BAB I
PENDAHULUAN
1
2
karbida, aluminium oksida, dan boron. Penggunaan serat alam sebagai bahan
komposit yang aplikasinya sebagai interior mobil didasarkan karena beberapa
kelebihan yang dimiliki, diantaranya yaitu memiliki sifat mekanik yang tinggi,
dan biaya pembuatan yang relatif murah. Komponen yang dibuat dari komposit
harganya dapat turun hingga 50% jika dibandingkan dengan produk bahan logam.
Salah satu jenis serat alam yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan
komposit seperti serat daun pandan duri (pandanus tectorius). Pandan duri selama
ini hanya digunakan untuk pembuatan bahan baku obat dan juga digunakan untuk
pembuatan kerajinan anyaman seperti tikar, tas dan lain-lain. Serat pandan duri
memiliki kekuatan yang baik dengan memiliki massa jenis 0,96 gr/cm3.
Komposit adalah material yang didapatkan dengan menggabungkan dua
atau lebih bahan yang berbeda untuk memperoleh sifat yang lebih baik yang tidak
dapat diperoleh dari masing-masing bahan. Sifat material dari komposit
diharapkan akan saling memperbaiki kekurangan material penyusunnya. Beberapa
sifat yang dapat diperbaiki yaitu kekuatan, kekakuan, ketahanan bending dan
massa jenis.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pada penelitian ini penulis akan
menguji kekuatan impact terhadap papan komposit serat pandan duri yang
diperkuat dengan resin polyester.
1. Bahan baku serat alam adalah pandan duri yang telah dikupas dari batang
daunnya.
2. Menggunakan perekat matriks dari resin polyester BQTN 157-EX.
3. Orientasi serat panjang (searah).
4. Komposisi campuran resin dan serat variasi 70% : 30%, 60% : 40% dan
50% : 50%.
5. Pengujian kekuatan fisik materi yang diteliti menggunakan uji impact
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
4
5
serbuk gergaji. Resin yang digunakan adalah polyester. Selain itu, alkali serat
diperlakukan dengan menggunakan 4% NaOH. Hasil penelitian yang diperoleh
menunjukkan bahwa sifat mekanik seperti kekuatan impak resin polyester
meningkat cukup besar ketika diperkuat dengan pandan wangi dan serbuk gergaji.
Hasil ini mengidentifikasikan bahwa Pandan Wangi dan serbuk gergaji dapat
menjadi kandidat potensial untuk digunakan dalam komposit diperkuat serat
alami.
Dari hasil analisa Porniawan, (2014) berupa grafik pada penelitian
pengaruh variasi fraksi volume terhadap kekuatan mekanik komposit sandwich
polyester berpenguat serat pandan duri dengan core Styrofoam diketahui bahwa
terjadi peningkatan kekuatan sesuai grafik. Diketahui bahwa harga impak rata-rata
terendah yaitu pada variasi fraksi volume serat 5% yaitu sebesar 180,75 kJ/m²,
kemudian pada fraksi volume serat 10% harga rata-rata kekuatan impact
meningkat sekitar 4% menjadi 188,25 kJ/m², dan fraksi volume serat 15%
mempunyai harga impact tertinggi yaitu dengan rata-rata sebesar 195,5 kJ/m² atau
meningkat sekitar 8%. Peningkatan kekuatan tersebut terjadi karena ikatan yang
bagus antara matriks dan serat dengan ditandai banyaknya fiber break pada daerah
patahan. Jenis patahan yang terjadi adalah patah getas, karena permukaan patahan
dari specimen rata dan tidak terlihat adanya deformasi plastis pada daerah
patahan. Untuk kekuatan bending fraksi volume 5% mempunyai nilai kekuatan
bending terendah yaitu 0,264 MPa dan momen maksimum sebesar 412,5 N.mm
serta defleksi maksimum sebesar 7,2 mm. Untuk fraksi 10% mempunyai kekuatan
bending sebesar 0,312 MPa dan momen bending maksimum yaitu sebesar 487,5
N.mm atau mengalami peningkatan sebesar 18%, serta defleksi maksimum 7,4
mm atau meningkat sebesar 3%. Sedangkan fraksi 15% mempunyai kekuatan
bending tertinggi yaitu 0,432 MPa dan momen maksimum yaitu 675 N.mm atau
meningkat 64% dari fraksi volume 5%, serta defleksi maksimum memiliki nilai
7,95 mm atau meningkat sekitar 10%.
Sementara itu, penggunaan serat alami sebagai penguat pada bahan
komposit disebabkan karena melimpahnya jenis tanaman penghasil serat,
khususnya di Indonesia, sehingga membuat peneliti tertarik untuk
6
banyak ditentukan oleh penguatan serta posisi. Dilain pihak, resin memiliki
ketahanan terhadap bahan kimia dan cuaca dan untuk menambah kekuatannya
maka perlu diberi bahan penguat. Perbandingan antara resin dan penguat
merupakan faktor yang sangat penting untuk menentukan sifat struktur komposit
(Schwartz M.,1996).
Kelebihan material komposit adalah sifat mekanik spesifiknya tinggi,
ketahanan korosi yang tinggi, mudah dibuat dan serat dapat diatur sesuai dengan
arah pembebanan. Untuk membuat komposit ada beberapa metode yang
digunakan, bergantung pada matriks yang ingin digunakan, termoset atau
termoplas. Metode pembuatan komposit yang paling mudah digunakan adalah
metode wet hand lay up. Pada pembuatan komposit dengan metode ini
menggunakan preform yang kemudian dituangkan resin sambil ditekan dengan
roll. Walaupun metode ini mudah dilakukan, namun kelemahan dari metode ini
adalah produk yang dihasilkan bisa berbeda kualitasnya karena pengaruh gaya
penekanan yang berbeda-beda. Komposit dapat diklasifikasikan berdasarkan
strukturnya seperti pada Gambar 2.1.
1. Komposit Gabungan
Komposit gabungan merupakan komposit gabungan antara tipe serat lurus
dengan serat acak. Tipe ini digunakan supaya dapat menganti kekurangan sifat
dari kedua tipe dan dapat menggabungkan kelebihannya.
2. Komposit Serat Panjang (long fiber composite)
Tipe ini mempunyai susunan serat panjang dan lurus, membentuk lamina
diantara matriksnya. Tipe ini mempunyai kelemahan pemisahan antar lapisan.
Keistimewaan komposit serat panjang adalah lebih mudah diorientasikan, jika
dibandingkan dengan serat pendek. Secara teoritis serat panjang dapat
menyalurkan pembebanan atau tegangan dari suatu titik pemakaiannya.
Perbedaan serat panjang dan serat pendek yaitu serat pendek dibebani secara
tidak langsung atau kelemahan matriks akan menentukan sifat dari produk
komposit tersebut yakni jauh lebih kecil dibandingkan dengan besaran yang
terdapat pada serat panjang. Pada penelitian ini penulis menggunakan orientasi
serat panjang seperti pada Gambar 2.4.
2. Panjang serat
Panjang serat dalam pembuatan komposit serat pada matriks sangat
berpengaruh terhadap kekuatan. Ada dua penggunaan serat dalam campuran
komposit yaitu serat pendek dan serat panjang. Serat panjang lebih kuat
dibanding serat pendek. Serat alami jika dibandingkan dengan serat sintetis
mempunyai panjang dan diameter yang tidak seragam pada setiap jenisnya.
Oleh karena itu panjang dan diameter sangat berpengaruh pada kekuatan
maupun modulus komposit. Panjang serat berbanding diameter serat sering
disebut dengan istilah aspect ratio. Bila aspect ratio makin besar maka makin
besar pula kekuatan tarik serat pada komposit tersebut. Serat panjang
(continous fiber) lebih efisien dalam peletakannya daripada serat pendek.
Akan tetapi, serat pendek lebih mudah peletakannya dibanding serat panjang.
Panjang serat mempengaruhi kemampuan proses dari komposit serat. Pada
umumnya, serat panjang lebih mudah penanganannya jika dibandingkan
dengan serat pendek. Serat panjang pada keadaan normal dibentuk dengan
proses filament winding, dimana pelapisan serat dengan matriks akan
menghasilkan distribusi yang bagus dan orientasi yang menguntungkan.
Ditinjau dari teorinya, serat panjang dapat mengalirkan beban maupun
tegangan dari titik tegangan ke arah serat yang lain. Pada struktur continous
fiber yang ideal, serat akan bebas tegangan atau mempunyai tegangan yang
sama. Selama fabrikasi, beberapa serat akan menerima tegangan yang tinggi
dan yang lain mungkin tidak terkena tegangan sehingga keadaan di atas tidak
dapat tercapai.
Sedangkan komposit serat pendek, dengan orientasi yang benar, akan
menghasilkan kekuatan yang lebih besar jika dibandingkan continous fiber.
Hal ini terjadi pada whisker, yang mempunyai keseragaman kekuatan tarik
13
3. Bentuk serat
Bentuk serat yang digunakan untuk pembuatan komposit tidak begitu
mempengaruhi, yang mempengaruhi adalah diameter seratnya. Pada
umumnya, semakin kecil diameter serat akan menghasilkan kekuatan
komposit yang lebih tinggi. Selain bentuknya kandungan seratnya juga
mempengaruhi.
4. Faktor matriks
Matriks dalam komposit berfungsi sebagai bahan mengikat serat menjadi
sebuah unit struktur, melindungi dari perusakan eksternal, meneruskan atau
memindahkan beban eksternal pada bidang geser antara serat dan matriks,
sehingga matriks dan serat saling berhubungan. Pembuatan komposit serat
membutuhkan ikatan permukaan yang kuat antara serat dan matriks. Selain
itu matriks juga harus mempunyai kecocokan secara kimia agar reaksi yang
tidak diinginkan tidak terjadi pada permukaan kontak antara keduanya. Untuk
memilih matriks harus diperhatikan sifat-sifatnya, antara lain seperti tahan
terhadap panas, tahan cuaca yang buruk dan tahan terhadap goncangan yang
biasanya menjadi pertimbangan dalam pemilihan material matriks. Bahan
Polimer yang sering digunakan sebagai material matriks dalam komposit ada
dua macam adalah termoplastik dan termoset. Termoplastik dan termoset ada
banyak macam jenisnya, yaitu:
a. Termoplastik, contohnya : polyamide (PI), polysulfone (PS),
polyetheretherketone (PEEK), polyhenylene sulfide (PPS), polypropylene
(PP), polyethylene (PE), dan sebagainya.
14
6. Katalis
Katalis ini digunakan untuk membantu proses pengeringan resin dan serat
dalam komposit. Waktu yang dibutuhkan resin untuk berubah menjadi plastik
tergantung pada jumlah katalis yang dicampurkan. Semakin banyak katalis
yang ditambahkan maka makin cepat pula proses curing-nya. tetapi apabila
pemberian katalis berlebihan maka akan menghasilkan material yang getas
ataupun resin bisa terbakar.
sebagainya. Yang termasuk serat batang yaitu rami, Jute, kenaf dan sebagainya.
Yang termasuk serat daun yaitu serat abaka, nanas, sisal dan pandan.
Untuk mendapatkan serat alam tumbuh-tumbuhan dengan kadar selulosa
yang tinggi seperti abaka, sabut kelapa, serat sawit, serat nanas dan sebagainya
perlu diolah dan dimurnikan. Pengolahan serat tersebut dapat dilakukan dengan
cara pemasakan (scouring) menggunakan alkali dan biasanya dengan kostik soda
dan zat aktif permukaan, selanjutnya dilakukan pemurnian atau pengelantangan
(bleaching) menggunakan oksidator kuat seperti hydrogen peroksida.
Adanya komposit akan menciptakan bahan baru dengan sifatnya masing-
masing yang dapat memperkaya jenis bahan yang telah ada di alam. Berbagai
jenis bahan alam seperti serat alam (selulosa, hemiselulosa, lignin), serat karbon,
serat gelas, metal, keramik dan sebagainya dapat dijadikan komposit dengan
monomer/polimer dari jenis termoseting maupun jenis termoplastik yang
jumlahnya sangat banyak dan bervariasi. Selain itu, pembuatan komposit dengan
konstituen lebih dari dua macam tentu akan menghasilkan material baru yang
lebih bervariasi. Serat selulosa yang banyak mengandung gugus hidroksil (-OH)
dengan resin reaktan yang mempunyai gugus metilol akan terjadi reaksi
kondensasi menghasilkan reaksi samping berupa molekul air (Amin, 2011).
Serat alam yang dikenal bersifat ramah lingkungan perlu kita manfaatkan
menjadi bahan sandang maupun non sandang yang dapat memberi manfaat bagi
kehidupan. Serat alam terdiri dari serat tumbuh-tumbuhan, serat binatang, dan
serat mineral mengandung berbagai macam kandungan kimia dapat melengkapi
kebutuhan kehidupan manusia. Serat alam dari tumbuh-tumbuhan mengandung
banyak selulosa berpeluang besar untuk dijadikan salah satu komponen bahan
komposit sebagai bahan baru yang bermanfaat. Peluang tersebut akan dapat
direalisasi apabila kita banyak melakuan penelitian dan percobaan secara serius
seperti yang akan penulis lakukan terhadap serat pandan duri.
Fungsi utama dari serat adalah sebagai penopang kekuatan dari komposit,
sehingga tinggi rendahnya kekuatan komposit sangat tergantung dari serat yang
digunakan, karena tegangan yang dikenakan pada komposit mulanya diterima
oleh matrik akan diteruskan kepada serat, sehingga serat akan menahan beban
16
sampai beban maksimum. Oleh karena itu serat harus mempunyai tegangan tarik
dan modulus elastisitas yang lebih tinggi daripada matrik penyusun komposit.
Pada pohon pandan duri tersebut, maka dipotong daunnya seperti pada
Gambar 2.7 sebagai bahan baku serat dimana proses penyeratan dilakukan dengan
cara perendaman menggunakan air tawar selama 7 hari. Cara yang paling umum
18
dan praktis adalah secara manual, yaitu dengan proses water retting
(perendaman) dan scraping. Water retting adalah proses yang dilakukan oleh
micro-organism (bacterial action) untuk memisahkan atau membuat busuk zat-zat
perekat (gummy substances) yang berada disekitar serat daun pandan duri.
2.3.2 Matriks
Pada penggabungan serat dan matriks, serat akan berfungsi sebagai
penguat yang memiliki kekuatan lebih tinggi, sedangkan matriks berfungsi
sebagai perekat dan penerus gaya geser yang diberikan pada komposit. Kelebihan
komposit dibandingkan dengan material lain yaitu rasio antara kekuatan dan
densitasnya cukup tinggi, proses pembuatan yang relatif mudah, dan tahan
terhadap kondisi lingkungan.
Matrik dalam komposit berperan sebagai pengikat serat dan
mendistribusikan tegangan pada saat pembebanan. Bahan matrik yang sering
digunakan dalam pembuatan komposit adalah matrik polimer, adapun jenisnya
antara lain thermoset dan thermoplastic. Yang termasuk thermoset antara lain
epoxy, polyester, dan phenolic. Yang termasuk thermoplastic antara lain
polyetylene, dan polypropylene. Berdasarkan uraian diatas, peneliti akan
mengadakan penelitian mengenai penggunaan epoxy dan polyester sebagai bahan
matrik pengganti phenolic pada pembuatan papan komposit karena polyester,
epoxy, dan phenolic memiliki kesamaan yang merupakan matrik polimer yang
19
karena panas (tidak bisa di daur ulang). Misalnya : epoxy, polyester, phenotic.
Sedangkan thermoplastik, adalah plastik atau resin yang dapat dilunakkan terus
menerus dengan pemanasan atau dikeraskan dengan pendinginan dan bisa berubah
karena panas (bisa didaur ulang). Misalnya : polyamid, nylon, polysurface,
polyester. Matrik polyester paling banyak digunakan terutama untuk aplikasi
konstruksi ringan, selain itu harganya murah, resin ini mempunyai karakteristik
yang khas yaitu dapat diwarnai, transparan, dapat dibuat kaku dan fleksibel, tahan
air, tahan cuaca dan bahan kimia. Polyester dapat digunakan pada suhu kerja
mencapai 7900 C atau lebih tergantung partikel resin dan keperluannya.
Keuntungan lain matrik polyester adalah mudah dikombinasikan dengan serat dan
dapat digunakan untuk semua bentuk penguatan plastik.
Unsaturated Polyester Resin (UPR) merupakan jenis resin thermoset atau
lebih populernya sering disebut polyester saja. UPR berupa resin cair dengan
viskositas yang cukup rendah, mengeras pada suhu kamar dengan penggunaan
katalis tanpa menghasilkan gas sewaktu pengesetan seperti banyak resin thermoset
lainnya. Serat polyester mempunyai kekuatan yang tinggi dan E-Modulus serta
penyerapan air yang rendah dan pengerutan yang minimal bila dibandingkan
dengan serat industri lainnya. Kain polyester tertenun digunakan dalam pakaian
konsumen dan perlengkapan rumah seperti seprei panjang, penutup tempat tidur,
tirai dan korden. Polyester industri digunakan dalam penguatan ban, tali, kain buat
sabuk mesin pengantar (konveyor), sabuk pengaman kain berlapis dan penguatan
plastik dengan tingkat penyerapan energi yang tinggi. Fiber fill dari polyester
digunakan pula untuk mengisi bantal dan selimut penghangat.
Menurut Jufri (2007) polyester berasal dari reaksi kimia asam dibasa
bereaksi secara kondensasi dengan alkohol dihidrat. Karena asam tak jenuh
digunakan dengan berbagai cara sebagai bagian dari asam dibasa, yang
menyebabkan terdapatnya ikatan tak jenuh dalam rantai utama dari polimer yang
dihasilkan, maka disebut polyester tak jenuh. Kemudian, monomer vinil dicampur
yang bereaksi dengan gugus tak jenuh pada pencetakan untuk mengeset. Sifat dari
polyester sendiri adalah kaku dan rapuh. Mengenai sifat thermalnya, karena
banyak mengandung monomer stiren, maka suhu deformasi thermal lebih rendah
21
daripada resin termoset lainnya dan ketahanan panas jangka panjangnya kira-kira
1100-1400 C. Ketahanan dingin adalah baik secara relatif. Sifat listriknya lebih
baik diantara resin termoset, tetapi diperlukan penghilangan lembaban yang cukup
pada saat pencampuran dengan gelas.
Pada penelitian ini akan menggunakan matrik resin polyester BQTN 157-EX
dengan sifat mekanisnya ditunjukkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Sifat mekanis resin polyester BQTN 157 – EX
Sifat mekanis Nilai Satuan
Kekuatan tarik statis (tensile strength) 5,5 Kg/mm
Modulus elastisitas (tensile modulus) 300 Kg/mm
Kekuatan lentur (flexural strength) 9,4 Kg/mm
Modulus lentur (flexural modulus) 300 Kg/mm
elongation 1,6 %
serat alam lebih disukai karena disamping biayanya relatif lebih murah juga
bersifat ramah lingkungan.
b. Pencetakan komposit
Pencetakan komposit dapat dilakukan menggunakan beberapa metode.
Pemilihan metode pencetakan komposit didasarkan dengan kebutuhan.
Metode yang dapat digunakan yaitu:
1) Autoclave
2) Compression Molding
3) Pultrusion
4) Reinforced Reaction Injection Molding (RRIM)
5) Thermoplastic Molding
6) Resin Transfer Molding (RTM)
7) Structural Reaction Injection Molding (SRIM)
c. Post-Curing
Proses post-curing dilakukan terhadap spesimen uji dengan menggunakan
furnace. Post-curing dimaksudkan untuk meningkatkan kekuatan interface
komposit.
24
2.8.1 Spray Up
Resin, katalis, dan filler dicampur di dalam penyemprot lalu kemudian
disemprotkan ke dalam cetakan seperti pada Gambar 2.8.
Pada Penelitian ini digunakan metode pencetakan terbuka jenis hand lay-
up dengan cara manual. Proses ini dilakukan pada suhu ruangan dan dengan
memanfaatkan keterampilan tangan. Serat bahan komposit ditata sedemikian rupa
mengikuti bentuk cetakan atau mandril, kemudian dituangkan resin sebagai
pengikat antara satu lapisan serat dengan lapisan yang lain. Demikian seterusnya,
sehingga sesuai dengan ukuran dan bentuk yang telah ditentukan. Ada dua cara
aplikasi resin yaitu:
a. Manual Resin Application, proses pengaplikasian antara resin dan fiber
dilakukan secara manual dengan tangan.
b. Mechanical Resin Application, proses pengaplikasian antara resin dan fiber
menggunakan bantuan mesin dan berlangsung secara kontinu.
kemampuan rekayasa material komposit maka dilakukan suatu uji kekuatan seperti
uji impact. Pada penelitian ini dilakukan pengujian impact tipe charpy. Pengujian
impact merupakan suatu pengukuran pengujian untuk mengukur keuletan atau
kegetasan bahan terhadap beban tiba-tiba. Karakterisasi material komposit
mencakup karakterisasi sifat fisik, mekanik, atau termal. Karakterisasi sifat
mekanik yang dilakukan salah satunya adalah melalui uji impact.
Material mungkin mempunyai kekuatan tarik tinggi tetapi tidak tahan
dengan beban kejut. Untuk menentukannya perlu diadakan pengujian impact.
Dalam pengujian impact terdiri dari dua teknik pengujian standar yaitu Charpy
dan Izod. Pada pengujian standar Charpy dan Izod seperti pada Gambar 2.12,
dirancang dan masih digunakan untuk mengukur energi impact yang juga dikenal
dengan ketangguhan takik.
Ketahanan impact biasanya diukur dengan metode Charpy atau Izood yang
bertakik maupun tidak bertakik. Pada pengujian ini, beban diayun dari ketinggian
tertentu untuk memukul benda uji, yang kemudian diukur energi yang diserap
oleh perpatahannya. Pengujian impact charpy banyak dipergunakan untuk
menentukan kualitas bahan. Benda uji takikan berbentuk V yang mempunyai
keadaan takikan 2 mm banyak dipakai. Permukaan benda uji
pada impact charpy dan izod dikerjakan halus pada semua permukaan. Harga
pukul takik didapat dengan cara mengukur usaha atau energi yang diserap untuk
28
mematahkan benda uji yang dinyatakan dalam Joule (J) atau kilogram force meter
(kgfm) atau dengan persamaan berikut ini.
………………………………………. (2.1)
………………………………………. (2.2)
Dimana :
W1 = Usaha yang dilakukan (kg m).
G = Berat pendulum (kg).
h1 = Jarak awal antara pendulum dengan benda uji (m).
Λ = Jarak lengan pengayun (m).
cos α = Sudut posisi awal pendulum.
Sedangkan sisa usaha setelah mematahkan benda uji adalah sebagai berikut.
………………………………………. (2.3)
Dimana :
W2 = Sisa usaha setelah mematahkan benda uji (kg m).
G = Berat pendulum (kg).
h2 = Jarak akhir antara pendulum dengan benda uji (m).
λ = Jarak lengan pengayun (m).
cos β = Sudut posisi akhir pendulum.
Besarnya usaha yang diperlukan untuk memukul patah benda uji adalah:
………………………………………. (2.5)
………………………………………. (2.6)
Dimana :
W = Usaha yang diperlukan mematahkan benda uji (Kg m).
W1 = Usaha yang dilakukan (Kg m).
W2 = Sisa usaha setelah mematahkan benda uji (Kg m).
G = Berat pendulum (Kg).
λ = Jarak lengan pengayun (m).
cos α = Sudut posisi awal pendulum.
cos β = Sudut posisi akhir pendulum.
dan besarnya harga impact dapat digunakan persamaan berikut:
………………………………………. (2.7)
30
Dimana :
K = nilai impact (Kg m/mm2)
W = Usaha yang diperlukan mematahkan uji (Kg m)
Ao = Luas penampang dibawah tatikan (mm2)
Keretakan dan patahan pada spesimen akibat uji impact ada tiga bentuk,
yaitu :
1. Patahan getas
Permukaan patahan terlihat rata dan mengkilap, kalau potongan-potongannya
kita sambungkan lagi, ternyata keretakannya tidak disertai dengan
deformasinya bahan. Patahan jenis ini mempunyai harga impact yang rendah.
2. Patahan liat
Permukaan patahan ini tidak rata, nampak seperti buram dan berserat, tipe ini
mempunyai harga impact yang tinggi.
3. Patahan campuran
Patahan yang terjadi merupakan campuran dari patahan getas dan patahan liat.
Patahan ini paling banyak terjadi.
Semakin besar posisi sudut β akan semakin getas, demikian sebaliknya.
Artinya pada material getas, energi untuk mematahkan material cenderung
semakin kecil, demikian sebaliknya (Hartanto, 2009).
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.2 Waktu
Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Februari 2016 sampai dengan
selesai kurang lebih 4 sampai 6 bulan. Perhitungan waktu penelitian ini meliputi
kegiatan ; penyelesaian revisi proposal tugas akhir setelah seminar proposal,
persiapan bahan dan material kerja, pembuatan spesimen dan kegiatan pengujian
serta penyusunan hasil penelitian.
3.2.2 Peralatan
Peralatan digunakan sebagai alat bantu pembuatan papan komposit. Alat-
alat tersebut adalah :
1) Cetakan sesuai ukuran standar spesimen
31
32
2) Sendok takaran
Sendok takaran ini digunakan untuk menakar komposisi campuran bahan
komposit.
3) Kertas aluminium foil
Digunakan untuk pelapis agar tidak lengket saat ditekan dalam cetakan.
Selain menggunakan kertas aluminium foil ini (Gambar 3.2), untuk mudah
melepaskan spesimen dari cetakan juga menggunakan lotion sabun
pencuci yang berguna melicinkan spesimen saat dilepaskan.
4) Timbangan takaran.
Timbangan yang digunakan untuk menakar komposisi campuran bahan
komposit adalah timbangan digital dengan ketelitian 0,001 kg ditunjukkan
pada Gambar 3.3.
70
70 10
MULAI
STUDI
KEPUSTAKAAN
PEMBUATAN
SPESIMEN
Komposit serat dan matrik Komposit serat dan matrik Komposit serat dan matrik
30% : 70% 40% : 60% 50% : 50%
PENGUJIAN IMPACT
HASIL DAN
ANALISA
KESIMPULAN
DAN
REKOMENDASI
SELESAI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Resin
39
40
0
H1 130
140°
Posisi akhir pendulum
Spesimen
H2
Gambar 4.4 Gerak uji impact dengan sudut awal dan sudut akhir
3.2.1 Perhitungan harga impact spesimen komposisi serat 30% : resin 70%
Pengujian impact pada spesimen kelompok komposisi serat 30% dan resin
70% dilakukan sebanyak 5 spesimen. Hasil data uji seperti disebutkan pada Tabel
4.1. maka dapat dihitung untuk nilai harga impact sebagai berikut.
Diketahui (spesimen 1) :
Sudut awal (β1) : 1300
Sudut akhir (β2) : 1150
Panjang lengan : 0,5m
Berat pendulum : 58,8 N
Gaya gravitasi : 9,8 m/s2
Dapat dihitung nilai H1 dan H2 dengan cara simulasi sudut seperti pada Gambar 4.5.
EP2 = m . g . H2
= 58,8 N . 9,8 m/s2 . 0,72 m
= 414,89 Joule.
Energi serap impact adalah :
EP1 – EP2 = 58,8 N . 9,8 m/s2 (0,83 – 0,72)
= 58,8 N . 9,8 m/s2 (0,11)
= 63,386 Joule.
EP1 .EP2
Harga Impact =
A
63,386
=
80
= 0,79 J/mm2.
Perhitungan terhadap spesimen lainnya dicantumkan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil perhitungan harga impact spesimen 30% : 70%
Bahan
Harga
Spesimen A g m H1 H2 EP1 EP2
No Impact
Serat : (mm2) (m/s2) (N) (m) (m) (Joule) (Joule)
(J/mm2)
Resin
1 80 9.8 58.8 0.83 0.72 478.279 414.893 0.79
2 80 9.8 58.8 0.83 0.79 478.279 455.230 0.29
3 30% : 70% 80 9.8 58.8 0.83 0.697 478.279 401.639 0.96
4 80 9.8 58.8 0.83 0.744 478.279 428.723 0.62
5 80 9.8 58.8 0.83 0.76 478.279 437.942 0.50
Rata-rata 0.74 427.69 0.63
3.2.2 Perhitungan harga impact spesimen komposisi serat 40% : resin 60%
Selanjutnya pengujian impact pada spesimen kelompok komposisi serat
40% dan resin 60% dilakukan sebanyak 5 spesimen. Hasil data uji seperti
disebutkan pada Tabel 4.1. maka dapat dihitung untuk nilai harga impact sebagai
berikut.
Diketahui (spesimen 1) :
Sudut awal (β1) : 1300
Sudut akhir (β2) : 1200
Panjang lengan : 0,5 m
45
Berdasarkan Gambar 4.6, maka diketahui nilai H1 adalah 0,83 m dan nilai H2
adalah 0,76 m. maka dapat dihitung nilai Energi potensial (EP1) dan Ep2.
EP1 = m . g . H1
= 58,8 N . 9,8 m/s2 . 0,83 m
= 478,28 Joule.
EP2 = m . g . H2
= 58,8 N . 9,8 m/s2 . 0,76 m
= 437,94 Joule.
Energi serap impact adalah :
EP1 – EP2 = 58,8 N . 9,8 m/s2 (0,83 – 0,76)
= 58,8 N . 9,8 m/s2 (0,07)
= 40,337 Joule.
46
EP1 .EP2
Harga Impact =
A
40,337
=
80
= 0,5 J/mm2.
Perhitungan terhadap spesimen lainnya dicantumkan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil perhitungan harga impact
Bahan Harga
A g H1 H2 EP1 EP2
No Spesimen m (N) Impact
(mm2) (m/s2) (m) (m) (Joule) (Joule)
Serat : resin (J/mm2)
1 80 9.8 58.8 0.83 0.76 478.279 437.942 0.50
2 80 9.8 58.8 0.83 0.797 478.279 459.263 0.24
3 40% : 60% 80 9.8 58.8 0.83 0.79 478.279 455.230 0.29
4 80 9.8 58.8 0.83 0.762 478.279 439.095 0.49
5 80 9.8 58.8 0.83 0.737 478.279 424.689 0.67
Rata-rata 0.77 443.24 0.44
3.2.3 Perhitungan harga impact spesimen komposisi serat 50% : resin 50%
Kemudian pengujian impact pada spesimen kelompok komposisi serat
50% dan resin 50% dilakukan sebanyak 5 spesimen. Hasil data uji seperti
disebutkan pada Tabel 4.1. maka dapat dihitung untuk nilai harga impact sebagai
berikut.
Diketahui (spesimen 1) :
Sudut awal (β1) : 1300
Sudut akhir (β2) : 1200
Panjang lengan : 0,5 m
Berat pendulum : 58,8 N
Gaya gravitasi : 9,8 m/s2
Dapat dihitung nilai H1 dan H2 dengan cara simulasi sudut seperti pada Gambar 4.7.
47
Berdasarkan Gambar 4.7, maka diketahui nilai H1 adalah 0,83 m dan nilai H2
adalah 0,76 m. maka dapat dihitung nilai Energi potensial (EP1) dan Ep2.
EP1 = m . g . H1
= 58,8 N . 9,8 m/s2 . 0,83 m
= 478,28 Joule.
EP2 = m . g . H2
= 58,8 N . 9,8 m/s2 . 0,76 m
= 437,94 Joule.
Energi serap impact adalah :
EP1 – EP2 = 58,8 N . 9,8 m/s2 (0,83 – 0,76)
= 58,8 N . 9,8 m/s2 (0,07)
= 40,337 Joule.
EP1 .EP2
Harga Impact =
A
40,337
=
80
= 0,5 J/mm2.
48
J/mm2
4.2 Pembahasan
Berdasarkan keterangan grafik Gambar 4.8 dapat dijelaskan jika spesimen
dengan komposisi serat 30% berbanding resin 70% diperoleh nilai uji rata-rata
0,63 J/mm2 lebih kokoh dalam menerima beban impact dibandingkan dua
49
kelompok spesimen dengan komposisi serat 40% berbanding resin 60% dengan
nilai rata-rata hasil impact 0,44 J/mm2 dan komposisi serat 50% berbanding resin
50% dengan nilai rata-rata kekuatan impact 0,27 J/mm2.
Hal ini disebabkan kerapatan resin dalam menutup serat pandan duri lebih
baik dengan terhindarinya terjadinya void (rongga udara) yang terjadi dicelah-
celah serat yang disusun. Dibandingkan dengan kelompok dengan susunan serat
lebih banyak (40% dan 50%) dapat menyebabkan susunan resin menjadi tidak
merata dan mengikat serat-serat serta menimbulkan celah void yang menyebabkan
kekuatan impact menjadi tidak maksimal kekuatannya. Besar atau kecilnya energi
impact yang diperlukan untuk mematahkan specimen berkorelasi positif terhadap
besar atau kecilnya kekuatan impact material komposit. Hal ini berarti bahwa
semakin besar energi impact maka kekuatan impactnya juga semakin besar
demikian juga sebaliknya.
Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap sejumlah spesimen dengan
komposisi serat dan resin diperkuat katalis kemudian dilakukan penyusunan
orientasi serat searah dengan dua layer menghasilkan suatu bahan komposit
dengan perbandingan ideal antara matrik dan penguat yaitu 30% penguat dan 70%
matrik. Ideal dalam hal ini menunjukkan bahwa penguat dapat terbasahi secara
merata oleh matrik, sehingga terbentuk interface yang kuat. Material ini dapat
digunakan aplikasinya sebagai material lunak dengan beban rendah, seperti
dinding perkakas furniture dan sejenisnya.
50
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
Setelah tahapan penelitian dan pengujian dilakukan, maka maka
disimpulkan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut.
1. Dapat diketahui jika materi serat pandan duri memiliki kekuatan fisik yang
baik menjadi bahan filler komposit dengan pencampuran matrik resin
polyeter BQTN 157 EX, dimana kemampuan fisiknya divariasikan melalui
komposisi pencampuran serat pandan duri dengan susunan searah (long
fiber composites) 30% sampai 50% berdasarkan fraksi berat dibandingkan
dengan pencampuran matrik resin polyester BQTN 157 EX 50% sampai
70%.
2. Berdasarkan hasil pengujian kekuatan impact bahwa nilai kekuatan materi
komposit serat pandan duri dengan matrik resin polyester dapat
ditingkatkan kekuatannya dari variasi komposisi pencampuran. Hasil
pengujian diperoleh jika pencampuran serat dan resin polyester BQTN 157
EX berimbang (50%:50%) diperoleh nilai kekuatan rata-rata 0,27 J/mm2
dan dapat ditingkatkan nilai kekuatannya menjadi rata-rata 0,44 J/mm2 jika
pencampuran serat 40% dan resin 60%, selanjutnya kemampuan impact
dapat dimaksimalkan dengan komposisi yang lebih ideal yaitu serat
pandan duri 30% dan resin 70% diperoleh nilai kekuatan impact rata-rata
0,63 J/mm2.
3. Meninjau potensi yang dimiliki Kabupaten Aceh Utara terutama
ketersediaan serat daun pandan, menunjukkan tingginya prospek untuk
pemanfaatan serat daun pandan sebagai komponen komposit. Pemanfaatan
serat daun pandan akan meningkatkan nilai fungsi dari serat dan
penggunaan bahan serat alam lebih disukai karena disamping biayanya
relatif lebih murah juga bersifat ramah lingkungan.
50
51
1.2 Saran
Saran yang akan diberikan pada penelitian ini dan untuk penelitian
selanjutnya adalah :
1. Kesediaan alat uji bahan yang minim pada laboratorium Teknik Mesin
Universitas Malikussaleh turut menghambat dan menjadi kendala tidak
maksimalnya suatu penelitian.
2. Agar kedepan mahasiswa dapat mengambil penelitian yang relevan dengan
kesediaan alat uji pada laboratorium kampus.
3. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan melakukan susunan orientasi serat
berbentuk anyaman dan jumlah layer yang lebih padat lagi.
52
DAFTAR PUSTAKA
- Bernins Michael L.,1991 Spi Plastic Engineering, Hand Book The Society of
Plastics Industry Inc, New York
- http://m-amin.com/2011/10/25/daftar-nama-serat-dan-matrik-untuk-bahan-
komposit/
- K.A. Kaw, 1997, Mechanics of Composite Materials, Boca Rato CRC Press
- Lui Hartanto, 2009, Studi Perlakuan Alkali dan Fraksi Volume Serat terhadap
Kekuatan Bending, Tarik, dan Impact Kompoit Berpenguat Serat Rami
Bermatriks Polyester BQTN 157, Skripsi Teknik Universitas Muhammadyah
Surakarta