Anda di halaman 1dari 12

RINGKASAN LITERATUR

“KOMPONEN-KOMPONEN ELEKTRONIKA”

Disusun Oleh :
NAMA : GILBERT SARDA SINAGA
NIM :5213530021
NAMA KEGIATAN : “KAJIAN KOMPONEN ELEKTRONIKA”

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
2023
ISI RINGKASAN LITERATUR

 Identitas Literatur
1) Jenis literatur : Jurnal
2) Judul literatur : Elektronika Dasar Teori, Komponen, dan Penerapan
3) Penulis : Muhammad Azzarkasyi, S.Pd., M.Pd Syamsul Rizal, S.Pd., M.Pd Andia
Fatmaliana, S.Si., M.Si
4) Penerbit : NATURAL ACEH Jalan Tgk. Adee II No. 8, Gampong Doy, Ule
Kareng, Banda Aceh, Aceh 23117
5) Tahun terbit : 2020
6) Bagian halaman yang diringkas : Halaman 32 s/d 53

1
Isi Resume

Bab 3 Komponen Dasar Elektronika


A. Pendahuluan
Komponen dasar elektronika secara umum dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu komponen
pasif dan komponen aktif. Komponen pasif adalah komponen elektronika yang tidak membutuhkan
sumber arus eksternal untuk beroperasi. Contoh komponen-komponen yang tergolong dalam jenis ini
yaitu resistor, kapasitor, induktor, dan transformasi. Komponen aktif adalah komponen elektronika yang
membutuhkan sebuah arus ekternal untuk beroperasi. Komponen aktif akan berfungsi jika diberi
rangsangan berupa sumber arus listik dari luar (eksternal). Contoh komponen-komponen elektronika
yang dikelompokkan ke dalam komponen aktif yaitu dioda, transistor dan IC (Intergrated Circuit).
Komponen-komponen ini terbuat dari bahan semikonduktor seperti germanium, selenium, silikon, dan
metal oxides.Bab ini akan dibahas tentang komponen pasif yang mencakup tentang resistor, kapasitor,
induktor, dan transformator.
B. Resistor
Resistor adalah komponen dasar elektronika yang selalu digunakan dalam setiap rangkaian
elektronika karena bisa berfungsi sebagai pengatur atau untuk membatasi jumlah arus yang mengalir
dalam suatu rangkaian. Dengan resistor, arus listrik dapat didistribusikan sesuai dengan kebutuhan.
Sesuai dengan namanya resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon. Satuan
resistansi dari suatu resistor disebut Ohm atau dilambangkan dengan simbol Ω (Omega).

Gambar 3.1 Urutan cincin warna pada resistor


Di dalam rangkaian elektronika, resistor dilambangkan dengan huruf "R". Dilihat dari bahannya,
ada beberapa jenis resistor yang ada dipasaran antara lain : Resistor Carbon, Wirewound, dan Metalfilm.
Ada juga Resistor yang dapat diubah-ubah nilai resistansinya antara lain : Potensiometer, Rheostat dan
Trimmer (Trimpot). Selain itu ada juga Resistor yang nilai resistansinya berubah bila terkena cahaya
namanya LDR (Light Dependent Resistor) dan resistor yang nilai resistansinya akan bertambah besar
bila terkena suhu panas yang namanya PTC (Positive Thermal Coefficient) serta resistor yang nilai
resistansinya akan bertambah kecil bila terkena suhu panas yang namanya NTC (Negative Thermal

2
Coefficient). Untuk resistor jenis carbon maupun metalfilm biasanya digunakan kode-kode warna
sebagai petunjuk besarnya nilai resistansi (tahanan) dari resistor. Resistor ini mempunyai bentuk seperti
tabung dengan dua kaki di kiri dan kanan. Pada badannya terdapat lingkaran membentuk cincin kode
warna, kode ini untuk mengetahui besar resistansi tanpa harus mengukur besarnya dengan ohmmeter.
Kode warna tersebut adalah standar manufaktur yang dikeluarkan oleh EIA (Electronic Industries
Association) seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Nilai warna pada cincin resistor


Besaran resistansi suatu resistor dibaca dari posisi cincin yang paling depan ke arah cincin
toleransi. Biasanya posisi cincin toleransi ini berada pada badan resistor yang paling pojok atau juga
dengan lebar yang lebih menonjol, sedangkan posisi cincin yang pertama agak sedikit ke dalam. Dengan
demikian pemakai sudah langsung mengetahui berapa toleransi dari resistor tersebut. Kalau kita telah
bisa menentukan mana cincin yang pertama selanjutnya adalah membaca nilai resistansinya. Jumlah
cincin yang melingkar pada resistor umumnya sesuai dengan besar toleransinya. Biasanya resistor
dengan toleransi 5%, 10% atau 20% memiliki 3 cincin (tidak termasuk cincin toleransi). Tetapi resistor
dengan toleransi 1% atau 2% (toleransi kecil) memiliki 4 cincin (tidak termasuk cincin toleransi). Cincin
pertama dan seterusnya berturut-turut menunjukkan besar nilai satuan, dan cincin terakhir adalah faktor
pengalinya. Misalnya resistor dengan cincin kuning, violet, merah dan emas. Cincin berwarna emas
adalah cincin toleransi. Dengan demikian urutan warna cincin resistor ini adalah, cincin pertama
berwarna kuning, cincin kedua berwarna violet dan cincin ke tiga berwarna merah. Cincin ke empat
yang berwarna emas adalah cincin toleransi. Dari tabel 3.1 diketahui jika cincin toleransi berwarna
emas, berarti resistor ini memiliki toleransi 5%. Nilai resistansinya dihitung sesuai dengan urutan
warnanya. Pertama yang dilakukan adalah menentukan nilai satuan dari resistor ini. Karena resistor ini
resistor 5% (yang biasanya memiliki tiga cincin selain cincin toleransi), maka nilai satuannya ditentukan
oleh cincin pertama dan cincin kedua. Masih dari tabel 3.1, diketahui cincin kuning nilainya = 4 dan
cincin violet nilainya = 7. Jadi cincin pertama dan ke dua atau kuning dan violet berurutan, nilai
satuannya adalah 47. Cincin ketiga adalah faktor pengali, dan jika warna cincinnya merah berarti faktor
pengalinya adalah 100. Sehingga dengan ini diketahui nilai resistansi resistor tersebut adalah nilai satuan
x faktor pengali atau 47 x 100 = 4700 Ω = 4,7K Ω (pada rangkaian elektronika biasanya di tulis 4K7 Ω)

3
dan toleransinya adalah + 5%. Arti dari toleransi itu sendiri adalah batasan nilai resistansi minimum dan
maksimum yang di miliki oleh resistor tersebut. Jadi nilai sebenarnya dari resistor 4,7 kΩ + 5% adalah :
4700 x 5% = 235 Jadi, Rmaksimum = 4700 + 235 = 4935 Ω Rminimum = 4700 – 235 = 4465 Ω.
Apabila resistor di atas di ukur dengan menggunakan ohmmeter dan nilainya berada pada
rentang nilai maksimum dan minimum (4465 s/d 4935) maka resistor tadi masih memenuhi standar.
Nilai toleransi ini diberikan oleh pabrik pembuat resistor untuk mengantisipasi karakteristik bahan yang
tidak sama antara satu resistor dengan resistor yang lainnya sehingga para desainer elektronika dapat
memperkirakan faktor toleransi tersebut dalam rancangannya. Semakin kecil nilai toleransinya, semakin
baik kualitas resistornya. Sehingga dipasaran resistor yang mempunyai nilai toleransi 1% (contohnya :
resistor metalfilm) jauh lebih mahal dibandingkan resistor yang mempunyai toleransi 5% (resistor
carbon). Spesifikasi lain yang perlu diperhatikan dalam memilih resistor pada suatu rancangan selain
besar resistansi adalah besar watt-nya atau daya maksimum yang mampu ditahan oleh resistor. Karena
resistor bekerja dengan di aliri arus listrik, maka akan terjadi disipasi daya berupa panas sebesar :
W = I2 . R . Watt
Semakin besar ukuran fisik suatu resistor, bisa menunjukkan semakin besar kemampuan disipasi
daya resistor tersebut. Umumnya di pasar tersedia ukuran 1/8, 1/4, 1/2, 1, 2, 5, 10 dan 20 watt. Resistor
yang memiliki disipasi daya maksimum 5, 10 dan 20 watt umumnya berbentuk balok memanjang
persegi empat berwarna putih, namun ada juga yang berbentuk silinder dan biasanya untuk resistor
ukuran besar ini nilai resistansi di cetak langsung dibadannya tidak berbentuk cincin-cincin warna,
misalnya 100Ω5W atau 1KΩ10W. Dilihat dari fungsinya, resistor dapat dibagi menjadi :
b.1 Resistor Tetap (Fixed Resistor)
Resistor Tetap (Fixed Resistor) adalah resistor yang nilainya tidak dapat berubah, jadi selalu
tetap (konstan). Resistor ini biasanya dibuat dari nikelin atau karbon. Berfungsi sebagai pembagi
tegangan, mengatur atau membatasi arus pada suatu rangkaian serta memperbesar dan memperkecil
tegangan. Resistor tetap memiliki nilai resistansi yang tertulis pada badan resistor dengan
menggunakankode warna dan kode angka. Aplikasi secara sederhana fungsi resistor tetap dalam
rangkaian elektronika adalah pada pembatas arus yang mengalir pada LED atau lampu. Pemasangan
resistor sebagai pembatas arus yang sifatnya tetap ini dipasang secara seri dengan beban (LED/Lampu)
dalam rangkaian elektronika.

4
Gambar 3.2 Bentuk resistor tetap

b.2 Resistor Tidak Tetap (variable resistor)


Resistor variabel adalah resistor yang nilainya dapat berubah-ubah dengan jalan menggeser atau
memutar toggle pada alat tersebut, sehingga nilai resistor dapat kita tetapkan sesuai dengan kebutuhan.
Berfungsi sebagai pengatur volume (mengatur besar kecilnya arus), tone control pada sound system,
pengatur tinggi rendahnya nada (bass/treble) serta berfungsi sebagai pembagi tegangan arus dan
tegangan. Ada dua jenis resistor variable yang ada dipasaran, yaitu trimpot (trimer potensio) dan
potensiometer.
C. Trimpot (trimer potensio)
Resitor jenis ini merupakan resistor yang nilai resistensinya dapat diubah dengan memutar
porosnya menggunakan obeng, nilai resistansi dari trimpot tertulis pada badan trimpot tersebut
menggunakan kode angka. Nilai yang tertulis pada badan trimpot meupakan nilai maksimum dari
resistansi trimpot tersebut.

Gambar 3.3 Bentuk trimpot dan simbolnya

D. Potensiometer
Resistor jenis ini merupakan resistor yang nilai resistansinya dapat diubah-ubah dengan cara
memutar porosnya melalui tuas yang telah tersedia. Nilai resistansi potensiometer tertulis pada badan
potensio menggunakan kode angka. Nilai resistansi potensiometer yang beredar dipasaran ada dua
macam, yaitu nilai resistansinya yang dapat diubah secara logaritmis dan nilai resistansi yang dapat
diubah secara linier. Nilai resistansi yang tertulis dibadan potensiometer bermakna sama dengaan nilai
resistansi trimpot, yaitu nilai yang tertulis dibadan potensiometer merupakan nilai maksimal resistansi
yang dapat diatur oleh potensiometer. Aplikasi potensiometer ini dapat kita jumpai pada perangkat
audio, seperti pengaturan nada.

5
Gambar 3.4 Bentuk potensiometer dan simbolnya
Pemilihan jenis resistor yang akan digunakan adaah berdasarkan fungsi resistor dalam rangkaian
elektronika, apabila rangkaian elektronika tersebut tidak memerlukan perubahan resistansi resistor maka
cukup menggunakan resistor tetap. Apabila rangkaian elektronika memerlukan perubahan resistansi
yang tidak perlu diubah sewaktu-waktu atahu hanya pada saat setting pertama saja maka cukup
menggunakan resistor jenis trimpot. Pada rangkaian elektronika yang membutuhkan perubahan
resistansi yang dapat diatur oleh operator setiap saat maka rangkaian tersebut memerlukan
potensiometer sebagai resistornya.
d.1 Termistor (Thermally Sensitive Resistor)
Resistor jenis ini nilai hambatannya berubah berdasarkan temperatur dan biasanya digunakan
untuk sensor suhu. Ada 3 model termistor, yaitu :
 NTC (Negative Temperature Coefficient), yaitu resistor yang nilai hamabatannya akan bertambah
kecil bila terkena suhu panas.
 PTC (Positive Temperature Coefficient), yaitu resistor yang nilai hambatannya akan bertambah
besar bila temperaturnya menjadi dingin.
 CTR (Critical Temperature Thermistor), yaitu resistor yang nilai hambatannya akan menurun
dengan cepat ketika temperatur disekitarnya naik diatas suhu yang specific point.

Gambar 3.5 Termistor dan simbolnya

d.2 CDS (Cadminum Sulfide Photocell)


Jenis resistor ini perubahan nilai resistansinya tergantung pada banyaknya cahaya yang
mengenainya. Resistor ini biasanyan disebut LDR (Light Dependent Resistor). Bila terkena cahaya
gelap nilai tahanannya semakin besar, sedangkan bila terkena cahaya terang nilainya menjadi semakin
kecil. Tipe resistor ini banyak sekali, tergantung sensitivitas cahaya, ukuran, dan nilai resistannya. Pada
kondisi ruangan yang terang, nilai resistansinya adalah 200 Ω. Sedangkan pada kondisi ruangan yang

6
gelap maka nilai resistansinya 2 MΩ. Contoh salah satu bentuk CDS Potocell. CDS ini mempunyai
diameter 8 mm, tinggi 4 mm. Dengan bentuk silinder.

Gambar 3.6 Bentuk CDS Potocell Rangkaian Resistor


Dalam praktek para desainer kadang-kadang membutuhkan resistor dengan nilai tertentu. Akan
tetapi nilai resistor tersebut tidak ada di toko penjual, bahkan pabrik sendiri tidak memproduksinya.
Solusi untuk mendapatkan suatu nilai resistor dengan resistansi yang unik tersebut dapat dilakukan
dengan cara merangkaikan beberapa resistor sehingga didapatkan nilai resistansi yang dibutuhkan. Ada
dua cara untuk merangkaikan resistor, yaitu :
 Cara serial
Rangkaian resistor secara serial akan mengakibatkan nilai resistansi total semakin besar. Di bawah
ini contoh resistor yang dirangkai secara serial.

 Cara paralel
Sedangkan rangkaian resistor secara paralel akan mengakibatkan nilai resistansi pengganti
semakin kecil. Di bawah ini contoh resistor yang dirangkai secara paralel.

Di bawah ini beberapa rumus (Hukum Ohm) yang sering dipakai dalam perhitungan elektronika :
tegangan dengan satuan Volt, arus dengan satuan Ampere, resistansi dengan satuan Ohm, daya dengan
satuan Watt.
Konversi satuan : 1 Ohm = 1 Ω 1 K Ohm ; 1 K Ω 1 M Ohm ;1 M Ω 1 K Ω ; 1.000 Ω

7
1 M Ω = 1.000.000 Ω (M = Mega (106 ); K = Kilo (103 ))
E. Kapasitor
Kapasitor ialah komponen elektronika yang mempunyai kemampuan menyimpan electron-
elektron selama waktu yang tidak tertentu. Pengertian lain Kapasitor adalah komponen elektronika yang
dapat menyimpan dan melepaskan muatan listrik. Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat
metal yang dipisahkan oleh suatu bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya
udara vakum, keramik, gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi tegangan listrik, maka
muatanmuatan positif akan mengumpul pada salah satu kaki (elektroda) metalnya dan pada saat yang
sama muatan-muatan negatif terkumpul pada ujung metal yang satu lagi. Muatan positif tidak dapat
mengalir menuju ujung tutup negatif dan sebaliknya muatan negatif tidak bisa menuju ke ujung kutup
positif, karena terpisah oleh bahan dielektrik yang non-konduktif. Muatan elektrik ini "tersimpan"
selama tidak ada konduksi pada ujungujung kakinya. Di alam bebas, phenomena kapasitor ini terjadi
pada saat terkumpulnya muatan-muatan positif dan negatif di awan. Kemampuan untuk menyimpan
muatan listrik pada kapasitor disebuat dengan kapasitansi atau kapasitas.

Gambar 3.7 Prinsip dasar Kapasitor


Kapasitansi didefenisikan sebagai kemampuan dari suatu kapasitor untuk dapat menampung
muatan elektron. Coulombs pada abad 18 menghitung bahwa 1 coulomb = 6.25 x1018 elektron.
Kemudian Michael Faraday membuat postulat bahwa sebuah kapasitor akan memiliki kapasitansi
sebesar 1 farad jika dengan tegangan 1 volt dapat memuat muatan electron sebanyak 1 coulombs.
e.1 Prinsip Pembentukan Kapasitor
Jika dua buah plat atau lebih yang berhadapan dan dibatasi oleh isolasi, kemudian plat tersebut
dialiri listrik maka akan terbentuk kondensator (isolasi yang menjadi batas kedua plat tersebut
dinamakan dielektrikum). Bahan dielektrikum yang digunakan berbeda-beda sehingga penamaan
kapasitor berdasarkan bahan dielektrikum. Luas plat yang berhadapan bahan dielektrikum dan jarak
kedua plat mempengaruhi nilai kapasitansinya. Pada suatu rangkaian yang tidak terjadi kapasitor liar.
Sifat yang demikian itu disebutkan kapasitansi parasitic. Penyebabnya adalah adanya komponen-
komponen yang berdekatan pada jalur penghantar listrik yang berdekatan dan gulungan-gulungan kawat
yang berdekatan.

Gambar 3.8 Dielektrik


Gambar diatas menunjukan bahwa ada dua buah plat yang dibatasi udara. Jarak kedua plat dinyatakan sebagai d
dan tegangan listrik yang masuk.

8
e.2 Besaran Kapasitansi
Kapasitas dari sebuah kapasitor adalah perbandingan antara banyaknya muatan listrik dengan
tegangan kapasitor.
C=Q/V
Keterangan : C = Kapasitas dalam satuan farad; Q = Muatan listrik dalam satuan Coulomb; V =
Tegangan kapasitor dalam satuan Volt Jika dihitung dengan rumus C= 0,0885 D/d. Maka kapasitasnya
dalam satuan piko farad; D = luas bidang plat yang saling berhadapan dan saling mempengaruhi dalam
satuan cm2; d = jarak antara plat dalam satuan cm. Bila tegangan antara plat 1 volt dan besarnya muatan
listrik pada plat 1 coulomb, maka kemampuan menyimpan listriknya disebut 1 farad. Dalam
kenyataannya kapasitor dibuat dengan satuan dibawah 1 farad. Kebanyakan kapasitor elektrolit dibuat
mulai dari 1mikrofarad sampai beberapa milifarad. Kapasitor variabel mempunyai ukuran fisik yang
besar tetapi nilai kapasitansinya sangat kecil hanya sampai ratusan pikofarad.
e.3 Macam-macam Kapasitor
Sesuai Bahan dan Konstruksinya. Kapasitor seperti juga resistor nilai kapasitansinya ada yang
dibuat tetap dan ada yang variabel. Kapasitor dielektrikum udara, kapasitansinya berubah dari nilai
maksimum ke minimum. Kapasitor variabel sering kita jumpai pada rangkaian pesawat penerima radio
dibagian penala dan osilator. Agar perubahan kapasitansi di dua bagian tersebut serempak maka
digunakan kapasitor variabel ganda. Kapasitor variabel ganda adalah dua buah kapasitor variabel dengan
satu pemutar. Berdasarkan dielektrikumnya kapasitor dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain:
a. kapasitor keramik
b. kapasitor film
c. kapasitor elektrolit
d. kapasitor tantalum
e. kapasitor kertas
Kapasitor elektrolit dan kapasitor tantalum adalah kapasitor yang mempunyai kutub atau polar,
sering disebut juga dengan nama kapasitor polar. Kapasitor film terdiri dari beberapa jenis yaitu
polyester film, poly propylene film atau polysterene film.
F. Induktor
Induktor atau kumparan adalah salah satu komponen pasif elektronika yang dapat menghasilkan
magnet jika dialiri arus listrik dan sebaliknya dapat menghasilkan listrik jika diberi medan magnet.
Induktor ini biasanya dibuat dengan kawat penghantar tembaga yang dibentuk menjadi lilitan atau
kumparan. Bentuk dan simbol induktor dapat dilihat pada di bawah ini

Gambar 3.11 di bawah ini

9
Sebuah induktor pada kenyataanya merupakan gabungan dari induktansi, beberapa resistansi
karena resistivitas kawat, dan beberapa kapasitansi. Induktor akan berfungsi sebagai tahanan jika dialiri
arus listrik bolak-balik (AC). Nilai induktansi sebuah induktor dinyatakan dalam satuan Henry. 1 Henry
=1000 mH (mili Henry). Induktor yang ideal terdiri dari kawat yang dililit,tanpa adanya nilai resistansi.
Sifat-sifat elektrik dari sebuah induktor ditentukan oleh panjangnya induktor, diameter induktor, jumlah
lilitan dan bahan yang mengelilinginya. Induktor dapat disamakan dengan kondensator, karena induktor
dapat dipakai sebagai penampung energi listrik. Di dalam induktor disimpan energi, bila ada arus yang
mengalir melalui induktor itu. Energi itu disimpan dalam bentuk medan magnet. Bila arusnya
bertambah, banyaknya energi yang disimpan meningkat pula. Bila arusnya berkurang, maka induktor itu
mengeluarkan energi. Dengan aturan tangan kanan dapat diketahui medan listrik terhadap arah arus
listrik. Caranya sederhana yaitu dengan mengacungkan jari jempol tangan kanan sedangkan ke empat
jari lannya menggenggam. Arah jempol adalah arah arus dan arah keempat jari lainnya adalah arah
medan listrik yang mengalirinya.

Gambar 3.11 Kaedah tangan kanan


Jika arah arusnya berlawanan, kedua kawat tembaga tersebut saling menjauh. Tetapi jika arah
arusnya sama ternyata keduanya berdekatan saling tarik-menarik. Hal ini terjadi karena adanya induksi
medan listrik. Dikenal medan listrik dengan simbol B dan satuannya Tesla (T). Besar akumulasi medan
listrik B pada suatu luas area A tertentu didefinisikan sebagai besar magnetic flux. Simbol yang biasa
digunakan untuk menunjukkan besar magnetic flux ini adalah dan satuannya Weber (WB = T. m2).
Secara matematis besarnya adalah :
Lalu bagaimana jika kawat tembaga itu dililitkan membentuk koil atau kumparan. Jika kumparan
tersebut dialiri listrik maka tiap lilitan akan saling menginduksi satu dengan yang lainnya. Medan listrik
yang terbentuk akan segaris dan saling menguatkan. Komponen yang seperti inilah yang dikenal dengan
induktor selenoid. Berdasarkan teori medan magnet, dibuktikan bahwa induktor adalah komponen yang
dapat menyimpan energi magnetik. Energi ini direpresentasikan dengan adanya tegangan emf
(electromotive force) jika induktor dialiri listrik. Secara matematis tegangan emf ditulis :

Jika dibandingkan dengan rumus hukum Ohm , maka kelihatan ada kesamaan rumus. Jika
disebut resistansi dari resistor dan adalah besar tegangan jepit jika resistor dialiri listrik sebesar . Maka
adalah induktansi dari induktor dan adalah tegangan yang timbul jika induktor di aliri listrik. Tegangan
emf di sini adalah respon terhadap perubahan arus fungsi dari waktu terlihat dari rumus . Sedangkan
bilangan negatif sesuai dengan hukum Lenz yang mengatakan efek induksi cenderung melawan

10
perubahan yang menyebabkannya. Hubungan antara emf dan arus inilah yang disebut dengan
induktansi, dan satuan yang digunakan adalah (H) Henry.
1) Induktor disebut self-induced
Arus listrik yang melewati kabel, jalur-jalur pcb dalam suatu rangkain berpotensi untuk
menghasilkan medan induksi. Ini yang sering menjadi pertimbangan dalam mendesain pcb
supaya bebas dari efek induktansi terutama jika multilayer. Tegangan emf akan menjadi penting
saat perubahan arusnya fluktuatif. Efek emf menjadi signifikan pada sebuah induktor, karena
perubahan arus yang melewati tiap lilitan akan saling menginduksi. Ini yang dimaksud dengan
self-induced. Secara matematis Muhammad Azzarkasyi, Syamsul Rizal, Andia Fatmaliana 51
induktansi pada suatu induktor dengan jumlah lilitan sebanyak adalah akumulasi flux magnet
untuk tiap arus yang melewatinya :

Gambar 3.12 Induktor selenoida


Fungsi utama dari induktor di dalam suatu rangkaian adalah untuk melawan fluktuasi arus
yang melewatinya. Aplikasinya pada rangkaian dc salah satunya adalah untuk menghasilkan
tegangan dc yang konstan terhadap fluktuasi beban arus. Pada aplikasi rangkaian ac, salah satu
gunanya adalah bisa untuk meredam perubahan fluktuasi arus yang tidak dinginkan. Akan lebih
banyak lagi fungsi dari induktor yang bisa diaplikasikan pada rangkaian filter, tuner dan
sebagainya. Dari pemahaman fisika, elektron yang bergerak akan menimbulkan medan elektrik
di sekitarnya. Berbagai bentuk kumparan, persegi empat, setegah lingkaran ataupun lingkaran
penuh, jika dialiri listrik akan menghasilkan medan listrik yang berbeda. Penampang induktor
biasanya berbentuk lingkaran, sehingga diketahui besar medan listrik di titik tengah lingkaran
adalah :

Jika dikembangkan, adalah jumlah lilitan relatif terhadap panjang induktor . Secara matematis ditulis :

Lalu adalah besar arus melewati induktor tersebut. Ada simbol yang dinamakan
permeability dan yang disebut permeability udara vakum. Besar permeability tergantung dari
bahan inti (core) dari induktor. Untuk induktor tanpa inti (air winding) m = 1.

11

Anda mungkin juga menyukai