Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA ANALOG


“Penguat Differensial”

Dosen Pengajar :
Riska Nur Wakidah, S.ST, M.Tr. T.
Oleh :
1. Atina Stya Widiningtys (2141190026)
2. Diyah Ayu Nurjanah (2141190010)
3. M. Alwi Ferdiansyah A. (2141190027)
4. Nur Faizin (2141190002)

D4
TEKNIK ELEKTRONIKA
PSDKU Politeknik Negeri Malang Kota Kediri
Jl. Lingkar Maskumambang No.1, Sukorame, Kec. Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur
64119
BAB I
DAFTAR ISI

1.1 Resistor
1.1.1 Pengertian Resistor
Tahanan listrik yang ada pada sebuah penghantar dilambangkan dengan huruf R,
tahanan adalah komponen yang didesain untuk memiliki besar tahanan tertentu. fungsi
resistor yang sesuai dengan namanya bersifat resistif dan termasuk salah satu komponen
elektronika dalam kategori komponen pasif. Satuan atau nilai resistansi suatu resistor di
sebut Ohm dan dilambangkan dengan simbol Omega (Ω).
Sesuai hukum Ohm bahwa resistansi berbanding terbalik dengan jumlah arus yang
mengalir melaluinya. Selain nilai resistansinya (Ohm) resistor juga memiliki nilai yang
lain seperti nilai toleransi dan kapasitas daya yang mampu dilewatkannya. Rumus
Resistor sebagai berikut :
R=V /I

Dimana :
R = Tahanan dengan satuan Ohm
V = Tegangan dengan satuan Volt
I = Arus dengan satuan Ampere

Gambar 2.3 Simbol Resistor


1.1.2 Kapasitas Daya Resistor
Nilai kapasitas daya resistor ini dapat dikenali dari ukuran fisik resistor dan tulisan
kapasitas daya dalam satuan watt untuk resistor dengan kemasan fisik besar. Menentukan
kapasitas daya resistor ini penting dilakukan untuk menghindari resistor rusak karena
terjadi kelebihan daya yang mengalir sehingga resistor terbakar dan sebagai bentuk
efisien biaya dan tempat dalam pembuatan rangkaian elektronika.
1.1.3 Nilai Toleransi Resistor
Toleransi resistor merupakan perubahan nilai resistansi dari nilai yang tercantum pada
badan resistor yang masih diperbolehkan dan dinyatakan resistor dalam kondisi baik.
Toleransi resistor merupakan salah satu perubahan karakteristik resistor yang terjadi
akibat operasional resistor. Nilai toleransi resistor ada beberapa macam yaitu, resistor
dfengan toleransi kerusakan 1%, resistor dengan toeransi kesalahan 2%, resistor dengan
toleransi kesalahan 5% dan resistor dengan toleransi 10%

1.1.4 Jenis-Jenis Resistor


Berdasarkan jenis dan bahan yang digunakan untuk membuat resistor dibedakan
menjadi resistor kawat, resistor arang dan resistor oksida logam atau resistor metal film.
a. Resistor Kawat (Wirewound resistor)
Resistor kawat atau wirewound reistor merupakan resistor yang dibuat dengan bahan
kawat yang dililitkan. Sehingga nilai reistansi resistor ditentukan dari panjangnya kawat
yang dililitkan. Resistor jenis ini pada umumnya dibuat dengan kapasitas daya yang
besar.

Gambar 2.4 Resistor Kawat


b. Resistor Arang (Karbon Resistor)
Resistor arang atau resistor karbon merupakan resistor yang dibuat dengan bahan
utama batang arang atau karbon. Resistor karbon ono merupakan resistor yang banyak
digunakan dan banyak diperjual belikan. Dipasaran resistor jenis ini dapat kita temui
dengan kapasitas daya 1/16 Watt, 1/8 Watt, ¼ Watt, ½ Watt, 1 Watt, 2 Watt, dan 3 Watt.
Gambar 2.5 Resistor Arang
c. Resistor Oksida Logam (Metal Film Resistor)
Resistor oksida logam atau resistor metal film merupakan resistor yang dibuah dengan
bahan utama oksida logam yang memiliki karakteristik lebih baik. Resistor metal film ini
dapat ditemukan dengan nilai toleransi 1% dan 2%. Bentuk fisik resistor metal film ini
mirip dengan resistor karbon hanya berbeda warna dan jumlah cincin. Sama seperti
resistor karbon, resistor metal film juga diproduksi dalam beberapa kapasitas daya yaitu
1/8 Watt, ¼ watt, ½ Watt.

Gambar 2.6 Resistor Oksida Logam


1.1.5 Menghitung Nilai Resistor
Nilai resistor dapat diketahui dengan kode warna dank ode huruf pada resistor.
Resistor dengan nilai resistansi ditentukan dengan kode warna dapat ditemukan pada
resistor tetap dengan kapasitas daya rendah, sedangkan nilai resistor yang ditentukan
dengan kode huruf dapat ditemukan pada resistor tetap daya besar dan resistor variable.

1.1.6 Kode warna Resistor


Cincin warna yang terdapat pada resistor terdiri dari 4, 5 dan 6 ring warna. Cincin
warna yang terdapat dari suatu resistor terssebut memiliki arti dan nilai dimana resistansi
resistor dengan kode warna yaitu :
Gambar 2.7 Nilai Resistansi Resistor

1.1.7 Kode Huruf Resistor


Resistor dengan kode huruf dapat kita baca nilai resistansinya dengan mudah karena
nilai resistansi dituliskan secara langsung. Pada umumnya resistor yang dituliskan
dengan kode huruf memiliki urutan penulisan kapasitas daya, nilai resistansi dan
toleransi resistor. Kode hurif digunakan untuk penulisan nilai resistansi dan toleransi
resistor.

Gambar 2.8 Kode Huruf Resistor


Kode huruf untuk nilai resistansi :
 R, berarti x 1(Ohm)
 K, berarti x 1000 (KOhm)
 M, berarti x 1000000 (MOhm)
Kode huruf untuk nilai toleransi :
 F, untuk toleransi 1%
 G, untuk toleransi 2%
 J, untuk toleransi 5%
 K, untuk toleransi 10%
 M, untuk toleransi 20%
Dalam menentukan suatu resistor dalam suatu rangkaian elektronika yang harus
diingat selain menentukan nilai resistansinya adalah menentukan kapasitas daya dan
toleransinya. Hal ini berkaitan dengan harga jual resistor dipasaran dan luas area yang
dibutuhklan dalam meletakan resistor pada rangkaian elektronika.

1.2 Op-Amp Sebagai Penguat Differensial


1.2.1 Pengertian Penguat Differensial
Op-Amp memiliki banyak sekali fungsi, salah satunya sebagai penguat Differensial.
Penguat differensial merupakan penguat yang berfungsi untuk menguatkan hasil operasi
pengurangan terhadap dua sinyal masukan yang diberikan. Penguat differensial juga
sering disebut sebagai penguat substractor. Pada penguat differensial, sinyal tidak
diberikan pada salah satu input Op-Amp melainkan pada kedua input Op-Amp. Berikut
rangkaian penguat differensial dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Rangkaian penguat differensial

1.2.2 Analisis Rangkaian Penguat Differensial


Analisis Rangkaian Penguat Differensial saat V1 dihubung singkat
Pada penguat differensial, sinyal diberikan pada kedua input Op-Amp, oleh karena itu
untuk mempermudah analisis rangkaian penguat differensial perlu diterapkan teori
superposisi dengan asumsi setiap sumber bekerja sendiri tanpa pengaruh sumber yang
lain. Dengan demikian, untuk analisis rangkaian menggunakan sumber tegangan V2,
maka sumber tegangan V1 harus dihubung singkat. Kemudian terapkan hukum Kirchoff
arus pada titik cabang A dan B serta asumsi I+ = I- = 0, sehingga gambar rangkaian
penguat differensial menjadi seperti Gambar 2.
Gambar 2 Analisis Rangkaian Penguat Differensial dengan V1 dihubung singkat

Dari Gambar 2. didapatkan persamaan arus yang mengalir pada titik cabang A,
sebagai berikut:
Persamaan 1 :
If =Ig
Dengan menggunakan teori tegangan titik simpul, persamaan (1) dapat dijabarkan
menjadi: 
Persamaan 2 :

Karena V+ = VB dan V- = VA , serta asumsi nilai V+ = V- maka dapat dituliskan


nilai VB = VA. Sehingga persamaan (2) menjadi:
Persamaan 3 :

Dengan menyederhanakan persamaan (3), dapat diperoleh persamaan tegangan


keluaran dari penguat differensial ketika V1 dihubung singkat:
Persamaan 4 :
V out −V B V B
=
Rf Rg
V out V B V B
− =
Rf Rf R g
V out V B V B
= +
Rf Rf R g

V out =R f ( 1 1
+ V
Rg Rf B)
V out =
( )
Rf Rf
+ V
Rg R f B

V out =
( )
Rf
Rg
+1 V B

Karena nilai dari VB belum diketahui, maka nilai VB perlu dicari terlebih dahulu.
Nilai dari VB dapat diperoleh dengan menerapkan rumus pembagi tegangan pada R2 dan
Rg.
Persamaan 5 :

V B=
( Rg
)
V
R2 + R g 2
Dengan mensubtitusikan persamaan (5) ke dalam persamaan (4.11). Didapatkan
persamaan tegangan keluaran dari penguat differensial ketika V1 dihubung singkat:
Persamaan 6 :

V out =
'
( )(
Rf
R1
+1
Rg
V
R 2+ R g 2)
Analisis Rangkaian Penguat Differensial saat V2 dihubung singkat
Setelah diketahui persamaan tegangan keluaran pada sumber tegangan V2, sekarang
waktunya mencari persamaan tegangan keluaran pada sumber tegangan V1, dengan cara
menghubung singkat sumber tegangan V2. Kemudian terapkan hukum Kirchoff arus
pada titik cabang A dan B serta asumsi I+ = I- = 0, sehingga gambar rangkaian penguat
differensial menjadi seperti Gambar 3.
Gambar 3 Analisis Rangkaian Penguat Differensial dengan V2 dihubung singkat

Karena V2 dihubung singkat dan asumsi I+ = I- = 0 maka pada titik cabang B tidak
terdapat aliran arus (VB = 0), sehingga analisis rangkaian hanya dilakukan pada titik
cabang A. Dari Gambar 3.6. didapatkan persamaan arus yang mengalir pada titik cabang
A, sebagai berikut: 
Persamaan 7 :
I 1=If
Persamaan 8 :
Dengan menggunakan teori tegangan titik simpul, persamaan (7) dapat dijabarkan
menjadi:

Persamaan 9 :
Karena V+ = VB = 0 dan V- = VA , serta asumsi nilai V+ = V- maka dapat dituliskan
nilai VA = 0. Sehingga persamaan (8) menjadi:

Persamaan 10 :
Dengan menyederhanakan persamaan (9), dapat diperoleh persamaan tegangan
keluaran dari penguat differensial ketika V2 dihubung singkat:

Analisis Akhir Rangkaian Penguat Differensial 


Setelah diketahui persamaan tegangan keluaran dari sumber V1 dan V2, maka
selanjutnya mencari nilai tegangan keluaran total dari penguat differensial, dengan cara
menjumlahkan persamaan (6) dan (10): 
Persamaan 11 :

Jika nilai R1 = R2 dan Rf = Rg, maka persamaan (11) dapat disederhanakan menjadi:
Persamaan 12 :
1.3 Op-Amp Sebagai Penguat Non Inverting
1.3.1 Pengertian Op-Amp Sebagai Penguat Non Inverting
Penguat Non Inverting adalah suatu rangkaian penguat yang berfungsi menguatkaan
sinyal dan hasil sinyal yang dikuatkan tetap sefasa dengan sinyal inputannya, hasil dari
sinyal input dan output rangkaian non inverting dapat dilihat pada Gambar 1. Pada
dasarnya penguat non inverting digunakan sebagai pengkondisi sinyal inputan sensor
yang terlalu kecil sehingga dibutuhkan penguatan untuk diproses. intinya penguat non
inverting ke balikkan dari penguat inverting.

Gambar 1 Rangkaian Penguat Non Inverting


Keterangan Gambar
Vin : Tegangan Masukan
Vout : Tegangan Keluaran
Rg : Resistansi ground 
Rf : Resistansi feedback

Gambar 2 Sinyal Input dan Output Penguat Non Inverting

1.3.2 Fungsi Penguat Non Inverting


Fungsi dari penguat non inverting kurang lebih sama dengan penguat inverting hanya
saja polaritas output yang dihasilkan sama dengan sinyal inputnya. Keluaran sensor dan
tranduser pada umumnya mempunyai tegangan yang sangat kecil hingga mikro volt,
sehingga diperlukan penguat dengan impedansi masukan rendah.  Rangkaian penguat
non inverting akan menerima arus atau tegangan dari tranduser sangat kecil dan akan
membangkitkan arus atau tegangan yang lebih besar

1.3.3 Analisis Penguatan Op Amp Non Inverting


Dalam menganalisis rangkaian Op-Amp sebagai penguat terdapat dua aturan penting
yang perlu diperhatikan. Kedua aturan tersebut menggunakan karakteristik Op-Amp
ideal. Aturan ini dalam beberapa literatur dinamakan golden rule, yang berisi :
1. Perbedaan tegangan antara kedua masukan Op-Amp adalah nol (V+ - V- = 0 atau V+
= V-), hal ini bertujuan menghindari adanya tegangan offset. Aturan pertama ini
sering disebut dengan virtual ground.
2. Arus yang mengalir pada kedua masukan Op-Amp adalah nol (I+ = I- = 0), hal ini
dikarenakan impedansi input pada Op-Amp sangat besar ( Zin = ∞). Dengan
memahami kedua aturan tersebut, analisis dari rangkaian Op-Amp akan menjadi lebih
mudah.

Untuk memulai analisis rangkaian penguat non-inverting, terapkan hukum Kirchoff arus
pada titik cabang A dan asumsi I+ = I- = 0, sehingga gambar rangkaian penguat non-
inverting menjadi seperti Gambar 3.

Gambar 3 Penjabaran Rangkaian Penguat Non Inverting untuk mempermudah penurunan


rumus

Berikut penjabaran penurunan rumus op-amp non inverting berdasarkan gambar 3


didapatkan persamaan arus yang mengalir pada titik cabang A, sebagai berikut:
Persamaan 1
If =Ig

Dengan menggunakan teori tegangan titik simpul, persamaan (1) dapat dijabarkan
menjadi: 
Persamaan 2
Karena V+ = Vin dan V- = VA , serta asumsi nilai V+ = V- maka dapat dituliskan
nilai Vin = VA. Sehingga persamaan (2) menjadi:
Persamaan 3

Dengan menyederhanakan persamaan (3), dapat diperoleh persamaan tegangan


keluaran dari penguat non-inverting:
Persamaan 4

Jika penguatan merupakan perbandingan antara tegangan keluaran dan tegangan


masukan, maka dari persamaan (4) dapat diperoleh penguatan dari penguat non-inverting
yaitu:
Persamaan 5
BAB II
HASIL DAN ANALISA

2.1 Gambar Rangkaian

2.2 Data Hasil


Tabel Hasil Pengukuran
No. Resistor (Ω) ∆ V out Differential ∆ V out Inverting
1 4K7 1,31 V 2,94 V
2 5K7 1,16 V 2,61 V
3 6K7 1,03 V 2,31 V
4 7K2 0,97 V 2,18 V
5 8K2 0,86 V 1,93 V
Perhitungan

2.3 Analisa
Dari hasil praktikum diatas untuk pengukuran penguat differensial dengan resistor
4K7 Ω didapatkan ∆ V out Differential 1,31 V dan nilai ∆ V out Inverting 2,94 V. Dan
didapatkan AV =V 1−V 0=2,54−1,23=1,31 V . Untuk pengukuran penguat differensial
dengan resistor 5K7 Ω didapatkan ∆ V out Differential 1,16 V dan nilai ∆ V out Inverting
2,61 V. Dan didapatkan AV =V 1−V 0=2 ,54−1 , 38=1 , 16 V . Untuk pengukuran penguat
differensial dengan resistor 6K7 Ω didapatkan ∆ V out Differential 1,03 V dan nilai
∆ V out Inverting 2,31 V. Dan didapatkan AV =V 1−V 0=2,5 4−1 , 51=1 , 03V . Untuk
pengukuran penguat differensial dengan resistor 7K2 Ω didapatkan ∆ V out Differential
0,97 V dan nilai ∆ V out Inverting 2,18 V. Dan didapatkan
AV =V 1−V 0=2,54−1 ,57=0,97 V . Dan untuk pengukuran penguat differensial dengan
resistor 8K2 Ω didapatkan ∆ V out Differential 0,86 V dan nilai ∆ V out Inverting 1,93 V.
Dan didapatkan AV =V 1−V 0=2,54−1 ,68=0,86 V .
Untuk praktikum yang kita lakukan tidak berjalan dengan lancar sehingga
membutuhkan bantuan simulasi untuk mengisi data hasil. Dan dari data dapat dilihat
bahwa semakin tinggi nilai hambatan pada potensiometer maka semakin rendah nilai
∆ V out Differential , ∆ V out Inverting , dan AV nya.
BAB III
KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah kita lakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan, sebagai
berikut
1. Penguat differensial merupakan penguat yang berfungsi untuk menguatkan hasil
operasi pengurangan terhadap dua sinyal masukan yang diberikan.
2. Dalam menganalisis rangkaian Op-Amp sebagai penguat terdapat dua aturan
penting yaitu: (a) Perbedaan tegangan antara kedua masukan Op-Amp adalah nol.
(b) Arus yang mengalir pada kedua masukan Op-Amp adalah nol. 
3. Semakin tinggi nilai hambatan pada potensiometer maka semakin rendah nilai
∆ V out Differential
4. semakin tinggi nilai hambatan pada potensiometer maka semakin rendah nilai
∆ V out Inverting
5. semakin tinggi nilai hambatan pada potensiometer maka semakin rendah nilai ∆
AV nya.

Anda mungkin juga menyukai