Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MANDIRI

KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA MELIPUTI KOMPONEN


PASIF, KOMPONEN AKTIF, DAN KOMPONEN PENUNJANG

NAMA : SUSISUSANTI
NIM : 220104501007
KELAS : FISIKA SAINS

PRODI FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2023
KOMPONEN PASIF
1. Resistor
Resistor adalah komponen elektronika yang berfungsi untuk menghambat atau membatasi
aliran listrik yang mengalir dalam suatu rangkaian elektronika. Resistor termasuk komponen pasif
pada rangkaian elektronika. Sebagaimana fungsi resistor yang sesuai namanya bersifat resistif dan
termasuk salah satu komponen elektronika dalam kategori komponen pasif. Berikut adalah simbol
resistor dalam bentuk gambar yang sering digunakan dalam suatu desain rangkaian elektronika.

Kapasitas daya pada resistor merupakan nilai daya maksimum yang mampu dilewatkan
oleh resistor tersebut. Nilai kapasitas daya resistor ini dapat dikenali dari ukuran fisik resistor dan
tulisan kapasitas daya dalam satuan Watt untuk resistor dengan kemasan fisik besar. Nilai toleransi
resistor ini selalu dicantumkan di kemasan resistor dengan kode warna maupun kode huruf. Sebagai
contoh resistor dengan toleransi 5% maka dituliskan dengan kode warna pada cincin ke 4 warna
emas. Resistor yang banyak dijual dipasaran pada umumnya resistor 5% dan resistor 1%.

Jenis-Jenis Resistor

Berdasarkan jenis dan bahan yang digunakan untuk membuat resistor dibedakan menjadi
resistor kawat, resistor arang dan resistor oksida logam atau resistor metal film.
1. Resistor Kawat (Wirewound Resistor)

Resistor kawat atau wirewound


resistor merupakan resistor yang dibuat
dengan bahan kawat yang dililitkan. Sehingga
nilai resistansi resistor ditentukan dari
panjangnya kawat yang dililitkan. Resistor
jenis ini pada umumnya dibuat dengan
kapasitas daya yang besar.

2. Resistor Arang (Carbon Resistor)

Resistor arang atau resistor karbon


merupakan resistor yang dibuat dengan bahan
utama batang arang atau karbon. Resistor karbon
ini merupakan resistor yang banyak digunakan
dan banyak diperjual belikan. Dipasaran resistor
jenis ini dapat kita jumpai dengan kapasitas daya
1/16 Watt, 1/8 Watt, 1/4 Watt, 1/2 Watt, 1 Watt, 2
Watt dan 3 Watt.

3. Resistor Oksida Logam (Metal Film Resistor)

Resistor oksida logam atau lebih dikenal dengan


nama resistor metal film merupakan resistor yang dibuat
dengan bahan utama oksida logam yang memiliki
karakteristik lebih baik. Resistor metal film ini dapat
ditemui dengan nilai toleransi 1% dan 2%. Bentuk fisik
resistor metal film ini mirip dengan resistor kabon hanya
beda warna dan jumlah cicin warna yang digunakan dalam
penilaian resistor tersebut. Sama seperti resistor karbon,
resistor metal film ini juga diproduksi dalam beberapa
kapasitas daya yaitu 1/8 Watt, 1/4 Watt, 1/2 Watt. Resistor metal film ini banyak digunakan untuk
keperluan pengukuran, perangkat industri dan perangkat militer.Kemudian berdasarkan nilai
resistansinya, resistor dibedakan menjadi empat yaitu :
1. Resistor tetap (Fixed Resistor)
Fixed Resistor adalah jenis Resistor yang memiliki nilai resistansinya tetap. Nilai
Resistansi atau Hambatan Resistor ini biasanya ditandai dengan kode warna ataupun kode Angka.
Cara Menghitung Nilai Resistor berdasarkan kodeangka dan kode warna.

Contoh resistor SMD dengan kode 473, maka nilai resistor tersebut adalah:
47 x 10³ohm = 47.000 ohm

= 47 K Ω

Selain dari resistor Surface Mount Device (SMD), juga terdapat jenis resistor
fixed lainnya seperti pada gambar 1.5 berikut:

Bentuk dan simbol resistor tetap (fixed resistor)

2. Resistor Tidak Tetap (Variable Resistor).


Variable Resistor adalah jenis Resistor yang nilai resistansinya dapat berubah dan diatur
sesuai dengan keinginan. Pada umumnya Variable Resistor terbagi menjadi Potensiometer,
Rheostat dan Trimpot.
Potensiometer merupakan jenis Variable Resistor yang nilai resistansinya dapat berubah-
ubah dengan cara memutar porosnya melalui sebuah tuas yang terdapat pada potensiometer. Nilai
Resistansi potensiometer biasanya tertulis di badan potensiometer dalam bentuk kode angka.
Rheostat merupakan jenis Variable Resistor yang dapat beroperasi pada tegangan dan
arus yang tinggi. Rheostat (hambatan geser) merupakan resistor variabel yang didesain untuk
menangani arus dan tegangan yang tinggi.

Preset Resistor atau sering juga disebut dengan Trimpot (Trimmer Potensiometer) adalah
jenis Variable Resistor yang berfungsi seperti Potensiometer tetapi memiliki ukuran yang lebih
kecil dan tidak memiliki tuas. Untuk mengatur nilai resistansinya, dibutuhkan alat bantu seperti
obeng kecil untuk dapat memutar porosnya. Trimer Potensiometer (trimpot) merupakan
potensiometer yang hanya bisa diubah nilai hambatannya dengan menggunakan sebuah obeng
untuk memutar kontaknya. Berikut lambang dan gambar trimpot.

3. Thermistor (Thermal Resistor)


Termistor merupakan gabungan antara kata Termo (suhu) dan resistor (pengukur tahanan).
Termistor di temukan oleh Samuel Ruben pada tahun 1930. Thermistor adalah Jenis Resistor yang
nilai resistansinya dapat dipengaruhi oleh suhu (Temperature). Thermistor merupakan Singkatan
dari “Thermal Resistor”. Terdapat dua jenis Thermistor yaitu Thermistor NTC (Negative
Temperature Coefficient) dan Thermistor PTC (Positive Temperature Coefficient).Termistor
sering digunakan sebagai sensor panas atau dapat juga digunakan untuk menjaga suhu suatu
rangkaian atau alat supaya tetap stabil.
Termistor yang peka terhadap panas yang biasanya mempunyai koefisien suhu negatif,
karena saat suhu meningkat maka tahanan menurun atau sebaliknya. Jenis ini sangat peka dengan
perubahan suhu yang kecil. Fungsi utamanya untuk mengubah nilai resitansi karena adanya
temperatur dalam rangkaian tersebut.NTC (Negative Temperature Coefficient) dan PTC (Positive
Temperature Coefficient) merupakan resistor yang nilai resistansinya berubah jika terjadi
perubahan temperatur di sekelilingnya. Untuk NTC, nilai resistansi akan naik jika temperatur
sekelilingnya turun. Sedangkan, nilai resistansi PTC akan naik jika temperatur sekelilingnya naik.
Kedua komponen ini sering digunakan sebagai sensor untuk mengukur suhu atau temperatur daerah
di sekelilingnya.

Setiap penambahan derajat Thermistor mempunyai perubahan hambatan sangat besar.


Ketika Thermistor dihubungkan ke kontroler adalah cara terbaik untuk mengukurnya. Pada mode
VDC pasang kabel multimeter di kabel Thermistor. Bila terukur tegangan 5 volt maka artinya tidak
ada hubungan atau tahanan pada Thermistor, jika tegangan 0 volt maka Thermistor short. Namun
jika pada suhu ruangan 25 derajat maka Thermistor harus mendapat tegangan sebesar 2,5 volt.
Namun ada pula pendingin ruangan yang controllernya menggunakan tegangan 3,3 volt ketika
thermistor memutuskan arus dan tegangan 1,7 volt ketika suhu ruangan 25 derajat.

4. LDR (Light Dependent Resistor)


LDR atau Light Dependent Resistor adalah jenis resistor yang nilai Resistansinya
dipengaruhi oleh intensitas cahaya yang diterimanya.

Cara Mengetahui/ Penentuan Nilai Resistor

1. Cara Mengetahui Nilai Resistor dengan Perhitungan


Setiap tahanan atau resistor biasanya sudah tertentu nilai ohmnya, ada yang sudah tertera pada
body resistor tersebut dan ada pula dengan kode warna. Jika yang tertera pada body resistor
maka itu ada pada resistor tidak tetap (variable resistor), thermistor dan LDR. Jika pada resistor
tetap, penentuan nilai resistor terletak pada kode warna yang ada pada resistor tersebut.
Kalau kita telah bisa menentukan mana cincin yang pertama selanjutnya adalah membaca
nilai resistansinya. Jumlah cincin yang melingkar pada resistor umumnya sesuai dengan besar
toleransinya. Biasanya resistor dengan toleransi 5%, 10% atau 20% memiliki 3 cincin (tidak
termasuk cincin toleransi). Tetapi resistor dengan toleransi 1% atau 2% (toleransi kecil) memiliki
4 cincin (tidak termasuk cincintoleransi). Cincin pertama dan seterusnya berturut-turut
menunjukkan besar nilai satuan, dan cincin terakhir adalah faktor pengalinya.

Jika dilihat pada tabel 1.1, diketahui cincin kuning nilainya = 4 dan cincin violet nilainya
= 7. Jadi cincin pertama dan kedua atau kuning dan violet berurutan, nilai satuannya adalah 47.
Cincin ketiga adalah faktor pengali, dan jika warna cincinnya merah berarti faktor pengalinya
adalah 100. Sehingga dengan ini diketahui nilai resistansi resistor tersebut adalah nilai satuan faktor
pengali atau 47 x 100 = 4700 Ohm = 4,7 kilo ohm (pada rangkaian elektronika biasanya ditulis 4K7
Ohm) dan toleransinya adalah + 5%. Arti dari toleransi itu sendiri adalah batasan nilai resistansi
minimum dan maksimum yang di milikioleh resistor tersebut. Jadi nilai sebenarnya dari resistor
4,7k Ohm + 5% adalah :4700 x 5% = 235 ohm. Jadi nilai maksimum pada resistor tersebut adalah
4700 + 235 = 4935 Ohm. Sedangkan minimum pada resistor tersebut adalah 4700 – 235 = 4465
Ohm.

2. Cara Mengukur Nilai Resistor dengan Pengukuran Menggunakan Multimeter

Bagian yang paling penting dalam pembacaan tahanan menggunakan multimeter adalah :
1. Pengaturan pengali pada knop multimeter

2. Kalibrasi

3. Pembacaan skala
2. Kondensator/ kapasitor
Kapasitor (Capacitor) atau disebut juga dengan Kondensator (Condensator) adalah
komponen elektronika pasif yang dapat menyimpan muatan listrik dalam waktu sementara dengan
satuan kapasitansinya adalah Farad. Satuan kapasitor tersebut diambil dari nama penemunya yaitu
Michael Faraday (1791 ~ 1867) yang berasal dari Inggris. Fungsi kapasitor antara lain:

a. Sebagai filter atau penyaring, biasanya digunakan pada sistem radio, tv, amplifier dan
lain-lain. Filter pada radio digunakan untuk menyaring (penghambatan ) gangguan-
gangguan dari luar.

b. Sebagai kopling, kapasitor sebagai kopling (penghubung) amplifier tingkat rendah


ketingkat yeng lebih tinggi.

Jenis kapasitor berdasarkan nilai kapasitansinya dibagi menjadi 2 bagian:

1) Kapasitor tetap

yaitu kapasitor yang mempunyai nilai sesuai dengan tertera pada body kapasitor
tersebut. Kapasitor tetap terbagi 6 yaitu:

Jenis kapasitor berdasarkan polaritasnya mempunyai dua :

a) Kapasitor Polar, adalah kapasitor yang kedua kutubnya mempunyaipolaritas positif dan
negatif, biasanya kapasitor Polar bahan dielektriknya terbuat dari elektrolit dan biasanya
kapasitor ini mempunyai nilai kapasitansi yang besar dibandingkan dengan kapasitor yang
menggunakan bahan dielektrik kertas atau mika atau keramik.

b) Kapasitor Non Polar, adalah kapasitor yang pada kutubnya tidak mempunyai polaritas
artinya pada kutup-kutupnya dapat dipakai secara terbalik. Biasanya kapasitor ini mempunyai
nilai kapasitansi yang kecil dan bahan dielektriknya terbuat dari keramik, mika dll.
1. Kapasitor keramik (Ceramic Capacitor)

Cara membaca kapasitor keramik pada contoh di atas adalah : pada kapasitor
tertera 103 maka artinya 10 dan 3 angka menjadi 10.000 pF yang dalam satuan
yang lebih besar menjadi 10 nF.
Kode 103, penjabaran menjadi nilai 10nF adalah sebagai berikut:

2. Kapasitor polyester atau milar

Range nilainya cukup bervariasi


namun umumnya dalam kapasitas yang jelas
dan penggunaan tegangan yang rendah. Karena
toleransinya yang cukup besar maka biasanya
tidak digunakan pada rangkaian frekuensi
tinggi atau pada rangkaian dengan arus listrik
yang besar, tetapi kapasitor polyester ini
banyak juga diterapkan pada rangkaian power
supply.

3. Kapasitor Mika

Bahan isolator kapasitor mika ini


menggunakan mika dan penggunaanya biasanya
pada rangkaian RF Frekuensi tinggi. Ini
dikarenakan toleransinya yang rendah tingkat
stabilitas yang tinggi serta ketahanan terhadap suhu
yang sangat baik dan yang terpenting bisa
digunakan pada tegangantinggi sehingga harganya
juga pasti lumayan mahal. Fungsi kapasitor lainnya
adalah selain sebagai osilator RF juga sebagai filter,
kopling atau dekopling.
4. Kapasitor elektrolit

Kapasitas kapasitor elektrolit atau elko


bisa dengan range 0.47 uF hingga satuan Farad.
Bahan isolatornya adalah terdiri dari cairan
elektrolit untuk menyimpan energi listrik yang
kemudian dibungkus lagi dengan aluminium.

5. Kapasitor kertas

nilai kapasitasinya berkisar 300 pF


hingga 4 uF saja dengan kaki-kaki yang tidak
ada polaritasnya sehingga tidak ada masalah
jika terbalik dalam pemasangan terminal
polaritasnya pada rangkaian elektronika.
Umumnya kapasitor kertas ini digunakan pada
sirkuit elektronik yang memiliki arus listrik
dan tegangan

6. Kapasitor tantalum

kapasitor tantalum ini dapat


digunakan pada range frekuensi yang lebar
misalnya pada frekuensi yang tinggi.
Bandingkan saja dengan kapasitor elektrolik
(elco) yang memang memiliki kapasitas yang
besar tetapi hanya bisa digunakan pada
rangkaian elektronika yang memiliki
rekuensi rendah. Masih ada lagi kelebihan
dari kapasitor tantalum ini yaitu tahan
terhadap suhu dari -55 0C hingga +125 0C
sehingga kapasitor tantalum ini sangat cocok .
2) Kapasitor variabel

Kapasitor variabel adalah kapasitor yang dapat diubah nilai kapasitornya sesuai
dengan kebutuhan. Ada dua jenis kapasitor variabel yaitu : Varco (Variable Condenstator)
dan Trimmer.

1. Variable condensator

Pada jenis kapasitor ini terdapat


poros untukmengubah nilai kapasitas
dari kapasitornya. Bentuk kapasitor
berjenis variable condensator biasanya
berbentuk kontak dengan nilai
kapasitansinya berkisar 100 pF hingga
500 pF. Kapasitor ini banyak digunakan
pada rangkaian RF, seperti radio.

2. Trimmer

Cara kerja trimmer adalah


saat poros diputar Maka akan
mengubah jarak pelat sehingga
kapasitansi berubah. Karena poros
pengaturnya juga hanya bisa
dilakukan dengan obeng minus maka
biasanya hanya diperuntukkan pada
rangkaian fine tune saja / sekali setting.
Nilai maksimum jenis kapasitor ini
hanya 100 pF saja.

Prinsip/ Cara kerja kapasitor dalam rangkaian adalah dengan mengalirkan elektron ke
dalam kapasitor. Ketika kapasitor diisi dengan elektron, tegangan berubah. Selanjutnya, elektron
akan keluar dari kapasitor dan mengalir ke sirkuit yang mereka butuhkan. Dengan cara ini,
kapasitor akan menghasilkan rangkaian reaktif

Cara Membaca/ Penentuan Nilai Kapasitor

Membaca nilai kapasitor pada kapasitor ukuran besar dapat langsung dibaca pada
kemasannya, Untuk kapasitor berukuran kecil nilai kapasitor ditulis dalam kode tertentu, dengan
cara pembacaan nilai kapasitor sebagai berikut. Pada kapasitor yang berukuran besar, nilai
kapasitansi umumnya ditulis dengan angka yang jelas. Lengkap dengan nilai tegangan maksimum
dan polaritasnya. Misalnya pada kapasitor elco dengan jelas tertulis kapasitansinya sebesar
22uF/25V. Kapasitor yang ukuran fisiknya mungil dan kecil biasanya hanya bertuliskan 2 (dua)
atau 3 (tiga) angka saja. Jika hanya ada dua angka satuannya adalah pF (pico farads). Sebagai
contoh, kapasitor yang bertuliskan dua angka 47, maka kapasitansi kapasitor tersebut adalah 47 pF.

a) Kapasitor Dengan Penulisan 3 Digit

Jika ada 3 digit, angka pertama dan kedua menunjukkan nilai nominal, sedangkan angka
ke-3 adalah faktor pengali. Faktor pengali sesuai dengan angka nominalnya, berturut-turut 1 = 10,
2 = 100, 3 = 1.000, 4 = 10.000 dan seterusnya. Misalnya pada kapasitor keramik tertulis 104, maka
kapasitansinya adalah 10 x 104pF = 100.000pF atau = 100nF. Contoh lain misalnya tertulis 222,
artinya kapasitansikapasitor tersebut adalah 22 x 102pF = 2200 pF = 2.2 nF.

b) Kapasitor Dengan Penulisan Ring Warna

Kapasitor juga dituliskan dengan kode warna seperti resistor, namun kapasitor jenis ini
jarang ditemui. Format penulisan dengan kode warna kapasitor ditulis dalam 4 ring warna dan 5
ring warna. Kapasitor yang ditulis dengan kode warna menggunakan satuan dasar pico farad (pF).
Urutan pembacaan ring kapasitor dimulai dari ring paling atas. Ring pertama = digit ke 1, ring
kedua = digit ke 2, ring ketiga = faktor pengali, ring ke empat = toleransi. Sebagai contoh kapasitor
dengan 4 ring warna dimulai dari atas kuning (4), ungu (7), merah (2) dan hijau (5%) sehingga nilai
kapasitor tersebut adalah 4700 pF = 4,7 nF dengan toleransi 5%. Tabel kode warna untuk kapasitor
dapat dilihat pada gambar berikut.
3. Induktor
Komponen Elektronika Pasif yang berfungsi sebagai Pengatur Frekuensi, Filter dan juga
sebagai alat kopel (Penyambung). Induktor atau Coil banyak ditemukan pada Peralatan atau
Rangkaian Elektronika yang berkaitan dengan Frekuensi seperti Tuner untuk pesawat Radio.
Satuan Induktansi untuk Induktor adalah Henry (H).Nilai Induktansi sebuah Induktor (Coil)
tergantung pada 4 faktor, diantaranya adalah :

1.Jumlah Lilitan, semakin banyak lilitannya semakin tinggi Induktasinya

2.Diameter Induktor, Semakin besar diameternya semakin tinggi pula induktansinya

3.Permeabilitas Inti, yaitu bahan Inti yang digunakan seperti Udara, Besi ataupun Ferit.

4.Ukuran Panjang Induktor, semakin pendek Induktor (Coil) tersebut semakin tinggi
induktansinya.

▪ fungsi dari induktor adalah sebagai berikut :

1.Pengatur frekuensi

2.Pelipat tegangan.

3.Sebagai kopel (penyambung)

▪ Macam – macam Induktor diantaranya adalah :


1. Induktor yang nilainya tetap: Induktor yang nilainya dapat diatur atau sering disebut
dengan Coil Variable.

2. Induktor variabel : Induktor yang induktansinya dapat diatur secara terus menerus.

Prinsip kerja induktor adalah pada saat arus mulai mengalir ke induktor, dalam komponen
tersebut maka akan menghasilkan medan magnet yang disebabkan oleh perubahan arus listrik ke
medan magnet dengan tidak mengubah besaran tegangan listrik. Perubahan ini disebut fluks
magnet.Secara matematis, untuk mencarai besar induktansi pada induktor dapat menggunakan
rumus berikut ini.
4. Trafo
Suatu alat listrik yang dapat mengubah taraf suatu tegangan AC ke taraf yang lain. Maksud
dari pengubahan taraf tersebut diantaranya seperti menurunkan Tegangan AC dari 220 VAC ke 12
VAC ataupun menaikkan Tegangan dari 110 VAC ke 220 VAC.Fungsi trafo adalah Menaikkan
atau menurunkan tegangan AC.

Macam – macam trafo adalah sebagai berikut :

Jenis – jenis Trafo adalah sebagai berikut :

1. Trafo Step Up : Jenis transformator yang digunakan untuk menaikan tegangan AC.
Pada trafo Step Up, jumlah lilitan kumparan sekunder jauh lebih banyak dibanding
jumlah kumparan primer.

2. Trafo Step Down : Jenis transformator yang digunakan untuk menurunkan tegangan
AC. Pada trafo Step Down, jumlah lilitan kumparan primer jauh lebih banyak
dibanding jumlah kumparan sekunder.

Prinsip kerja transformator didasarkan oleh prinsi induksi elektromagnetik. Trafo


menggunakan kumparan kawat, yang jika dialiri arus bolak-balik maka akan menciptakan induksi
elektromagnetik. Artinya, arus listrik pada kawat melingkar menghasilkan medan magnet.
Cara Pengujian Trafo

1. Putar multimeter saklar pada posisi Ohm 1x.


2. Kalibrasi.
3. Hubungkan colok (-) dengan salah satu kaki di gulungan primer, colok (+) pada kaki yang
lain di gulungan primer. Bila jarum bergerak maka trafo dalam keadaan baik.
4. Pada gulungan sekunder lakukan hal yang sama. Apabila jarum multimeter bergerak-gerak
maka trafo dalam keadaan baik. Selisih nilai sama dengan selisih tegangan yang tertera
pada trafo.
5. Letakkan colok (-) atau colok (+) ke salah satu kaki di gulungan primer kemudian colok
yang lain ke gulungan sekunder. Apabila jarum tidak bergerak maka trafo dalam keadaan
baik, menandakan tidak adanya korsleting gulungan primer dengan sekunder dengan body
trafo. Lakukan hal sebaliknya.
6. Langkah terakhir, letakkan colok (-) atau colok (+) ke salah satu kaki di gulungan primer
atau sekunder kemudian colok yang lain ke plat pengikat gulungan yang berada di tengah.
Apabila jarum tidak bergerak maka trafo dalam keadaan baik, menandakan tidak adanya
korsleting gulungan dengan body trafo
KOMPONEN AKTIF
Komponen aktif adalah komponen elektronika yang dalam pengoperasiannya
membutuhkan sumber tegangan atau sumber arus dari luar. Ada banyak tipe komponen aktif yang
digunakan dalam rangkaian atau sitem elektronika. Prinsip kerja pada komponen aktif, yang
dikenal dengan komponen aktif yaitu sebuah komponen yang bisa menguatkan listrik dan juga bisa
menyearahkan signal pada listrik, lalu mengubah bentuk energy ke energi yang lain.

1. Dioda
Diode adalah Komponen Elektronika Aktif yang berfungsi untuk menghantarkan arus listrik
ke satu arah dan menghambat arus listrik dari arah sebaliknya. Diode terdiri dari 2 Elektroda yaitu
Anoda dan Katoda. Prinsip kerja dari dioda sendiri bermula dari adanya dua arus listrik yang
bermuatan negatif dan positif. Dari dua arus ini bergerak ini dioda harus mampu mengubahnya
menjadi satu arah saja dengan teknik bias. Dengan begini, arus listrik bisa menjadi searah.

Fungsi dioda adalah sebagai berikut :

1.Untuk penyerah arus

2.Sebagai catu daya

3.Sebagai penyaring atau pendeteksi dan

4.Untuk stabilisator tegangan

Macam – macam dioda diantaranya adalah :

1) Dioda Biasa atau Dioda Penyearah yang umumnya terbuat dari Silikon dan
berfungsi sebagai penyearah arus bolak balik (AC) ke arus searah (DC).
2) Dioda Zener (Zener Diode) yang berfungsi sebagai pengamanan rangkaian
setelah tegangan yang ditentukan oleh Dioda Zener yang bersangkutan.
Tegangan tersebut sering disebut dengan Tegangan Zener.
3) LED (Light Emitting Diode) atau Diode Emisi Cahaya yaitu Dioda yang dapat
memancarkan cahaya monokromatik.
4) Dioda Foto (Photo Diode) yaitu Dioda yang peka dengan cahaya sehingga
sering digunakan sebagai Sensor.
5) Dioda Schottky (SCR atau Silicon Control Rectifier) adalah Dioda yang
berfungsi sebagai pengendali .
6) .Dioda Laser (Laser Diode) yaitu Dioda yang dapat memancar cahaya Laser.
Dioda Laser sering disingkat dengan LD.

Cara Mengukur/ Penentuan Nilai Dioda dengan Multimeter

Untuk mengetahui apakah sebuah Dioda dapat bekerja dengan baik sesuai dengan fungsinya,
maka diperlukan pengukuran terhadap Dioda tersebut dengan menggunakan Multimeter (AVO Meter).

▪ Cara Mengukur Dioda dengan Multimeter Analog

1. Aturkan Posisi Saklar pada Posisi OHM (Ω) x1k atau x100
2. Hubungkan Probe Merah pada Terminal Katoda (tanda gelang)
3. Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Anoda.
4. Baca hasil Pengukuran di Display Multimeter
5. Jarum pada Display Multimeter harus bergerak ke kanan
6. Balikan Probe Merah ke Terminal Anoda dan Probe Hitam pada Terminal Katoda (tanda gelang).
7. Baca hasil Pengukuran di Display Multimeter
8. Jarum harus tidak bergerak. **Jika Jarum bergerak, maka Dioda tersebut berkemungkinan sudah
rusak.

▪ Cara Mengukur Dioda dengan Multimeter Digital

Pada umumnya Multimeter Digital menyediakan pengukuran untuk Fungsi Dioda, Jika tidak
ada, maka kita juga dapat mengukur Dioda dengan Fungsi Ohm pada Multimeter Digital.

a. Cara Mengukur Dioda dengan menggunakan Multimeter Digital(Fungsi Ohm / Ohmmeter)

1. Aturkan Posisi Saklar pada Posisi OHM (Ω)


2. Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Katoda (tanda gelang)
3. Hubungkan Probe Merah pada Terminal Anoda.
4. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter
5. Display harus menunjukan nilai tertentu (Misalnya 0.64MOhm)
6. Balikan Probe Hitam ke Terminal Anoda dan Probe Merah ke Katoda
7. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter
8. Nilai Resistansinya adalah Infinity (tak terhingga) atau Open Circuit. **Jika terdapat Nilai
tertentu, maka Dioda tersebut berkemungkinan sudah Rusak.
b. Cara Mengukur Dioda dengan Multimeter Digital(Menggunakan Fungsi Dioda)
1. Aturkan Posisi Saklar pada Posisi Dioda
2. Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Katoda (tanda gelang)
3. Hubungkan Probe Merah pada Terminal Anoda.
4. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter
5. Display harus menunjukan nilai tertentu (Misalnya 0.42 V)
6. Balikan Probe Hitam ke Terminal Anoda dan Probe Merah ke Katoda
7. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter
8. Tidak terdapat nilai tegangan pada Display Multimeter. **Jika terdapat Nilai tertentu,
maka Dioda tersebut berkemungkinan sudah Rusak.

2. Transistor
Transistor merupakan Komponen Elektronika Aktif yang memiliki banyak fungsi dan
merupakan Komponen yang memegang peranan yang sangat penting dalam dunia Elektronik
modern ini. Prinsip kerjanya transistor diaplikasikan dengan memberi tegangan atau arus listrik
pada kedua kaki terminal untuk mengatur arus listrik yang mengalir melalui terminal yang
lain.

▪ Fungsi dari Transistor adalah sebagai berikut :

1.Dipakai sebagai penguat arus.

2. Sebagai sirkuit pemutus dan penyambung (switching).

3. Stabilisasi tegangan.Modulasi sinyal.

4.Penyearah

Transistor terdiri dari 3 Terminal (kaki) yaitu Base/Basis (B), Emitor (E) dan
Collector/Kolektor (K).Berdasarkan strukturnya, Transistor terdiri dari 2 Tipe Struktur yaitu PNP
dan NPN.
Simbol dan jenis transistor

1.NPN merupakan singkatan dari Negatif-Positif-Negatif

2. PNP adalah singkatan dari Positif-Negatif-Positif.

Cara Mengukur/ Penentuan Nilai Transistor PNP dan NPN

1. Atur Posisi Saklar pada Posisi OHM (Ω) x1k.


2. Hubungkan probe warna Merah pada kaki Basis (B) dan probe Hitam pada kaki Emitor
(E), Jika jarum bergerak ke kanan menunjukan nilai tertentu, berarti terdapat resistansi
pada resistor yang menandakan bahwa resistor masih berfungsi.
3. Kemudian hubungkan Probe Hitam pada kaki Kolektor (C), jika jarum bergerak ke kanan
menunjukan nilai resistansi, berarti transistor masih berfungsi.

3. IC (Integrated Circuit)
Komponen Elektronika Aktif yang terdiri dari gabungan ratusan bahkan jutaan Transistor,
Resistor dan komponen lainnya yang di integrasi menjadi sebuah Rangkaian Elektronika dalam
sebuah kemasan kecil. Bentuk IC (Integrated Circuit) juga bermacam-macam, mulai dari yang
berkaki 3 (tiga) hingga ratusan kaki (terminal).

▪ Fungsi dari IC adalah sebagai berikut :

1 .Sebagai pembalik dan pemantap atau untuk mendeteksi taraf dan membentuk
kembali pulsa-pulsa yang buruk pada bagian tepinya (membentuk sinyal kotak).

2. Penguat,

3. Switching,

4.Media penyimpanan
▪ Macam – macam IC diantaranya adalah sebagai berikut :

NOT,OR,NOR,XNOR,AND,XCR,dan,NAND

Prinsip kerja IC adalah menerima masukkan berupa logika dan mengeluarkannya berupa
sinyal keluaran logic. Sel logika ini dapat diimplementasikan secara elektronis dengan
menggunakan dioda atau transistor. Namun, dapat pula dibangun menggunakan susunan komponen
yang memanfaatkan sifat-sifat elektromagnetik (relay).
KOMPONEN PENUNJANG
1. Saklar
Saklar adalah Komponen yang digunakan untuk menghubungkan dan memutuskan aliran listrik.
Dalam Rangkaian Elektronika, Saklar sering digunakan sebagai ON/OFF dalam peralatan
Elektronika.Fungsi saklar adalah sebagai pemutus arus listrik.Macam – macam saklar dapat dijelaskan
dalam gambar dibawah ini:

Keterangan :S : Single,P : Pole,D : Double,T : Throw

Secara umum, prinsip kerja saklar adalah dua atau lebih konduktor yang masing-masing terpasang
terminal, kedua konduktor tersebut dapat diputus sambung dengan menggunakan switch(mekanis maupun
elektronis) yang berguna untuk mematikan dan menghidupkan beban listrik. Sedangkan secara khusus, tiap-
tiap saklar memiliki cara kerjanya masing-masing dalam menghidupkan dan mematikan beban listrik.

2.Relay
Relay menggunakan Prinsip Elektromagnetik untuk menggerakkan Kontak Saklar sehingga
dengan arus listrik yang kecil (low power) dapat menghantarkan listrik yang bertegangan lebih tinggi.
Prinsip kerja Relay menggunakan Prinsip Elektromagnetik untuk menggerakkan Kontak Saklar sehingga
dengan arus listrik yang kecil (low power) dapat menghantarkan listrik yang bertegangan lebih tinggi.

▪ Fungsi dari relay adalah sebagai berikut :

1.Relay digunakan untuk menjalankan Fungsi Logika (Logic Function)

2.Relay digunakan untuk memberikan Fungsi penundaan waktu (Time Delay Function)

3.Relay digunakan untuk mengendalikan Sirkuit Tegangan tinggi dengan bantuan dari
Signal Tegangan rendah.
4.Ada juga Relay yang berfungsi untuk melindungi Motor ataupun komponen lainnya
dari kelebihan Tegangan ataupun hubung singkat (Short).

Kontak Poin (Contact Point) Relay terdiri dari 2 jenis yaitu :

1.Normally Close (NC) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu berada di posisi
CLOSE (tertutup)

2.Normally Open (NO) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu berada di posisi
OPEN (terbuka)

Arti Pole dan Throw pada Relay adalah sebagai berikut :

1.Pole adalah Banyaknya Kontak (Contact) yang dimiliki oleh sebuah relay

2.Throw adalah Banyaknya kondisi yang dimiliki oleh sebuah Kontak (Contact)

Berdasarkan penggolongan jumlah Pole dan Throw-nya sebuah relay, maka relay dapat
digolongkan menjadi :
Cara Mengukur/ Pengujian Relay Menggunakan Multimeter Digital.

Pengukuran dengan kondisi relay tak diaktifkan.

• Atur posisi saklar multimeter pada posisi Ohm (Ω).


• Hubungkanlah salah satu probe multimeter pada terminal “COM” serta probe lainnya pada terminal
NC atau Normally Close, pastikanlah nilai yang ada pada display multimeter ialah “0” Ohm.
Kondisi tersebut berarti menandakan bahwa antara terminal “COM” serta terminal Normally Close
(NC) terhubung dengan baik.
• Selanjutnya pindahkanlah probe multimeter yang ada di terminal NC (Normally Close) ke Terminal
NO (Normally Open), pastikanlah bahwa nilai yang ada pada display multimeter ialah “Tak
terhingga”. Kondisi tersebut berarti menandakan bahwa antara terminal “COM” serta terminal NO
tak mempunyai kondisi open dengan baik.
• Setelah itu hubungkanlah probe multimeter ke terminal coil atau terminal 2 point. Hal ini bertujuan
untuk mengukur nilai resistansi coil apakah nilainya sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan oleh
si pembuat relay tersebut.

Pengukuran dengan Kondisi Relay diaktifkan.

• Aktifkanlah relay dengan cara menghubungkan arus listrik sesuai dengan tegangan relaynya,
semisal memakai baterai 9V untuk mengaktifkannya. Pada saat relay aktif sesudah dialiri arus
listrik maka akan terdengar suara “klik”. Suara tersebut mencirikan kondisi relay sudah berpindah
dari posisi NC ke posisi NO.
• Pastikanlah posisi saklar multimeter masih berada pada posisi Ohm (Ω).
• Selanjutnya hubungkanlah salah satu probe multimeter pada terminal “COM” serta probe yang
lainnya di NC, pastikan bahwa nilai yang ditunjukkan pada display ialah “Tak terhingga”. Kondisi
tersebut berarti menandakan bahwa antara Terminal “COM” serta terminal NC tak terhubung sama
sekali ketika relay diaktifkan ataupun ketika relay dalam kondisi open dengan baik.
• Setelah itu pindahkanlah probe multimeter yang ada di terminal NC ke NO, pastikan bahwa nilai
yang ada pada display multimeter ialah “0” Ohm. Itu berarti kondisi tersebut menandakan bahwa
antara terminal “COM” serta Terminal NO terhubung dengan baik ketika relay diaktifkan.

Anda mungkin juga menyukai