Anda di halaman 1dari 10

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sumberdaya air merupakan sumberdaya alam yang paling essential bagi setiap
jenis kehidupan. Peningkatan jumlah penduduk dan pendapatan masyarakat telah
mengakibatkan peningkatan terhadap permintaan (demand) jumlah air bersih,
sementara supply air menjadi semakin langka, karena terjadi degradasi lingkungan
akibat pembukaan lahan yang dijadikan sebagai pemukiman. Oleh karenanya
diperlukan adanya sistem insentif bagi pengaturan perilaku tersebut dalam rangka
untuk stabilisasi dan keberlanjutan kehidupan manusia di masa depan. Sistem insentif
yang dimaksud untuk menghemat air berupa harga air yang tepat (the right price) dan
didukung oleh sistem kelembagaan yang benar (the right institution).
Ketersediaan Sumberdaya Air di wilayah Hilir tergantung kepada upaya
konservasi lingkungan (Lahan Hutan di daerah aliran sungai (DAS) sebelah Hulu).
Sedangkan upaya konservasi tergantung kepada Sistem Insentif berupa Pembayaran
untuk Jasa Lingkungan (PJL). Skema PJL merupakan suatu instrument yang harus
dirancang untuk memperbaiki alokasi sumberdaya alam pada tingkat DAS.
Keberhasilan dari aplikasi sistem PJL tergantung kepada berbagai faktor; seperti
bagaimana mengidentifikasi dengan baik, maupun tentang bagaimana cara
mengkaitkan aspek tata guna lahan dengan penyediaan jasa lingkungan yang
melibatkan supplier jasa di wilayah Hulu dengan para pemakai manfaat jasa tersebut
di sebelah Hilir (Dasrizal, 2012).
Ketersediaan air di Pulau Lombok semakin berkurang dari tahun ke tahun. Pulau
Lombok mengalami gejala krisis air berkepanjangan, karena terjadi penurunan debit
air dalam kurun waktu 10 tahun (1992-2002). Pada tahun 2003, diketahui 40 % mata
air telah hilang akibat perubahan tata guna lahan menjadi pertanian dan kerusakan
hutan di sekitar Rinjani (Sriani, 2012 cit. Prasetya, 2009). Kota Mataram adalah
daerah yang penting karena merupakan ibukota provinsi Nusa Tenggara Barat. Kota
Mataram dan Kabupaten Lombok Barat 2 termasuk ke dalam wilayah daerah aliran
sungai (DAS) Jangkok. Ketersediaan air di Kota Mataram sangat tergantung pada
keberadaan mata air di hulu DAS Jangkok yang terletak di Kawasan Sesaot,
Kabupaten Lombok Barat. Mata air tersebut ada yang berada di dalam kawasan hutan
lindung dan ada pula yang berada di luar kawasan hutan (lahan milik masyarakat).
DAS Jangkok digolongkan ke dalam salah satu DAS prioritas dari 22 DAS yang
masuk kategori kritis dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
Departemen Kehutanan (Sriani, 2012 cit. Setiawan, 2010). Di areal hulu DAS
Jangkok banyak terjadi permasalahan, antara lain ilegal logging dan perambahan
hutan baik di dalam hutan lindung maupun hutan primer, praktek hutan
kemasyarakatan (HKm) yang menyalahi aturan.
Dengan tingginya tekanan penduduk, kebutuhan akan penggunaan lahan semakin
meningkat baik untuk pemukiman maupun mata pencaharian mereka. Hal ini
menyebabkan jasa lingkungan semakin berkurang dan semakin berharga. Jasa yang
diberikan petani sekitar hutan melalui penerapan sistem agroforesty dan pengubahan
sawah/pekarangan penduduk yang menjadi daerah resapan air dengan penanaman
tanaman keras/berkayu patut mendapat mengakuan dan imbalan dari pengguna jasa.
Hal ini diperkuat dengan kondisi masyarakat sekitar hutan yang merupakan
masyarakat miskin. Berdasarkan uraian diatas maka praktikum ini penting untuk
dilakukan

1.2. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui stakeholder yang terlibat dalam mekanisme pembayaran jasa
lingkungan sumberdaya air
2. Mengetahui mekanisme pembayaran jasa lingkungan sumberdaya air yang pernah
atau masih berlaku
3. Mengevaluasi mekanisme dan keberlanjutan Pembayaran jasa lingkungan
sumberdaya Air.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jasa Lingkungan

Jasa lingkungan didefinisikan sebagai jasa yang diberikan oleh fungsi ekosistem
alam maupun buatan yang nilai dan manfaatnya dapat dirasakan secara langsung
(tangible) maupun tidak langsung (intangible) oleh para pemangku kepentingan
(stakeholder) dalam rangka membantu memelihara dan/atau meningkatkan kualitas
lingkungan dan kehidupan masyarakat dalam mewujudkan pengelolaan ekosistem
secara berkelanjutan (Suprayitno 2008).

2.2 Pengelolaan DAS

Pengelolaan DAS adalah suatu proses formulasi dan implementasi kegiatan atau
program yang bersifat menipulasi sumber daya alam dan manusia yang terdapat di
daerah aliran sungai untuk memperoleh manfaat produksi dan jasa tanpa
menyebabkan terjadinya kerusakan sumber daya air dan tanah. Termasuk dalam
pengelolaan DAS adalah identifikasi keterkaitan antara tata guna lahan, tanah dan air,
dan keterkaitan antara daerah hulu dan hilir suatu DAS (Asdak, 2004).

2.3 Pengertian Air

Air adalah selalu bergerak dari tempat yang tinggi ke rendah (mobile), khasnya
dalam bentuk cair, mengalir, menguap, dan meresap sebagaimana bergerak mengikuti
siklus hidrologi. Persoalan dalam sifatnya ini adalah bagaimana mengukur unit-unit
khusus sumberdaya air, terutama karena sifat cair dan mengalirnya ini. Sehingga
menghadapi persoalan tersebut ahli ekonomi mengatakan bahwa air adalah
sumberdaya yang memerlukan biaya yang besar untuk mengumpulkannya (high-
exclusion cost resources). Implikasi dari keadaan ini adalah bahwa penetapan
property right yang khusus atas sumberdaya air ini sebagai basis bagi pertukaran
ekonomi dan pasar adalah relative sulit dan mahal untuk ditetapkan dan diperkuat
(establish and enforce). Oleh karena itu, jika penilaian ekonomi terhadap air
diperlukan, maka penetapan property right harus ditegaskan lebih dahulu, karena ini
merupakan necessary condition bagi berlakunya sistem pasar air.

2.4 Peranan Air

Peranan air bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya serta lingkungan
sangatlah penting dan merupakan kebutuhan pokok, karena air mempunyai sifat yang
spesifik, jika air banyak akan menimbulkan banjir jika kekurangan air akan terjadi
kekeringan. Oleh karenanya dalam pengelolaan sumberdaya air perlu adanya
penanganan yang teratur, sistimatik dan berkesinambungan, sedangkan sumber-
sumbernya harus dilindungi dan dijaga kelestariannya. Sesuai kesepakatan global
tahun 2000 dalam rangka Forum kedua Air Sedunia di Den Haag telah dideklarasikan
oleh para Menteri bahwa pengelola SDA dilaksanakan dengan pendekatan Satuan
Wilayah Sungai (SWS), pelaksanaanya sinergis antara sektor publik, dunia usaha dan
peran serta masyarakat (Masyhudi 2005). Sebagaimana dirumuskan oleh bahwa
Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu merupakan upaya mengintegrasikan
pengelolaan sumberdaya air, lahan dan sumberdaya terkait lainnya secara
terkoordinasi dalam rangka memaksimalkan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat
secara adil tanpa mengorbankan kelestarian ekosistem

2.5 Pembayaran Jasa Lingkungan

Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL) merupakan pemberian penghargaan berupa


pembayaran, kemudahan dan keringanan kepada pelaku, pengelola, penghasil jasa
lingkungan dari suatu kawasan hutan, lahan atau ekosistem (Suprayitno 2008).
Pendapat yang lain menyebutkan bahwa PJL adalah suatu transaksi sukarela yang
menggambarkan suatu jasa lingkungan yang perlu dilestarikan dengan cara
memberikan nilai kepada penerima manfaat jasa lingkungan (Wunder 2005).
BAB III. METODELOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Manajemen Ekowisata dan Jasa Lingkungan ini dilakukan pada


tanggal 19 Juni 2019, bertempat di Kantor WWF Mataram, Nusa Tenggara Barat
(NTB)

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai berikut:
1. ATK
2. Kamera
3. Tally sheet
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan sebagai objek pengamatan dalam praktikum adalah
informasi dari informan kunci (Pihak WWF)

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah Metode Observasi dan
wawancara.
1. Metode wawancara
Metode wawancara yang digunakan adalah indepth interview. Wawancara
indepth interview adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
responden atau orang yang diwawncarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman
(guide) wawancara dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan
sosial yang relatif lama (Sutopo, 2006). Penentuan responden menggunakan kaidah
Snowball Sampling, Snowball Sampling adalah mengidentifikasi, memilih dan
mengambil sampel dalam suatu jaringan atau rantai hubungan yang menerus
(Neuman, 2003).Kriteria responden yang digunakan adalah pihak yang mengetahui,
memahami ataupun terlihat dalam pengelolaan manaejemen kawasan konservasi.

2. Metode studi literature


Studi kegiatan mempelajari berbagai jenis buku referensi atau literatur, hasil
kajian atau studi yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan
(Arikunto, 2010).
4. Analisis Data Deskriptif
Analisis data yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode deskriptif
metode. Deskriptif adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau
saat yang lampau. Menurut Furchan(2004), penelitian deskriptif mempunyai
karakteristik yaitu Penelitian deskriptif cenderung menggambarkan suatu fenomena
apa adanya dengan cara menelaah secara teratur-ketat, mengutamakan obyektivitas,
dan dilakukan secara cermat. Kemudian tidak adanya perlakuan yang diberikan atau
dikendalikan, dan tidak adanya uji h.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan

Hutan merupakan faktor yang utama dalam menjaga kualitas dan ketersediaan air
sehingga ada tuntutan dan keinginan agar hutan sebagai daerah tangkapan utama dan
berfungsi sebagai pengatur tata air perlu dikelola dengan baik. Dilombok sendiri air
berasal dari kawasan Rinjani yang berasal dari hutan lindung, konservasi dan
produksi. Untuk wilayah mataram sendiri sumber air berasal dari hutan sesaot dan
berasal dari DAS Jangkok.
Sebagai pengguna air, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat mempunyai
tanggung jawab dalam melakukan kewajibannya untuk menjaga kelestarian hutan.
Sebagai pengatur tata air, dalam hal ini instansi yang terkait dengan pengelolaan
kawasan lindung hendaknya juga dapat memanfaatkan kompensasi tersebut dengan
sebaik-baiknya. Pemerintah selaku pembuat kebijakan, dalam hal ini sangat berperan
aktif terutama dalam mekanisme penyaluran dana jasa lingkungan. Agar mekanisme
transfer jasa lingkungan dapat diterapkan dan berjalan dengan baik diperlukan
lingkungan kebijakan yang kondusif secara keseluruhan. Dengan banyaknya instansi
yang terkait dalam pengelolaan air maka akan berpotensi menimbulkan kompleksitas
dalam proses negosiasi imbalan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan ada
beberapa Stakeholder yang telibat dalam pengelolaan air di Lombok. Stakholder
tersbeut adalah WWF berperan sebagai jembatan penghubung (fasilitator), , PDAM
sebagai perusahaan yang mengelola, dan masyarakat yang berperan sebagai pengguna
jasa (masyarakat hilir dan tengah, masyarakat yang menerima kompensasi
(masyarakat hulu) dan pemerintah kota sebagai pembuat kebijakan.
Otonomi daerah berdampak juga terhadap kebijakan di sektor ini, terutama
integrasi pengelolaan air baik diantara semua sektor maupun diantara para pemangku
kepentingan. Berdasarkan undang-undang No 7 tahun 2004 pasal 77 dijelaskan
bahwa sumber dana untuk pengelolaan sumber daya air salah satunya adalah dari
hasil penerimaan biaya jasa pengelolaan sumber daya air. Berkaitan dengan hal
tersebut, pihak penyedia air wajib menerima kompensasi jasa pemakaian air dari
pengguna air sebagai biaya pemeliharaan/ pengelolaan dikawasan lindung yang
merupakan daerah tangkapan air (hulu sungai). Namun terhitung mulai tahun 2017
kebijakan tersebut dicabut karena dirasa sudah tidak sesuai dengan kebijakan provinsi
yang lebih tinggi. Padahal jika dilihat secara system, program tersebut sangat
membantu masyarakat hulu sehingga mereka mendapatkan dana dan tidak merusak
wilayah hutan. Masyarakatpun sempat mengadakan protes mengapa dana dari hasil
kontribusi tersebut dihentikan. Namun Pihak WWF sudah mensosialisasikan kepada
masyarakat alasan terkait mengapa system tersebut diberhentika. Respon masyarakat
yang awalnya menolak sekrang mulai dapat menerimannya.

Gambar 1 Pemaparan Materi Oleh Pihak WWF


BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Produk wisata yang ditawarkan di desa kembang kuning kecmaatan sikur
Lombok timur adalah air terjun jeruk manis, air terjun durian indah, budaya
local coffe siong kete, homestay bernuansa pedesaan dan spot foto. Pasar
wisata dari potensi produk wisata yang ditawarkan adalah wisatawan local
dan wisatawan mancanegara.
2. Produk jasa lingkungan yang digunakan secara konvensional dikawasan
tersebut adalah air, dimana air digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari
hari dan untuk mengairi sawah
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk pratikum ini kedepannya adalah:
1. Diharapkan modul praktikum sudah diberikan saat awal assistensi atau satu
minggu sebelum pengambilan data agar praktikan dapat mempersiapkan
segala sesuatunnya terlebih dahulu
2. Diharapkan coass lebih ramah lagi dan memebrikan keringan keringan untuk
praktikannya 
DAFTAR PUSTAKA

Ansofino, M.Si., Erna Juita, S.Pd, M.Si., Jolianis, S.Pd, M.E. 2012. MODEL
SISTEM PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN DALAM KAITANNYA
DENGAN KONSERVASI SUMBERDAYA AIR DAN LAHAN: STUDI
KASUS PADA BATANG ANAI SUMATERA BARAT. Economica, Jurnal
Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat Vol. 1 No.
1, Oktober 2012

SRIANI, NINI. 2012 KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA


LINGKUNGAN PENYEDIAAN SUMBERDAYA AIR (Studi Kasus di
Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat).
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN
EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN
BOGOR

Asdak, Chay. 2004. Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta :
Gajah Mada University Press.

Suprayitno. 2008. Teknik Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam. Pusdiklat
Kehutanan : Bogor.

Wunder S. 2005. Payments for Environmental Services: Some Nuts and Bolts.
CIFOR occasional Paper No. 42.

Anda mungkin juga menyukai