OLEH:
MUHAMMAD ARIFIN NST
NIM : 192 111 006
a. Tujuan Umum
Proposal ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Teknik Mesin Sekolah Tinggi Teknologi Pekanbaru.
b. Tujuan Khusus
1. Menganalisa sifat kekuatan tarik dan kekuatan impact komposit serat hybrid
serat sabut kelapa dengan matrik resin polyester.
2. Menentukan pengaruh perbandingan matrik dengan filler terhadap komposit
hybrid yang dihasilkan.
3
2. Filler ditempatkan dengan acak dan anyam dengan persentase 25%75%,
35%65%, 45%55% (ketebalan serat 1 mm dan 3 mm) masing-masing 2
spesimen.
3. Pengujian yang akan dilakukan adalah pengujian tarik dan pengujian impact
pada komposit yang di perkuat dengan serat pohon bambu.
4. Resin yang digunakan adalah resin jenis resin thermoset, yaitu resin polyster
Komposit merupakan suatu material yang terdiri dari dua atau lebih bahan
yang memiliki karakter yang berbeda yang digabungkan dalam satu unit structural
makroskopis. Komposit terdiri dari dua atau lebih bahan yang berbeda yang
dicampur secara makroskopis. Pada umumnya bahan komposit terdiri dari dua unsur,
yaitu serat (fiber) sebagai bahan pengisi dan serat-serat yang mengikat yang disebut
matrik. Bahan utama komposit adalah serat, dan polimer sebagai bahan pengikatnya
karena memiliki daya pengikat yang sangat tinggin selain dari mudah untuk
dibentuk. Keuntungan dari material komposit yaitu kekuatannya dapat diatur pada
arah tertentu, hal ini dinamakan.
5
Pembuatan komposit berpenguat serat membutuhkan ikatan permukaan
yang kuat antara serat dan matrik sehingga matriks dapat mentransfer tegangan
dengan maksimal keseluruhan serat. Salah satu cara untuk menguatkan
ikatan permukaan ialah denganmembersihkan serat dari zat pengotor,
hemiselulosa dan lignin yang ada pada serat dengan perlakuan alkali NaOH
sehingga serat menjadi lebih kasar dan berongga dan dapat meningkatkan ikatan
antara matriks dan serat penguat seperti yang dilakukan oleh yan, etal. Pada
penelitian serat pohon bambu dengan perlakuan NaOH 5% dapat meningkatkan
kekuatan tarik 17,8% dibanding tanpa perlakuan.
Komposit hybrid merupakan gabungan serat yang di susun secara lurus dan
acak atau gabungan dua jenis serat yang berbeda. Komposit hybrid digunakan
untuk mengganti kekurangan sifat dari kedua tipe serat dan memberikan kombinasi
sifat seperti modulus tarik, kekuatan impact yang tidak dapat diwujudkan dalam
bahan komposit. Pada penelitian ini serat pohon bambu akan disusun secara
anyam dan acak.
2.3 Serat Sabut Kelapa
Bahan serat alam merupakan suatu bahan penguat yang dapat menghasilkan
bahan komposit yang ringan, kuat, ramah lingkungan dan ekonomis dalam bidang
6
teknologi material. Secara tradisional serat sabut kelapa dimanfaatkan sebagai
bahan pembuat sapu, keset, tali dan alat - alat rumah tangga lain (Budha Maryanti,
2011).
Menurut (Indahyani, 2011). Sabut kelapa adalah bagian terluar dari buah
kelapa yang membungkus tempurung kelapa, ketebalan berkisar 5-6 cm terdiri dari
lapisan terluar yaitu (exocarpium) dan lapisan dalam (endocarpium). Sabut kelapa
merupakan bahan bersifat mengandung lignoselulosa yang dapat dimanfaatkan
sebagai salah satu alternatif bahan baku, diantara kulit dalam yang keras (batok)
terdapat serat yang tersusun dari 35 % dari berat total buah kelapa tua. Untuk
varitas kelapa yang berbeda tentunya presentase di atas akan berbeda pula. Bekas
pelepah pada pangkal batang biasanya jarang-jarang, tetapi menuju ke ujung dan
rapat. Umur tanaman diketahui dengan menghitung bekas pelepah pada batang.
Pada potongan melintang dari batang, di bagian luar terdapat bekas pembuluh yang
jumlahnya banyak sekali, berangsur-angsur menuju ke sebelah dalam jumlahnya
berkurang. Di sebelah luar bekas pembuluh berkumpul dan bersambung dengan
bekas pembuluh dari tangkai daun (Mardiatmoko, 2018).
Sifat – sifat serat kelapa dijelaskan dibawah ini :
1. Kaku, adalah kemampuan suatu bahan untuk menahan perubahan bentuk
jika diberi beban dengan gaya tertentu dalam daerah alastis pada
pengujian bending.
2. Tangguh adalah bila pemberian gaya atau beban yang menyebabkan
bahan- bahan tersebut menjadi patah pada pengujian titik lentur.
3.
4. Kokoh, adalah kondisi yang didapatkan akibat dari kelenturan dan proses
kerja yang mengubah struktur komposit sehingga menjadi keras pada
pengujian kelenturan.
7
Secara garis besar komposit dapat diklasifikasikan menjadi empat macam,
antara lain :
1. Komposit Matrik Polimer (Polymer Matrix Composites-PMC)
Bahan ini merupakan bahan komposit yang sering digunakan disebut,
Polimer Berpenguatan Serat (FRP -Fibre Reinforced Polymers or Plastik).
Bahan ini menggunakan suatu polimer berdasarkan resin sebagai matriknya
dan suatu jenis serat seperti kaca, karbon, dan aramid (Kevlar) sebagai
penguatan.
2. Komposit Matriks Logam (Metal Matriks Composites-MMC).
Ditemukan berkembang pada industri otomotif, bahan ini menggunakan
suatu logam aluminium sebagai matrik dan penguatnya dengan serat seperti
silicon karbida.
3. Komposit Matrik Keramik (Ceramik Matrik Composites-CMC).
Digunakan pada lingkungan bertemperatur sangat tinggi, bahan ini
menggunakan keramik sebagai matrik dan diperkuat dengan serat pendek,
atau serabut-serabut (whiskers) dimana terbuat dari silicon karbida atau
boron nitride.
4. Material Serat Komposit (Fibrous Composites Materials)
Terdiri dari dua komponen penyusun yaitu matriks dan serat. Skema
penyusunan serat dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Continuous
Serat yang disusun memanjang dan tidak terputus.
b. Discontinuous
Serat yang disusun rapi dan putus-putus.
c. Random
Serat yang di susun secara acak.
Pada umumnya konsep material komposit yang dibuat bisa dibagi ke dalam
tiga kelompok utama:
1) Material Komposit Berlapis (Laminated Composites Material)
Terdiri dari dua atau lebih lapisan material yang berbeda dan digabung
secara bersama-sama. Laminated composite dibentuk dari berbagai lapisan-
8
lapisan dengan berbagai macam arah penyusunan serat yang ditentukan yang
disebut lamina. Yang termasuk Laminated Composites (komposit berlapis)
ialah :
a) Bimetals
b) Cladmetals
c) Laminated glass
d) Plastic based laminates
2) Material Komposit Partikel (Particulate Composites Materials)
Terdiri dari suatu atau lebih partikel yang tersuspensi didalam matriks dari
matriks lainnya. Partikel logam dan non-logam dapat digunakan sebagai
matriks.
Empat kombinasi yang di gunakan sebagai matriks komposit partikel ialah :
a) Material komposit partikel non-logam di dalam matriks non-logam
b) Material komposit partikel logam di dalam matriks non-logam
c) Material komposit partikel non-logam di dalam matriks logam
d) Material komposit partikel logam di dalam matriks logam
3) Kombinasi dari ketiga tipe di atas
secara umum, sifat-sifat komposit di tentukan oleh :
a) Sifat-sifat serat
b) Sifat-sifat resin
c) Rasio serat terhadap resin dalam komposit fraksi volume serat(fibre volume
fraction)
d) Geometri dan orientasi serat pada komposit
2.5 Composite Casting Resin
Menurut Azom, composite casting resin adalah proses pengecoran plastik di
mana resin sintetik cair diisi dalam cetakan dan dibiarkan mengeras. Secara
tradisional proses ini digunakan untuk produksi skala kecil seperti prototype industri
dan produk kedokteran gigi. Hal ini juga dapat digunakan oleh penggemar dan
produsen untuk membuat mainan, model skala, model objek, patung-patung, dan
produksi perhiasan skala kecil. Casting resin relatif sangat mudah digunakan.
9
Pengembangan berbagai jenis komposit telah meningkatkan permintaan
untuk pengecoran resin. Komposit ringan yang digunakan antara lain pada angkatan
laut, otomotif, dll.
Proses sederhana untuk pengecoran resin adalah pengecoran gravitasi.
Dalam proses ini, resin dituangkan ke dalam cetakan dan dibiarkan mengalir oleh
gravitasi. Bila resin dicampur, gelembung udara dapat terjadi dalam cairan, ini dapat
dihapus dalam ruang vakum. Pengecoran ini juga dapat dilakukan dalam ruang
vakum terutaman ketika menggunakan cetakan terbuka, untuk mengekstrak
gelembung. Hal ini juga dapat dilakukan dalam panic tekanan untuk mengurangi
ukuran gelembung udara ke titik dimana mereka tidak terlihat. Akhirnya, tekanan
dan gaya sentrifugal dapat digunakan untuk mendorong cairan resin sesuai dengan
cetakan.
2.5.1 Jenis Resin Casting Untuk Manufaktur Komposit
Ada beberapa jenis resin pengecoran tersedia di pasar :
1. Polyurethane casting resin digunakan bersama dengan cetakan karet silikon untuk
menghasilkan coran plastik yang tepat dari bagian asli atau prototype tepat.
Resin ini memiliki stabilitas thermal yang sangat baik, viskositas yang
sangat rendah, ketahanan pasar yang tinggi, dan dapat dengan mudah berpigmen
untuk mencapai berbagai macam warna. Mereka mampu mereproduksi detail
permukaan yang sangat unik. Hal ini relative murah, dan biayanya bahkan efektif
untuk coran dengan ukuran yang lebih yang lebih besar.
2. Water clear polyurethane casting resin ini memiliki kinerja tinggi, untra clear
casting resin dapat dipakai dalam clear casting, prototyping cepat, dan objek
embedding/ enkapsulasi dapat dipoles pada gloss tinggi dan UV yang stabil.
3. Water clear polyester casting resin ini cocok untuk objek embedding, pengecoran
patung, membuat perhiasan dan mengatur desain.
4. Aluminium filled epoxy casting resin ini dirancang untuk aplikasi perkakas suhu
tinggi dan dikenal untuk properti sangat keras.
2.5.2 Material Komposit Resin Casting
1. Acrylic-Ada beberapa jenis resin akrilik. Sebagai contoh, jenis metakrilat metal
dari resin sintetis yang digunakan untuk memproduksi kaca akrilik seperti plexi
10
glass, yang lebih dari polimer plastik bukan kaca. Resin ini ideal untuk embedding
objek.
2. Epoxy – Resin epoxy memiliki viskositas rendah dari pada resin poliuretan. Ini
adalah resin polyster yang mengandung lebih dari satu kelempok epoxy. Mereka
mampu diubah menjadi bentuk thermoset.
3. Polyster – Resin polyester tak jenuh yang di produksi oleh reaksi kondensasi
antara asam seperti anhidra ftalat, anhidra maleat, asam isoftalat, dan
glikol(propilen glikol, di-etilena glikol, mono-etilena glikol). Umumnya digunakan
untuk aplikasi plastik yang diperkuat.
11
Gambar 2.7 Reaksi pembetnukan ester
Dengan demikian struktur molekulnya menghasilkan efek peredaman yang
cukup baik terhadap bebab yang diberikan. Kekuatan bahan ini diperoleh ketika
dalam keadaan komposit, dimana telah bercampur dengan bahan-bahan penguat,
seperti serat kaca, karbon, dan lain-lain. Sementara dalam keadaan tunggal, bahan
ini memiliki sifat kaku dan rapuh. Data mekanik material polyester diperlihatkan
pada Tabel 2.1
12
ikatan tunggal. Adanya radikal bebas yang terbentuk setelah terjadinya dekomposisi,
memungkinkan terjadi reaksi propagasi antara resin polyester dengan stirena tak
jenuh (monomer reaktif). Reaksi ini akan merubah resin polyester dan molekul
stirena menjadi radikal bebas sehingga terjadi mekanisme reaksi berikutnya dengan
molekul resin selanjutnya. Reaksi antara stirena dengan ikatan rangkap yang reaktif
dari polyester (Pritchard G, 1984), akan menghasilkan ikatan silang dalam bentuk
polimer jaringan tiga dimensi. Struktur molekul dalam bentuk pada dapat
digambarkan sebagai berijut Gambar 2.8.
2.6.3 Hardener
Bahan hardener merupakan bahan yang memungkinkan terjadinya proses
curing, yaitu proses pengerasan pada resin (Romels C. A, 2011). Hardener ini
terdiri dari dua bahan yaitu katalisator dan accelerator. Katalisator dan accelerator
akan menimbulkan panas, pengaruh panas ini diperlukan untuk mempercepat proses
pengeringan sehingga bahan menjadi kuat. Namun apabila panasnya terlalu tinggi
makan akan merusak ikatan-ikatan antar molekul dan juga akan merusak seratnya.
13
Katalisator adalah bahan yang mempercepat terbukanya ikatan rangkap molekul
polimer kemudian akan terjadi pengikatan-pengikatan antar molekul-molekulnya.
Katalisator yang digunakan adalah Methyl Ethyl Ketone Peroxide (MEKP) yang
merupakan hasil dari reaksi Methyl Ethyl Ketone dengan Hidrogen Peroxide.
Produk dari reaksi ini meruoakan sebuah percampuran sesungguhnya dari dua
campuran ganda atau majemuk peroxide yang berbeda yang disebut monomer dan
dimer. Setiap campuran majemuk ini menunjukkan sebuah perbedaan reaksi
terhadap cobalt. Accelerator, bahan yang mempercepat terjadinya ikatan-ikatan
diantara molekul-molekul yang sudah mempunyai ikatan untuk mempercepat proses
pengerasan komposit pada kondisi suhu kamar dan kondisi udara terbuka. Selain itu
pemberian katalis dapat digunakan untuk mengatur pembentukan blowing agent,
sehingga tidak mengembang secara berlebihan, atau terlalu cepat mengeras yang
dapat mengakibatkan terhambatnya pembentukan gelembung. Jenis katalis yang
digunakan ini adalah metil etil keton peroxida (MEKP) atau dikenal juga dengan
istilah butanone proxide.
2.7 Proses Produksi
Banyak proses dapat dipergunakan untuk menghasilkan sebuah produk yang
memiliki bentuk, ukuran, dan kualitas permukaan tertentu. Menurut Agus Susanto,
proses manufaktur (atau dalam buku ini disebut juga proses produksi) tersebut
dapat dibagi atas 7 (delapan) kelompok besar yaitu :
1. Proses pengecoran (Casting Processes)
2. Proses pembentukan (Forming Processes)
3. Proses pemesinan (Machining Processes)
4. Proses produksi polimer (Polymer Processing)
5. Proses metalurgi serat (Powder Metalurgi)
6. Proses penggabungan (Joining Processing)
7. Proses perakitan (Assembly Processes)
2.8 Proses Pembuatan Produk Komposit Matriks Polimer
Menurut siswo, bahan polymer memliki keunggulan dari pada logam dan
keramik yakni lebih liat juga lebih murah tetapi juga memiliki kekurangan antara
lain kurang kuat, kurang baik terhadap suhu tinggi juga kurang sesuai digunakan
14
untuk menanggung beban tinggi. Oleh karena itu sifat bahan polymer ini harus
diperbaharui lagi. Salah satu metode yang akan digunakan ialah dengan
mencampurkan bahan serat kedalamnya, yaitu dengan menjadikannya komposit.
Berbagai macam proses pembuatan produk komposit matriks polymer.
1. Cara Hand Lay-Up
Cara ini merupakan metode yang paling mudah dan murah namun lambat
dan membutuhkan tenaga kerja yang berpengalaman dan mahir. Prosesnya
dilakukan dengan tangan dan peralatan yang sederhana yakni roller dan kuas saja,
dapat dilihat dari gambar 2.3. Bahan yang dipakai serat kaca sebagai tulangan dan
polyster resin sebagai matriksnya. Kebanyakan produk yang dihasilkan adalah
badan boat, sampan, tangki air, dan sebagainya.
15
Gambar 2.10 Cara Kantong Vakum
3. Cara Semprot/Semburan
Semprotan/semburan dilakukan secara serentak dengan serat yang tak
beraturan, biasanya serat kaca dan resin ke atas permukaan mal menggunakan alat
penyemprot (spray gun) dengan tekanan yang sesuai. Roller juga dipergunakan
untuk meratakan dan mengeluarkan udara yang terperangkap seperti gambar di
bawah ini 2.5.
17
2.8 Pengujian Tarik
Dalam uji tarik untuk kurva tegangan-regangan diperoleh dari data mesin uji
tarik yang digunakan untuk menguji spesimen. Pada pengujian tarik, pengukuran
dilaksanakn berdasarkan tegangan yang diperlukan untuk menarik benda uji. Bila
suatu logam dibebani dengan beban tarik, maka akan mengalami deformasi.
Deformasi adalah perubahan ukuran atau bentuk karena pengaruh beban yang
dikenakan kepadanya.
19
P
a. Untuk tegangan : σ =
A
∆L
b. Untuk regangan : e = x 100%
Lo
Dimana :
σ = Tegangan, N/mm2
P = Beban, N
A = Luas penampang, mm2
e = Regangan, %
∆L = Pertambahan panjang, mm
L0 = Panjang awal, mm
Ukura
Panjan
Luas Lebar n
g
Penampan Penampan Sudut
Ukura
g g Takika
n
n
20
10 mm 55 mm 10 mm 45
* EI =m . g . l¿
Keterangan:
EI
¿ HI =
A
Keterangan:
22
BAB III
METODE PENELITIAN
Adapun alat-alat dan bahan yang di perlukan dalam penelitian ini dalam
penelitian ini ialah sebagai berikut :
3.1 Alat
1. Ember.
2. Sisir untuk pemisah serat sabut kelapa
3. Tissue dan lap kain.
4. Cetakan..
5. Toples atau wadah tertutup.
6. Gunting.
7. Timbangan Digital.
8. Alat pencatat waktu.
9. Alat Pres.
10. Sarung tangan safety.
11. Kipas untuk proses pendinginan.
12. Sekrap atau Kapi.
13. Gerinda duduk.
14. Gergaji.
15. Kacamata pelindung.
16. Amplas.
17. Spidol.
18. Wadah penyimpanan.
19. Mistar baja.
23
3.2 Bahan
24
Gambar 3.1 Serat Sabut kelapa
Ketebalan Serat 1 mm
No
Polyester Serat Hasil
Resin Komposit Volume
1 75% 25% 100%
2 65% 35% 100%
3 55% 45% 100%
Ketebalan Serat 3 mm
No
Polyester Serat Hasil
Resin Komposit Volume
1 75% 25% 100%
2 65% 35% 100%
3 55% 45% 100%
Tabel 3.2 Persentase Volume dengan serat 3 mm
2. Resin (Polyester)
25
Gambar 3.2 Resin
26
B. Peralatan
1. Cetakan Kayu
Cetakan kayu digunakan sebagai cetakan spesimen uji tarik dan uji impact.
2. Gelas Ukur
Gelas ukur digunakan untuk mengukur bahan-bahan yang digunakan
untuk pembuatan spesimen uji tarik dan uji impact.
27
3. Jangka sorong
Digunakan untuk mengukur ketebalan spesimen uji.
28
5. Timbangan digital
Digunakan sebagai menakar massa resin dan serat sabut
kelapa agar sesuai dengan komposisi yang diharapkan. Timbangan
digital yang digunakan ditunjukkan pada gambar 3.8.
6. Baskom
Digunakan untuk merendam cacahan serat sabut kelapa pada air dan
larutan NaOH. Seperti pada gambar 3.9.
29
7. NaOH
Digunakan untuk pembersihan lemak yang tersisa pada
cacahan serat sabut kelapa setelah direndam dengan air. NaOH yang
digunakan ditunjukkan pada Gambar 3.10.
30
3.5 Metode
Penelitian diawali dengan persiapan material konstituen komposit.
Spesimen dibuat didiamkan dalam suhu kamar selama 2 hari. Tiga jenis
spesimen dibuat dengan perlakuan yang sama yaitu dengan metode hand
lay-up. Spesimen dengan kode “A” memiliki ketebalan serat 1 mm.
Komposit dengan kode “AF” memliki ketebalan serat 3 mm tersusun dari
dua konstituen dengan perbandingan fraksi volume serat kompsosit
sebesar 25, 35, 45% dan fraksi volume matriks 75, 65, 55%. Persentase
gabungan serat dipertahankan pada fraksi volume yang sama tetapi
berbeda ketebalan dan variasi serat dengan maksud untuk memastikan
perubahan kekuatan mekanis. Pengujian impak dilakukan dengan metode
izod berdasarkan ASTM D3562010. Sedangkan pengujian tarik dilakukan
dengan alat uji tarik Gotech Testing Machines inc. Berdasarkan standar
uji JIS Z2201. Hasil pengujian masing-masing spesimen dibandingkan
variasi anyam dan acak.
1) Pengujian Impak
Pengujian Impak dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
metode izod dengan alat uji seperti ditunjukkan oleh gambar 3.12
31
* EI =m . g . l¿ (1)
Keterangan:
Harga impak (HI) suatu bahan yang diuji diperoleh melalui persamaan (2) sebagai
berikut:
EI
¿ HI = (2)
A
Keterangan:
EI = energi impak
2) Pengujian tensile
Pengujian tarik dilakukan dengan menggunakan gotech testing
machines inc. seperti ditunjukkan pada gambar 3.13. tegangan yang
digunakan pada kurva adalah tegangan membujur rata-rata dati
pengujian tarik. Tegangan tarik diperoleh dengan cara membagi beban
yang diberikan dibagai dengan luas awal penampang benda uji.
Tegangan tarik dapat dihitung melalui persamaan 3 berikut:
P
c. Untuk tegangan : σ =
A
∆L
d. Untuk regangan : e = x 100% (3)
Lo
Dimana :
σ = Tegangan, N/mm2
P = Beban, N
A = Luas penampang, mm2
e = Regangan, %
32
∆L = Pertambahan panjang, mm
L0 = Panjang awal, mm
33
3.6 Diagram Alir
Adapun diagram alir ini didapat dilihat dari gambar berikut :
START
Pembuatan Spesimen
Uji mekanis
Kesimpulan
dan Saran
Selesai
25
DAFTAR PUSTAKA
26