Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan nasional yang dilakukan demi terwujudnya negara yang maju
dapat didukung oleh pembangunan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat yang optimal baik jasmani, rohani maupun sosial.
Untuk mencapai Indonesia yang sehat, keadaan lingkungan yang diharapkan
adalah lingkungan yang bebas dari polusi dan dapat meminimisasi dampak buruk
dari penyakit terutama penyakit menular. Sehingga, dibutuhkan pembangunan
kesehatan demi menuju Indonesia sehat dengan menyediakan pelayanan
kesehatan yang dikelola dengan baik. Dalam setiap pembangunan aka nada
berbagai usaha atau kegiatan yang pada dasarnya akan menimbulkan dampak
terhadap lingkungan hidup. Oleh karena itu, perlu dijaga keserasian antar
usaha/kegiatan tersebut dengan menganalisa sejak dari awal sebelum memulai
perencanaan. Dengan demikian, langkah pengendalian dampak negatif dapat
dipersiapkan sedini mungkin.
Rumah sakit sebagai salah satu hasil pembangunan dan upaya penunjang
pembangunan dalam bidang kesehatan merupakan sarana pelayanan umum,
tempat berkumpulnya orang sakit maupun sehat yang memungkinkan terjadinya
pencemaran lingkungan, gangguan kesehatan dan dapat menjadi tempat penularan
penyakit. Untuk itu telah dilakukan berbagai upaya penanggulangan dampak
lingkungan rumah sakit yang dimulai dari analisa mengenai dampak lingkungan
(AMDAL).
Untuk meningkatkan pelayanan publik di Jakarta Barat terutama dalam
bidang kesehatan, maka pemerintah setempat akan mendirikan sebuah rumah sakit
yang bertaraf internasional sehingga pelayanan publik ini dapat ditingkatkan.
Dengan adanya pendirian rumah sakit ini diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat terutama dalam bidang kesehatan dan diharapkan taraf
ekonomi serta kesempatan kerja bagi masyarakat dapat ditingkatkan.
1.2 Tujuan dan Manfaat
1.2.1 Tujuan
Tujuan dari pembangunan rumah sakit bertaraf internasional di
Jakarta Barat ini adalah
1. Memenuhi kebutuhan masyarakat di bidang kesehatan,
2. Meningkatkan pelayanan publik di bidang kesehatan
3. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara umum,
4. Meningkatkan taraf ekonomi dan kesempatan kerja untuk masyarakat,
khususnya masyarakat sekitar
1.2.2 Manfaat
Manfaat dari pembangunan rumah sakit bertaraf internasional di
Jakarta Barat adalah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat,
meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta mengembangkan daerah
setempat, dan meningkatkan kesejahteraan serta pelayanan masyarakat di
bidang kesehatan.

1.3 Peraturan Undang-Undang yang Melandasi Studi


Penyusunan dokumen AMDAL serta implementasinya harus mengacu atau
berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku, berikut ini adalah peraturan yang
berkaitan dengan rencana pembangunan rumah sakit bertaraf internasional di
Jakarta Barat.
1. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang lalu Lintas dan Angkutan
Jalan
3. PP No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
4. KepMen LH No. 12/MENLH/3/ 1994 tentang Pedoman Umum Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan
5. KepMen LH No. 13/MENLH/3/ 1994 tentang Pedoman Susunan
Keanggotaan dan Tata Kerja Komisi AMDAL
6. KepMen LH No. 14/MENLH/3/ 1994 tentang Pedoman Umum Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
7. KepMen LH No. 15/MENLH/3/ 1994 tentang Pembentukan Komisi
AMDAL Terpadu
8. KepMen LH No. 42/MENLH/1 1/ 1994 tentang Pedoman Umum
Pelaksanaan Audit Lingkungan
9. KepMen LH No. 54/MENLH/1 1/ 1995 tentang Pembentukan Komisi
AMDAL Terpadu/ Multisektor dan Regional
10. KepMen LH No. 55/MENLH/1 1/ 1995 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Regional
11. KepMen LH No. 57/MENLH/12/ 1995 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Usaha atau Kegiatan Terpadu/Multisektor
12. KepMen LH No. 02/MENLH/1/ 1998 tentang Penetapan Pedoman Baku
Mutu Lingkungan
13. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2002
tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
14. UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Li
ngkungan Hidup
15. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2006
Tentang Pedoman penyusunan analisis mengenai Dampak lingkungan
hidup
16. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2010
Tentang Dokumen Lingkungan Hidup Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan
Yang Telah Memiliki Izin Usaha Dan/Atau Kegiatan Tetapi Belum
memiliki dokumen lingkungan hidup
17. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Tahun 2007
Tentang Dokumen Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan Hidup Bagi
Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Tidak Memillki Dokumen Pengelolaan
Lingkungan Hidup
18. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran dan/atau Perusakan Laut
19. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
20. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
21. KepMen LH No. 30/MENLH/1 0/ 1999 tentang Panduan Penyusunan
Dokumen Pengelolaan Lingkungan
22. KepMen LH No. 42/MENLH/1999 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan
Audit Lingkungan
23. KepMen LH No. 2 Tahun 2000 tentang Pedoman PenilaianDokumen
AMDAL
24. KepMen LH No. 4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL
Kegiatan PembangunanPermukiman Terpadu
25. KepMen LH No. 5 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL
Kegiatan Pembangunan di Daerah Lahan Basah
26. KepMen LH No. 40 Tahun 2000 tentang Pedoman Tata KerjaKomisi
Penilai AMDAL
27. KepMen LH No. 41 Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan Komisi
Penilai AMDAL Kabupaten/Kota
28. KepMen LH No. 42 Tahun 2000 tentang Susunan Keanggotaan Komisi
Penilai Tim Teknis AnalisisMengenai Dampak Lingkungan Hidup
29. KepMen LH No. 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau
Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan AMDAL
30. KepMen LH No. 86 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup
31. KepMen LH No. 30 Tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Audit
Lingkungan Hidup Yang diwajibkan
32. KepMen LH No. 45 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan
33. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
92/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
34. PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air, Pengendalian
Pencemaran Air
35. KepMen LH No. Kep-35/MenLH/7/ 1995 tentang Program Kali Bersih
(PROKASIH)
36. KepMen LH No. Kep-35A/ MenLH /7/ 1995 tentang Program Penilaian
Kinerja Perusahaan/ Kegiatan Usaha Dalam Pengendalian Pencemaran di
Lingkup Kegiatan PROKASIH (Proper Prokasih)
37. KepMen LH No. 58/MENLH/10/ 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair
Bagi Kegiatan Rumah Sakit
38. KepMen LH No. 29 Tahun 2003 tentang Pedoman Syarat dan Tata Cara
Perizinan Pemanfaatan Air
39. KepMen LH No. 37 Tahun 2003 tentang Metode Analisis Kualitas Air
Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan
40. KepMen LH No. 110 Tahun 2003 tentang Pedoman Penetapan Daya
Tampung Beban Pencemaran Air Pada Sumber Air
41. KepMen LH No. 111 Tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan
Tata Cara PerizinanSerta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air
atau Sumber Air
42. KepMen LH No. 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik
43. KepMen LH No. 114 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengkajian tentang
Pedoman Pengkajian Untuk Menetapkan Kelas Air
44. KepMen LH No. 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status
Mutu Air
45. KepMen LH No. 142 Tahun 2003 tentang Perubahan KepMen LH No. 111
Tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan
Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air atau Sumber Air
46. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
47. UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sunber Daya Alam dan
Lingkungan Hidup.
48. PP No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun
49. PP No. 85 Tahun 1999 tentang Perubahan PP No. 18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
50. PP No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
51. Kep. Dirjen Batan No. 119/DJ/III/1992 tentang Pedoman Teknis
Penyusunan AMDAL Untuk Kegiatan Nuklir di Bidang Nuklir Non
Reaktor
52. Kep. Dirjen Batan No. 294/DJ/IX/1992 tentang Nilai Batas Radioaktif di
Lingkungan
53. PP. No, 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau
Perusakan Laut.
54. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
55. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik
Indonesia, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006
56. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 07 tahun 2010 Tentang Sertifikasi kompetensi penyusun dokumen
analisis mengenai Dampak lingkungan hidup dan persyaratan lembaga
pelatihan Kompetensi penyusun dokumen analisis mengenai dampak
Lingkungan hidup
57. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06
tahun 2006 tentang Pedoman Umum Standardisasi Kompetensi
Personil dan Lembaga Jasa Lingkungan
58. Keputusan Presiden No. 10 Tahun 2000 tentang Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan.
59. PP No. 54 Tahun 2000 tentang Lembaga Penyedian Jasa Pelayanan
Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan
60. KepMen LH No. 07/ MENLH/2001 tentang Pejabat Pengawasan
Lingkungan Hidup dan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah
61. Keputusan Bersama Meneg LH dan Kepala Badan Kepegawaian Negara
No. 08 & 22 Tahun 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Pengendali Dampak Lingkungan Hidup dan Angka Kreditnya
62. KepMen LH No. 56 Tahun 2002 tentang Pedoman Umum Pengawasan
Penaatan Lingkungan Hidup Bagi Pejabat Pengawas.
63. KepMen LH No. 58Tahun 2002 tentang Tata Kerja Pejabat Pengawas
Lingkungan Hidup di PropinsiKabupaten/Kota.
64. Kep. MENPAN Nomor : 47/KEP/M.PAN//8/2002 tentang Jabatan
Fungsional Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup dan Angka
Kreditnya.
65. Keputusan Bersama Men PAN dan Mendagri Nomor : 01
/SKB/M.PAN/4/2003 dan Nomor 17 Tahun 2003 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2003 tentang Pedoman
Organisasi Perangkat Daerah dan Peraturan Pemerintah.
66. Keputusan Presiden No. 100 Tahun 2004 tentang Tunjangan Jabatan
Fungsional Pengendali Dampak Lingkungan.
67. KepMen LH No. 145 Tahun 2004 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Jabatan Fungsional Pengendali Dampak Lingkungan dan Angka
Kreditnya.
68. KepMen LH No. 146 Tahun 2004 tentang Pedoman Kualifikasi
Pendidikan Untuk Jabatan Fungsional Pengendali Dampak Lingkungan.
69. KepMen LH No. 147 Tahun 2004 tentang Kode Etik Profesi Pengendali
Dampak Lingkungan.
70. KepMen LH No. 197 Tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Lingkungan Hidup Di Daerah Kabupaten dan Daerah Kota.
71. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
72. UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional.
73. KepMen LH No. 19 Tahun 2004 tentang Pedoman Pengelolaan Pengaduan
Kasus Pencemaran dan atau Perusakan Lingkungan.
BAB II
RUANG LINGKUP STUDI

2.1 Uraian Rencana dan Kegiatan


Nama Kegiatan adalah AMDAL pembangunan Rumah Sakit bertaraf
internasional di Jakarta Barat. Dasar kegiatan adalah Izin Mendirikan Bangunan
(IMB) dan dasar yang mewajibkan pembangunan ini membutuhkan AMDAL
adalah adanya Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1993 tentang Analisis Dampak
Lingkungan, AMDAL (Rumah Sakit dengan kapasitas lebih dari 400 tempat tidur
wajib AMDAL).
Lokasi rencana pembangunan Rumah Sakit bertaraf internasional secara
administratif berada di Jalan H. Saaba, Meruya Selatan, Jakarta Barat. Rumah
Sakit yang akan dibangun ini memiliki kapasitas 782 kamar yang terdiri dari 100
kamar VIP, 200 kamar kelas menengah, 250 kamar ekonomi, 100 kamar kelas
BPJS dan 132 kamar yang terdiri dari ruang operasi, poli-poli, apotek, dan
fasilitas penunjang lainnya.
Pembangunan ini berada di lahan milik masyarakat sehingga membutuhkan
pembebasan lahan yang cukup luas. Kondisi lahan tempat rencana pembangunan
proyek berdekatan dengan pemukiman penduduk dan sarana dan prasarana di
Jakarta Barat, tepatnya di Meruya Selatan. Lokasi lahan untuk Rumah Sakit ini
berada di lokasi yang strategis dan mudah dijangkau. Oleh karena itu, lokasi ini
cocok sebagai tempat pembangunan Rumah Sakit.
2.1.1 Tahap Pelaksanaan Rencana Usaha dan Kegiatan
2.1.1.1 Tahap Prakonstruksi
A. Sosialisai
Sosialisasi kepada masyarakat sekitar lokasi pembangunan proyek
adalah tahap awal yang harus dilakukan oleh pemrakarsa sebelum
mendirikan atau menjalankan suatu proyek. Sosialisasi AMDAL
merupakan penerapan dari Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 17 Tahun 2012 tentang Keterlibatan Masyarakat dalam Proses
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan Izin Lingkungan.
Kegiatan sosialisasi merupakan salah satu bentuk pengenalan dan proses
pemberian pemahaman kepada masyarakat tentang rencana usaha atau
kegiatan yang akan dilakukan. Melalui sosialisasi ini diharapkan saran dan
masukan dari masyarakat tentang berbagai aspek sosial yang mendukung
penyelenggaraan rencana kegiatan.
Kegiatan sosialisasi di media massa telah dilakukan di harian Pos Kota
pada tanggal 9 Desember 2016. Kegiatan sosialisasi juga telah dilakukan
dengan masyarakat dan pihak-pihak yang terkait dari tingkat RT sampai
Kecamatan. Materi sosialisasi meliputi rencana kegiatan pembangunan
Rumah Sakit bertaraf internasional di Meruya Selatan, Jakarta Barat,
lokasi administratif kegiatan, tahap-tahap kegiatan yang akan dilakukan,
masalah ketenagakerjaan, dan dampak negatif serta positif yang
memungkinkan terjadi dengan adanya pembangunan Rumah Sakit di
daerah tersebut.
B. Perolehan Lahan
Lokasi Pembangunan Rumah Sakit bertaraf internasional ini berada di
lahan milik masyarakat, proyek ini memerlukan lahan seluas 7000 m2.
Tahap pertama yang dilakukan dalam pembebasan lahan ini adalah
pendataan lahan dan pemilik lahan yang terkena lokasi kegiatan
pembangunan secara keseluruhan. Dari hasil pendataan tersebut diketahui
status dan luas lahan, volume tanaman tumbuh dan bangunan (jika ada).
Dengan adanya data tersebut maka pembebasan lahan dapat dilakukan
sesuai peraturan yang ada. Proses pembebasan lahan dilakukan dengan
proses jual beli. Secara teknis proses jual beli mengacu kepada Perpres
nomor 65 tahun 2006 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan
Pembangunan untuk Kepentingan Umum, serta mempertimbangkan harga
NJOP PBB, harga pasar setempat dan harga yang ditetapkan pemerintah
(jika ada). Pekerjaan perolehan lahan ini bisa dilaksanakan oleh
pemrakarsa dengan bantuan pihak-pihak terkait seperti PemProv DKI
Jakarta, aparat Kecamatan, Kelurahan dan RT setempat.
2.1.1.2 Tahap Konstruksi
A. Perekrutan Tenaga Kerja
Pada tahap konstruksi Rumah Sakit yang dianggap padat karya, akan
dibutuhkan tenaga kerja terlatih (skilled) maupun tenaga kerja tak terlatih
(unskilled). Pengadaan tenaga kerja dilakukan secara bertahap sesuai
dengan kebutuhan dan tahapan yang telah direncanakan.
Kebutuhan tenaga kerja secara umum dibagi menjadi dua yaitu tenaga
yang membutuhkan keterampilan khusus seperti pemasangan pipa-pipa
untuk pengolahan IPAL, proses pemasangan fasilitas yang berkaitan
dengan listrik, pekerjaan yang berkaitan dengan mesin dan lain-lain,
sedangkan yang lainnya adalah pekerja yang cenderung membutuhkan
tenaga fisik dan dalam hal ini jika masyarakat sekitar dianggap mampu
dan layak untuk mengerjakannya, maka perekrutaan tenaga kerja akan
mengutamakan masyarakat setempat. Tabel 2.1 berikut adalah perkiraan
tenaga kerja yang dibutuhkan.
Tabel 2.1 Perkiraan Kebutuhan Tenaga kerja
Posisi Kualifikasi Jumlah (orang) Pengalaman Kerja
(Tahun)
Mechanical Engineer S2 1 20
Electric Engineer S2 2 15
Civil Engineer S2 2 15
Mechanical Construction S2 2 15
Electrical Construction S2 2 15
Logistic S1 1 10
Surveyor S1 1 10
Design Drafter S1 1 10
Pekerja Umum - 100 -
B. Mobilisasi Peralatan dan Material
Mobilisasi peralatan (alat berat, dll) dan material adalah kegiatan untuk
memasukkan peralatan dan material yang digunakan dalam membangun
Rumah Sakit. Peralatan dan material didatangkan atau diangkut dari luar
lokasi rencana kegiatan (proyek) dengan menggunakan truk atau mobil.
Alat berat yang digunakan berupa alat berat untuk menggali, meratakan
serta mengangkut bahan-bahan yang dibutuhkan, sedangkan
bahan/material yang diangkut berupa batu, bata, pasir, kerikil, semen, pipa,
dan lain-lain. Mobilisasi alat berat dan material dilakukan melalui jalur
utama yaitu melalui tol lingkar luar. Mobilisasi alat berat dan material ini
dilakukan pada malam hari menjelang pagi hari dengan tujuan untuk
menghindari kemacetan. Alasan pemilihan jalur ini dikarenakan tidak ada
akses jalan lain yang dapat dilewati oleh kendaraan pengangkut alat berat
tersebut. Pengangkutan alat berat ini berasal dari daerah Gunung Putri.
C. Persiapan Lahan
Sebelum memulai proses pembangunan bangunan utama Rumah Sakit
dan bangunan-bangunan penunjang lainnya, perlu dilakukan persiapan
lahan, yang meliputi perataan, pengerukan, penggalian, pemadatan serta
penggalian pondasi. Persiapan lahan ini merupakan salah satu proses
penting sebelum memulai konstruksi, sehingga pemrakarsa dapat
menjamin dan mengetahui kondisi tanah yang menjadi tempat bangunan
konstruksi.
D. Pembangunan Bangunan Rumah Sakit (Pondasi, Gedung, Kamar,
dan lain-lain)
Pembangunan atau konstruksi bangunan utama rumah sakit dimulai
setelah semua persiapan selesai, proses konstruksi dimulai dari
pembangunan pondasi bangunan utama, yang kemudian akan diteruskan
dengan pembangunan tahap selanjutnya sesuai yang telah direncanakan
tim dari pemrakarsa. Tata ruang dari bangunan utama telah disesuaikan
dengan kebutuhan serta pengelompokan berdasarkan fungsi dari masing-
masing ruangan.
Jika ditinjau dari segi lokasinya, bangunan utama terletak ditengah-
tengah area, sehingga memungkinkan akses keluar masuk rumah sakit
cukup banyak. Pada proses konstruksi masing-masing pekerja memegang
peranan masing-masing seperti pemasangan mesin-mesin, aliran listrik
(sumber tenaga listrik), sumber air, dan lain-lain.
Pembangunan sarana pengolahan IPAL juga dimasukkan kedalam
proses konstruksi bangunan utama. Area pengolahan IPAL terletak cukup
jauh dari sumber air (sungai/danau) yaitu sekitar 3 km. Selain
pembangunan sarana IPAL dilakukan juga konstruksi lahan parkir dan
taman disekitar bangunan utama. Sistem pengolahan limbah dan B3 dapat
dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Diagram Pengelolaan Air Limbah Rumah Sakit

2.1.1.3 Tahap Operasional (Pasca Konstruksi)


A. Pembersihan Lokasi Sisa Konstruksi
Sebelum Rumah Sakit benar-benar beroperasi, lokasi proyek
dibersihkan terlebih dahulu, pembersihan lokasi terdiri dari pembersihan
sisa-sisa material seperti bongkahan batu, pasir-pasir, kerikil, potongan
kayu serta sampah-sampah sisa konstruksi dan pengosongan alat-alat
berat, pembersihan lokasi hanya memakan waktu yang cukup singkat,
pembersihan lokasi berkaitan erat dengan estetika dan kenyamanan orang-
orang yang berada di dalam dan di luar area rumah sakit.
B. Pemeliharaan Mesin dan Sarana Pendukung
Pemeliharaan mesin serta sarana pendukung adalah kegiatan
melaksanakan perawatan, pemeriksaan, dan perbaikan terhadap mesin-
mesin ataupun sarana penunjang yang digunakan oleh Rumah Sakit untuk
mempertahankan efisiensi dan keandalan kerja dari mesin serta sarana
terkait. Dari segi pemeliharaan, pihak rumah sakit memiliki rentan waktu
yang singkat/pendek yaitu setiap bulannya atau 720 jam kerja mesin, akan
tetapi hal ini bersifat fleksibel yaitu tergantung dari hasil pemantauan
setiap harinya. Dalam proses pemeliharaan dan pemantauan ada beberapa
titik yang harus benar-benar diperhatikan, yaitu saluran aliran limbah,
mesin-mesin yang berkaitan dengan sumber listrik dan air. Proses-proses
pemeriksaan dan pemantauan terdiri dari pengujian kemampuan mesin
secara berkala, pemantauan efisiensi serta aktifitas sarana/mesin terkait.
C. Pengelolaan Limbah/B3 (IPAL)
Pengelolaan limbah merupakan tindakan dalam penanganan limbah
yang dihasilkan dalam suatu kegiatan, dalam hal ini limbah dihasilkan dari
segala proses yang dilakukan di Rumah Sakit. Penanganan atau
pengelolaan limbah pada Rumah Sakit secara umum dapat dilakukan
didalam area Rumah Sakit atau dapat dikelola dengan sarana IPAL yang
ada di Rumah Sakit, akan tetapi ada beberapa limbah yang dikelola diluar
IPAL, diantaranya adalah jenis limbah padat berupa sampah ataupun sisa-
sisa makanan yang terbuang di sekitar area Rumah Sakit, dalam hal ini
limbah tersebut dikelola oleh sarana non IPAL, bisa dari pihak kebersihan
kota, maupun tenaga kerja yang bekerja di bidang kebersihan Rumah
Sakit.
Limbah cair (B3) umumnya dihasilkan dari kegiatan-kegiatan yang
dilakukan dirumah sakit, seperti pembuangan sisa-sisa obat, proses
pencucian alat-alat maupun pemeliharaan mesin dan sarana lain, limbah
cair (B3) dapat dikelola pada sistem IPAL yang telah dibangun, selain itu
limbah juga beasal dari pengunjung Rumah Sakit yang umumnya berupa
limbah padat. Limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan domestik,
pengelolaannya dilakukan dengan pembuatan tong sampah ataupun septik
tank yang kemudian akan dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir.
D. Penghijauan
Kegiatan penghijauan memiliki fungsi sebagai upaya meminimalkan
dampak limbah gas dan kebisingan serta debu disekitar kegiatan rumah
sakit serta berfungsi untuk menjaga kestabilan ekosistem. Daun-daun
tanaman hijau bertugas menyerap polutan-polutan disekitarnya.
Sebaliknya dedaunan tersebut melepaskan oksigen yang membuat udara
disekitarnya menjadi segar. Ketika hujan turun, tanah dan akar-akar
pepohonan akan mengikat air dan dapat menjadi cadangan air. Disamping
itu penataan penghijauan yang baik juga dapat menambah nilai estetika
areal disekitar Rumah Sakit. Penghijauan akan dilakukan pada area
disekitar lokasi Rumah Sakit terutama di area yang memiliki jarak atau
berbatasan dengan pemukiman warga (green belt). Penghijauan dilakukan
dengan menanam tanaman yang cepat tumbuh, berfungsi ekologis dan
mempunyai nilai estetika.
Fungsi penghijauan di kawasan rumah sakit ditekankan sebagai
penyerap CO2, penghasil oksigen, penyerap polutan, peredam kebisingan,
penahan angin dan peningkatan keindahan (PP RI no.63/2002). Adapun
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap potensi reduksi zat pencemar
adalah jenis tanaman, kerimbunan dan ketinggian tanaman, jumlah emisi
karbon, suhu, kecepatan angin, kepadatan dan ketinggian bangunan.
E. Kegiatan di Sekitar Area Rumah Sakit
Disekitar kawasan Rumah Sakit ada beberapa kegiatan warga yang
perlu menjadi pertimbangan pihak pemrakarsa. Kegiatan tersebut meliputi
bidang perdagangan, pendidikan, dan kuliner.
a) Perdagangan
Di sekitar area rumah sakit terdapat berbagai macam kegiatan di
bidang perdagangan, seperti mini market. Keberadaan mini market ini
memiliki dampak positif terhadap kegiatan rumah sakit. Dengan
adanya mini market-mini market ini, para pengunjung rumah sakit
yang menginap di rumah sakit dapat memenuhi kebutuhan mereka
selama berada di rumah sakit.
b) Pendidikan
Di sekitar area rumah sakit ini terdapat dua kegiatan di bidang
pendidikan, yaitu SDS Al-Azhar dan SMPN 206. Dengan adanya
kegiatan rumah sakit ini, tentu akan lebih menguntungkan untuk para
murid ataupun guru yang sewaktu-waktu membutuhkan pertolongan
dalam bidang kesehatan.
c) Kuliner
Di sekitar area rumah sakit terdapat banyak sekali kegiatan di bidang
kuliner. Hal ini tentu dapat menguntungkan bagi kedua pihak. Para
pengunjung yang ada di rumah sakit, dapat mengunjungi kegiatan
kuliner tersebut ketika sedang berkunjung ke rumah sakit, sedangkan
untuk kegiatan kuliner tersebut keuntungannya adalah bertambahnya
pengunjung ke tempat usaha mereka. Namun, terdapat pula dampak
negatif dari kegiatan kuliner ini, yaitu limbah yang dihasilkan oleh
setiap rumah makan. Oleh karena itu, setiap kegiatan di bidang kuliner
ini sudah dihimbau untuk menangani limbahnya masing-masing agar
tidak mengganggu kegiatan rumah sakit.

2.2 Lingkup Rona Lingkungan Hidup


2.2.1 Komponen Geofisika-Kimia
2.2.1.1 Kualitas Udara Ambien
Kualitas udara di sekitar area rumah sakit perlu diperhatiakan, banyak
faktor yang mempengaruhi kualitas udara ambien di sekitar area rumah sakit,
salah satunya adalah kegiatan pembakaran yang dilakukan warga, tahap operasi
rumah sakit dianggap tidak terlalu mempengaruhi kualitas udara di sekitar lokasi
hal ini didasari pada kegiatan dari rumah sakit sendiri yang minim dengan
pembakaran atau pembuangan gas emisi yang dapat mempengaruhi kualitas
udara. Tabel 2.2 berikut adalah data hasil pemantauan terhadap kualitas udara
disekitar lokasi.
Tabel 2.2 Hasil pengukuran Udara Ambien di Sekitar Wilayah Studi
Hasil Baku mutu
Parameter Satuan
UA-1 UA-2 UA-3 UA-4 UA-5 PPRI No.41/99
FISIKA
o
Suhu Udara C 26,0 27,0 25,0 25,0 26,0 _
Arah angin dominan _ Barat Barat Barat Barat Barat _
Kecepatan Angin m/det 0.1-0.2 0.1-0.2 0.2-0.3 0.2-0.3 0.2-0.3 _
Kelembaban Udara % 84 84 86 86 85 _
Partikel Debu g/m3 69.8 62.7 67.8 63.2 65.7 230
KIMIA
SO2 g/m3 13.55 13.98 16.73 13.95 13.73 900
CO g/m3 3120 3060 3450 3000 3160 30000
NO2 g/m3 22.32 20.06 20.45 20.28 17.56 400
Sumber : NBC Analisis, Laboratorium analisis kimia dan bioaktif-Bogor 2016
Sameo Biotrop services laboratory-Bogor 2016

Keterangan :
UA1: Udara Area 1 (Batas Barat)
UA2: Udara Area 2 (Batas Selatan)
UA3: Udara Area 3 (Batas Timur)
UA4: Udara Area 4 (Batas Utara)
UA5: Udara Area 5 (Lokasi Study)
Berdasarkan data pengujian yang dilakukan pada 5 titik pengamatan
sampel kualitas udara ambien, terlihat bahwa hampir semua parameter yang diuji
memiliki nilai yang hampir sama atau perbedaannya tidak terlalu signifikan, ini
karena memang daerah tersebut memiliki struktur geografis dan iklim yang
cenderung masih sama, parameter-parameter yang diuji juga memberikan hasil
yang cukup baik, dimana semua parameter masih berada jauh dibawah ambang
baku mutu yang ditetapkan pemerintah.
2.2.1.2 Kualitas Kebisingan
Dampak yang mungkin ditimbulkan dari pembangunan Rumah sakit di
Meruya Selatan, Jakarta Barat adalah kebisingan. Hal ini dimungkinkan
disebabkan oleh mesin yang digunakan untuk menunjang kegiatan Rumah sakit.
Untuk mengatasi kebisingan yang timbul maka desain lokasi dan tata ruang
Rumah Sakit perlu dimaksimalkan, untuk mengetahui perkiraan kebisingan yang
akan terjadi maka dilakukan pengujian terhadap kualitas kebisingan dibeberapa
titik disekitar lokasi Rumah Sakit. Tabel 2.3 berikut adalah data hasil pengamatan
terhadap kualitas kebisingan disekitar daerah/lokasi pembangunan Rumah Sakit.
Tabel 2.3 Kualitas Kebisingan di Sekitar Area Rumah Sakit
Baku Mutu
Lokasi
Satuan Hasil Kepmenaker Kep.MenLH
Pengukuran
No.51/99 No.48/11/1996
UA-1 dB (A) 81.58 85 70
UA-2 dB (A) 82.18 85 70
UA-3 dB (A) 80.55 85 70
UA-4 dB (A) 81.80 85 70
UA-5 dB (A) 80.48 85 70
Sumber : NBC Analisis, Laboratorium analisis kimia dan bioaktif-Bogor 2016
Sameo Biotrop services laboratory-Bogor 2016
Keterangan :
UA1: Udara Area 1 (Batas Barat)
UA2: Udara Area 2 (Batas Selatan)
UA3: Udara Area 3 (Batas Timur)
UA4: Udara Area 4 (Batas Utara)
UA5: Udara Area 5 (Lokasi Study)
Berdasarkan data pengujian pada 5 (lima) titik pengamatan sampel
pengukuran kualitas kebisingan, terlihat bahwa semua hasil pengukuran masih di
bawah ambang batas yang ditetapkan oleh pemerintah untuk di kawasan Rumah
Sakit. Namun untuk di wilayah sekitar Rumah Sakit, hasil pengukuran sudah
melebihi baku mutu. Hal ini disebabkan karena daerah Jakarta Barat merupakan
daerah padat penduduk. Hal tersebut dapat meningkatan intensitas kebisingan
pada suatu daerah.
2.2.1.3 Hidrologi
Tata air wilayah studi merupakan perairan sungai yang berasal dari mata
air yang ada di Gunung Salak-Pangrango. Selain berasal dari mata air tersebut,
aliran sungai juga dipengaruhi oleh volume hujan.
2.2.1.4 Kualitas Air
Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah,
sedangkan badan air permukaan dalam hal ini adalah sungai, danau, waduk dan
rawa. Badan air permukaan yang terdapat disekitar area pembangunan Rumah
Sakit yaitu berupa sungai, walaupun jarak sungai-sungai yang terdapat di sekitar
wilayah pembangunan Rumah sakit cukup jauh, akan tetapi dengan adanya
pembangunan Rumah Sakit kualitas air setidaknya akan berpengaruh, walaupun
hanya sedikit, dari itu tim pemrakarsa melakukan uji kualitas air permukaan atau
kualitas air sungai yang terdapat disekitar lokasi pembangunan Rumah Sakit.
Tabel 2.4 berikut adalah hasil pengujian kualitas air sungai di Meruya Selatan,
Jakarta Barat.
Tabel 2.4 Hasil Pengujian Kualitas Air Sungai di Meruya Selatan, Jakarta
Barat
Sampel Baku Mutu
No. Parameter Satuan BAP-1 BAP-2 (PPRI
No.82/2001)
A.FISIKA
1 Temperatur o
63.53 64.17 -
2 Residu Terlarut (TDS) mg/l 327.26 441.02 1000
3 Residu tersuspensi(TSS) mg/l 441.68 399.65 50
B. KIMIA
4 pH - 7.23 7.14 6,0-9,0
5 BOD mg/l 195.89 189.32 3
6 COD mg/l 60.33 76.25 25
7 DO mg/l 8.2 7.65 4
Sampel Baku Mutu
No. Parameter Satuan BAP-1 BAP-2 (PPRI
No.82/2001)
8 Total Fosfat mg/l 0.112 0.135 0,2
9 Arsen mg/l >0,02 >0,02 1
10 Cobal mg/l >0,01 >0,01 0,2
11 Amonia mg/l >0,01 >0,01 0,5
12 Tembaga mg/l >0,001 >0,001 0,02
13 Mangan mg/l >0,001 >0,001 0,1
14 Air Raksa mg/l >0,0001 >0,0001 0,002
15 Seng mg/l >0,0001 >0,0001 0,05
16 Clorida mg/l 11,3 10,5 600
17 Sianida mg/l >0,001 >0,001 0,02
18 Sulfat mg/l 3,6 3,9 400
C. Mikrobiologi
19 E Coli MPN/100ml 1895 1481.67 1000
20 Caliform MPN/100ml 4080 2130 5000
Sumber : NBC Analisis, Laboratorium analisis kimia dan bioaktif-Bogor 2016
Sameo Biotrop services laboratory-Bogor 2016

Berdasarkan data hasil pengujian kualitas air permukaan pada hulu dan
hilir rencana pembangunan Rumah sakit, terlihat bahwa keadaan atau kualitas air
permukaan disekitar lokasi pembangunan buruk, baik ditinjau dari segi fisika,
kimia dan mikrobiologi.
2.2.1.5 Kualitas Tanah
Pembangunan Rumah sakit bertaraf Internasional di Meruya Selatan,
Jakarta Barat menyebabkan alih fungsi tanah/lahan, yang sebelumnya lahan
ditumbuhi oleh tanaman-tanaman liar, dengan adanya pembangunan rumah sakit
ini maka lahan tersebut tidak dapat lagi difungsikan sebagai lahan produktif yang
sebelumnya dapat ditumbuhi berbagai jenis tanaman liar, sehingga tanah menjadi
suatu komponen yang perlu diperhatikan.Walaupun pada prakteknya tanah di
sekitar lokasi diperkirakan tidak akan mengalami dampak yang signifikan, tetapi
pengujian terhadap kualitas tanah tetap dilakukan. Tabel 2.5 berikut adalah hasil
pengujian tanah yang telah dilakukan.
Tabel 2.5 Hasil Pengukuran Kualitas Tanah
No. Parameter Satuan Hasil Pengujian
1 pH H2O - 6.7
2 pH CaCl2 - 5.9
3 C-Organik % 5.95
4 N-Total % 3.1
5 Ratio C/N - 8.5
6 P-Tersedia ppm 7.71
7 Ca-dapat tukar Cmol/kg 0.45
8 Mg-dapat tukar Cmol/kg 0.98
9 K-dapat tukar Cmol/kg 1.3
10 Na-dapat tukar Cmol/kg 1.1
12 KB % 2.3
13 H+ Me/100g 4.7
Sumber : NBC Analisis, Laboratorium analisis kimia dan bioaktif-Bogor 2016
Sameo Biotrop services laboratory-Bogor 2016

Dari hasil pengukuran, terlihat bahwa kualitas tanah di sekitar area


pembangunan Rumah Sakit cukup subur untuk ditanami berbagai macam
tumbuhan seperti padi, jagung dan aneka buah-buahan lainnya, dengan kondisi
tanah yang baik ini maka di sekitar rumah sakit dapat ditanami berbagai tumbuhan
untuk mengurangi pencemaran yang terjadi.

2.2.2 Komponen Biologi


2.2.2.1 Flora Darat
Rencana pembangunan Rumah Sakit di Meruya Selatan, Jakarta Barat
terletak pada lahan subur warga yang terbengkalai. Oleh karena itu, hal tersebut
dapat merubah vegetasi/jenis flora darat yang berada di lahan tempat
pembangunan Rumah sakit. Berdasarkan survey kondisi flora darat yang ada di
sekitar lahan tempat pembangunan Rumah sakit ditemukan berbagai jenis flora
yang berfungsi sebagai penghijaun, flora budidaya, flora semak dan rerumputan.
Dalam suatu ekosistem flora/vegetasi berfungsi sebagai penyerap CO2, logam
berat, peredam kebisingan, penahan erosi, penyimpan air, penahan erosi,
pembersih udara (penghasil O2) dan dapat memperindah lingkungan. Untuk lebih
jelasnya kondisi flora darat yang terdapat pada lokasi kegiatan pembangunan
Rumah Sakit dapat dilihat pada tabel 2.6 berikut.
Tabel 2.6 Kondisi Flora di Sekitar Lokasi Pembangunan Rumah Sakit
Lokasi
No. Jenis Flora/Vegetasi
Luar Lahan Dalam Lahan
1 Anggrek Bulan v v
2 Pohon Kosambi v v
3 Belimbing Dewa v v
4 Jambu Bol Harman v
5 Sukun v

2.2.2.2 Ekosistem Sungai


Lokasi pembangunan Rumah Sakit memiliki jarak yang cukup jauh dari
Sungai Cisadane. Ekosistem sungai terdiri dari flora dan fauna, ikan menjadi
fauna yang mendominasi ekosistem sungai. Namun, Sungai Cisadane ini sudah
tercemar akibat ulah manusia, sehingga tidak banyak flora dan fauna yang dapat
ditemukan di Sungai Cisadane tersebut.

2.3 Demografi
2.3.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Lokasi rencana pembangunan Rumah Sakit yang berada di Meruya Selatan,
Jakarta Barat berkaitan dengan jumlah penduduk di daerah tersebut, hal ini
berkaitan dengan ketersediaan sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya
alam (SDA). Kepadatan penduduk di KotaJakarta Barat dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2.7 Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kota Jakarta Barat
No Kecamatan Jumlah Kepadatan Penduduk
Penduduk (Jiwa) (Jiwa/km2)
1 Kembangan 237799 9834
2 Kebon Jeruk 300811 16730
3 Palmerah 211544 28168
4 Grogol Petamburan 228832 22906
5 Tambora 263321 48763
6 Taman Sari 132630 17158
7 Cengkareng 445426 16783
8 Kalideres 351649 11632
Jakarta Barat 2172012 16767
Sumber: Kota Jakarta Barat Dalam Angka 2013
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kepadatan penduduk di
Kecamatan Kembangan (letak Kelurahan Meruya Selatan) adalah kecamatan di
Jakarta Barat dengan kepadatan penduduk paling kecil, sehingga ketersediaan
sumber daya alam yang berupa lahan dapat dimanfaatkan sebagai tempat/lokasi
pembangunan Rumah Sakit.

2.3.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia Sekolah


Tingkat pendidikan masyarakat dapat memengaruhi cara berfikir dan juga
menentukan tingkat penerapan adopsi ditengah masyarakat. Selain itu, tingkat
pendidikan juga memengaruhi respon serta tanggapan masyarakat terhadap suatu
yang baru, seperti proyek pembangungan Rumah Sakit. Berikut adalah jumlah
penduduk berdasarkan usia sekolah:
Tabel 2.8 Jumlah Penduduk Usia Sekolah
No Kelompok Umur Jumlah
1 5-9 185821
2 10-14 162568
3 15-19 197 124
Sumber: Kota Jakarta Barat Dalam Angka 2013
2.3.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama
Sebagian besar penduduk di Jakarta Barat khususnya di Kecamatan
Kembangan umumnya beragama Islam. Selain agama Islam terdapat juga
sebagian kecil yang beragama hindu dan budha. Tabel 2.9 berikut adalah
komposisi penduduk di Jakarta Barat berdasarkan keyakinan (Agama).
Tabel 2.9 Komposisi Masyarakat Berdasarkan Agama
Jumlah Pemeluk Agama
Kecamata Islam Kriste Katoli Hind Budha Khon Lainny
n n k u g Hu a
Chu
Kembangan 223233 23978 17868 500 5890 137 14
Kebon 272207 28608 18530 491 12426 356 51
Jeruk
Palmerah 176779 11658 6575 489 2953 82 17
Grogol 141110 30422 19335 378 30017 514 109
Petamburan
Tambora 161780 18924 6307 105 49029 537 19
Taman Sari 71406 14923 5851 92 16941 140 35
Cengkareng 428235 43882 16341 485 23146 421 29
Kali Deres 328862 32717 12874 252 19889 271 23
Jumlah 180361 205112 103681 2792 16029 2458 297
2 1
Sumber : BPS Kodya Jakarta Barat, 2010
Islam menjadi agama yang dominan di Kecamatan Kembangan.
Keseragaman atau kesamaan keyakinan ini bisa menjadi suatu nilai positif, karena
dengan adanya kesamaan ini dapat meminimalisir terjadinya keresahan
masyarakat yang berladaskan keyakinan, atau isu-isu masyarakat yang
mengatasnamakan agama, sehingga masyarakat di daerah tersebut akan lebih
mudah dikontrol.
2.3.4 Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk pada suatu daerah dipengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk (imigrasi maupun
emigrasi). Tabel 2.10 berikut adalah pertumbuhan penduduk di Jakarta Barat
selama 4 tahun.
Tabel 2.10 Angka pertumbuhan penduduk Kabupaten Lombok Utara
selama 4 Tahun
Tahun 2010 2011 2012 2013
Jumlah Penduduk (Jiwa) 2634906 2640145 2738033 2832515
Sumber : BPS Kodya Jakarta Barat, 2010
Tabel diatas menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk di Jakarta Barat
tinggi, hal ini disebabkan karena Jakarta Barat merupakan perkotaan yang maju
yang menjadi destinasi masyarakat untuk mencari pekerjaan. Dengan adanya
pembangunan Rumah Sakit diperkirakan akan membantu Jakarta Barat menjadi
kota madya yang lebih maju lagi.
2.4 Sosial Budaya dan Ekonomi
2.4.1 Kesempatan Kerja dan Pendapatan Masyarakat
Kecamatan Kembangan merupakan pusat pemerintahan dari Kota
Administrasi Jakarta Barat. Pada kecamatan ini juga terdapat pusat-pusat
perbelanjaan, sekolah-sekolah dan dilewati jalan tol. Kesempatan kerja terbuka
cukup luas karena banyaknya lapangan yang tersedia. Profesi masyarakat di
Kecamatan Kembangan sangat beragam.
Rencana pembangunan Rumah Sakit di Kecamatan Kembangan diyakini
akan memberikan kesempatan untuk bekerja bagi masyarakat di Jakarta Barat.
Peluang masyarakat setempat untuk memulai usaha baru juga bisa meningkat
dengan adanya pembangunan Rumah Sakit. Untuk masyarakat yang berada pada
usia sekolah juga dapat memiliki peluang untuk mendapat pekerjaan di masa
depan.
2.4.2 Sikap dan Persepsi Masyarakat
Rencana pembangunan Rumah Sakit di Kecamatan Kembangan sudah
diketahui secara luas oleh masyarakat setempat, dan pihak pemrakarsa juga telah
melakukan sosialisasi tentang rencana ini baik melalui media cetak maupun secara
langsung kepada masyarakat sekitar lokasi pembangunan rumah sakit.
Dari hasil wawancara, secara umum sikap masyarakat tidak keberatan
dengan adanya kegiatan pembangunan Rumah Sakit. Masyarakat setempat
menyadari bahwa pembangunan Rumah Sakit didaerah mereka merupakan suatu
usaha untuk meningkatkan kesejahteraan serta pelayanan publik kepada
masyarakat, yang secara tidak langsung akan meningkatkan kesejahteraan hidup
masyarakat.
Namun demikian, masyarakat mengajukan harapan-harapan terkait
rencana kegiatan ini (pembangunan Rumah Sakit) yang harus diperhatikan oleh
pihak pemrakarsa agar kegiatan bisa berlangsung dengan lancar. Harapan-
harapan tersebut diantaranya :
1. Pemrakarsa harus melakukan pembebasan lahan dengan harga yang pantas
sesuai dengan hasil musyawarah dengan para pemilik lahan.
2. Pemrakarsa mengakomodir tenaga kerja lokal dari masyarakat sekitar.
3. Pihak pemrakarsa dalam pembangunan dan pengoprasian nantinya lebih
berhati-hati sehingga tidak menimbulkan kecelakaan.
4. Aksesibilitas dan mobilitas kegiatan pembangunan tidak mengganggu
kenyamanan dan keamanan masyarakat sekitar, seandainya kegiatan
tersebut merusak fasilitas umum lainnya, maka pemrakarsa harus
menggantinya.
5. Pengolahan limbah harus dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga tidak
mencemari lingkungan sekitar.
Mengingat hal-hal tersebut, maka sosialisasi dan musyawarah terutama
kepada masyarakat sekitar harus terus dilakukan, sehingga sikap dan persepsi
masyarakat akan lebih mendukung keberadaan Rumah Sakit.
2.5 Kesehatan Masyarakat
Status derajat kesehatan masyarakat diantaranya dapat tergambar dari pola
penyebaran dan distribusi penyakit, hal tersebut dapat dilihat dari distribusi jenis
dan jumlah penyakit pada 10 penyakit terbesar yang direkam medik/dicatat di unit
pelayanan kesehatan utama seperti puskesmas. Tersedianya fasilitas umum
dibidang kesehatan juga sangat berpengaruh pada tingkat kesehatan masyarakat,
berikut adalah fasilitas kesehatan yang tersedia di Jakarta Barat:
Tabel 2.11 Jumlah Fasilitas Kesehatan di di Kota Jakarta Barat
No Kecamatan Rumah Rumah Pusat Kesehatan
Sakit Bersalin Masyarakat
1 Kembangan 1 4 9
2 Kebon Jeruk 6 3 8
3 Palmerah 6 3 10
4 Grogol Petamburan 6 4 10
5 Tambora 1 4 9
6 Taman Sari - 1 6
7 Cengkareng 2 4 11
8 Kalideres 1 3 12
Jakarta Barat 23 26 75
Sumber: Kota Jakarta Barat Dalam Angka 2013
Dari tabel diatas, terlihat bahwa Rumah Sakit di Kecamatan Kembangan
masih dibawah jumlah rata-rata Rumah Sakit yang dimiliki kecamatan lainnya.
Hal ini secara tidak langsung akan memengaruhi tingkat kesehatan masyarakat
sekitar. Diharapkan dengan adanya pembangunan Rumah Sakit di Kecamatan
Kembangan, pelayanan publik di bidang kesehatan di Kota Jakarta Barat dapat
ditingkatkan.
2.6 Lingkup Wilayah Studi
2.6.1 Batas Administratif
Batas wilayah proyek pembangunan proyek adalah ruang dimana kegiatan
pembangunan rumah sakit dan operasionalnya akan dilangsungkan. Rencana
lokasi kegiatan pembangunan Rumah Sakit secara administratif terletak di
Kelurahan Meruya Selatan, Kecamatan Kembangan. Batas administratif
Kelurahan Meruya Selatan adalah:
Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Meruya Utara
Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Joglo
Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Karang Tengah
Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Srengseng

2.6.2 Batas Sosial


Penentuan Batas sosial pada kegiatan AMDAL ini dengan memperhatikan
intensitas, luas persebaran dampak dan antisipasi perubahan sosial akibat kegiatan
pembangunan Rumah Sakit yang diperkirakan akan timbul terhadap komponen
sosial dengan mempertimbangkan keberadaan masyarakat yang berada disekitar
proyek pembangunan.
2.6.3 Batas Ekologis
Batas Ekologis adalah ruang persebaran dampak dari kegiatan
pembangunan proyek dan operasionalnya menurut transportasi limbah cair, padat,
difusi atau pergerakan limbah. Termasuk dalam ruang ini adalah ruang sekitar
rencana usaha atau kegiatan yang secara ekologis terkena dampak dari proyek
pembangunan Rumah Sakit ini.
2.6.4 Batas Wilayah Studi
Batas wilayah studi yang dilakukan yaitu mengenai batas perkiraan
dampak yang akan ditimbulkan oleh adanya pembangunan Rumah Sakit, hal ini
berkaitan dengan sejauh mana pengaruh dampak yang ditimbulkan baik berupa
dampak dari segi ekologi, sosial budaya, kesehatan, ekonomi dll, sehingga batas
study menjadi lebih spesifik dan jelas.
2.6.5 Batas Proyek
Batas proyek merupakan lokasi di mana seluruh komponen rencana
kegiatan akan dilakukan, terutama komponen yang menjadi sumber dampak.
Batas proyek ditetapkan berdasarkan batas kepemilikan lahan yang dimiliki oleh
pemrakarsa.
BAB III
Metode Studi

3.1 Metode Pengumpulan dan Analisis Data


Sebagai dasar penyusunan Analisis Dampak Lingkungan, dilakukan
pengumpulan data primer dan sekunder. Metode pengumpulan data primer yang
diambil di antaranya adalah :

1. Hasil observasi secara langsung dilapangan


2. Hasil wawancara dengan pemrakarsa proyek
3. Hasil wawancara dengan penduduk dan tokoh masyarakat
4. Hasil pengambilan sampel di lapangan dan analisis laboratorium
Sedangkan metode pengambilan data sekunder yang diambil diantaranya adalah :

1. Studi Pustaka
2. Studi perbandingan dengan proyek sejenis
3. Data-data dari instansi terkait
4. Studi literature
3.1.1 Komponen Geo Fisik Kimia

3.1.1.1 Kualitas Udara dan kebisingan

Untuk mengetahui kualitas udara yang terdapat di sekitar lokasi, dilakukan


suatu pengukuran berbagai jenis pencemar udara. Parameter udara yang diukur
adalah kecepatan angin, suhu, kelembaban, cuaca, SO2, NO2, NH3, H2S, Debu, Pb,
dan CO. Berikut akan dijabarkan mengenai metode yang digunakan beserta
peralatan yang digunakan dalam mengukur kualitas udara. Parameter kualitas
udara yang telah diukur, selanjutnya dianalisis di laboratorium dan hasilnya akan
dibandingkan dengan baku mutu udara ambien nasional yang tercantum di dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara. Untuk intensitas bising akan dibandingkan
dengan baku mutu tingkat kebisingan menurut Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 48/MENLH/11/1996. Parameter dan metoda pengukuran
kualitas udara dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Parameter dan Metoda Pengukuran Kualitas Udara


No Parameter Metoda Peralatan
1 Kecepatan Pengukuran langsung anemometer
angin
2 Suhu Pengukuran langsung termometer
3 Kelembaban Pengukuran langsung sling psychrometer
4 Cuaca Pengukuran langsung -
5 Gas SO2 Pararosanilin Gas Sampler
6 Gas NOX Saltzman Gas Sampler
7 Gas NO2 Saltzman Gas Sampler
8 Gas CO NDIR NDIR Analizer
9 Gas CO2 NDIR NDIR Analizer
10 Gas H2S Mercury Thiocianate Gas Sampler
11 Gas NH3 Indofenol-spectrofotmetri Gas Sampler
12 Debu < 100 Gravimetrik High Volume Dust Sampler
13 Debu < 10 Gravimetrik Low Volume Sampler
14 Pb Gravimetrik High Volume Sampler
15 Gas O3 AAS Gas Sampler
16 Kebisingan NBKI-spectrofotmetri Sound Level Meter
17 Sound Level Meter
Penentuan lokasi titik sampel pengamatan kualitas udara didasarkan pada:

Hubungan kegiatan dengan lokasi sekitarnya.

Kemungkinan penyebaran limbah gas ke lokasi terdekat terutama


permukiman sesuai dengan arah angin dominan.

3.1.2 Hidrologi
Komponen hidrologi yang dianalisis meliputi kualitas dan kuantitas air
permukaan serta kondisi fisik dan kualitas air tanah.

3.1.2.1 Air Tanah


Pengamatan kondisi air tanah dilakukan terhadap sumur gali. Data
diperoleh dari hasil data sekunder. Pengambilan sampel air tanah dilakukan pada
sumur penduduk di tapak proyek dan sekitarnya. Analisis kualitas air tanah
dangkal dilakukan dengan metoda seperti pada Tabel 3.2. Parameter kualitas air
tanah tersebut dibandingkan dengan baku mutu.
3.1.2.3 Air Permukaan
Parameter kualitas air yang diukur meliputi fisik, kimia dan biologi air
berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun 2001 tentang Pengendalian
Pencemaran Air untuk menentukan status mutu air bagi peruntukan tertentu dan
baku mutu yang dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan RI (Tabel 3.3). Contoh air
diambil dengan menggunakan "botol sampler". Penentuan lokasi titik sampel air
didasarkan pada lokasi sumber air baik air permukaan maupun air tanah yang akan
digunakan untuk kegiatan dan operasional PLTU dan kebutuhan masyarakat
setempat.
Tabel 3.2 Metoda Analisis Kualitas Air Sumur Penduduk

No Parameter Satuan Metoda/Peralatan


A. FISIKA
1 Bau - Pengamatan
2 Zat padat Terlarut (TDS) mg/L Gravimetrik/Timbangan Analitik
NTU
3 Kekeruhan Turbidimeter
B. KIMIA
1 pH - Pengukuran/pH meter
2 Besi (Fe) mg/L Spektrofotometrik/AAS
3 Chlorida (Cl) mg/L Titrimetrik/Buret
4 Mangan (Mn) mg/L Spektrofotometrik/AAS
5 Nitrat (NO3-N) mg/L Spektrofotometrik/Spektrofotometer
6 Nitrit (NO2-N) mg/L Spektrofotometrik/Spektrofotometer
No Parameter Satuan Metoda/Peralatan
7 Sulfat (SO4) mg/L Spektrofotometrik/Spektrofotometer
8 Zat organik (KMnO4) mg/L Titrimetrik/buret
9 Flourida (F) mg/L Spektrofotometrik/Spektrofotometer
10 Kesadahan (CaCo3) mg/L Tritrimetri/Buret
11 Detergent mg/L Metode MBAS
12 Zat Organik mg/L Titrasi Permanganometri
13 Sisa Klor mg/L Titrasi Argentometri
14 C. MIKROBIOLOGI
15 Koli Fekal MPN/100 ml
16 Total koli MPN/100 ml Pengenceran/tabung fermentasi
Pengenceran/tabung fermentasi

Tabel 3.3 Metoda Kualitas Air Sungai


No. Parameter Satuan Metoda dan Alat Pengukuran
Fisik
1. Suhu Air C Termometer
2. Zat padat tersuspensi mg/l Gravimetrik, dry weight
3. Daya Hantar Listrik umhos/cm SCT-meter
4. pH - pH meter digital

Kimia
6. COD mg/l Permangometrik
7. BOD5(20C) mg/l Winkler, Titrimetrik
8, Minyak & Lemak mg/l Ekstraksi-Soxhlet
Keterangan : Baku mutu mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 92/MENKES/PER/IV/2010

Untuk mengevaluasi kualitas air sungai pada setiap titik sampling akan
dibandingkan dengan baku mutu menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 92/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum, sedangkan untuk kualitas air tanah akan dibandingkan dengan daftar
persyaratan Kualitas Air Bersih yang terdapat di dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air.
Metoda Perhitungan:

Perhitungan Debit
Pengukuran debit sungai sesaat dilakukan di areal proyek dan sekitarnya.
Lokasi pengukuran debit air adalah sama dengan lokasi pengambilan sampel
kualitas air sungai dan lokasi lainnya. Pengukuran debit dilakukan untuk
memberikan gambaran umum kuantitas sungai di daerah studi. Pendekatan
persamaan empirik digunakan untuk memperkirakan debit sesaat sungai
(Sostrodarsono dan Takeda, 1993) yaitu:

Q = k x A x V

dimana :

Q = Debit aliran (m3/det)


A = Luas penampang sungai (m2)
V = Kecepatan aliran yang melalui penampang tersebut (m/det)
k = Faktor koreksi pengukuran kecepatan aliran sungai
Luas penampang sungai ditentukan dengan cara mengukur lebar muka air
dan kedalaman sungai di beberapa titik pengukuran ke arah lebar sungai.
Kecepatan aliran sungai yang diukur adalah kecepatan aliran permukaan air
sungai dengan menggunakan pelampung permukaan, selanjutnya dibandingkan
dengan data sekunder.

3.1.3 Aspek Sosial Ekonomi Budaya


3.1.3.1 Metode Pengumpulan Data
3.1.3.1.1 Studi Kepustakaan dan Data Sekunder
Studi kepustakaan dimaksudkan untuk mengkaji teori, konsep, variabel
dan parameter-parameter sosekbud yang ditelaah dalam studi ini. Disamping itu,
kajian kepustakaan juga dimaksudkan untuk memperoleh data/informasi sosekbud
dari hasil penelitian para ahli. Kajian kepustakaan yang digunakan dalam studi ini
terdiri atas berbagai publikasi ilmiah, baik kajian teoritis murni maupun hasil-hasil
penelitian/kajian empiris.
Studi data sekunder dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi
yang mencakup aspek demografi, ekonomi dan kesehatan masyarakat baik pada
tingkat desa, kecamatan.
Data demografi didapat dari data Pemerintah DKI Jakarta, Daerah Kota
sempurna dalam angka dan berbagai studi kependudukan dan sosial ekonomi
lainnya yang dipandang perlu untuk di dapat.
Data komponen budaya yang diperlukan adalah Komposisi pemeluk
agama. Data ekonomi social yang dirasa perlu antara lain adalah fasilitas
perdagangan dan jasa serta fasilitas umum rekreasi keluarga. Sedangkan data
kesehatan masyarakat yang diperlukan diantaranya adalah data jumlah dan jenis
fasilitas kesehatan, cakupan tenaga dokter/paramedis, insidensi dan prevalensi
penyakit.
Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengan menggunakan daftar
isian dan check list yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder yang
diperlukan dikumpulkan dari:

Kantor Kecamatan Subah


Publikasi lainnya yang terkait dengan studi ini.
1. Data Primer
Metoda pengumpulan data sosial yang digunakan adalah sebagai
berikut :
a) Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur merupakan metoda pengumpulan data
primer pada sejumlah responden terpilih melalui kegiatan wawancara
dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan sekumpulan
pertanyaan yang disebarkan kepada beberapa sampel masyarakat
secara merata di Jakarta Barat.
b) Wawancara mendalam (Indepth interview)
Wawancara dilakukan dengan tokoh-tokoh masyarakat, baik
formal maupun non formal dengan menggunakan pedoman
wawancara.
c) Observasi/Pengamatan Lapangan
Observasi/pengamatan lapangan merupakan kegiatan
pengamatan terhadap obyek studi secara langsung.
2. Penarikan Sampel
Metoda penarikan sampel yang digunakan adalah metoda
Stratified Random Sampling. Metoda Stratifield Random Sampling
yang digunakan adalah sebagai berikut :

Ni
Ni = xn
N
dimana :
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
i = strata ke i
3.1.3.2 Metoda Analisis
Metode analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif. Analisis
kualitatif digunakan dalam analisis sosial budaya yang meliputi parameter
persepsi dan sikap masyarakat/persepsi dan sikap tokoh-tokoh desa melalui
wawancara mendalam.
3.1.3.3 Kesehatan Masyarakat

Yang dikaji pada aspek kesehatan masyarakat adalah :

Sanitasi/Kesehatan Lingkungan
a. Sumber air untuk dikonsumsi
b. Sumber air di luar konsumsi
c. Cakupan Sistem Pembuangan Air Kotor
d. Sistem pembuangan sampah domestik beserta pengolahan sampah
e. Gangguan kenyamanan yang banyak muncul

Anda mungkin juga menyukai