Disusun oleh :
Rico Pratama ( 452017014 )
Jurusan : Kehutanan
Fakultas : Pertanian
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulisan Makalah pada Mata Kuliah pengolaan
Dasar-Dasar pengelolaan hasil hutan yang berjudul ” Papan Partikel” dapat diselesaikan
dengan baik. Shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa umatnya dari alam jahiliyah kepada puncak ilmu pengetahuan.
Penulis mengharapkan kritik, saran, yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada beberapa definisi papan partikel yang dirumuskan para ahli. Menurut Sudi (1990)
dalam Sudarsono et al. (2010), papan partikel adalah istilah umum untuk panel yang dibuat
(biasanya kayu), terutama dalam bentuk potongan-potongan kecil atau partikel dicampur
dengan perekat sintetis atau perekat lain yang sesuai dan direkat bersama-sama di bawah
tekanan dan pres di dalam suatu alat pres panas melalui suatu proses dimana terjadi ikatan
antara partikel dan perekat yang ditambahkan.
Papan partikel adalah papan tiruan yang terbuat dari partikel-partikel kayu maupun dari
bahan berlignoselulosa lainnya. Damanalu (1982) dalam Sudarsono et al. (2010),
mendefinisikan papan partikel sebagai papan buatan yang terbuat dari serpihan kayu dengan
perekat sintetis kemudian dipress hingga memiliki sifat seperti kayu, massif, tahan api dan
merupakan bahan isolator dan bahan akustik yang baik.
Sementara menurut Maloney (1993) papan partikel adalah istilah umum untuk panel
yang dibuat dari bahan-bahan berlignoselulosa (biasanya bersumber dari kayu). Bahan
tersebut dibuat dalam bentuk potongan-potongan diskrit atau partikel.
Berbeda dengan pembuatan papan serat, pada pembuatan papan partikel ditambahkan
suatu resin sintetik atau bahan lain yang cocok sebagai binder dan akan terikat bersama-sama
pada suhu dan tekanan dalam suatu hot press melalui suatu proses pembentukan ikatan antar
partikel dengan penambahan binder. Untuk meningkatkan sifat-sifat tertentu dari papan
partikel, maka dalam proses pembuatannya dapat ditambahkan pula dengan bahan-bahan lain.
Berdasarkan tekanan yang digunakan pada proses pembuatannya, papan partikel
dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu: (1) Flat-platen-pressed yaitu proses pembuatan papan
partikel dengan tekanan diarahkan tegak lurus pada permukaan bahan, (2) extruded yaitu
proses pembuatan papan partikel dengan tekanan diarahkan secara paralel pada permukaan
bahan.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Papan partikel merupakan salah satu jenis produk komposit atau panil kayu yang
terbuat dari partikel-partikel kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya, yang diikat
menggunakan perekat sintesis atau bahan pengikat lain dan dikempa panas (Putra, 2011).
Sifat bahan baku kayu sangat berpengaruh terhadap sifat papan partikelnya. Sifat kayu
tersebut antara lain jenis dan kerapatan kayu, penggunaan kulit kayu, bentuk dan ukuran
bahan baku, penggunaan kulit kayu, tipe, ukuran dan geometri partikel kayu, kadar air kayu,
dan kandungan ekstraktifnya. Papan partikel mempunyai beberapa kelebihan dibanding kayu
asalnya yaitu papan partikel bebas dari mata kayu, pecah dan retak, ukuran dan kerapatan
papan partikel dapat disesuaikan dengan kebutuhan, tebal dan kerapatannya seragam dan
mudah dikerjakan, mempunyai sifat isotropis, sifat dan kualitasnya dapat diatur. Kelemahan
papan partikel adalah stabilitas dimensinya yang rendah (Bowyer et al, 2003).
Papan partikel adalah papan buatan yang terbuat dari serpihan kayu dengan bantuan
perekat sintetis kemudian mengalami kempa panas sehingga memiliki sifat seperti kayu,
tahan api dan merupakan bahan isolasi serta bahan akustik yang baik (Dumanauw, 2003).
Menurut Badan Standar Nasional (2002) papan partikel adalah produk kayu yang dihasilkan
dari pengempaan panas antara campuran partikel kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya
dengan perekat organik serta bahan perekat lainnya yang dibuat dengan cara pengempaan
mendatar dengan dua lempeng datar.
Menurut Haygreen dan Bowyer (2006), tipe partikel yang digunakan untuk bahan baku
pembuatan papan partikel adalah :
1. Pasahan (shaving), partikel kayu kecil berdimensi tidak menentu yang dihasilkan
apabila mengetam lebar atau mengetam sisi ketebalan kayu.
2. Serpih (flake), partikel kecil dengan dimensi yang telah ditentukan sebelumnya yang
dihasilkan dalam peralatan yang dikhususkan.
3. Biskit (wafer), serupa serpih dalam bentuknya tetapi lebih besar. Biasanya lebih dari
0,025 inci tebalnya dan lebih dari 1 inci panjangnya.
4. Tatal (chips), sekeping kayu yang dipotong dari suatu blok dengan pisau yang besar
atau pemukul, seperti dengan mesin pembuat tatal kayu pulp.
5. Serbuk gergaji (sawdust), berupa serpih yang dihasilkan oleh pemotongan dengan
gergaji.
6. Untaian (strand), pasahan panjang, tetapi pipih dengan permukaan yang sejajar.
7. Kerat (silver), hampir persegi potongan melintangnya dengan panjang paling sedikit 4
kali ketebalannya.
8. Wol kayu (excelsior), keratin yang panjang, berombak, ramping juga digunakan
sebagai kasuran pada pengepakan.
C. Jenis Papan Partikel
Menurut Sutigno (2004) ada beberapa macam papan partikel yang dibedakan berdasarkan :
1. Bentuk
Papan partikel pada umumnya berbentuk datar dengan ukuran relatif panjang tipis
sehingga disebut panel. Ada beberapa papan partikel yang tidak datar (papan partikel
lengkung) dan mempunyai bentuk tertentu tergantung pada cetakan yang dipakai seperti
bentuk kotak radio.
2. Pengempaan
Cara pengempaan dapat secara mendatar atau secara ekstrusi. Cara mendatar ada yang
kontinyu dan tidak kontinyu. Cara kontinyu berlangsung melalui ban baja yang menekan
pada saat bergerak memutar. Cara tidak kontinyu pengempaan berlangsung pada lempeng
yang bergerak vertikal dan banyaknya celah dapat satu atau lebih. Pada cara ekstrusi,
pengempaan berlangsung kontinyudiantara dua lempeng statis. Penekanan dilakukan oleh
semacam piston yang bergerak vertikal dan horizontal.
3. Kerapatan
Ada tiga kelompok kerapatan papan partikel, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Terdapat
perbedaan batas antara setiap kelompok tersebut, tergantung pada standar yang digunakan.
Pada prinsipnya sama seperti kerapatan, pembagian berdasarkan kekuatan pun ada yang
rendah, sedang dan tinggi. Terdapat perbedaan batas antara setiap macam (tipe) tersebut,
tergantung pada standar yang digunakan. Ada standar yang menambahkan persyaratan
beberapa sifat fisis.
5. Macam perekat
Macam perekat yang dipakai mempengaruhi ketahanan papan partikel terhadap pengaruh
kelembaban, yang selanjutnya menentukan penggunaannya. Ada standar yang membedakan
berdasarkan sifat perekatnya, yaitu interior dan eksterior. Ada standar yang memakai
penggolongan berdasarkam macam perekat, yaitu Tipe U (urea formaldehyde atau yang
setara), Tipe M (melamin urea formaldehyde atau yang setara) dan tipe P (phenol
formaldehyde atau yang setara).
6. Susunan partikel
Pada saat membuat partikel dapat dibedakan berdasarkan ukurannya, yaitu halus dan
kasar. Pada saat membuat papan partikel kedua macam partikel tersebut dapat disusun tiga
macam sehingga menghasilkan papan partikel yang berbedayaitu papan partikel homogeny
(berlapis tunggal), papan partikel berlapis tiga dan papan partikel berlapis bertingkat.
7. Arah partikel
Pada saat membuat hamparan, penaburan partikel (yang sudah dicampur dengan perekat)
dapat dilakukan secara acak (arah serat partikel tidak teratur) atau arah serat diatur, misalnya
sejajar atau bersilangan tegak lurus. Untuk yang disebutkan terakhir dipakai partikel yang
relatif panjang, biasanya berbentuk untai (strand) sehingga disebut papan untai terarah
(oriented strand board atau OSB).
8. Penggunaan
Berdasarkan penggunaan yang berhubungan dengan beban, papan partikel dibedakan menjadi
papan partikel penggunaan umum dan papan partikel struktural (memerlukan kekuatan yang
lebih tinggi). Untuk membuat mebel, pengikat dinding dipakai papan partikel penggunaan
umum. Untuk membuat komposisi dinding, peti kemas dipakai papan partikel struktural.
9. Pengolahan
Ada dua macam papan partikel berdasarkan tingkat pengolahannya, yaitu pengolahan primer
dan pengolahan sekunder. Papan partikel pengolahan primer adalah papan partikel yang
dibuat melalui pembuatan partikel, pembentukan hamparan dan pengempaan yang
menghasilkan papan partikel. Papan partikel pengolahan sekunder adalah pengolahan
lanjutan dari papan partikel pengolahan primer misalnya dilapisi vinir indah, dilapisi kertas
aneka corak.
Pengawetan dengan cara tersebut dapat dilakukan dengan alat sederhana. Cairan
bahan pengawet larut organik atau berupa minyak dengan kekentalan rendah lazim digunakan
dalam pengawetan kayu kering yang sudah siap pakai atau sudah terpasang. Pada kayu yang
sudah terpasang pelaburan dapat diulangi secara periodik setiap 2 – 3 tahun. Bahan pengawet
yang masuk ke dalam kayu sangat tipis. Penembusan akan lebih dalam apabila terdapat retak.
Cara tersebut hanya dipakai untuk maksud terbatas, yaitu membunuh serangga atau perusak
yang belum banyak pada kayu yang sudah terpasang (represif). Selain pada kayu, juga dapat
dilakukan pada kayu lapis, bambu dan produknya.
2. Pencelupan
Pengawetan kayu dengan cara pencelupan, hasilnya akan lebih baik dibandingkan
dengan cara pelaburan atau penyemprotan karena bahan pengawet akan mengenai seluruh
permukaan. Lama waktu pencelupan dapat disesuaikan dengan kebutuhan atau standar.
Biasanya waktu pencelupan dalam larutan pengawet pelarut organik atau minyak lebih
singkat, yaitu kurang dari satu jam, sementara apabila digunakan bahan pengawet pelarut air
lebih lama. Kelemahan cara tersebut adalah penembusan dan retensi yang diharapkan tidak
memuaskan. Karena hanya melapisi permukaan kayu sangat tipis, tidak berbeda dengan cara
penyemprotan dan pelaburan. Cara tersebut dipraktekkan pada pengawetan bambu dan
industri kayu lapis dalam mengawetkan venir serta di industri penggergajian untuk mencegah
jamur biru.
3. Rendaman panas-dingin
Metode rendaman panas-dingin merupakan salah satu proses sederhana untuk mengawetkan
kayu kering dan setengah kering yang umum digunakan sebagai
bahan konstruksi rumah dan gedung (Anonim, 1999). Dalam cara ini kayu direndam
dalam bak pengawetan yang terbuat dari logam, kemudian larutan bersama isinya
dipanaskan selama beberapa jam dan dibiarkan tetap terendam sampai larutan dingin. Cara
lain dilakukan, kayu berserta larutan dipanaskan beberapa jam, kemudian kayu diangkat dan
dimasukkan ke dalam bak lain yang bersi larutan dingin. Suhu pemanasan berkisar 70°C atau
80 – 95°C apabila kreosot yang digunakan
4. Perendaman dingin
Metode rendaman dingin merupakan salah satu proses sederhana untuk mengawetkan
kayu kering dan setengah kering yang umum digunakan sebagai bahan konstruksi rumah dan
gedung (Anonim, 1999). Bak pengawetannya dapat dibuat dari besi, kayu atau beton
bergantung kepada keperluan. Dalam cara ini kayu direndam dalam bak pengawetan dan
dibiarkan tetap terendam. Lama waktu perendaman bergantung kepada jenis kayu dan ukuran
tebal sortimen atau perendaman dihentikan apabila berat contoh uji sebelum dan semudah
diawetkan menunjukkan nilai retensi yang dikehendaki. Cara tersebut sangat cocok untuk
mengawetkan kayu yang memiliki kelas keterawetan mudah dan sedikit sukar diawetkan
dengan cara tekanan.
5. Vakum – tekan
Salah satu keistimewaan dari proses ini adalah waktu pengawetan relatif cepat dan
jalannya dapat dikendalikan sehingga retensi dan penembusan bahan pengawet dapat
disesuaikan dengan komoditas dan tujuan akhir penggunaan kayu. Pengawetan dilakukan
dalam tabung tertutup dengan tekanan tinggi yaitu yaitu antara 800 kPa- 1400 kPa. Banyak
variasi dalam proses tekanan, tetapi prinsip kerjanya sama dan secara garis besar dibagi atas
dua golongan yaitu proses sel penuh (full cell process) dan sel kosong (empty cell process)
Proses sel penuh digunakan apabila menginginkan absorbsi larutan dalam kayu maksimum.
Sedangkan proses sel kosong diperlukan apabila apabila tujuannya untuk memperoleh
penembusan sedalam-dalamnya dengan retensi yang minimum, menggunakan bahan
pengawet creosote dan pelarut minyak. Dalam proses tekanan, kayu yang akan diawetkan
disyaratkan harus dalam keadaan kering atau kadar air maksimum 30%. Akan tetapi bagi
kayu yang rentan terhadap jamur biru dan kumbang ambrosia dapat dilakukan dalam keadaan
segar atau basah dengan proses tekanan berganti (Alternating Pressure Method) atau vakum-
tekan berganti (Oscillating Pressure Method).
Nuryawan et al (2005) menyatakan bahwa proses pembuatan papan partikel terdiri atas
tahap-tahap seperti :
2. Pengeringan
3. Refining
5. Perekatan
7. Pengempaan (pressing)
8. Pengkondisian (conditioning)
9. Finishing
F. Mutu Papan Partikel
Sutigno (2004) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi mutu papan partikel,
yaitu :
3. Jenis kayu
Jenis kayu (misalnya meranti kuning) yang kalau dibuat papan partikel emisi
formaldehidanya lebih tinggi dari jenis lain (misalnya meranti merah). Masih diperdebatkan
apakah karena pengaruh warna atau pengaruh zat ekstraktif atau pengaruh keduanya.
5. Ukuran partikel
Papan partikel yang dibuat dari tatal akan lebih baik daripada yang dibuat dari serbuk
karena ukuran tatal lebih besar daripada serbuk. Karena itu, papan partikel struktural dibuat
dari partikel yang relatif panjang dan relatif lebar.
6. Kulit kayu
Makin banyak kulit kayu dalam partikel kayu sifat papan partikelnya makin kurang
baik karena kulit kayu akan mengganggu proses perekatan antar partikel. Banyaknya kulit
kayu maksimum 10%.
7. Perekat
Jenis perekat yang dipakai mempengaruhi sifat papan partikel. Penggunaan perekat
eksterior akan menghasilkan papan partikel eksterior sedangkan pemakaian perekat interior
akan menghasilkan papan partikel interior. Walaupun demikian, masih mungkin terjadi
penyimpangan, misalnya karena ada perbedaan komposisi perekat dan terdapat banyak sifat
papan partikel
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Papan partikel merupakan salah satu jenis produk komposit atau panil kayu yang
terbuat dari partikel-partikel kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya, yang diikat
menggunakan perekat sintesis atau bahan pengikat lain dan dikempa panas Sifat bahan baku
kayu sangat berpengaruh terhadap sifat papan partikelnya. Sifat kayu tersebut antara lain
jenis dan kerapatan kayu, penggunaan kulit kayu, bentuk dan ukuran bahan baku,
penggunaan kulit kayu, tipe, ukuran dan geometri partikel kayu, kadar air kayu, dan
kandungan ekstraktifnya. Bahan baku dari partikel board adalah Pasahan (shaving), Serpih
(flake), Biskit (wafer), Tatal (chips), Serbuk gergaji (sawdust), Untaian (strand), Kerat
(silver) dan Wol kayu (excelsior). Jenis partikel board dapat dibedakan berdasarkan bentuk,
pengempaan, kerapatan, kekuatan (Sifat Mekanis), macam perekat, susunan partikel, arah
partikel, penggunaan dan pengolahan. Pengawetan partikel board dpat dilakukan dengan
cara pelaburan, pemulasan dan penyemprotan, pencelupan, rendaman panas-dingin,
perendaman dingin dan vakum – tekan. Faktor – faktor yang mempengaruhi mutu partikel
board adalah berat jenis kayu, zat ekstraktif kayu, jenis kayu, campuran jenis kayu, ukuran
partikel, kulit kayu dan perekat
Kayu, bambu dan produknya lama-kelamaan akan rusak, terutama disebabkan oleh
organisme perusak kayu (OPK), seperti: bakteri, jamur, dan serangga. Pencegahan OPK
dapat dilakukan dengan proses pengawetan, yaitu memasukkan bahan kimia beracun ke
dalam kayu. Keberhasilan pengawetan selain ditentukan oleh sifat efikasi bahan pengawet
juga bergantung pada sifat keterawetan kayu yang dicirikan oleh jenis kayu itu sendiri,
keadaan kayu pada saat diawetkan, teknik dan bahan pengawet yang digunakan. Untuk dapat
menjamin mutu hasil pengawetan yang baik diperlukan sistem pengawasan yang ketat. Guna
keperluan pengawasan diperlukan ada spesifikasi atau standar yang memuat syarat dan proses
pengawetan untuk berbagai jenis komoditas sebagai pedoman.
DAFTAR PUSTAKA
Barly, 2009, Standardisasi Pengawetan Kayu dan Bambu Serta Produknya. Prosiding
PPI Standardisasi. Jakarta.