Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

ELEKTRONIKA INDUSTRI

Di Susun Oleh :
Faisal Hanafi 131221018

Dosen : Sukarjadi, ST,. MT.

PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MAARIF
HASYIM LATIF
2023
Tugas 1 : Resistor

Tahanan resistor adalah salah satu komponen elektronik yang berfungsi untuk mengatur
arus listrik yang mengalir dalam suatu rangkaian elektronik. Setiap resistor memiliki nilai
tahanan yang berbeda-beda tergantung dari bahan dan ukuran fisiknya. Untuk membaca nilai
tahanan resistor, kita dapat melihat kode warna yang terdapat pada tubuh resistor tersebut.
Terdapat lima buah nilai tahanan resistor yang berbeda, yaitu 10 ohm, 47 ohm, 220
ohm, 1 kilo ohm, dan 10 kilo ohm. Untuk membaca nilai tahanan resistor, pertama-tama kita
perlu mengetahui kode warna pada tubuh resistor tersebut. Setiap warna pada resistor
memiliki nilai tahanan yang berbeda. Warna hitam pada resistor memiliki nilai tahanan 0,
coklat memiliki nilai tahanan 1, merah memiliki nilai tahanan 2, orange memiliki nilai
tahanan 3, kuning memiliki nilai tahanan 4, hijau memiliki nilai tahanan 5, biru memiliki
nilai tahanan 6, ungu memiliki nilai tahanan 7, abu-abu memiliki nilai tahanan 8, dan putih
memiliki nilai tahanan 9.
Misalnya, jika kita ingin membaca nilai tahanan resistor dengan kode warna coklat-
hitam-hitam, nilai tahanannya adalah 10 ohm. Sedangkan jika kita ingin membaca nilai
tahanan resistor dengan kode warna kuning-violet-coklat, nilai tahanannya adalah 470 ohm.
Untuk resistor dengan nilai tahanan 220 ohm, kode warnanya adalah merah-merah-coklat.
Sementara itu, resistor dengan nilai tahanan 1 kilo ohm memiliki kode warna coklat-hitam-
merah, dan resistor dengan nilai tahanan 10 kilo ohm memiliki kode warna coklat-hitam-
oranye.
Dalam membaca kode warna pada resistor, kita perlu memperhatikan urutan dari
masing-masing warna. Warna pertama pada resistor menunjukkan angka pertama pada nilai
tahanan, warna kedua menunjukkan angka kedua, dan warna ketiga menunjukkan faktor
pengali atau jumlah nol yang harus ditambahkan pada nilai tahanan. Sebagai contoh, pada
resistor dengan kode warna coklat-hitam-merah, nilai tahanan yang sebenarnya adalah 1 kilo
ohm. Kode warna coklat menunjukkan angka pertama (1), warna hitam menunjukkan angka
kedua (0), dan warna merah menunjukkan faktor pengali (10^2). Oleh karena itu, nilai
tahanan sebenarnya adalah 1 x 10^1 x 10^2 = 1 kilo ohm.
Membaca nilai tahanan resistor dengan benar sangat penting dalam merakit rangkaian
elektronik. Dengan memahami kode warna pada resistor, kita dapat mengetahui nilai tahanan
yang dibutuhkan untuk menciptakan rangkaian yang berfungsi dengan baik.
1.1 Multimeter

Multimeter analog adalah alat yang digunakan untuk mengukur daya listrik pada suatu
komponen atau rangkaian. Alat ini terdiri dari jarum penunjuk yang bergerak pada skala yang
terdapat pada layar alat. Untuk membaca multimeter analog, ada beberapa langkah yang
harus dilakukan.
Langkah pertama adalah mengatur multimeter agar sesuai dengan jenis pengukuran yang
akan dilakukan. Pada multimeter analog, pengaturan dilakukan dengan memutar knob yang
terdapat pada bagian depan alat. Pastikan pengaturan dilakukan dengan benar agar hasil
pengukuran akurat.
Setelah itu, sambungkan probe multimeter ke bagian yang akan diukur. Untuk mengukur
tegangan, probe merah dihubungkan ke sumber tegangan positif, sedangkan probe hitam
dihubungkan ke sumber tegangan negatif. Untuk mengukur arus, probe merah dihubungkan
ke bagian positif sumber arus, sedangkan probe hitam dihubungkan ke bagian negatif sumber
arus.
Kemudian, putar knob pengaturan multimeter hingga jarum penunjuk berada pada skala
yang sesuai dengan besaran yang akan diukur. Pastikan jarum penunjuk tidak melebihi batas
skala yang terdapat pada layar alat.
Terakhir, baca nilai hasil pengukuran pada skala yang terdapat pada layar alat. Hasil
pengukuran ditunjukkan oleh posisi jarum penunjuk pada skala. Pastikan untuk membaca
hasil pengukuran dengan seksama agar tidak terjadi kesalahan dalam interpretasi hasil
pengukuran.
Dalam penggunaan multimeter analog, perlu diingat bahwa alat ini memiliki batas akurasi
yang terbatas. Oleh karena itu, penggunaan alat ini perlu dilakukan dengan hati-hati dan
sesuai dengan petunjuk penggunaan yang terdapat pada manual alat.
Tugas 2 : Kapasitor

Kapasitor adalah salah satu komponen elektronik yang sering digunakan dalam
rangkaian elektronik. Kapasitor dapat menyimpan energi listrik dan berfungsi sebagai sumber
tegangan dalam sirkuit. Kapasitor terdiri dari dua konduktor yang dipisahkan oleh lapisan
isolator (dielektrik) yang dapat mengakumulasi muatan listrik.
Fungsi kapasitor adalah untuk menyimpan muatan listrik dan melepaskannya kembali ke
rangkaian ketika diperlukan. Kapasitor juga digunakan untuk memfilter sinyal elektronik,
mengurangi kebisingan, dan menstabilkan sirkuit. Selain itu, kapasitor juga digunakan dalam
rangkaian resonansi, filter frekuensi, dan sirkuit timer.
Cara kerja kapasitor adalah dengan mengakumulasi muatan listrik pada permukaan
konduktor yang terpisah oleh lapisan dielektrik. Muatan listrik akan terus disimpan pada
kapasitor hingga kapasitor dihubungkan ke rangkaian. Ketika kapasitor dihubungkan ke
rangkaian, muatan listrik akan dilepaskan kembali ke rangkaian dan menghasilkan arus
listrik.
Jenis-jenis kapasitor antara lain:
1. Kapasitor elektrolitik, kapasitor ini memiliki nilai kapasitansi yang besar dan digunakan
dalam rangkaian daya yang memerlukan kapasitor dengan nilai kapasitansi besar.
2. Kapasitor keramik, kapasitor ini memiliki nilai kapasitansi kecil dan sering digunakan
dalam rangkaian elektronik yang memerlukan kapasitor dengan nilai kapasitansi kecil.
3. Kapasitor tantalum, kapasitor ini memiliki nilai kapasitansi yang besar dan digunakan
dalam rangkaian daya yang memerlukan kapasitor dengan nilai kapasitansi besar.
4. Kapasitor film, kapasitor ini memiliki nilai kapasitansi yang kecil hingga sedang.
Kapasitor film sering digunakan dalam rangkaian audio dan video.
5. Kapasitor mika, kapasitor ini memiliki nilai kapasitansi yang sangat kecil dan digunakan
dalam rangkaian elektronik yang memerlukan kapasitor dengan nilai kapasitansi kecil.
Gambar rangkaian proteus :
Tugas 3 : Dioda

Dioda merupakan salah satu komponen elektronik yang sering digunakan dalam
rangkaian elektronik. Dioda memiliki fungsi sebagai penghantar arus listrik yang hanya
mengalir pada satu arah saja. Dalam sebuah rangkaian elektronik, dioda dapat digunakan
sebagai penyearah (rectifier), stabilisator tegangan (voltage regulator), dan sebagai komponen
pendeteksi sinyal.
Dioda terdiri dari dua lapisan bahan semikonduktor yang berbeda, yaitu lapisan P dan N.
Lapisan P memiliki kelebihan elektron sedangkan lapisan N memiliki kekurangan elektron.
Kedua lapisan ini disatukan secara mekanik dan terhubung secara elektrik melalui proses
difusi dan difusi terbalik.
Cara kerja dioda sangat sederhana. Dioda hanya akan mengalirkan arus listrik pada satu
arah saja, yaitu arah dari lapisan P ke lapisan N. Arus listrik yang mengalir dari lapisan P ke
lapisan N disebut sebagai arus maju (forward bias) sedangkan arus listrik yang mengalir dari
lapisan N ke lapisan P disebut sebagai arus mundur (reverse bias). Ketika dioda diberikan
tegangan arus maju, maka dioda akan mengalirkan arus listrik dan menjadi penghantar yang
baik. Sedangkan ketika dioda diberikan tegangan arus mundur, maka dioda tidak akan
mengalirkan arus listrik dan menjadi penghantar yang buruk.
Komponen penyusun dioda terdiri dari bahan semikonduktor seperti silikon atau
germanium, kontak logam, dan pelindung plastik atau kaca. Dalam rangkaian elektronik,
dioda sering digunakan bersama-sama dengan resistor dan kapasitor untuk membentuk
rangkaian penyearah (rectifier) dan rangkaian stabilisator tegangan (voltage regulator).
Dalam aplikasinya, dioda memiliki berbagai kegunaan. Dalam rangkaian penyearah, dioda
digunakan untuk mengubah arus bolak-balik menjadi arus searah. Dalam rangkaian
stabilisator tegangan, dioda digunakan untuk menjaga agar tegangan keluaran stabil terhadap
perubahan tegangan masukan. Dalam rangkaian pendeteksi sinyal, dioda digunakan untuk
mengubah sinyal AC menjadi sinyal DC.

Gambar Rangkaian Proteus :


Tugas 4 : Rectifier

Rectifier (Penyearah Gelombang) dan Jenis-jenisnya – Rectifier atau dalam bahasa


Indonesia disebut dengan Penyearah Gelombang adalah suatu bagian dari Rangkaian Catu
Daya atau Power Supply yang berfungsi sebagai pengubah sinyal AC (Alternating Current)
menjadi sinyal DC (Direct Current). Rangkaian Rectifier atau Penyearah Gelombang ini pada
umumnya menggunakan Dioda sebagai Komponen Utamanya. Hal ini dikarenakan Dioda
memiliki karakteristik yang hanya melewatkan arus listrik ke satu arah dan menghambat arus
listrik dari arah sebaliknya. Jika sebuah Dioda dialiri arus Bolak-balik (AC), maka Dioda
tersebut hanya akan melewatkan setengah gelombang, sedangkan setengah gelombangnya
lagi diblokir

Jenis-Jenis Rectifiier

Half Wave Rectifier (Penyearah Setengah Gelombang)

• Half Wave Rectifier atau Penyearah Setengah Gelombang merupakan Penyearah yang
paling sederhana karena hanya menggunakan 1 buah Dioda untuk menghambat sisi
sinyal negatif dari gelombang AC dari Power supply dan melewatkan sisi sinyal
Positif-nya.
• Pada prinsipnya, arus AC terdiri dari 2 sisi gelombang yakni sisi positif dan sisi
negatif yang bolak-balik. Sisi Positif gelombang dari arus AC yang masuk ke Dioda
akan menyebabkan Dioda menjadi bias maju (Forward Bias) sehingga
melewatkannya, sedangkan sisi Negatif gelombang arus AC yang masuk akan
menjadikan Dioda dalam posisi Reverse Bias (Bias Terbalik) sehingga menghambat
sinyal negatif tersebut.
Full Wave Rectifier (Penyearah Gelombang Penuh)

• Terdapat 2 cara untuk membentuk Full Wave Rectifier atau Penyearah Gelombang
Penuh. Kedua cara tersebut tetap menggunakan Dioda sebagai Penyearahnya namun
dengan jumlah Dioda yang berbeda yaitu dengan menggunakan 2 Dioda dan 4 Dioda.
Penyearah Gelombang Penuh dengan 2 Dioda harus menggunakan Transformer CT
sedangkan Penyearah 4 Dioda tidak perlu menggunakan Transformer CT, Penyearah
4 Dioda sering disebut juga dengan Full Wave Bridge Rectifier.

Penyearah Gelombang Penuh 2 Dioda

• Seperti yang dikatakan diatas, Penyearah Gelombong Penuh 2 Dioda memerlukan


Transformer khusus yang dinamakan dengan Transformer CT (Centre Tapped).
Transformer CT memberikan Output (Keluaran) Tegangan yang berbeda fasa 180°
melalui kedua Terminal Output Sekundernya. Perbedaan Fase 180° tersebut dapat
dilihat seperti pada gambar dibawah ini :

Di saat Output Transformer CT pada Terminal Pertama memberikan sinyal Positif pada D1,

maka Terminal kedua pada Transformer CT akan memberikan sinyal Negatif (-) yang
berbeda fasa 180° dengan Terminal Pertama. D1 yang mendapatkan sinyal Positif (+) akan
berada dalam kondisi Forward Bias (Bias Maju) dan melewatkan sisi sinyal Positif (+)
tersebut sedangkan D2 yang mendapatkan sinyal Negatif (-) akan berada dalam kondisi
Reverse Bias (Bias Terbalik) sehingga menghambat sisi sinyal Negatifnya.

Sebaliknya, pada saat gelombang AC pada Terminal Pertama berubah menjadi sinyal Negatif

maka D1 akan berada dalam kondisi Reverse Bias dan menghambatnya. Terminal Kedua
yang berbeda fasa 180° akan berubah menjadi sinyal Positif sehingga D2 berubah menjadi
kondisi Forward Bias yang melewatkan sisi sinyal Positif tersebut.

 
Penyearah Gelombang Penuh 4 Dioda (Bridge Rectifier)

Penyearah Gelombang Penuh dengan menggunakan 4 Dioda adalah jenis Rectifier yang
paling

sering digunakan dalam rangkaian Power Supply karena memberikan kinerja yang lebih
baik dari jenis Penyearah lainnya. Penyearah Gelombang Penuh 4 Dioda ini juga sering
disebut dengan Bridge Rectifier atau Penyearah Jembatan.Berdasarkan gambar diatas, jika
Transformer mengeluarkan output sisi sinyal Positif (+) maka Output maka D1 dan D2 akan
berada dalam kondisi Forward Bias sehingga melewatkan sinyal Positif tersebut sedangakan
D3 dan D4 akan menghambat sinyal sisi Negatifnya. Kemudian pada saat Output
Transformer berubah menjadi sisi sinyal Negatif (-) maka D3 dan D4 akan berada dalam
kondisi Forward Bias sehingga melewatkan sinyal sisi Positif (+) tersebut sedangkan D1 dan
D2 akan menghambat sinyal Negatifnya. Penyearah Gelombang yang dilengkapi dengan
KapasitoTegangan yang dihasilkan oleh Rectifier belum benar-benar Rata seperti tegangan
DC pada umumnya, oleh karena itu diperlukan Kapasitor yang berfungsi sebagai Filter
(Penyaring) untuk menekan riple yang terjadi pada proses penyearahan Gelombang AC.
Kapasitor yang umum dipakai adalah Kapasitor jenis ELCO (Electrolyte Capacitor).

Gambar dari Proteus :


Tugas 5 : Transistor

Step IE IC IB
mA mA VEB VCB VCE mA VR3
2 0,56 0,55 40 1000 3700 100 40
3 1,10 1,09 60 1000 3700 100 40
5 0,56 0,55 45 100 300 100 70
7 1,09 1,09 25 100 300 100 70
8 0,56 0,55 20 100 300 2 110
10 1,10 1,09 45 500 800 2 100

1.Apakah efek dari arus collector bila bias emitter di naikan


Jawab :Bila arus collector Ic naik di sebabkan kenaikan temperatur maka tegangan VE=IE.RE menjadi
naik dan selama tegangan VTH dan RB tidak berubah maka arus basic IB harus dapat menjadi turun
untuk mereduksi nilai arus kolector IC Kembali ke nilai tipikalnya.

2.Bandingkan dan jelaskan perbedaan antara IC dan ICBO !


Jawab : IC adalah arus kontinyue tertinggi yang mengalir pada kolector,ICBO adalah arus bocoran
yang mengalir Ketika collector-basis berada pada tegangan tertentu(emitor dalam keadaan terbuka)
Jadi perbedaanya antara IC dan ICBO adalah ic sebagfai arus continyue sedangkan ICBO adalah arus
bocor yang mengalir Ketika collector-basis dalam tegangan tertentu.
Tugas 6 : Transistor Common Emitter

Step Current,mA Voltage, V Wavefrom


IC VBE VCE VE input V p-p Output V p-p
2 -0,42 0,42 0,00 0,43 9v 56,25 100Hz 84,37
4 -8,74 8,74 0,25 0,93 9v 508,25 100Hz 421,88
5 -0,42 0,42 0,00 0,43 9v 112,80 100Hz 140.83

TUGAS:
1.Apa yang di maksud dengan CE pada gambar 6.1 ?
Jawab:CE adalah penguat untuk common emitter,Ketika tegangan basis dinaikkan,arus basic juga
akan meningkat yang meningkatkan arus kolector

2.apa yang terjadi bila penguatan ac di hilangkan ?


Jawab:arus yang masuk di masing masing rangkaian akan melemah dan hasil perhitungan oleh
oscilloscope juga berubah,karena penguat ac sebagai penstabil hitungan baik di multimeter maupu
Tugas 7 & 8 : Silicon Controlled Rectifiers (Scr)
Tujuan
Mengamati Bagaimana Arus Gate Yang Digunakan Untuk Menyalakan Dan
Memadamkan SCR.
Peralatan
1. Electronics Training System Base Station (EFT-ETS-BS)
2. Electronics Training System Module Kit (EFT-ETS-FE)
3. Multimeter
4. Oscilloscope
5. Kabel Jumper
Langkah Percobaan
1. Persiapkan panel EFT-ETS-BS dan papan percobaan EFT-ETS-FE ke dalam rel.
(yakinkan daya dan semua saklar pada posisi off).
2. Hubungkan tegangan AC ke dalam plug AC ke dalam panel, jangan lupa peralatan
dioperasikan pada tegangan 220 VAC/50 Hz.
3. Buatlah rangkaian seperti dalam gambar 7.1 sebagai petunjuk percobaan.
4. Bukalah saklar S1 dan S2, VAA adalah tegangan regulator yang dapat diatur.
5. Atur tegangan VAA pada 15 volt yang diukur pada saat S1 dibukan dan M1
pengukuran arus diode setelah SCR on. M2 pengukuran arus gate. V1 tegangan
yang terukur pada katoda
6. Ketika SCR menyala, tegangan yang menyeberangi SCR akan turun pada nilai
yang sangat rendah sekali sekitar (0,1 – 3 volt) dan IA = VAA/RL.
7. Atur R2 (pengontrol arus gate) output pada 0 volt. Tutup saklar S2, tutup saklar S1,
apakah SCR konduksi ?
8. Setel R2 dan amati arus gate dan agar SCR konduksi.
9. Jika SCR tidak konduksi maka nilai resistornya adalah 4700 ohm.
10. Ukur dan catat tegangan anoda VDF yang menyeberangi SCR dan masukkan di
dalam tabel 7.1, dan ukur pula arus anoda Ia setelah SCR konduksi.
Percobaan 1 Percobaan 2
Nilai Nilai
Resistor Resistansi V1 V2 Resistor Resistansi V1 V2
R2 R1
+5.99 +5.99 -
100KΩ -5.99V 100Ω
V V 5.99V
-
+5.99 +5.99 -
R1=100 300KΩ 15.00 300Ω
V R2=100K V 2.00V
K V
-
+1.99 -
600KΩ 12.00 600Ω +6.00
V 1.00V
V  

11. Buka S1, setel kembali R2 sehingga tegangan gate kembali menjadi 0 (nol).
12. Atur VAA pada 25 volt dan S1 dibuka. Atur R2, arus gate dikontrol pada 0 volt.
Tutup S2 dan S1.
13. Ikuti langkah percobaan dari langkah 8 sampai dengan 11 dan catat hasilnya ke
dalam tabel 7.1.
14. Pastikan peraltan dalam keadaan off setelah melaksanakan praktikum.

Tugas
1. Setelah SCR konduksi perubahan apa yang terjadi pada tegangan anoda dan arus
anoda ? Gambarkan !
Input Output

R1 100000,R2 300000 2.40,-7,19


R1 300000,R2 600000 240,-4,80
V A A+ V IG Ma V DF, V IA, mA Trial
Number
15 4700 ohm 15.0 4700 ohm
1
4700 ohm 7.19 4700 ohm 2
4700 ohm 7.26 4700 ohm 3
4700 ohm 40.0 4700 ohm 1
40 4700 ohm 19.1 4700 ohm 2
4700 ohm 19.3 4700 0hm 3
Table Tegangan Dc arus Gate

Tugas 9

Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengimplementasikan kontrol dengan menggunakan lampu
12 Volt, baterai 12 Volt, resistor 470 Ohm dan 1000 Ohm, serta SCR (Silicon Controlled
Rectifier) FIR3D. Praktikum ini akan membantu memahami prinsip dasar kontrol dan
penggunaan komponen elektronik dalam sistem kontrol.

Peralatan
1. Lampu 12 Volt
2. Baterai 12 Volt
3. Resistor 470 Ohm
4. Resistor 1000 Ohm
5. Silicon Controlled Rectifier (SCR) FIR3D
6. Kabel penghubung
7. Multimeter
8. Solder dan alat soldering (jika diperlukan)
9. Breadboard (jika diperlukan)

Skema Rangkaian

Langkah-Langkah
1. Siapkan semua peralatan dan bahan yang diperlukan.
2. Sambungkan baterai 12 Volt ke breadboard atau langsung ke rangkaian jika tidak
menggunakan breadboard.
3. Sambungkan resistor 470 Ohm dan resistor 1000 Ohm secara seri pada rangkaian.
4. Sambungkan ujung rangkaian resistor ke gate (G) dari SCR FIR3D.
5. Sambungkan cathode (K) dari SCR FIR3D ke ground (GND) atau terminal negatif
baterai.
6. Sambungkan anode (A) dari SCR FIR3D ke terminal positif baterai.
7. Sambungkan kaki-kaki ke output (O) dari SCR FIR3D.
8. Sambungkan lampu 12 Volt pada kaki-kaki .
9. Pastikan semua koneksi sudah terpasang dengan baik dan benar.
10. Periksa dan pastikan tidak ada kabel yang terputus atau terhubung secara tidak
sengaja.
11. Nyalakan baterai 12 Volt.
12. Amati apakah lampu menyala dan berputar ketika gate SCR FIR3D diberikan
sinyal kontrol.
13. Uji variasi kontrol dengan memberikan sinyal pada gate SCR FIR3D dengan
waktu yang berbeda-beda.

Analisis Hasil
- Dalam praktikum ini, penggunaan SCR FIR3D sebagai komponen utama dalam kontrol
dengan lampu berhasil dilakukan.
- Dengan memberikan sinyal kontrol pada gate SCR FIR3D, dapat dikontrol dan lampu
menyala sesuai dengan keinginan.
- Variasi waktu sinyal kontrol pada gate SCR FIR3D akan mempengaruhi kecepatan putaran
dan kecerahan lampu.
- Hasil praktikum ini menunjukkan bahwa SCR FIR3D dapat digunakan sebagai alat kontrol
yang efektif untuk mengendalikan dengan lampu.

Kesimpulan

Praktikum kontrol dengan lampu menggunakan lampu 12 Volt, baterai 12 Volt, resistor
470 Ohm, dan 1000 Ohm dengan SCR FIR3D berhasil dilakukan. Melalui praktikum ini,
dapat disimpulkan bahwa SCR FIR3D merupakan komponen yang efektif dalam sistem
kontrol dengan lampu. Variasi waktu sinyal kontrol pada gate SCR FIR3D dapat mengatur
kecepatan putaran dan kecerahan lampu. Penggunaan komponen elektronik dalam sistem
kontrol memberikan fleksibilitas dalam mengendalikan perangkat listrik

Anda mungkin juga menyukai