Anda di halaman 1dari 18

KOMPONEN PASIF

Disusun oleh:

FahrusSakariya (140431100067)

Prodi Teknik Elektro Fakultas Teknik

Universitas Trunojoyo Madura (UTM)


2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknik elektro adalah bidang displin ilmu yang sangat luas dan memiliki
tingkat pengembangan yang paling cepat pada beberapa dakade ini apabila dibandingkan
dengan disiplin ilmu lainnya. Hal ini disebabkan karena semakin tinnginya jumblah
permintaan pasar terhadap hasil hasil pengembangan teknilogi dari bidang ini yang
berdampak pada semakin ditingkatkannya berbagai penelitian penelitian dibidang elektro
serta didukung pula oleh pertumbuhan industri elektro dan kebutuhan dalam beberapa
dekade ini.
Pengembangan ilmu pengetahuan tentang elektro dimulai sejak ditemukannya
hubungan antar medan magnet dan energi listrik oleh Hans Christian Orsted pada tahun
1820 bahwa kawat yang dialiri arus listrik dapat menolak jarum magnet kompas. Namun,
Osrted tidak menawarkan penjelasan yang memeuaskan untuk fenomena ini. Ia pun tidak
mencoba menghadirkan fenomena tersebut dalam kerangka magnetis.
Dalam ilmu elektro terdapat banyak kompoten utama, yakni komponen pasif
dan aktif. Komponen-komponen tersebut sangat vital dan umum dalam dunia elektro.
Semua orang yang berkecimpung dalam dunia elektro harus tahu komponen-komponen
tersebut.
Diantara komponen komponen tersebut yang akan kami bahas adalah
mengenai kompone pasif. Komponen pasif terdiri atas Resistor, kapasitor, induktor.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa itu komponen pasif ?
1.2.2 Apa saja komponen-komponen yang termasuk komponen pasif ?
1.2.3 Bagaimana mengukur tetapan atau nilai satuan kompone-komponen pasif ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengtahui dasar teknik elektro.
1.3.2 Untuk mengetahui apa komponen pasif itu.
1.3.3 Untuk mengetahui macam-macam komponen pasif.
1.3.4 Untuk mengetahi bagaimana mengukur tetapan dan ukuran komponen-komponen
pasif.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Komponen Pasif
Komponen pasif adalah jenis komponen elektronika yang bekerja tanpa
memerlukan arus listrik sehingga tidak bisa menguatkan dan menyearahkan sinyal listrik
serta tidak dapat mengubah suatu energi ke bentuk lainnya.
2.2 Macam-Macam Komponen Pasif
2.2.1 Resistor (R)
Resistor adalah komponen elektronik dua kutub yang didesain untuk mengatur
tegangan listrik dan arus listrik, dengan resistansi tertentu (tahanan) dapat
memproduksi tegangan listrik di antara kedua kutubnya, nilai tegangan terhadap
resistansi berbanding dengan arus yang mengalir, berdasarkan hukum Ohm:

Resistor digunakan sebagai bagian dari rangkaian elektronik dan sirkuit


elektronik, dan merupakan salah satu komponen yang paling sering digunakan.
Resistor dapat dibuat dari bermacam-maca kompon dan film, bahkan kawat
resistansi (kawat yang dibuat dari paduan resistivitas tinggi seperti nikel-kromium).
Karakteristik utama dari resistor adalah resistansinya dan daya listrik yang dapat
dihantarkan. Karakteristik lain termasuk koefisien suhu, derau listrik (noise), dan
induktansi.
Resistor dapat diintegrasikan kedalam sirkuit hibrida dan papan sirkuit cetak,
bahkan sirkuit terpadu. Ukuran dan letak kaki bergantung pada desain sirkuit,
kebutuhan daya resistor harus cukup dan disesuaikan dengan kebutuhan arus
rangkaian agar tidak terbakar.
2.2.1.1 Macam-Macam Resistor
2.2.1.1.1 Resistor Tetap (Fixed Resistor)
2.2.1.1.1.1 Resistor Kawat

3
2.2.1.1.1.2 Resistor Batang Karbon (Arang)

2.2.1.1.1.3 Resistor Keramik atau Porselin

2.2.1.1.1.4 Resistor Film Karbon

2.2.1.1.1.5 Resistor Film Metal

2.2.1.1.2 Resistor Variabel (Variable Resistor)


2.2.1.1.2.1 Potensiometer Putar

4
2.2.1.1.2.2 Potensiometer Geser

2.2.1.1.2.3 Trimpot (Tripotensiometer)

2.2.1.1.2.4 NTC dan PTC

2.2.1.1.2.5 LDR

2.2.1.2 Cara Mengukur Tetapan atau Nilai Resistor


2.2.1.2.1 Menggunakan Kode Warna Pada Resistor
Kode warna yang terdapat dalam badan resistor digunakan
untuk menghitung besaran resistor. Ketentuan setiap warna berbeda-
beda, lihat gambar di atas. Terdapat 9 warna yang telah diurutkan,
warna hitam nilainya nol (0), warna coklat nilainya satu (1), warna
merah nilainya dua (2), warna oranye nilainya tiga (3), warna kuning

5
nilainya empat (4), warna hijau nilainya lima (5), warna biru nilainya
enam (6), warna ungu nilainya tujuh (7), warna abu-abu nilainya
delapan (8), warna putih nilainya sembilan (9).
Warna pada gelang pertama menunjukan angka pertama dan
warna gelang kedua menunjukkan angka kedua. Untuk gelang ketiga
adalah faktor pengali jumlah nol (0) yang terdapat di belakang angka
pertama dan angka kedua. sedangkan angka toleransi
penyimpangannya ditunjukkan pada gelang keempat. Ditambah dengan
2 warna pada gelang ketiga dan gelang keempat yaitu warna emas
kurang lebih lima persen ( 5%), perak kurang lebih sepuluh persen (
10%) dan kosong kurang lebih dua puluh persen ( 20%). Dengan
satuan Ohm ().

Tabel Warna Resistor

2.2.1.2.2 Menggunakan Avometer Analog/ Multimeter Analog


Cara mengukur nilai hambatan sebuah resistor menggunakan
avometer atau multimeter analog diantaranya:

Putar switch avometer pada pengukuran hambatan X1 (atau yang


paling kecil)

6
Kemudian kalibrasi avometer (Kalibrasi ini harus dilakukan setiap
melakukan perubahan switch avometer dalam mengukur hambatan).
Cara menkalibrasi avometer adalah dengan menyatukan atau
menyambung probe merah pada probe hitam, kemudian atur dengan
cara memutar-mutar tombol kalibrasi hingga jarum avometer
menunjukan angka nol pada nilai pengukuran hambatan pada layar
avometer. Kalibrasi selesai.

Kemudian letakan probe merah pada salah satu kaki resistor yang
akan diukur dan probe hitam pada kaki resistor yang satunya
(resistor merupakan komponen yang tidak memiliki polaritas
sehingga posisi kakinya boleh terbalik)

Lihat nilai yang terbaca pada layar avometer. Jika dapat terbaca
maka itulah nilai resistornya.

Jika belum bisa terbaca karena nilai resistornya terlalu besar


sehingga sulit membaca nilainya secara tepat, maka anda harus
melakukan langkah berikutnya dibawah ini.

Lepaskan semua probe pada kaki resistor.

Putar switch avometer pada nilai X10.

Kalibrasi lagi avometer (lihat cara kalibrasi diatas).

Kemudian letakan lagi probe merah pada salah satu kaki resistor
yang akan diukur dan probe hitam pada kaki resistor yang satunya.

Lihat nilai yang terbaca, jika sudah dapat terbaca maka nilai yang
terbaca harus dikalikan dengan nilai switchnya tadi yaitu X10.
Misalnya terbaca 33 pada layar, maka nilai resistornya adalah 33 X
10 = 330 ohm.

Namun jika masih belum bisa terbaca maka anda bisa menaikan lagi
switch nilai pengalinya dengan cara diatas dan jangan lupa di
kalibrasi setiap perpindahan switchnya, lakukan terus hingga nilai
resistornya terbaca. Dan kalikan nilai yang terbaca pada nilai
pengalinya pada switch yang dipilih.

7
2.2.2 Kapasitor (C)

Kapasitor (Kondensator) adalah perangkat komponen elektronika yang


berfungsi untuk menyimpan muatan listrik dan terdiri dari dua konduktor yang
dipisahkan oleh bahan penyekat (dielektrik) pada tiap konduktor atau yang disebut
keping. Kapasitor biasanya disebut dengan sebutan kondensator yang merupakan
komponen listrik dibuat sedemikian rupa sehingga mampu menyimpan muatan
listrik. Dan satuankapasitor (C) adalah Farad (F)

Prinsip kerja kapasitor pada umunya hampir sama dengan resistor yang juga
termasuk ke dalam komponen pasif. Komponen pasif adalah jenis komponen yang
bekerja tanpa memerlukan arus panjar. Kapasitor sendiri terdiri dari dua lempeng
logam (konduktor) yang dipisahkan oleh bahan penyekat (isolator). Penyekat atau
isolator banyak disebut sebagai bahan zat dielektrik.

2.1.1 Macam-Macam Kapasitor

2.1.1.1 Kapasitor Keramik

2.1.1.2 Kapasitor Elektrolit

8
2.1.1.3 Kapasitor Tantalum

2.1.1.4 Kapasitor Mika-Perak

2.1.1.5 Kapasitor Film- Polistirena

2.1.1.6 Kapasitor Film-Polyester

9
2.1.1.7 Kapasitor Metalized Film-Polyester

2.1.1.8 Kapasitor Polycarbonate

2.1.1.9 Kapasitor Polipropilena

2.1.1.10 Kapasitor Kaca

10
2.1.2 Cara Mengukur Tetapan atau Nilai Kapasitor

Biasanya pada kapasitor langsung saja menyebutkan nilai


kapasitansinya seperti yang ada pada kapasitor elektrolit, namun ada juga
yang hanya menyantumkan kode angka dan warna, diantaranya sebagai
berukut cara-cara mengukur kapasitor.

2.1.2.1 Mengukur Kapasitansi Menggunakan Kode Angka Pada


Kapasitor

Jika terdapat 2 angka pada kode batang kapasitor, maka itu


langsung menandakan nilai kapasitor, dengan satuan pF
(pico Farad). Contoh 68, berarti nilai kapasitor itu adalah 68
pF.

Jika terdapat 3 atau 4 angka pada kode batang kapasitor,


maka angka ke-1 dan ke-2 adalah nominal dan angka ke-3
atau yang terakhir adalah factor pengali. Contoh 152, berarti
nilai kapasitornya 15100 pF=1500 pF.

Terkadang ada juga yang terdapat toleransinya seperti


juraian berikut maka cara mencarinya juga sebagai
berikutt.Huruf dibelakang angka menandakan Toleransi dari
Nilai Kapasitor tersebut, Berikut adalah daftar Nilai
Toleransinya :

B = 0.10pF

C = 0.25pF

D = 0.5pF

E = 0.5%

11
F = 1%

G = 2%

H = 3%

J = 5%

K = 10%

M = 20%

Z = + 80% dan -20%

Contohnya : 473Z = 47,000pF +80% dan -20% atau berkisar


antara 37.600 pF ~ 84.600 pF.

2.1.2.2 Mengukur Kapasitansi Menggunakan Kode Warna

Kapasitor juga dituliskan dengan kode warna seperti resistor,


namun kapasitor jenis ini jarang ditemui. Format penulisan
dengan kode warna kapasitor ditulis dalam 4 ring warna dan
5 ring warna. Kapasitor yang ditulis dengan kode warna
menggunakan satuan dasar pico farad (pF). Urutan
pembacaan ring kapasitor dimulai dari ring paling atas. Ring
pertama = digit ke 1, ring kedua = digit ke 2, ring ketiga =
faktor pengali, ring ke empat = toleransi. Sebagai contoh
kapasitor dengan 4 ring warna dimulai dari atas kuning (4),
ungu (7), merah (2) dan hijau (5%) sehingga nilai kapasitor
tersebut adalah 4700 pF = 4,7 nF dengan toleransi 5%. Tabel
kode warna untuk kapasitor dapat dilihat pada gambar
berikut.

12
2.1.2.3 Menggunakan Capacitance Meter Digital

Caranya cukup mudah hanya dengan memutar switch


ketetapan yang diinginkan.

Kemudian sambungkan probe kesalah satu kaki, dan probe


yang satunya sambungkan ke kaki yang lainnya. Nantinya
akan muncul angka.

Capacitance Meter

13
2.2.3 Induktor (L)
Induktor atau kumparan adalah salah satu komponen pasif elektronika yang
tersusun dari lilitan kawat dan bisa menghasilkan medan magnet bila dialiri arus
listrik dan sebaliknya bisa menghasilkan listrik bila diberi medan magnet. Induktor
termasuk komponen elektronika yang bisa menyimpan muatan listrik. Pada
umumnya induktor dibuat dari kawat penghantar tembaga yang berbentuk
kumparan atau lilitan. Induktor bersama kapasitor dapat berfungsi sebagai
rangkaian resonator yang dapat beresonansi pada frekuensi tertentu. Henry disebut
satuan induktansi dimana ( H=Henry, mH=mili Henry, H=mikro Henry, nH=nano
Henry ) dengan notasi penulisan huruf L.
Suatu induktor disebut ideal jika mempunyai induktansi, namun tanpa
resistansi atau kapasitansi, dan tidak memboroskan energi. Pada kenyataanya
sebuah induktor adalah kombinasi dari induktansi, beberapa resistansi dan
beberapa kapasitansi. Lantaran kapasitas parasitnya itu induktor bisa menjadi
sirkuit resonansi pada suatu frekuensi. Induktor berinti magnet tak hanya
memboroskan energi pada resistansi kawat, namun bisa memboroskan energi di
dalam inti karena dampak histeresis, dan bisa mengalami non linearitas karena
adanya penjenuhan pada arus tinggi.
=LxI
L= V= d = L dI _
I dt dt
2.2.3.1 Macam-Macam Induktor
2.2.3.1.1 Induktor Menurut Sifatnya
2.2.3.1.1.1 Fixed Coil

2.2.3.1.1.2 Variable Coil

14
2.2.3.1.1.3 Choke Coil

2.2.3.1.2 Induktor Menurut Bahan Pembuat Intinya


2.2.3.1.2.1 Induktor Dengan Inti Udara (Air Core)

2.2.3.1.2.2 Induktor Dengan Inti Besi (Iron Core)

15
2.2.3.1.2.3 Induktor Dengan Inti Ferit

2.2.3.1.2.4 Induktor Dengan perubahan Inti

2.2.3.2 Cara Mengukur Tetapan atau Nilai Induktor


2.2.3.2.1 Menggunakan Kode Induktor
Caranya sama dengan dengan kapasitor, namun kode ke-3
biasanya menandakan banyaknya jumlah koma nol. Maksud dari
koma nol artinya seperti contoh ini.
Seumpama di Induktor terdapat kode 323
Tulis langsung digit pertama dan kedua yang tertera yakni 32
Selanjutnya digit ke-3 menandakan koma nol, kode ke-3= 3
berarti ditulis 0,001
Selanjutnya dikalikan 32 x 0,001 atau langsung saja dibagi
32:1000 dan hasilnya adalah 0,032 Henry, atau 32 mH.

2.2.3.2.2 Mengukur atau Menghitung Jumlah Lilitan Pada Induktor


Dengan menggunakan rumus, kita bisa menghitung banyaknya
lilitan pada induktor

16
2.2.3.2.3 Mengukur Induktansi Induktor Dengan LCR Meter
LCR Meter ini selain mengukur induktansi juga bias digunakan
untuk mengukur kapasitansi pada kapasitor dan resistansi pada
resistor, karena LCR Meter adalah L= inductance C=
Capacitance R= Resistance.
Tekan tombol power
Tekan tombol L / C / R sehingga layar menunjuk huruf L
Hubungkan kaki-kaki induktor ke probe LCR Meter
Tekan tombol 1kHz / 120 Hz
Hasil pengukuran akan tampil di layar.
LCR Meter

17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam dunia Teknik Elektro terdapat beberapa komponen yang harus kita
ketahui yakni komponen pasif dan komponen aktif. Komponen pasif adalah jenis
komponen elektronika yang bekerja tanpa memerlukan arus listrik sehingga tidak bisa
menguatkan dan menyearahkan sinyal listrik serta tidak dapat mengubah suatu energi ke
bentuk lainnya.
Komponen pasif diantaranya Resistor (R) tahanan, Kapasitor (C)
kondensator Induktor (L) kumparan. Semua komponen-komponen pasif tersebut
masih terbagi menjadi beberapa jenis lagi baik menurut sifatnya atau material
pembentuknya.
Untuk mengetahui atau mengukur nilai resistensi tetapan pada sebuah Resistor
kita bisa melakukan perhitungan menggunakan kode-kode warna pada kulit resistor, juga
langsung bisa menggunakan avometer atau multimeter untuk mengetahui atau mengukur
nilai tetapan sebuah resistor dengan satuan Ohm (). Untuk mengetahui atau mengukur
nilai kapasitansi tetapan kapasitor kita bisa melakukan perhitungan dengan kode angka
yang tertera pada kulit kapasitor, atau kita bisa langsung mengukur nilai tetapannya
menggunakan alat yang dinamakan dengan Capacitance Meter dengan satuan Farad (F).
Sedangkan untuk mengetahui atau mengukur nilai induktansi induktor yakni juga bisa
melakukan perhitungan mengunakan kode-kode angka pada induktor, selain manual bisa
juga mengunakan alat yang dinamakan LCR Meter dengan satuan Henry (H). selain itu
LCR adalah universal pasif meter karena LCR bisa mengukur nilai tetapan resistor,
kapasitor, dan induktor.

18

Anda mungkin juga menyukai