2021
LAMPU DARURAT DAN MACAM – MACAM KOMPONEN yang ada didalamnya
1
PENGERTIAN RESISTOR
Deskripsi
Tujuan
Setelah melakukan pembelajaran, diharapkan siswa dapat menjelaskan pengertian resistor
SMK PKK 2021 hal. 1
LAMPU DARURAT DAN MACAM – MACAM KOMPONEN yang ada didalamnya
PENGERTIAN RESISTOR
Resistor merupakan salah satu komponen yang paling sering ditemukan dalam
Rangkaian Elektronika. Hampir setiap peralatan Elektronika menggunakannya. Pada
dasarnya Resistor adalah komponen Elektronika Pasif yang memiliki nilai resistansi atau
hambatan tertentu yang berfungsi untuk membatasi dan mengatur arus listrik dalam suatu
rangkaian Elektronika. Resistor atau dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan
Hambatan atau Tahanan dan biasanya disingkat dengan Huruf “R”. Satuan Hambatan atau
Resistansi Resistor adalah OHM (Ω).
A. Hukum Ohm
Sebutan “OHM” ini diambil dari nama penemunya yaitu Georg Simon Ohm (1787-
1854) yang juga merupakan seorang Fisikawan Jerman. Untuk membatasi dan
mengatur arus listrik dalam suatu rangkaian Elektronika, Resistor bekerja berdasarkan
Hukum Ohm. Untuk lebih jelas mengenai Hukum Ohm berikut bunyi pada hukum
OHM.
“Kuat arus dalam suatu rangkaian berbanding lurus dengan tegangan pada ujung-ujung
rangkaian dan berbanding terbalik dengan hambatan rangkaian”
1. Rumus Hukum Ohm
Simbol yang digunakan pada hukum Ohm adalah V untuk voltase atau tegangan
listrik yang diukur dalam satuan volt, R untuk resistansi atau hambatan yang diukur
dalam satuan ohm (Ω), dan I untuk arus listrik yang diukur dalam satuan ampere.
Sesuai dengan bunyi hukum Ohm, secara matematis untuk menghitung besar voltase
listrik menggunakan rumus:
Dan untuk menghitung kuat arus listrik, rumus diatas dipakai kembali
sehingga:
Rumus diatas dapat dituliskan kembali untuk mendapatkan
hambatan:
B. Jenis-jenis Resistor
Pada umumnya Resistor dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah
Fixed Resistor, Variable Resistor, Thermistor dan LD
1. Fixed Resistor
Fixed Resistor adalah jenis Resistor yang memiliki nilai resistansinya tetap. Nilai Resistansi
atau Hambatan Resistor ini biasanya ditandai dengan kode warna ataupun kode Angka.
Bentuk dan Simbol Fixed Resistor :
2. Variable Resistor
Variable Resistor adalah jenis Resistor yang nilai resistansinya dapat berubah dan diatur
sesuai dengan keinginan. Pada umumnya Variable Resistor terbagi menjadi Potensiometer,
Rheostat dan Trimpot.
Bentuk dan Simbol Variable Resistor
SMK PKK 2021
hal. 3
LAMPU DARURAT DAN MACAM – MACAM KOMPONEN yang ada didalamnya
C. Fungsi-fungsi Resistor
Fungsi-fungsi Resistor di dalam Rangkaian Elektronika diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Sebagai Pembatas Arus listrik
Contoh :
Gelang ke 1 : Coklat = 1
Gelang ke 2 : Hitam = 0
Gelang ke 3 : Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan
105 Gelang ke 4 : Perak = Toleransi 10%
Maka nilai Resistor tersebut adalah 10 * 105 = 1.000.000 Ohm atau 1 MOhm dengan
toleransi 10%.
Contoh :
Gelang ke 1 : Coklat = 1
Gelang ke 2 : Hitam = 0
Gelang ke 3 : Hijau = 5
Gelang ke 4 : Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan
105 Gelang ke 5 : Perak = Toleransi 10%
Maka nilai Resistor tersebut adalah 105 * 105 = 10.500.000 Ohm atau 10,5 MOhm
dengan toleransi 10%.
ian Seri :
2. Rangkaian Paralel Resistor
Rangkaian Paralel Resistor adalah sebuah rangkaian yang terdiri dari 2 buah atau
lebih Resistor yang disusun secara berderet atau berbentuk Paralel. Sama seperti
dengan Rangkaian Seri, Rangkaian Paralel juga dapat digunakan untuk mendapatkan
nilai hambatan pengganti. Perhitungan Rangkaian Paralel sedikit lebih rumit dari
Rangkaian Seri.
Rumus dari Rangkaian Paralel Resistor adalah :
1/Rtotal = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 + ….. + 1/Rn
Dimana :
Rtotal = Total Nilai Resistor
R1 = Resistor ke-1
R2 = Resistor ke-2
R3 = Resistor ke-3
Rn = Resistor ke-n
Hal yang perlu diingat bahwa Nilai Hambatan Resistor (Ohm) akan bertambah jika
menggunakan Rangkaian Seri Resistor sedangkan Nilai Hambatan Resistor (Ohm) akan
berkurang jika menggunakan Rangkaian Paralel Resistor.
Pada Kondisi tertentu, kita juga dapat menggunakan Rangkaian Gabungan antara
Rangkaian Seri dan Rangkaian Paralel Resistor.
KAPASITOR ATAU
KONDENSATOR
Gambar 11.1
Simbol dan Contoh Bentuk Kondensator Memiliki Kutub
Sedangkan jenis lainnya adalah kondensator dengan nilai kapasitas lebih rendah,
tidak memiliki kutub positif atau negatif pada kakinya. Sebagian jenis ini
berbentuk bulat pipih berwarna coklat, merah, hijau dan lainnya seperti tablet atau
kancing baju yang sering disebut kapasitor (lihat Gambar (b) dan simbolnya
ditunjukkan pada Gambar (a).
Gambar 11.2
Simbol dan Contoh Kapasitor Berbentuk Pipih
Gambar 11.3
Kondensator Polyester
3) Kondensator kertas
Kondensator kertas sering disebut juga kondensator padder. Contoh bentuk
kondensator kertas ditunjukkan pada Gambar 11.4. Penggunaannya banyak
dijumpai pada rangkaian radio yang dipasang seri pada spul oscilator ke
variabel condensator.
Gambar 11.4
Salah Satu Jenis Bentuk
Kondensator Kertas
b. Kondensator elektrolit
Kondensator (kapasitor) elektrolit atau electrolytic condenser (sering disingkat
Elco) adalah kondensator yang biasanya berbentuk tabung, memiliki dua kutub
kaki berpolaritas positif dan negatif, ditandai oleh kaki yang panjang positif
sedangkan yang pendek negatif atau yang dekat tanda minus (-) adalah kaki
negatif.
Nilai kapasitasnya dari 0,47 µF (mikro Farad) sampai ribuan mikroFarad
dengan voltase kerja dari beberapa volt hingga ribuan volt.
Bentuk kondensator elektrolit (electrolytic condenser) ditunjukkan pada
Gambar 6.70.
Gambar 11.5
Bentuk Kondensator Elektrolit
Gambar 11.6
Macam-Macam Simbol Kapasitor Elektrolit
Gambar 11.7
Polaritas Negatif pada Kaki Kondensator Elektrolit
Tampak pada Gambar 11.7 di atas polaritas negatif pada kaki kondensator
elektrolit. Selain kondensator elektrolit yang memiliki polaritas pada kakinya,
ada juga kondensator yang berpolaritas.
c. Kondensator variabel
Kondensator variabel dan trimer adalah jenis kondensator yang kapasitasnya
bisa diubah-ubah. Kondensator ini dapat berubah kapasitasnya karena secara
fisik memiliki poros yang dapat diputar dengan menggunakan obeng atau
ditambah handle.
Kondensator variabel terbuat dari logam, memiliki kapasitas maksimum sekitar
100 pF (piko Farad) sampai 500 pF (100 pF = 0.0001µF). Simbol kondensator
variabel ditunjukkan Gambar 11.8a dan contoh kondensator variabel pada
Gambar 11.8b.
Selain kondensator yang telah disebutkan, ada satu jenis kondensator, yaitu
kondensator trimer. Kondensator trimer dipasang paralel dengan kondensator
variabel berfungsi untuk menempatkan pemilihan gelombang frekuensi.
Kondensator trimer memiliki kapasitas di bawah 100 pF (piko Farad).
104
25 V
Gambar 11.10
Berbagai Jenis Fixed Kapasitor
Jika pada kondensator keramik tertulis 104/25V, maka kapasitas
kondensator adalah:
1 x 104 pF = 100.000 pF = 100 nF = 0.1 µF/25 V
Jadi kapasitasnya hádala 100 nF atau 0.1 µF dengan tegangan kerja 25 Volt.
Gambar 11.11
Kondensator Keramik
Gambar 11.12
Polystyrene Capacitors
223
100V
C = 0.1 µF
= 0.001 µF
Gambar 11.13
Kondensator Mika
Kondensator mika, dengan kapasitas:
22 x 103pF = 22.000 pF = 22 nF/100 V
Kapasitas = 22 nF, tegangan kerja AC 100 Volt
Kegunaan untuk filter, kopling, blok tegangan DC
2) Kondensator Polar
Kondensator polar elektrodanya memiliki dua kutup, yakni kutub positif (+)
dan kutub negatif (-). Jika kapasitor ini dipasang pada rangkaian
elektronika, maka pemasangannya tidak boleh terbalik. Salah satu
contohnya adalah kapasitor elektrolit atau elko, tantalum. Nilai kapasitas
1 µF/ 50 Volt
-+
- 10 µF/16 Volt
Gambar 11.14
Berbagai Kapasitor Elco
Elektrolit kondensator (elco) kapasitasnya:
10 µF = 10 µF/ 16 Volt
Kapasitasnya 10 µF atau 10.000 nF atau 10.000.000 pF dengan tegangan
kerja DC 16 Volt maksimum.
Contoh tantalum bead capacitors, ditunjukkan pada Gambar 3.63.
Biru, abu-abu,hijau titik putih C = 68 µF
Biru, abu-abu,hijau titik hitam C = 6.8 µF
Biru, abu-abu,hijau titik abu-abu C = 0.68 µF
Gambar 11.14
Tantalum Kapasitor.
Kapasitor jenis ini banyak dipakai pada rangkaian mother board komputer,
jenis kapasitor polar yang kuat dengan ukuran fisik kecil.
3
TRANSISTOR
A. Transistor
a. Konstruksi dasar
Transistor memiliki dua buah junction yang terdiri dari bahan NPN (transistor
NPN) dan bahan PNP (transistor PNP).
Susunan fisis dan simbol transistor PNP ditunjukkan pada Gambar (a) dan
Gambar (b) menunjukkan susunan fisis dan simbol transistor NPN.
Gambar 4.1
Susunan Fisis dan Simbol Transistor NPN
Transistor memiliki tiga buah elektroda, yaitu Emitor (E), Basis atau Base (B)
dan Kolektor atau Colector (C), lihat simbol transistor pada gambar.
Pada transistor NPN, arah panah dari base menuju ke emitor, arah panah
tersebut menunjukkan arah arus listrik melalui transistor. Pada transistor PNP,
arah panah pada emiter ke base dan kebalikan pada transistor NPN.
a. bentuk fisis (susunan kristal) b. simbol
Gambar 4.2
Susunan Fisis dan Simbol Transistor PNP
Gambar 4.3
Rangkaian Transistor NPN
Karena JE mendapat tegangan awal forward, maka pada JE terjadi aliran
elektron yang besar dari luar masuk ke bahan N (emiter) menuju ke base.
Kontruksi base sangat tipis sehingga adanya tegangan positif kolektor
menyebabkan aliran elektron dari emiter melalui base dan sebagian besar akan
mencapai kolektor. Sebagian kecil arus elektron pada waktu berada di daerah
base berkombinasi dengan hole dan menghasilkan arus base kecil.
Contoh transistor silikon, arus emitor (IE) 1mA, arus kolektor Ic = 0,995 mA ,
maka besar arus base = 1–0,995 = 0,005 mA.
Untuk menaikkan arus emiter IE menjadi 2mA dapat dilakukan dengan
menaikkan tegangan forward pada junction base emiter JE. Pada waktu JE
forward bias (lihat Gambar 6.26), maka kenaikan tegangan base emiter dari
0,60 Volt menjadi 0,62 Volt menghasilkan
kenaikan arus emiter dari 1 mA. Arus kolektor Ic menjadi 1,990 mA dan arus
base IB = 0,010 mA.
Gambar 4.5
Rangkaian Transistor dengan Tahanan Luar
Tegangan forward diberikan pada junction emiter base dan tegangan awal
reverse diberikan pada junction colector base. Polaritas tegangan awal pada
transistor PNP berlawanan dengan tegangan awal pada transistor NPN.
Tegangan awal forward yang diperlukan pada junction emiter base, untuk
transistor germanium lebih rendah daripada untuk transistor silikon. Gambar
4.6 menunjukkan rangkaian transistor PNP.
Gambar 4.6
Rangkaian Transistor PNP
Tabel
Sifat Rangkaian
Sifat-sifat Rangkaian
a
b
Gambar 4.7
Sambungan-Sambungan Pada Transistor
2) Kode transistor
Huruf pertama pada kode menunjukkan bahan baku untuk membuat
transistor.
A = germanium
B = silikon
Huruf kedua yang ada pada transistor menunjukkan penggunaan atau
penerapannya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah:
C = Transistor untuk p berfrekuensi rendah
D = Transistor daya untuk penerapan berfrekuensi rendah
F = Transistor untuk frekuensi tinggi
S = Transistor saklar
U = Transistor saklar daya
I = Transistor daya untuk frekuensi tinggi
Huruf ketiga menyatakan bahwa transistor itu diperlukan khusus untuk penerapan
profesional.
Angka-angka tidak memiliki arti teknis
Contoh:
BF 121: adalah transistor dengan bahan baku silikon
untuk pemakaian frekuensi tinggi.
AD 101: adalah transistor daya dari germanium untuk
frekuensi rendah.
Secara lengkap, arti kode pada transistor ditunjukkan pada table dibawah ini.
Tabel
Arti Kode pada Transistor
Huruf ke 1 Huruf ke 2
Jika IC diperbesar pada suatu titik pada kondisi seluruh tegangan UCC terjadi
pada RL, maka tidak tersisa tegangan pada kolektor. Kondisi ini disebut
kondisi saturasi (jenuh) dari transistor tersebut. Jika transistor dianggap
sebagai saklar (switch), maka berada pada kondisi tertutup (ON).
5) Dasar latching
Dua buah transistor tipe PNP dan NPN dikatakan komplementer jika
memiliki karakteristik serupa. Cara menghubungkan transistor
komplementer membentuk cascade, seperti ditunjukkan pada Gambar (a).
Jika pada rangkaian cascade diberi catu daya seperti ditunjukkan (b), basis
dalam keadaan terbuka dan kebocoran arus diabaikan maka rangkaian
tersebut merupakan kancing (latch).
Dalam keadaan latch transistor tidak bekerja (cut-off) atau sama dengan
switch pada keadaan terbuka dengan mengabaikan arus bocor, maka IC = 0.
Salah satu cara untuk menutup latch dilakukan dengan sistem penyulutan
(triggering) pada elektroda basis dari salah satu transistor tersebut.
Misal trigger positip diberikan pada basis dari Q2, emiter basis Q2
memperoleh forward bias dan Q2 mulai menghantar. Karena kolektor Q2
dihubungkan langsung dengan basis Q1, maka Q1 memperoleh input dan
selanjutnya akan memberikan penguatan sehingga timbul IC pada Q1 dan
arus ini merupakan input bagi Q2 dan akan diperkuat lagi oleh Q2.
U(9)
L
IC =
CC
R
Untuk menutup latch dapat dilakukan dengan memberi trigger negatip pada
basis Q1 yang mana akan menyebabkan forward bias pada Q1.
Cara lain dengan memberi tegangan UCC sedemikian besar sehingga
melampaui tegangan break-down dari dioda kolektor salah satu dari
transistor.
Dengan terjadinya break-down, maka timbul arus kolektor akan diterima
basis transistor berikutnya dan diperkuat (cara tersebut dinamakan break
over system.
Untuk membuka latch dapat dilakukan dengan cara:
1) Mengurangi tegangan catu UCC sehingga arus beban berkurang,
2) Memperbesar nilai RL atau sama sekali mencabutnya,
3) Memberikan reverse bias trigger pada basis satu transistor tersebut.
Cara 1 dan 2 disebut low current drop out system, karena pada cara ini arus
dikurangi sampai mencapai nilai yang rendah.
TRAFO
Prinsip kerja dari sebuah transformator yaitu Transformator terdiri atas dua buah
kumparan (primer dan sekunder) yang bersifat induktif. Kedua kumparan ini terpisah
secara elektris namun berhubungan secara magnetis melalui jalur yang memiliki reluktansi
(reluctance) rendah. Apabila kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan
bolak-balik maka fluks bolak-balik akan muncul di dalam inti yang dilaminasi, karena
kumparan tersebut membentuk jaringan tertutup maka mengalirlah arus primer. Akibat
adanya fluks di kumparan primer maka di kumparan primer terjadi induksi (self induction)
dan terjadi pula induksi di kumparan sekunder karena pengaruh induksi dari kumparan
primer atau disebut sebagai induksi bersama (mutual induction) yang menyebabkan
timbulnya fluks magnet di kumparan sekunder, maka mengalirlah arus sekunder jika
rangkaian sekunder di bebani, sehingga energi listrik dapat ditransfer keseluruhan (secara
magnetisasi)
Komponen transformator terdiri dari dua bagian, yaitu peralatan utama dan peralatan
bantu. Peralatan utama transformator terdiri dari:
1. Kumparan Trafo
kumparan trafo terdiri dari beberapa lilitan kawat tembaga yang dilapisi dengan
bahan isolasi (karton, pertinax, dll) untuk mengisolasi baik terhadap inti besi maupun
kumparan lain. . Untuk trafo dengan daya besar lilitan dimasukkan dalam minyak trafo
sebagai media pendingin. Banyaknya lilitan akan menentukan besar tegangan dan arus
yang ada pada sisi sekunder.Kadang kala transformator memiliki kumparan tertier.
Kumparan tertier diperlukan untuk memperoleh tegangan tertier atau untuk kebutuhan lain.
Untuk kedua keperluan tersebut, kumparan tertier selalu dihubungkan delta. Kumparan
tertier sering juga untuk dipergunakan penyambungan peralatan bantu seperti kondensator
synchrone, kapasitor shunt dan reactor shunt.
2. Inti Besi
Inti
Besi
Gambar 1.5 Inti Besi Transformator
Inti Besi dibuat dari lempengan-lempengan feromagnetik tipis yang berguna untuk
mempermudah jalan fluksi yang ditimbulkan oleh arus listrik yang melalui kumparan. Inti
besi ini juga diberi isolasi untuk mengurangi panas (sebagai rugi-rugi besi) yang
ditimbulkan oleh arus eddy “Eddy Current”.
B. Jenis-Jenis Trafo
2. Transformator Step-down
transformator jenis ini tidak dapat memberikan isolasi secara listrik antara lilitan primer
dengan lilitan sekunder. Selain itu, autotransformator tidak dapat digunakan sebagai
penaik tegangan lebih dari beberapa kali lipat (biasanya tidak lebih dari 1,5 kali).
4. Autotransformator Variabel
5. Transformator Isolasi
Transformator isolasi memiliki lilitan sekunder yang berjumlah sama dengan lilitan
primer, sehingga tegangan sekunder sama dengan tegangan primer. Tetapi pada beberapa
desain, gulungan sekunder dibuat sedikit lebih banyak untuk mengkompensasi kerugian.
Transformator seperti ini berfungsi sebagai isolasi antara dua kalang. Untuk penerapan
audio, transformator jenis ini telah banyak digantikan oleh kopling kapasitor.
6. Transformator Pulsa
Transformator pulsa adalah transformator yang didesain khusus untuk memberikan
keluaran gelombang pulsa. Transformator jenis ini menggunakan material inti yang cepat
jenuh sehingga setelah arus primer mencapai titik tertentu, fluks magnet berhenti berubah.
Karena GGL induksi pada lilitan sekunder hanya terbentuk jika terjadi perubahan fluks
magnet, transformator hanya memberikan keluaran saat inti tidak jenuh, yaitu saat arus
pada lilitan primer berbalik arah.
Inti Besi
Faraday):
Dimana :
��1 = gaya gerak listrik (Volt)
��1 = jumlah belitan di sisi primer (turn)
ω = kecepatan sudut putar (rad/sec)
Φ = fluks magnetik (weber)
Harga efektifnya :
Sehingga perbandingan antara rangkaian primer dan sekunder adalah
:
Dimana :
E1 = ggl induksi di sisi primer (Volt)
E2 = ggl induksi di sisi sekunder (Volt)
N1 = jumlah belitan sisi primer (turn)
N2 = jumlah belitan sisi sekunder (turn)
a = faktor transformasi
Gambar 6.7 Rangkaian Ekivalen Transformator Dalam Keadaan Berbeban Arus beban I2
ini akan menimbulkan gaya gerak magnet (ggm) N2 I2 yang cenderung menentang fluks
(Ф) bersama yang telah ada akibat arus pemagnetan. Agar fluks bersama itu tidak berubah
nilainya, pada kumparan primer harus mengalir arus I2', yang menentang fluks yang
dibangkitkan oleh arus beban I2, hingga keseluruhan arus yang mengalir pada kumparan
primer menjadi:
Dimana:
I1 = arus pada sisi primer (Ampere)
I'2 = arus yg menghasilkan Φ'2 (Ampere)
I0 = arus penguat (Ampere)
Im = arus pemagnetan (Ampere)
Ic = arus rugi-rugi inti (Ampere)
Untuk menjaga agar fluks tetap tidak berubah sebesar ggm yang dihasilkan oleh
arus pemagnetan IM, maka berlaku hubungan :
Jawab:
2 = 100 : Vs Vs = 20 V
Pp = Ps
Vp . Ip = Ps 100 . Ip =
Penyelesaian :
Diketahui :
Ditanyakan :
a. Pp = ……. ?
b. Ps = …….. ?
Jawab :
BATERAI
A. Pengertian Baterai
Baterai adalah alat yang terdiri dari satu atau lebih sel elektrokimia yang
mengubah energi kimia yang tersimpan menjadi energi. Sel baterai adalah unit
terkecil dari suatu sistem proses elektrokimia yang terdiri dari elektroda, elektrolit,
separator, wadah, dan terminal. Adapun komponen penting pada sel baterai yaitu
sebagai berikut.
1. Elektroda negatif (anoda) adalah elektroda yang melepaskan elektron ke
rangkaian luar serta mengalami proses oksidasi pada proses elektrokimia. 2.
Elekttroda positif (katoda) adalah elektroda yang menerima elektron dari rangkaian
luar serta mengalami proses reduksi pada proses elektrokimia. 3. Penghantar ion
(elektrolit) adalah media transfer ion yang bergerak dari anoda ke katoda ke dalam
sel baterai saat penggunaan.
Baterai dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu baterai primer dan baterai sekunder.
a. Baterai Primer
Baterai Primer adalah baterai dengan penggunaan sekali saja. Struktur dan
sifat material elektroda yang digunakan tidak menunjukkan penambahan energi
listrik pada baterai yang efektif saat diisi ulang/ recharged. Pada umumnya
baterai primer murah, mudah digunakan sebagai sumber listrik untuk peralatan
portabel, memiliki densitas energi listrik yang besar dengan kecepatan discharge
yang rendah dan tidak memerlukan perawatan. Contoh dari baterai primer adalah
baterai alkaline, baterai silver oxide dan Lithium
b. Baterai Sekunder
Baterai Sekunder adalah baterai yang dapat diisi ulang/ rechargeable setelah
digunakan. Pengisian dilakukan dengan memasukkan arus listrik pada kutub
yang berlawanan. Baterai jenis ini disebut juga disebut juga sebagai baterai
penyimpan/ strorange battery atau accumulator. Contoh baterai sekunder adalah
Struktur sel sebuah baterai terdiri dari katoda (elektroda positif), anoda
(elektroda negatif), elektrolit, dan separator yang ditunjukkan pada gambar
dibawah ini:
Berdasarkan Gambar struktur sel sebuah baterai terdiri dari katoda, anoda,
elektrolit, dan separator. Pada proses charging elektron dari katoda mengalir
menuju anoda sedangkan pada saat discharging elektron dari anoda mengalir ke
katoda melalui kabel konektor sedangkan lithium yang berada pada sistem (di
dalam baterai) lepas dari anoda karena kekurangan elektron untuk berpindah
menuju katoda melalui elektrolit
6
MODUL USB
(TP4056)
A. Modul Charger Mikro USB TP4056
Modul ini adalah modul untuk mengisi baterai isi ulang Lithium (Li-ion
rechargeable battery) dengan arus 1A yang dilengkapi dengan 2 lampu indikator, masing
masing menunjukkan status saat mengisi ulang (charging) dan saat baterai sudah terisi
penuh (fully charged). Modul Charger Mikro USB TP4056 ditunjukkan pada gambar
berikut
berikut ini:
Gambar Bagian-Bagian Modul Mikro USB Charger TP4056