiconductor resistor adalah resistor yang dibuat dari bahan semikonduktor dengan ukuran yang sangat kecil.
Biasanya disebut SMD resistor.
Macam-macam resistor
A. Fixed resistor

Fixed resistor adalah resistor yang memiliki nilai hambatan yang besarnya tetap. Beberapa jenis fixed resistor
sebagai berikut :
 1. Carbon composite resistor
Resistor karbon adalah jenis resistor yang paling banyak dibuat dan memiliki harga yang sangat murah.
Resistor ini dibuat dari campuran karbon dan keramik dengan komposisi tertentu.
Gambar 5 Resistor karbon, bentuk dan konstruksinya

Rasio karbon dan keramik (konduktor terhadap isolator) menentukan hambatan total resistor. Semakian banyak
kandungan karbonnya maka hambatan resistor akan semakin kecil dan sebaliknya semakin kecil kandungan
karbonnya maka hambatan resistor akan semakin besar. Campuran karbon dan keramik dicampur dengan baik
dan merata kemudian dicetak dalam bentuk tabung kecil yang pada kedua ujung tabung dipasangkan seutas
kawat konduktor kecil sebagai kaki resistor. Sisi luar resistor ditutup dengan bahan isolator dan diberikan kode
warna untuk menentukan nilai hambatan resistor.
Karbon komposit resistor adalah resistor dengan daya rendah hingga medium yang memiliki tingkat induktansi
yang kecil sehingga bagus digunakan pada rangkaian elektronika yang bekerja pada frekuensi tinggi, seperti
rangkaian radio. Resistor ini tidak tahan terhadap panas dan noise. Carbon composite resistor ditandai dengan
huruf CR contohnya CR10kOhm, dan memiliki tingkat toleransi E6 (20%) , E12 (10%) dan E24 (5%). Carbon
composite resistor mempunyai daya 0,125 Watt hingga 5 Watt.
Carbon composite resistor memiliki harga yang murah dan umum digunakan dalam rangkaian elektronika.
Untuk aplikasi elektronika yang membutuhkan tingkat tolerasi yang lebih baik maka dibuatlah resistor film
(Film tipe resistor).
1.      2. Film Type Resistor (resistor film)
Resistor tipe Film dibuat dari bahan metal film, carbon film atau metal oxide film. Biasanya dibuat dengan
menambahkan logam murni seperti nikel atau oksida film seperti timah oksida ke dalam subtract keramik.
Gambar 6 Contoh dan konstruksi metal film resistor

Resistor ini dibuat dari bahan metal film, karbon film atau metal oksida film. Lapisan tipis logam murni seperti
nikel atau oksida logam seperti timah oksida ditambahkan ke dalam isolator yang umumnya menggunakan
bahan keramik. Tebal dan panjang gulungan lapisan film akan menentukan besarnya nilai hambatan resistor.
Film resistor memiliki toleransi hambatan yang bagus umumnya dibawah 1 %. Karena dibuat dari bahan metal
film dan memerlukan pengerjaan dengan teknologi tinggi, resistor ini memiliki harga yang mahal dan hanya
digunakan untuk keperluan khusus yang membutuhkan nilai hambatan dengan toleransi yang kecil.
Ciri khas resistor ini, memiliki 5 buah gelang sebagai penanda besarnya hambatan yang dimiliki dan umumnya
memiliki warna biru. Dipasaran sering dijumpai dengan daya 0,125 Watt  sampai 1 Watt.
3. Wire Wound Resistor

Sesuai dengan namanya, resistor ini dibuat dari gulungan kawat nikrom. Kawat nikrom adalah kawat yang
memiliki hambatan jenis yang besar. Kawat nikrom dengan ukuran tertentu digulung dengan rapat namun
masih memiliki jarak pisah pada sebatang keramik. Semakin kecil dan panjang gulungan maka semakin besar
hambatan resistor dan sebaliknya.

Karena dibuat dari gulungan kawat nikrom , maka resistor ini dapat bekerja pada arus dan tegangan listrik
yang besar, namun melepaskan panas yang cukup besar sehingga body resistor  dibuat dari bahan logam
(biasanya alumunium) yang dilengkapi dengan sirip pendingin. Tujuannya untuk membuang panas yang
dihasilkan resistor.

Wire Wound Resistor umum digunakan sebagai beban, pull-up atau pull down pada arus listrik yang besar.
Wire wound resistor memiliki nilai hambatan dari 0,0 1 Ohm hingga 100 Kohm. Dengan daya 5 Watt hingga
300 Watt. Nilai toleransi yang tersedia berkisar dari 1 % hingga 20 %. Gambar 7 menunjukan contoh dan
konstruksi wire wound resistor.

Gambar 7
Contoh dan konstruksi wire wound resistor
4. SMD Resistor

SMD resistor adalah resistor yang dibuat dari bahan semikonduktor, biasanya mengunakan semikonduktor
silikon. Resistor ini memiliki ukuran yang kecil dan dipasang pada jalur rangkaian tanpa perlu proses
pengeboran pada pcb. Karena ukurannya yang kecil dan membutuhkan teknik penyolderan khusus, maka
resistor ini jarang digunakan pada rangkaian-rangkaian umum. Umumnya resistor smd banyak dijumpai pada
rangkaian elektronika modern seperti komputer, HP, televisi modern.

Tujuan utama dibuatnya resistor smd adalah untuk memperkecil rangkaian elektronika. Karena dibuat dari
bahan silikon dan memiliki ukuran yang kecil, resistor ini memiliki harga yang  murah.

Nilai hambatan biasanya dicetak langsung pada body resistor dengan kode. Resistor smd memiliki toleransi
lebih kecil dari 1% dengan daya yang kecil (<0,25 Watt). Gambar 8 menunjukan contoh resistor smd dan
pemasangannya pada pcb.
Gambar 8 Contoh resistor smd

Kode hambatan pada resistor smd sama seperti kode pada kapasitor non polar. Kode ini memiliki 3 digit
angka. Digit pertama dan kedua menyatakan angka sedangkan digit yang ketiga menyatakan perkalian pangkat
ke n.

Contoh :

Misalkan resistor smd memiliki kode angka 103 maka nilai hambatannya adalah :

10 x 103 = 10.000 Ohm = 10 Kohm.


Misalnya kode angka resistor 471, maka nilai hambatannya adalah 47 x 101 = 470 Ohm.
B. Variabel Resistor
Variabel resistor adalah resistor yang nilai hambatannya dapat diubah-ubah. Variabel resistor ada 2 jenis yaitu :
–          Potensiometer,
Adalah variabel resistor yang besar hambatannya dapat diubah-ubah dengan menggunakan tangan. Berikut
adalah lambang dan gambar variabel resistor.

Gambar 9 contoh potensiometer


Gambar 10 kontruksi potensiometer

Sebuah potensiometer memiliki 3 buah terminal (kaki), seperti tampak pada gambar 10. Kaki A dan B adalah
sebuah resistor tetap sedangkan kaki W (kaki tengah) memiliki kontak yang dapat bergeser sepanjang
hambatan A dan B, sehingga bila kontak digeser maka hambatan A-W dan W-B akan berubah.

–          Trimmer Potensiometer (Trimpot)


Merupakan potensiometer yang hanya bisa diubah nilai hambatannya dengan menggunakan sebuah obeng
untuk memutar kontaknya. Berikut lambang dan gambar trimpot.

Gambar 11 contoh trimpot

C. Termistor

Termistor adalah hambatan yang nilainya dapat berubah secara linier terhadap kenaikan temperatur. Jadi
hambatan sebuah termistor dipengaruhi oleh temperatur alat tersebut. Termistor sering digunakan sebagai
sensor panas atau dapat juga digunakan untuk menjaga suhu suatu rangkaian atau alat supaya tetap stabil.
Lambang dan bentuk termistor dapat dilihat pada gambar 12.
Termistor ada 2 jenis yaitu NTC (Negative Temperature Coefficient) dan PTC (Positive Temperature
Coefficient). Pada NTC hambatannya akan turun bila temperaturnya naik sedangkan pada PTC sebaliknya,
hambatan akan naik seiring dengan naiknya temperatur.

Gambar 12 Contoh termistor

D. LDR (Light Dependent Resistor)

LDR adalah resistor yang hambatannya berubah seiring dengan intensitas cahaya yang diterimanya. LDR
sering digunakan sebagai sensor cahaya. Nama lain LDR adalah Photo-resistor. Hambatan sebuah LDR akan
turun jika intensitas cahaya yang mengenainya meningkat. Gambar 13 menunjukan bentuk dan lambang
sebuah LDR.
Gambar 13 Contoh LDR

Kode Warna Resistor

Hambatan sebuah resistor dinyatakan dalam bentuk kode warna. Pada resistor tipe karbon memiliki 4 buah
gelang warna sedangkan film resistor memiliki 5 buah gelang warna. Kode warna resistor dapat dilihat seperti
pada gambar berikut ini.
Gambar 14 kode warna pada resistor

Untuk resistor dengan 4 gelang warna:

Gelang warna pertama menyatakan angka

Gelang warna kedua menyatakan angka

Gelang warna ketiga menyatakan pangkat

Gelang warna keempat menyatakan toleransi

Untuk resistor dengan 5 gelang warna :

Gelang warna pertama menyatakan angka

Gelang warna kedua menyatakan angka

Gelang warna ketiga menyatakan angka


Gelang warna keempat menyatakan pangkat

Gelang warna kelima menyatakan toleransi.

Contoh 1  :

Sebuah resistor memiliki  4 gelang warna yaitu :

Merah, merah, coklat emas,

Nilai hambatan resistor tersebut adalah :

Gelang pertama merah : 2

Gelang kedua merah : 2

Gelang ketiga coklat : 101 = 10

Gelang keempat emas : toleransi 5%

Maka hambatan resistor tersebut adalah 220±5% Ohm

Contoh 2 :

Sebuah resistor memiliki 5 buah gelang warna yaitu :

Orange – orange – hitam – hitam – coklat

Nilai hambatan resistor tersebut adalah : 330 x 100 ± 1% = 330±1% Ohm

Nilai toleransi dapat dengan mudah dihitung yaitu dengan mengurangkan sebesar toleransi pada nilai dasar
resistor untuk mendapatkan batas bawah dan menjumlahkan sebesar toleransi pada nilai dasar resistor untuk
mendapatkan batas atas.

Misalkan resistor dengan nilai dasar 1000 Ohm dan toleransi 10% maka batas atas dan bawah resistor dapat
dihitung :

Batas atas : 1000 Ohm + (10% x 1000) = 1100 Ohm

Batas bawah : 1000 Ohm – (10% x 1000) = 900 Ohm

Dalam rangkaian biasanya nilai hambatan resistor sering disingkat dengan tambahan Huruf R, K atau M.
Tujuannya untuk memudahkan penulisan dan tidak menambah rumit rangkaian.

Contoh penulisan nilai resistor dalam rangkaian :


1R2 = 1,2 Ohm

1k5 = 1500 kiloOhm

1M = 1 MegaOhm

Rangkaian resistor seri

Resistor yang dirangkai secara seri dapat dilihat seperti pada gambar berikut ini.

Gambar 15 Rangkaian
resistor seri

Bila resistor dirangkai secara seri maka nilai hambatan totalnya akan bertambah. Rangkaian seri dapat
digunakan untuk membagi tegangan listrik. hambatan total dan pembagian tegangan listrik dapat dihitung
sebagai berikut :

Gambar 16 Pembagi tegangan


pada resistor seri

Gambar 16 menunjukan 3 buah resistor dirangkai secara seri dan dihubungkan dengan sumber arus DC sebesar
V volt, maka dapat diketahui :
Dari hukum Ohm diketahui :

Maka didapat :

Tegangan untuk tiap resistor (voltage drop) dapat dihitung :

Resistor Resistor Paralel

Resistor yang dirangkai secara paralel dapat dilihat seperti pada gambar berikut ini.

Gambar 17
Rangkaian resistor secara paralel

Bila resistor dirangkai secara paralel, maka hambatan total akan lebih kecil dari hambatan resistor terkecil
yang ada di dalam rangkaian. Pada rangkaian resistor paralel terjadi proses pembagian arus listrik, sedangkan
tegangan sama untuk tiap resistor. Hambatan total dan pembagian arus listrik dapat dihitung sebagai berikut.
Gambar 18 Pembagi arus listrik pada rangkaian
paralel

Gambar 18 menunjukan 3 buah resistor yang dipasang secara paralel dan dihubungkan ke sumber arus DC,
maka hambatan resistor total akan menjadi kecil dan terjadi proses pembagian arus listrik. Besar hambatan
total dan arus listrik yang mengalir pada tiap resistor dapat dihitung sebagai berikut :

Dari hukum Ohm diketahui :

Maka didapat :
Arus listrik yang mengalir di tiap resistor :

Gambar berikut ini menunjukan beberapa variasi dari rangkaian paralel:

Gambar 19 macam-macam rangkaian paralel

Rangkaian Kombinasi Resistor

Beberapa resistor dapat dirangkai dalam bentuk kombinasi seri dan paralel. Bila resistor dirangkai dalam
kombinasi seri dan paralel maka terjadi proses pembagian arus dan tegangan listrik. Berikut ini beberapa
contoh rangkaian kombinasi seri dan paralel.

Contoh 1

Perhatikan gambar 20 berikut ini, hitunglah hambatan total rangkaian dan pembagian arus dan tegangan listrik
yang terjadi di dalam rangkaian.
Gambar 20 rangkaian kombinasi resistor

Penyelesaian.

Hambatan total rangkaian adalah :

Seri R  dan R  :
2 3

Paralel (R   R ) dengan R  :


2 3 4

Hambatan total adalah :

Pembagian tegangan dan arus listrik:


Pada R  dan R terjadi pembagi tegangan sebagai berikut :
1 P 

Arus total :
Maka tegangan pada R  :1

Tegangan pada R  :
AB

Pembagian arus listrik pada R  dan R   adalah :


4 s

Arus yang mengalir pada R  :


4

Arus yang mengalir pada R  :


S

Pembagian tegangan pada rangkaian R  dan R  adalah :


2 3

Tegangan pada R  :
2

Tegangan pada R  :
3

Pengertian Dioda
Pengertian dioda (diode) adalah komponen elektronika aktif yang terbuat dari bahan
semikonduktor dan mempunyai fungsi untuk menghantarkan arus listrik ke satu arah
tetapi menghambat arus listrik dari arah sebaliknya.

Dalam ilmu fisika dioda digunakan untuk penyeimbang arah rangkaian elektronika.
Elektronika memiliki dua terminal yaitu anoda berarti positif dan katoda berarti negatif.
Prinsip kerja dari anode berdasarkan teknologi pertemuan positif dan negative
semikonduktor. Sehingga anode dapat menghantarkan arus litrik dari anoda menuju
katoda, tetapi tika sebaliknya katoda ke anoda.

BACA JUGA
Metode rahasia yang menghasilkan ribuan dolar dari bisnis Bitcoin

Siapa yang menderita diabetes baca segera, sebelum Anda menghapus


Pelajar Indonesia temukan cara pulihkan diabetes secara permanen!

Bagaimana cara mengembalikan penglihatan 100% tanpa operasi?


Banyak macam dan bentuk diode yang ada di pasaran tetapi yang paling sering kita
jumpai adalah diode yang berbentuk silinder warna hitam terdapat gelang perak di
salah satu sisinya. Karena cara penggunaan diode ini sangat mudah dan sederhana di
bandingkan dengan tipe yang lain.
Fungsi Dioda
Berikut ini adalah fungsi dari dioda antara lain:

 Untuk alat sensor panas, misalnya dalam amplifier.


 Sebagai sekering(saklar) atau pengaman.
 Untuk rangkaian clamper dapat memberikan tambahan partikel DC untuk sinyal AC.
 Untuk menstabilkan tegangan pada voltage regulator
 Untuk penyearah
 Untuk indikator
 Untuk alat menggandakan tegangan.
 Untuk alat sensor cahaya, biasanya menggunakan dioda photo.

Simbol Dioda
Perhatikan gambar Dioda berikut ini:

Gambar di atas merupakan bentuk sederhana dari dioda. Ada simbol + berarti aliran
yang positif disebut anoda sedangkan simbol – berarti negatif disebut katoda.
Jenis Dioda

Berikut ini adalah jenis diode diantaranya:

1. Dioda LED yang berfungsi sebagai lampu Indikator ataupun lampu penerangan
2. Dioda Penyearah (Dioda Biasa atau Dioda Bridge) yang berfungsi sebagai penyearah
arus AC ke arus DC.
3. Dioda Schottky yang berfungsi sebagai Pengendali
4. Dioda Zener yang berfungsi sebagai pengaman rangkaian dan juga sebagai penstabil
tegangan.
5. Dioda Photo yang berfungsi sebagai sensor cahaya

Cara Kerja Dioda


Dioda semikonduktor hanya bisa melewati satu arus yang searah, pada saat dioda
memperoleh arus akan maju satu arah (forward Bias). Karena di dalam dioda ada
junction yaitu pertemuan konduktor antara tipe p dan tipe n. kondisi ini dapat dikatakan
bahwa konduksi penghantar masih tergolong kecil. Sedangkan bila dioda diberi satu
arah/bias mundur (Reverse bias) maka dioda tidak bekerja dan pada kondisi ini dioda
mempunyai tahanan dalam yang tinggi sehingga arus sulit mengalir.

Pengertian Transistor adalah komponen elektronika semikonduktor yang memiliki 3 kaki


elektroda, yaitu Basis (Dasar), Kolektor (Pengumpul) dan Emitor (Pemancar).
Komponen ini berfungsi sebagai penguat, pemutus dan penyambung (switching),
stabilitasi tegangan, modulasi sinyal dan masih banyak lagi fungsi lainnya. Selain itu,
transistor juga dapat digunakan sebagai kran listrik sehingga dapat mengalirkan listrik
dengan sangat akurat dan sumber listriknya.
Transistor sebenarnya berasal dari kata “transfer” yang berarti pemindahan dan
“resistor” yang berarti penghambat. Dari kedua kata tersebut dapat kita simpulkan,
pengertian Transistor adalah pemindahan atau peralihan bahan setengah penghantar
menjadi suhu tertentu. Transistor pertama kali ditemukan pada tahun 1948 oleh William
Shockley, John Barden dan W.H, Brattain. Tetapi, komponen ini mulai digunakan pada
tahun 1958. Jenis Transistor terbagi menjadi 2, yaitu transistor tipe P-N-P dan transistor
N-P-N.

Gambar Tentang Pengertian Transistor

Cara Kerja Transistor hampir sama dengan resistor yang mempunyai tipe dasar


modern. Tipe dasar modern terbagi menjadi 2, yaitu Bipolar Junction Transistor atau
biasa di singkat BJT dan Field Effect Transistor atau FET. BJT dapat bekerja
bedasarkan arus inputnya, sedangkan FET bekerja berdasarkan tegangan inputnya.
Dalam dunia elektronika modern, transistor merupakan komponen yang sangat penting
terutama dalam rangkaian analog karena fungsinya sebagai penguat. Rangkaian
analog terdiri dari pengeras suara, sumber listrik stabil dan penguat sinyal radio. Tidak
hanya rangkaian analog, di dalam rangkaian digital juga terdapat transistor yang
digunakan sebagai saklar dengan kecepatan tinggi. Beberapa transistor juga dapat di
rangkai sehingga berfungsi sebagai logic gate.

Jenis-Jenis Transistor juga berbeda-beda, berdasarkan kategorinya dibedakan seperti


materi semikonduktor, kemasan fisik, tipe, polaritas, maximum kapasitas daya,
maximum frekuensi kerja, aplikasi dan masih banyak lagi jenis yang lainnya.
Fungsi Transistor sangat berpengaruh besar di dalam kinerja rangkaian elektronika.
Karena di dalam sirkuit elektronik, komponen transistor berfungsi sebagai jangkar
rangkaian. Transistor adalah komponen semi konduktor yang memiliki 3 kaki elektroda,
yaitu Basis (B), Colector (C) dan Emitor (E). Dengan adanya 3 kaki elektroda tersebut,
tegangan atau arus yang mengalir pada satu kaki akan mengatur arus yang lebih besar
untuk melalui 2 terminal lainnya.

Fungsi Transistor Lainnya :


 Sebagai penguat amplifier.
 Sebagai pemutus dan penyambung (switching).
 Sebagai pengatur stabilitas tegangan.
 Sebagai peratas arus.
 Dapat menahan sebagian arus yang mengalir.
 Menguatkan arus dalam rangkaian.
 Sebagai pembangkit frekuensi rendah ataupun tinggi.
Jika kita lihat dari susuan semi konduktor, Transistor dibedakan lagi menjadi 2 bagian,
yaitu Transistor PNP dan Transistor NPN. Untuk dapat membedakan kedua jenis
tersebut, dapat kita lihat dari bentuk arah panah yang terdapat pada kaki emitornya.
Pada transistor PNP arah panah akan mengarah ke dalam, sedangkan pada transistor
NPN arah panahnya akan mengarah ke luar. Saat ini transistor telah mengalami banyak
perkembangan, karena sekarang ini transistor sudah dapat kita gunakan sebagai
memory dan dapat memproses sebuah getaran listrik dalam dunia prosesor komputer.

Dengan berkembangnya fungsi transistor, bentuk dari transistor juga telah banyak
mengalami perubahan. Salah satunya telah berhasil diciptakan transistor dengan
ukuran super kecil yang hanya dalam ukuran nano mikron (transistor yang sudah
dikemas di dalam prosesor komputer). Karena bentuk jelajah tegangan kerja dan
frekuensi yang sangat besar dan lebar, tidak heran komponen ini banyak digunakan
didalam rangkaian elektornika. Contohnya adalah transistor pada rangkaian analog
yang digunakan sebagai amplifier, switch, stabilitas tegangan dan lain sebagainya.
Tidak hanya di rangkaian analog, pada rangkaian digital juga terdapat transistor yang
berfungsi sebagai saklar karena memiliki kecepatan tinggi dan dapat memproses data
dengan sangat akurat.

Pengertian Kapasitor, Prinsip Kerja, Fungsi dan


Jenis Kapasitor
 SEKITAR FISIKA SEPTEMBER 04, 2018 2 COMMENTS
SHARE:
 Facebook
 Twitter
 Google+
 Pinterest

Selamat pagi kawan, pada kesempatan kali ini, mimin akan menjelaskan
tentang pengertian kapasitor, prinsip kerja kapasitor, fungsi kapasitor dan jenis kapasitor.
Tanpa perlu berlama-lama, mari kita lihat penjelasannya di bawah ini

A. PENGERTIAN KAPASITOR

Kapasitor merupakan komponen elektronika yang berfungsi untuk menyimpan muatan


listrik sementara. Sebagai penyimpan listrik sederhana kapasitor, kapasitor secara luas
digunakan untuk menyaring arus yang tidak diinginkan dan memperlancar aliran arus.
Simbol yang digunakan  untuk menampilakan sebuah kapasitor dalam suatu rangkaian
listrik adalah sebagai berikut:

 Gambar 1. Simbol kapasitor


Kapasitor ditemukan pertama kali oleh Michael Faraday (1791-1867). Satuan kapasitor
disebut Farad (F). Satu farad = 9x1011cm2 yang artinya luas permukaan keping/lempeng
tersebut. Kapasitor disebut juga kondensator. Kata “kondensator” pertama kali
diperkenalkan oleh Alesaandro Volta seorang ilmuwan Italia pada tahun 1782 (dari bahasa
Italia “condensatore”, yaitu kemampuan alat untuk menyimpan suatu muatan listrik.

B. PRINSIP KERJA KAPASITOR

Kapasitor bekerja dengan cara menciptakan perbedaan potensial di antara dua konduktor
yang sering dinamakan ‘lempengan’ yang dipisahkan oleh materi insulasi yang dinamakan
dielektrik, sehingga muatan-muatan yang sama tetapi berlawanan membentuk lempengan-
lempengan yang berlawanan, membentuk bidang listrik  disepanjang kapasitor.

Gambar 2. Prinsip kerja kapasitor

Semakin luas area lempengan, dan semakin kecil celah antara lempengan-lempengan,
maka semakin tinggi kapasitansinya. Sebuah kapasitor bisa dialiri dengan cara
menghubungkan lempengan-lempengan dengan konduktor lainnya, tetapi dikarenakan
voltase tinggi yang bisa lempengan-lempengan itu ciptakan, lempengan-lempengan itu
sering dihubungkan dengan materi resistif tinggi untuk alasan keamanan.

Seperti halnya resistor, kapasitor juga tergolong ke dalam komponen listrik pasif. Adapun
cara kerja kapasitor dalam sebuah rangkaian elektronika adalah dengan cara mengalirkan
arus listrik menuju kapasitor. Apabila kapasitor sudah penuh terisi arus listrik,  maka
kapasitor akan mengeluarkan  muatannya dan kembali mengisi lagi. Begitu seterusnya.
C. RUMUS KAPASITOR

Besaran yang diukur pada sebuah kapasitor adalah kapasitansi yang dinotasikan sebagai
C. Dan dihitung dari persamaan sederhana adalah sebagai berikut:

C=Q/V

dimana :
C = nilai kapasitansi (F)
Q = arus yang mengalir (C)
V = perbedaan potensial.(V

D. Nilai Kapasitor

Nilai sebuah kapasitor dapat diukur dan dibaca dalam satuan farad (F), milifarad (mF),
mikrofarad (µF), nanofarad (nF), atau pikofarad (pF). Konversi nilai kapasitansi ini sama
dengan konversi tahanan listrik. Adapun konversi nilai kapasior ditunjukkan pada gambar 1.

Gambar 3.  Konversi nilai kapasitor 


PikoFarad (pF) = 1x10-2 F
NanoFarad (nF) = 1x10-9 F
MicroFarad (µF) = 1x10-6 F

Sedangkan konversi satuan farad adalah seperti dibawah ini:

1 Farad = 1.000.000 µF
1 µF =1.000 nF
1 µF =1.000.0000 pF
1 nF =1.000 pF
 

E. JENIS KAPASITOR BERDASARKAN PEMASANGANNYA

Kapasitor berdasarkan pemasangannya dibagi menjadi dua jenis yaitu kapasitor non-polar
dan kapasitor polar. Adapun penjelasannya adalah berikut ini:

1. Kapasitor non-polar dapat dipasang secara bolak-balik pada rangkaian elektronika, tanpa
memperhatikan kutub positif dan negatifnya.

2. Pada kapasitor polar, kutub negatif (-) digambarkan sebagai garis putih. Pemasangan
kutub positif (+) dan kutub (-) kapasitor yang salah pada rangkaian elektronika dapat
menyebabkan rangkaian rusak atau meledak.

F. JENIS KAPASITOR BERDASARKAN NILAINYA

Kapasitor berdasarkan nilainya dibedakan menjadi dua yaitu kapasitor nilai tetap dan
kapasitor nilainya bisa diatur (variabel resistor). Adapun penjelasannya adalah sebagai
berikut:

1. Kapasitor nilai tetap adalah kapasitor yang nilainya konstan (tidak berubah). Adapun
yang termasuk dalam kapasitor tetap yaitu kapasitor keramik, kapasitor polyester, kapasitor
kertas, kapasitor mika, kapasitor elektrolit, dan kapasitor tantalum.

2. Kapasitor nilai berubah (variable kapasitor) adalah kapasitor yang nilainya dapat diubah-
ubah sesuai yang kita kehendaki. Yang termasuk dalam kapasitor ini yaitu Varco dan
Trimmer.

G. MACAM KAPASITOR
 
Berikut ini beberapa macam kapasitor yang harus kamu tahu. Adapun penjelasan singkat
macam kapasitor adalah sebagai berikut:

1. Kapasitor Elektrolit (Elco)

Kapasitor elektolit merupakan jenis kapasitor polar yang dipasang pada rangkaian
elektronika sesuai dengan jenis-jenis terminal kapasitor. Terminal positif (+) kapasitor
dihubungkan ke potensial tinggi (+) rangkaian elektronika, dan terminal negatif (-) kapasitor
dihubungkan ke potensial rendah (-) rangkaian elektronika. Pemasangan yang salah dapat
menyebabkan kapasitor rusak atau meledak. Kutub negatif kapasitor elektrolit ditandai
dengan garis berwarna putih. Kapasitor elektrolit berkapasitas besar biasa digunakan
dalam catu daya. Pada body kapasitor elektrolit tertulis nilai kapasitansinya.

2. Kapasitor Tantalum

Seperti kapasitor elektrolit, kapasitor tantalum merupakan jenis kapasitor polar yang
dipasang pada rangkaian elektronika sesuai dengan jenis-jenis terminal kapasitor. Terminal
positif (+) kapasitor dihubungkan ke potensial tinggi (+) rangkaian elektronika, dan terminal
negatif (-) kapasitor dihubungkan ke potensial rendah (-) rangkaian elektronika.
Pemasangan yang salah dapat menyebabkan kapasitor rusak atau meledak. Kutub positif
dan kutub negatif kapasitor tantalum ditandai dengan tanda (+) dan (-). Kapasitor tantalum
bagus digunakan dalam jangkauan temperatur dan frekuensi yang luas.

3. Kapasitor Keramik

Bentuk kapasitor keramik bermacam-macam. Karena sifatnya yang stabil, kapasitor bagus
digunakan pada frekuensi tinggi. Pemasangan kapasitor kermaik pada rangkaian
elektronika boleh bolak-balik. Nilai kapasitansi kapasitor kermaik sangat kecil, tetapi bagus
digunakan pada jangkauan tegangan yang luas yaitu hingga 100 volt.

4. Kapasitor Mika

Kapasitor mika hampir sama dengan kapasitor keramik. Sifatnya stabil dan bagus
digunakan pada frekuensi dan tegangan tinggi, serta memiliki nilai kapasitansi yang kecil.

5. Kapasitor Polyester

Nilai kapasitansi kapasitor polyester berkisar antara 100 pF hingga 2 F, toleransi sekitar
5%, dan tegangan maksimum 400 volt. Kapasitor polyester cukup stabil, serta memiliki
bentuk fisik segiempat dan berwarna hijau.

6. Kapasitor Kertas

Nilai kapasitansi kapasitor kertas berkisar antara 10 nF hingga 10 µF, toleransi sekitar 10%,
dan tegangan maksimum 600volt. Kapasitor kertas cukup stabil, sehingga bagus digunakan
pada frekuensi dan suhu tinggi.
7. Kapasitor Variable

Kapasitor variable adalah jenis kapasitor yang nilai kapasitansinya dapat diubah-ubah. Cara
mengubah nilai nilai kapasitansinya yaitu dengan memutar poros kapasitor. Kapasitor
variable memiliki kapasitas maksimum sekitar 100 pF hingga 500 pF.

8. Kapasitor Trimmer

Kapasitor trimmer biasanya dipasang paralel dengan variabel kapasitor dan digunakan
untuk memasang pengatur gelombang frekuensi. Kapasitor trimmer memiliki kapasitas di
bawah 100 pF.

H. FUNGSI KAPASITOR

Kapasitor mempunyai banyak fungsi dalam rangkaian elektronika, adapun fungsi kapasitor
adalah sebagai berikut:

a.    Sebagai alat penyaring dalam rangkaian catu daya


b.    Untuk menghindari loncatan api saat sakelar beban listrik dihubungkan.
c.    Untuk menghemat daya listrik
d.    Untuk meredam noise atau ripple
e.    Sebagai kopling saat menghubungkan beberapa rangkaian listrik

Selain kapasitor dan resistor, kita juga mengenal adanya induktor dalam sebuah
rangkaian elektronika. Induktor adalah salah satu komponen dalam elektronik
yang berkaitan dengan rangkaian radio.

Fungsi induktor mempunyai sifat kebalikanya dengan fungsi kapasitor. Yaitu


berguna untuk memblokir arus searah (AC) dan meneruskan ke arus DC (arus
bolak-balik).
Apa Saja Fungsi Induktor yang Perlu Diketahui?

Untuk rangkaian elektronik yang membutuhkan kestabilan dalam hal filter dan
frekuensi, tentu dibutuhkan sebuah induktor.

Blok power supply bisa dijadikan contoh penerapan induktor dalam rangkaian
komponen elektronik.

Lebih lengkapnya, berikut ini ulasan mengenai kegunaan induktor dalam


rangkaian elektronik:

1. Berfungsi sebagai filter atau penyaring pada power supply untuk


menghilangkan bunyi dengung atau noise.
2. Induktor dipasang dengan komponen lainnya sebagai perangkat penerima
radio untuk memproses sinyal gelombang.
3. Sebagai pencegah interferensi frekuensi radio pada kabel.
Mengetahui Tentang Jenis-Jenis Induktor

ser
viceacjogja.pro

Kegunaan induktor adalah sebagai salah satu komponen dalam elektronika yang
berfungsi untuk menyimpan arus listrik dalam medan magnet. Jenis-jenis
induktor dibedakan berdasarkan  bentuk dan bahan penyusun intinya.

Baca Juga: Pengertian Solid State Relay

Berikut akan kami ulas beberapa jenis-jenis induktor berdasarkan bentuk dan
bahan intinya. Diantaranya adalah :

1. Air Core Inductor


Air core Inductor adalah salah satu jenis induktor yang menjadikan udara
sebagai bahan intinya.
2. Iron Core Inductor
Jenis induktor ini sama seperti namanya. Yaitu menggunakan besi sebagai
bahan inti dari Induktor ini.
3. Ferrite Core Inductor
Jenis induktor yang satu ini menggunakan ferit sebagai bahan material
intinya.
4. Torroidal Core Inductor
Induktor yang satu ini menggunakan bahan inti yang menyerupai bentuk
donat atau O ring.
5. Laminate Core Induction
Induktor yang satu ini menggunakan bahan inti yang terbuat dari
lempengan logam yang ditempelkan secara paralel. Pada masing-masing
lapisan inti dari logam ini terpasangi isolator.
6. Variable Inductor
Jenis Induktor yang satu ini nilai induksinya dapat diatur sesuai dengan
keinginan. Bagian inti dari variabel induktor ini merupakan bahan ferit yang
dapat diputar-putar.
Baca Juga: Fungsi Dioda Zener

Fungsi Induktor Dan Bentuk Aplikasinya

Induktor merupakan salah satu komponen yang biasa ditemukan dalam


rangkaian elektronika.

 Menyimpan arus listrik di dalam medan magnet.


 Menapis atau memfilter frekuensi tertentu
 Menahan arus bolak-balik (AC)
 Meneruskan arus searah (DC)
 Sebagai pembangkit tegangan
 Berfungsi untuk melipat gandakan tegangan.
Itulah tadi beberapa fungsi induktor dalam suatu komponen elektronika.
Berdasarkan fungsinya, maka induktor atau coil ini biasa diaplikasikan pada
benda-benda seperti :

 Sebagai Filter dalam sebuah rangkaian yang berkaitan dengan frekuensi.


 Transformer (transformator)
 Motor Listrik
 Solenoid
 Relay
 Speaker

Operasional Amplifier (Op-Amp) Wednesday, July 3rd 2019. | Teori Elektronika Mesothelioma Law Firm,
Sell Annuity Payment Operasional amplifier (Op-Amp) adalah suatu penguat berpenguatan tinggi yang
terintegrasi  dalam sebuah chip IC yang memiliki dua input inverting dan non-inverting dengan sebuah
terminal output, dimana rangkaian umpan balik dapat ditambahkan untuk mengendalikan karakteristik
tanggapan keseluruhan pada operasional amplifier (Op-Amp). Pada dasarnya operasional amplifier (Op-
Amp) merupakan suatu penguat diferensial yang memiliki 2 input dan 1 output. Op-amp ini digunakan
untuk membentuk fungsi-fungsi linier yang bermacam-mcam atau dapat juga digunakan untuk operasi-
operasi tak linier, dan seringkali disebut sebagai rangkaian terpadu linier dasar. Penguat operasional (Op-
Amp) merupakan komponen elektronika analog yang berfungsi sebagai amplifier multiguna dalam bentuk
IC dan memiliki simbol sebagai berikut : Simbol Operasional Amplifier (Op-Amp) Prinsip kerja sebuah
operasional Amplifier (Op-Amp) adalah membandingkan nilai kedua input (input inverting dan input non-
inverting), apabila kedua input bernilai sama maka output Op-amp tidak ada (nol) dan apabila terdapat
perbedaan nilai input keduanya maka output Op-amp akan memberikan tegangan output. Read more at:
http://elektronika-dasar.web.id/operasional-amplifier-op-amp/ Copyright © Elektronika Dasar

Read more at: http://elektronika-dasar.web.id/operasional-amplifier-op-amp/


Copyright © Elektronika Dasar

MODUL 2

PENYEARAH SETENGAH GELOMABANG


Penyearah atau rectifier adalah rangkaian yang berfungsi untuk mengubah arus AC
{bolak-balik} menjadi tegangan searah {DC}, Dioda adalah komponen utama dalam
sistem/rangkaian penyearah yang mempunyai prinsip kerja melewatkan arus ke satu arah dan
menghambat jalur arus arah lainnya.
Berdasarkan konfigurasi rangkaiannya penyearah dibagi 2 yaitu penyearah setengah
gelombang dan penyearah gelombang penuh. Masing-masing konfigurasi mempunyai
kekurangan dan kelebihan, pemilihan bentuk konfigurasi berdasarkan dari kebutuhan dengan
memperhatikan kestabilan sistem, kehalusan output dan pastinya biaya komponen. 

A. PENGERTIAN PENYEARAH SETENGAH GELOMBANG.


Penyearah setengah gelombang adalah jenis penyearah konfigurasinya yang paling
sederhana karena hanya menggunakan 1 dioda atau lebih dari 1 {pararel} untuk dan hanya
melewatkan siklus positif dari gelombangan AC, berikut ini gambar rangkaian penyearah
setengah gelombang. 

Gambar. Penyearah Setengah Gelombang.

B. PRINSIP KERJA PENYEARAH SETENGAH GELOMBANG.


Prinsip kerja penyearah setengah gelombang adalah memanfaatkan karateristik dioda
yang hanya arus ke satu arah dan menghambat jalur arus arah lainnya. Gelombang listrik AC
yang melewati dioda setengahnya akan dilewatkan dan setengahnya lagi akan diblokir.
Pada setengah siklus pertama {positif}, dioda dalam kondisi menjadi sebuah dioda
dengan bias maju yang artinya dioda seperti sakelar tertutup sehingga arus mengalir dan
melewati hambatan {R} beban. Berikut gambar operasi penyearah setengah gelombang pada
siklus pertama dengan gambar bentuk gelombang input dan output.

Gambar. Operasi Penyearah Setengah Gelombang Pada Siklus Pertama.

            Pada setengah siklus kedua {negatif}, dioda dalam kondisi menjadi sebuah dioda dengan
bias mundur yang bersifat menghambat dan tidak menghantar artinya dioda seperti sakelar
terbuka sehingga sehingga tidak ada arus mengalir pada hambatan beban. . Berikut gambar
operasi penyearah setengah gelombang pada siklus kedua dengan gambar bentuk gelombang
input dan output.

Gambar. Operasi Penyearah Setengah Gelombang Pada Siklus Kedua.

Pada setengah gelombang, diode akan berfungsi sebagai penghantar pada siklus positif
dan tidak berfungsi sebagai penghantar pada siklus negatif, sehingga dinamakan sebagai
penyearah setengah gelombang. Berikut ini gambar output penyearah setengah gelombang 3
siklus.
.

Gambar. Output Penyearah Setengah Gelombang 3 Siklus.

C.TEGANGAN OUTPUT  PENYEARAH SETENGAH GELOMABANG.


            Pada perencanaan rangkaian penyearah, harus diketahui besar/batas tegangan maksimum
yang diperbolehkan pada diode. Disebut tegangan maksimum atau tegangan puncak balik atau
PIV {peak- inverse - voltage}karena pada saat dioda mendapat bias mundur {balik} maka tidak
ada arus yang mengalir. Gambar berikut memperlihatkan nilai gelombang tegangan puncak
{Vp}tegangan rata-rata {Vrms} dan tegangan output {Vdc}

Gambar. Nilai Gelombang Tegangan Puncak , Tegangan Rata-rata Dan Tegangan Ouput.

Vp adalah nilai maksimum dari puncak tegangan, yang didapat dari tegangan input
dikurangi tegangan drop dioda selanjutnya dikalikan 50%. Berikut ini persamaan untuk
menghitung Vp :
Vp       = { Vin – 0.7} x 50 %....................................................{1}.
Jika Vrms diketahui persamaannya sebagai berikut :
Vp       = Vrms x 1.414………………………………………{2}.
Vrms adalah  rata-rata tegangan DC dari magnitude tegangan AC sinusoidal. Berikut ini
persamaan untuk menghitung Vrms :
Vrms   = Vp x 0.7071………………………………………...{3}.
Vdc adalah nilai tegangan output yang akan terbaca oleh voltmeter dc yang dapat
dihitung dengan persamaan berikut ini :
Vdc     = Vp/π………………………………………………..{4}.
Vdc     = Vp x 0.318………………………………………....{5}.
Vdc     = Vrms x 0.45………………………………………..{6}.

D. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PENYEARAH SETENGAN GELOMBANG.


Penyearah setengah gelombang mempunyai kelebihan dan kekurangan yaitu sebagai
berikut :
KELEBIHAN.
 Rangkaiannya sederhana.
 Biayanya murah karena hanya menggunakan 1 dioda.
 Cocok untuk charger baterai, terdapat keadaan output 0 Volt {saat siklus negative} yang
dapat berfungsi untuk mengistirahatkan sel baterai dari kejenuhan akibat proses charging. 
KEKURANGANNYA.

 Tegangan outoput mempunyai ripple yang sangat besar.


 Membutuhkan kapasitor yang sangat besar untuk tegangan ouput.
 Tidak dapat diterapkan pada PSU bersisten SMPS, karena SMPS merupakan PSU
berfrekuensi tinggi yang mempunyai duty cycle diatas 90% .
 Kurang efisien karena hanya mengambil setengah siklus saja, siklus setengahnya tidak
diambil yang berakibat output memiliki daya yang lebih kecil.
Peyearah Gelombang Penuh (Full Wave Rectifier)
 juan

Sistem penyearah arus merupakan sistem yang dapat merubah arus bolak
balik atau arus AC menjadi arus searah atau arus DC.

Salah satu cara yang digunakan untuk menyearahkan arus listrik ini adalah
dengan membuat rangkaian penyearah gelombang penuh.

Penyearah gelombang penuh atau full wave rectifier merupakan sistem


penyearah gelombang yang dapat menyearahkan semua siklus gelombang
baik pada fase positif maupun pada fase negatif.

Secara umum penyearah gelombang penuh dapat dilakukan atau dibuat


dengan dua cara yaitu dengan menggunakan dua buah dioda atau dengan
menggunakan empat buah dioda.

Penyearah gelombang penuh dengan menggunakan dua buah dioda dapat


dilakukan pada transformator CT (Center Tap) sedangkan penyearah
gelombang penuh dengan menggunakan 4 buah dioda dapat dilakukan pada
transformator non CT.

Penyearah gelombang penuh dengan dua buah dioda


Rangkaian penyearah gelombang penuh dengan menggunakan dua buah
dioda pada transformator CT dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Cara Kerja :
Fungsi dari transformator CT tersebut untuk menghasilkan dua buah signal
sinus dengan fase yang berkebalikan. Satu lilitan akan menghasilkan fase
yang sama dengan signal input dan satu lilitan lainnya akan menghasilkan fase
yang berkebalikan dengan signal input.

Dengan dua signal tegangan AC tersebut yang saling berbeda fase ini maka
kedua dioda masing-masing akan berfungsi sebagai penyearah setengah
gelombang dan bekerja secara bergantian. Satu dioda akan menyearahkan
siklus positif dari atas lilitasn dan satu dioda kemudian bergantian
menyearahkan siklus positif dari lilitan bawah yang merupakan kebalikan fase
dari siklus negatif signal input AC.
Penyearah gelombang penuh dengan empat buah dioda
Rangkaian penyearah gelombang penuh dengan menggunakan empat buah
dioda pada transformator non CT dapat dirangkai dengan sistem jembatan
(bridge) dioda, rangkaian tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Cara kerja :
Pada transformator non CT terdapat tegangan  pada sisi A dan pada sisi B.
Misalnya pada periode pertama pada sisi A adalah tegangan positif dan pada
sisi B adalah tegangan negatif maka dioda D1 dan D4 dapat menghantarkan
atau dilewati arus karena kedua dioda ini pada posisi forward bias (bias maju).
Sedangkan dioda D2 dan D3 akan berada pada posisi reverse bias (bias
mundur) sehingga tidak akan dapat dilewati arus. Untuk lebih jelasnya
perhatikan gambar di bawah ini :

Pada saat periode kedua maka sisi A akan menjadi tegangan negatif dan sisi B
akan menjadi tegangan positif maka dioda D2 dan D3 dapat menghantarkan
atau dilewati arus karena kedua dioda ini pada posisi forward bias (bias maju).
Sedangkan dioda D1 dan D4 akan berada pada posisi reverse bias (bias
mundur) sehingga tidak akan dapat dilewati arus. Untuk lebih jelasnya
perhatikan gambar di bawah ini :
Kelebihan penyearah gelombang penuh
Kelebihan dari penyearah gelombang penuh ini adalah tegangan output yang
dihasilkan akan lebih halus dan stabil karena semua tegangan input baik pada
fase positif maupun fase negatif akan dijadikan tegangan outputnya.

Kekurangan penyearah gelombang penuh


Kekurangan dari penyearah gelombang penuh ini adalah rangkaiannya akan
lebih rumit dan tentu saja karena membutuhkan dioda lebih dari satu maka
harga untuk membuatnya akan lebih mahal dibandingkan dengan penyearah
setengah gelombang.

Modul 3

Penguat (Amplifier) Kelas A


Penguat (Amplifier) common emitter adalah jenis penguat amplifier yang paling umum
digunakan karena mereka dapat memiliki gain tegangan yang sangat besar. Penguat Common
Emitter (CE) dirancang untuk menghasilkan ayunan tegangan output besar dari tegangan sinyal
input yang relatif kecil hanya beberapa millivolt dan digunakan terutama sebagai "penguat
sinyal kecil" seperti yang kita lihat dalam tutorial sebelumnya.

Namun, kadang-kadang diperlukan penguat atau amplifier untuk menggerakkan beban resistif
besar seperti speaker atau untuk menggerakkan motor dalam robot dan untuk jenis
penerapan/aplikasi ini di mana arus switching yang tinggi diperlukan dibutuhkan Power
Amplifier (penguat daya).

Fungsi utama dari Penguat Daya (Power Amplifier), yang juga dikenal sebagai "penguat sinyal
besar" adalah untuk memberikan daya, yang merupakan produk dari tegangan dan arus ke
beban.

Pada dasarnya penguat daya juga merupakan penguat tegangan perbedaannya adalah bahwa
resistansi/hambatan beban yang terhubung ke output relatif rendah, misalnya speaker 4Ω atau
8Ω yang menghasilkan arus tinggi yang mengalir melalui kolektor transistor. Karena arus beban
tinggi ini, transistor output yang digunakan untuk tahap output power amplifier seperti 2N3055
perlu memiliki tegangan dan peringkat daya yang lebih tinggi daripada yang umum digunakan
untuk penguat sinyal kecil seperti BC107.

Karena kami tertarik untuk memberikan daya AC maksimum ke beban, sambil mengonsumsi
daya DC minimum dari supply, kami lebih mementingkan “efisiensi konversi” penguat
(amplifier). Namun, salah satu kelemahan utama dari power amplifier dan terutama penguat
Kelas A adalah bahwa efisiensi konversi keseluruhannya sangat rendah karena arus besar
berarti bahwa sejumlah besar daya hilang dalam bentuk panas.

Persentase efisiensi dalam penguat (amplifier) didefinisikan sebagai daya output rms yang
hilang dalam beban dibagi dengan total daya DC yang diambil dari sumber supply seperti yang
ditunjukkan di bawah ini.

Efisiensi Penguat Daya (Power Amplifier)

Dimana:
 η% - adalah efisiensi dari penguat (amplifier).
 Pout - adalah daya output penguat (amplifier) yang dikirim ke beban.
 Pdc - adalah daya DC yang diambil dari supply.

Untuk power (amplifier), sangat penting bahwa catu daya penguat dirancang dengan baik untuk
memberikan daya kontinu maksimum yang tersedia untuk sinyal output.

Penguat (Amplifier) Kelas A


Jenis yang paling umum digunakan konfigurasi penguat daya atau power amplifier adalah
penguat Kelas A. Penguat Kelas A adalah bentuk paling sederhana dari penguat daya yang
menggunakan transistor switching tunggal dalam konfigurasi rangkaian common emitter standar
seperti yang terlihat sebelumnya untuk menghasilkan output terbalik.

Transistor selalu bias "ON" sehingga melakukan selama satu siklus lengkap dari bentuk sinyal
input menghasilkan distorsi minimum dan amplitudo maksimum dari sinyal output. Ini berarti
bahwa konfigurasi Penguat Kelas A adalah mode operasi yang ideal, karena tidak ada distorsi
crossover atau switch-off ke bentuk gelombang output bahkan selama setengah negatif dari
siklus.

Tahap output power amplifier Kelas A dapat menggunakan transistor daya tunggal atau
pasangan transistor yang terhubung bersama untuk berbagi arus beban tinggi. Pertimbangkan
rangkaian penguat Kelas A di bawah ini.

Rangkaian Penguat (Amplifier) Satu Tahap

Ini adalah jenis paling sederhana dari rangkaian power amplifier Kelas A. Ia menggunakan
transistor berujung tunggal untuk tahap outputnya dengan beban resistif yang terhubung
langsung ke terminal Collector.

Ketika transistor beralih "ON", ia akan menenggelamkan arus output melalui Collector yang
menghasilkan penurunan tegangan yang tidak terhindarkan pada resistansi Emitter sehingga
membatasi kemampuan output negatif.

Efisiensi dari jenis rangkaian ini sangat rendah (kurang dari 30%) dan menghasilkan output
daya yang kecil untuk pengaliran besar pada catu daya DC. Penguat Kelas A melewati arus
beban yang sama bahkan ketika tidak ada sinyal input yang diterapkan sehingga heatsink besar
diperlukan untuk transistor output.

Namun, cara sederhana lain untuk meningkatkan kapasitas penanganan arus rangkaian,
sementara pada saat yang sama memperoleh penguatan daya yang lebih besar adalah
mengganti transistor output tunggal dengan Transistor Darlington.

Jenis perangkat ini pada dasarnya adalah dua transistor dalam satu paket, satu "pilot" kecil
transistor dan satu lagi transistor "switching" yang lebih besar. Kelebihan besar dari perangkat
ini adalah bahwa impedansi input cukup besar sedangkan impedansi output relatif rendah,
sehingga mengurangi kehilangan daya dan karenanya panas dalam perangkat switching.

Konfigurasi Transistor Darlington

Keseluruhan arus gain Beta (β) atau nilai hfe dari perangkat Darlington adalah hasil dari dua
gain individual dari transistor yang dikalikan bersama dan nilai β yang sangat tinggi bersama
dengan arus Collector yang tinggi dimungkinkan dibandingkan dengan rangkaian transistor
tunggal.
Untuk meningkatkan efisiensi daya penuh penguat Kelas A, dimungkinkan untuk merancang
rangkaian dengan trafo yang terhubung langsung di rangkaian Collector untuk membentuk
rangkaian yang disebut Gabungan Transformator Amplifier. Transformator meningkatkan
efisiensi penguat (amplifier) dengan mencocokkan impedansi beban dengan output penguat
menggunakan rasio belokan ( n ) transformator dan contohnya diberikan di bawah ini.

Rangkaian Gabungan Trafo Penguat (Amplifier)

Sebagai arus Collector, Ic dikurangi hingga di bawah titik-Q diam yang diatur oleh tegangan
bias base, karena variasi arus base, fluks magnet pada inti trafo runtuh yang menyebabkan ggl
yang diinduksi dalam belitan primer transformator.

Modul 4

Penguat Inverting dan Non-inverting


17 December 2014

Tujuan

Mengamati cara kerja dan fungsi rangkaian penguat.

Dasar Teori
Penguat operasional atau yang dikenal sebagai Op-Amp merupakan suatu rangkaian terintegrasi atau IC yang
memiliki fungsi sebagai penguat sinyal, dengan beberapa konfigurasi. Secara ideal Op-Amp memiliki impedansi
masukan dan penguatan yang tak berhingga serta impedansi keluaran sama dengan nol. Dalam prakteknya, Op-Amp
memiliki impedansi masukan dan penguatan yang besar serta impedansi keluaran yang kecil. Op-amp memiliki
simbol seperti yang terlihat pada gambar (1). 

Gambar 1

Simbol Op-Amp

Secara garis besar, terdapat 4 pin utama dari Op-Amp, yaitu masukan inverting (tanda minus), masukan
noninverting (tanda plus), masukan tegangan positif, masukan tegangan negatif dan pin keluaran. Di samping pin
tersebut terdapat satu pin untuk adjustment. Beberapa penerapan Op-Amp diantaranya adalah:

Penguat Inverting

Rangkaian untuk penguat inverting adalah seperti yang ditunjukkan gambar (2).
Gambar 2

Rangkaian Penguat Inverting

Penguat ini memiliki ciri khusus yaitu sinyal keluaran memiliki beda fasa sebesar 180 o. Pada rangkaian penguat
yang ideal memiliki syarat bahwa tegangan masukan sama dengan 0 dan impedansi masukan tak terhingga.
Sehingga dari rangkaian tersebut dapat diperoleh rumus penguat adalah sebagai berikut :

dimana i- = 0, maka

               

Substitusi persamaan (2) dan (3) ke persamaan (1) sehingga diperoleh

Tanda (-) negatif menunjukkan terjadi pembalikan pada keluarannya atau memiliki beda fasa sebesar 180 0 dengan
masukannya.

Penguat Non-inverting,

Rangkaian untuk penguat non-inverting adalah seperti yang ditunjukkan gambar (3).
Gambar 3

Rangkaian Penguat Non-Inverting

Penguat tersebut dinamakan penguat non-inverting karena masukan dari penguat tersebut adalah masukan non-
inverting dari Op Amp. Tidak seperti penguat inverting, sinyal keluaran penguat jenis ini sefasa dengan sinyal
masukannya. Seperti pada rangkaian penguat inverting syarat ideal sebuah penguat adalah tegangan masukan sama
dengan 0 dan impedansi masukan tak terhingga. sehingga dari rangkaian tersebut dapat diperoleh rumus penguat
adalah sebagai berikut :                                    

Substitusi persamaan (5) dan (6) ke persamaan (1) sehingga diperoleh 

Rangkaian penguat inverting maupun non-inverting biasanya menggunakan IC Op-Amp 741. Dengan memahami
prinsip kerja dari rangkaian ini, maka rangkaian pengembangan dari rangakaian Op-Amp ini seperti rangkaian ADC
(Analog to Digital Converter), DAC (Digital to Analog Converter), Summing (penjumlahan) dan yang lainnya juga
dapat dipahami. Berikut datasheet dari IC 741:
Gambar 4

IC 741

Komponen dan Peralatan

Operational Amplifier Apparatus (1 Buah)

Osiloskop (1 Buah)

Audio generator (1 Buah)

Resistor (100 Ω dan 220 Ω) (@1 Buah)

Probe Osiloskop (2 Buah)

Kabel (Secukupnya)

Prosedur Percobaan

Rangkaian Inverting

1. Rangkai alat seperti pada gambar (2).


2. On-kan osiloskop dan lakukan kalibrasi pada osiloskop.
3. Hubungkan tegangan input (Vin) pada masukan inverting dan masukan non-inverting di-ground-kan.
4. Gunakan resistor 100 Ω sebagai Rin dan resistor 220 Ω sebagai Rf  pada op-amp apparatus.
5. Masukkan probe osiloskop dari channel 1 sebagai input dan probe channel 2 sebagai output pada op-amp
apparatus.
6. On-kan op-amp apparatus dan audio generator, kemudian atur frekuensi pada audio generator hingga
diperoleh gelombang keluaran pada channel 2 osiloskop.
7. Amati keluaran yang terjadi, catat tegangan dari channel 1 dan channel 2, kemudian cari faktor
penguatannya dan Vout dengan menggunakan persamaan (4)

Rangkaian Non-Inverting

1. Rangkai alat seperti pada gambar (3).


2. On-kan osiloskop dan lakukan kalibrasi pada osiloskop.
3. Hubungkan tegangan input (Vin) pada masukan non-inverting dan masukan inverting di-ground-kan.
4. Gunakan resistor 100 Ω sebagai Rin dan resistor 220 Ω sebagai Rf  pada op-amp apparatus.
5. Masukkan probe osiloskop dari channel 1 sebagai input dan probe channel 2 sebagai output pada op-amp
apparatus.
6. On-kan op-amp apparatus dan audio generator, kemudian atur frekuensi pada audio generator hingga
diperoleh gelombang keluaran pada channel 2 osiloskop.
7. Amati keluaran yang terjadi, catat tegangan dari channel 1 dan channel 2, kemudian cari faktor
penguatannya dan Vout dengan menggunakan persamaan (8)

Data Hasil Pengamatan

Rangkaian Inverting

Rin = 100 Ω

Rf = 220 Ω
Gambar 7

Sinyal Masukan dan Sinyal Keluaran pada Rangkaian Inverting      

Tabel 1

Tabel Vpp dan Volt/Div pada Rangkaian Inverting

Vpp (Div) Volt/Div

Channel 1 2 1

Channel 2 4,4 1

Rangkaian Non-Inverting

Rin = 100 Ω

Rf = 220 Ω
Gambar 8

Sinyal Masukan dan Sinyal Keluaran pada Rangkaian Non-Inverting

Tabel 2

Tabel Vpp dan Volt/Div pada Rangkaian Non-Inverting

Vpp (Div) Volt/Div

Channel 1 1,4 1
Channel 2 4,4 1

Pengolahan Data

Rangkaian Inverting

Tegangan pada channel 1 (Vin)

Tegangan pada channel 2 (Vout)


Dari persamaan (4), dapat dihitung tegangan keluaran yang dihasilkan adalah sebesar

Dengan faktor penguatannya

Rangkaian Non-Inverting

Tegangan pada channel 1 (Vin)

Tegangan pada channel 2 (Vout)

Dari persamaan (4), dapat dihitung tegangan keluaran yang dihasilkan adalah sebesar

Dengan faktor penguatannya

Analisis Data

Rangkaian inverting akan menguatkan sinyal masukan dan sinyal keluarannya akan memiliki fasa yang berbeda
1800 dengan sinyal masukannya. Hal ini dapat dilihat pada gambar (7). Besar penguatannya adalah 2,2 kali. Oleh
karena itu, jika diberi tegangan masukan sebesar 2 volt akan dihasilkan tegangan keluaran sebesar 4,4 volt. Hasil
tegangan keluaran yang diperoleh melalui osiloskop maupun perhitungan menggunakan rumus penguatan
menunjukkan hasil yang sama.

Rangkaian non-inverting akan menguatkan sinyal masukan dan sinyal keluarannya akan memiliki fasa yang sama
dengan sinyal masukannya. Hal ini dapat dilihat pada gambar (8). Besar penguatannya adalah 3,2 kali. Oleh karena
itu, jika diberi tegangan masukan sebesar 1,4 volt akan dihasilkan tegangan keluaran sebesar 4,4 volt. Hasil
tegangan keluaran yang diperoleh melalui osiloskop maupun perhitungan menggunakan rumus penguatan memiliki
perbedaan nilai. Nilai tegangan berdasarkan perhitungan adalah sebesar 4,48 volt. Hal ini disebabkan karena
kurangnya ketelitian pada osiloskop yang digunakan.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Rangkaian penguat baik inverting maupun non-inverting dapat digunakan untuk menguatkan sinyal masukan.

Saran

Sebelum melakukan percobaan ini sebaiknya praktikan:

1. memahami konsep tentang penguat operational,


2. melakukan kalibrasi pada osiloskop sebelum digunakan,
3. memahami kondisi alat dan komponen yang digunakan.

https://www.hajarfisika.com/2017/09/laporan-praktikum-rangkaian-penyearah.html#:~:text=Penyearah
%20gelombang(rectifier)%20adalah%20bagian,tegangan%20DC(direct%20current).&text=hingga
%202%CF%80%20dioda%20terpanjar%20mundur%2C%20oleh%20karenanya%20arus%20tidak
%20dapat%20mengalir.

Anda mungkin juga menyukai