Anda di halaman 1dari 7

Nama : Muhamad Rifa’i

NPM : 211106031080

1. Transistor
Transistor adalah komponen semikonduktor yang memiliki banyak fungsi seperti penguat,
pemutus, penyambung, stabilitas tegangan, dan modulasi sinyal. Komponen ini banyak
digunakan dalam rangkaian-rangkaian elektronika.
Hampir semua perangkat elektronik menggunakan transistor sebagai komponennya. Adapun
perangkat elektronik tersebut di antaranya televisi, komputer, ponsel, audio player, video
player, konsol game, power supply dan amplifier.
Agar lebih memahaminya, berikut ulasan tentang transistor lengkap dengan fungsi, jenis, dan
cara kerjanya.
A. Fungsi Transistor
Transistor memiliki dua fungsi utama, yaitu sebagai saklar elektronik dan penguat arus.
Adapun penjelasannya sebagai berikut:

1. Sebagai Saklar Elektronik

Transistor dapat digunakan sebagai saklar. Sebab, transistor dapat mengatur bias dari satu
transistor ke transisor lainnya. Sehingga didapatkan hubungan singkat antarkaki konektor
dengan emitor.

2. Sebagai Penguat Arus

Agar bisa digunakan sebagai penguat arus, transistor harus dibiaskan tegangannya pada basis
secara konstan. Ini dilakukan agar emitor keluar dengan besaran tegangan yang tetap.
B. Jenis-Jenis Transistor

1. Transistor Bipolar

Transistor bipolar adalah transistor yang membutuhkan elektron di kutub negatif untuk
mengisi kekurangan elektron di kutub positif. Berdasarkan susunannya, transistor bipolar
dibagi menjadi dua jenis, yaitu transistor NPN dan transistor PNP.

2. Transistor Efek Medan

Transistor efek medan (field effect transistor) adalah jenis transistor yang menggunakan
listrik sebagai pengendali konduktivitasnya. Tegangan listrik yang diberikan terminal Gate
(G) digunakan untuk mengendalikan aliran arus dan tegangan pada terminal Drain (D) ke
terminal Source (S).
C. Cara Kerja Transistor
Transistor termasuk ke dalam perangkat non-linier, sehingga ia mempunyai empat mode
operasi yang berbeda. Berikut cara kerja atau mode operasi transistor:
• Saturasi: Kondisi saat transistor bertindak sebagai short circuit, sehingga arus
mengalir bebas dari kolektor ke emitor.
• Cut-off: Kondisi saat transistor bertindak sebagai open circuit, sehingga tidak ada arus
mengalir dari kolektor ke emitor.
• Active (Forward-Active): Arus yang mengalir dari kolektor ke emitor berbanding
lurus dengan arus yang mengalir ke basis.
• Reverse-Active: Pada mode ini arus yang mengalir sebanding dengan arus basis, tetapi
mengalir secara terbalik sehingga arus mengalir dari emitor ke kolektor.
2. OP-AMP
Op-Amp (Operational Amplifier) adalah salah satu bentuk IC Linear yang berfungsi sebagai
Penguat Sinyal Listrik. Sebuah Op-Amp terdiri dari beberapa Transistor, Dioda, Resistor dan
kapasitor yang terinterkoneksi dan terintegrasi. Sehingga memungkinkannya untuk
menghasilkan Gain (penguatan) yang tinggi pada rentang frekuensi yang luas.

Op-Amp umumnya dikemas dalam bentuk IC, sebuah IC Op-Amp dapat terdiri dari hanya 1
rangkaian Op-Amp. Atau bisa juga terdiri dari beberapa rangkaian Op-Amp. Contoh
penggunaan dari penguat ini adalah sebagai rangkaian integrator, difrensiator, komparator,
dan osilator. Operasional amplifier bekerja dengan menggunakan dua buah tegangan catu
yang simetris yaitu tegangan catu positif (+V) dan tegangan catu negatif (-V)

A. Fungsi Op-Amp
Fungsi dari Op-Amp adalah sebagai pengindra dan penguat sinyal masukan, baik DC ataupun
AC juga sebagai penguat Diferensiasi impedansi masukan tinggi, penguat keluaran impedansi
rendah. Op-Amp banyak dimanfaatkan dalam peralatan-peralatan ekeltronik sebagai penguat,
sensor, mengeraskan suara, buffer sinyal, menguatkan sinyal, mengitegrasikan sinyal. Selain
itu, digunakan pula dalam peraturan tegangan, filter aktif, intrumentasi, pengubah analog ke
digital dan sebaliknya.

B. Karakteristik Op-Amp
Pada umumnya, Karakteristik Faktor Penguat atau Gain pada Op-Amp itu ditentukan oleh
Resistor Eksternal yang terhubung diantara Output dan Input pembalik (Inverting Input).
Konfigurasi dengan umpan balik negatif (Negative Feedback) ini biasanya disebut
dengan Closed-Loop configuration atau Konfigurasi Lingkar Tertutup.
Umpan balik negatif ini akan menyebabkan penguatan atau gain menjadi berkurang dan
menghasilkan penguatan yang dapat diukur serta dapat dikendalikan. Tujuan pengurangan
Gain dari Op-Amp ini adalah untuk menghindari terjadinya Noise yang berlebihan dan juga
untuk menghindari respon yang tidak diinginkan.

Sedangkan pada Konfigurasi Lingkar Terbuka atau Open-Loop Configuration, besar


penguatannya adalah tak terhingga (∞) sehingga besarnya tegangan output hampir atau
mendekati tegangan Vcc.
Secara umum, Operational Amplifier (Op-Amp) yang ideal memiliki karakteristik sebagai
berikut :
• Penguatan Tegangan Open-loop atau Av = ∞ (tak terhingga)
• Tegangan Offset Keluaran (Output Offset Voltage) atau Voo = 0 (nol)
• Impedansi Masukan (Input Impedance) atau Zin= ∞ (tak terhingga)
• Impedansi Output (Output Impedance ) atau Zout = 0 (nol)
• Lebar Pita (Bandwidth) atau BW = ∞ (tak terhingga)
• Karakteristik tidak berubah dengan suhu
3. Dioda

Dioda adalah komponen elektronika yang terdiri dari dua kutub dan berfungsi menyearahkan
arus. Komponen ini terdiri dari penggabungan dua semikonduktor yang masing-masing diberi
doping (penambahan material) yang berbeda, dan tambahan material konduktor untuk
mengalirkan listrik.
Struktur utama dioda adalah dua buah kutub elektroda berbahan konduktor yang masing-
masing terhubung dengan semikonduktor silikon jenis p dan silikon jenis n. Anoda adalah
elektroda yang terhubung dengan silikon jenis p dimana elektron yang terkandung lebih
sedikit, dan katoda adalah elektroda yang terhubung dengan silikon jenis n dimana elektron
yang terkandung lebih banyak. Pertemuan antara silikon n dan silikon p akan membentuk
suatu perbatasan yang disebut P-N Junction.
Material semikonduktor yang digunakan umumnya berupa silikon atau germanium. Adapun
semikonduktor jenis p diciptakan dengan menambahkan material yang memiliki elektron
valensi kurang dari 4 (Contoh: Boron) dan semikonduktor jenis n diciptakan dengan
menambahkan material yang memiliki Elektro Valensi lebih dari 4 (Contoh: Fosfor).

A. Cara Kerja Dioda


Secara sederhana, cara kerja dioda dapat dijelaskan dalam tiga kondisi, yaitu kondisi tanpa
tegangan (unbiased), diberikan tegangan positif (forward biased), dan tegangan negatif
(reverse biased).

Kondisi tanpa tegangan


Pada kondisi tidak diberikan tegangan akan terbentuk suatu perbatasan medan listrik pada
daerah P-N junction. Hal ini terjadi diawali dengan proses difusi, yaitu bergeraknya muatan
elektro dari sisi n ke sisi p. Elektron-elektron tersebut akan menempati suatu tempat di sisi p
yang disebut dengan holes. Pergerakan elektron-elektron tersebut akan meninggalkan ion
positif di sisi n, dan holes yang terisi dengan elektron akan menimbulkan ion negatif di sisi p.
Ion-ion tidak bergerak ini akan membentuk medan listrik statis yang menjadi penghalang
pergerakan elektron pada dioda.

Kondisi tegangan positif (Forward-bias)


Pada kondisi ini, bagian anoda disambungkan dengan terminal positif sumber listrik dan
bagian katoda disambungkan dengan terminal negatif. Adanya tegangan eksternal akan
mengakibatkan ion-ion yang menjadi penghalang aliran listrik menjadi tertarik ke masing-
masing kutub. Ion-ion negatif akan tertarik ke sisi anoda yang positif, dan ion-ion positif akan
tertarik ke sisi katoda yang negatif. Hilangnya penghalang-penghalang tersebut akan
memungkinkan pergerakan elektron di dalam dioda, sehingga arus listrik dapat mengalir
seperti pada rangkaian tertutup.

Kondisi tegangan negatif (Reverse-bias)


Pada kondisi ini, bagian anoda disambungkan dengan terminal negatif sumber listrik dan
bagian katoda disambungkan dengan terminal positif. Adanya tegangan eksternal akan
mengakibatkan ion-ion yang menjadi penghalang aliran listrik menjadi tertarik ke masing-
masing kutub. Pemberian tegangan negatif akan membuat ion-ion negatif tertarik ke sisi
katoda (n-type) yang diberi tegangan positif, dan ion-ion positif tertarik ke sisi anoda (p-type)
yang diberi tegangan negatif. Pergerakan ion-ion tersebut searah dengan medan listrik statis
yang menghalangi pergerakan elektron, sehingga penghalang tersebut akan semakin tebal
oleh ion-ion. Akibatnya, listrik tidak dapat mengalir melalui dioda dan rangkaian diibaratkan
menjadi rangkaian terbuka.

B. Jenis-jenis Dioda dan Fungsi Dioda


Dioda dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan karakteristik dan fungsinya. Jenis-jenis
dioda dan aplikasinya adalah sebagai berikut.

▪ PN Junction Diode: Dioda standar yang terdiri dari susunan PN dan memiliki
cara kerja seperti yang dijelaskan sebelumnya. Dioda jenis ini adalah diode yang
umum digunakan di pasaran (disebut juga diode generik), digunakan terutama
sebagai penyearah arus.
▪ Light Emitting Diode (LED): Saat dialiri arus forward-bias, LED akan
mengeluarkan cahaya. LED saat ini umum digunakan sebagai alat penerangan
dan beberapa jenis digunakan untuk menggantikan lampu fluorescent.
▪ Laser Diode: Dioda jenis laser juga menghasilkan cahaya, namun cahaya yang
dihasilkan adalah cahaya koheren. Aplikasi diode laser adalah perangkat
pembaca CD dan DVD dan laser pointer.
▪ Photodiode: Photodiode dapat menghasilkan energi listrik apabila daerah PN
junction disinari. Umumnya photodiode dioperasikan dalam reverse-bias,
sehingga arus yang kecil akibat cahaya dapat langsung terdeteksi. Photodiode
digunakan untuk mendeteksi cahaya (photodetector).
▪ Gunn Diode: Gunn Diode adalah jenis diode yang tidak memiliki PN Junction,
melainkan hanya terdiri dari dua elektroda. Dioda jenis ini dapat digunakan untuk
menghasilkan sinyal gelombang mikro.
▪ BARITT Diode: BARITT (Barrier Injection Transit Time) Diode adalah jenis
diode yang bekerja dengan prinsip emisi termionik. Dioda ini digunakan untuk
memproduksi sinyal gelombang mikro dengan level derau yang rendah.
▪ Tunnel Diode: Tunnel Diode adalah dioda yang bekerja memanfaatkan salah satu
fenomena mekanika kuantum yaitu tunneling. Tunnel junction digunakan sebagai
salah satu komponen pada osilator, penguat, atau pencampur sinyal, terutama
karena kecepatannya bereaksi terhadap perubahan tegangan.
▪ Backward Diode: Backward diode memiliki karakteristik serupa dengan tunnel,
perbedannya terletak pada adanya sisi yang diberi doping lebih rendah dibanding
sisi yang berlawanan. Perbedaan profil doping ini membuat backward diode
memiliki karakteristik tegangan-arus yang serupa pada kondisi reverse dan
forward.
▪ PIN Diode: Pada dioda PIN, terdapat area semikonduktor intrinsic (tanpa doping)
yang diletakkan antara P dan N junction. Efek dari penambahan area intrinsic
tersebut adalah melebarnya area deplesi yang membatasi pergerakan elektron,
dan hal ini tepat digunakan untuk aplikasi pensinyalan (switching).
▪ Schottky Diode: Pada Schottky diode diberikan tambahan metal pada cuplikan
permukaan bagian tengah semikonduktor. Karakteristik yang menjadi
keunggulan dioda ini adalah tegangan aktivasi yang rendah dan waktu pemulihan
yang singkat. Dioda ini sangat umum digunakan untuk rangkaian elektronik
berfrekuensi tinggi, seperti perangkat-perangkat radio dan gerbang logika.
▪ Step Recovery Diode: Bagian semikonduktor pada dioda ini memiliki level
doping yang secara gradual menurun dengan titik terendah di junction.
Modifikasi ini dapat mengurangi waktu switching karena muatan yang ada pada
daerah junction lebih sedikit. Aplaikasi dari semikonduktor ini adalah pada alat-
alat elektronik frekuensi radio.
▪ Varactor Diode: Diaplikasikan pada mode reverse biasa dengan lapisan
penghalang yang dapat berubah-ubah sesuai tegangan diberikan. Hal ini
membuat dioda ini seolah-olah merupakan suatu kapasitor.
▪ Zener diode: Memiliki karakteristik khusus yang mengingkan efek breakdown
saat reverse bias Dioda ini dapat menghasilkan tegangan yang tetap dan umum
digunakan sebagai penghasil tegangan referensi di rangkaian elektronik.
Daftar Pustaka

https://www.studiobelajar.com/dioda/

https://alfikeer.com/pengertian-op-amp/

https://kumparan.com/berita-hari-ini/transistor-pengertian-fungsi-jenis-dan-cara-kerjanya-
1v4VEnU5P2Q

Anda mungkin juga menyukai