Anda di halaman 1dari 36

PROPOSAL SKRIPSI

SIFAT MEKANIK KOMPOSIT HYBRID SERAT COCOS


NUCIFERA BERMATRIK POLYESTER DENGAN
METODE HAND LAY-UP

Diajukan sebagai syarat untuk dapat menyelesaikan Program Sarjana


Pada Jurusan Teknik Mesin Sekolah Tinggi Teknologi Pekanbaru

OLEH:
MUHAMMAD ARIFIN NST
NIM : 192 111 006

JURUSAN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI


STRATA SATU (S1) SEKOLAH TINGGI
TEKNOLOGI PEKANBARU
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Material komposit adalah material yang sangat penting karena mempunyai
sifat-sifat yang khusus. Sifat-sifat tersebut diantaranya adalah kekakuannya,
kekuatannya, ringan, tidak terkorosi serta usia yang lebih lama dibanding bahan
konvensional lainnya. Pengunaan dan pemanfaatan komposit dewasa ini terus
menerus dikembangkan didalam industri yaitu material pengisi/filler baik yang
berupa serat alami maupun serat buatan. Saat ini bahan komposit yang diperkuat
dengan serat merupakan bahan teknik yang banyak digunakan karena kekuatan dan
kekakuan spesifik yang jauh diatas bahan teknik pada umumnya, sehingga atas bahan
teknik pada umumnya, sehingga sifatnya dapat didesain mendekati kebutuhan.
Bahan komposit hybrid merupakan gabungan antara type serat anyam dengan
serat acak, dengan pertimbangan supaya dapat mengelimir kekurangan sifat dari
kedua type dan menggabungkan kelebihannya penggunaan system hybrid didalam
teknologi komposit pada saat ini sangat berkembang pesat.
Di era teknologi yang mulai berkembang saat ini penggunaan serat alami
sebagai komposit mulai banyak digunakan, misalnya serat sabut kelapa sebagai
material komposit. Selama ini kita beranggapan bahwa sabut kelapa hanya
merupakan sebuah sampah yang mungkin minim kegunaannya di kalangan
masyarakat maupun di kalangan industri dan ternyata Material komposit dari sabut
kelapa memiliki sifat mekanik yang kuat, tahan korosi, ringan, dan dapat digunakan
sebagai material pengganti logam. Karena banyaknya keunggulan serat sabut kelapa
dipilih dan dapat digunakan untuk memperbaiki sifat-sifat suatu bahan. Serat sabut
kelapa dapat diambil dengan mudah dan diproduksi dengan memanfaatkan limbah
sabut kelapa yang terdapat di sekitar masyarakat.
Menurut Indahyani (2011), sabut kelapa merupakan bagian utama dan
terbesar dari buah kelapa, karena merupakan 35% dari total berat buah. Sabut kelapa
terdiri dari serat dan gabus yang saling menghubungkan antara satu serat dengan
serat lainnya. Pemanfaatan limbah sabut kelapa masih kurang diperhatikan, dan
pengolahannya kurang produktif. Komposit ini tidak berbahaya bagi kesehatan
1
sehingga penggunaannya dapat terus dikembangkan guna menghasilkan komposit
yang lebih sempurna dan efisien (Fery Ferdianto, 2020).
Polyster resin mempunyai berbagai peran yang bisa dibilang unggul sebagai
zat perekat dibandingkan dengan polimer-polimer yang lain. Diantaranya adalah
ringan, mudah dibentuk, tahan korosi dan relatif lebih murah. Tetapi polyester juga
memiliki kekurangan karena sifat dasarnya kaku dan rapuh sehingga sifat
mekaniknya lemah terutama ketahanan terhadap uji impact. Salah satu cara untuk
meningkatkan sifat mekanik dari polyester maka dipilihlah material komposit,
dimana serat berfungsi untuk memberikan kekuatan pada material matriks dengan
cara memindahkan gaya dari beban yang dikenakan dari matriks yang lebih lemah
pada serat yang lebih kuat. Proses pembuatan spesimen dipilihlah proses handy Lay-
Up karena prosesnya yang sederhana dan mudah, pada saat pemprosesan komposisi
resin polyester dengan dengan persentase 75-55% ditambahkan serat sabut kelapa
dengan persentase 25-45%.
Dalam penelitian ini penulis meneliti tentang material komposit yang
diperkuat serat sabut kelapa dengan bahan pengikat resin-polyester. Dimana resin
polyester memiliki sifat yang dapat mengeras pada suhu kamar dengan penggunaan
katalis tanpa pemberian tekanan ketika proses pencetakannya menjadi suatu
peralatan tertentu.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang diajukan pada penelitian ini berdasarkan latar
belakang yang diungkapkan dan hasil yang didapat adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sifat kekuatan tarik dan kekuatan impact komposit serat hybrid
serat sabut kelapa dengan matrik resin polyester?
2. Bagaimana pengaruh perbandingan matrik dengan filler terhadap komposit
hybrid yang dihasilkan?
1.3 Identifikasi Masalah
Adapun masalah pada penelitian ini ialah sebagai berikut :
1. Membuat spesimen uji tarik pada komposit resin polyster yang diperkuat oleh
serat sabut kelapa dengan variasi serat :
A. Anyam (serat yang disusun secara tak putus dan menjaring)
2
B. Random (serat yang disusun secara acak).
2. Melakukan pengujian spesimen dengan uji tarik dan uji impact.
3. Menganalisa data-data hasil pengujian.
4. Membuat kesimpulan dan saran.

1.4 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian ini meliputi tujuan umum dan tujuan khusus.

a. Tujuan Umum
Proposal ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Teknik Mesin Sekolah Tinggi Teknologi Pekanbaru.
b. Tujuan Khusus
1. Menganalisa sifat kekuatan tarik dan kekuatan impact komposit serat hybrid
serat sabut kelapa dengan matrik resin polyester.
2. Menentukan pengaruh perbandingan matrik dengan filler terhadap komposit
hybrid yang dihasilkan.

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat penelitian ini, ialah sebagai berikut:
1. Penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi mengenai pembuatan
komposit hybrid dari serat sabut kelapa.
2. Dapat menghasilkan suatu inovasi material baru yang ramah lingkungan,
berkualitas, dan bernilai ekonomis.
3. Dapat memberikan informasi tentang komposit serat sabut kelapa dengan
varian Anyam dan Random terhadap kekuatan tarik dan ketangguhan
komposit.
4. Dapat menambah wawasan tentang pemanfaatan serat alam sebagai material
yang terupdate.

1.6 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah ini ialah sebagai berikut :
1. Bahan penguat dari komposit sebagai spesimen adalah serat sabut kelapa.

3
2. Filler ditempatkan dengan acak dan anyam dengan persentase 25%75%,
35%65%, 45%55% (ketebalan serat 1 mm dan 3 mm) masing-masing 2
spesimen.
3. Pengujian yang akan dilakukan adalah pengujian tarik dan pengujian impact
pada komposit yang di perkuat dengan serat pohon bambu.
4. Resin yang digunakan adalah resin jenis resin thermoset, yaitu resin polyster

1.7 Sistematika Penulisan


Agar penyusunan skripsi ini dapat tersusun secara sistematis dan mempermudah
pembaca memahami tulisan ini, maka dilakukan pembagian bab berdasarkan isinya.
BAB 1 PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang yang menentukan pengambilan penelitian dan
dilanjutkan dengan tujuan penelitian, batasan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan skripsi ini.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini menjelaskan ulasan teori-teori yang bersangkut paut dengan
penelitian skripsi ini baik dari teori penunjang lainnya. Dasar teori didapatkan dari
bermacam-macam sumber, diantaranya berasal dari: buku-buku pedoman, jurnal, dan
tugas akhir.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas tentang metoda yang akan digunakan untuk
menyelesaikan penulisan skripsi. Pada bab ini juga akan dibahas mengenai langkah-
langkah penelitian dan pengolahan data, dan analisa data yang akan digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan dari topik yang diangkat.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan menjelaskan hasil yang didapat dari percobaan yang diperoleh dari
hasil pengujian langsung di lapangan maupun hasil penganalisaan data.
BAB KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari semua penelitian yang telah dilakukan
dan saran yang mendukung kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komposit

Komposit merupakan suatu material yang terdiri dari dua atau lebih bahan
yang memiliki karakter yang berbeda yang digabungkan dalam satu unit structural
makroskopis. Komposit terdiri dari dua atau lebih bahan yang berbeda yang
dicampur secara makroskopis. Pada umumnya bahan komposit terdiri dari dua unsur,
yaitu serat (fiber) sebagai bahan pengisi dan serat-serat yang mengikat yang disebut
matrik. Bahan utama komposit adalah serat, dan polimer sebagai bahan pengikatnya
karena memiliki daya pengikat yang sangat tinggin selain dari mudah untuk
dibentuk. Keuntungan dari material komposit yaitu kekuatannya dapat diatur pada
arah tertentu, hal ini dinamakan.

Material komposit yang di buat menggunakan serat kenaf dan matrik


polyester resin. Dalam penelitian di peroleh hasil bahwa komposit serat kenaf-
polyster resin dengan fraksi volume bertambah diperoleh hasil ketangguhan impact
yang tinggi pula. Jadi bila semakin besar fraksi volumenya semakin besar pula
kekuatannya. Matriks memiliki jumlah fraksi volume yang lebih besar dibanding
filler maka tepat jika menggunakan epoxy resin untuk dipakai menjadi matriks.

Gambar 2.1Polyester Resin

5
Pembuatan komposit berpenguat serat membutuhkan ikatan permukaan
yang kuat antara serat dan matrik sehingga matriks dapat mentransfer tegangan
dengan maksimal keseluruhan serat. Salah satu cara untuk menguatkan
ikatan permukaan ialah denganmembersihkan serat dari zat pengotor,
hemiselulosa dan lignin yang ada pada serat dengan perlakuan alkali NaOH
sehingga serat menjadi lebih kasar dan berongga dan dapat meningkatkan ikatan
antara matriks dan serat penguat seperti yang dilakukan oleh yan, etal. Pada
penelitian serat pohon bambu dengan perlakuan NaOH 5% dapat meningkatkan
kekuatan tarik 17,8% dibanding tanpa perlakuan.

Gambar 2.2 Natrium hidroksida (NaOH)

2.2 Komposit Hybrid

Komposit hybrid merupakan gabungan serat yang di susun secara lurus dan
acak atau gabungan dua jenis serat yang berbeda. Komposit hybrid digunakan
untuk mengganti kekurangan sifat dari kedua tipe serat dan memberikan kombinasi
sifat seperti modulus tarik, kekuatan impact yang tidak dapat diwujudkan dalam
bahan komposit. Pada penelitian ini serat pohon bambu akan disusun secara
anyam dan acak.
2.3 Serat Sabut Kelapa
Bahan serat alam merupakan suatu bahan penguat yang dapat menghasilkan
bahan komposit yang ringan, kuat, ramah lingkungan dan ekonomis dalam bidang

6
teknologi material. Secara tradisional serat sabut kelapa dimanfaatkan sebagai
bahan pembuat sapu, keset, tali dan alat - alat rumah tangga lain (Budha Maryanti,
2011).
Menurut (Indahyani, 2011). Sabut kelapa adalah bagian terluar dari buah
kelapa yang membungkus tempurung kelapa, ketebalan berkisar 5-6 cm terdiri dari
lapisan terluar yaitu (exocarpium) dan lapisan dalam (endocarpium). Sabut kelapa
merupakan bahan bersifat mengandung lignoselulosa yang dapat dimanfaatkan
sebagai salah satu alternatif bahan baku, diantara kulit dalam yang keras (batok)
terdapat serat yang tersusun dari 35 % dari berat total buah kelapa tua. Untuk
varitas kelapa yang berbeda tentunya presentase di atas akan berbeda pula. Bekas
pelepah pada pangkal batang biasanya jarang-jarang, tetapi menuju ke ujung dan
rapat. Umur tanaman diketahui dengan menghitung bekas pelepah pada batang.
Pada potongan melintang dari batang, di bagian luar terdapat bekas pembuluh yang
jumlahnya banyak sekali, berangsur-angsur menuju ke sebelah dalam jumlahnya
berkurang. Di sebelah luar bekas pembuluh berkumpul dan bersambung dengan
bekas pembuluh dari tangkai daun (Mardiatmoko, 2018).
Sifat – sifat serat kelapa dijelaskan dibawah ini :
1. Kaku, adalah kemampuan suatu bahan untuk menahan perubahan bentuk
jika diberi beban dengan gaya tertentu dalam daerah alastis pada
pengujian bending.
2. Tangguh adalah bila pemberian gaya atau beban yang menyebabkan
bahan- bahan tersebut menjadi patah pada pengujian titik lentur.
3.
4. Kokoh, adalah kondisi yang didapatkan akibat dari kelenturan dan proses
kerja yang mengubah struktur komposit sehingga menjadi keras pada
pengujian kelenturan.

Gambar 2.3 sabut dan serat kelapa

7
Secara garis besar komposit dapat diklasifikasikan menjadi empat macam,
antara lain :
1. Komposit Matrik Polimer (Polymer Matrix Composites-PMC)
Bahan ini merupakan bahan komposit yang sering digunakan disebut,
Polimer Berpenguatan Serat (FRP -Fibre Reinforced Polymers or Plastik).
Bahan ini menggunakan suatu polimer berdasarkan resin sebagai matriknya
dan suatu jenis serat seperti kaca, karbon, dan aramid (Kevlar) sebagai
penguatan.
2. Komposit Matriks Logam (Metal Matriks Composites-MMC).
Ditemukan berkembang pada industri otomotif, bahan ini menggunakan
suatu logam aluminium sebagai matrik dan penguatnya dengan serat seperti
silicon karbida.
3. Komposit Matrik Keramik (Ceramik Matrik Composites-CMC).
Digunakan pada lingkungan bertemperatur sangat tinggi, bahan ini
menggunakan keramik sebagai matrik dan diperkuat dengan serat pendek,
atau serabut-serabut (whiskers) dimana terbuat dari silicon karbida atau
boron nitride.
4. Material Serat Komposit (Fibrous Composites Materials)
Terdiri dari dua komponen penyusun yaitu matriks dan serat. Skema
penyusunan serat dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Continuous
Serat yang disusun memanjang dan tidak terputus.
b. Discontinuous
Serat yang disusun rapi dan putus-putus.
c. Random
Serat yang di susun secara acak.
Pada umumnya konsep material komposit yang dibuat bisa dibagi ke dalam
tiga kelompok utama:
1) Material Komposit Berlapis (Laminated Composites Material)
Terdiri dari dua atau lebih lapisan material yang berbeda dan digabung
secara bersama-sama. Laminated composite dibentuk dari berbagai lapisan-
8
lapisan dengan berbagai macam arah penyusunan serat yang ditentukan yang
disebut lamina. Yang termasuk Laminated Composites (komposit berlapis)
ialah :
a) Bimetals
b) Cladmetals
c) Laminated glass
d) Plastic based laminates
2) Material Komposit Partikel (Particulate Composites Materials)
Terdiri dari suatu atau lebih partikel yang tersuspensi didalam matriks dari
matriks lainnya. Partikel logam dan non-logam dapat digunakan sebagai
matriks.
Empat kombinasi yang di gunakan sebagai matriks komposit partikel ialah :
a) Material komposit partikel non-logam di dalam matriks non-logam
b) Material komposit partikel logam di dalam matriks non-logam
c) Material komposit partikel non-logam di dalam matriks logam
d) Material komposit partikel logam di dalam matriks logam
3) Kombinasi dari ketiga tipe di atas
secara umum, sifat-sifat komposit di tentukan oleh :
a) Sifat-sifat serat
b) Sifat-sifat resin
c) Rasio serat terhadap resin dalam komposit fraksi volume serat(fibre volume
fraction)
d) Geometri dan orientasi serat pada komposit
2.5 Composite Casting Resin
Menurut Azom, composite casting resin adalah proses pengecoran plastik di
mana resin sintetik cair diisi dalam cetakan dan dibiarkan mengeras. Secara
tradisional proses ini digunakan untuk produksi skala kecil seperti prototype industri
dan produk kedokteran gigi. Hal ini juga dapat digunakan oleh penggemar dan
produsen untuk membuat mainan, model skala, model objek, patung-patung, dan
produksi perhiasan skala kecil. Casting resin relatif sangat mudah digunakan.

9
Pengembangan berbagai jenis komposit telah meningkatkan permintaan
untuk pengecoran resin. Komposit ringan yang digunakan antara lain pada angkatan
laut, otomotif, dll.
Proses sederhana untuk pengecoran resin adalah pengecoran gravitasi.
Dalam proses ini, resin dituangkan ke dalam cetakan dan dibiarkan mengalir oleh
gravitasi. Bila resin dicampur, gelembung udara dapat terjadi dalam cairan, ini dapat
dihapus dalam ruang vakum. Pengecoran ini juga dapat dilakukan dalam ruang
vakum terutaman ketika menggunakan cetakan terbuka, untuk mengekstrak
gelembung. Hal ini juga dapat dilakukan dalam panic tekanan untuk mengurangi
ukuran gelembung udara ke titik dimana mereka tidak terlihat. Akhirnya, tekanan
dan gaya sentrifugal dapat digunakan untuk mendorong cairan resin sesuai dengan
cetakan.
2.5.1 Jenis Resin Casting Untuk Manufaktur Komposit
Ada beberapa jenis resin pengecoran tersedia di pasar :
1. Polyurethane casting resin digunakan bersama dengan cetakan karet silikon untuk
menghasilkan coran plastik yang tepat dari bagian asli atau prototype tepat.
Resin ini memiliki stabilitas thermal yang sangat baik, viskositas yang
sangat rendah, ketahanan pasar yang tinggi, dan dapat dengan mudah berpigmen
untuk mencapai berbagai macam warna. Mereka mampu mereproduksi detail
permukaan yang sangat unik. Hal ini relative murah, dan biayanya bahkan efektif
untuk coran dengan ukuran yang lebih yang lebih besar.
2. Water clear polyurethane casting resin ini memiliki kinerja tinggi, untra clear
casting resin dapat dipakai dalam clear casting, prototyping cepat, dan objek
embedding/ enkapsulasi dapat dipoles pada gloss tinggi dan UV yang stabil.
3. Water clear polyester casting resin ini cocok untuk objek embedding, pengecoran
patung, membuat perhiasan dan mengatur desain.
4. Aluminium filled epoxy casting resin ini dirancang untuk aplikasi perkakas suhu
tinggi dan dikenal untuk properti sangat keras.
2.5.2 Material Komposit Resin Casting
1. Acrylic-Ada beberapa jenis resin akrilik. Sebagai contoh, jenis metakrilat metal
dari resin sintetis yang digunakan untuk memproduksi kaca akrilik seperti plexi
10
glass, yang lebih dari polimer plastik bukan kaca. Resin ini ideal untuk embedding
objek.
2. Epoxy – Resin epoxy memiliki viskositas rendah dari pada resin poliuretan. Ini
adalah resin polyster yang mengandung lebih dari satu kelempok epoxy. Mereka
mampu diubah menjadi bentuk thermoset.
3. Polyster – Resin polyester tak jenuh yang di produksi oleh reaksi kondensasi
antara asam seperti anhidra ftalat, anhidra maleat, asam isoftalat, dan
glikol(propilen glikol, di-etilena glikol, mono-etilena glikol). Umumnya digunakan
untuk aplikasi plastik yang diperkuat.

2.6 Bahan Komposit Polymer


2.6.1 Polyester Resin
Menurut Siswo, bahan ini tergolong polimer thermoset dan memiliki sifat
yang dapat mengeras pada suhu kamar dengan penggunaan katalis tanpa pemberian
tekanan ketika proses pencetakannya menjadi suatu peralatan tertentu. Resin
polyester tak jenuh merupakan hasil reaksi antara asam basa tak jenuh seperti
anhidrid ftalat dengan alkohol di hidrat seperti etilen glikol. Struktur material yang
digunakan dalam penelitian ini ialah jenis struktur crosslink dengan keunggulan
pada daya than yang lebih baik terhadap pembebanan tertentu. Hal ini disebabkan
molekul yang dimliki bahan ini adalah dalam bentuk rantai molekul raksasa atom-
atom karbin yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Gambar 2.7 dengan
menggunakan dwi fungsi asam dan dwi fungsi alkohol (glikol) dihasilkan suatu
polyester linier.

11
Gambar 2.7 Reaksi pembetnukan ester
Dengan demikian struktur molekulnya menghasilkan efek peredaman yang
cukup baik terhadap bebab yang diberikan. Kekuatan bahan ini diperoleh ketika
dalam keadaan komposit, dimana telah bercampur dengan bahan-bahan penguat,
seperti serat kaca, karbon, dan lain-lain. Sementara dalam keadaan tunggal, bahan
ini memiliki sifat kaku dan rapuh. Data mekanik material polyester diperlihatkan
pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Karakteristik Mekanik Polyester Resin/Tak Jenuh.


Sifat Mekanis Satua Besara
n n
Berat Jenis Mg.m- 1.2 s/d 1.5
³
Modulus Young (E) Gp 2 s/d
a 4.5
Kekuatan Tarik Mp 40 s/d
a 90
*Sumber data : Siswo Pranoto (2010)
Pada temperatur kamar resin ini cukup stabil, tetapi dengan penambahan
suatu peroksida (biasanya disebut katalis) akan terjadi pengerasan (curing).
Pengerasan ini terjadi karena reaksi ikat silang secara radikal bebas dari polyester
dengan monomer reaktif yang ditambahkan dalam resin polyester tersebut. Sebagai
monomer aktif, dalam hal ini ditambahkan sturena yang pada umumnya dengan
komposisi 30/70 resin. Dalam reaksi ini terjadi konversi ikan rangkap menjadi

12
ikatan tunggal. Adanya radikal bebas yang terbentuk setelah terjadinya dekomposisi,
memungkinkan terjadi reaksi propagasi antara resin polyester dengan stirena tak
jenuh (monomer reaktif). Reaksi ini akan merubah resin polyester dan molekul
stirena menjadi radikal bebas sehingga terjadi mekanisme reaksi berikutnya dengan
molekul resin selanjutnya. Reaksi antara stirena dengan ikatan rangkap yang reaktif
dari polyester (Pritchard G, 1984), akan menghasilkan ikatan silang dalam bentuk
polimer jaringan tiga dimensi. Struktur molekul dalam bentuk pada dapat
digambarkan sebagai berijut Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Struktur Molekul Padat Polimer dan Stirena


Dimana :
M = komponen adam maleat andirat
P = komponen phtalik anhidrat
G = komponen glikol
X = monomer reaktif yang ditambahkan (stirena)

2.6.3 Hardener
Bahan hardener merupakan bahan yang memungkinkan terjadinya proses
curing, yaitu proses pengerasan pada resin (Romels C. A, 2011). Hardener ini
terdiri dari dua bahan yaitu katalisator dan accelerator. Katalisator dan accelerator
akan menimbulkan panas, pengaruh panas ini diperlukan untuk mempercepat proses
pengeringan sehingga bahan menjadi kuat. Namun apabila panasnya terlalu tinggi
makan akan merusak ikatan-ikatan antar molekul dan juga akan merusak seratnya.
13
Katalisator adalah bahan yang mempercepat terbukanya ikatan rangkap molekul
polimer kemudian akan terjadi pengikatan-pengikatan antar molekul-molekulnya.
Katalisator yang digunakan adalah Methyl Ethyl Ketone Peroxide (MEKP) yang
merupakan hasil dari reaksi Methyl Ethyl Ketone dengan Hidrogen Peroxide.
Produk dari reaksi ini meruoakan sebuah percampuran sesungguhnya dari dua
campuran ganda atau majemuk peroxide yang berbeda yang disebut monomer dan
dimer. Setiap campuran majemuk ini menunjukkan sebuah perbedaan reaksi
terhadap cobalt. Accelerator, bahan yang mempercepat terjadinya ikatan-ikatan
diantara molekul-molekul yang sudah mempunyai ikatan untuk mempercepat proses
pengerasan komposit pada kondisi suhu kamar dan kondisi udara terbuka. Selain itu
pemberian katalis dapat digunakan untuk mengatur pembentukan blowing agent,
sehingga tidak mengembang secara berlebihan, atau terlalu cepat mengeras yang
dapat mengakibatkan terhambatnya pembentukan gelembung. Jenis katalis yang
digunakan ini adalah metil etil keton peroxida (MEKP) atau dikenal juga dengan
istilah butanone proxide.
2.7 Proses Produksi
Banyak proses dapat dipergunakan untuk menghasilkan sebuah produk yang
memiliki bentuk, ukuran, dan kualitas permukaan tertentu. Menurut Agus Susanto,
proses manufaktur (atau dalam buku ini disebut juga proses produksi) tersebut
dapat dibagi atas 7 (delapan) kelompok besar yaitu :
1. Proses pengecoran (Casting Processes)
2. Proses pembentukan (Forming Processes)
3. Proses pemesinan (Machining Processes)
4. Proses produksi polimer (Polymer Processing)
5. Proses metalurgi serat (Powder Metalurgi)
6. Proses penggabungan (Joining Processing)
7. Proses perakitan (Assembly Processes)
2.8 Proses Pembuatan Produk Komposit Matriks Polimer
Menurut siswo, bahan polymer memliki keunggulan dari pada logam dan
keramik yakni lebih liat juga lebih murah tetapi juga memiliki kekurangan antara
lain kurang kuat, kurang baik terhadap suhu tinggi juga kurang sesuai digunakan
14
untuk menanggung beban tinggi. Oleh karena itu sifat bahan polymer ini harus
diperbaharui lagi. Salah satu metode yang akan digunakan ialah dengan
mencampurkan bahan serat kedalamnya, yaitu dengan menjadikannya komposit.
Berbagai macam proses pembuatan produk komposit matriks polymer.
1. Cara Hand Lay-Up
Cara ini merupakan metode yang paling mudah dan murah namun lambat
dan membutuhkan tenaga kerja yang berpengalaman dan mahir. Prosesnya
dilakukan dengan tangan dan peralatan yang sederhana yakni roller dan kuas saja,
dapat dilihat dari gambar 2.3. Bahan yang dipakai serat kaca sebagai tulangan dan
polyster resin sebagai matriksnya. Kebanyakan produk yang dihasilkan adalah
badan boat, sampan, tangki air, dan sebagainya.

Gambar 2.9 Cara Hand Lay-Up

2. Cara kantong Vakum (Vacuum Bag)


Melalui cara ini cairan komposit resin dan cetakan dimasukkan kedalam
kantong atau wadah yang lentur kemudia bagian dalam kantong dikeluarkan dengan
cara divakum, dilihat pada gambar 2.4.

15
Gambar 2.10 Cara Kantong Vakum
3. Cara Semprot/Semburan
Semprotan/semburan dilakukan secara serentak dengan serat yang tak
beraturan, biasanya serat kaca dan resin ke atas permukaan mal menggunakan alat
penyemprot (spray gun) dengan tekanan yang sesuai. Roller juga dipergunakan
untuk meratakan dan mengeluarkan udara yang terperangkap seperti gambar di
bawah ini 2.5.

Gambar 2.11 Cara Semprot/Semburan


4. Cara Kantong Tekanan (Pressure Bag)
Kantong tekanan dipakai apabila dibutuhkan tekanan yang lebih besar dari
tekanan kantong vakum. Tekanan yang diberikan dari sebelah luar seperti
ditampilkan pada ganbar 2.6.
16
Gambar 2.12 Cara kantong tekanan
5. Proses Pultrusi (Pultrusion)
Pultrusi merupakan teknik pemprosesan istimewa yang menggabungkan
serat penguat dan resin matriks dalam alat yang sesuai untuk menghasilkan profil
penguatan dengan ketahanan membujur yang baik. Serat ditarik keluar melalui
rendaman resin juga melalui pewarna yang dipanaskan, seperti gambar 2.7.
Proses ini merupakan cara yang cepat dan ekonomis dimana kandungan
resin dan serat dapat diatur takarannya sesusai dengan yang diinginkan. Sifat
struktur juga sangat baik karena profil yang dihasilkan mempunyai serat yang lurus
dan pecahan isi paduan serat yang tinggi. Contoh produk yang dihasilkan adalah
sambungan yang digunakan dalam struktur jembatan, tangga, dan sebagainya.

Gambar 2.13 Proses Pultrusi

17
2.8 Pengujian Tarik
Dalam uji tarik untuk kurva tegangan-regangan diperoleh dari data mesin uji
tarik yang digunakan untuk menguji spesimen. Pada pengujian tarik, pengukuran
dilaksanakn berdasarkan tegangan yang diperlukan untuk menarik benda uji. Bila
suatu logam dibebani dengan beban tarik, maka akan mengalami deformasi.
Deformasi adalah perubahan ukuran atau bentuk karena pengaruh beban yang
dikenakan kepadanya.

Tabel 2.2.Standar uji tarik menurut standard.

Luas Panjang Panjang Radius Dari Teb


Penampang Ukuran Parallel Fillet al
(W) (L) (P) (R)
(T
15 53,5 63 15 5 mm
,5

Gambar 2.14 Spesimen Uji Tarik menurut Standar JIS Z2201

2.8.1 Faktor yang mempengaruhi Tegangan-Regangan


Hubungan tegang-regangan pada beban tarik terhadap spesimen dipengatuhi
oleh :
a. Pengaruh Temperatur
18
Telah dikemukakan berkali-kali bahwa temperatur pada resin termoplastik
sangat besar. Kalau temperatur dinaikkan kekuatan tarik turun, kurva tegangan-
regangan berubah pada setiap temperatur tertentu (titik lunak, titik transisi getas)
sebagai batas, deformasi karena tarikan meningkat cepat dan tegangan patahnya
serta modulus elastitiknya menurun. Walaupun pada temperatur dekat pada
temperatur kamar, perubahan tiba-tiba bisa terjadi pada polimer termoplastik, oleh
karena itu perlu berhati-hati.
b. Pengaruh Kelembaban
Pada umumnya pengaruh kelembaban hampir sama dengan pengaruh
temperatur. Meningkatnya kadar air yang terabsorpsi cenderung memberikan
hubungan tegangan-regangan serupa dengan pengaruh temperatur. Dengan
bertambahnya absorpsi air tegangan patah dan modulus elastis menurun sedangkan
regangan patah meningkat. Akan tetapi pengaruh tersebut kuramg dibandingkan
dengan pengaruh temperatur. Akan tetapi, kadang-kadang kadar air dan surfaktan
dalam air dapat menyebabkan pengurangan modulus elastik dan meningkatkan
retakan-retakan karena regangan.
c. Pengaruh Laju Tegangan
Telah diketahui dari berbagai bahan bahwa dari kekakuan bahan berubah
karena pembebanan apakah beban tu ringan dan perlahan atau tiba-tiba, pengaruh
tersebut sangat terlihat pada bahan yang mempunyai sifat viskoelastis seperti
polimer. Kalau laju tegangan dikurangi perpanjangan bertambah yang
mengakibatkan kurva tegangan-regangan menjadi landai maka modulus elastiknya
menjadi kecil dan batas mulurnya tidak jelas. Kecendrungan ini sangat terlihat pada
resin yang fleksibel pada temperatur kamar. Makin tinggi laju tegangan makin besar
beban patah dan modulus elastiknya sedangkan perpanjangan menjadi kecil. Jadi
laju tegangan memberikan pengaruh besar pada sifat-sifat mekanik bahan polimer,
oleh karena itu persyaratan yang ketat ditatapkan pada setiap pengujian. Kekuatan
tarik dari suatu material bisa dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

19
P
a. Untuk tegangan : σ =
A
∆L
b. Untuk regangan : e = x 100%
Lo
Dimana :
σ = Tegangan, N/mm2
P = Beban, N
A = Luas penampang, mm2
e = Regangan, %
∆L = Pertambahan panjang, mm
L0 = Panjang awal, mm

2.9 Pengujian Impact Test


Uji impak adalah pengujian dengan menggunakan pembebanan yang cepat
(rapid loading). Dalam pengujian mekanik, terdapat perbedaan dalam pemberian
jenis beban kepada material. Uji tarik, uji tekan, uji puntir adalah pengujian yang
menggunakan beban statik. Sedangkan uji impak menggunakan beban dinamik. Pada
pembebanan cepat atau disebut juga beban impak, terjadi proses penyerapan energi
yang besar dari energi kinetik suatu beban yang menumbuk ke spesimen. Proses
penyerapan energi ini akan diubah dalam berbagai respon pada material seperti
deformasi plastis, efek isterisis, gesekan dan efek inersia. Apabila batang uji
dipasang pada kedudukannya dan pendulum dilepaskan, maka pendulum
akan memukul batang uji dan selanjutnya pendulum akan mengayun sampai
kedudukan 3 pada ketinggian h2. Usaha yang dilakukan pendulum waktu
memukul benda uji atau usaha yang diserap benda uji sampai patah dapat.

Tabel 2.3.Standar uji impak izod menurut standard.

Ukura
Panjan
Luas Lebar n
g
Penampan Penampan Sudut
Ukura
g g Takika
n
n
20
10 mm 55 mm 10 mm 45

Gambar 2.15 Spesimen Uji Impak sesuai standart ASTM D3562010

* EI =m . g . l¿

Keterangan:

m= massa pendulum (kg )

g= gravitasi bumi (m/s 2)

l = panjang pendulum (m)

α = sudut sebelum pendulum menghantam spesimen uji

β = sudut sesudah pendulum menghantam spesimen uji

EI
¿ HI =
A

Keterangan:

HI = harga impak( J /mm2 )


21
EI = energi impak

A = Luas penampang (spesimen uji (mm2 ))

Pengujian impak dapat diidentifikasi sebagai berikut :


1. Material yang getas, bentuk patahannya akan bermukaan merata, hal
ini menunjukkan bahwa material yang getas akan cenderung patah
akibat tegangan normal.
2. Material yang ulet akan terlihat meruncing, hal ini menunjukkan
bahwa material yang ulet akan patah akibat tegangan geser.
3. Semakin besar posisi sudut β akan semakin getas, dan semakin
kecil sudut maka semangkin ulet.

22
BAB III

METODE PENELITIAN
Adapun alat-alat dan bahan yang di perlukan dalam penelitian ini dalam
penelitian ini ialah sebagai berikut :

3.1 Alat

1. Ember.
2. Sisir untuk pemisah serat sabut kelapa
3. Tissue dan lap kain.
4. Cetakan..
5. Toples atau wadah tertutup.
6. Gunting.
7. Timbangan Digital.
8. Alat pencatat waktu.
9. Alat Pres.
10. Sarung tangan safety.
11. Kipas untuk proses pendinginan.
12. Sekrap atau Kapi.
13. Gerinda duduk.
14. Gergaji.
15. Kacamata pelindung.
16. Amplas.
17. Spidol.
18. Wadah penyimpanan.
19. Mistar baja.

20. Jangka sorong


21. Mesin uji impact izod.
22. Mesin uji tarik.

23
3.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah polyster resin


sebagai perekat serat sabut kelapa.

3.3 Waktu dan Tempat

A. Lama Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan perincian waktu kegiatan sebagai berikut :

1. Merencanakan mal/Cetakan spesimen standard an pembuatan cetakan


selama ± 1 minggu.
2. Pembuatan spesimen dengan menggunakan komposit pada cetakan selama
± 2 minggu.
3.4 Prosedur Kerja
A. Persiapan Bahan Uji
Adapun prosedur kerja pada penelitian ini ialah:
1. Serat sabut kelapa
Serat sabut kelapa digunakan sebagai penguat alami dala suatu material
komposit.

24
Gambar 3.1 Serat Sabut kelapa

Ketebalan Serat 1 mm
No
Polyester Serat Hasil
Resin Komposit Volume
1 75% 25% 100%
2 65% 35% 100%
3 55% 45% 100%

Tabel 3.1 Persentase Volume dengan serat 1 mm

Ketebalan Serat 3 mm
No
Polyester Serat Hasil
Resin Komposit Volume
1 75% 25% 100%
2 65% 35% 100%
3 55% 45% 100%
Tabel 3.2 Persentase Volume dengan serat 3 mm
2. Resin (Polyester)

Resin merupakan material polimer kondensat yang dibentuk berdasarkan


reaksi antara kelompok polyol. Yang merupakan organik gabungan
dengan alcohol multiple atau gugusan fungsi hidroksi, dan polycarboxylic
yang mengandung ikatan ganda. Resin seperti yang di tunjukan Gambar
3.2 adalah jenis polimer thermoset yang memiliki rantai karbon yang
panjang. Matriks jenis ini memiliki sifat dapat mengeras pada suhu kamar
dengan penambahan katalis tanpa pemberian tekanan proses
pembentukan.

25
Gambar 3.2 Resin

3. Katalis MEKP (Methyl Ethyl Keton Peroksida)


Katalis merupakan material kimia yang digunakan untuk mempercepat
reaksi polimerisasi struktur material pada suhu kamar dan tekanan
atmosfir. Pemberian katalis (Gambar 3.3)dapat berfungsi untuk mengatur
pembentukan pengerasan material. Sehingga material yang sedang
dicetak tidak terlalu lama mengeras.

Gambar 3.3 Katalis MEKP

26
B. Peralatan
1. Cetakan Kayu
Cetakan kayu digunakan sebagai cetakan spesimen uji tarik dan uji impact.

Gambar 3.4 Cetakan Kayu Spesimen Uji Tarik

2. Gelas Ukur
Gelas ukur digunakan untuk mengukur bahan-bahan yang digunakan
untuk pembuatan spesimen uji tarik dan uji impact.

Gambar 3.5 Gelas Ukur

27
3. Jangka sorong
Digunakan untuk mengukur ketebalan spesimen uji.

Gambar 3.6 Jangka Sorong

4. Mesin bor tangan


Digunakan untuk mengaduk campuran resin dan serat sabut kelapa.
Mata bor diganti dengan mata mixer. Mesin bor tangan ini digunakan
ditunjukkan pada gambar 3.7.

Gambar 3.7 Mesin Bor Tangan

28
5. Timbangan digital
Digunakan sebagai menakar massa resin dan serat sabut
kelapa agar sesuai dengan komposisi yang diharapkan. Timbangan
digital yang digunakan ditunjukkan pada gambar 3.8.

Gambar 3.8 Timbangan Digital

6. Baskom
Digunakan untuk merendam cacahan serat sabut kelapa pada air dan
larutan NaOH. Seperti pada gambar 3.9.

Gambar 3.9 Baskom

29
7. NaOH
Digunakan untuk pembersihan lemak yang tersisa pada
cacahan serat sabut kelapa setelah direndam dengan air. NaOH yang
digunakan ditunjukkan pada Gambar 3.10.

Gambar 3.10 NaOH


8. Ceret Plastik
Digunakan sebagai tempat pencampuran resin dan serbuk sabut
kelapa dan juga untuk memudahkan ketika akan dituangkan pada
cetakan produk, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.11

Gambar 3.11 Ceret Plastik

30
3.5 Metode
Penelitian diawali dengan persiapan material konstituen komposit.
Spesimen dibuat didiamkan dalam suhu kamar selama 2 hari. Tiga jenis
spesimen dibuat dengan perlakuan yang sama yaitu dengan metode hand
lay-up. Spesimen dengan kode “A” memiliki ketebalan serat 1 mm.
Komposit dengan kode “AF” memliki ketebalan serat 3 mm tersusun dari
dua konstituen dengan perbandingan fraksi volume serat kompsosit
sebesar 25, 35, 45% dan fraksi volume matriks 75, 65, 55%. Persentase
gabungan serat dipertahankan pada fraksi volume yang sama tetapi
berbeda ketebalan dan variasi serat dengan maksud untuk memastikan
perubahan kekuatan mekanis. Pengujian impak dilakukan dengan metode
izod berdasarkan ASTM D3562010. Sedangkan pengujian tarik dilakukan
dengan alat uji tarik Gotech Testing Machines inc. Berdasarkan standar
uji JIS Z2201. Hasil pengujian masing-masing spesimen dibandingkan
variasi anyam dan acak.
1) Pengujian Impak
Pengujian Impak dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
metode izod dengan alat uji seperti ditunjukkan oleh gambar 3.12

Gambar 3.12 Alat uji Impak metode Izod

31
* EI =m . g . l¿ (1)

Keterangan:

m= massa pendulum (kg )

g= gravitasi bumi (m/s 2)

l = panjang pendulum (m)

α = sudut sebelum pendulum menghantam spesimen uji

β = sudut sesudah pendulum menghantam spesimen uji

Harga impak (HI) suatu bahan yang diuji diperoleh melalui persamaan (2) sebagai
berikut:

EI
¿ HI = (2)
A

Keterangan:

HI = harga impak( J /mm2 )

EI = energi impak

A = Luas penampang (spesimen uji (mm2 )

2) Pengujian tensile
Pengujian tarik dilakukan dengan menggunakan gotech testing
machines inc. seperti ditunjukkan pada gambar 3.13. tegangan yang
digunakan pada kurva adalah tegangan membujur rata-rata dati
pengujian tarik. Tegangan tarik diperoleh dengan cara membagi beban
yang diberikan dibagai dengan luas awal penampang benda uji.
Tegangan tarik dapat dihitung melalui persamaan 3 berikut:
P
c. Untuk tegangan : σ =
A
∆L
d. Untuk regangan : e = x 100% (3)
Lo
Dimana :
σ = Tegangan, N/mm2
P = Beban, N
A = Luas penampang, mm2
e = Regangan, %

32
∆L = Pertambahan panjang, mm
L0 = Panjang awal, mm

Gambar 3 13 Alat Uji Tarik

33
3.6 Diagram Alir
Adapun diagram alir ini didapat dilihat dari gambar berikut :

START

Persiapan alat dan


bahan

Persiapan dan pembuatan


serat sabut kelapa

Pemilihan komposisi yang


digunakan 95% resin + 5%
serat dan 90% resin + 10%
serat

Pembuatan Spesimen
Uji mekanis

Uji Tarik Analisa Data Uji Impact

Kesimpulan
dan Saran

Selesai

Gambar 3.14 Diagram Alir

25
DAFTAR PUSTAKA

Azom, “Composite Casting Resin”, 6 Agustus 2013.

Agus Susanto. “Teknik Manufaktur”. 7 Juli 2010.

Hahim Jasmi, Pemprosesan Bahan, Universiti Teknologi Malaysia, Skudai,


Johor Darul Ta’zim, 2003.

Chawla K.K., “Composite Materials”, First Ed., Berlin: Springer-Verlag


New York Inc, 1987.

Herman Sinaga. “Defenisi Komposit”. 24 Februari 2010.

Hull Derek, ” Introduction to Composite Materials”, First Pub.,


New York: Cambridge University Press, 1981.

R.F. Gibson, “Principles Of Composite Material Mechanic”. New


York: Mc Graw Hill,Inc,1994.

Kaleb Priyanto, “Ketangguhan Impak dan Kekuatan Tarik Komposit


Fiberglass Filler bermatriks Unsaturated Polyester Bqtn-ex 157”,
2019.

Choirul Anang, “Analisa Sifat Mekanik Komposit Polyester Dengan


Penambahan Serat Kelapa”, 2006.
Zuchry M. 2012. “Pengaruh Temperatur dan Bentuk Takikan
Terhadap Kekuatan Impak.Jurnal Teknik”,14(1), 18-21.
Yunaidi, ”Standart Uji Tarik JIS Z2201”, 2020.
Weriono, Junaidi, A., Isra, A., & Kurniawan, M. (2022). Pengaruh
Fraksi Volume Dan Sudut Konfigurasi Serat Phyllostachys Terhadap
Kekuatan Komposit Dengan Metode Hand Lay-Up. Jurnal Rekayasa
Material, Manufaktur dan Energi, 5(2), 160-166.

26

Anda mungkin juga menyukai