Anda di halaman 1dari 23

Pengukuran Kualitas Air

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang
diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71%
permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kubik (330 juta mil) tersedia di bumi.
Untuk menentukan kualitas air, pengamatan dilakukan berdasarkan berbagai parameter air
baik fisika, kimia, dan biologinya. Dari segi parameter fisika yaitu suhu, tingkat kecerahan,
tingkat kekeruhan dan tingkat kedalaman,. Parameter kimia yaitu Ph, O2 terlarut dan CO2 bebas,
sedangkan untuk parameter biologi yaitu plankton dan bentos.
Pengukuran kualitas air dilakukan pada ekosistem perairan seperti kolam waduk, sungai, laut,
danau, teluk, delta, semenanjung dan perairan lainnya.
Dilakukannya pengukuran kualitas air untuk mengetahui kelayakan dari air tersebut. Dalam
praktikum ini, mengukuran kualitas air dilakukan diwaduk FAPERIKA UR dengan
menggunakan metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan dengan
memperhatikan berbagai pertimbangan kondisi serta keadaan daerah pengamatan. Analisis yang
dilakukan menggunakan dua cara, yakni analisis secara insitu, yaitu analisis sampel yang
dilakukan langsung dilokasi pengamatan dan analisis secara eksitu, yaitu analisis yang dilakukan
di laboratorium namun sebelumnya sampel telah diambil dilokasi pengamatan.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui kualitas air di waduk
FAPERIKA UR dan sebagai informasi mengenai kualitas air bagi para pembaca, khususnya
mahasiswa FAPERIKA UR juga untuk memenuhi tugas laporan hasil praktikum Ekologi
Perairan mengenai Pengukuran Kualitas Air.
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah kita dapat mengetahui seberapa layak air
yang ada diwaduk FAPERIKA UR untuk digunakan. Kita juga dapat memahami langkahlangkah untuk mengukur kualitas air disuatu perairan sehingga juga dapat dilakukan pada area
yang lainnya. Tak hanya itu, penulisan makalah ini juga dapat menambah wawasan atau
pengetahuan kita bagaimana cara pengukuran parameter lingkungan perairan sehingga dapat
meningkatkan pemahaman praktikan tentang cara pengukuran parameter fisika dan parameter
kimia.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Didalam manajemen kualitas air adalah merupakan suatu upaya memanipulasi kondisi
lingkungan sehingga mereka berada dalam kisaran yang sesuai untuk kehidupan dan
pertumbuhan ikan. Di dalam usaha perikanan, diperlukan untuk mencegah aktivitas manusia
yang mempunyai pengaruh merugikan terhadap kualitas air dan produksi ikan (Widjanarko,
2005).
Pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama adalah
pengukuran kualitas air dengan parameter fisika dan kimia (suhu, O2 terlarut, CO2 bebas, pH,
konduktivitas, kecerahan, alkalinitas ), sedangkan yang kedua adalah pengukuran kualitas air
dengan parameter biologi (plankton dan benthos) (Sihotang, 2006).
Dalam pengukuran kualitas air secara umum, menggunakan metode purposive sampling,
yaitu pengambilan sampel dilakukan dengaan memperhatikan berbagai pertimbangan kondisi
serta keadaan daerah pengamatan (Fajri, 2013).
Pola temparatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya
matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya, ketinggihan geografis dan juga
oleh faktor kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di tepi. Di samping
itu pola temperatur perairan dapat di pengaruhi oleh faktor-faktor anthropogen (faktor yang di
akibatkan oleh aktivitas manusia) seperti limbah panas yang berasal dari air pendingin pabrik,
penggundulan DAS yang menyebabkan hilangnya perlindungan, sehingga badan air terkena
cahaya matahari secara langsung (Barus, 2003).
Kecerahan suatu perairan menentukan sejauh mana cahaya matahari dapat menembus
suatu perairan dan sampai kedalaman berapa proses fotosintesis dapat berlangsung sempurna.
Kecerahan yang mendukung adalah apabila pinggan secchi disk mencapai 20-40 cm dari
permukaan. (Chakroff dalam Syukur, 2002).

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Ekologi Perairan mengenai Pengukuran Kulitas Air dilaksanakan pada tanggal
19 Maret 2013 pukul 13.00 WIB sampai dengan pukul 14.30 WIB bertempat di Waduk
FAPERIKA UR dan di Laboratorium Ekologi dan Manajemen Lingkungan Perairan UR,
Kampus Bina Widya KM.12,5 Simpang Baru, Panam, Pekanbaru.

3.2 Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air sampel, tiosulfat, amilum, MnSO 4,
NaOHKI, H2SO4, Pnolpthealin (PP) dan Na2CO3.
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini seperti tabung enlemeyer, jarum suntik,
pipet tetes, meteran ( penggaris panjang), turbidimeter, secchi disk kertas lakmus, tissue,
thermometer dan wadah penampung (botol air mineral.)

3.3 Metodologi Praktikum

Adapun metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode survey, yakni
penelitian langsung ke lokasi dengan menggunakan analisis secara in situ dan ek situ,

3.4 Prosedur Praktikum


Sebelum praktikum dimulai, asisten menjelaskan cara menggunakan alat-alat yang
akan digunakan nantinya. Asisten juga menjelasakan cara perhitungan analisis untuk masingmasing parameter. Kemudian, asisten beserta praktikan pergi menuju waduk sambil
membawa alat-alat yang dibutuhkan untuk segera melakukan penelitian. Semua penelitian
langsung di daerah penelitian, kecuali pengukuran kekeruhan karena alat pengukur kekeruhan
berada di laboratorium.

3.4.1 PARAMETER FISIKA


A. Suhu
Pertama sekali siapakan alat pengukur suhu terlebih dahulu, yakni thermometer.
Kemudian tentukan lokasi air yang akan diukur suhunya. Setelah lokasi pengukuran
didapatkan, ikat bagian pangkal thermometer (bukan ujung air raksa) lalu masukkan
thermometer ke air dengan cara mencelupkan thermometer kedalam perairan kemudian
gantung thermometer tersebut pada permukaan perairan beberapa menit. Setelah thermometer
menunjukkan angka yang konstan, baca angka yang ditunjukkan thermometer lalu catat
hasilnya.

B. Kecerahan
Siapkan alat-alat yang akan digunakan, seperti secchi disk dan meteran. Lalu tentukan
lokasi pengukuran kecerahan. Setelah lokasi didapatkan, turunkan secchi disk secara perlahan
hingga batas tidak tampak, yakni warna hitam pada secchi disk tidak lagi terlihat. Kemudian
ukur panjangnya dengan meteran atau penggaris panjang. Setelah itu, secara perlahan tarik

secchi disk keatas hingga warna hitam pada secchi disk tersebut kembali terlihat lalu ukur
juga berapa panjangnya, ini adalah batas tampak. Setelah nilai batas tidak tampak dan batas
tampak telah didapat, maka jumlahkan kedua nilai tersebut lalu dibagi dua. Ini merupakan
nilai kecerahan.
Untuk lebih jelasnya rumus menghitung kecerahan adalah sebagai berikut,
Kecerahan air (cm) = Jarak tidak tampak (cm) + Jarak tampak (cm)
2
C. Kekeruhan
Sediakan alat yang digunakan, yakni botol air mineral. Kemudian isi botol dengan air
sampel secukupnya lalu bawa air tersebut ke laboratorium untuk diukur kekeruhannya. Lalu
air sampel tersebut dipindahkan kedalam gelas piala dan bandingkan dengan standar air yang
menjadi patokan (standar). Masukkan air yang menjadi patokan (standar) kedalam
turbidimeter sehingga jarum turbidimeter menunjukkan angka standarnya. Setelah itu,
keluarkan gelas piala yang berisi air standar tadi lalu masukkan air sampel kedalam gelas
piala lainnya dan kocok. Setelah itu masukkan air sampel tersebut kedalam turbidimeter dan
atur sehingga turbidimeter menunjukkan angka konstan. Catat hasil yang ditunjukkan oleh
jarum turbidimeter.

D. Kedalaman
Siapakan alat yang akan digunakan, yakni meteran. Tentukan lokasi perairan yang
akan diukur kedalamannya. Setelah lokasi didapatkan, masukkan meteran (dalam praktik saat
ini menggunakan penggaris panjang) kedalam perairan hingga mengenai dasar perairan. Catat
kedalaman yang diperoleh.

3.4.2 PARAMETER KIMIA


A. Pengukuran pH

Sediakan alat yang akan digunakan, yakni kertas pH dan pH meter. Celupkan kertas
pH kedalam perairan, setelah kertas pH basah angkat keras pH tersebut lalu tunggu beberapa
saat. Lihat perubahan warna yang terjadi pada kertas pH dan bandingkan warna tersebut
dengan papan standar nilai pH lalu catat hasilnya.

B. Oksigen Terlarut ( Disolved Oxygen-DO )


Siapkan bahan dan alat yang akan digunakan, seperti , tiosulfat, amilum, MnSO4,
NaOHKI, H2SO4, tabung erlenmeyer, jarum suntik, botol BOD ( botol Winkler) dan pipet
tetes. Kemudian tentukan lokasi pengambilan air sampel. Setelah itu ambil air sampal
menggunakan botol BOD namun jangan samapai terjadi gelembung udara. Caranya yaitu
dengan menenggelamkan tabung erlenmeyer secara perlahan kedalam perairan, setelah
tabung terisi penuh tutup mulut tabung dengan rapat. Lalu periksa apakah didalam tabung
yang berisi air terdapat gelembung udara atau tidak, jika ada maka ulangi kembali hingga
gelembung udara benar-benar tidak ada didalam tabung. Tapi, jika gelembung udara tidak
ada maka dengan menggunakan jarum suntik ataupun pipet tetes tamabahkan 2 ml larutan
MnSO4 , 2 ml NaOHK. Tutup botol dengan rapat lalu kocok dengan cara membalik-balikkan
botol hingga beberapa kali. Beberapa saat kemudian akan terjadi gumpalan dan tunggu
beberapa saat hingga proses pengendapan sempurna. Setelah itu, ambil bagian larutan yang
masih jernih dengan menggunakan jarum suntik ataupun pipet tetes sebanyak 100 ml dan
pindahkan kedalam tabung erlenmeyer. Pada larutan yang tadinya terdapat endapan,
tambahkan 2 ml H2SO4 lalu kocok dengan perlahan hingga semua endapan larut, lalu
pindahkan larutan tersebut kedalam tabung erlenmeyer dan titrasi dengan tiosulfat hingga
larutan berwarna coklat muda. Pada larutan ini, tambahkan amilum beberapa tetes hingga
larutan berubah menjadi warna biru, kemudian titrasi kembali dengan larutan tiosulfat hingga
warna biru pada larutan tersebut hilang. Lalu catat hasilnya dengan menggunaka rumus :
OT = a x N x 8 x 1000

V-4
Keterangan :
OT

: O2 terlarut ( mg O2/L )

: volume titran Na-thiosulfat ( ml )

: Normalitas larutan thiosulfat ( 0,025 N)

: Volume botol Winkler ( ml )

C. Karbondioksida Bebas
Siapakan bahan dan alat yang akan digunakan seperti PP, NA2CO3, tabung
erlenmeyer, dan pipet tetes atau jarum suntik. Ambil sampel air yang akan diuji namun
usahakan agar air sampel terhindar kontak dengan udara. Dengan menggunakan pipet tetes
masukkan air sampel kedalam tabung erlenmeyer secara perlahan agar pengaruh aerasi tidak
begitu besar. Kemudian tambahkan PP sebanyak 3-4 tetes. Jika larutan berwarna pink berarti
tidak ada CO2 dan segera titrasi dengan Na2CO3 0,0454 N sampai warna pink stabil. Lalu
catat hasilnya dengan menggunakan rumus Alaert dan Santika
CO2 = A x N x 22 x 1000
V
Keterangan :
A

: volume titran Na2CO3 yang terpakai ( ml )

: normalitas larutan ( 0,0454 N )

: Volume sampel
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Suhu yang diukur dengan menggunakan thermometer menunjukkan bahwa udara
yang permukaan perairan adalah 280C, sedangkan suhu permukaannya 320C, ini artinya suhu
permukaan air waduk FAPERIKA adalah diatas baku mutu.

Kecerahan yang diukur dengan menggunakan secchi disk yakni sebesar 70,5 cm,
artinya kecerahan perairan sesuai dengan baku mutu.
Kekeruhan yang dihasilkan dari pengukuran dengan menggunakan turbidimeter
adalah sebesar 5 NTU, ini artinya kekeruhan perairan juga sesuai dengan baku mutu.
Sedangkan kedalaman yang didapat dengan menggunakan penggaris panjang adalah
65 cm.
Dengan menggunakan kertas pH dan pH meter, pH diperairan waduk FAPERIKA
adalah 6, yakni normal.
Dalam pengukuran O2 terlarut ( DO ) menghasilkan 8,33 mg/L, artinya DO sesuai
dengan baku mutu.
Sedangkan dalam pengukuran karbondioksida bebas menghasilkan 9,988 mg/L,
artinya CO2 bebas sesuai dengan baku mutu.

4.2 Pembahasan
Pengukuran suhu permukan perairan diwaduk FAPERIKA UR dilakukan dengan
menggunakan thermometer dengan cara mencelupkan thermometer kedalam perairan. Setelah
thermometer menunjukkan angka yang konstan, maka baca hasilnya. Dalam praktikum ini
menghasilkan suhu permukaan air di waduk adalah 320C dan suhu udara sebesar 280C.
Dalam pengukuran kecerahan dilakukan dengan menggunakan secchi disk dengan
cara menurunkan secchi disk secara perlahan hingga batas tidak tampak, yakni warna hitam
pada secchi disk tidak lagi terlihat. Kemudian ukur panjangnya dengan meteran atau
penggaris panjang, dalam praktik ini batas tidak tampak yang dihasilkan adalah 88 cm .
Setelah itu, secara perlahan tarik secchi disk keatas hingga warna hitam pada secchi disk
tersebut kembali terlihat lalu ukur juga berapa panjangnya, ini adalah batas tampak. Dalam
praktikum ini menghasilkan batas tampak sebesar 53 cm. Setelah nilai batas tampak dan nilai

batas tidak tamapak telah diperoleh, maka hasil tersebut diamasukkan kedalam rumus untuk
menghitung kecerahannya, yakni sebagi berikut
Kecerahan air (cm) = Jarak tidak tampak (cm) + Jarak tampak (cm)
2
Kecerahan air (cm) = 88 + 53
2
= 70,5 cm
Ini artinya kecerahan di perairan waduk FAPERIKA sesuai dengan baku mutu.
Pada pengukuran kekeruhan menggunakan turbidimeter. Air sampel dia ambil dari
waduk kemudian dibawa ke laboratorium untuk diukur kekeruhannya. Pada praktikum ini
mengahasilkan kekeruhan air sebesar 5 NTU. Ini artinya kekeruhan air di waduk FAPERIKA
masih sesuai dengan baku mutu.
Pada pengukuran kedalam biasanya dilakukan dengan menggunakan meteran yang
diberi pemberat lalu dimasukkan kedalama air, namun praktikum kali ini dilakukan dengan
menggunakan penggaris panjang lalu dimasukkan kedalam perairan hingga mengenai dasar
perairan tersebut. Dalam praktikum ini kedalaman yang diperoleh adalah 165 cm.
Dalam pengukuran pH perairan menggunakan kertas pH dan pH meter dengan cara
mencelupkan kertas pH kedalam perairan lalu amati perubahan yang terjadi pada kertas
tersebut dan sesuaikan dengan menggunakan pH meter. Adapun pH perairan yang diperoleh
adalah 6. Ini artinya pH perairan waduk FAPERIKA adalah normal, tidak asam dan juga
tidak basa.
Pada pengukuran O2 terlarut (DO) menggunakan larutan tiosulfat dan air didalam
tabung enlemeyer dengan cara titrasi. Pada praktikum ini larutan tiosulfat yang digunakan
adalah sebanyak 4 ml dan volume air adalah 100 ml. untuk menghitung DO digunakan
rumus sebagai berikut

OT = a x N x 8 x 1000
V-4
= 4 x 0,025 x 8 x 1000
100-4
= 8,33 mg/L
Ini berarti DO diperairan waduk sesuai dengan baku mutu
Pada pengukuran CO2 bebas menggunakan larutan Na2CO3 dan air didalam tabung
enlemeyer dengan cara titrasi. Pada praktikum ini larutan Na2CO3 yang digunakan adalah
sebanyak 1 ml dan volume air adalah 100 ml. untuk menghitung CO2 bebas digunakan
rumus sebagi berikut
CO2 = A x N x 22 x 1000
V

= 1 x 0,0454 x 22 x 1000
100
= 9,988 mg/L
Ini artinya CO2 bebas diwaduk FAPERIKA sesuai dengan baku mutu.

Kekeruhan
Kekeruhan pada suatu cairan biasanya disebabkan oleh beberapa hal diantaranya yaitu
partikel-partikel mikroskopis seperti mikro organisme yang ada pada cairan tersebut, zat
padat terlarut dan lainya.
Apa yang dimaksud dengan Kekeruhan?
Kekeruhan dilihat pada konsentrasi ketidaklarutan, keberadaan partikel pada suatu cairan
yang diukur dalam satuan Nephelometric Turbidity Units(NTU). Penting untuk diketahui
bahwa kekeruhan adalah ukuran kejernihan sampel, bukan warna.
Air dengan penampilan keruh atau tidak tembus pandang dapat dipastikan memiliki tingkat
ataukadar kekeruhan yang tinggi, sementara air yang jernih atau tembus pandang pasti
memiliki kadar kekeruhan lebih rendah. Nilai kekeruhan yang tinggi dapat disebabkan oleh
partikel yang terlarut dalam air seperti lumpur, tanah liat, mikroorganisme, dan material
organik. Berdasarkan keterangan diatas, kekeruhan bukan merupakan ukuran langsung dari
partikel-partikel akan tetapi merupakan suatu ukuran bagaimana sebuah partikel
menghamburkan cahaya dalam suatu cairan.
Apa Pentingnya Menganalisa Tingkat Kekeruhan Dengan Turbidity Meter?
Pengukuran atau analisa kekeruhan dan kejernihan pada air sangat penting dalam proses
industri, seperti pada produksi air minum atau minuman, pengolahan makanan, dan instalasi
pengolahan air minum. Serta dalam pengolahan sumber air bersih.
Dalam proses pengolahan dan produksi air minum, nilai kekeruhan dapat dijadikan sebagai
indikator keberadaan bakteri patogen, atau partikel yang dapat melindungi organisme
berbahaya dari proses desinfeksi. Oleh sebab itu, pengukuran tingkat kekeruhan sangat
berguna untuk instalasi pengolahan air untuk memastikan kebersihan nya. Pada proses
industri, kekeruhan dapat menjadi bagian dari Quality Control untuk memastikan efisiensi
dalam pengolahan atau proses industri terkait.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan

cm,
kekeruhan 5 NTU, kedalaman 165 cm, pH 6, DO 8,33 mg/L dan CO2 bebas 9,988 mg/L.
Maka, dapat disimpulkan bahwa kualitas air di waduk FAPERIKA UR adalah baik.
5.2 Saran
Demi menjaga kualitas air di waduk FAPERIKA UR, diharapkan kepada semua pihak
agar tidak mencemari air yang ada diwaduk tersebut. Kualitas air diwaduk saat ini adalah
baik, namun apabila tidak dijaga akan berkurang kualitasnya. Maka, marilah bersama-sama
kita jaga agar air di waduk tersebut tetap sesuai dengan baku mutu yang ditentukan dan tidak
tercemar.

Daftar Pustaka

Widjanarko., 2005. Tingkat Kesuburan Perairan. Kendari.


Barus, T. A, 2003. Pengantar Limnologi. Jurusan Biologi FMIPA USU. Medan
Syukur, A., 2002. Kualitas Air dan Struktur Komunitas Phytoplankton di Waduk Uwai.
Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. 51 hal. (tidak
diterbitkan).
Sihotang,C. dan Efawani. 2006. Penuntun Praktikum Limnologi. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan UR. Pekanbaru.
Fajri, Nur El dan Agustina. 2013. Penuntun Praktikum dan Lembar Kerja Praktikum Ekologi Perairan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UR. Pekanbaru.

Turbidity Analyzer (Turbidity Meter)


1. Introduction
Turbidity meter adalah salah satu alat umum yang biasa digunakan untuk keperluan

analisa kekeruhan air atau larutan. Turbidity meter merupakan alat pengujian
kekeruan dengan sifat optik akibat dispersi sinar dan dapat dinyatakan sebagai
perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap cahaya yang datang. Intensitas
cahaya yang dipantulkan oleh suatu suspensi padatan adalah fungsi konsentrasi jika
kondisi-kondisi lainnya konstan. Alat ini banyak digunakan dalam pengolahan air
bersih untuk memastikan bahwa air yang akan digunakan memiliki kualitas yang
baik dilihat dari tingkat kekeruhanya[1]. Gambar 1 merupakan salah satu bentuk
turbidity meter portabel untuk keperluan pengukuran kekeruhan sampel.

Gambar 1. Turbidity meter portabel[1]

Kekeruhan pada suatu cairan biasanya disebabkan oleh beberapa hal diantaranya
yaitu partikel-partikel mikroskopis seperti mikro organisme yang ada pada cairan
tersebut, zat padat terlarut dan lainya.Kekeruhan dilihat pada konsentrasi
ketidaklarutan, keberadaan partikel pada suatu cairan yang diukur dalam satuan
Nephelometric Turbidity Units (NTU). Penting untuk diketahui bahwa kekeruhan
adalah ukuran kejernihan sampel, bukan warna.
Air dengan penampilan keruh atau tidak tembus pandang dapat dipastikan memiliki
tingkat atau kadar kekeruhan yang tinggi, sementara air yang jernih atau tembus
pandang pasti memiliki kadar kekeruhan lebih rendah. Nilai kekeruhan yang tinggi
dapat disebabkan oleh partikel yang terlarut dalam air seperti lumpur, tanah liat,
mikroorganisme, dan material organik. Berdasarkan keterangan diatas, kekeruhan
bukan merupakan ukuran langsung dari partikel-partikel akan tetapi merupakan
suatu ukuran bagaimana sebuah partikel menghamburkan cahaya dalam suatu
cairan[1].
2. Prinsip Pengukuran Kekeruhan

Pengukuran atau analisa kekeruhan dan kejernihan pada air sangat penting dalam
proses industri, seperti pada produksi air minum atau minuman, pengolahan
makanan, dan instalasi pengolahan air minum. Serta dalam pengolahan sumber air
bersih. Dalam proses pengolahan dan produksi air minum, nilai kekeruhan dapat
dijadikan sebagai indikator keberadaan bakteri patogen, atau partikel yang dapat
melindungi organisme berbahaya dari proses desinfeksi. Oleh sebab itu, pengukuran

tingkat kekeruhan sangat berguna untuk instalasi pengolahan air untuk memastikan
kebersihannya. Pada proses industri, kekeruhan dapat menjadi bagian dari Quality
Control untuk memastikan efisiensi dalam pengolahan atau proses industri terkait[1].
Tujuan deteksi kekeruhan adalah untuk mengetahui macam partikel penyebab
pencemar air yang dideteksi. Deteksi kekeruhan (turbiditas) pada air minum dapat
dilakukan dengan alat turbidimeter dan dinyatakan dengan satuan NTU
(Nephelometric Turbidity Unit). Kekeruhan sering diukur dengan metode
Nephelometric. Pada metode ini, sumber cahaya dilewatkan pada sampel dan
intensitas cahaya yang dipantulkan oleh bahan-bahan penyebab kekeruhan diukur
dengan menggunakan suspensi polimer formazin sebagai larutan standar. Satuan
kekeruhan yang diukur dengan metode Nephelometric adalah NTU (Nephelometric
Turbidity Unit). Kekeruhan dalam air minum/air bersih tidak boleh lebih dari 5 NTU.
Penurunan kekeruhan ini sangat diperlukan karena selain ditinjau dari segi estetika
yang kurang baik juga proses desinfeksi untuk air keruh sangat sukar, hal ini
disebabkan karena penyerapan beberapa koloid dapat melindungi organisme dari
disinfeksi[2].

Gambar 2. Prinsip pengukuran turbiditas dengan metode nephelometric[3]


Sistem optik (gambar referensi) termasuk lampu tungsten - filamen, detektor 90
untuk memonitor cahaya tersebar dan detektor cahaya yang ditransmisikan.
Mikroprosesor instrumen menghitung rasio sinyal - sinyal dari 90 dan detektor
cahaya yang ditransmisikan. Teknik rasio ini mengoreksi gangguan dari warna dan /
atau cahaya penyerapan bahan (seperti karbon aktif) dan mengkompensasi fluktuasi
intensitas lampu , memberikan stabilitas kalibrasi jangka panjang . Desain optik juga
meminimalkan cahaya liar dan meningkatkan akurasi pengukuran[3].
Turbiditas diukur dengan turbidiuster yang mengukur kemampuan cahaya untuk
melewati suatu contoh air. Partikel yang tersuspensi tersebut akan menyebar
cahaya yang datang, sehingga menurunkan intensitas cahaya yang disebarkan.
Padatan yang tersuspensi dalam air umumnya terdiri dari fitoplankton, zooplankton,
kotoran hewan, sisa tanaman dan hewan, kotoran manusia, dan limbah industri.

Kejernihan dan warna air akan dipengaruhi oleh padatan terlarut dan tersuspensi.
Kejernihan air yang rendah menunjukkan produktivitas tinggi, karena sifat kejernihan
ada hubungannya dengan produktivitas. Jika konsentrasi bahan tersuspensi tinggi,
maka sinar matahari tidak dapat menembus ke dalam air dengan sempurna[2].
3. Turbidity Analyzer atau Turbidity Meter
3.1 Bagian - Bagian Turbidity Meter
Turbidity meter terdiri dari dua bagian, yaitu detektor dan konverter[4]. Di mana
detektor memiliki bagiannya masing - masing, begitu pula dengan konverter. Pada
gambar 3 dapat dilihat gambar detektor pada turbidity meter beserta bagian bagiannya.

Gambar 3. Detektor pada turbidity meter dan bagian - bagiannya[4]


Sedangkan gambar 4 menunjukkan bagian konverter pada turbidity meter. Konverter
inilah yang berfungsi untuk mengubah besaran dari zat yang terukur serta
menampilkannya dalam bentuk nilai turbiditas sesuai dengan satuan turbiditas yang
telah disetting pada display.

Gambar 4. Konverter dan tampilan display pada turbidity meter[4]


Gambar 5 berikut merupakan gambar yang menunjukkan sistem konfigurasi dari
turbidity meter di mana menunjukkan input output kerja pada turbidity meter.

Gambar 5. Sistem konfigurasi turbidity meter[4]


3.2 Pembacaan Pengukuran Turbidity Analyzer
Gambar 6 berikut menunjukkan tampilan dari operator panel konverter turbidity
analyzer di mana panel operasi terdiri dari LCD screen, operation keys dan lampu.

Gambar 6. Panel operasi konverter turbidity meter / turbidity analyzer[5]

LCD screen yang terdiri dari data display, message display, status indicator, key
indicator dan pointer[5]. Berikut merupakan tampilan LCD screen pada panel operasi
konverter turbidity meter yang ditunjukkan oleh gambar 7.

Gambar 7. LCD screen pada panel operasi konverter turbidity meter[5]

Data display menunjukkan data turbiditasData display menunjukkan data


turbiditas
Message
display
menunjukkan
arus
output,
message
dan
sebagainya.Message display menunjukkan arus output, message dan
sebagainya.
Status indicator menunjukkan status dari konverter turbidity meter.Status
indicator menunjukkan status dari konverter turbidity meter.
Key indicator menyala jika terjadi keadaan mendesak.Key indicator menyala
jika terjadi keadaan mendesak.
Pointer menyala ketika mengindikasikan mode arus (level)[5].Pointer menyala
ketika mengindikasikan mode arus (level)[5].

Referensi :
[1] Pengertian dan Penggunaan Turbidity Meter disadur dari http://multimeterdigital.com/pengertian-dan-penggunaan-turbidity-meter.html yang diakses pada
tanggal 25 November 2014 pukul 14.09 WIB.
[2] Nurani, Puji. 2013. Pemeriksaan Kekeruhan dari Air Reservoir pada PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal Medan. Tugas Akhir. Universitas Sumatera Utara.
Medan.
[3] Working Principle of Nephelometric Turbidity Meter disadur dari http://www.waterchemistry.in/2010/11/working-principle-of-nephelometric-turbidity-meter/
yang
diakses pada tanggal 25 November 2014 pukul 11.35 WIB.
[4] Bulletin Turbidity Meter - Right Angle Scattered Light Turbiditimeter TB750G
disadur dari www.yokogawa.com pada tanggal 18 September 2013 pukul 09.19
WIB.
[5] User's Manual - Model 7B750G Right Angle Scattered Light Turbiditimeter
disadur dari www.yokogawa.com pada tanggal 18 September 2013 pukul 09.20
WIB.

Kekeruhan
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya
yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam air. Kekeruhan
disebabkan adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya
lumpur dan pasir halus), maupun bahan anorganik dan organik yang berupa plankton dan
mikroorganisne lain (APHA, 1976; Davis dan Cornwell, 1991dalam Effendi 2003). Zat
anorganik yang menyebabkan kekeruhan dapat berasal dari pelapukan batuan dan logam,
sedangkan zat organik berasal dari lapukan hewan dan tumbuhan. Bakteri dapat
dikategorikan sebagai materi organik tersuspensi yang menambah kekeruhan air.
Padatan tersuspensi berkolerasi positif dengan kekeruhan. Semakin tinggi nilai padatan
tersuspensi, semakin tinggi nilai kekeruhan. Akan tetapi, tingginya padatan terlarut tidak
selalu diikuti dengan tingginya kekeruhan. Tingginya nilai kekeruhan dapat mempersulit
usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses penjernihan air.
Secara optis, kekeruhan merupakan suatu kondisi yang mengakibatkan cahaya dalam air
didispersikan atau diserap dalam suatu contoh air. Beberapa metode pengukuran kekeruhan
antara lain (Santika, 1987) :

1.3.1. Metode Jackson Candler Turbidimetry


Metode ini dilakukan berdasarkan transmisi cahaya yang terjadi. Pengukuran kekeruhan
menggunakan metode ini bersifat visual dan dilakukan dengan cara membandingkan contoh
air dengan air standar. Pada awalnya metode standar yang digunakan untuk menentukan
kekeruhan adalah metode Turbidimeter Jackson Candler yang dikalibrasi menggunakan
silika. Namun, tingkat kekeruhan terendah yang dapat diukur dengan alat ini adalah 25 unit.
Satu unit turbiditas Jackson Candler Turbidimeter dinyatakan dengan satuan 1 JTU.

1.3.2. Metode Nephelometric


Nephelometer tidak dipengaruhi oleh perubahan kecil pada desain parameter. Satuan
kekeruhan dalam pengukuran nephelometer dinyatakan dalam NTU (Nephelometric Turbidity
Unit). Nephelometric Method disarankan untuk metode visual karena ketepatan, sensitifitas,
dan dapat digunakan dalam rentang turbiditas yang besar. Prinsip kerja dari metode ini adalah
membandingkan cahaya yang didispersikan oleh contoh air pada kondisi yang sama dengan
intensitas cahaya yang didispersikan oleh larutan suspensi standar (polymer formazin).
Semakin tinggi intensitas yang didispersikan, semakin tinggi pula turbiditasnya. Penentuan
turbiditas sebaiknya dilakukan pada saat pengambilan contoh air. Bila tidak, disimpan pada
tempat yang gelap, paling lama 24 jam. Penyimpanan yang terlalu lama dapat menyebabkan
kekeruhan.

1.3.3. Metode Visual


Metode ini merupakan cara kuno yang lebih sesuai digunakan untuk contoh air dengan
tingkat kekeruhan yang tinggi.
Dalam sistem penyediaan air minum, kekeruhan merupakan salah satu faktor penting karena
beberapa alasan sebagai berikut (Sawyer, 4th edition) :

Faktor estetika
Konsumen menghendaki air yang bebas dari kekeruhan. Kekeruhan pada air minum
dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya polusi limbah cair dan bahaya kesehatan yang
mengancam.
Filterability
Filtrasi air akan lebih sulit dilakukan dan akan membutuhkan biaya yang besar apabila
kekeruhannya tinggi.
Desinfeksi
Pada air yang keruh, banyak terkandung organisme berbahaya yang tersembunyi pada proses
desinfeksi.
Satuan kekeruhan yang biasa digunakan sebagai berikut :

mg/l SiO2 (satuan standar) = 1 unit turbiditas.


NTU (Nephelometric Turbidity Unit). Batas maksimal yang diperbolehkan oleh US
Environmental Protection Agency adalah 0,5 1 unit kekeruhan (NTU). Dalam batas ini, air
boleh digunakan sebagai air minum.
JTU (Jackson Candle Turbidity Unit). 40 NTU = 40 JTU (Sawyer dan Mc Carthy : 1978).
FTU (Formazin Turbidity Unit)

2.9. pH
pH merupakan suatu parameter penting untuk menentukan kadar asam/basa dalam air.
Penentuan pH merupakan tes yang paling penting dan paling sering digunakan pada kimia
air. pH digunakan pada penentuan alkalinitas, CO2, serta dalam kesetimbangan asam basa.
Pada temperatur yang diberikan, intensitas asam atau karakter dasar suatu larutan
diindikasikan oleh pH dan aktivitas ion hidrogen. Perubahan pH air dapat menyebabkan
berubahnya bau, rasa, dan warna. Pada proses pengolahan air seperti koagulasi, desinfeksi,
dan pelunakan air, nilai pH harus dijaga sampai rentang dimana organisme partikulat terlibat.
Asam dan basa pada dasarnya dibedakan dari rasanya kemudian dari efek yang ditimbulkan
pada indikator. Reaksi netralisasi dari asam dan basa selalu menghasilkan air. Ion H+ dan OHselalu berada pada keseimbangan kimiawi yang dinamis dengan H2O berdasarkan reaksi
(2.16).
H2O H+ + OH-

(2.16)

Ion hidrogen bersifat asam. Keberadaan ion hidrogen menggambarkan nilai pH derajat
keasaman yang dinyatakan dengan persamaan (2.17)
pH = log [H+] .( .1 )
Konsentrasi ion hidrogen dalam air murni yang netral adalah 10-7 g/l. Nilai disosiasi (Kw)
pada suhu 25oC sebesar 10-14 seperti yang ditunjukkan pada persamaan (2.18).

[H+] + [OH-] = Kw

(2.18)

Skala pH berkisar antara 0 14. Klasifikasi nilai pH adalah sebagai berikut :

pH = 7 menunjukkan keadaan netral


0 < pH < 7 menunjukkan keadaan asam
7 < pH < 14 menunjukkan keadaan basa (alkalis)

Air minum sebaiknya netral, tidak asam/basa, untuk mencegah terjadinya pelarutan logam
berat dan korosi jaringan distribusi air minum. pH standar untuk air minum sebesar 6,5 8,5.
Air adalah bahan pelarut yang baik sekali, maka dibantu dengan pH yang tidak netral, dapat
melarutkan berbagai elemen kimia yang dilaluinya.
Pengukuran pH dapat dilakukan menggunakan kertas lakmus, kertas pH universal, larutan
indikator universal (metode Colorimeter) dan pHmeter (metode Elektroda Potensiometri).
Pengukuran pH penting untuk mengetahui keadaan larutan sehingga dapat diketahui
kecenderungan reaksi kimia yang terjadi serta pengendapan materi yang menyangkut reaksi
asam basa.
Elektroda hidrogen merupakan absolut standard dalam penghitungan pH. Karena elektroda
hidrogen mengalami kerumitan dalam penggunaannya, ditemukanlah elektroda yang dapat
dibuat dari gelas yang memberikan potensial yang berhubungan dengan aktivitas ion
hidrogen tanpa gangguan dari ion-ion lain. Penggunaannya menjadi metode standard dari
pengukuran pH.
Pengukuran pH diatas 10 dan pada temperatur tinggi sebaiknya menggunakan elektroda gelas
spesial. Alat-alat yang digunakan pada umumnya distandarisasi dengan larutan buffer,
dimana nilai pH nya diketahui dan lebih baik digunakan larutan buffer dengan pH 1 2 unit
yang mendekati nilai pH contoh air.
Mackereth et al. (1989) dalam Effendi, 2003 berpendapat bahwa pH juga berkaitan erat
dengan karbondioksida dan alkalinitas. Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula nilai
alkalinitas dan semakin rendah kadar karbondioksida bebas. Larutan yang bersifat asam (pH
rendah) bersifat korosif. pH juga mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia. Toksisitas
logam memperlihatkan peningkatan pada pH rendah (Novotny dan Olem, 1994 dalamEffendi
2003).

Anda mungkin juga menyukai