Anda di halaman 1dari 9

RIVIEW MATERIAL NANOKOMPOSIT:

POLIMER NANOKOMPOSIT SEBAGAI MASTER BATCH POLIMER


BIODEGRADABLE UNTUK KEMASAN MAKANAN

Oleh :
NAMA : REKA APRILINA
NIM : 193010901001
PRODI : FISIKA

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2022
Ujian Akhir Semester Genap 2021/2022
Fisika Material
Dosen pengampu: Budi Hariyanto, M.Si.

Tentukan 1 material fungsional, kemudian buatlah review/pembahasan tentang material fungsional


tersebut dari berbagai sumber artikel jurnal ilmiah. Selanjutnya, isi review/pembahasan harus
memuat sifat-sifat fisis material fungsional tersebut sesuai dengan apa yang telah dipelajari dalam
perkuliahan. Pastikan referensi tulisan dan data merupakan sumber yang jelas dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Riview Material Nanokomposit :
POLIMER NANOKOMPOSIT SEBAGAI MASTER BATCH POLIMER
BIODEGRADABLE UNTUK KEMASAN MAKANAN
Reka Aprilina1
Fisika, Fakultas Matematika dan IlmuPengetahuan Alam, Universitas palangka Raya, 73112, Indonesia
*Email : rekaaprilina12@gmail.com

Abstrak
Hingga saat ini bahan yang digunakan untuk kemasan pangan merupakan bahan yang tidak mudah
diurai dan menimbulkan permasalahan terhadap lingkungan. Sifat permeabilitas dan mekanis serta
hambatannya yang rendah terhadap uap dan gas yang dimiliki oleh matriks polimer, telah
mendorong ketertarikan dalam strategi baru untuk mengembangkan perbaikan sifat-sifat tersebut.
Penelitian dan pengembangan bahan polimer dengan cara memadukan bahan pengisi yang tepat,
melalui interaksi matriks bahan pengisi dan strategi formula baru untuk pembuatan polimer
nanokomposit mempunyai potensi untuk diterapkan dalam kemasan pangan. Partikel nano secara
proporsional mempunyai luas permukaan lebih besar dibandingkan dengan bentuk skala
mikronya, sehingga lebih sesuai digunakan sebagai matriks bahan pengisi untuk menjaga kinerja
bahan nanokomposit yang dihasilkan. Pada tulisan ini, beberapa potensi penerapan bahan polimer
nanokomposit dalam kemasan pangan telah dibahas, termasuk : bahan nanokomposit untuk
kemasan dan teknologi pembuatannya, nanokomposit tanah liat-polimer sebagai bahan kemasan
yang mempunyai sifat penghambat terhadap uap dan gas yang tinggi, partikel nano perak, dan
partikel lain yang berpotensi sebagai antimikroba dalam kemasan pangan, sebagai integrator dan
sensor nano serta sebagai material nanokomposit yang berbasis pengujian untuk mengidentifikasi
dan mendeteksi bahan-bahan yang dianalisis pada produk pangan (misalnya : gas, uap, dan bakteri
patogen penyebab keracunan).

Kata kunci : Nanokomposit, Polimer, Kemasan pangan


1.1. Pendahuluan

Material komposit merupakan kombinasi dua atau lebih material yang berbeda, dengan
syarat adanya ikatan permukaan antara kedua material tersebut. Komposit tidak hanya digunakan
untuk sifat struktural tetapi dapat juga dimanfaatkan untuk berbagai sifat yang lainnya seperti
listrik, panas, atau material- material yang memperhatikan aspek lingkungan. Komposit pada
umumnya diklasifikasikan menjadi 2 bagian yang berbeda, dimana fasa kontinyu disebut matrik,
dan fasa diskontinyu disebut sebagai penguat[1]
Pada beberapa tahun terakhir ini, permintaan konsumen terhadap produk pangan yang
diolah dengan prinsip minimal (minimally processed), mudah disajikan dan/atau siap santap
(ready-to-eat) dalam keadaan segar, serta adanya pengaruh globalisasi perdagangan pangan dan
distribusi dari pengolahan yang terpusat merupakan salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh
industri pangan untuk meningkatkan jaminan mutu dan keamanan pangan. Sebagai
konsekuensinya, akhir-akhir ini banyak kegiatan penelitian dan pengembangan yang dilakukan
secara ekstensif oleh industri pangan untuk mengembangkan teknik/teknologi pengolahan pangan
secara non-thermal (tanpa proses pemanasan).[2]
Saat ini, dengan berkembangnya teknologi nano dengan membuat material/ bahan menjadi
berukuran atau berskala nano, maka penggunaan teknologi nano untuk pengembangan kemasan
pangan yang dapat menjamin keamanan pangan dan mutu produk, menjadi menarik perhatian dan
berpengaruh besar terhadap industri kemasan pangan. Sebagai contoh, adanya inovasi pada skala
nano dan aplikasi teknologi nano pada senyawa polimer membuka peluang baru untuk perbaikan
tidak hanya pada sifat-sifat polimer yang bersangkutan, tetapi juga tehadap biaya pembuatannya
yang lebih efisien.
Mengingat kemasan pangan penting untuk melindungi produk pangan dari pengaruh
lingkungan yang dapat menyebabkan adanya kerusakan pada produk pangan seperti : panas,
cahaya, uap air, oksigen, kotoran, partikel debu, emisi gas dan lain-lain; maka dalam tulisan ini
akan dibahas tentang polimer nano-komposit dalam kemasan pangan dan teknologi pembuatannya
serta potensi penerapan komposit nano polimer dalam kemasan pangan.[2]

1.2. Metode
Metodologi penulisan artikel review ini dilakukan dengan penelusuran pustaka yang bersumber
dari data primer yang di dapat dari jurnal ilmiah yang diterbitkan secara nasional dan internasioal.
Pustaka yang digunakan kemudian dilakukan skrining jurnal dengan kriteria inklusi pada batasan
publikasi selama 10 tahun terakhir dengan rentang tahun 2011-2021. Kriteria inkulsi yaitu Polimer
Nano-Komposit yang memiliki peran dalam pemnbuatan kemasan pangan kriteria eksklusi yaitu
Polimer Nano-Komposit Dalam Kemasan Pangan Dan Teknologi Pembuatannya. Pencarian jurnal
dilakukan secara online yang diakses dari beberapa situs berupa Google, Google Scholar, Pubmed,
Science Direct, dan MDPI. Pencarian yang dilakukan dengan menggunakan bahasa indonesia dan
bahasa inggris dengan kata kunci “nanokomposit”, “komposit”, “nano-komposit sebagai kemasan
pangan”, “biodegradable”.

1.3. Hasil dan Pembahasan


3.1. Pengertian Komposit
Sistem bahan komposit sangat kompleks, tersusun atas polimer-polimer. yang
berikatan satu sama lainnya dengan aplikasi teknologi tinggi. Bahan dasar. penyusunya
adalah material yang konvensional, seperti logam, keramik, dan polimer.
Komposit diartikan sebagai sistem multifasa yang menunjukkan sifat gabungan
antara bahan matriks atau pengikat dengan pemerkuat. komposit memiliki perbedaan
dengan suatu paduan logam karena material pembentuknya masih terlihat lagi.[3]

3.2. Sifat-sifat komposit


Komposit memiliki karakteristik tertentu tergantung pada komponen penyusunnya.
Ukuran dan bentuk partikel, jumlah relatif (konsentrasi), geometri fasa terdispersi serta
distribusi dan orientasi komponen penyusun sangat menetukan ciri khas suatu komposit
Adapun sifat-sifat komposit antara lain:
1. Kekuatan dan kuat jenis jauh lebih besar dari bahan konstruksi biasa.
2. Kekuatan besar dan rapatannya rendah (ringan)
3. Memiliki ketahanan terhadap oksidasi.
4. Muai termalnya rendah dan dapat dikontrol dengan baik 5. Sifat produk dapat diatur
sesuai dengan terapannya
6. Daya hantar listrik dapat diatur

3.3. Struktur komposit


Material pembentuk komposit seperti telah diuraikan sebelumnya di atas terdiri dari
dua fasa, yaitu matriks dan fasa terdispersi
1. Matriks Pada komposit, matriks fungsinya sebagai pengikat fasa terdispersi. Matriks
dapat berupa keramik logam, karbon atau bahan lainnya disamping bahan polimer
(baik itu polimer termoplastik maupun termoset). Untuk bahan termoset yang
paling lazim digunakan adalah poliester tak jenuh, epoksida, dan silikon.
Sedangkan untuk bahan termoplastik yang lazim dipergunakan sebagi matriks
komposit, misalnya poliolefin (polietilena/PE, polipropilena/ PP), vinilik, poli
amida, poliasetal, polisulfon dan poliimida.
2. Fasa Terdispersi
Fasa terdispersi merupakan bahan yang diisikan ke dalam matriks yang
berfungsi sebagai penguat. Bila fasa terdispersinya mempunyai sumbu terpanjang
melebihi satu mikron atau terdapat lebih dari datu fasa kontinu disebut
makrokomposit, sedangkan bila fasa terdispersinya bersumbu panjang antra 10
1000 nm dan hanya ada satu fasa kontinu, bahan tersebut dinamai mikrokonposit.

3.4. Polimer Nanokomposit


Polimer nano-komposit adalah campuran antara senyawa polimer dengan bahan
pengisi (filler) senyawa organik atau anorganik dalam bentuk geometri tertentu (Misalnya
dalam bentuk serat/fiber, flakes, spheres dan particulate). Bila bahan pengisi (filler)nya ini
mengandung partikel nano, maka akan menghasilkan sutau bahan matriks komposit nano
polimerik.[4]
Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, ternyata pembuatan
polimer komposit berbasis berbagai polimer belum diperoleh polimer yang terbiodegredasi
di alam oleh bakteri. Oleh sebab itu di kembangkan pembuatan polimer yang berasal dari
monomer yang dapat dibiodegredasi, seperti polylactic acid (PLA), polyhidroxyalkanates
(PHAs), dan Triglycerides, dapat juga digunakan polimer dengan sumber bahan alam
sepeerti : cotton, wood, silk dan karet alam.[5]

3.5. Polimer Nano-Komposit Dalam Kemasan Pangan Dan Teknologi Pembuatannya


Komposit nano didefinisikan sebagai suatu material multi-fase yang berasal dari
kombinasi dua komponen atau lebih, yaitu : pertama, suatu komponen matriks sebagai
suatu fase kontinu dan kedua, fase dimensional nano sebagai fase tidak kontinyu yang
berukuran satu dimensi ukuran nano dengan diameternya kurang dari 100 nm.
Ada tiga metode yang umum digunakan untuk membuat komposit nano polimer,
yaitu cara pelarutan/pemecahan, teknik polimerisasi interlamellar atau polimerisasi in situ,
dan pengolahan dengan cara pencairan atau peleburan (melting processing). Cara
pelarutan/pemecahan dapat digunakan untuk membentuk bahan/material komposit nano
saling tersusup dan terkelupas (exfoliated). Pada cara ini, komposit tanah liat (clay)
dikembungkan dalam suatu pelarut. Kemudian ditambahkan larutan polimer dan
molekulmolekul polimer akan memperluas area di antara lapisan-lapisan bahan pengisi.
Pelarut yang didapat (solvent) diuapkan dengan cara evaporasi.
Untuk cara kedua, yaitu teknik polimerisasi interlamellar atau polimerisasi secara
alamiah (in situ), menggembungkan bahan pengisi dengan absorpsi dari larutan
monomernya. Setelah bahan monomer tersebut dipenetrasikan ke dalam di antara
lapisanlapisan silikat, maka polimerisasi akan diinisasi oleh panas, radiasi atau penyatuan
(inkorporasi) dari inisiator pemulanya.[4]
Metode/cara peleburan atau cara ketiga merupakan cara yang biasa (umum) dipakai
sebagai akibat karena kurangnya bahan pelarut (solvent). Dalam hal ini, pada cara
peleburan, bahan pengisi komposit nano direaksikan atau disatukan dengan polimer yang
sudah dilebur, lalu dibentuk ke dalam material akhir.[2]

3.6. Potensi Penerapan Polimer Nano-Komposit Dalam Kemasan Pangan


Potensi penerapan polimer nano-komposit dalam kemasan pangan sebenarnya
cukup luas, namun secara garis besar pada prinsipnya mencakup 4 (empat) hal sebagai
berikut :
(1) Aplikasi komposit nano polimer tanah liat,
(2) Aplikasi polimer matriks nano-komposit,
(3) Aplikasi polimere nano-komposit sebagai bahan antimikroba,
(4) Aplikasi polimer nanokomposit sebagai alat sensor dan pendeteksi gas pada
kerusakan pangan.
1.4. Kesimpulan
Penerapan teknologi nano melalui pengembangan dan aplikasi polimer nanokomposit
dalam kemasan pangan telah menunjukkan potensi yang besar untuk memberikan arah perubahan
penting pada sektor kemasan. Komposit nano mampu memberikan harapan pengembangan
penggunaan polimer lapisan tipis/plastik yang bersifat mudah diurai (biodegradable), sejak
ditemukan adanya teknologi proses penguatan kembali nano yang bisa memperbaiki semua kinerja
pada biopolimer, sehingga menjadikannya bersifat lebih kompetitif dibandingkan dengan polimer
sintetis, dapat memperkuat sifat mekanis polimer, sifat thermal dan hambatan terhadap gas.
Beberapa jenis partikel nano yang dipadukan dan dintegrasikan dalam matriks polimer
nano-komposit dapat dimanfaatkan sebagai penyedia bahan aktif dan/atau sebagai bahan yang
memiliki sifat ”cerdas” atau ”smart” dalam susunan materi kemasan pangan, seperti : sebagai
bahan kemasan antimikroba, perintang/penghambat masuknya gas oksigen ke dalam kemasan
pangan, sebagai alat sensor terhadap keberadaan gas O2 dan sebagai pendeteksi gas serta sebagai
indikator adanya kerusakan pangan akibat terpaparnya gas oksigen. Namun, hingga kini masih
menyisakan persoalan/permasalahan penting yang perlu diperhatikan dan dikaji dalam penerapan
teknologi nano khususnya pada penerapan polimer nano-komposit untuk kemasan pangan, yaitu
masalah keamanannya.
Di satu sisi, sifat-sifat dan keamanan materi/bahan dalam bentuk kamba (bulk) telah
diketahui dengan baik dan jelas, di sisi lain, bahan/material berukuran nano kadang-kadang dapat
memunculkan sifat-sifat yang berbeda dengan sifat bahan dalam bentuk skala makronya sehingga
menimbulkan kekuatiran bahwa bahan dalam bentuk berukuran nano tersebut akan mudah/bebas
bergerak dalam tubuh; sedangkan bahan dalam ukuran nano mempunyai permukaan yang lebih
luas dapat meningkatkan sifat reaktifitas bahan tersebut meskipun mereka dalam bentuk kumpulan
agregat yang besar pada kondisi umumnya. Disamping itu, masih terbatasnya data ilmiah yang
diperlukan tentang informasi migrasi struktur nano dari bahan kemasan ke dalam bahan pangan.
Oleh karena itu, penelitian yang lebih mendalam dan rinci untuk mengevaluasi potensi toksisitas
produk teknologi nano seperti halnya keamanan lingkungan penggunanya masih diperlukan.
Daftar Pustaka
[1] B. Setiadi and J. S. Sh, “KAJIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS MATERIAL KOMPOSIT
DENGAN MATRIK AlSiMg DIPERKUAT DENGAN SERBUK SiC,” p. 8, 2014.
[2] A. Sudibyo and T. F. Hutajulu, “Potensi Penerapan Polimer Nanokomposit Dalam Kemasan
Pangan,” J. Kim. Dan Kemasan, vol. 35, no. 1, p. 6, Apr. 2013, doi:
10.24817/jkk.v35i1.1868.
[3] “bab21.pdf.”
[4] A. Sudibyo and T. F. Hutajulu, “Potensi Penerapan Polimer Nanokomposit Dalam Kemasan
Pangan,” J. Kim. Dan Kemasan, vol. 35, no. 1, p. 6, Apr. 2013, doi:
10.24817/jkk.v35i1.1868.
[5] W. Pudjiastuti and A. L. D. Sudirman, “POLIMER NANOKOMPOSIT SEBAGAI
MASTER BATCH POLIMER BIODEGRADABLE UNTUK KEMASAN MAKANAN,”
no. 1, p. 10, 2012.

Anda mungkin juga menyukai