Disusun Oleh :
DANI RAHMAN PUTRA
(20130130213)
DAFTAR ISI
ABSTRAK
Serat sisal adalah salah satu serat alam jenis serat tanaman yang berpotensi
sebagai bahan penguat (reinforcement) komposit dengan matriks polimer
polymethyl methacrylate (PMMA) untuk aplikasi perangkat biomedis. Selain
murah dan densitasnya rendah, serat sisal juga mempunyai kekuatan mekanik dan
kandungan selulosa relatif tinggi. Untuk lebih meningkatkan kekuatan mekanik
komposit sisal/PMMA, pada penelitian ini akan dibuat komposit hibrida dengan
kombinasi bahan penguat serat alam sisal dan serat sintetis karbon, karena serat
karbon memiliki kekuatan mekanik yang sangat tinggi. Fabrikasi komposit hibrida
sisal-karbon/PMMA akan dilakukan dengan pencampuran serat dan matriks secara
manual kemudian dipress pada suhu ruang menggunakan mesin press hasil
rekayasa. Serat sisal dan karbon dengan ukuran panjang hasil optimasi akan
divariasi dengan perbandingan 3:1, 4:1, dan 5:1. PMMA yang akan digunakan
adalah jenis self-cure acrylic yang merupakan jenis polimer yang proses
polimerisasinya bisa berada pada suhu. Uji tarik akan dilakukan pada semua produk
komposit hibrida dengan mengacu pada ASTM D 3039-07. Struktur patahan hasil
uji tarik akan dikarakterisasi dengan scanning electron microscopy (SEM). Selain
itu, uji fisik komposit; daya serap air dan thickness swelling juga akan dilakukan.
Kata kunci: serat sisal, serat karbon, PMMA, komposit hibrida, kuat tarik, SEM
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan teknologi bahan yang semakin pesat, pemenuhan
kebutuhan akan bahan dengan karakteristik tertentu juga menjadi faktor
pendorongnya. Berbagai macam bahan telah digunakan dan diteliti lebih lanjut oleh
para ilmuan untuk mendapatkan bahan yang tepat guna salah satunya adalah bahan
komposit polimer, yang mudah dalam pembuatannya, proses pembentukan, baik
dalam segi ketahanan serta kekuatan, dan sifat-sifat lainnya[1]. Sehingga hal- hal
tersebut mendorong penggunaan bahan komposit sebagai bahan alternatif atau
bahan pengganti contohnya pengganti material logam, material sinteis, material
untuk bidang kedokteran seperti pembuatan basis gigi tiruan khususnya dalam
bidang biomedikal [2].
Material komposit merupakan material yang tersusun dari campran atau
kombinasi dua atau lebih unsur utama yang secara makro berada di dalam bentuk
dan atau komposisi material yang pada dasarnya tidak dapat dipisahkan (Schwartz,
1984). Kelebihan material komposit adalah rasio strength to weight yang tinggi dan
desain dan pembuatannya yang mudah. Jenis material komposit yang paling banyak
digunakan adalah jenis polymer matrix composite (PMC) [3]. Untuk menambah
kekuatan mekanik komposit adalah satunya dengan cara membuat jenis komposit
hibrida. Komposit hibrida merupakan komposit yang mengandung lebih dari suatu
tipe serat penguat. Tujuan dari hibrida adalah untuk menghasilkan suatu material
yang mengandung kelebihan dari penyusunnya [4]. Komposit hibrida yang akan
dibuat pada penelitian ini adalah dengan bahan serat alam sisal dan serat sintesis
karbon.
Penerapan serat alam dibidang biomedis masih jarang dilakukan , salah satu
jenis serat alam yang dapat dikembangkan adalah serat sisal (Agave Sisalana),
namun saat ini pemanfaatannya masih terbatas, contoh aplikasi serat sisal adalah
pada pembuatan benang, tali, bahan pelapis , tikar, jala ikan, serta barang kerajianan
seperti dompet, dan hiasan dinding [5-6]. Penelitian yang akan dilakukan tertuju
pada aplikasi material komposit hibrida berserat alam sisal dan serat sintesis karbon
yang bermatriks self cure acrilic yang termasuk dalam salah satu jenis dari
polimer polymethil methactylate. Serat sisal merupakan satu serat alam yang paling
banyak digunakan dan paling mudah untuk dibudidayakan. Serat sisal dapat
digunakan sebagai penguat pada aplikasi pembuatan basis gigi tiruan resin akrilik
karena memiliki sifat mekanik yang cukup baik sebagai material reincaforced
polymer, muah diaplikasikan dan harganya yang murah [6-8]. Selain itu menurut Li
Dkk, sifat mekanis derat alam sebagai material peguat polimer dapat ditingkatkan
dengan dilakukan surface treatment berupa alkalisai NaOH.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka perlu ditliti kompatibelitas hibridasi serat
alam sisal/PMMA dengan serat sintesis karbon dengan pengaruh matriks polimer
berjenis polymethyl methacrylate untuk meningkatkan kemampuan tarik komposit
hibrida, yang akan diaplikasikan pada perangkat biomedis. Seral alam sisal yang
mempunyai kandungan selulosa yang tinggi dari serat kenaf dan beberapa serat
alam lainnya. Serta pemilihaan serat sintesis karbon karena memiki kekuatan
spesifik (kekuatan persatuan massa) dari carbon fiber reinforced polymer bisa
mencapai 10 kali kekuatan spesifik baja, hal tersebut berarti kita bisa memproleh
material dengan kekuatan yang setra dengan baja namun bobotnya hanya
sepersepuluhnya baja saja [7]. Struktur patahan hasil uji tarik dari komposit hibrida
akan dianalisin dengan scaning electron microscopy (SEM).
1.2 Perumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini diantaranya :
a. Bagaimana pengaruh hibridasi serat alam sisal dengan serat sintesis
karbon terhadap karakterisasi sifat mekanik dan fisik komposit hibrida.
b. Apakah dapat teridentifikasi self-cure acrylic sebagai matriks terhadap
variasi perbandingan serat dalam pengujian fisik dan mekanik komposit
hibrida.
c. Apakah struktur patahan komposit hibrida dapat teridentifikasi oleh
SEM.
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebegai berikut :
a. Bahan penguat reinforcement yang digunakan dalam penelitian adalah
serat alam sisal dan serat sintetis karbon
b. Karakterisasi sifat mekanik dan fisik komposit hibrida yang akan
dilakukan masing-masing adalah uji tarik komposit, uji daya serap air,
dan thickness swelling.
c. Matriks polimer polymethyl methacrylate (PMMA) yang akan
digunaka berjenis self-cure acrylic
hasil
penelitian
material
komposit
hibrida
dengan
renforcement serat alam sisal dan serat sintetis karbon yang dapat
diaplikasikan untuk bidang medis.
3. Optimasi hasil perbandingan renfocement pada komposit hibrida sisalkarbon.
4. Mengetahui
hasil
pengujian
spesimen
komposit
hibrida
dengan
menggunakan uji tarik, alanisis sruktur patahan, daya serap air, dan
thickness swelling.
5. Mengetahui hasil perbandingan dari hasil karakterisasi struktur patahan
pada spesimen-spesimen.
6. Sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya serta dapat terus dikembangkan
dalam pembuatan material komposit hibrida, sehingga mendapatkan
material komposit hibrida yang kompatibel.
BAB II
A. Serat Alam
10
11
Serat alam lebih bersifat ramah lingkungan dibandingkan serat sintetis, karena serat
alam ini berasal dari alam sehingga dapat dengan mudah teruarai di alam. Serat
sintetis biasanya lebih banyak digunakan orang karena serat sintetis ini memang
telah memilki ukuran kekuatan tertentu dan lebih homogen sehingga lebih mudah
untuk diaplikasikan untuk suatu material.
e. Harga
Jika tidak mempertimbangkan kesulitan dalam mengambil serat alam, maka serat
sintetis memilki harga yang lebih mahal, karena serat sintetis ini harus melewati
proses produksi yang memerlukan biaya, berbeda dengan serat alam yang memang
sudah terseda di alam. Perbedaan serat alam dan sintetis.
2.2.2 Komposit
Komposit adalah penggabungan dari dua (atau lebih) material yang berbeda
sebagai suatu kombinasi yang menyatu. Misalnya berbagai badan perahu layar
dibuat dari plastik yang diperkuat serat (FRP), dimana serat biasanya adalah gelas
dan plastiknya umumnya poliester.
Bahan komposit pada umumnya terdiri dari dua unsur, yaitu serat (fiber)
sebagai pengisi dan bahan pengikat serat-serat tersebut yang disebut matrik.
Didalam komposit unsur utamanya adalah serat, sedangkan bahan pengikatnya
menggunakan bahan polimer yang mudah dibentuk dan mempunyai daya pengikat
yang tinggi. Penggunaan serat sendiri yang utama adalah untuk menentukan
karakteristik bahan komposit, seperti : kekakuan, kekuatan serta sifat-sifat mekanik
12
lainnya. Sebagai bahan pengisi serat digunakan untuk menahan sebagian besar gaya
yang bekerja pada bahan komposit, matrik sendiri mempunyai fungsi melindungi
dan mengikat serat agar dapat bekerja dengan baik terhadap gayagaya yang terjadi.
Oleh karena itu untuk bahan serat digunakan bahan yang kuat, kaku dan getas,
sedangkan bahan matrik dipilih bahan-bahan yang liat, lunak dan tahan terhadap
perlakuan kimia.
Salah satu keuntungan material komposit adalah kemampuan material tersebut
untuk diarahkan sehingga kekuatannya dapat diatur hanya pada arah tertentu yang
kita kehendaki, hal ini dinamakan tailoring properties. Dan ini adalah salah satu
sifat istimewa komposit, yaitu ringan, kuat, tidak terpengaruh korosi, dan mampu
bersaing dengan logam, tidak kehilangan karakteristik dan kekuatan mekanisnya.
2.2.3 Klasifikasi Bahan Komposit
Klasifikasi komposit dapat dibentuk dari sifat dan strukturnya. Bahan komposit
dapat diklasifikasikan kedalam beberapa jenis. Secara umum klasifikasi komposit
sering digunakan antara lain seperti :
Klasifikasi menurut kombinasi material utama, seperti metal-organic atau
metal anorganic.
1. Klasifikasi menurut karakteristik bulk-form, seperti sistem matrik atau laminate.
2. Klasifikasi menurut distribusi unsur pokok, seperti continous dan discontinous.
3. Klasifikasi menurut fungsinya, seperti elektrikal atau struktural (Schwart, M.M
1984).
13
15
16
3. Panjang Serat
Panjang serat dalam pembuatan komposit serat pada matrik sangat
berpengaruh terhadap kekuatan. Ada 2 penggunaan serat dalam campuran komposit
18
yaitu serat pendek dan serat panjang. Serat panjang lebih kuat dibanding serat
pendek. Serat alami jika dibandingkan dengan serat sintetis mempunyai panjang
dan diameter yang tidak seragam pada setiap jenisnya. Oleh karena itu panjang dan
diameter sangat berpengaruh pada kekuatan maupun modulus komposit. Panjang
serat berbanding diameter serat sering disebut dengan istilah aspect ratio. Bila
aspect 15 ratio makin besar maka makin besar pula kekuatan tarik serat pada
komposit tersebut. Serat panjang (continous fiber) lebih efisien dalam peletakannya
daripada serat pendek. Akan tetapi, serat pendek lebih mudah peletakannya
dibanding serat panjang. Panjang serat mempengaruhi kemampuan proses dari
komposit serat. Pada umumnya, serat panjang lebih mudah penanganannya jika
dibandingkan dengan serat pendek. Serat panjang pada keadaan normal dibentuk
dengan proses filament winding, dimana pelapisan serat dengan matrik akan
menghasilkan distribusi yang bagus dan orientasi yang menguntungkan. Ditinjau
dari teorinya, serat panjang dapat mengalirkan beban maupun tegangan dari titik
tegangan ke arah serat yang
lain. Sedangkan komposit serat pendek, dengan orientasi yang benar, akan
menghasilkan kekuatan yang lebih besar jika dibandingkan continous fiber. Hal ini
terjadi pada whisker, yang mempunyai keseragaman kekuatan tarik setinggi 1500
kips/in2 (10,3 GPa). Komposit berserat pendek dapat diproduksi dengan cacat
permukaan yang rendah sehingga kekuatannya dapat mencapai kekuatan teoritisnya
(Schwart, M.M 1984).
19
4. Bentuk Serat
Bentuk Serat yang digunakan untuk pembuatan komposit tidak begitu
mempengaruhi, yang mempengaruhi adalah diameter seratnya. Pada umumnya,
semakin kecil diameter serat akan menghasilkan kekuatan komposit yang lebih
tinggi. Selain bentuknya kandungan seratnya juga mempengaruhi (Schwart,M.M
1984).
5. Faktor Matrik
Matrik dalam komposit berfungsi sebagai bahan mengikat serat menjadi
sebuah unit struktur, melindungi dari perusakan eksternal, meneruskan atau
memindahkan beban eksternal pada bidang geser antara serat dan matrik, sehingga
matrik dan serat saling berhubungan. Pembuatan komposit serat membutuhkan
ikatan permukaan yang kuat antara serat dan matrik. Selain itu matrik juga harus
mempunyai kecocokan secara kimia agar reaksi yang tidak diinginkan tidak terjadi
pada permukaan kontak antara keduanya. Untuk memilih matrik harus diperhatikan
sifat-sifatnya, antara lain seperti tahan terhadap panas, tahan cuaca yang buruk dan
tahan terhadap goncangan yang biasanya menjadi pertimbangan dalam pemilihan
material matrik. Salah satu jenis Matriks yang akan digunakan sebagai bahan
komposit adalah resin akrilik.
a. Resin Akrilik
Pada tahun 1937, resin akrilik (polimetil metakrilat) telah diperkenalkan dand
engan cepat menggantikan bahan sebelumnya (vulkanit, nitroselulosa, fenol
formaldehid dan porselen). Bahan basis gigitiruan resin akrilik memiliki sifat
20
yang menguntungkan yaitu estetik, warna dan tekstur mirip dengan gingiva
sehingga estetik di dalam mulut baik, daya serap air relatif rendah dan perubahan
dimensi kecil. Bahan basis gigitiruan resin akrilik dibagi atas tiga macam yaitu:
a. Resin akrilik polimerisasi panas (heat cured acrylic resin) adalah resin akrilik
yang menggunakan proses pemanasan untuk polimerisasi.
b. Resin akrilik swapolimerisasi (self cured acrylic resin) adalah resin akrilik yang
menggunakan akselerator kimia untuk polimerisasi yaitu dimetil-para-toluidin
(CH3C6H4N(CH3))2. Bila dibandingkan dengan heat cured acrylic resin bahan
ini memiliki stabilitas warna yang kurang.
c. Resin akrilik polimerisasi sinar (light cured resin) adalah resin akrilik yang
menggunakan sinar tampak untuk polimerisasi. Penyinaran dilakukan selama 5
menit dengan gelombang cahaya sebesar 400-500 nm sehingga memerlukan unit
kuring khusus dengan menggunakan empat buah lampu halogen
tungtens/ultraviolet.
6. Faktor Ikatan Fiber-Matrik
Komposit serat yang baik harus mampu menyerap matrik yang memudahkan terjadi
antara dua fase (Schwart, M.M
mempunyai kemampuan untuk menahan tegangan yang tinggi, karena serat dan
matrik berinteraksi dan pada akhirnya terjadi pendistribusian tegangan.
Kemampuan ini harus dimiliki oleh matrik dan serat. Hal yang mempe ngaruhi
ikatan antara serat dan matrik adalah void, yaitu adanya celah pada serat atau bentuk
serat yang kurang sempurna yang dapat menyebabkan matrik tidak akan mampu
21
mengisi ruang kosong pada cetakan. Bila komposit tersebut menerima beban, maka
daerah tegangan akan berpindah ke daerah void sehingga akan mengurangi
kekuatan komposit tersebut. Pada pengujian tarik komposit akan berakibat lolosnya
serat dari matrik. Hal ini disebabkan karena kekuatan atau ikatan interfacial antara
matrik dan serat yang kurang besar (Schwart, M.M 1984).
22
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Bahan yang digunakan
Bahan yang akan digunakan dalam penelitian sebagai berikut :
a) Serat sisal
b) Serat karbon
c) PMMA
d) Aquades
24
Jadwal Penelitian
No.
Bulan Ke
Jenis Kegiatan
1
Uji mekanik, karakterisasi struktur patahan dan uji fisik komposit hibrida
Penyusunan laporan
25
Daftar Pustaka
1. Pramono. Agus, Komposit sebagai trend teknologi masa depan, Fakultas
Teknik Metalurgi & Material, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
2. Porwanto. Daniel. A., Johar. Lizda., Karakterisasi komposit berpenguat serat
bambu dan serat gelas sebagai alternatif bahan baku industri, Jurusan teknik
Fiska FTI ITS Surabaya
3. NN., BAB II Tinjauan pustaka, Universitas Sumatra Utara, hal. 8
4. Nunna. S, at al., 2012, A review on mechanical behavior of natural fiber based
hybrid composites, SAGE Jurnal Of Reinforced Plastics and Composites 31
(II) 759-769
5. Hadiantoro. E., Widjijono, Herliansyah. M.K, 2013, Penaruh penambahan
Polyethilene fiber dan serat sisal erhadap kekuatan fleksural dan impak base
plate komposit resin akrilik, IDJ Vol. 2
6. Kusumastuti. A, 2009, Aplikasi serat sisial sebagai komposit polimer, ,
Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 1 No. 1
7. D. L. Chung, Deborah, 1994 Carbon fiber composite, Butterwort-Heinemann
8. Kusumastuti. A., 2009 Aplikasi serat sisal sebagai komposit polimer, Jurnal
Kompetensi Teknik Vol. 1 No. 1 27-32
9. Khanam. P Noorunnisa et al, 2010 Sisal/carbon reinforced hybrid composites:
tensile, flexural and chemical resistance properies, J Polym Environ 18:727733
10. J. Xu, L. Cong Y. Li, Fabrication and mechanical properties of short sisal
fiber reinforced composites used for dental application, 18th Int. Conf. On
Composite Materials
26