Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sungai Mahakam merupakan sungai yang terbesar yang ada di Provinsi
Kalimantan Timur dengan panjang 920 km dan melintasi Kabupaten Kutai Barat,
Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Samarinda. Daerah Aliran Sungai
Mahakam merupakan daerah yang menjadi pusat permukiman, aktivitas
perekonomian dan transportasi sungai yang padat, juga terdapat tiga danau besar
(Danau Jempang, Danau Semayang dan Danau Melintang) yang mempengaruhi
Kualitas Sungai Mahakam secara keseluruhan.
Secara kuantitas air, potensi sumber daya air yang berasal dari sungai di
Provinsi Kalimantan Timur diperkirakan sebesar 325.380 juta m3 per tahun,
dengan arah aliran sungai dari arah Barat ke arah Timur yang keseluruhan
bermuara di Pantai Timur (Anonim, 2016). Sungai Mahakam merupakan daerah
yang menjadi pusat permukiman, aktivitas perekonomian dan transportasi sungai
yang padat, bukan hanya manusia tapi fauna yang ada si Sungai Mahakam seperti
Pesut yang ada di hulu dan Bekantan yang ada di hilir.
Oleh sebab itu studi ini dilakukan untuk status mutu merupakan langkah awal
dalam proses pemantauan dan pencegahan terhadap penurunan kualitas air Sungai
Mahakam. Melalui laporan ini dapat diketahui kondisi status mutu air yang
menunjukan tingkat kondisi cemar atau baik pada suatu sumber air sehingga
upaya pengendalian mencakup pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan jika
terjadi pencemaran dapat dilakukan secara optimal. Banyak cara melakukan
penilaian status mutu air pada sumber air, pada laporan ini penentuan status mutu
air dilakukan dengan Metode Storet dan Metode Indeks Pencemaran berdasarkan
analisis parameter fisika, kimia dan biologi.

1
2

1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan


1. Untuk menentukan status mutu kualitas air di Sungai Mahakam dengan
menggunakan Metode Storet dan Metode Indeks Pencemaran untuk
peruntukan baku mutu kelas
1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan
1. Dapat menentukan status mutu kualitas air di Sungai Mahakam dengan
menggunakan Metode Storet dan Metode Indeks Pencemaran untuk
peruntukan baku mutu kelas I, II dan III dan Dapat menegetahui parameter
apa yang menjadi indikator pencemaran di Sungai Mahakam.
2. Dapat mengetahui strategi pengendalian pencemaran di Sungai Mahakam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur


2.1.1 Sejarah Singkat Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan
Timur
Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur merupakan institusi
lembaga teknis Pemerintahan Kalimantan Timur, yang awal pembentukan
institusi sebelumnya sebagai berikut:
1. Biro Lingkungan Hidup Sekretariat Daerah Tingkat I Kalimantan Timur
(Tahun 1974-1997)
2. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Tingkat I
Kalimantan Timur (Tahun 1998)
3. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Provinsi
Kalimantan Timur (Tahun 1999-2000)
4. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Provinsi
Kalimantan Timur (Tahun 2001-2007)
5. Badan Lingkungan Hidup provinsi
Berdasarkan Undang-Undang 23 Tahun 2014 serta Peraturan Pemerintah
No 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Kalimantan Timur menjadi Dinas Lingkungan Hidup Provinsi
Kalimantan Timur pada Tahun 2017.

2.1.2 Visi dan Misi Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur
Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur institusi Pemerintah
Daerah yang Provinsi Kalimantan Timur yang mengurusi bidang Lingkungan
Hidup sesuai dengan Visi dan Misi Gubernur yang tercantum dalam, isi ke-5
Gebernur Kalimantan Timur yaitu:
“Mewujudkan Kualitas Lingkungan yang baik dan sehat serta
berperspektif perubahan iklim”
Berdasarkan misi Gubernur Kalimantan Timur, Dinas Lingkungan Hidup
memiliki visi dan misi yang mendukung kinerja dan pembangunan Kalimantan

3
4

Timur di bidang Lingkungan Hidup, Visi dan Misi Badan Lingkunagn Hidup
Provinsi Kalimantan Timur yaitu:
Visi: “Terwujudnya Kualitas Lingkungan Hidup Kalimantan Timur
yang baik” yang mengandung makna bahwa Dinas Lingkungan Hidup Provinsi
Kalimantan Timur mengemban tugas untuk mengawal program pembangunan
yang menjadi Visi Gubernur berdasarkan formulasi hasil analisis terhadap
potensi daerah, permasalah mendasar dan isu-isu strategis yang terjadi di
Provinsi Kalimantan Timur. Berdasarkan Visi tersebut Dinas Lingkungan Hidup
Provinsi Kalimantan Timur memiliki Misi sebagai berikut:
1. Mewujudkan pengelolaan lingkungan hidup yang efektif melalui peran aktif
para pemangku kepentingan
2. Mewujudkan pencegahan dan pengendalian dampak kerusakan dan
pencemaran lingkungan hidup
3. Mewujudkan pengelolaan lingkungan hidup berperspektif perubahan iklim
4. Berperan aktif dalam mendukung terwujudnya pembangunan daerah
berbasis agroindustri dan energi rama lingkungan.
5

2.1.3 Struktur Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur


6

2.2 Landasan teori


2.2.1 Air
Air merupakan sumber daya alam yang dapat memenuhi hajat hidup orang
banyak, oleh sebab itu perlu dilindungi agar dapat tetap bermanfaat bagi hidup
dan kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya. Hal ini berarti bahwa
pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana
dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang.
(Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2010).
Air merupakan komponen lingkungan hidup yang kondisinya
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh komponen lainnya. Penurunan kualitas air
akan menurunkan daya guna, hasil guna, produktivitas, daya dukung dan daya
tampung dari sumber daya air yang pada akhirnya akan menurunkan kekayaan
sumber daya alam (Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2001)
Namun, sebagai akibat dari pesatnya proses pembangunan di segala
bidang, baik bidang pertanian, peternakan, industri dan lain-lain, serta laju
pertumbuhan penduduk yang sangat cepat seringkali pemanfaatan air tidak lagi
dilakukan sebagaimana mestinya. Hal ini memberikan dampak negatif yang
tidak sedikit yaitu mempengaruhi baik sifat fisik maupun sifat kimia air,
sehingga menurunkan kualitas air.

2.2.2 Sumber Pencemaran Air


Sumber pencemaran air sangat ditentukan oleh jenis kegiatan serta
pemanfaat sumber daya air oleh manusia yang berada disekeliling air tersebut.
Kualitas air menjadi menurun sebagai akibat dari masuknya berbagai limbah,
baik limbah cair maupun padat kedalam aliran air ataupun danau.

2.2.3 Kualitas Air


Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang
dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Dengan demikian
kualitas air akan berbeda dari suatu kegiatan ke kegiatan lain, sebagai contoh
7

kualitas air untuk keperluan irigasi berbeda dengan kualitas air untuk keperluan
air minum (Efendy, 2003).
Sesuai Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Pasal 1 mutu air adalah
kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji berdasarkan parameter-parameter
tertentu dan Metode tertentu berdasarkan peraturan perundang undangan yang
berlaku. Sedangkan baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk
hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada atau unsur pencemar
yang ditenggang keberadaannya di dalam air. Kelas air adalah peringkat kualitas
air yang dinilai masih layak untuk dimanfaatkan bagi peruntukan tertentu.
Klasifikasi mutu air berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 pasal 8 ayat 1
diterapkan menjadi 4 (empat) kelas yaitu sebagai berikut :
1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana atau
prasarana rekreasi air, pembudidayaan ikan tawar, peternakan, air untuk
mengairi tanaman dan peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi tanaman dan peruntukan lain
yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
2.2.4 Indikator Pencemaran Air
Indikator yang digunakan pada pemeriksaan pencemaran air antara lain
debit, suhu, Total Padatan Tersuspensi (Total Suspended Solid), Derajat
Keasaman (pH), Oksigen Terlarut (dissolved oxygen), biochemical oxygen
demand (BOD), chemical oxygen demand (COD), Fosfat, Fecal Coli, dan
B.Coli form.
8

1. Debit adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati
suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam sistem
satuan SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik
(m3 /dt). Data debit atau aliran sungai merupakan informasi yang paling
penting bagi pengelola sumberdaya air. Debit puncak (banjir) diperlukan
untuk merancang bangunan pengendali banjir. Sementara data debit
aliran kecil diperlukan untuk perencanaan alokasi (pemanfaatan) air
untuk berbagai macam keperluan, terutama pada musim kemarau
panjang. Debit aliran rata-rata tahunan dapat memberikan gambaran
potensi sumberdaya air yang dapat dimanfaatkan dari suatu daerah aliran
sungai (Wardana, 2004).
2. Suhu merupakan ukuran panas dinginnya benda yang diukur dengan
termometer. Naiknya suhu air akan mengakibatkan penurunan jumlah
oksigen terlarut dalam air, meningkatkan kecepatan reaksi kimia, dan
mengganggu kehidupan ikan dan hewan air lainnya (Wardana, 2004).
3. TSS (Total Susppended Solid) Zat yang tersuspensi biasanya terdiri dari
zat organik dan anorganik yang melayang-layang dalam air, secara
fisika zat ini sebagai penyebab kekeruhan pada air. Limbah cair yang
mempunyai kandungan zat tersuspensi tinggi tidak boleh dibuang
langsung ke badan air karena disamping dapat menyebabkan
pendangkalan juga dapat menghalangi sinar matahari masuk kedalam
dasar air sehingga proses fotosintesa mikroorganisme tidak dapat
berlangsung (Septenie, 2013). Menurut PPRI No. 82 Tahun 2001 baku
mutu air untuk kelas 1, 2, dan 3 adalah 1000 mg/L (ppm).
4. Derajat Keasaman (pH) normal adalah berkisar pada pH netral yaitu
antara 6 sampai 8, sedangkan pH air yang tercemar, misalnya air limbah
(buangan), berbeda-beda tergantung pada jenis limbahnya (Wardana,
2004). Derajat keasaman merupakan jumlah atau aktivitas ion hidrogen
dalam perairan. Nilai pH secara umum menggambarkan seberapa besar
tingkat keasaman atau kebasaan suatu perairan (Effendi, 2003). Menurut
9

PP No. 82 Tahun 2001 kisaran pH untuk kriteria air kelas 1, 2 dan 3


adalah 6-9.
5. Dissolved oxygen (DO) adalah oksigen yang terlarut dalam air yang
dapat berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer, aliran air
melalui air hujan serta aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air (Wardana,
2004). Kehidupan di air dapat bertahan jika terdapat oksigen terlarut
minimal sebanyak 5 ppm (5 part per million atau 5 mg oksigen untuk
setiap liter air). Semakin tinggi suhu air, semakin rendah tingkat
kejenuhan (Wardana, 2004). Menurut PP No. 82 Tahun 2001 besar DO
untuk kriteria air kelas 1 adalah 6 mg/L, kelas 2 adalah 4 mg/L dan kelas
3 adalah 3 mg/L.
6. Biochemical oxygen demand (BOD) menunjukkan jumlah oksigen
terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk menguraikan atau
mengoksidasi bahan-bahan buangan di dalam air. Organisme hidup yang
bersifat aerobik membutuhkan oksigen untuk proses reaksi biokimia,
yaitu untuk mengoksidasi bahan organik, sintesis sel dan oksidasi sel
(Wardana, 2004)Menurut PP No. 82 Tahun 2001 besar BOD untuk
kriteria air kelas 1 adalah 2 mg/L, kelas 2 adalah 3 mg/L dan kelas 3
adalah 6 mg/L.
7. Chemical oxygen demand (COD) merupakan jumlah oksigen yang
dibutuhkan dalam proses oksidasi kimia yang dinyatakan dalam satuan
mg O2/L. Dengan mengukur nilai COD maka akan diperoleh nilai yang
menyatakan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk proses oksidasi
terhadap total senyawa organik yang sulit untuk diuraikan secara biologis
(Septenie, 2013). Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya
kurang dari 20 mg/L, sedangkan pada perairan tercemar dapat lebih dari
200 mg/L dan pada limbah industri dapat mencapai 60.000 mg/L
(Yuliastuti, 2011). Menurut PP No. 82 Tahun 2001 besar COD untuk
kriteria air kelas 1 adalah 10 mg/L, kelas 2 adalah 25 mg/L dan kelas 3
adalah 50 mg/L.
10

8. PO4 Kandungan fosfat dalam perairan umumnya tidak lebih dari 0,1
mg/l, kecuali pada perairan yang menerima limbah dari aktivitas rumah
tangga dan industri tertentu serta dari daerah pertanian yang mendapat
pemupukan fosfat. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air,
bahwa kadar fosfat yang diperkenankan sebagai bahan baku air minum
adalah 0,2 mg/l. Kadar fosfat dalam perairan alami umumnya berkisar
antara 0,005 – 0,02 mg/l. Kadar fosfat melebihi 0,1 mg/l tergolong
perairan yang eutrof.
9. Bakteri yang umum digunakan sebagai indikator tercemarnya suatu
badan air adalah bakteri Escherichia coli, yang merupakan salah satu
bakteri yang tergolong koliform dan hidup normal di dalam kotoran
manusia dan hewan sehingga disebut juga Faecal coliform. Fecal Coli
adalah, bakteri fakultatif-anaerob berbentuk batang, gram negatif, dan
non-sporulas. Fecal coli ini mampu tumbuh dan menghasilkan asam dan
gas dari laktosa dalam waktu 48 jam di 44 ±0,5°C. Keberadaan bakteri
fecal coli dilingkungan akuatik menunjukan bahwa air telah
terkontaminasi dengan feces manusia atau hewan lain. Rekomendasi
“US-EPA” untuk suplai air rumah tangga untuk jumlah fecal coli kurang
dari 2000 colonies/100ml, dan untuk standar air minum kurang dari 1
koloni/100 ml (Septenie, 2013).

2.2.5 Status Mutu Air Sungai


Status mutu air adalah kondisi mutu air yang menunjukkan kondisi cemar
atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan
membandingkan terhadap baku mutu air yang ditetapkan. Banyak cara untuk
melakukan penilaian status mutu air pada suatu sumber air, yaitu diantaranya
yang disajikan dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 115
Tahun 2003 (Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2003), tentang Pedoman
Penentuan Status Mutu Air, yaitu dengan Metode Storet dan Metode Indeks
Pencemaran Air.
11

2.2.6 Metode Storet


Metode storet ialah salah satu metode untuk menentukan status mutu air
yang umum digunakan. Dengan metode storet ini dapat diketahui parameter-
parameter yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu air. Secara prinsip
metode storet adalah membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu
air yang disesuaikan dengan peruntukannya guna menentukan status mutu air.
Untuk menentukan status mutu air, digunakan sistem nilai dari “US-EPA
(Environmental Protection Agency)” dengan mengklasifikasikan mutu air dalam
empat kelas, yaitu :
Tabel 2.1 Klasifikasi Status Mutu Air Menurut “US-EPA”
No Kelas Kategori Skor Keterangan
Baik
1 Kelas A 0 Memenuhi baku mutu
Sekali
2 Kelas B Baik -1 s/d -10 Tercemar ringan
3 Kelas C Sedang -11 s/d -30 Tercemar sedang
4 Kelas D Buruk ≥-30 Tercemar
Sumber : Kepmen LH No. 115 tahun 2003
2.2.7 Metode Indeks Pencemaran Air
Metode Indeks Pencemaran Air merupakan ukuran relatif tingkat
pencemaran terhadap parameter kualitas air yang diijinkan. Indeks pencemaran
ini ditentukan untuk suatu peruntukan kemudian dapat dikembangkan untuk
beberapa peruntukan bagi seluruh bagian atau sebagian dari badan sungai.
Indeks pencemaran dapat di definisikan sebagai berikut:
Jika Lij menyatakan konsentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan
dalam baku mutu untuk peruntukan air (j) dan Ci menyatakan konsentrasi
parameter kualitas air (i) yang diperoleh dari hasil analisis sample air pada suatu
lokasi pengambilan sample air dari suatu alur sungai, maka Pij adalah indeks
pencemaran bagi peruntukan (j).
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DAN
PEMBAHASAN

3.1 Waktu dan Tempat Praktek Kerja Lapangan


Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan di Dinas Lingkungan Hidup
Provinsi Kalimantan Timur yang berada di Jalan M.T. Haryono, Samarinda, kode
pos 75124, Kalimantan Timur. Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan mulai 27
Nopember 2017 s.d. 12 Januari 2018. Daerah pengambilan data pemantauan
kualitas air daerah aliran Sungai Mahakam Periode Agustus 2017 pada Segmen
MHU-Anggana dengan 4 (empat) titik sampling .
Tabel 3.1 Titik Sampling Kualitas Air di Sungai Mahakam

Kode Koordinat
No Nama Lokasi Kabupaten/Kota
Lokasi LS BT
1 Bloro (MHU) MA 141 Kutai Kartanegara 116°55’13,9’’ 00°19’29.3’’
2 Tenggarong MA 97 Kutai Kartanegara 116°59’56,88’’ 00°19’12’’
3 Kantor Gubernur MA 54 Samarinda 117°08’41,5’’ 00°20’26,1’’
4 Anggana MA 35 Kutai Kartanegara 117°15’82,8’’ 00°34’68,8’’
Sumber: DLH Prov. Kalimantan Timur, 2017

12
13
14

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat Pengelolahan Data
1. Laptop
3.2.2 Bahan Pengelolahan Data
1. Data sekunder Kualitas Air dalam bentuk tabel pengambilan data
pemantauan Sungai Mahakam Periode Agustus 2017 pada Segmen MHU-
Anggana
3.3 Pengolahan Data dengan menggunakan Metode Storet
1. Melakukan pengumpulan data mutu air secara periodik sehingga
membentuk data dari waktu ke waktu (time series data).
2. Mencari nilai maksimum, minimum dan rata-rata dari data mutu ait
tersebut.
3. Membandingkan data hasil pengukuran dari masing-masing parameter air
dengan nilai baku mutu yang sesuai dengan kelas air.
4. Jika hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran <
baku mutu) maka diberi skor 0.
5. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil
pengukuran > baku mutu), maka di beri skor sesuai dengan Tabel 3.2
Tabel 3.2 Penentuan Sistem Nilai untuk Menentukan Status Mutu Air
Parameter
Jumlah Contoh* Nilai
Fisika Kimia Biologi

Maks -1 -2 -3
< 10 Min -1 -2 -3
Rerata -3 -6 -9
Maks -2 -4 -6
≥ 10 Min -2 -4 -6
Rerata -6 -12 -18
Sumber : KEPMEN LH 115/MENLH/2003
Catatan*: jumlah parameter yang digunakan untuk penentuan status mutu
air.
6. Menghitung total jumlah negatif dari seluruh parameter
7. Menetapkan status mutu airnya dengan melihat Tabel 2.1 Klasifikasi
Status Mutu Air Menurut “US-EPA”
15

3.4 Pengolahan Data dengan menggunakan Metode Indeks Pencemaran


Air
a. Setiap nilai Ci/Lij menunjukkan pencemaran relative yang diakibatkan
oleh parameter kualitas air.
b. Nilai Ci/Lij = 1 adalah nilai kritik karena nilai ini dapat diharapkan untuk
dipenuhi bagi suatu baku mutu peruntukan air.
c. Jika Ci/Lij >1 untuk suatu parameter maka konsentrasi parameter ini harus
dikurangi atau disisihkan apabila badan air digunakan untuk peruntukan
(j), jika parameter ini adalah parameter yang bermakna bagi peruntukan
maka pengolahan mutlak harus dilakukan bagi air ini.
d. Pada model ini digunakan berbagai parameter kualitas air sehingga pada
penggunaanya diperlukan rata-rata dan nilai maksimum dari keseluruhan
nilai Ci/Lij.
e. Pij = m (Cij / Lij ) M  (Ci / Lij ) 2 R
Nilai m adalah factor penyeimbang yang dievaluasi pada nilai kritik. Pada
niali kritik Pij, (Ci/Lij)R dan (ci/Lij)M bernilai 1 maka m adalah bernilai
1/V2
f. Dengan demikian maka:
Pij = 2
Evaluasi terhadap nilai Pij:
0 Pij1, memenuhi baku mutu
1 <Pij5, cemar ringan
5<Pij 10, cemar sedang
Pij>10, cemar berat
Jika nilai Ci/Lij lebih dari 1 maka:
(ci/Lij)baru = 1+ 5 log (Ci/Lij) hasil pengukuran
16

3.5 Pembahasan
Daerah pengambilan data pemantauan kualitas air daerah aliran Sungai
Mahakam Periode Agustus 2017 pada Segmen MHU Bloro, Tenggarong, Kantor
Gubernur dan Anggana dengan panjang segmen 171 km.
Untuk mengetahui status mutu kualitas air dilaporan ini menggunakan
beberapa parameter kualitas air, baik parameter fisik, kimia, maupun biologi.
Antaralain parameter tersebut debit, suhu, total susppended solid, , ph, dissolved
oxygen, biochemical oxygen demand, chemical oxygen demand, posfat, B.Coli
form dan Faecal coliform.
Penentuan status mutu kualitas air di Sungai Mahakam dilakukan berdasarkan
pada pedoman penentuan status mutu air yang ditetapkan oleh Kementerian
lingkungan hidup nomor 115 tahun 2003 dimana menggunakan Metode Storet
dan Metode Indeks Pencemaran.
Metode storet ini dilakukan pada semua segmen , mulai segmen MHU Bloro
sampai Anggan mulai tercemar ringan hingga sedang.
Tabel 3.18 Status Mutu Kualitas Air di Sungai Mahakam tahun 2017
menggunakan Metode Storet

Kelas Skor Keterangan


I -22 Tercemar Sedang
II -18 Tercemar Sedang
III -10 Tercemar Ringan

-25 -22
Hasil Perhitungan

-20 -18
-15 -10
-10
-5
0
I II III
Kelas Baku Mutu

Gambar 3.2 Grafik Penentuan Status Mutu Kualitas Air di Sungai Mahakam
17

Hasil penentuan status mutu kualitas air di Sungai Mahakam segmen MHU
Bloro sampai Anggana pada periode Agustus 2017 pada musim puncak kemarau
menggunakan Metode Storet dengan baku mutu kelas I memperoleh skor -22 dan
menyatakan bahwa kualitas air tercemar sedang. Ada tiga parameter yang tidak
memenuhi baku mutu untuk kelas I yang merupakan air yang peruntukannya
dapat digunakan untuk air baku air minum, tiga parameter tersebut ialah DO,
BOD dan DO.
Untuk penentuan status mutu kualitas air dengan menggunakan Metode
Indeks Pencemaran dilakukan pada setiap segmen . Dapat diketahui kualitas air di
Sungai Mahakam mulai dari memenuhi baku mutu sampai tercemar ringan.
Tabel 3.19 Status Mutu Kualitas Air di Sungai Mahakam tahun 2017
menggunakan Metode Indeks Pencemaran
Indeks Pencemaran
Kelas Bloro (MHU) Tenggarong Kantor Gubernur Anggana
I 1,153 2,965 2,166 0,861
II 0,647 2,302 1,516 0,642
III 0,608 1,228 0,714 0,626
Dari tabel 3.19 bisa dilihat grafik Penentuan Kualitas Air di Sungai Mahakam
tahun 2017 dengan menggunakan Metode Indeks Pencemaran.

3,5

3 2,965
2,5
2,302
2,166
2 I
IP

1,5 1,516 II
1,153 1,228
1 III
0,861
0,647 0,714 0,642
0,5 0,608 0,626
0
1 2 3 4

Gambar 3.3 Grafik Penentuan Kualitas Air di Sungai Mahakam


Metode Indeks Pencemaran
18

Penentuan status mutu kualitas air di Sungai Mahakam periode Agustus tahun
2017 musim puncak kemarau dengan menggunakan metode indeks pencemaran
dilakukan pada setiap segemen untuk peruntukan baku mutu sesuai klasifikasi air
tersebut.
Pada laporan ini dari dua metode yang digunakan yaitu Metode Storet dan
Metode Indeks Pencemaran untuk penentuan status mutu kualitas air di Sungai
Mahakam yang berdasarkan pada pedoman penentuan status mutu air yang
ditetapkan oleh Kementerian lingkungan hidup nomor 115 tahun 2003. Diketahui
bahwa Metode Storet ini dilakukan perhitungan pada segmen dan memiliki
kelemahan karena hanya dilakukan pada satu waktu sedangkan syarat metode
storet sendiri adalah data waktu ke waktu, pada metode storet dilaporan ini hanya
dilakukan pada satu waktu yaitu musim puncak kemarau. Ini menyebabkan untuk
metode storet tidak bisa menyimpulkan untuks kondisi status mutu kualitas air
Sungai Mahakam dikarenakan hanya menunjukan status mutu kualitas air pada
musim puncak kemarau saja tidak pada musim yang lain.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Status mutu kualitas air di Sungai Mahakam pada segmen MHU Bloro
sampai Anggana dengan panjang segmen 171 km menggunakan Metode
Storet pada kelas I, II dan III kualitas air tercemar sedang dan parameter
yang menjadi indikator pencemar ialah DO, BOD dan COD. Untuk Metode
Indeks Pencemaran untuk peruntukan baku mutu kelas I pada segmen MHU
Bloro, Tenggarong dan Kantor Gubernur tercemar ringan sedangkan pada
segmen Anggan kualitas air tercemar ringan. Kelas II pada segmen MHU
Bloro dan Anggana kualitas air memenuhi baku mutu sedangkan pada
segmen Kantor Gubernur dan Tenggarong kualitas air cemar ringan. Kelas III
untuk Metode Indeks Pencemaran pada segmen MHU Bloro, Kantor
Gubernur dan Anggana kualitas air memenuhi baku mutu sedangkan pada
segmen Tenggarong belum memenuhi baku mutu kualitas air cemar ringan.

4.2 Saran
Penelitian ini dapat dilakukan lebih lanjut terhadap kualitas air sungai pada
kondisi penghujan sehingga dapat dibandingkan tingkat pencemarandan status
mutu airnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Azwir. 2006. Analisa Pencemaran Air Sungai Tapung Kiri oleh Limbah Industri
Kelapa Sawit PT. Peputra Masterindo di Kabupaten Tanggerang. Tesis.
Universitas Dipenogoro, Semarang.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Mangundikoro. 1985. Fungsi Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Paramadyasta, A. 2011. Studi Penelitian Status Mutu Air dengan Metode STORET
dan Indeks Pencemaran di Waduk Sutami. Skripsi. Jurusan Pengairan
Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Septenie, dkk. 2013. Studi Penentuan Status Mutu Air Di Sungai Surabaya Untuk
Keperluan Bahan Baku Air Minum. Jurnal Teknik Pengairan, Volume 4,
Nomor 1, Mei 2013, hlm 53–60
Wardhana, Wisnu. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit ANDI.
Yogyakarta
Yuliastuti, E. 2011. Kajian Kualitas Air Sungai Ngringo Karangannyar dalam
upaya pengendalian pencemaran air. Tesis. Universitas Dipenogoro,
Semarang.
LAMPIRAN I
LAMPIRAN II
LAMPIRAN III
Lampiran .
Beberapa kegiatan yang dilakukkan saat PKL

Mengikuti latihan tari nusantara Foto dengan rekan PKL


Mengetik laporan kegiatan perjalanan
dan mengetik laporan RKLH

Anda mungkin juga menyukai