Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL TUGAS AKHIR

TL-4099 SEMINAR DAN TUGAS AKHIR

PEMODELAN BEBAN PENCEMAR DAN DAYA TAMPUNG SUNGAI


KELAY DARI KEGIATAN TAMBANG BATUBARA, KALIMANTAN
TIMUR DENGAN APLIKASI WASP

Diajukan sebagai salah satu syarat mengambil mata kuliah Seminar dan Tugas Akhir
Dosen Pembimbing:
Dr. Muhammad Sonny Abfertiawan, S.T, M.T.

Oleh:
Alifya Salsadila (15318027)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2021
I. Judul
Judul yang diusulkan penulis untuk tugas akhir ini adalah:
“Pemodelan Beban Pencemar dan Daya Tampung Sungai Kelay dari Kegiatan
Tambang Batubara, Kalimantan Timur dengan Aplikasi WASP”

II. Latar Belakang


Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia pada tahun 2010 sampai 2020
mencapai rata-rata 1,25% (BPS, 2020). Bertambahnya jumlah populasi manusia
sebanding dengan peningkatan kebutuhan hidup. Berbagai aspek dalam
kebutuhan hidup manusia sehari-hari dipenuhi dengan mengandalkan sumber
daya alam. Berbagai sektor usaha yang memanfaatkan sumber daya alam di
antaranya industri, pertambangan dan migas, agraris, pemanfaatan hutan dan
hasil hutan, sistem transportasi, energi, pariwisata, dan masih banyak lagi.
Apabila tidak ada usaha untuk melakukan konservasi, pelestarian, dan
perlindungan sumber daya alam tersebut maka kualitasnya akan semakin
menurun dan seiring waktu jumlahnya akan semakin menipis.

Berdasarkan pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945 bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi
setiap warga negara Indonesia. Lebih jelasnya pada UU No. 32 tahun 2009 Pasal
22 disebutkan bahwa “Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting
terhadap lingkungan hidup wajib memiliki amdal”. Lalu pada pasal 47 juga
dijelaskan bahwa “Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan
dampak penting terhadap lingkungan hidup, ancaman terhadap ekosistem dan
kehidupan, dan/atau kesehatan dan keselamatan manusia wajib melakukan
analisis risiko lingkungan hidup”. Kemudian dinyatakan pada Pasal 53 dan 54
yaitu setiap orang yang melakukan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan
hidup wajib melakukan penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan serta
melakukan pemulihan fungsi lingkungan hidup. Disebutkan pula pada pasal 67
bahwa “Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan
hidup serta mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup”.
Peraturan-peraturan tersebut menegaskan betapa pentingnya pengelolaan dan
pelestarian lingkungan untuk dilakukan.

Salah satu jenis sumber daya alam yang sering dimanfaatkan adalah air. Sungai
merupakan salah satu sumber daya air yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber
air baku, sarana transportasi, sebagai sumber mata pencaharian, sumber energi
terbarukan, sistem aliran dari air hujan, tempat rekreasi, sumber dan masih
banyak lagi. Berdasarkan PP No. 37 tahun 2012 Daerah Aliran Sungai (DAS)
adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan
anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan
air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas
di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah
perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. Kondisi kualitas air sungai
sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya salah satunya yaitu adanya
aktivitas manusia pada sekitar DAS (Suwondo, dkk, 2004).

Sebagai bagian dari upaya dalam konservasi sungai dan air, terdapat program
yang mencakup pengelolaan air yaitu SDGs (Sustainable Development Goals).
Tujuan program ini yaitu pembangunan yang menjaga kesejahteraan ekonomi
masyarakat secara berkesinambungan, pembangunan yang menjaga
keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat, pembangunan yang menjaga kualitas
lingkungan hidup serta pembanguunan yang menjamin keadilan dan
terlaksananya tata kelola yang mampu menjaga peningkatan kualitas hidup dari
generasi ke generasi (Bappenas, 2021). Terdapat 17 tujuan atau poin yang
tercakup pada komitmen global dan nasional ini. Salah satu poin yang secara
spesifik membahas tentang air bersih dan sanitasi yang layak yaitu tujuan atau
poin keenam.
Kalimantan Timur terkenal dengan potensi sumber daya alam berupa batubara.
Dilansir dari Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur, pada tahun 2020
jumlah produksi batubara di provinsi ini mencapai 187.801.725,93 ton. Pada
umumnya, jenis tambang batubara di Kalimantan Timur yaitu open pit. Menurut
Hartman (1987) dalam Nurhakim (2003) open pit mining termasuk ke dalam
klasifikasi tambang tradisional terbuka (surface mining) pada kelas mekanis
untuk komoditas metal dan nonmetal. Jenis penambangan ini dilakukan dengan
cara mengupas tanah penutup dari bahan tambang. Tanah penutup tersebut
kemudian dikeluarkan dari areal tambang sehingga komoditas yang akan
ditambang dapat digali dan dikeluarkan. Salah satu dampaknya terhadap kondisi
tanah yaitu menurunnya daya dukung tanah bekas sistem open pit ini atau bahkan
struktur tanah menjadi rusak sehingga lebih berpeluang terjadi erosi (Subowo,
2007). Dampak lainnya yaitu perubahan bentuk topografi, terbentuknya lubang
besar bekas galian, gangguan hidrologi, penurunan mutu udara, serta hilangnya
ekosistem alami termasuk catchment area (Fachlevi, dkk, 2015). Dampak-
dampak tersebut juga dapat memengaruhi kualitas runoff air hujan pada area
pertambangan. Indonesia merupakan negara tropis dengan curah hujan yang
tinggi yaitu 2.000-3.000 mm/tahun (BMKG). Ketika terjadi hujan dengan
intensitas tinggi maka air dari kolam sedimentasi tambang dapat meluap dan
bercampur dengan air sungai atau badan air lainnya. Air dari tambang biasanya
ini memiliki karakteristik TSS yang tinggi, mengandung asam (pH rendah), dan
terdapat kandungan mineral. Apabila air luapan dari tambang masuk ke badan air
maka dapat terjadi perubahan kualitas badan air seperti sungai.

Dalam rangka menegaskan upaya untuk mengelola air limbah tambang,


memenuhi baku mutunya, dan penerbitan persetujuan teknis dibuatlah peraturan-
peraturan berikut. Pada PP No 22 Tahun 2021 Pasal 107 ayat 1 juga dijelaskan
bahwa perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan mutu air terhadap air yang
berada di badan air. Lalu pada ayat 2 disebutkan bahwa sungai termasuk salah
satu badan air permukaan selain danau, rawa, dan lahan basah. Kemudian ayat 3
menjelaskan tentang penyelenggaraan perlindungan dan pengelolaan mutu air
meliputi kegiatan perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, dann pemeliharaan.
Pada Pasal 393 dan 394 dijelaskan mengenai Peraturan Teknis untuk kegiatan
dumping atau pembuangan limbah tambang. Oleh karena itu perusahaan tambang
perlu memenuhi Baku Mutu Air Limbah dalam menyusun Peraturan Teknis.
Lebih lengkapnya, tata cara penerbitan persetujuan teknis dan surat kelayakan
operasional bidang pengendalian pencemaran lingkungan diatur pada
PermenLHK No.5 Tahun 2021.

Dengan demikian, mengingat banyaknya dampak positif maupun negatif dari air
limbah kegiatan pertambangan dengan metode open pit terhadap lingkungan
khususnya sungai maupun kesehatan manusia sekaligus juga mempertimbangkan
bahwa adanya kemungkinan air limbah tersebut menambah beban pencemar
sungai dan mengurangi daya tampungnya maka pemodelan sungai perlu
dilakukan. Pemodelan sungai menggunakan aplikasi WASP8 diharapkan dapat
memvisualisasikan kondisi beban pencemar dan daya tampung sungai eksisting
sehingga dapat direncanakan upaya pengelolaan limpasan air limbah tambang
yang tepat. Aplikasi WASP8 menggunakan kerangka keseimbangan massa
dinamis umum berdasarkan pendekatan pemodelan kompartemen fleksibel.

III. Maksud dan Tujuan


a. Maksud dari tugas akhir ini yaitu untuk menentukan beban pencemar
eksisting dan daya tampung dari setiap segmen dalam menerima pencemaran
dari aktivitas tambang dan sumber lainnya sehingga didapatkan hasil
pemodelan kualitas air Sungai Kelay.
b. Berikut adalah tujuan dari tugas akhir ini:
1. Menentukan beban pencemar dan daya tampung Sungai Kelay pada tiap
segmen.
2. Menentukan pemodelan kualitas air Sungai Kelay.
3. Menentukan alternatif pengelolaan lingkungan pada area tambang terkait
aspek sumber daya air.

IV. Ruang Lingkup


Ruang lingkup tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Lokasi Studi
Berdasarkan website resmi Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (2021),
Kalimantan Timur merupakan salah satu dari 33 provinsi yang ada di
Indonesia. Sebagai provinsi terluas kedua di Indonesia dengan luas wilayah
daratan 127.267,52 km2, Kalimantan Timur memiliki potensi sumber daya
alam yang melimpah. Sebagian besar sumber daya alam dan hasilnya
terutama dari sektor pertambangan dan kehutanan diekspor ke luar negeri
menjadikan provinsi ini sebagai penyumbang devisa utama bagi negara.
Wilayah Kalimantan Timur secara administratif berbatasan dengan
Kalimantan Utara di sebelah Utara, Selat Makasar (12 mil) dan Laut Sulawesi
sebagai batas sebelah Timur, berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Selatan
di sebelah Selatan, serta sebelah Barat dibatasi Provinsi Kalimantan Tengah,
Provinsi Kalimantan Barat, dan Negara Bagian Serawak Malaysia Timur.
Secara geografi, provinsi ini berada pada 113o44’ BT dan 119o00’ BT serta
2o33’ LU dan 2o25’ LS. Jenis topografi Kalimantan Timur sebagian besar
(43,35%) merupakan daratan dengan kemiringan >40% dan 43,32% terletak
pada ketinggian 100-1000 mdpl. Oleh karena itu, pemanfaatan lahan di
provinsi ini haraus memperhatikan karakteristik lahan. Terdapat 10
kabupaten dan kota yang tersebar di seluruh Provinsi Kalimantan Timur.
Kabupaten terluas kelima di Kalimantan Timur yaitu Kabupaten Berau
dengan luas 34.127,17 km2. Lebih tepatnya terletak di antara 116o-119o BT
dan 1o LU sampai 2o33’ LS. Terdapat total 13 kecamatan dan 100
desa/kelurahan pada kabupaten ini. Batas-batas wilayah dari Kabupaten
Berau sebagai berikut:
- Kabupaten Bulungan (Provinsi Kalimantan Utara) di sebelah Utara;
- Kabupaten Kutai Timur di sebelah Selatan;
- Kabupaten Malinau di sebelah Barat; dan
- Selat Makassar di sebelah Timur.
Salah satu pintu gerbang bagian Utara Provinsi Kalimantan Timur yaitu
Kabupaten Berau ini. Kondisi daratan wilayah ini sebagian berupa gugusan
bukit tidak berpenghuni sehingga memiliki potensi sumber daya alam seperti
batu bara dan kayu. Selain daratan, Kabupaten Berau juga mencakup ratusan
sungai yang tersebar pada hampir semua kecamatan. Sungai-sungai tersebut
juga digunakan sebagai sarana transportasi air.

Sungai Kelay merupakan salah satu sungai besar dan terpanjang yang
membelah Kabupaten Berau. Sungai Kelay memiliki hulu di pegunungan
sekitar Gunung Mantan kemudian mengalir sepanjang 254 km sampai pada
pertemuan dengan Sungai Segah membentuk Sungai Berau di Tanjung
Redeb. Di Daerah Aliran Sungai (DAS) dan hulu-hulu Sungai Kelay terdapat
hutan primer dataran rendah yang luas, dan yang masih tersisa di Kalimantan.
2. Objek penelitian
Objek dari penelitian ini yaitu sampel air yang diambil dari beberapa segmen
Sungai Kelay.
3. Waktu pengerjaan
Pengerjaan tugas akhir direncanakan selama ± 6 bulan.
V. Metodologi
Prosedur penelitian yang dilakukan untuk tugas akhir ini sebagai berikut:
a. Penentuan Judul, Tema, dan Ruang Lingkup
Tema dan judul ditentukan sesuai dengan minat dan ketertarikan penulis serta
melihat kondisi permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitar. Penentuan
ruang lingkup bertujuan untuk membatasi lingkup pekerjaan dan lingkup
perencanaan, di mana lingkup yang dimaksud ialah lokasi penelitian, metode
pendekatan yang digunakan, serta faktor-faktor yang diteliti (lingkungan dan
perilaku preventif).
b. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk mempelajari dasar-dasar teori mengenai
perhitungan beban pencemar dan daya tampung sungai, klasifikasi dan
kriteria mutu air sungai, parameter kualitas dan sumber pencemar air sungai,
dan pemodelan dengan WASP8.
c. Pembagian Segmen Sungai
Segmentasi sungai mempunyai fungsi untuk membagi sungai menjadi ruas-
ruas yang lebih kecil sehingga memudahkan dalam hal penelitian.
d. Pengumpulan Data Primer
Data primer yang dikumpulkan seperti kualitas air sungai yang diambil
dengan cara sampling dan data profil serta hidrolika sungai. Data kualitas air
diperluka untuk menentukan kondisi beban pencemar Sungai Kelay dan daya
tampung eksistingnya. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik grab sample. Hal ini dilakukan karena frekuensi
pengambilan sampel yang hanya satu kali dan untuk lebih mengkondisikan
sampel seperti kondisi di badan air itu sendiri.
e. Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder yang dibutuhkan meliputi peta sungai, data kualitas air sungai
selama beberapa tahun terakhir, peta topografi, peta daerah tangkapan dan
daerah aliran sungai, data hidrologi dan klimatologi Kabupaten Berau.
f. Pemodelan Kualitas Sungai
Data-data primer maupun sekunder yang telah didapatkan kemudian diolah
dan digunakan sebagai input untuk pemodelan menggunakan aplikasi
WASP8. Model transportasi aliran WASP8 standar menghitung aliran air
melalui jaringan aliran bercabang yang mungkin mencakup segmen yang
mengalir bebas dan tergenang.
g. Validasi Model
Tujuan validasi model yaitu untuk memastikan kualitas model yang
dihasilkan dengan membandingkannya dengan data pengukuran. Apabila
hasil validasi model tidak sesuai maka kembali ke langkah sebelumnya.
Apabila hasil vaidasi model telah sesuai maka proses selesai.

Secara lebih jelasnya, metodologi penelitian dapat digambarkan pada diagram


alir berikut:
Mulai

Penentuan Judul, Tema, dan Ruang Lingkup

Studi Literatur:
a. Perhitungan beban pencemar dan daya tampung sungai
b. Klasifikasi dan kriteria mutu air sungai
c. Parameter kualitas dan sumber pencemar air sungai
d. Pemodelan dengan WASP8

Pembagian Segmen Sungai

Pengumpulan Data

Data Primer: Data Sekunder:


a. Kualitas air sungai a. Peta topografi, peta
b. Profil sungai dan data daerah tangkapan
hidrolika sungai b. Data hidrologi dan
klimatologi

Pemodelan Kualitas Sungai

Yes

Validasi No
Model

Selesai
VI. Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK)
Penulisan tugas akhir ini menggunakan beberapa standar yang harus dipenuhi
dalam melakukan pemodelan beban pencemar dan daya tampung di Sungai
Bengalon. Berikut adalah standar yang digunakan dan dijadikan acuan dalam
proses penulisan tugas akhir:
1. UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
2. UU No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Lampiran VI tentang Baku Mutu Air Nasional.
4. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No 5 Tahun 2021
tentang Tata cara Penerbitan Persetujuan Teknis dan Surat Kelayakan
Operasional Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.
5. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 16 Tahun 2019
tentang Perubahan Kedua Atas peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah.
6. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 01 Tahun 2010 tentang Tata
Laksana Pengendalian Pencemaran Air.
7. Kepmen LH No.110 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penetapan Daya
Tampung Beban Pencemaran Air.

VII. Jadwal Pelaksanaan


Berikut merupakan rencana jadwal pelaksanaan penelitian:
Bulan ke-
1 2 3 4 5 6
Kegiatan
Minggu ke
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pembuatan
Proposal
Studi
Literatur
Pengumpulan
Data Primer
Pengumpulan
Data
Sekunder
Pengolahan
Data dan
Analisis
Penulisan
Laporan
Persiapan
Seminar
Persiapan
Sidang

VIII. Daftar Pustaka

Aliffia, Annisa. 2018. Pemodelan Daya Tampung Beban Pencemar dan


Optimasi Limpasan Air Limbah ke Sungai Kali Surabaya. TUGAS AKHIR
- RE 141581.

Ambrose, Robert B. 2017. WASP 8 Stream Transport – Model Theory and User’s
Guide. Georgia: US. EPA.
Andesgur, dkk. 2018. Analisis Daya Tampung Beban Pencemaran Air Sungai
Menggunakan Pendekatan Water Quality Analysis Simulation Program
(WASP) 7.3 (DAS Siak Bagian Hilir Kabupaten Siak). Jurnal Sains dan
Teknologi 17 (1). P-ISSN 1412-6257 E-ISSN 2549-9742.
Badan Pusat Statistik. 2020. Hasil Sensus Penduduk 2020.
https://www.bps.go.id/pressrelease/2021/01/21/1854/hasil-sensus-
penduduk-2020.html . diakses pada 24 November 2021.
Bappenas. 2020. Sekilas SDGs. https://sdgs.bappenas.go.id/sekilas-sdgs/ .
diakses pada 24 November 2021.
Eryani, Putu. 2014. Potensi Air dan Metode Pengelolaan Sumber Daya Air di
Daerah Aliran Sungai Sowan Perancak Kabupaten Jembrana. Jurnal
Teknik Sipil Universitas Warmadewa Vol. 3 No. 1.
DOI: https://doi.org/10.22225/pd.3.1.266.32-41.
Fachlevi, dkk. 2015. Dampak dan Evaluasi Kebijakan Pertambangan Batubara
di Kecamatan Mereubo. Jurnal Risalah Kebijakan Pertanian dan
Lingkungan. Vol. 2 No. 2, Agustus 2015: 171-180. ISSN: 2355-6226.
Hendriarianti, dkk. 2014. Skenario pengelolaan Kualitas Air Sungai Metro Kota
Malang dari Analisa Daya Tampung Beban Pencemaran. Jurnal Purifikasi,
Vol. 14, No. 2, Desember 2014: 125-135
Mawardi, Ikwanuddin. 2010. Kerusakan Daerah Aliran Sungai dan Penurunan
Daya Dukung Sumberdaya Air di Pulau Jawa serta Upaya
Penanganannya. Jurnal Hidrosfir Indonesia Vol. 5 No. 2. ISSN 1907-1043.
Ministry of the Environment. 2011. Guidance for Introducing the Total Pollutant
Load Control System (TPLCS). Japan: Environmental Management Bureu.
Pemerintah Kabupaten Berau. 2015. Profil Kabupaten Berau. Berau: Sippa
Ciptakarya.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. 2021. Daftar Kabupaten Provinsi
Kalimantan Timur. https://kaltimprov.go.id/halaman/kondisi-wilayah .
diakses pada 24 November 2021.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. 2021. Kondisi Wilayah Provinsi
Kalimantan Timur. https://kaltimprov.go.id/halaman/kondisi-wilayah
.diakses pada 24 November 2021.
Prothro. Martha G. 1991. Guidance for Water Quality-based Decisions: The
TMDL Process. Washington DC: US. EPA.
Nurhakim. 2003. Klasifikasi Metode Penambangan dan Perbandingannya.
Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat.
Saily, dkk. 2019. Pendekatan Model WASP pada Pengendalian Pencemaran
Sungai dengan Parameter Uji COD. Indonesian Jurnal on CESD Vol. 02
No 01. E-ISSN: 2621-4164.
Subowo G. 2011. Penambangan Sistem Terbuka Ramah Lingkungan dan Upaya
Reklamasi Pasca Tambang untuk memperbaiki Kualitas Suumberdaya
Lahan dan Hayati Tanah. Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 5 No. 2. ISSN
1907-0799.

Anda mungkin juga menyukai