I. PENDAHULUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui kualitas air di waduk
FAPERIKA UR dan sebagai informasi mengenai kualitas air bagi para pembaca, khususnya
mahasiswa FAPERIKA UR juga untuk memenuhi tugas laporan hasil praktikum Ekologi
Perairan mengenai Pengukuran Kualitas Air.
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah kita dapat mengetahui seberapa layak air
yang ada diwaduk FAPERIKA UR untuk digunakan. Kita juga dapat memahami langkahlangkah untuk mengukur kualitas air disuatu perairan sehingga juga dapat dilakukan pada area
yang lainnya. Tak hanya itu, penulisan makalah ini juga dapat menambah wawasan atau
pengetahuan kita bagaimana cara pengukuran parameter lingkungan perairan sehingga dapat
meningkatkan pemahaman praktikan tentang cara pengukuran parameter fisika dan parameter
kimia.
Didalam manajemen kualitas air adalah merupakan suatu upaya memanipulasi kondisi
lingkungan sehingga mereka berada dalam kisaran yang sesuai untuk kehidupan dan
pertumbuhan ikan. Di dalam usaha perikanan, diperlukan untuk mencegah aktivitas manusia
yang mempunyai pengaruh merugikan terhadap kualitas air dan produksi ikan (Widjanarko,
2005).
Pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama adalah
pengukuran kualitas air dengan parameter fisika dan kimia (suhu, O2 terlarut, CO2 bebas, pH,
konduktivitas, kecerahan, alkalinitas ), sedangkan yang kedua adalah pengukuran kualitas air
dengan parameter biologi (plankton dan benthos) (Sihotang, 2006).
Dalam pengukuran kualitas air secara umum, menggunakan metode purposive sampling,
yaitu pengambilan sampel dilakukan dengaan memperhatikan berbagai pertimbangan kondisi
serta keadaan daerah pengamatan (Fajri, 2013).
Pola temparatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya
matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya, ketinggihan geografis dan juga
oleh faktor kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di tepi. Di samping
itu pola temperatur perairan dapat di pengaruhi oleh faktor-faktor anthropogen (faktor yang di
akibatkan oleh aktivitas manusia) seperti limbah panas yang berasal dari air pendingin pabrik,
penggundulan DAS yang menyebabkan hilangnya perlindungan, sehingga badan air terkena
cahaya matahari secara langsung (Barus, 2003).
Kecerahan suatu perairan menentukan sejauh mana cahaya matahari dapat menembus
suatu perairan dan sampai kedalaman berapa proses fotosintesis dapat berlangsung sempurna.
Kecerahan yang mendukung adalah apabila pinggan secchi disk mencapai 20-40 cm dari
permukaan. (Chakroff dalam Syukur, 2002).
Praktikum Ekologi Perairan mengenai Pengukuran Kulitas Air dilaksanakan pada tanggal
19 Maret 2013 pukul 13.00 WIB sampai dengan pukul 14.30 WIB bertempat di Waduk
FAPERIKA UR dan di Laboratorium Ekologi dan Manajemen Lingkungan Perairan UR,
Kampus Bina Widya KM.12,5 Simpang Baru, Panam, Pekanbaru.
Adapun metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode survey, yakni
penelitian langsung ke lokasi dengan menggunakan analisis secara in situ dan ek situ,
B. Kecerahan
Siapkan alat-alat yang akan digunakan, seperti secchi disk dan meteran. Lalu tentukan
lokasi pengukuran kecerahan. Setelah lokasi didapatkan, turunkan secchi disk secara perlahan
hingga batas tidak tampak, yakni warna hitam pada secchi disk tidak lagi terlihat. Kemudian
ukur panjangnya dengan meteran atau penggaris panjang. Setelah itu, secara perlahan tarik
secchi disk keatas hingga warna hitam pada secchi disk tersebut kembali terlihat lalu ukur
juga berapa panjangnya, ini adalah batas tampak. Setelah nilai batas tidak tampak dan batas
tampak telah didapat, maka jumlahkan kedua nilai tersebut lalu dibagi dua. Ini merupakan
nilai kecerahan.
Untuk lebih jelasnya rumus menghitung kecerahan adalah sebagai berikut,
Kecerahan air (cm) = Jarak tidak tampak (cm) + Jarak tampak (cm)
2
C. Kekeruhan
Sediakan alat yang digunakan, yakni botol air mineral. Kemudian isi botol dengan air
sampel secukupnya lalu bawa air tersebut ke laboratorium untuk diukur kekeruhannya. Lalu
air sampel tersebut dipindahkan kedalam gelas piala dan bandingkan dengan standar air yang
menjadi patokan (standar). Masukkan air yang menjadi patokan (standar) kedalam
turbidimeter sehingga jarum turbidimeter menunjukkan angka standarnya. Setelah itu,
keluarkan gelas piala yang berisi air standar tadi lalu masukkan air sampel kedalam gelas
piala lainnya dan kocok. Setelah itu masukkan air sampel tersebut kedalam turbidimeter dan
atur sehingga turbidimeter menunjukkan angka konstan. Catat hasil yang ditunjukkan oleh
jarum turbidimeter.
D. Kedalaman
Siapakan alat yang akan digunakan, yakni meteran. Tentukan lokasi perairan yang
akan diukur kedalamannya. Setelah lokasi didapatkan, masukkan meteran (dalam praktik saat
ini menggunakan penggaris panjang) kedalam perairan hingga mengenai dasar perairan. Catat
kedalaman yang diperoleh.
Sediakan alat yang akan digunakan, yakni kertas pH dan pH meter. Celupkan kertas
pH kedalam perairan, setelah kertas pH basah angkat keras pH tersebut lalu tunggu beberapa
saat. Lihat perubahan warna yang terjadi pada kertas pH dan bandingkan warna tersebut
dengan papan standar nilai pH lalu catat hasilnya.
V-4
Keterangan :
OT
: O2 terlarut ( mg O2/L )
C. Karbondioksida Bebas
Siapakan bahan dan alat yang akan digunakan seperti PP, NA2CO3, tabung
erlenmeyer, dan pipet tetes atau jarum suntik. Ambil sampel air yang akan diuji namun
usahakan agar air sampel terhindar kontak dengan udara. Dengan menggunakan pipet tetes
masukkan air sampel kedalam tabung erlenmeyer secara perlahan agar pengaruh aerasi tidak
begitu besar. Kemudian tambahkan PP sebanyak 3-4 tetes. Jika larutan berwarna pink berarti
tidak ada CO2 dan segera titrasi dengan Na2CO3 0,0454 N sampai warna pink stabil. Lalu
catat hasilnya dengan menggunakan rumus Alaert dan Santika
CO2 = A x N x 22 x 1000
V
Keterangan :
A
: Volume sampel
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Suhu yang diukur dengan menggunakan thermometer menunjukkan bahwa udara
yang permukaan perairan adalah 280C, sedangkan suhu permukaannya 320C, ini artinya suhu
permukaan air waduk FAPERIKA adalah diatas baku mutu.
Kecerahan yang diukur dengan menggunakan secchi disk yakni sebesar 70,5 cm,
artinya kecerahan perairan sesuai dengan baku mutu.
Kekeruhan yang dihasilkan dari pengukuran dengan menggunakan turbidimeter
adalah sebesar 5 NTU, ini artinya kekeruhan perairan juga sesuai dengan baku mutu.
Sedangkan kedalaman yang didapat dengan menggunakan penggaris panjang adalah
65 cm.
Dengan menggunakan kertas pH dan pH meter, pH diperairan waduk FAPERIKA
adalah 6, yakni normal.
Dalam pengukuran O2 terlarut ( DO ) menghasilkan 8,33 mg/L, artinya DO sesuai
dengan baku mutu.
Sedangkan dalam pengukuran karbondioksida bebas menghasilkan 9,988 mg/L,
artinya CO2 bebas sesuai dengan baku mutu.
4.2 Pembahasan
Pengukuran suhu permukan perairan diwaduk FAPERIKA UR dilakukan dengan
menggunakan thermometer dengan cara mencelupkan thermometer kedalam perairan. Setelah
thermometer menunjukkan angka yang konstan, maka baca hasilnya. Dalam praktikum ini
menghasilkan suhu permukaan air di waduk adalah 320C dan suhu udara sebesar 280C.
Dalam pengukuran kecerahan dilakukan dengan menggunakan secchi disk dengan
cara menurunkan secchi disk secara perlahan hingga batas tidak tampak, yakni warna hitam
pada secchi disk tidak lagi terlihat. Kemudian ukur panjangnya dengan meteran atau
penggaris panjang, dalam praktik ini batas tidak tampak yang dihasilkan adalah 88 cm .
Setelah itu, secara perlahan tarik secchi disk keatas hingga warna hitam pada secchi disk
tersebut kembali terlihat lalu ukur juga berapa panjangnya, ini adalah batas tampak. Dalam
praktikum ini menghasilkan batas tampak sebesar 53 cm. Setelah nilai batas tampak dan nilai
batas tidak tamapak telah diperoleh, maka hasil tersebut diamasukkan kedalam rumus untuk
menghitung kecerahannya, yakni sebagi berikut
Kecerahan air (cm) = Jarak tidak tampak (cm) + Jarak tampak (cm)
2
Kecerahan air (cm) = 88 + 53
2
= 70,5 cm
Ini artinya kecerahan di perairan waduk FAPERIKA sesuai dengan baku mutu.
Pada pengukuran kekeruhan menggunakan turbidimeter. Air sampel dia ambil dari
waduk kemudian dibawa ke laboratorium untuk diukur kekeruhannya. Pada praktikum ini
mengahasilkan kekeruhan air sebesar 5 NTU. Ini artinya kekeruhan air di waduk FAPERIKA
masih sesuai dengan baku mutu.
Pada pengukuran kedalam biasanya dilakukan dengan menggunakan meteran yang
diberi pemberat lalu dimasukkan kedalama air, namun praktikum kali ini dilakukan dengan
menggunakan penggaris panjang lalu dimasukkan kedalam perairan hingga mengenai dasar
perairan tersebut. Dalam praktikum ini kedalaman yang diperoleh adalah 165 cm.
Dalam pengukuran pH perairan menggunakan kertas pH dan pH meter dengan cara
mencelupkan kertas pH kedalam perairan lalu amati perubahan yang terjadi pada kertas
tersebut dan sesuaikan dengan menggunakan pH meter. Adapun pH perairan yang diperoleh
adalah 6. Ini artinya pH perairan waduk FAPERIKA adalah normal, tidak asam dan juga
tidak basa.
Pada pengukuran O2 terlarut (DO) menggunakan larutan tiosulfat dan air didalam
tabung enlemeyer dengan cara titrasi. Pada praktikum ini larutan tiosulfat yang digunakan
adalah sebanyak 4 ml dan volume air adalah 100 ml. untuk menghitung DO digunakan
rumus sebagai berikut
OT = a x N x 8 x 1000
V-4
= 4 x 0,025 x 8 x 1000
100-4
= 8,33 mg/L
Ini berarti DO diperairan waduk sesuai dengan baku mutu
Pada pengukuran CO2 bebas menggunakan larutan Na2CO3 dan air didalam tabung
enlemeyer dengan cara titrasi. Pada praktikum ini larutan Na2CO3 yang digunakan adalah
sebanyak 1 ml dan volume air adalah 100 ml. untuk menghitung CO2 bebas digunakan
rumus sebagi berikut
CO2 = A x N x 22 x 1000
V
= 1 x 0,0454 x 22 x 1000
100
= 9,988 mg/L
Ini artinya CO2 bebas diwaduk FAPERIKA sesuai dengan baku mutu.
Kekeruhan
Kekeruhan pada suatu cairan biasanya disebabkan oleh beberapa hal diantaranya yaitu
partikel-partikel mikroskopis seperti mikro organisme yang ada pada cairan tersebut, zat
padat terlarut dan lainya.
Apa yang dimaksud dengan Kekeruhan?
Kekeruhan dilihat pada konsentrasi ketidaklarutan, keberadaan partikel pada suatu cairan
yang diukur dalam satuan Nephelometric Turbidity Units(NTU). Penting untuk diketahui
bahwa kekeruhan adalah ukuran kejernihan sampel, bukan warna.
Air dengan penampilan keruh atau tidak tembus pandang dapat dipastikan memiliki tingkat
ataukadar kekeruhan yang tinggi, sementara air yang jernih atau tembus pandang pasti
memiliki kadar kekeruhan lebih rendah. Nilai kekeruhan yang tinggi dapat disebabkan oleh
partikel yang terlarut dalam air seperti lumpur, tanah liat, mikroorganisme, dan material
organik. Berdasarkan keterangan diatas, kekeruhan bukan merupakan ukuran langsung dari
partikel-partikel akan tetapi merupakan suatu ukuran bagaimana sebuah partikel
menghamburkan cahaya dalam suatu cairan.
Apa Pentingnya Menganalisa Tingkat Kekeruhan Dengan Turbidity Meter?
Pengukuran atau analisa kekeruhan dan kejernihan pada air sangat penting dalam proses
industri, seperti pada produksi air minum atau minuman, pengolahan makanan, dan instalasi
pengolahan air minum. Serta dalam pengolahan sumber air bersih.
Dalam proses pengolahan dan produksi air minum, nilai kekeruhan dapat dijadikan sebagai
indikator keberadaan bakteri patogen, atau partikel yang dapat melindungi organisme
berbahaya dari proses desinfeksi. Oleh sebab itu, pengukuran tingkat kekeruhan sangat
berguna untuk instalasi pengolahan air untuk memastikan kebersihan nya. Pada proses
industri, kekeruhan dapat menjadi bagian dari Quality Control untuk memastikan efisiensi
dalam pengolahan atau proses industri terkait.
cm,
kekeruhan 5 NTU, kedalaman 165 cm, pH 6, DO 8,33 mg/L dan CO2 bebas 9,988 mg/L.
Maka, dapat disimpulkan bahwa kualitas air di waduk FAPERIKA UR adalah baik.
5.2 Saran
Demi menjaga kualitas air di waduk FAPERIKA UR, diharapkan kepada semua pihak
agar tidak mencemari air yang ada diwaduk tersebut. Kualitas air diwaduk saat ini adalah
baik, namun apabila tidak dijaga akan berkurang kualitasnya. Maka, marilah bersama-sama
kita jaga agar air di waduk tersebut tetap sesuai dengan baku mutu yang ditentukan dan tidak
tercemar.
Daftar Pustaka
analisa kekeruhan air atau larutan. Turbidity meter merupakan alat pengujian
kekeruan dengan sifat optik akibat dispersi sinar dan dapat dinyatakan sebagai
perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap cahaya yang datang. Intensitas
cahaya yang dipantulkan oleh suatu suspensi padatan adalah fungsi konsentrasi jika
kondisi-kondisi lainnya konstan. Alat ini banyak digunakan dalam pengolahan air
bersih untuk memastikan bahwa air yang akan digunakan memiliki kualitas yang
baik dilihat dari tingkat kekeruhanya[1]. Gambar 1 merupakan salah satu bentuk
turbidity meter portabel untuk keperluan pengukuran kekeruhan sampel.
Kekeruhan pada suatu cairan biasanya disebabkan oleh beberapa hal diantaranya
yaitu partikel-partikel mikroskopis seperti mikro organisme yang ada pada cairan
tersebut, zat padat terlarut dan lainya.Kekeruhan dilihat pada konsentrasi
ketidaklarutan, keberadaan partikel pada suatu cairan yang diukur dalam satuan
Nephelometric Turbidity Units (NTU). Penting untuk diketahui bahwa kekeruhan
adalah ukuran kejernihan sampel, bukan warna.
Air dengan penampilan keruh atau tidak tembus pandang dapat dipastikan memiliki
tingkat atau kadar kekeruhan yang tinggi, sementara air yang jernih atau tembus
pandang pasti memiliki kadar kekeruhan lebih rendah. Nilai kekeruhan yang tinggi
dapat disebabkan oleh partikel yang terlarut dalam air seperti lumpur, tanah liat,
mikroorganisme, dan material organik. Berdasarkan keterangan diatas, kekeruhan
bukan merupakan ukuran langsung dari partikel-partikel akan tetapi merupakan
suatu ukuran bagaimana sebuah partikel menghamburkan cahaya dalam suatu
cairan[1].
2. Prinsip Pengukuran Kekeruhan
Pengukuran atau analisa kekeruhan dan kejernihan pada air sangat penting dalam
proses industri, seperti pada produksi air minum atau minuman, pengolahan
makanan, dan instalasi pengolahan air minum. Serta dalam pengolahan sumber air
bersih. Dalam proses pengolahan dan produksi air minum, nilai kekeruhan dapat
dijadikan sebagai indikator keberadaan bakteri patogen, atau partikel yang dapat
melindungi organisme berbahaya dari proses desinfeksi. Oleh sebab itu, pengukuran
tingkat kekeruhan sangat berguna untuk instalasi pengolahan air untuk memastikan
kebersihannya. Pada proses industri, kekeruhan dapat menjadi bagian dari Quality
Control untuk memastikan efisiensi dalam pengolahan atau proses industri terkait[1].
Tujuan deteksi kekeruhan adalah untuk mengetahui macam partikel penyebab
pencemar air yang dideteksi. Deteksi kekeruhan (turbiditas) pada air minum dapat
dilakukan dengan alat turbidimeter dan dinyatakan dengan satuan NTU
(Nephelometric Turbidity Unit). Kekeruhan sering diukur dengan metode
Nephelometric. Pada metode ini, sumber cahaya dilewatkan pada sampel dan
intensitas cahaya yang dipantulkan oleh bahan-bahan penyebab kekeruhan diukur
dengan menggunakan suspensi polimer formazin sebagai larutan standar. Satuan
kekeruhan yang diukur dengan metode Nephelometric adalah NTU (Nephelometric
Turbidity Unit). Kekeruhan dalam air minum/air bersih tidak boleh lebih dari 5 NTU.
Penurunan kekeruhan ini sangat diperlukan karena selain ditinjau dari segi estetika
yang kurang baik juga proses desinfeksi untuk air keruh sangat sukar, hal ini
disebabkan karena penyerapan beberapa koloid dapat melindungi organisme dari
disinfeksi[2].
Kejernihan dan warna air akan dipengaruhi oleh padatan terlarut dan tersuspensi.
Kejernihan air yang rendah menunjukkan produktivitas tinggi, karena sifat kejernihan
ada hubungannya dengan produktivitas. Jika konsentrasi bahan tersuspensi tinggi,
maka sinar matahari tidak dapat menembus ke dalam air dengan sempurna[2].
3. Turbidity Analyzer atau Turbidity Meter
3.1 Bagian - Bagian Turbidity Meter
Turbidity meter terdiri dari dua bagian, yaitu detektor dan konverter[4]. Di mana
detektor memiliki bagiannya masing - masing, begitu pula dengan konverter. Pada
gambar 3 dapat dilihat gambar detektor pada turbidity meter beserta bagian bagiannya.
LCD screen yang terdiri dari data display, message display, status indicator, key
indicator dan pointer[5]. Berikut merupakan tampilan LCD screen pada panel operasi
konverter turbidity meter yang ditunjukkan oleh gambar 7.
Referensi :
[1] Pengertian dan Penggunaan Turbidity Meter disadur dari http://multimeterdigital.com/pengertian-dan-penggunaan-turbidity-meter.html yang diakses pada
tanggal 25 November 2014 pukul 14.09 WIB.
[2] Nurani, Puji. 2013. Pemeriksaan Kekeruhan dari Air Reservoir pada PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal Medan. Tugas Akhir. Universitas Sumatera Utara.
Medan.
[3] Working Principle of Nephelometric Turbidity Meter disadur dari http://www.waterchemistry.in/2010/11/working-principle-of-nephelometric-turbidity-meter/
yang
diakses pada tanggal 25 November 2014 pukul 11.35 WIB.
[4] Bulletin Turbidity Meter - Right Angle Scattered Light Turbiditimeter TB750G
disadur dari www.yokogawa.com pada tanggal 18 September 2013 pukul 09.19
WIB.
[5] User's Manual - Model 7B750G Right Angle Scattered Light Turbiditimeter
disadur dari www.yokogawa.com pada tanggal 18 September 2013 pukul 09.20
WIB.
Kekeruhan
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya
yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam air. Kekeruhan
disebabkan adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya
lumpur dan pasir halus), maupun bahan anorganik dan organik yang berupa plankton dan
mikroorganisne lain (APHA, 1976; Davis dan Cornwell, 1991dalam Effendi 2003). Zat
anorganik yang menyebabkan kekeruhan dapat berasal dari pelapukan batuan dan logam,
sedangkan zat organik berasal dari lapukan hewan dan tumbuhan. Bakteri dapat
dikategorikan sebagai materi organik tersuspensi yang menambah kekeruhan air.
Padatan tersuspensi berkolerasi positif dengan kekeruhan. Semakin tinggi nilai padatan
tersuspensi, semakin tinggi nilai kekeruhan. Akan tetapi, tingginya padatan terlarut tidak
selalu diikuti dengan tingginya kekeruhan. Tingginya nilai kekeruhan dapat mempersulit
usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses penjernihan air.
Secara optis, kekeruhan merupakan suatu kondisi yang mengakibatkan cahaya dalam air
didispersikan atau diserap dalam suatu contoh air. Beberapa metode pengukuran kekeruhan
antara lain (Santika, 1987) :
Faktor estetika
Konsumen menghendaki air yang bebas dari kekeruhan. Kekeruhan pada air minum
dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya polusi limbah cair dan bahaya kesehatan yang
mengancam.
Filterability
Filtrasi air akan lebih sulit dilakukan dan akan membutuhkan biaya yang besar apabila
kekeruhannya tinggi.
Desinfeksi
Pada air yang keruh, banyak terkandung organisme berbahaya yang tersembunyi pada proses
desinfeksi.
Satuan kekeruhan yang biasa digunakan sebagai berikut :
2.9. pH
pH merupakan suatu parameter penting untuk menentukan kadar asam/basa dalam air.
Penentuan pH merupakan tes yang paling penting dan paling sering digunakan pada kimia
air. pH digunakan pada penentuan alkalinitas, CO2, serta dalam kesetimbangan asam basa.
Pada temperatur yang diberikan, intensitas asam atau karakter dasar suatu larutan
diindikasikan oleh pH dan aktivitas ion hidrogen. Perubahan pH air dapat menyebabkan
berubahnya bau, rasa, dan warna. Pada proses pengolahan air seperti koagulasi, desinfeksi,
dan pelunakan air, nilai pH harus dijaga sampai rentang dimana organisme partikulat terlibat.
Asam dan basa pada dasarnya dibedakan dari rasanya kemudian dari efek yang ditimbulkan
pada indikator. Reaksi netralisasi dari asam dan basa selalu menghasilkan air. Ion H+ dan OHselalu berada pada keseimbangan kimiawi yang dinamis dengan H2O berdasarkan reaksi
(2.16).
H2O H+ + OH-
(2.16)
Ion hidrogen bersifat asam. Keberadaan ion hidrogen menggambarkan nilai pH derajat
keasaman yang dinyatakan dengan persamaan (2.17)
pH = log [H+] .( .1 )
Konsentrasi ion hidrogen dalam air murni yang netral adalah 10-7 g/l. Nilai disosiasi (Kw)
pada suhu 25oC sebesar 10-14 seperti yang ditunjukkan pada persamaan (2.18).
[H+] + [OH-] = Kw
(2.18)
Air minum sebaiknya netral, tidak asam/basa, untuk mencegah terjadinya pelarutan logam
berat dan korosi jaringan distribusi air minum. pH standar untuk air minum sebesar 6,5 8,5.
Air adalah bahan pelarut yang baik sekali, maka dibantu dengan pH yang tidak netral, dapat
melarutkan berbagai elemen kimia yang dilaluinya.
Pengukuran pH dapat dilakukan menggunakan kertas lakmus, kertas pH universal, larutan
indikator universal (metode Colorimeter) dan pHmeter (metode Elektroda Potensiometri).
Pengukuran pH penting untuk mengetahui keadaan larutan sehingga dapat diketahui
kecenderungan reaksi kimia yang terjadi serta pengendapan materi yang menyangkut reaksi
asam basa.
Elektroda hidrogen merupakan absolut standard dalam penghitungan pH. Karena elektroda
hidrogen mengalami kerumitan dalam penggunaannya, ditemukanlah elektroda yang dapat
dibuat dari gelas yang memberikan potensial yang berhubungan dengan aktivitas ion
hidrogen tanpa gangguan dari ion-ion lain. Penggunaannya menjadi metode standard dari
pengukuran pH.
Pengukuran pH diatas 10 dan pada temperatur tinggi sebaiknya menggunakan elektroda gelas
spesial. Alat-alat yang digunakan pada umumnya distandarisasi dengan larutan buffer,
dimana nilai pH nya diketahui dan lebih baik digunakan larutan buffer dengan pH 1 2 unit
yang mendekati nilai pH contoh air.
Mackereth et al. (1989) dalam Effendi, 2003 berpendapat bahwa pH juga berkaitan erat
dengan karbondioksida dan alkalinitas. Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula nilai
alkalinitas dan semakin rendah kadar karbondioksida bebas. Larutan yang bersifat asam (pH
rendah) bersifat korosif. pH juga mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia. Toksisitas
logam memperlihatkan peningkatan pada pH rendah (Novotny dan Olem, 1994 dalamEffendi
2003).