DISUSUN OLEH
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2019
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diterima sebagai salah satu syarat untuk melakukan kegiatan PKL.Laporan
kegiatan ini telah diperiksa dan disetujui oleh dosen pembimbing.
Menyetujui:
PantiaPKL, PembimbingPKL,
(Ketua)
Dr. Sitti Latifah, S.Hut, M.Sc.F Dr. Sitti Latifah, S.Hut, M.Sc.F
NIP.19720923 199512 2 000 1 NIP.19720923 199512 2 000 1
Mengetahui:
Tanggal Pengesahan:
1
BAB I. PENDAHULUAN
1.4 Output
Kegiatan Keluaran atau hasil yang akan diperoleh dengan terlaksananya
kegiatan ini adalah laporan hasil kegiatan PKL, baner dan film dokumenter dari
setiap kelompok mahasiswa, serta artikel Ilmiah yang merupakan tugas individu.
4
f. Sapatu lars atau sepatu jungle boot digunakan untuk mencegah lecet
atau luka pada jari, telaak kaki, hingga betis akibat tertimpa benda
keras, tertusuk serpihan kayu, duri, kunus dan gigitan binatang berbisa
(ular, kalajengking) dan sebagainnya.
Disarankan untuk tenaga tebang (mandor dan blandong tebang) sebaiknya
mengenakan celana panjang yang terbuat dari bahan jins atau kain tebal dan
mengenakan baju lengan panjang pada saat emlaksanakan tebangan (Mawardana,
2013).Menurut Soepomo (1985 cit. Ratih & Bambang, 2017) “Kesehatan Kerja
digambarkan sebagai bentuk usaha-usaha dan aturan-aturan untuk menjaga tenaga
kerja/karyawan dari kejadian atau keadaan yang bersifat merugikan kesehatan saat
buruh/karyawan tesebut melakukan pekerjaan dalam suatu hubungan kerja”. Ratih
& Bambang (2017) menyebutkan bahwa Kesehatan kerja adalah merupakan usaha
yang diterapkan sebuah aturan-aturan untuk menjaga kondisi karyawan/tenaga
kerja dari kejadian atau keadaan yang dapat merugikan kesehatan
buruh/karyawan, baik keadaan yang sehat fisik atau sosial sehingga akan didapat
kemungkinan bekerja lebih optimal dan produktf.
Dilihat dari faktor penyebab kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, faktor
alam tampaknya hanya memegang peranan kecil, sedangkan faktor manusia
menyebabkan hampir 100% dari kejadian kebakaran hutan dan lahan, baik
sengaja maaupun tidak disengaja, contohnya api digunakan dalam
pembukaan lahan.
Kebakaran hutan dan lahan 1997/1998 merupakan malapetaka yang
sangat hebat, sampai pemerintah Indonesia menyatakan sebagai Bencana
Nasional.Kebakaran hutan dan lahan saat ini telah menjadi salah satu bentuk
gangguan terhadap pengelolaan hutan dan lahan.Akibat negatif yang
ditimbulkan cukup besar misalnya kerusakan ekologis, menurunnya estetika,
merosotnya nilai ekonomi hutan dan produktifitas tanah, perubahan iklim
mikro maupun global, menurunkan keanekaragaman sumberdaya alam
hayati dan ekosistemnya yang merupakan sumber plasma nutfah yang tak
ternilai. Kebakaran hutan merupakan masalah yang krusial dan perlu
penanganan yang sungguh-sungguh, karena kebakaran ini disamping
menyebabkan terjadinya gangguan lingkungan hidup dari asap yang timbul
juga berakibat hilangnya potensi hutan dan penurunan keanekaragaman
hayati. Oleh sebab itu perlu dilakukan suatu strategi pengendalian kebakaran
hutan yang efektif dan efisien.Kegiatan pengendalian kebakaran hutan
merupakan semua aktivitas untuk melindungi hutan dari kebakaran
liar.Aktivitas tersebut mencakup kegiatan pencegahan, pra-pemadaman dan
pemadaman kebakaran hutan (Zulkifli, 2017).
2.4.3 Pengendalian Perladangan Berpindah
Perladangan berpindah (shifting cultivation) merupakan suatu sistem
pertanian lahan kering, umumnya di daerah tropis yang dilakukan
berdasarkan pengalaman masyarakat secara turun temurun dalam mengolah
lahan.Berbagai penelitian menghasilkan pandangan negatif dan positif
tentang perladangan berpindah.Pandangan negatif menyebutkan perladangan
berpindah menyebabkan penggundulan hutan dan erosi tanah. Pernyataan
lain yang terekspose bahwa kebakaran hutan di berbagai daerah disebabkan
adanya sistem perladangan berpindah ( Yuminartiet al, 2018).
11
ini dikeluarkan pertama kali pada tahun 1948 dan merupakan panduan
paling berpengaruh mengenai status keanekaragaman hayati. Tujuan
IUCN adalah untuk memperingatkan betapa pentingnnya masalah
konservasi kepada publik dan pembuat kebijakan untuk memperbaiki
status kelangkaan suatu spesies (Aristides et al, 2016).
pengemasan. Dalam hal mengambil contoh pasca panen dari Saninten atau
Castanopsis argentea, Yang dimana menurut Muhammad Imam Surya et
al (2017) pasca panen yang dilakukan adalah dengan melakukan metode
sterilisasi, terdiri atas persentase hidup, awal berkecambah, muncul akar,
tunas dan kalus dari eksplan biji dan tunas. Hasil penelitian awal untuk
tahap inisiasi jenis saninten tidak tampak signifikan pada parameter
pertumbuhan akar, kalus dan tunas. Hal ini dikarenakan pada penelitian ini
belum dilakukan proses subkultur. Hutami dan Purnamaningsih (2003, cit
Muhammad Imam Surya et al 2017) menyatakan beberapa faktor yang
berpengaruh dari satu eksplan pada kultur jaringan sangat ditentukan oleh
media kultur, jenis tanaman dan frekuensi subkultur. Persentase hidup
didasarkan pada jumlah eksplan saninten yang tidak mengalami kematian
pada umur 8 minggu setelah ditanam.
2.7.6 Pemasaran HHBK
Pemasaran merupakan proses aliran produk atau jasa dari produsen
ke konsumenmelalui lembaga-lembaga pemasaran. Sistempemasaran yang
efisien adalah sistempemasaran yang mampu menyampaikan hasilhasildari
produsen ke konsumen dengan biayayang semurah-murahnya dan mampu
mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang harus
dibayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang terlibat dalam
produksi dan pemasaran suatu produk Mubyarto (1998, cit Juang Rata
Matangaran& Lana Puspitasari, 2012).Fungsi fungsi pemasaran yang
dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pemasaran menurut Sudiyono (2001,
cit Juang Rata Matangaran& Lana Puspitasari, 2012).Pada prinsipnya
digolongkan ke dalam tiga tipe fungsi pemasaran sebagai berikut: 1).
Fungsi pertukaran, adalah kegiatan memperlancar perpindahan hak milik
dari barang atau jasa yang dipasarkan. Fungsi ini terdiri dari dua fungsi
yaitu fungsi pembelian dan fungsi penjualan; 2).Fungsi fisik, adalah semua
tindakan yang langsung berhubungan dengan barang dan jasa sehingga
menimbulkan kegunaan tempat, bentuk, dan waktu.Fungsifisik meliputi
fungsi penyimpanan, fungsi pengolahan, dan fungsi pengangkutan;
18
melalui anak sungai ke sungai utama, sehingga DAS terbagi habis di dalam
Sub-sub DAS (Menurut UU Nomor 7 Tahun2004).
2.9.3 Rehabilitasi Lahan
Syahrizal(2015 cit. Ruhimat, 2004) menyatakan bahwa masyarakat
Indonesia sesungguhnya sudah sejak lama mengenal program Konservasi
dan Rehabilitasi Lahan seperti program penghijauan, penanaman sejuta
hektar, rehabilitasi lahan kritis, reboisasi dan Agroforestry. Syahrizal(2015
cit. Zain (1998) menyatakan rehabilitasi lahan adalah upaya memulihkan
lahan dengan melakukan penanaman pohon dan konservasi tanah.
2.9.4 Konservasi
Kata “konservasi“ mengandung makna pengawetan atau usaha
menuju kearah perbaikan. Menurut Dephut (1985 dan 1990), konservasi
berarti upaya pengelolaan sumber daya alam secara bijaksana dengan
berpedoman pada azas kelestarian. Berdasarkan Surat Keputusan Bersama
Menteri Dalam Negeri, Menteri Kehutanan dan Menteri Pekerjaan Umum
No.19/1984, No. 059/Kpts-II/84 dan No.124/Kpts/84, Konservasi tanah
adalah upaya untuk mempertahankan atau memperbaiki daya guna lahan
termasuk kesuburan tanah dengan cara pembuatan bangunan teknik sipil
disamping tanaman (vegetatif), agar tidak terjadi kerusakan tanah dan
kemunduran daya guna dan produktifitas lahan.
22
3.3 Kelembagaan
KPH Saradan terdiri dari 3 Sub Kesatuan Pemangkuan Hutan(SKPH), 12
Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) dan 34 ResortPemangkuan Hutan
(RPH).Berikut Adalah pembagian dan luas masing-masing kawasan
Sub KPH Saradan Barat :
1. BKPH Bringin : 2.054,00. Ha
2. BKPH Rejuno : 2.757,40. Ha
24
KEGIATAN
NO ASPEK LOKASI
DIRENCANAKAN WAKTU TERLAKSANA WAKTU
Keselamatan
Pengelolaan Jati Ketok Utra
dan Pengamatan
1 keselamatan dan 2 hari 2 hari dan Waduk
Kesehatan Penggunaan alat K3
kesehatan kerja Bening
Kerja
Penataan dan
Penyampaian Materi
pengorganisasian
Risalah/Inventarisasi
kawasan hutan
Penyampaian materi
Inventarisasi hutan penyusunan RPKH
Perencanaan dan RTT
2 Penghitung etat, uji 5 Hari 1 Hari Kantor PHW II
Hutan
jangka waktu Penyampaian materi
penebangan dan pengukuran dan
pembuatan bagan pemetaan
tebang
Rencana pengaturan
kelestarian hutan
(RPKH)
27
Perencanaan atau
Pengadaan Benih
persiapan lapangan
Sistem pembuatan
Pengadaan Benih
Tanaman Lokasi
Produktivitas Teknik penanaman
Pembuatan Persamaian di
3 Hutan/Pembi 6 Hari dan Pengaturan Pola 7 Hari
persemaian BKPH
naan Hutan Tanam Wilangan Utara
Sistem Pembuatan
Tanaman
Teknik Penanaman
dan pengaturan Pola
Tanam
Pengendalian Pengendalian
Kebakaran Kebakaran
Pengendalian BKPH
Perlindungan Pencegahan
perladangan Wilangan Utara
4 dan 5 Hari Pencurian Kayu 1 Hari
berpindah (Petak 34 dan
Pengamanan
pencegahan 33)
perambahan hutan
pencegahan
pengembalaan hutan
pencegahan
pencurian kayu
Inventarisasi jenis-
jenis kawasan
lindungan dan Studi Literatur(Buku
upaya penetapan, Diktat Perhutani)
pelestarian dan Materi Konservasi
pengendalian
pemanfaatannya
Konservasi
5 sumber daya inventarisasi 3 Hari Pengamatan Ke 2 Hari Padjaran
hutan keanekaragaman Tempat Hutan
hayati Lindung di Padjaran
Pelestarian spesies-
spesies tumbuhan
langka atau
dilindungi yang
ditemukan dipetak
kehutanan di Perum
Perhutani
Rencana dan
pelaksanaan
Pembagian Sortimen
pembukaan wilayah
Pemanenan hutan
6 Hasil Hutan Teknik pemanenan 4 Hari 3 Hari Jati Ketok Utra
Kayu Pengisian blanko
kayu
Manejemen
Pemanfaatan Hasil Penimbunan Kayu
Hutan Kayu
28
Pemahaman konsep
Pengamatan Lahan
rehabilitasi hutan dan
Kritis
Pengelolaan lahan
DAS dan KPH Saradan,
9 Rehabilitas 6 Hari 3 Hari Waduk Bening
Hutan dan Pemahaman konsep dan Klangon
Lahan rehabilitasi hutan Pemantauan DAS
dan lahan
Analisis Aspek-
aspek konservasi
tanah dan air
29
Pemahamanan
dinamika Sosial
masyarakat tentang
lahan
Pengamatan terkait
kondisi sosial yang
berhubungan
dengan DAS
Pemantauan DAS
Adminstrasi Adminstrasi
10 1 Hari Struktur Organisasi 1 Hari KPH Saradan
Kehutanan Kehutanan
Berdasarkan data diatas dapat ditentukan beberapa metode atau teknik dalam
pengambilan data :
1. Metode Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan
pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat
dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Bungin, 2007 cit. Afifah, 2016)
2. Studi Pustaka
Studi pustka yaitu pengumpulan data yang bersumber pada buku-buku,
literatur, serta peraturan perundang-undangan yang memiliki relevansi dengan
topik tersebut (Afifah, 2016)
3. Observasi atau Studi Lapangan
yaitu dengan cara mengumpulkan data dan menyeleksi data yang diperoleh
dilokasi penelitian (Afifah, 2016)
.RPKHdiajukanolehDireksiPaling lambat3bulansebelumberikutnya
RPKH.RPKH disusun berdasarkan:
1. Hasil PenataanHutan
2. PerhitunganPengaturanHasilHutan
3. Peta Kelas Perusahaan
RPKHpaling sediktmemuat:
1. Tujuan
2. Sasaran
3. StrategiPengelolaan
4. Penataan ArealKerja
5. SystemSilvikultur
6. PengaturanHasil
7. RencanaPengelolaan
RPKH disamping memuat hal diatas juga harus memperhatikan
aspek sosial dan lingkungan.
patok, spidol, peta, dan buku ukur. Setelah dilakukan persiapan alat dan
bahan maka dilakukan kegiatan pengukuran yakni sebagai berikut:
a) Persiapan data peta GPS
b) Dilakukan koordinasi dengan petugas BKPH
c) Pengukuran dengan Theodolit.
d) Menuliskan data hasil pengukuran pada patok ukur dan di pasang pada
titik ukur. Pencatatan hasil pengukuran di buku ukur.
5.3.2.2 Pembuatan Peta
Pada pembuatan peta hal yang dilakuakanyakni sebagai berikut:
1. Persiapan data hasil pengukuran risalah/inventarisasi hutan dan data base
statistic. Mengolah data dengan software Arcgis.
2. Setelah selesai dan layout peta siap untuk di cetak sebagai draft yang
nantinya akan dikoreksi oleh korektor sebelum dicetak masal.
3. Proses Reproduksi gambar peta
Menyiapakan kertas outsame untuk mentransfer gambar, proses transfer
dilakukan dengan alat sinar UV. Dilanjutkan dengan penguapan amoniak
di tempat khusus. Setelahitu peta siap untuk dilakukan proses
pengamplasan untuk peta kerja.Hasil reproduksi yang sudah di potong
sesuai dengan lipatan peta.Direkatkan kepada kain dengan lem khusus
secara merata. Kemudain peta dikeringkan dengan cara diangin-
anginkan.
diberikkan 0.2 gram/plc dan dilakuakan secara hati hati jangan sampai
mengenai batang atau daun
d. Seleksi atau penjarangan bibit, wiwil daun dilakukan saat bibit
berukuran 20 cm, umur bibit ± 2 bulan, kegiatan ini dilakukan
bersamaan dengan pengambilan daun yang gugur atau kering. Jumlah
daun yang ditinggalkan minimal 3 pasang daun, tujuannya untuk
mengurangi persaingan dalam memperoleh cahaya, mengurangi
penguapan yang berlebihan, mencegah serangan hama dan jamur,
memepercepat pertumbuhan tinggi, mempercepat pembentukan kayu
atau penuaan batang, penyiraman tidak terhalang oleh daun sehingga
langsung menuuju media.
e. Penyiangan adalah penghilangan gulma untuk menghindarkan
persaingan unsur hara.
Administrasi persemaian, Dasar pelaksanaan administrasi
persemaian adalaah Surat Perintah Pelaksanaan Kerja (SPK) yang
diterbitkan oleh kepala dari unit kerja dimana kegiatan persemaian
dilaksanakan (Kapuslitbang, Administrasi/KKPH dan lain-
lainnya).Kelengkapan administrasi berdasarkan sumber buku diktat
persemaian yang harus dilengkapi adalah sebagai berikut:
a. Peta lokasi persemaian skala 1:10.000
b. Papan kemajuan pekerjaan
c. Buku mutasi barang gudang (penerimaan benih, polybag, kompos,
topsoil, dan lain-lain)
(Diberikan oleh perhutani)
d. Buku mutasi bibit (penaburan, penyapihan, kematian, pengangkutan,
dan lain-lain)
(Diberikan oleh perhutani)
e. Buku tamu
f. Buku catatan harian hujan
g. Daftar catatan suhu harian
h. Daftar hadir pekerja
52
.
Gambar 12 Kegiatan Pemadaman Kabakaran Lahan
5.4.3 Pencegahan Pencurian Kayu
Seringnya terjadi pencurian kayu di hutan untuk mencari keuntungan
yang lebih banyak bagi para pelaku yang tidak bertanggung jawab.Untuk
mengantisipasi terjadinya pencurian kayu para polhut selalu patroli dengan
bergantian shift. Satu polhut memiliki waktu 2x24 jam untuk berpatroli.
persiapan hingga pelaksanaan yang dilakukan maka hasil yang diapatkan yakni
untuk Kegiatan konservasi sumber daya hutan di kawasan hutan lindung adalah
sebagai berikut :
5.5.1 Inventarisasi Jnis-Jenis Kawasan Lindung dan Upaya Penetapan,
Pelestarian Dan Pengendalian Pemanfaatannya.
Hutan lindung merupakan kawasan yang telah ditetapkan sebagai
kawasan untuk perlindungan keanekaragaman hayati untuk inventarisasi
pada kawasan unutk perlindunngan dilakukan untuk mengetahui gambaran
keanekaragaman jenis, kerapatan tegakan, serta tindakan yang akan
datang. Inventarisasi pada KPS, KPKh (Kawasan Perlindungan Khusus),
dan TBP (Tidak Baik Untuk Produksi) dilaksanakan sebagaimana
inventarisasi pada kawasan produksi kecuali:
a. Pada KPS sungai yang lebar sempadannya 20 m dibuat PU dengan
jari-jari 7,94 m.
b. Pada KPS Waduk/danau dibuat PU dengan jari-jari 17,8 m, Dengan
Intensitas Sampling 1%.
c. Sedangkan Inventarisasi Hutan pada HAS mengacu pada PK
pengelolaan HAS (Hutan Alam Sekunder).
Inventarisasi pada hutan lindung mengacu pada Pedoman
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Lindung.Untuk upaya penetapan
kawasan lindung yakni ditetapkan oleh Menteri Kehutanan, selain hutan
lindung sebagai fungsi dalam inventarsasi hutan ditetapkan sebagai kelas
hutan HL (Hutan Lindung).Kondisi Vegetasi hutan lindung dijelaskan
dalam variabel klasifikasi khusus.Sedangkan untuk pelestarian dan
pengendalian pemanfaatannya yakni dilakukan dengan pemasangan tanda
larangan berburu dalam kawasan hutan lindung tersebut, sementara untuk
pemanfaatan lainnya oleh masyarakat yakni dengan mengembangkan
ekowisata. Di Desa Klangon terdapat situs-situs sejarah yang dijaga oleh
masyarakat desa setempat yang pada setiap tahunnya di desa klangon
mengadakan acara bersih desa yang salah satu acaranya yakni dengan
melakukan doa untuk meminta keselamatan agar terhidar dari tanah
57
longsor pada salah satu situs budaya yakni makam Kaman Dowo, selain
itu juga melakukan doa untuk meminta hujan jika hujan tidak turun dalam
jangka waktu yang lama. Dengan keberadaan situs-situs budaya yang
terdapat pada kawasan tersebut masyarakat mengembangkan ekowisata,
salahsatu ekowisata yang dikembangkan oleh masyarakat yakni Makam
Kaman Dowo, Mata Air Andong Wilis, Makam Joko Tuwo, Dan Watu
Bayang.
5.5.2 Inventarisasi Keanekaragaman Hayati
Untuk inventarisasi fauna yakni dengan menggunakan metode
transek garis (line transect) sedangkan untuk inventarisasi flora yakni
dengan melakukan pengumpulan data tumbuhan pada areal tipe penutupan
lahan berupa kawasan lindung dilakukan dengan menggunakan metode
yang sama dengan inventarisasi fauna yakni metode transek garis (Line
Transect) dengan panjang jalur setiap unit contohnya antara 300-500 m.
Metode analisis vegetasi ini dilakukan pada suatu petak yang dibagi-bagi
ke dalam petak-petak. Pengumpulan data untuk tumbuhan bawah
dilakukan dengan menggunakan unit contoh yang didasarkan atas
pendekatan metode garis berpetak. Setiap unit contoh memiliki dimensi
panjang 100 m dan lebar 1,0 m. Setiap unit contoh akan dibagi-bagi dalam
petak beruukuran 1x1 m2 yang akan diletakkan pada setiap jarak 10mdari
titik pusat petak. Untuk teknik identifikasi jenis dapat dilakukan dengan
melihat penciri utama, vegetasi (berupa bentuk daun, bentuk petualangan
daun, tekstur daun dll) dan untuk satwa (berupa warna bulu, paruh suara,
ekor, mata, kepala).Pencocokkan dibuku panduan lapangan atau melalui
studi literatur berdasarkan hasil penelitian terdahulu ataupun teori-teori
yang sudahada.Informasi atau data-data dapat diperoleh dari lembaga-
lembaga atau pusat-pusat studi yang memiliki berbagai literatur tentang
satwaliar. Untuk keperluan pengenalan jenis disarankan menggunakan
buku petunjuk identifikasi jenis ataupun buku penuntun untuk pengamatan
lapangan serta panduan lapangan pengenalan burung-burung di jawa dan
bali. Untuk identifikasi status satwa dilindungi atau tidak dapat dilihat
58
BKPH Jati Ketok Utara.Saat tiba dilokasi praktik banyak terlihat pohon
Tectona grandis yang bagian bawahnya sudah di teres.Teres adalah kegiatan
untuk mematikan pohon agar diperoleh tegakan yang kering secara alami
atau mengurangi kadar air didalam pohon sehingga dapat meminimalkan
kerusakan pada saat di tebang (Pecah atau Retak). Kegiatan Teres dilakukan
dua tahun sebelum penebangan (T-2), berdasarkan penuturan dari pihak
KPH tentang informasi terbaru bahwa untuk saat ini kegiatan peneresan
dilakukan T-1.Hal itu untuk menghindari pencurian kayu. Pelaksanaan
kegiatan penebangan kayu yang pertama adalah harus menentukan arah
rebah.Penentuan arah rebah tersebut ditujukan agar kayu tidak mudah pecah
atau rusak ketika di tebang, arah rebah di upayakan menghindari benturan
seperti bebatuan, pohon lain dan menghindari para pekerja lainnya agar
tidak terjadinya kecelakaan.Setelah menentukan arah rebah selanjutnya di
lakukan penebangan pada pohon tersebut.Sayangnya pada kegiatan praktik
pohon yang didapatkan sudah rebah sehingga kegiatan yang dilakukan
adalah langsung kepada pembagian sortimen kayu.
sekitar 2 kg lebih, jika masih berukuran kecil maka biasanya petani akan
menanam kembali porang tersebut demi untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan. Porang termasuk tanaman yang tidak mudah terserang penyakit
dan tidak mudah kematian sebelum waktunya itulah alasan mengapa sangat
dimanfaatkan, sesuai dengan pernyataan Pak hartoyo selaku petani porang
yang telah mengembangkan porang.Porang juga terbilang tanaman yang
periode panennya tidak tergantung pada cuaca karena porang mampu
menjaga kandungan air yang dimiliki sehingga porang tidak mudah mati
sebelum waktunya (pada saat panen) pemanenan porang biasanya dilakukan
sesuai dengan penjelasan sebelumnya yakni setiap satu tahun
sekalidilakukan pada bulan November–Desember.Tanaman porang ialah
tanaman yang sederhana yang bernilai jual relatif tinggi.
porang yang berasal dari daerah Klangon. Biasanya juga porang yang sudah
dikemas dalam karung tersebut dibeli ditempatnya sebelum dibawa ke
surabaya oleh para pembeli untuk dijual kembali. Pasar porang yang
terbilang sudah mulai baik tersebut membuat porang sering dicari oleh
pembeli dari dalam maupun luar negeri.
hasil dari bekas penebangan oleh pencuri ataupun yang jatuh dari pohon itu
sendiri.Rencek biasanya dimanfaatkan untuk kayu bakar karena dengan
diameternya kecil memudahkan masyarakat menjadikan rencek sebagai
kayu bakar.
Permasalahan sosial ekonomi masyarakat yang seringkali dihadapi
oleh masyarakat didalam memanfaatkan hutan atau dalam mengelolanya
adalah tentang kurang pemahaman masyarakat dalam memanfaatkan lahan
yang disediakan Perhutani sehingga masyarakat hanya menunggu arahan
terlebih dahulu atau hanya melaksanakan suatu pengelolaannya yang didapat
informasi mengenai mamanfaatkan hutan sebenarnya masyarakat berhak
memanfaatkan hutan untuk bercocok tanam akan tetapi masyarakat belum
memiliki pemahaman tentang bagaimana jika dilakukan penanaman
tanaman (bersumber dari diskusi dengan Mandor atau pendamping LMDH).
Selain itu permasalahan yang sering dihadapi masyarakat kurang
mengetahui bagaimana ukuran untuk rencek yang harus diambil sehingga
seringkali masyarakat salah dalam memanfaatkan rencek untuk kepentingan
mereka. Dalam pengembangan perekonomian masyarakat desa hutan juga
mengalami permasalahan khususnya dalam menjual hasil dari hutan itu
sendiri, sehingga pada setiap kali panen dilakukan harga untuk hasil
tanaman mereka mengalami penurunan harga setiap tahunnya, entah
disebabkan oleh pasar ataupun diluar dari itu, oleh karena itu masyarakat
seringkali mengeluhkan tentang permasalahan tersebut.
5.8.2 Kebijakan dan Program Pemberdayaan Masyarakat Oleh Pemerintah
Desa
Didalam meningkatan keahlian masyarakat desa untuk membantu
mengelola hutan tentu memiliki berbagai cara dan aturan sehingga
masyarakat memiliki pengetahuan yang lebih akan bagaimana membantu
mengelola hutan, memanfaatkan hutan dengan baik. Ada berbagai kebijakan
dan program pemberdayaan yang diberikan oleh Perhutani, yakni
memberikan pinjaman lunak tanpa bunga kepada LMDH guna untuk
digunakan sebagai modal LMDH untuk sekiranya membeli perlengkapan
72
yang digunakan untuk bercocok tanam, meningkatkan bibit di hutan dan lain
sebagainya. Pemberian modal ini juga bukan tanpa alasan, karena
pemerintah desa dan perhutani menganggap masyarakat desa hutan sangat
memberi pengaruh yang besar dalam pengelolaan menjaga agar hutan tidak
selalu dieksploitasi. program pemberdayaan masyarakat desa hutan yang
juga diberikan oleh perhutani yaitu program pengembangan empon-empon
di areal hutan sekitar desa atau di lahan yang telah diberikan oleh Perhutani
agar dari program tersebut juga dapat memberi pengetahuan tentang
bagaimana memanfaatkan empon-empon dan juga dapat memberi
pemasukan dari pengembangan empon-empon itu sendiri. Selain itu juga ada
program pelatihan study banding yang dilakukan guna memberikan
pengetahuan, ilmu dan program pelatihan study banding dilakukan biasanya
ke daerah seperti Malang dan Surabaya yang dimana daerah tersebut di Jawa
Timur merupakan daerah yang maju dari segi memanfaatkan sumber daya
yang ada, dari program tersebut masyarakat atau tokoh yang dikirim untuk
program study banding nantinya bisa mengimplementasikan ilmu yang
didapat di masyarakat desa hutan yang tergabung kedalam LMDH guna
untuk mengembangkan keahlian masyarakat desa hutan bahkan sampai
meningkatkan pemasukan dan kesejahteraan anggota. Pada program-
program tersebut masih belum mampu menggerakkan masyarakat dalam
membuat inovasi baruakan tetapi dalam mengelola hutan bersama dinilai
sudah sangat baik.
5.8.3. Persepsi dan Harapan Pemerintah Desa Terhadap Perum Perhutani
Dan Program Kehutanan Yang Ada Di Perum Perhutani
Perhutani dan Kelembagaan desa sudah lama menjalin kerjasama
demi untuk memberdayakan masyarakat dengan memberikan pemasukan
baik dari pelatihan program-program yang akan membantu mengembangkan
keahlian bahkan sampai diberikan lahan garapan bagi masyarakat desa
hutan. Dari masyarakat yang tergabung didalam LMDH sudah merasa puas
dan sangat terbantu dengan adanya perhutani yang telah memberikan lahan
untuk digarap sehingga masyarakat dapat menambah pemasukannya.
73
Menurut pak Samsuri (70 tahun) selaku ketua LMDH Wono Subur
mengungkapkan berbagai macam upaya dan program yang telah diberikan
perhutani kepada masyarakat desa hutan khususnya juga untuk anggota
LMDH itu sendiri, program yang banyak memberikan pengetahuan tentang
memanfaatkan lahan garapan tanaman yang cocok lahan tersebut dan lain
sebagainya. Program-program yang telah diberikan bukan tanpa alasan
mengingat kurang pengetahuan masyarakat untuk mengelola dan menjaga
hutan lebih baik lagi atas semua yang telah perhutani berikan, LMDH
merupakan wadah yang sekaligus sebagai wakil masyarakat desa hutan
berharap untuk kerjasama yang terjalin mampu membuat masyarakat
semakin baik lagi dalam bagaimana mengelola dan memanfaatkan hutan
serta membantu perhutani dalam mengelola hutan juga.
langsung pengelolaan DAS dan RHL yang ada. Untuk DAS kami diarahkan
langsung mengambil data ke Waduk Bening dan untuk konsep tekait RHL kami
diberikan pemaparan konsepnya. Hari kedua kami menjadwalkan ke Salah satu
tempat RHL (Klangon, Padjaran).Disana kami melakuakan observasi tempat KPS
(Kawasan Perlindungan Setempat) yang berupa tempat mata air dan Hutan
Lindung.Hari ketiga merupakan waktu kunjungan ke Waduk Bening tujuannya
untuk melakukan sesi wawancara dan pemantauan DAS.
5.9.1 Pemaparan Konsep RHL
Pertanyaan inti yang kami ajukan pada sesi diskusi tersebut adalah
tentang RHL(Rehabilitasi Hutan dan Lahan) dan DAS (Daerah Aliran
Sungai). Untuk Pengelolaan DAS pihak KPH melakukan kerjasama dengan
PT. Jasa Tirta. Jasa Tirta diberikan izin (Pinjam Pakai) pengeloaan perairan .
Lahan yang diizinkan untuk kelola berada pada wilayah waduk (Waduk
Bening). Model kerjasama yang dilakukan adalah sharing atau pembagian
hasil. Selain dengan pihak Jasa Tirta, mitra lain yang diikutsertakan adalah
pihak Dinas Pariwisata. Ketiga pihak tersebut membuat kesepakatan kerja
(MoU) dari total 646 ha luas lahan waduk, ±100 ha digunakan untuk
wisata.Persyaratan lainnya dimana pihak pengelola (Jasa Tirta) diberikan
60% dari keseleuruhan hasil yang didapat. Sementara 2 pihak lainnya
masinng –masing 20%.Pihak pengelola diberikan hasil yang lebih besar
dikarenakan memiliki tanggung jawab yang lebih banyak (keamanan,
pengurusan, dll). Namun sayangnya kami belum dapat kesempatan untuk
melihat dokumen surat perjanjian (MoU) dari ketiga pihak tersebut. Selain
informasi tentang DAS kamipun memperoleh beberapa informasi terkait
tentang RHL.
RHL merupakan salah satu program Kementrian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan. Dimana seluruh biaya ditanggung oleh pemerintah.Konsep
RHL sendiri adalah menanam ditutupan lahan yang kosong
(Rehabilitasi).Syarat lokasi tidak boleh adanya kegiatan penggarapan, banjar
harian dan tanaman tumpang sari KPH sebagai pengelola ditingkat tapak
diberikan beban untuk mengurus program RHL sendiri (Rehabilitasi Hutan
77
Gambar 24 Menunjukan Tentang Pola Operasi Dan Alokasi Air Waduk Bening
Sumber : Waduk Bening
.
82
Gambar 25Papan Informasi Terkait Data Volume Dan Elevasi Air Bulan Agustus
2019
Sumber : Waduk Bening
.
Gambar 26Papan Informasi Terkait Data Volume Dan Elevasi Air Bulan Agustus
2019
Sumber : Waduk Bening
.
83
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari Hasil Kegiatan PKL di KPH Saradan terdiri dari
kesimpulan umum dan kesimpulan khusus yakni:
6.1.1 Tujuan Umum
Berdasarkan pengalaman yang didapatkan pada saat PKl, Mahasiswa
menjadi lebih tau akan ilmu ilmu baru. Perbedaan karakteristik hutan
dilokasi PKL(Sebagian besar Hutan Produksi Jati) menjadi gambaran bahwa
cakupan dunia kehutanan begitu luas dan beragam. Dalam bidang
management hutan, mahasiswa dapat mengetahui bagaimana mengatur
hutan agar memiliki kelestarian hasil (perencanaan). Dibidang konservasi
mahasiswa dapat mengetahui bahwa tidak semua lokasi dapat dirambah
karena ada beberapa situs budaya, biodiversity yang harus dijaga
keberadaannya (Pemantauan KPS Andong Wilis), dan dalam bidang
budidaya hutan dan teknologi hasil hutan mahasiswa mampu mengetahui
bahwa, ada hasil hutan lain (non kayu) yang memiliki nilai jual yang
tinggi(Porang) serta mengetahui bagaimana pekerjaan pembibitan
dilapangan (steck jati, kepuh, dan gliriside). Selain itu interaksi antara
mahasiswa dengan petani pembibtan dan beberapa pihak bawahan lain,
membuat mahasiswa mengetahui keluh kesah yang dirasakan oleh orang
teknis lapangan. Mereka berpesan bahwa kelak ketika nanti adek-adek
mahasiswa ini menjadi seorang pimpinan, jangan terlalu keras kepada
bawahan. Terkadang kondisi lapangan dengan apa yang menjadi teori itu
berbeda. Maka dari hal ini, pengalaman kehidupan bersama dengan orang
disekitar dapat terlaksana
6.1.2 Tujuan Khusus
1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan kompenen utama yanng
harus dipenuhi oleh suatu perusahaan maupun lembaga yang berkaitan dengan
85
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN