Anda di halaman 1dari 15

PERCOBAAN 01 : PENGUAT DIFERENSIAL

Reka Aprilina1
Fisika, Fakultas Matematika dan IlmuPengetahuan Alam, Universitas palangka Raya, 73112, Indonesia
rekaaprilina12@gmail.com

Abstrak
Penguat Operasional (Operational Amplifier / Op-Amp) adalah penguat diferensial yang memiliki
penguatan yang sangat tinggi. Op-Amp tersebut diproduksi secara masal dalam bentuk rangkaian terpadu
dan karena itu harganya murah. Kegunaan dari Op-Amp berasal dari sifat dasar rangkaian umpan balik
yang dengan jumlah besar umpan balik negatifnya, kinerja dari rangkaian tersebut benar benar ditentukan
oleh komponen umpan baliknya. Rangkaian Op-Amp dianalisis dengan akurasi yang baik tanpa
menggunakan teori umpan balik dengan mengasumsikan bahwa Op-Amp tersebut adalah ideal. Kehadiran
Op-Amp ideal dalam rangkaian penguat membatasi arus dan tegangan diferensial pada terminal input Op-
Amp keduanya menjadi nol. Sebuah rangkaian Op-Amp dasar dan sangat berguna adalah penguat tegangan
pembalik ((interting voltage amplifier). Rangkaian dasar lain Op-Amp adalah pengual tegangan non-
pembalik (non-inverting voltage amplifier). Rangkaian ini memberikan amplifikasi tanpa membalik
gelombang sinyal.

Kata Kunci: Penguat Operasional, Op-Amp. penguat tegangan pembalik non-pembalik, penyangga.
umpan balik, penjumlahan, integrator, pembeda

A. Pendahuluan
Penguat operasional (operational amplifier) telah di gunakan selama bertahun-tahun.
Pada masa-masa awal, penguat operasional di buat dengan menggunakan rangkaian-
rangkaian transistor diskrit. Akan tetapi, perkembangan yang sangat pesat dari rangkaian
terintegrasi (integrated circuit) telah membawa dampak yang luas bagi terjadinya revolusi atau
perubahan yang sangat cepat dalam perancangan perancangan rangkaian analog.[1]
Op-Amp adalah solid – state yang mampu mengindra dan memperkuat sinyal masukan
baik DC maupun AC. Op-Amp yang khas terdiri dari tiga rangkaian dasar, yakni kuat diferensial
impedansi masukan tinggi,dan penguat keluaran impedansi rendah (biasanya penguatan emitter
push-pull). Lazimnya Op-Amp memelukan catu daya positif dan catu daya negatif. Karena catu
daya demikian, tegangan keluaran dapat berayun positif dan negative terhadap bumi. Karakteristik
Op-Amp yang terpenting adalah :
1. Impedansi masukan amat rendah, tinggi sehingga arus masukan praktis dapat diabaikan.
2. Penguat lup amat tinggi.
3. Impedansi keluaran amat rendah, sehingga keluaran penguat tidak dipengaruh oleh
pembebanan. [2]
Operational amplifier ( Op-Amp) atau penguat operasional merupakan salah satu
komponen analog yang sering digunakan dalam berbagai aplikasi rangkaian elektronika.
Menurut pengertiannya, penguat operasional ( op-amp) adalah suatu blok penguatan yang
mempunyai dua masukan dan satu keluaran dimana tegangan outputnya proposional
terhadap perbedaan tegangan antara kedua inputnya.
Op-amp sering digunakan sebagai penguat sinyal-sinyal, baik yang linear maupun non-
linear terutama dalam sistem-sistem pengaturan dan pengendalian, instrumentasi dan
komputasi analog. Keuntungan dari pemakaian penguat operasional ini adalah
karakteristiknya yang mendekati ideal sehingga dalam merancang rangkaian yang
menggunakan penguatan ini lebih mudah dan juga karena penguat ini bekerja pada tingkatan yang
cukup dekat dengan karakteristik kerjanya secara teoritis.
Op-amp yang biasa terdapat di pasaran berupa rangkaian terpadu ( integrated circuit atau
IC). Aplikasi op-amp yang paling sering dibuat antara lain adalah rangkaian membalik, tak
membalik, integrator dan diferensiator.Op-amp dinamakan juga dengan penguat diferensial,
lalu ada tahap penguatan ( gain), selanjutnya ada rangkaian penggeser level ( level shifter ) dan
kemudian penguat akhir.[3]

B. Peralatan dan Bahan


No Alat dan Bahan Keterangan
1 Catu daya Yaitu Sebuah perangkat yang memasok listrik energi untuk
satu atau lebih beban listrik. Catu daya menjadi bagian yang
penting dalam elektonika yang berfungsi sebagai sumber
tenaga listrik misalnya pada baterai atau acu.
2 Resistor Merupakan salah satu dari komponen dasar elektronika yang
banyak digunakan dalam rangkaian elektronik dan
komponennya terbuat dari bahan isolator yang didalamnya
terdapat nilai seseuai nilai hambatan yang dibutuhkan.
Resistor ini didesain dengan dua kutub yang berguna dalam
menahan arus listrik jika dialiri oleh tegangan listrik diantara
kedua kutubnya
3 Multimeter Merupakan sebuah alat pengukur yang digunakan untuuk
mengetahui ukuran tegangan listrik, resistansi, dan arus
listrik. Dalam perkembangannya, dapat digunakan untuk
mengukur temperatur, frekuensi, dan lainnya.
4 Kabel Penghubung Merupakan penghantar listrik yang diberi isolasi untuk
menyambungkan antara komponen kelistrikan satu dengan
yang lain. kabel penghubung berfungsi untuk
menghubungkan antara satu bagian dengan bagian lainnya
dalam suatu rangkaian kelistrikan.
5 Project Board Merupakan papan proyek yang difungsikan sebuah sirkuit
elektronika sebagai dasar konstruksi dan prototype suatu
rangkain elektronika.
6 Transistor type 2N3904, Merupakan sebuah alat semikonduktor yang dapat dipakai
2N3906 sebagai penguat, sebagai sirkuit pemutus dan penyambung
arus (switching), stabilisasi tegangan, dan modulasi sinyal.
Umumnya, transistor memiliki 3 terminal (kaki), yaitu Basis,
Emitor, dan Kolektor.

C. Metode
1. Pasangan diferensial dengan bias resistor

1.) Menyusun rangkaian penguat dengan pasangan diferensial seperti pada gambar 1.
Nilai-nilai komponen dan besaran tegangan catu daya dipilih adalah RC1 = RC2 = 10𝑘Ω,
Rbias = 5𝑘Ω, Q1 = Q2 = 2𝑁3904, dan VCc = 9𝑉. Ukurlah arus bias yang mengalir pada
RC1 dan Rbias.
Gambar 1. Rangkaian Penguat Diferensial dengan Bias Resistor 5 𝑘Ω.

2.) Mengamati penguatan mode diferensial untuk penguat tersebut dengan membaca
tegangan output single ended ( hanya pada salah satu 𝑉𝑂+ atau 𝑉𝑂− terhadap ground ),
maupun diferensial ( selisih 𝑉𝑂+ dan 𝑉𝑂− ). Saat mengamati tegangan diferensial,
jangan hubungkan terminal output dengan ground karena cara tersebut akan mengubah
rangkaian percobaan. Catatlah hasil pengamatan 𝑉𝑂+, 𝑉𝑂− dan 𝑉𝑂+ − 𝑉𝑂− tersebut.

3.) Menggunakan nmode xy untuk melihat kurva karakteristik tranfer tegangan VTC
tegangan output 𝑉𝑂 ( satu-satu secara terpisah ) terhadap input diferensial 𝑉𝑖𝑑.

4.) Melanjutkan pengamatan untuk penguatan mode bersama pada output yang sama 𝑉𝑂+,
𝑉𝑂− dan 𝑉𝑂+ − 𝑉𝑂+. Mencatat hasil pengamatan tersebut.

5.) Mengulangi pengamatan arus DC, penguatan mode diferensial, dan penguatan mode
bersama ini untuk rangkaian dengan resistansi bias dan tegangan bias negatif yang
lebih tinggi seperti gambar 2 dibawah ini.
Gambar 2. Rangkaian Penguat Diferensial dengan Bias Resisto 8,6 𝑘Ω.

6.) Melakukan juga pengamatan yang sama untuk rangkaian diferensial dengan bias
resistor dan degenerasi emitor seperti pada gambar 3.

Gambar 3. Rangkaian Penguat Diferensial dengan Bias Resistor dan Emitor deregeneratif.

2. Pasangan Diferensial dengan Bias Cermin Arus

1.) Menyusun rangkaian seperti pada gambar 4 dibawah ini, menggunakan transistor untuk
𝑄3 dan 𝑄4. Mengukur arus DC yang mengalir pada 𝑅𝐶1, 𝑅𝐶2, dan 𝑅𝑅𝑒𝑓 serta arus kolektor
𝑄4 𝐼𝐶4.

2.) Melakukan pengamatan untuk penguatan mode diferensial dan penguatan bersama.

3.) Pasangan Diferensial dengan Bias Cermin Arus dan Beban Aktif
1.) Menyusun rangkaian seperti pada Gambar 5 di bawah ini, menggunakan transistor
2N3906 untuk 𝑄5 dan 𝑄6. Mengukur arus DC yang mengalir antara kolektor 𝑄1 dan 𝑄5,
antara kolektor 𝑄2 dan 𝑄6, dan arus kolektor 𝑄4.

Gambar 5. Rangkaian penguatan Diferensial dengan Bias Cermin Arus dan Beban Aktif
2.) Melakukan pengamatan untuk penguatan mode diferensial dan penguatan bersama.
Memperhatikan bentuk output yang diperoleh.

3.) Mengubah rangkaian dengan memberikan beban pada output seperti pada Gambar 6
berikut ini. Mengamati penguatan diferensial dan penguatan bersama pada terminal
output 𝑉𝑂 ( pada beban 𝑅𝐿 ).

Gambar 6. Rangkaian Penguat diferensial.


D. Hasil dan Pembahasan

1. Pasang diferensial dengan bias resistor

Pada percobaan pertama ini menggunakan transistor type 2N3904 pada 𝑄1 𝑑𝑎𝑛 𝑄2, 𝑉𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡+
sebesar 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9V. Sedangkan untuk 𝑉𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡− sebesar -9V, pada 𝑉𝐶𝐶 = 𝑉𝑑𝑑 = 9𝑉,
𝑅𝑏𝑖𝑎𝑠 = 5𝑘𝛺, dan 𝑅𝐶1 = 𝑅𝐶2 = 10𝑘𝛺. Setelah dilakukan pengamatan maka didapatkan hasil
seperti pada tabel ke-1.

Tabel 1.Pengamatan Rangkaian Penguat Diferensial dengan 𝑅𝑏𝑖𝑎𝑠 = 5 kΩ, Vcc = Vdd = 9 V
Tegangan Output Single End Tegangan
Arus (A)
No Vin+ (V) Vin- (V) (V) Diferensial
RC1 RC2 Rbias Vo+ Vo- (V)
1 2 -9 0,566 0 0,566 10,47 10,47 0
2 3 -9 0,644 0,012 0,655 11,46 11,47 0,01
3 4 -9 0,735 0,013 0,747 12,46 12,46 0
4 5 -9 0,83 0,014 0,843 13,45 13,46 0,01
5 6 -9 0,0938 0,015 0,942 14,45 14,46 0,01
6 7 -9 1,028 0,015 1,044 15,44 14,45 0,01
7 8 -9 1,132 0,016 1,149 16,44 16,45 0,01
8 9 -9 -1,237 0 -1,254 17,43 17,45 0,02

Gambar 7. Grafik percobaan ke-1

Dari tabel percobaan ke-1 dan grafik diatas dapat dilihat bahwa tegangan output single end pada
V0+ dan V0- nilainya ada yang sama dan ada yang mempunyai selisih yang sangat kecil sehingga
menyebabkan nilai dari tegangan diferensial juga kecil. selain itu kita juga dapat melihat bahwa
semakin besar nilai tegangan input yang diberikan maka tegangan output dan arus listrinya juga
akan semakin besar.

Tabel 2. Pengamatan Rangkaian Penguat Diferensial dengan 𝑅𝑏𝑖𝑎𝑠 = 8 kΩ, Vcc = 9 V, Vdd =-15
Pada percobaan kedua ini menggunakan transistor type 2N3904 pada 𝑄1 𝑑𝑎𝑛 𝑄2, 𝑉𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡+ sebesar
2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9V. Sedangkan untuk 𝑉𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡− sebesar -9V, pada 𝑉𝐶𝐶 = 9 V, 𝑉𝑑𝑑 = −15𝑉, 𝑅𝑏𝑖𝑎𝑠
= 8,6𝑘𝛺, dan 𝑅𝐶1 = 𝑅𝐶2 = 10𝑘𝛺. Setelah dilakukan pengamatan maka didapatkan hasil seperti pada
tabel ke-2.

Tabel 2. Pengamatan Rangkaian Penguat Diferensial dengan 𝑅𝑏𝑖𝑎𝑠 = 8,6𝑘Ω, Vcc = 9 V, Vdd = -15

Tegangan Output Tegangan


Arus (A)
No Vin+ (V) Vin- (V) Single End (V) Diferensial
RC1 RC2 Rbias Vo+ Vo- (V)
1 2 -9 776,2 0,009 1,887 1,2383 8,9999 7,7616
2 3 -9 676,7 0,009 2,003 2,2332 8,9999 6,7667
3 4 -9 577,1 0,009 2,119 3,2289 8,9999 5,771
4 5 -9 477,5 0,009 2,234 4,225 8,9999 4,7749
5 6 -9 377,8 0,009 2,35 5,2215 8,9999 3,7784
6 7 -9 278,2 0,009 2,466 6,2183 8,9999 2,7816
7 8 -9 178,5 0,009 2,582 7,2154 8,9999 1,7845
8 9 -9 78,73 0,009 2,698 8,2127 8,9999 0,7872

Gambar 8. Grafik percobaan ke-2


Dari tabel ke-2 dan grafik diatas dapat kita lihat bahwa tegangan output single end pada 𝑉𝑜+ dan
𝑉𝑂− memiliki nilai yang berbeda. selain itu kita juga dapat melihat bahwa semakin besar nilai
tegangan input yang diberikan maka nilai 𝑉0− semakin besar dan arus listrinya juga akan semakin
besar. sedangkan 𝑉0+ tidak berpengaruh. Sehingga menyebabkan nilai selisih dari tegangan 𝑉0+
dan 𝑉0− menjadi semakin kecil dan nikai dari tegangan diferensial semakin kecil juga.

Pada percobaan ketiga ini menggunakan transistor type 2N3904 pada 𝑄1 𝑑𝑎𝑛 𝑄2, 𝑉𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡+
sebesar 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9V. Sedangkan untuk 𝑉𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡− sebesar -9V, pada 𝑉𝐶𝐶 = 𝑉𝑑𝑑 = 9𝑉, 𝑅𝑏𝑖𝑎𝑠
= 5𝑘𝛺, 𝑅𝐶1 = 𝑅𝐶2 = 10𝑘𝛺, dan 𝑅𝑒1 = 𝑅𝑒2 = 39𝛺. Setelah dilakukan pengamatan maka didapatkan
hasil seperti pada tabel ke-3.

Tabel 3. Pengamatan Rangkaian Penguat Diferensial dengan Re1 = Re2 = 39 kΩ, Rbias = 5 kW,
Vcc = Vdd = -9 V
Tegangan Output Single End Tegangan
Arus (A)
No Vin+ (V) Vin- (V) (V) Diferensial
RC1 RC2 Rbias Vo+ Vo- (V)
1 2 -9 0,554 0,01 0,565 10,44 10,45 0,01
2 3 -9 0,642 0,011 0,653 11,44 11,44 0
3 4 -9 0,733 0,012 0,745 12,43 12,43 0
4 5 -9 0,827 0,013 0,841 13,42 13,43 0,01
5 6 -9 0,925 0,014 0,939 14,41 14,41 0,01
6 7 -9 1,025 0,015 1,041 15,4 15,4 0,01
7 8 -9 1,128 0,016 1,145 16,39 16,39 0,02
8 9 -9 1,234 0,017 1,252 17,39 17,39 0,01

Gambar 9. Grafik percobaan ke-3


Dari tabel 3 dan grafik diatas dapat kita lihat bahwa tegangan output single end pada 𝑉O+
dan 𝑉𝑂− nilainya ada yang sama dan ada yang memiliki selisih yang sangat kecil sehingga
menyebabkan nilai dari tegangan diferensial juga kecil. selain itu kita juga dapat melihat bahwa
semakin besar nilai tegangan input yang diberikan maka tegangan output dan arus listrinya juga
akan semakin besar.

Dari ketiga percobaan diatas kita dapat mengetahui bahwa penguatan diferensial pada
pasangan penguat diferensial ditentukan oleh selisih dari tegangan output single end pada 𝑉𝑜+ dan
𝑉𝑂−. selain itu kita juga dapat mengetahui bahwa penguatan bersama pada pasangan diferensial
ditentukan oleh selisih tegangan input.

2. Pasangan Diferensial dengan Bias Cermin Arus

Pada percobaan keempat ini menggunakan transistor type 2N3904 pada 𝑄1, 𝑄2, 𝑄3 𝑑𝑎𝑛 𝑄4,
𝑉𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡+ sebesar 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9V. Sedangkan untuk 𝑉𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡− sebesar -9V, pada 𝑉𝐶𝐶 = 𝑉𝑑𝑑 =
9𝑉, 𝑅𝐶1 = 𝑅𝐶2 = 10𝑘𝛺, dan 𝑅𝑅𝑒𝑓 = 5𝑘𝛺. Setelah dilakukan pengamatan maka didapatkan hasil
seperti pada tabel ke-4.

Tabel 4. Pengamatan Rangkaian Penguat Diferensial dengan Bias Cermin Arus

Tegangan
Arus (A) Output Single lTegangan
No Vin+ (V) Vin- (V) End (V) Diferensial
(V)
RC1 RC2 Rref Q4 Vo+ Vo-
1 2 -9 0,005 0,009 0,008 0,006 8,5889 8,5889 0
2 3 -9 0,005 0,009 0,008 0,006 8,5889 8,589 0,0001
3 4 -9 0,005 0,009 0,008 0,006 8,5889 8,589 0,0001
4 5 -9 0,005 0,009 0,008 0,006 8,5889 8,589 0,0001
5 6 -9 0,006 0,009 0,008 0,006 8,5889 8,589 0,0001
6 7 -9 0,006 0,009 0,008 0,006 8,589 8,589 0
7 8 -9 0,005 0,009 0,008 0,006 8,5889 8,589 0,0001
8 9 -9 0,003 0,009 0,006 0,005 8,5949 8,589 0,0059
Gambar 10. Grafik percobaan ke-4
Dari tabel 4 dan grafik diatas dapat kita lihat bahwa tegangan output single end pada 𝑉𝑜+
dan 𝑉𝑂− nilainya ada yang sama dan ada yang memiliki selisih yang sangat kecil sehingga
menyebabkan nilai dari tegangan diferensial juga kecil. selain itu kita juga dapat melihat bahwa
penambahan tegangan input tidak mempengaruhi tegangan output dan arus listrik.

Dari percobaan yang keempat dapat diketahui bahwa keuntungan menggunakan cermin
arus sebagai sumber arus bias adalah tegangan output tidak dipengaruhi oleh selisih tegangan
input.

3. Pasangan Dif erensial dengan Bias Cermin Arus dan Beban Aktif

Pada percobaan kelima ini menggunakan transistor type 2N3904 pada 𝑄1, 𝑄2, 𝑄3 𝑑𝑎𝑛 𝑄4,
transistor type 2N3906 pada 𝑄5 𝑑𝑎𝑛 𝑄6, 𝑉𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡+ sebesar 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9V. Sedangkan untuk
𝑉𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡− sebesar -9V, pada 𝑉𝐶𝐶 = 𝑉𝑑𝑑 = 9𝑉, 𝑅𝑅𝑒𝑓 = 5𝑘𝛺. Setelah dilakukan pengamatan maka
didapatkan hasil seperti pada tabel 5.
Tabel 5. Pengamatan Rangkaian Penguat Diferensial dengan Bias Cermin Arus

Tegangan Output
Arus (A)
Single End (V)
Antara Antara Tegangan
No Vin+ (V) Vin- (V)
Kolektor Kolektor Kolektor Diferensial (V)
Vo+ Vo-
Q1 dan Q2 dan Q4
Q5 Q6
1 2 -9 0,013 0 0,006 8,1789 0,1092 -8,0697
2 3 -9 0,013 0 0,006 8,1788 0,1131 -8,0657
3 4 -9 0,013 0 0,006 8,1787 0,1177 -8,061
4 5 -9 0,013 0 0,006 8,1786 0,1229 -8,0557
5 6 -9 0,013 0 0,006 8,1785 0,1288 -8,0497
6 7 -9 0,013 0 0,006 8,1784 1,1352 -8,0432
7 8 -9 0,014 0 0,006 8,1784 0,1421 -8,0363
8 9 -9 0 0 0 8,5504 0,02021 -8,52839

Gambar 11. Grafik percobaan ke-5

Dari tabel 5 dan grafik diatas dapat kita lihat bahwa tegangan output single end pada 𝑉𝑜+
dan 𝑉𝑂− memiliki selisih nilai yang lebih besar dari percobaan sebelumnya yang menyebabkan
nilai dari tegangan diferensial menjadi besar. selain itu kita juga dapat melihat bahwa semakin
besar nilai tegangan input yang diberikan maka tegangan outputnya juga akan semakin bertambah
walaupun dengan selisih yang kecil dengan nilai sebelumnya.
Pada percobaan ke-6 ini menggunakan transistor type 2N3904 pada 𝑄1, 𝑄2, 𝑄3 𝑑𝑎𝑛 𝑄4, transistor
type 2N3906 pada 𝑄5 𝑑𝑎𝑛 𝑄6, 𝑉𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡+ sebesar 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9V. Sedangkan untuk 𝑉𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡−
sebesar -9V, pada 𝑉𝐶𝐶 = 𝑉𝑑𝑑 = 9𝑉, 𝑅𝑅𝑒𝑓 = 5𝑘𝛺, dan 𝑅𝐿 = 10𝑘𝛺. Setelah dilakukan pengamatan
maka didapatkan hasil seperti pada tabel 6.

Tabel 6. Pengamatan Rangkaian Penguat Diferensial dengan Bias Cermin Arus dan Beban Aktif
Tegangan Output
Arus (A)
Single End (V)
Tegangan
No Vin+ (V) Vin- (V) Antara Antara Diferensial
Kolektor Kolektor Kolektor (V)
Vo+ Vo-
Q1 dan Q2 dan Q4
Q5 Q6
1 2 -9 0,013 0 0,006 8,1789 0,0005 -8,1784
2 3 -9 0,013 0 0,006 8,1788 0,0061 -8,1727
3 4 -9 0,013 0 0,006 8,1787 0,0024 -8,1763
4 5 -9 0,013 0 0,006 8,1786 0,0014 -8,1772
5 6 -9 0,013 0 0,006 8,1785 0,0059 -8,1726
6 7 -9 0,013 0 0,006 8,1784 0,0006 -8,1778
7 8 -9 0,014 0 0,006 8,1784 0,0004 -8,178
8 9 -9 0 0 0 8,5504 -0,0002 -8,5502

Gambar 12. Grafik percobaan ke-6


Dari tabel 6 dan grafik diatas dapat kita lihat bahwa tegangan output single end pada 𝑉𝑜+
dan 𝑉𝑂− memiliki selisih nilai yang lebih besar dari percobaan sebelumnya yang menyebabkan
nilai dari tegangan diferensial menjadi besar. selain itu kita juga dapat melihat bahwa semakin
besar nilai tegangan input yang diberikan maka tegangan outputnya juga akan semakin bertambah
walaupun dengan selisih yang kecil dengan nilai sebelumnya.

Dari percobaan ke lima dan keenam dapat diketahui bahwa keuntungan menggunakan
cermin arus sebagai beban aktif adalah menghasilkan nilai tegangan diferensial yang besar dan
nilai tegangan diferensial tidak dipengaruhi oleh selisih tegangan input.

E. Kesimpulan

Pada percobaan tentang penguat diferensial ini dapat disimpulkan bahwa penguatan
diferensial dipengaruhi oleh adanya komponen seperti transistor dan sumber arus pada kolektor,
dan juga dipengaruhi oleh selisih tegangan input dan resistansi pada emitor dan resistansi bias dan
beban aktif dari suatu rangkaian penguat diferensial itu sendiri.

Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitung tentang rangkaian op-amp dengan beberapa variasi maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.Rangkaian op-amp penguat inverting merupakan rangkaian penguat pembalik dengan impedansi
masukan sangat rendah. Rangkaian penguat inverting akan menerima arus atau tegangan dari tranduser
sangat kecil dan akan membangkitkan arus atau tegangan yang lebih besar.
2.penguat op-amp tak-membalik (Non inverting op-amp) didesain untuk keperluan penguatan tegangan
atau arus yang tinggi tanpa terjadi pembalikan (inversion) isyarat. Rangkain ini dapat digunakan untuk
memperkuat isyarat AC maupun DC dengan keluaran yang tetap sefase dengan masukan.
Daftar Pustaka

[1] W. R. Nugraha, T. S. Sollu, and A. Amir, “RANCANG BANGUN MODUL PRAKTIKUM


APLIKASI OP-AMP BERBASIS IC 741 DAN IC 301,” Foristek, vol. 9, no. 1, May 2019,
doi: 10.54757/fs.v9i1.65.
[2] R. Isas, “ANALISIS KARAKTERISASI OP-AMP MENGGUNAKAN VIRTUAL
INSTRUMENT,” EPIC J. Electr. Power Instrum. Control, vol. 1, no. 2, Jul. 2018, doi:
10.32493/epic.v1i2.1483.
[3] Y. A. Tuwaidan, “Rancang Bangun Alat Ukur Desibel (dB) Meter Berbasis Mikrokontroler
Arduino Uno R3,” p. 7, 2015.

Anda mungkin juga menyukai