KERANGKA ACUAN
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
KEGIATAN PEMBANGUNAN
PABRIK PENGOLAHAN BIJIH NIKEL
DAN SARANA PENDUKUNGNYA
C. Pembebasan Lahan
Kegiatan pembebasan lahan dilakukan sebelum adanya kegiatan pembanngunan pabrik
nikel. Kegiatan ini bertujuan untuk membebaskan lahan yang akan dijadikan lokasi pabrik
pengolahan nikel bebas dari aktivitas apapun. Tempat yang akan dibangun pabrik pengolahan nikel
berada dekat dengan perumahan penduduk. Oleh karena itu, dilakukan relokasi penduduk ketempat
yang lebih aman dan nyaman. Dalam pelaksanaan pembebasan lahan, diperlukan kegiatan
pengalihan hak kepemilikan lahan beserta tanaman yang tumbuh diatasnya dengan cara yang
disetujuai oleh pihak-pihak yang bersangkutan.
2. Tahap Konstruksi
A. Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi
Dalam rangka pembangunan pabrik pengolahan nikel PT. Resky Monagung Industry maka
diperlukan tenaga kerja pada tahap konstruksi diperkirakan mencapai 89 orang untk
pembangunan pabrik pengolahan bijih nikel di Desa Lalowua Kecamatan Palangga Selatan,
Kabupaten Konawe Selatan yaitu dengan spesifikasi dan jumlah masing-masing jenis spesifikasi
tenaga disajikan pada tabel 1
1. Instalasi Pabrik
Pembangunan pabrik meliputi pembangunan konstruksi fisik dan pemasangan mesin-mesin
pabrik. Kegiatan konstruksi meliputi pembuatan fondasi, pembangunan rangka baja, penataan areal
ruang prosesing, pemasangan mesin-mesin pabrik, pemasangan dinding dan partisi, serta
pemasangan jaringan mekanikal dan lektrikal.
Perencanaan abrik merupakan unsur yang penting untuk kelancaran operasional serta
meminimalkan pergerakan maupun gangguan pada saat operasional pabrik. Bagian-bagian pabrik
yang diperlukan untuk suatu unit produksi terdiri dari preparai bijih nikel, pengeringan dan
pencampuran (sintering), tanur sembur (blast furnace). Instalasi unit preparasi bijih nikel, terdiri
atas instalasi Jaw crusher (pemecah batuan), screener (pemisah ore kadar rendah) dan unit rotary
drier 3,20 meter dengan panjang 30 meter (pengering ore). Sedangkan unit pengeringan dan pen
campuran (sintering) terdiri atas 3 batcher dan mixing plant. Batcher I, yang dilengkapi dengan
screen dan vibraing chutes menampung ore, batcher II, menampung bahan baku imbuhan berupa
limestone, batcher III, untuk menampung bahan bakar batubara yang telah dihaluskan. Unit lain
yang akan diinstalasi pada sistem pengeringan dan pencampuran adalah container/skip car yang
menggunakan belt conveyor untuk mengangkut sinter ke top bins/hopper mini blast furnace
(MBF).
Bangunan utama dari pengolahan bijih nikel adalah instalasi mini blast furnace. Bangunan
MBF menggunakan konstruksi beton. Blast furnace berbentuk menara silinder yang memiliki dua
lapisan yaitu lapisan luar dan lapisan dalam. Refractories terbuat dari lapisan carbon steel plate,
sedangkan liningnya dari alumina padat dan alumina carbon refractory bricks, yang berfungsi
sebagai isolasi untuk manahan panas yang terjadi pada saat proses pembakaran. Bagian atas dari
MBF ini dirancang sedemikian rupa sehingga bahan-bahan yang akan diolah dpat dimasukkan dan
ditambahkan setap saat. Pada bagian bawah puncak terdapat lubang untuk mengeluarkan hasil-
hasil buangan berupa gas. Pada bagian atas dari dasar MBF terdapat pipa-pipa yang untuk
Tabel II-2 kebutuhan spesifikasi dan jumlah tenaga kerja operasi (untuk 2 line MBF)
No Spesifikasi Jml No Spesifikasi Jml
A Management E Refining plan
1 General manager 1 1 Manager refining plan 1
2 Staf fungsional 6 2 Supervisior 4
3 Safety officier 2 3 De-S operation 16
4 Safety supervisior 4 4 L/D converter operation 4
5 Environmental supervisior 4 5 Slag treatment 4
6 Medical 3 6 Overhead crane 4
B Ore handling 7 Prehead ladge 4
1 Manager ore handling 1 8 Brick work 4
2 Supervisior 4 9 Casting/ingot & shot making 8
3 Data treatment & logistic 1 F Transportation of raw & slag
4 Maintenance 8 1 Manager transportation 1
5 Screening & crushing 16 2 Supervisior 4
6 Control room of R/D 4 3 Forman 4
7 Rotary dryer 16 4 Bulldozer & escavator operator 20
8 Mixing house 8 5 Dumptruck driver 16
C Calcining plan 6 Pay loader operator 12
1 Manager calcining plan 1 7 Maintenance 12
2 Supervisior 4 G Human resource
3 Calcining 4 1 HR manager 1
4 Dust treatment 8 2 Administration 4
5 Rotary klin 8 3 Logistic 2
Proses penerimaan tenaga kerja PT. Resky Monagung Industry harus melalui berbagai
tahap dan memenuhi Standard Operational Procedor (SOP) yang tetap ditetapkan perusahaan
maupun peraturan perundangan yang berlaku (Undang-Undang RI No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan). Proses penerimaan tenaga kerja diawali dengan mempublikasikan pengumuman
secara terbuka melalui media masa, selanjutnya dilakukan Proses seleksi sesuai ketentuan yang
berlaku.
Setiap kegiatan pertambangan, baik kegiatan penambangan maupun kegiatan Pengolahan
dan pemumian, factor keselamatan dan kesehatan kerja adalah factor yang Penting. PT.Resky
Monagung, membentuk organisasi K-3, sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.
Divisi K3 dipimpin oleh seorang Health savety and Environment (HSE) Manager, yang
bertanggung jawab kepada Operation Manager, dan membawahi Dokter Perusahaan, Health
Superintendet, Savety Superintendet, dan Environment superintendet.
Kegiatan penerimaan tenaga kerja operasi ini, diprediksi akan menimbulkan dampak
potensial yaitu berupa migrasi penduduk, kesempatan kerja, kesempatan berusaha,peningkatan
pendapatan masyarakat, serta menimbulkan dampak perubahaan sikap dan persepsi masyarakat
khususnya masyarakat Desa Lalowua .
a. Penanganan Limbah
Dalam pengoperasian pabrik pengolahan nikel dan fasilitas pendukung lainnya akan
menghasilkan limbah, terutama limbah padat, cair, gas dan debu. Limbah-limbah yang dihasilkan
bersifat limbah B3 sehingga perlu penanganan khusus. Limbah B3 seperti bahan kimia yang
berasal dari bahan-bahan yang digunakan saat proses atau sisa proses seperti lter-lter bekas,
potongan waste baskets besi, kawat, lampu, aki, drum plastik bekas kemasan bahan kimia, dan oli
bekas akan dikumpulkan dan ditampung sementara pada lokasi yang telah disiapkan khusus,
kemudian akan ditangani lebih lanjut oleh pihak ketiga (off-site treatment) yang mempunyai izin
pengelolaan limbah B3.
Apabila Iimbah yang dihasilkan tidak dikelola dengani baik, dapat menimbulkan masalah
lingkungan. Hal ini tentu tidak diharapkan, baik oleh perusahaan maupun oleh masyarakat umum.
c. Penanganan limbah B3
Limbah cair B3 kemungkinan besar yang dihasilkan dari operasional pabrik pengolahan
dan pemumian bijih nikel PT. Resky Monagung Industry adalah Oli bekas. Oli bekas ini dihasilkan
dari kendaraan angkut dan alat berat dan dari Generator Set. Pengelolaan limbah cair B3 dilakukan
Sistem penyimpanan kemasan dibuat dengan sistem blok, dimana setiap blok terdiri atas 2
(dua) x 2 (dua) kemasan, sehingga dapat dilakukan pemeriksaan mnnyeluruh terhadap setiap
kemasan. Lebar gang sistem penyimpanan akan dibuat minimal 60 cm untuk lalulintas manusia
Tabel II-4
Kelembaban udara rata-rata di Kabupaten Konawe Selatan selama tahun 2004-2013
Kelembaban Udara (%)
Bulan 200 200 200 200 200 200 201 201 201 201
Rerata
4 5 6 7 8 9 0 1 2 3
Janu 90 88 79 72 72 71 78 83 76 81 79,0
Febr 85 88 78 77 74 74 80 84 78 84 80,2
Mart 84 87 79 91 78 84 84 82 77 86 83,2
April 87 88 82 83 83 82 82 85 81 85 83,8
Mei 86 88 84 82 85 81 85 86 78 87 84,2
Juni 82 87 83 85 84 81 87 85 84 87 84,5
Juli 87 87 76 78 82 77 88 87 74 90 82,6
Agust 81 88 71 79 83 72 81 81 79 82 80,3
Septe 76 88 67 72 75 67 83 83 78 79 76,6
Okto 72 88 61 72 78 70 82 82 70 75 75,0
Nov 76 88 64 74 77 70 84 84 81 80 77,4
Des 82 87 75 75 78 72 89 89 78 86 79,9
Rerata 82 88 75 78 79 75 83 84 78 84 80,6
Rata-rata tekanan udara bulanan di wilayah studi selama 10 tahun terakhir berkisar antara
1008,1 MBS pada bulan desember sampai 1011,5 MBS pada september dengan rata-rata tahunan
1009,7 MBS. Tekanan udara rata-rata di Kab. Konawe Selatan selama tahun 2004-2013 disajikan
pada tabel II-5.
Data dari stasion Lanud Halu Oleo Periode (2004-2013) menunjukan bahwa curah hujan
berkisar antara 1555,6 mm/tahun sampai 3648,5 mm/tahun. Data dari tabel II-6 menunjukan
bahwa curah hujan rata-rata terendah selama tahun 2004-2013 terjadi pada bulan september yaitu
94,8 mm dan tertinggi pada bulan maret yaitu 281,4 mm.
Tabel II-6
Curah hujan di Kabupaten Konawe Selatan selama tahun 2004-2013
Kelembaban Udara (%)
Bulan
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Rerata
Janu 274,5 330,1 1007,3 1008,4 1007,6 1009,6 1009,4 1007,3 1008,4 1007,6 1008,4
Febr 1013,3 1011,1 1008,1 1009,0 1007,2 1013,3 1011,1 1008,1 1009,0 1007,2 1009,0
Mart 1010,5 1008,2 1007,9 1008,6 1007,8 1010,5 1008,2 1007,9 1008,6 1007,8 1008,7
April 1010,5 1010,5 1008,2 1009,2 1008,4 1010,5 1010,5 1008,2 1009,2 1008,4 1009,1
Mei 1010,0 1010,3 1009,8 1010,4 1010,0 1010,0 1010,3 1009,8 1010,4 1010,0 1009,9
Juni 1010,4 1010,5 1010,3 1008,5 1010,8 1010,4 1010,5 1010,3 1008,5 1010,8 1010,1
3. Kualitas Udara
Gambaran umum tingkat kualitas udara di wilayah sekitar proyek diperoleh dari
pengukuran lapangan. Lokasi pemantauan udara ini dilakukan pada 2 lokasi, yaitu ST-01 di lokasi
pembangunan pabrik bijih nikel PT. Kinlin Nickel Industri Indonesia dengan koordinat LS: 040 27
25,4. BT: 1220 21 12,4, dan ST-02 di jalan poros Torobulu-Tinanggea simpang tiga jalan
Data pengukuran kualitas udara (tabel II-7) merupakan data pengukuran 1 jam berdasarkan
PP No. 41 tahun 1999, parameter SO2, CO, dan NO2, memiliki baku mutu untuk pengukuran 1 jam.
Dengan demikian, data ini di konversi ke 24 jam dengan menggunakan persamaan konversi center,
seperti di sajikan pada tabel II-8.
Tabel II-8
Data kualitas udara di sekitar wilayah studi (konversi 24 jam)
Satuan
No. Parameter Uji Satuan Baku Mutu
ST-01 ST-02
1 Sulfur Dioksida (SO2) /3 6,653 7,525 365
2 Nitrogen Dioksida (NO2) /3 7,465 8,945 150
3 Karbon Monoksida (CO) /3 12,130 13,931 10.000
4 Timah Hitam (Pb) /3 0,059 0,064 2
5 Debu (TSP) /3 15,845 16,314 230
4. Kebisingan
Tingkat kebisingan terus di lakukan secara terus-menerus berdasarkan kepmen lingkungan
hidup No. 48 tahun 1996. Pengukuran kebisingan dilakukan per lima detik dalam waktu 10 menit
di sekitar lokasi rencana kegiatan pembangunan pabrik pengolahan bijih nikel PT. Resky
Monagung Industry di dua lokasi yaitu lokasi proyek dengan koordinat LS: 040 27 25,5. BT: 1210
21 11,0. Dan jalan poros torobulu-Tinanggea dengan koordinat LS: 040 26 27,2. BT: 1210 21
19,0. Pengukuran ini disebut leq (10 menit) yang di lakukan pada selang waktu tertentu untukk
siang hari. Data pengukuran di sajikan pada tabel II-10 dan tabel II-11.
Tabel II-10
Data Tingkat Kebisingan di Lokasi Proyek
(LS:040 27 25,5 BT:121021 11,0)
Wakt Jam Jam Jam Jam Wakt Jam Jam Jam Jam Wakt Jam Jam Jam Jam
(det) 7:00 10:00 15:00 20:00 (det) 7:00 10:00 15:00 20:00 (det) 7:00 10:00 15:00 20:00
5 30,6 45,1 41,8 34,0 205 35 27,8 37,6 46,5 405 38,4 27,8 41,8 46,5
10 30,4 41,5 41,4 27,2 210 30,6 49,4 31,1 31,9 410 45,8 49,4 41,4 31,9
15 30,8 41,7 42,4 28,8 215 31,1 33,6 30,9 36,6 415 48,4 33,6 42,4 36,6
20 41 34,7 52,6 34,1 220 33,9 27 32,3 36,5 420 40,8 27 52,6 36,5
25 40,9 40,6 53,1 38,2 225 35,1 35,6 35,1 37,4 425 34,3 35,6 53,1 37,4
30 32,8 60,1 33 36,6 230 38 27,8 41,9 38,4 430 35,8 27,8 33 38,4
35 31 50,6 35,3 35,9 235 31,8 57,1 31,8 41,5 435 37,2 57,1 35,3 41,5
40 30,6 56,1 35,8 35,4 240 33,2 49 34,9 41,1 440 36,4 49 35,8 41,1
45 30,7 59,3 31,3 29,4 245 30,8 47,7 38,3 38,4 445 31,7 47,7 31,3 38,4
50 32,5 33,9 60,5 34,3 250 30,7 53,5 32,2 41,2 450 34 53,5 60,5 41,2
Tabel II-11
Data Tingkat Kebisingan di Jalan Poros Torobulu
(LS:040 26 27,2 BT:121021 19,0)
Wakt Jam Jam Jam Jam Wakt Jam Jam Jam Jam Wakt Jam Jam Jam Jam
(det) 7:00 10:00 15:00 20:00 (det) 7:00 10:00 15:00 20:00 (det) 7:00 10:00 15:00 20:00
5 46,5 41,8 37,6 30,6 205 41,8 46,5 30,6 37,6 405 41,8 34,0 30,6 46,5
10 31,9 41,4 31,1 30,4 210 41,4 31,9 30,4 31,1 410 41,4 27,2 30,4 31,9
15 36,6 42,4 30,9 30,8 215 42,4 36,6 30,8 30,9 415 42,4 28,8 30,8 36,6
20 36,5 52,6 32,3 41 220 52,6 36,5 41 32,3 420 52,6 34,1 41 36,5
25 37,4 53,1 35,1 40,9 225 53,1 37,4 40,9 35,1 425 53,1 38,2 40,9 37,4
30 38,4 33 41,9 32,8 230 33 38,4 32,8 41,9 430 33 36,6 32,8 38,4
35 41,5 35,3 31,8 31 235 35,3 41,5 31 31,8 435 35,3 35,9 31 41,5
40 41,1 35,8 34,9 30,6 240 35,8 41,1 30,6 34,9 440 35,8 35,4 30,6 41,1
45 38,4 31,3 38,3 30,7 245 31,3 38,4 30,7 38,3 445 31,3 29,4 30,7 38,4
50 41,2 60,5 32,2 32,5 250 60,5 41,2 32,5 32,2 450 60,5 34,3 32,5 41,2
55 40,9 30,1 33,4 30,3 255 30,1 40,9 30,3 33,4 455 30,1 36,9 30,3 40,9
60 36,7 46,3 34,1 32,5 260 46,3 36,7 32,5 34,1 460 46,3 32,9 32,5 36,7
65 40,1 27,4 29,4 30,7 265 27,4 40,1 30,7 29,4 465 27,4 31,1 30,7 40,1
70 45,5 33,3 32,3 50,6 270 33,3 45,5 50,6 32,3 470 33,3 27,5 50,6 45,5
75 40,1 34,8 34,9 34,4 275 34,8 40,1 34,4 34,9 475 34,8 30,3 34,4 40,1
80 47,5 36 35,6 33,8 280 36 47,5 33,8 35,6 480 36 37,4 33,8 47,5
85 45,7 28,2 54,4 33,7 285 28,2 45,7 33,7 54,4 485 28,2 37,7 33,7 45,7
90 33,9 41,1 51,2 34,2 290 41,1 33,9 34,2 51,2 490 41,1 31,3 34,2 33,9
95 36,3 52,8 29,5 34,1 295 52,8 36,3 34,1 29,5 495 52,8 29,4 34,1 36,3
100 40,5 35,9 30,5 37,2 300 35,9 40,5 37,2 30,5 500 35,9 34,6 37,2 40,5
105 36,2 47,2 28,1 40,3 305 47,2 36,2 40,3 28,1 505 47,2 34,0 40,3 36,2
110 37,4 33,5 31,3 44,2 310 33,5 37,4 44,2 31,3 510 33,5 38,4 44,2 37,4
115 43,4 35,5 28,5 33,8 315 35,5 43,4 33,8 28,5 515 35,5 39,8 33,8 43,4
Sedangkan hasil hitungan leq (10 menit) tinkat kebisingan di jalan poros torobulu-tinanggea
pada waktu 06.00-09.00 yaitu sebesra 46,0 db(A) pada waktu 09.00-14.00 sebesar 54,8 db(A) pada
waktu 14.00 -17.00sebesar 58,7 db(A) dan pada waktu 17.00-22.00 sebesar 46,2 db(A). Secara
keseluruhan kebisiangan di siang hari di jalan poros torobulu-tinanggea sebesar 54,1 db(A)
Berdasarkan skala kualitas lingkungan untuk paramter tingkat kebisingan menujukan
bawha di lokasih proyek dan jalan poros torobulu-tinanggea termasuk dalam kategori sangat baik
(skala 5).
5. Kualitas Air
Gambaran umum tingkat kualitas air di wilaya sekitar proyek di dapati dari data sekunder
(Laporan AMDAL PT. Samba Mineral Mining,2013). Pengukuran kualitas air yang berada di
dalam wilaya studi meliputi air sumur dangkat ( air sumur) dan air sumur dalam (air bor) serta air
laut. Data kualitas air sumur dan air bor di sekitar wilaya studi di sajikan pada Tabel II-12
Tabel II13
Analisis Indeks Pencemaran Air Sumur
Konsentrsai Parameter
Baku mutu (Li) (Ci/Li) BM-1 (Ci/Li) BM-2
(Ci)
No. Parameter
Air Air
BM-1 BM-2 Air Sumur Air Bor Air Bor Air Bor
Sumur Sumur
Total Padatan
1 1000 1,5 60 190 60 60 60 60
Terlarut (TDS)
Total padatan
2 50 - 4,5 22,5 4,5 4,5 4,5 4,5
tersuspensi
3 pH 6-9 6,5-9 6,84 67 6,84 6,84 6,84 6,84
4 Amonia (NH3) 0,5 - 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
5 Nitrat (NO3) 10 10 0,09 0,1 0,09 0,09 0,09 0,09
6 Nitrit (NO2) 0,06 1 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
7 Besi (Fe) 0,3 1 0,41 0,58 0,41 0,41 0,41 0,41
8 Sen (Zn) 0,05 15 0,02 0,01 0,02 0,02 0,02 0,02
0,00013 0,00012 0,0001 0,00012
9 Raksa (Hg) 0,001 0,001 0,000123 0,000123
1 3 23 3
10 Arsen (Ar) 0,05 0,05 0,007 0,007 0,007 0,007 0,007 0,007
0,00395 0,00405 0,004055 0,0040 0,00405
11 Cadmium (Cd) 0,01 0,005 0,0040559
4 59 9 559 59
12 Tembaga (Cu) 0,02 - 0,0038 0,00558 0,0038 0,0038 0,0038 0,0038
13 Kromium (Cr) - - 0,001 0,0338 0,001 0,001 0,001 0,001
Krom Val 6
14 0,2 0,05 0,0456 0,0456 0,0456 0,0456 0,0456 0,0456
(Cr+6)
15 Selenium (Se) 0,01 0,01 0,0042 0,0142 0,0042 0,0042 0,0042 0,0042
16 Boron (B) 1 - 0,0532 0,0532 0,0532 0,0532 0,0532 0,0532
Hasil analisis labolatorim mengenai kualitas air sumur dan air bor menujukan bahwa
umumnya parameter fisik dan kimia air masih berada di bawah baku mutu yang di syaratkan
sesuai dengan peraraturan pemerintah No 82 tahun 2001 tentang pengolhan kualitas air dan
pengendalian air kelas I, dan Permenkes. No 416 tahun 1990 tentang syarat-syarat dan
pengawasan kualitas air (lampiran II). Kulitas air sumur dan air bor ini selenjutnya di analisis
denan menghitung indeks pencemaran (pollition index) berdasarkan permen LH nomor 115 Tahun
2003 , seperti pada tabel II13.
Berdasarkan hasil analisis indeks pencemaran air (IP) menujukan bahwa IP kualitas air
sumur dan air bor denan menggunakan batu mutu peraturan pemetintah No 82 tahun 200,
menujukan bahwa IP air sekitar 1.207-1..737 tercemar ringan pda parameter besi. Sedangkan
berdasarkan baku mutu Permenkes. No 416 tahun 1990, , menujukan IP air sekitar 6.410-8.184
tereomar sedang parameter TDS. Hal inii di nilai baik ( skala 4 ).
Hasil analisis labolatorim, kualitas air laut di sekitar lokasi pembangunan pabrik
pengolahan biji nikel menujukan bahwa beberapa parameter melampaui baku mutu yang
disyaratkan oleh kepmen LH No. 51 Tahun 2004 tentang baku mutu air laut. Parameter tersebut
Berdasarkan hasil analisis IP, kualitas air laut memiliki IP=3.20 (cemar ringan).
B. Komponen Biologi
1. Vegetasi
Vegetasi adalah kumpulan masyarakat atau tumbuh-tumbuhan yang menempati suatu
wilaya tertentu. Keberadaan vegetasi sangat penting dalam hubungannya dengan berbagai aspek
kehidupan baik manusia, hewan maupun lingkungan. Analisis vegetasi dalam rangka Rencana
pembangunan pabrik pengolahan biji nikel oleh PT. Resky Monagung Industrydi desa lalowua kec.
Palangga selatan Kab. Konawe selatan dimaksudakan untuk mendapatkan gambaran tentang
kendala-kendala habitat( habitat constrain ) terkait dengan vegetasi penyusun ekosistim hutan.
Tabel II 17
Jenis tumbuhan di Kawasan Rencana Pembangunan pabrik pengolahan bijih Nikel oleh PT.
Resky Monagung Industrydi desa lalowua kec. Palangga selatan Kab. Konawe selatan
No. Nama Lokal Habitius Famili
2. Keanekaragaman Fauna
Pengumpulan data fauna darat di kawsan rencan pembangunan pabrik pengolahan bijih
nikel PT. Resky Monagung di Desa Lalowua dengan cara observasi langsung dilapangan.
Pengamatan dilakukan dengan melihat dan mendengar bunyi/suara untuk jenis burung. Untuk jenis
mamalia dilakukan dengan penjumpaan langsung maupun melalui pengealan tanda-tanda yang
dijumpai yang berkaitan dengan kehadirannya seperti bunyi, jejak hewan, bekas gigitan, kubangan
atau cakaran pada pohon serta fecal yang ditinggalkan . observasi tidak langsung juga dilakukan
untuk melengkapi data fauna dengan menggali informasi dari masyarakat Desa Lalowua.
3. Biota Perairan
a). Plankton
Plankton adalah jenis organisme perairan yang dapat digunakan sebagai indikator untuk
menentukan kesuburan dan stabilitas ekosistem perairan. Hal ini di dasarkan pada sistem aliran
energi perairan dimana plankton merupakan sumber energi (sebagi produsen) bagi organisme
perairan lainnya. Pengamatan mengenai jenis plankton disekitar lokasi pembangunan pabrik
Tabel II-19.
Jenis Plankton di Perairan Laut Selat Tiworo
Komposisi Plankton
No. Jenis Plankton
AL-1-KNII AL-2-KNII
1 Asteromhpalus hookeri 336 224
2 Biddulphia puchela 336 224
3 Coscinodiscus centralis 224
4 Chaetoceros costatus 224
5 Crytom rostella 224
6 Dactylio solen antarcitus 224
7 Diploneis splendica 224 224
8 Mestogloia minuta 336 224
9 Nitzschia sigma 224
10 Odontella sineninsis 448 896
11 Peridinium 672 448
12 Rhizosolenia hebelata
13 Staurasrum obiculare 224 336
14 Suridla eximia
Jumlah individu/liter 3472 2800
Indeks keanekaragaman 2,321 1,922
Indeks keseragaman 0,968 0,924
Indeks dominansi 0,107 0,174
Keterangan : Lokasi Pengamatan :
AL-1-KNII S : 040 28 03,1 ; E : 1220 22 15,0
AL-2-KNI S : 040 28 05,5 ; E : 1220 22 42,6
(b) Benthos
Benthos merupakan organisme yang hidup di permukaan atau dalam substrat dasar
perairan, dan dapat di jadikan sebagai bioindikator sebagai perubahan kualitas lingkungan perairan.
Keberadaan suatu benthos suatu periran dapat menggambarkan kualitas air suatu perairan, kaerana
benthos merupakan biota yang kurang bergerak. Pengamatan mengenai jenis benthos di sekitar
lokasi pambangunan pabrik pengolahan bijih nikel PT. Resky Monagung Industry, dilakukan di
dua titik perairan laut selat tiworo, yaitu pada koordinat S : 040 28 03,1 ; E : 1220 22 15,0
(AL-1-KNII) dan pada koordinat S : 040 28 05,5 ; E : 1220 22 42,6 (AL-2-KNII). Jenis jenis
benthos di perairan laut selat tiworo di sajikan pada tabel II-20.
Berdasarkan tabel II-20, menujukan bahwa di perairan laut salet tiworo, di temukan
sebanyak 13 spesis, dimana pada AL-1-KNII di temukan 7 spesies deengan total kepdatan benthos
170 individu/m3 dan pada lokasi AL-2-KNII di temukan 9 spesies dengan total kepadatan benthos
187 individu/m3. Dari 13 spesies yang di temukan, Quoyla decollata merupakan spesies dengan
kepadatan tertinggi yaitu sebanyak 42 individu/ m3. Berdasarakan jenis jenis benthos yang di
Tabel II-21
Sebaran dan kepadatan penduduk Kec. Palangga selatan tahun 2013
Luas Jumlah Jumlah Persebaran Kepadatan Penduduk
No. Desa Wilayah penduduk Rumah Penduduk Penduduk per Ruta
2 2
(km ) (Jiwa) Tangga (%) (Jiwa/km ) (Jiwa/ruta)
1 Lakara 3,74 160 160 12,10 211 5
Tabel II-22
Sabaran dan kepadatan penduduk kabupaten konawe selatan tahun 2013
Luas Jumlah Jumlah Persebaran Kepadatan Penduduk
No. Kecamatan Wilayah penduduk Rumah Penduduk Penduduk per Ruta
2 2
(km ) (Jiwa) Tangga (%) (Jiwa/km ) (Jiwa/ruta)
1 Tinanggea 354,74 22.676 5.252 8,08 64 4
2 Lalembuu 204,8 16.481 4.250 5,87 80 4
3 Andoolo 179,08 17.303 4.086 6,17 97 4
4 Buke 185,61 14.037 3.641 5,00 76 4
5 Palangga 177,83 13.030 2.901 4,64 73 4
Palangga
6 110,21 6.510 1.384 2,32 59 5
Selatan
7 Balto 152,71 8.020 1.908 2,86 53 4
8 Lainea 210,11 9.407 2.215 3,35 45 4
9 Laeya 277,96 20.155 4.571 7,18 73 4
10 Kolono 467,38 14.425 3.296 5,14 31 4
11 Laonti 406,63 9.915 2.251 3,53 24 4
12 Moramo 237,89 13.761 3.284 4,90 58 4
Moramo
13 189,05 7.608 1.759 2,71 40 4
Utara
Penduduk Kec. Palangga selatan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada tahun
2010, jmulah penduduk sebanyak 6.139 jiwa, pada tahun 2011 6.273 jiwa, pada tahun 2012
sebanyak 6.417 jiwa, dan pada tahun 2013 mencapai 6.510 jiwa. Dengan demi kian laju
pertumbuhan penduduk juga mengalami peningkatan, tahun 2010/2011, laju pertumbuhan
penduduk sebesar 2,18%, tahu 2011/2012, sebesar 2,30% dan pada tahun 2012/2013, sebesar
2,45%. Hal ini lebih kecil bila di bandingkan laju pertumbuhan penduduk tingkat Kab. Konawe
Selatan pada tahun yang sama sebesar 1,95%.
Terkait dengaan migrasi penduduk, pertambahan jumlah penduduk Kba. Konawe Sealata
juga berasal dari program transmigrasi, seperti disajjikan pada tabel II-23. Padatabel ini
menujukan bahwa pada tahun 2013 jumlah penduduk transmigrasi yang di tempatkan di konawe
selatan sebanyak 458 jiwa dengan 117 KK (Kepala Keluarga) atau 0,163% dari total penduduk
Kab. Konawe Selatan.
Tabel II-24
Banyaknya permohonan dean pemegang surat izin bekerja WNA (Warga Negara Asing)
Permohonan izin Pemegang izin
No. Kebangsaan
2011 2012 2013 2011 2012 2013
1 Cina 0 33 33 0 0 33
2 Jepang 1 1 1 1 1 1
Jumlah 1 34 34 1 1 34
Berdasrkan tingkat usia, pendudk dapat dibagi atas anak-anak (dibawah usia 15 tahun)dan
dewasa serta lanjut usia (65 tahun ke atas). Anak-anak dan lansia di sebut kelompok usia tidak
produktif, sedangkan dewasa (15 s/d 64) di sebitu kelompok usia produktif. Perbandingan usia
produktif dan tidak produktif merupakan angka ketergantungan. Berdasarkan data kecamatan
palangga selatan dalam angka tahun 2014, pada tahun 2013, jumlah penduduk yang termasuk
kategori usia produktif (15-64 tanuh) di Kec. Palangga selatan 2.705 jiwa, dan angak
ketergantungan sebesar 1,41%.
Di tinjau dari tingkat pendidikan, penduduk Kab. Konawe Selatan yang bekerja pada
tahun 2013, di dominasi angkatan kerja dengan tingkat pendidikan rendah yaitu 19.2994 orang
tidak tamat SD (15,56%) dan 37.417 orang tamat SD (30,18%). Sedangkan untuk angkatan kerja
Tabel II-27
Penduduk yang bekerja menurut tingkat pendidikan, 2013
No. Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase(%)
1 Tidak/Belum Tamat SD 12.207 7.087 19.294 15,56
2 Sekolah Dasar 24.893 12.524 37.417 30,18
3 SLTP 16.707 7.878 24.585 19,83
4 SLTA Umum 20.453 6.840 27.293 22,02
5 SMK Kejuruan 2.136 1.414 3.550 2,86
6 Diploma/Universitas 5.684 6.146 11.830 9,54
Jumlah 82.080 41.889 123.969 100
Dari segi kerja dan berusaha sebagian besar penduduk Kab. Konawe Selatan bekerja pada
sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan, yaitu 69.376 orang atau 55,96%, disusul
sektor perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi sebesar 14.57% atau 18.068 orang. Sektor
pekerjaan atau lapangan usaha yang paling sedikit menyerap tenaga kerja yaitu sektor listrik, gas
dan air bersih, yaitu hanya 442 orang atau 0,36%.
Tabel II-28
Penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha di kabupaten konawe selatan 2013
Persentase
No. Lapangan Usaha Laki-laki Perempuan Jumlah
(%)
Pertanian, perkebunan, kehutanan,
1 47.086 22.290 69.376 55,96
perburuan dan perikanan
2 Pertambangan dan Penggalian 2.540 0 2.540 2,05
3 Industri 3.113 1.242 4.355 3,51
4 Listrik, Gas dan Air 442 0 442 0,36
Tabel II-29
Penduduk yang bekerja menurut status pekerjaan di Kab. Konawe Selatan tahun 2013
No. Status Bekerja Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase (%)
1 Berusaha Sendiri 14.663 4.174 18.837 15,19
Brusaha dibantu Buruh tidak
2 25.491 6.307 31.798 25,65
Tetap/tak dibayar
Brusaha dibantu Buruh
3 2.950 367 3.317 2,68
Tetap/dibayar
4 Buruh/Kariawan/Pegawai 19.137 7.390 26.527 21,40
5 Pekerja Bebas di Pertanian 405 441 846 0,68
6 Pekerja Bebas di non Pertanian 4.085 80 4.165 3,36
7 Pekerja Keluarga/tak dibayar 15.349 23.130 38.479 31,04
Jumlah 82.080 41.889 123.969 100
Sementara itu pada tahun 2013, di kantor dinas tenaga kerja dan transmigrasi kabupaten
konawe selatan terdaftar pencari kerja sebanyak 4.631 orang. Pencari kerja ini terdiri dari 3.942
orang tenaga kerja terdaftar tahun 2012 yang belum terserap dan 689 orang tenaga kerja baru
terdaftra tahun 2013. Dari 4.631 orang tenaga kerja ini, 57 orang telah di tetapkan sehingga sisa
tenaga kerja yang belum ditetapkan sebanyak 4.584 orang. Banyaknya pencari kerja yang terdaftar
di kantor Depnaker tahun 2013 di sajikan pada tabel II-30.
Pada sektor industri kecil menengah dan besar, jumlah tenaga kerja yang terserap pada
tahun 2012 sebanyak 851 orang tenaga kerja dan tahun 2013 sebanyak 551 orang tenaga kerja.
Kelompok industri yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah kelompok industri barang
kayu dan hasil hutan lainnya yaitu sebanyak232 orang (2012) dan 310 orang (2013). Sedangkan
yang paling sedikit menyerap tenaga kerja pada kelompok industri pupuk, kimia dan barang dari
karet. Untuk industri logam dasar besi dan baja menyerap tenaga kerja 156 orang (2012)
banyaknya usaha industri dan tenaga kerja pada tahun 2012 di sajikan dalam tabel II-31.
Tabel II-31
Banyaknya usaha industri dan tenaga kerja pada tahun 2012-2013
2012 2013
Jumlah
No. Kelompok Industri Jumlah Jumlah Jumlah
tenaga
Perusahaan Tenaga Kerja Perusahaan
Kerja
Makanan, Minuman &
1 45 136 71 241
Tembakau
Tekstil, Barang Kulit & Alas
2 55 100 n/a n/a
Kaki
Sementara itu banyaknya industri rumah tangga di kecamatan palangga selatan disajikan
pada tabel II-32 jumlah unit usaha rumah tangga di Kecamatan Palangga selatan dari 2012 ke
tahun 2013 mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2012, 164 unit usaha dengan tenaga kerja
sebanyak 222 orang meningkat menjadi 173 unit usaha dengan tenaga kerja 256 orang pada tahun
2013.
Tabel II-32
Banyaknya industri rumah tangga di Kecamatann palangga selatan tahun 2012-2013
2012 2013
No. Desa
Usaha (Unit) Tenaga Kerja Usaha (Unit) Tenaga Kerja
1 Lakara 18 23 19 25
2 Ulu lakara 20 25 20 30
3 Waturapa 10 13 11 16
4 Lalowua 7 10 8 12
5 Koeono 11 15 15 24
6 Amando 30 35 26 37
Dari hasil survey atau wawancar masyarakat terkait dengan jenis pekerjaan, menunjukan
bahwa 85,96% responden bekerja di sektor pertanian dan 3,20% bekerja sebagai PNS, 10,53%
bekerja sebagai wiraswasta. Adapun jenis usaha responden yang bekerja sebagai petani dan
wiraswasta, sebanyak 35,09% berkebun (kelapa, kakao dan jati), 54,39% dibidang usaha tani, dan
sebanyak 10,53% dibidang usaha perdagangan.
Sedangkan tingkat pendapatan masyarjat yang diperolaeh dari tempat bekerja masyarakat
dan usaha-usaha yang dimiliki, dari hasil survey menunjukan pendapatan responden bervariasi
sebesar Rp 1.000.000,- sampai Rp 3.000.000,- per bulan dengan pengeluaran rata-rata Rp
1.500.000,- per bulan untuk kebutuhan rumah tangga dan pendidikan.
PEKERJAAN RESPONDEN
10.53 USAHA-USAHA RESPONDEN
3.51
10.53
35.09 54.39
85.96
Gambar II-17. Gambaran pekerjaan dan usaha-usaha responden (sumber : olahan data, 2015)
3. Perekonomian Daerah
a. Pertanian Dan Perkebunan
Luas area kab. Konawe selatan 451.420 Ha . Dari luasan tersebut, 25.875 Ha di gunakan
sebagai lahan pertaniaan sawa, 38.710 Ha digunakan sebagai tegal/kebun, dan 85.090 Ha di
gunakan sebagai lahan perkebunan (kab. Konawe selatan, 2014). Sementara itu luas area di seluru
desa di kecamatan palangga selatan sekitar 12.085 Ha yang terdiri dari lahan pertanian sawa
sebesar 18.284 Ha, lahan pertanian kering ( tegalan,ladang, perkebunan rakyat, tambak,
kolam/empang dll) sebesar 2.287,01 Ha, tanah, bangunan//pekarangan sebesar 123,00 Ha dan
tanah lainnya sebesar 2.287,01 Ha, tanah bangunan/pekarangan sebesar 123,00 Ha dan tanah
lainnya sebesar 8.428,75 Ha. Di desa Lalowua yang merupakan lokasi pembangunan pabrik
pengolahan bijih nikel PT. Resky Monagung Industry, luas lahan awal sekitar 18,78 Ha, dan
perkebunan rakyat 65,6 Ha, serta hutan Negara seluas 842,73 Ha. Data lengkap mengenai
penggunaan lahan di Kecamatan Palangga Selatan disetiap desa di sajikan dalam tabel II-33.
Tanaman perkebunan yang dominan masyarakat Kab. Konawe Selatan pada tahun 2013
adalah : Coklat (20.054 Ha), Jambu Mete (16,756 Ha), Kelapa (4,993 Ha), Jambu Mete (16.756
Ha), Kelapa (4.993 Ha) dan sebagainya (Kab. Konawe Selatan dalam angka, 2014). Sejalan dengan
itu tanaman perkebunan yang banyak di usahakan masyarakat di Kec. Palangga Selatan adalah
tanaman jeruk slam, jambu mete, kakao, kelapa, kopi, lada dan sagu. Tanaman jambu mete yang
paling banyak di tanam masyarakat yaitu sekitar 11182,82 Ha. Di desa Lalowua, luas tanaman
b). Peternakan
pada sektor peternakan, jenis ternak yang di pelihara oleh masyarakat sebagai usaha
peternak adalah sapi, kambing, ayam, dan itik. Jumlah ternak sapi yang teridentifikasi di
kecamatan palangga selatan sebanyak 2.986 ekor dengan usaha peternakan masyarakat sebanyak
630 unit usaha. Rata-tara usaha perternakan sapi menternak sapi sebanyak 5 ekor. Khususnya di
desa lalowua, jumlah ternak sapi yang di usahakan masyarakat sebanyak 230 ekor dengan usaha
petenakan masyarakat sebanyak 49 unit usaha. Jamlah ternak dan jumlah usaha peternakan
kecamatan palangga selatan di sajikan pada Tabel II-35.
Dari tabel II-35, menujukian bahwa jenis ternak sapi, kambing dan ayam kampung di
usahaknn oleh masyarakat disetiap desa di kecamatan palangga selatan. Sedangakan peternak ayam
ras pedaging, itik dan itik manila hanya beberapa desa yang mengusahahkannya.
Tabel II-34
Luas tanaman perkebinan (Ha) menurut desa/kelurahan di kecamatan palangga selatan, 2013
Luas Lahan Tanaman Kebun (Ha)
No. Desa
Cengkeh Jambu Mete Kakao Kelapa Kopi Lada Pala sagu
1 Lakara 0 111,3 0,2 0 0 0 0 0
2 Ulu lakara 8,9 259,37 18,7 4,11 6,45 8,65 0 0,92
3 Waturapa 1 30,2 10,75 4,23 6,14 0 0 0
4 Lalowua 2 51,8 11,75 0,6 1,1 2,8 0 0
5 Koeono 0 122,21 8,6 0,5 0,2 0 0 0
6 Amando 0 180,55 3,55 25,9 3 0 0 0
7 Watumbohoti 0,5 81,8 25,85 25,5 0,2 0,7 0 0
8 Parasi 0 104,66 2,7 13,1 2,05 0,5 0 0
9 Mondeo 0 57,18 3,25 4,75 2,5 1,04 0 0
10 Wawowonua 32,01 119,76 14,74 9,99 485,5 39,43 1,5 0
Jumlah 44,41 1118,83 100,09 88,68 507,14 53,12 1,5 0,92
Tabel II-37
Peranan Sektor Ekonomi Dalam PDRB Kabupan Konawe Selatan
Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2011-2013 (%).
No. Sektor 2011 2012 2013
Dilihat dari pergeseran peranan tiap sektor tahun 2012 dan tahun 2013, terlihat bahwa ada
beberapa sektor yang mengalami peningkatan peranan dan ada juga bebrapa sektor yang
mengalami penurunan peranan. Sektor yang perannya meningkat bagi pembentukan PDRB tahun
2013 adalah sektor pertambangan dan penggalian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor
pengangkutan dan kominikasi. Meningkatnya peranan ketiga sektor tersebut dibarengi dengan
penurunan sektor pertanian. Menurunnya sektor pertanian yang menjadi sektor andalan Kabupaten
Tabel II-38
PDRB per kapita Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2009-2013 (Rp.)
Atas Dasar Harga Atas Dasar Harga
Tahun
Berlaku Konstan
2009 9.968.841,36 3.629.217,42
2010 9.927.159,39 3.891.026,75
2011 10.962.404,86 4.132.390,23
Akibat terjadinya pertumbuhan ekonomi Kabupaten Konawe Selatan secara rill sangat
berpengaruh terhadap kenaikan PDRB perkapita atas dasar harga konstan. Pada tahun 2012 tercatat
PDRB perkapita kabupaten.... sebesar Rp. 4.425.520,68 dan pada tahun 2013 meningkat menjadi
Rp. 4.665.703,38 atau mengalami kenaikan sebesar 5,43 %.
4. Sosial Budaya
a. Tingkat Pendidikan
Pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai
dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan
sumber daya manusia untuk pembangunan. Tingginya rata-rata tingkat pendidikan masyarakat
sangat penting bagi kesiapan masyarakat menghadapi tantangan di masa depan, dismping itu
tingkat pendidikan berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku masyarakat. Pendidikan
dapat di tempuh melalui jalur pendidikan formal yaitu dari tingkat pendidikan dasar sampai
pendidikan tinggi.
Di Kecamatan Palangga Selatan, jalur pendidikan formal terdiri dari sekolah dasar (11
unit), sekolah menengah pertama (3 unit), sekolah menengah atas (3 unit). Jumlah sekolah, guru
dan murid yang ada di kecamatan pada tahun 2013 di sajikan pada tabel Tabel II-39.
murid/gur
murid/gur
murid/gur
Sekolah
Sekolah
Sekolah
Desa/kelurahan
Murid
Murid
Murid
guru
guru
guru
Rasio
Rasio
Rasio
u
u
Lakara 1 148 9 16 - - - - - - - -
Ulu lakara 2 213 12 18 1 90 9 - - - - -
Waturapa 1 93 8 12 - - - - - - - -
Lalowua 1 78 5 16 - - - - - - - -
Koeno 1 122 9 14 - - - - - - - -
Amondo 1 150 8 19 1 148 13 11 2 257 31 8
Watumbohoti 1 83 8 10 - - - - - - - -
Parasi 1 114 7 16 - - - - 1 103 14 7
Mondoe 1 73 5 15 - - - - - - - -
Wawowonua 1 147 6 25 1 56 10 6 - - - -
122
Jumlah 11 77 16 3 294 32 9 3 360 45 8
1
b. Nilai keagamaan
Agama memiliki peran yang vital, yakni sebagai salah satu sumber hukum atau di jadikan
sebagai norma, dimana agama mengatur bagaimana gambaran kehidupan sosial yang ideal. Salah
satu kunci agama adalah sebagai sosial control, dimana ajaran agama yang berfungsi sebagai
norma dapat menjadi pengawasan sosial secara individu maupun kelompok. Disisi lain secara
psikologis penganut agama yang sama akan merasa memiliki kesamaan dan satu kesatuan, hal ini
akan membina rasa solidaritas yang tinggi.
Penduduk kecamatan umumnya beragam islam. Dari data kabupaten konawe selatan dalam
angka (2014) menunjukan bahwa penduduk kecamatan palangga selatan yang beragama islam
sebanyak 6.488 orang, penduduk yang beragama 19 orang, penduduk yang beragama protestan
sebanyak 3 orang . sarana ibadah yang ada di kecamatan di sajikan pada tabel II-40.
2 Ulu lakara 3 - 1
3 Waturapa 1 - -
4 Lalowua 2 - -
5 Koeno 2 - -
6 Amondo 1 2 -
7 Watumbohoti 1 - -
8 Parasi 1 - -
9 Mondoe 1 - -
10 Wawowonua 1 3 -
Jumlah 14 5 1
C. Sosial kemasyarakatan
Kecamatan kabupaten konawe selatan merupakan daerah yang memiliki komunitas yang
heterogen. Daerah ini dihuni oleh beragam etnis,antara lain, bugis,makassar,toraja,tolaki,muna-
buton, jawa dan lain-lain. Mata pencaharian utama mereka adalah petani,selain itu banyak juga
diantara mereka berprofesi sebagai pedagang. Meski masyarakat kecamatan sangat heterogen,
namun interaksi sosial masyarakat berlangsung secara positif antara penduduk lokal (budaya lokal)
dan pendatang (budaya dari luar), dan hal ini akan menjadi sebuah proses asosiasi untuk mencapai
berbagai proses pertukaran informasi, teknologi dan lain-lain.
Dari hasil survey atau wawancara dengan masyarakat, terkait dengan sosial kemasyarakatan
yang berada dalam wilayah rencana usaha pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian nikel
PT. Resky Monagung Industry, menunjukan bahwa dari 57 responden,77,78% responden yang
memberi jawaban adanya kegiatan yang sering dilakukan bersama-sama. Hal ini menunjukan
d. Persepsi masyarakat
Dari hasil survey atau wawancara dengan masyrakat, terkait dengan rencana pembangunan
pabrik pengolahan dan pemurnian nikel PT. Resky Monagung Industry, menunjukan bahwa dari 57
responden, 64, 91% mengetahui rencana pembangunan pabrik nikel tersebut. Pengetahuan
masyarakat tersebut di ketahui dari hasil sosialisasi PT. Resky Monagung Industry dan aparat desa
setempat. Sementara itu, 62,96% responden menyatakan setuju dengan rencana pembangunan
pabrik pengolahan dan permunian nikel PT. Resky Monagung Industry di kecamatan palangga
selatan. Alasan persetujuan masyarakat ini di dasari keinginan ada anggota keluarga responden di
terima sebagai tenaga kerja, perbaikan sarana, prasarana desa, dan bantuan beasiswa pendidikan,
yang di berikan melalui program commonity development dari PT. Resky Monagung Industry.
Terkait dengan rencana usaha pembangunan pabrik pengolahan bijih nikel PT. Resky Monagung
Industry, tingkat penerimaan masyakat terhadap kehadiran PT. Resky Monagung Industry, 62,96%
reponden setuju kehadiran pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian nikel. Hal ini di
kuatkan atas penilaian terhadap dampak positif yang di timbulkan yaitu, responden menilai akan
menimbulkan dampak positip. Bentuk dampak positip yang di nilai responden atas kehadiran usaha
Tabel II-41
Fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan
di kecamatan palngga selatan kabupaten konawe selatan tahun 2013
Kabupaten Kec. Kabupaten
Fasilitas Kec. Palangga
konawe Tenaga kesehatan Palangga konawe
kesehatan selatan
selatan selatan selatan
Puskesmas 1 22 Dokter Umum/Gigi - 14
Pustu 11 61 Dokter PTT - 16
Posyandu 1 406 Bidan 10 299
Poskesdes 3 53 Perawat 5 189
polindes - 27 Lainnya 5 235
3. Kesehatan Lingkungan
Hasil survey menunjukan pula untuk kesehatan lingkungan, bahwa sumber air bersih
masyarakat, 5,26% responden menggunakan PDAM/ledeng, 78,95% dari sumur sebagai sumber air
bersih. Umunya responden memiliki saluran pembuangan air limbah (SPAL) namun tidak
memenuhi syarat yaitu sebesar 50,88% responden, sedangkan yang memiliki SPAL yang
memenuhi syarat hanya 42,11%, dan sisanya tidak memiliki SPAL. Untuk pembuangan tinja,
40,35% responden telah memiliki jamban pribadi, 47,37% menggunakan jamban umum dan
sisanya responden menggunakan sungai/laut/semak untuk pembuangan tinja. Sedangkan untuk
pembuangan sampah, hasil survey menunjukan bahwa 62,94% responden memiliki tempat
2. Komponen Biologi
a. Tahap Pra Konstruksi
Pada tahap pra konstruksi ini diprakirakan tidak terjadi dampak potensial pada komponen
biologi, karena tidak ada aktivitas penting yang merusak komponen tersebut.
b. Tahap konstruksi
Pada tahap konstruksi pembangunan pabrik prngolahan bijih nikel beserta fasilitas
penunjangnya PT. Resky Monagung Industry. Pada tahap konstruksi diprakirakan akan
menimbulkan dampak potensial terhadap komponen biologi, sebagai berikut :
1) Perubahan indeks keragaman/kerapatan vegetasi darat
2) Migrasi fauna
3) Gangguan biota perairan
c. Tahap operasi
Pada tahap operasi pembangunan pabrik prngolahan bijih nikel beserta fasilitas
penunjangnya PT. Resky Monagung Industry. Pada tahap konstruksi diprakirakan akan
menimbulkan dampak potensial terhadap komponen biologi, sebagai berikut :
1) Migrasi fauna
2) Gangguan biota perairan
d. Tahap pasca operasi
2. Komponen biologi
a. Tahap pra konstruksi
Pada tahap ini, tidak ada dampak penting hipotetik untuk komponen biologi, karena tidak
ada dampak potensial yang terjadi.
Tahap Kegiatan
Pra
Komponen Lingkungan Pasca
No. Konstruk Konstruksi Operasi
Operasi
si
A B C D E F G H I J K L
1. Komponen Geo-Fisik Kimia
a. Iklim Mikro DBPK DBPK DBPK
Keterangan: DPH: Dampak Penting Hipotetik, BDP: Bukan Dampak Penting Hipotetik, BDPK: Bukan Dampak Penting Hipotetik Tetap Dikelola
Tahap Pra Konstruksi Tahap Konstruksi Tahap Operasi Tahap Pasca Operasi
A. Perizinan C. Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi G. Penerimaan Tenaga Kerja Operasional K. Penutupan Terminal Khusus
B. sosialisasi D mobilisasi Peralatan dan Material Konstruksi H. Operasional Terminal Khusus dan Sarana L. Pelepasan Tenaga Kerja
E. Pembersihan dan Pematangan Lahan Pendukung Lainnya
F. Pembangunan Terminal Khusus I. Penanganan Limbah
Lebih jelas, proses pelingkupan secara menyeluruh untuk menentukan dampak penting
hipotetik dari rencana pembangunan pabrik pengolahan bijih nikel beserta fasilitas penunjangnya
PT. Resky Monagung Industry di kecamatan palangga selatan kabupaten konawe selatan disajikan
pada Gambar II-25.
Tabel III-1
Komponen dan metode pengumpulan data iklim
Pengumpulan/
No Komponen/parameter lingkungan Satuan Bentuk data
sumber data
1 Curah hujan Mm/hari Grafik
2 Hari hujan Hari Grafik
3 Suhu C Grafik Stasiun pengamatan
4 Kelembaban relatf % Grafik iklim
5 Kecepatan anin Km/jam Ros angin
6 Arah angin Ros angin
b. Analisis data
- Data yang diperoleh dari hasil pencatatan arah dan kecepatan angin kemudian diolah untuk
memperoleh pola wind rose di wiayah studi. Pola wind rose yang diperoleh akan digunakan
untuk memprakirakan arah dan kecepaian angin dominan.
- Tipe iklim ditentukan dari penilaian terhadap unsur iklim utama yaitu curah hujan bulanan
rata-rata, rata-rata bulan kering dan rata-rata bulan basah, berdasarkan nilai quotient (Q)
dari kiasikasi tipe iklim Schmidt dan Fergusson.
= 100%
Penetapan bulan kering dan bulan basah, dicari dengan menghitung adanya bulan kering
dan bulan basah setiap tahunnya, kemudian dijumlah untuk jumlah tahun pencatatan dan
kemudian dirata-ratakan. Bulan kering terjadi apabila curah hujan < 60 mm/bulan, dan
bulan basah terjadi apabila curah hujan > 100 mm/bulan, sedangkan curah hujan antara 60-
100 mm/bulan dikatakan bulan lembab.
Tabel III-2
Skala Kualitas Lingkungan Parameter keadaan iklim
Skala Kualitas/Kriteria
Parameter Lingkungan Panas Agak Panas Sejuk Agak Dingin Dingin
(1) (2) (3) (4) (5)
Indeks
>29,1 27,1-29,1 25,1-27,1 23,1-25,1 <23,1
Temperatur (C)
Kelembaban ideal (RHi) ditentukan dari hasil pengukuran temperatur siang (Tsiang) dan
temperatur ideal (Tideal) dengan menggunakan persamaan (Setyowati, D.L., 2008) :
2 1,42( )
= 2 (100%) atau = (100%)
2 2
Keterangan :
RHi = kelembaban relatif yang diharapkan terhadap keadaan iklim
Ea2 = jumlah maksimum uap air yang dikandung pada Tsiang
Ed2 = jumlah uap air di udara (kapasitas udara menampuang uap air
(Tsiang-Tideal) = selisih temperatur siang dengan temperatur ideal
1,42 = nilai konstanta tekanan udara yang menunjukkan bahwa setiap 1 C
memiliki tekanan udara sebesar 1,42 mb
Skala kualitas untuk kelembaban ideal disajikan pada Tabel III-3.
Indeks kenyamanan (IK) atau thermal humidity index ditentukan dari hasil pengukuran
temperatur dan kelembaban udara disekitar lokasi menggunakan rumus Nievwolt (1998) :
= 0,8 + ( )
500
Keterangan : IK adalah indeks kenyamanan, T adalah temperatur udara (C) dan RH adalah
kelembaban udara
Skala kualitas untuk indeks kenyamanan disajikan pada tabel III-4
Tabel III-4
Skala kualitas lingkungan parameter keadaan iklim
Skala Kualitas/Kriteria
Parameter Lingkungan Basah Lembab Agak Lembab Agak kering Kering
(1) (2) (3) (4) (5)
Indeks kenyamanan 29,0 27,0-29,0 25,0-27,0 23,0-25,0 <23,0
B. Kualitas Udara
1. Pengumpulan Data
Parameter kualitas udara yang diukur adalah konsentrasi gas NO2, SO2, CO dan partikel
debu. Metode pengukuran kualitas udara mengacu kepada peraturan pemerintah No. 41 Tahun
1999. Setiap titik pengukuran dicatat posisi koordinatnya dengan alat GPS. Metode pengumpulan
dan analisis data ditunjukan pada Tabel III-5
2. Analisis Data
Hasil pengukuran kualitas udara ambien kemudain dianalisis dilaboratorium dengan
metode-metode seperti yang disajikan pada tabel III-5. Hasil analisis dari laboratorium
dibandingken dengan kualitas udara ambien yang tercantum dalam peraturan pemerintah
No. 41/1999.
Indeks pencemaran udara (Air Pulution Indeks API) dihitung berdaasarkan metode yang
dikembangkan oleh anjaneyul dan maneckam 2007 (environmental inpact assessment
methodologies) berdasarkan persmaan :
1
API = ( 100)
=1
Tabel III-6
Skala kualitas lingkungan parameter tingkat kualitas udara
Skala Kualitas/Kriteria
Parameter
Tercemar Tercemar Tercemar Kurang Besih
Lingkungan
Berat (2) Ringa Bersih (5)
C. Kebisingan
1. Pengumpulan Data
Tingkat kebisingan diukur menggunakan soundmeter setiap 5 detik selama 10 menit,
denganmengacu pada keputusan menteri negara lingkungan hidup Nomor Kep-48/
MenLH/11/1996. Setiap titik pengukuran dicatat posisi koordinatnya dengan alat GPS.
2. Analisis Data
Hasil pengukuran kebisingan dianalisis mengguakan rumus yang tercantum dalam
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/11/1996.
Tingkat tekanan bunyi sinambung setara dalam waktu 10 menit
120
1
, (10 ) = 10 10 [ 10( 10 ) ]
120
=1
Keterangan :
LAeq,T adalah tingkat tekanan bunyi sinambung setara dalam waktu 10 menit
LpAi adalah tingat tekanan bunyi sesaat rata-rata dalam interval 5 detik
Tingkat kebisingan siang hari
4
1
() = (16 ) = 10 10 [ . 10(10) ]
16
=1
Keterangan :
Ti adalah selang waktu pengukuran
Li adalah Leq pada selang waktu tertentu
- L1 diambil pada jam 07.00 mewakili jam 06.00 - 09.00
- L2 diambil pada jam 10.00 mewakili jam 09.00 - 14.00
- L3 diambil pada jam 15.00 mewakili jam 14.00 - 17.00
Tabel III-7
Skala Kualitas Lingkungan Parameter Tingkat Kebisingan
Skala Kualitas/Kriteria
Parameter Sangat Sangat
Buruk Sedang Baik
Lingkungan Buruk Baik
(2) (3) (4)
(1) (5)
Tingkat Kebisingan
>60,0 58,1-60,0 55,1-58,0 50,1-55,0 <50,0
pemukiman (dBA)
Tingkat kebisingan
>85 80,1-85,0 75,1-80,0 70,1-75,1 <70
dalam pabrik (dBA)
Tabel III-8
Angka CN (Curve Number) untuk beberapa tipe penutupan lahan
Penggunaan Kondisi Grup Hidrologi Tanah
Tipe Penutupan
Lahan Hidrologi A B C D
Tanah terbuka 77 86 91 94
Buruk 72 81 88 91
Tanaman berjajar (larikan lurus)
Baik 67 78 85 89
Buruk 70 79 84 88
Tanaman berjajar (kontur)
Baik 65 75 82 86
Buruk 66 74 80 82
Tanaman berjajar (kontur dan teras)
Baik 62 71 78 81
Buruk 65 76 84 88
Padi, gandum (larikan lurus)
Baik 63 75 83 87
Buruk 63 74 82 85
Padi,gandum (kontur)
Baik 61 73 81 84
Pertanian
Buruk 61 72 79 82
Padi, gandum (kontur dan teras
Baik 59 70 78 81
Buruk 66 77 85 89
Tanaman legume (larikan lurus)
Baik 58 72 81 84
Buruk 64 75 83 85
Tanaman legume (kontur)
Baik 55 69 78 83
Buruk 63 73 80 83
Tanaman legume (kontur dan teras)
Baik 51 67 76 80
Buruk 68 79 86 89
Lapangan rumput Sedang 49 69 79 84
Baik 39 61 74 80
E. kualitas air
a. pengumpulan data
Pengambilan sampel air dan analisisnya dilakukan untuk memperoleh gambaran rona awal
mengenai kondisi kualitas air di sekita wilayah studi. Lokasi pengambilan sampel difokuskan pada
perairan yang ada disekitar lokasi pembangunan pabrik. Parameter dan metode pengukuran
kualitas disajikan pada Tabel III-9.
Tabel III-9
Parameter dan metode pengukuran parameter kualitas air
No Parameter Metode SNI
A Parameter fisik
1 Zat padat terlarut (TDS) Gravimetric SNI 06-6986.27-2005
2 Zat padat trsuspensi (TSS) Gravimetric SNI 06-6986.26-2005
3 Kekeruhan Nephelometer SNI 06-6986.25-2005
4 Kebauan Organoleptic
5 Warna Hidrasin SNI 06-6986.24-2005
B Kimia
1 Arsen (As) AAS SNI 06-6986.54-2005
2 Fluorida (F) Spectrofotometrik SNI 06-6986.29-2005
3 Total Kromium AAS SNI 6986.17:2009
4 Cadmium (Cd) AAS SNI 6986.16:2009
5 Nitrat sebagai NO3 Spectrofotometrik SNI 6986.74:2009
b. Analisis data
Hasil analisis air akan dibandingkan dengan baku mutu yang tercantum dalam PP No. 82
Tahun 2001 tentang pengolahan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Untuk kualitas air
laut akan dibandingkan dengan baku mutu menurut Kepmen LH No. 51/MENLH/2004, tentang
baku mutu Air laut untuk biota laut. Selanjutnya indeks pencemaran air dihitung berdasarkan
Kepmen LH nomor 115 Tahu 2003 pada Tabel III-10.
+
=
2
= ( ) 100% (%)
() =
= ( ) 100% (%)
2
() = ( )
= ( ) 100% (%)
Keterangan :
H = Indeks keanekarahaman shannom,
Ni = nilai penting suatu jenis, dan
N = nilai penting seluruh jenis.
Skala kualitas vegetasi mangrove ditentukan berdasarkan Tabel III-11.
Tabel III-11
Skla Kualitas Lingkungan Parameter Vegetasi Mangrove
Skala Kualitas/Kriteria
Parameter Sangat Sangat
Buruk Sedang Baik
Lingkungan Buruk Baik
(2) (3) (4)
(1) (5)
Indeks
<1,5 1,5<H<3,0 3,0<H<4,0 4,0<H<4,5 H>4,6
Keanekaragaman
B. Fauna
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data satwa liar yang terdapat dalam wilayah studi dilakukan melalui
wawancara dengan penduduk. Metode pengumpulan data primer mamalia, reptilia dan amphibia
dilakukan dengan observasi lapangan dengan cara penjelajahan. Pengumpulan data fauna nocturnal
dengan penjelajahan malam hari di beberapa tempat yang dekat dengan sumber air dengan
Tabel III-12
Skala Kualitas Ligkungan Parameter Terumbu Karang
Skala Kualitas/Kriteria
Sangat Sangat
Parameter Lingkungan Buruk Sedang Baik
Buruk Baik
(2) (3) (4)
(1) (5)
Keanekaragaman fauna Terdapat Terdapat Terdapat Terdapat Terdapat
1-2 jenis 3-5 jenis 6-10 jenis 11-15 >15 jenis
hewan hewan hewan jenis hewan
hewan
C. Biota Peraian
Pengumpulan data jenis dan kelimpahan plankton dilakukan dengan mengambil contoh
plankton yaitu dengan cara menyaring air sebanya 100 liter dengan plakton net No.25 yang
kemudian dikonsentrasikan menjadi 25 ml dab ditambahkan dan ditambahkan pengawet formalin
sehingga konsentrasinya sekitar 4 %. Pengumpulan data benthos di perairan mengalir digunakan
Surber Net yang berukuran 25 cm x 40 cm. Sedangkan untuk benthos air tergenang, pengambilan
Keterangan :
H = Indeks keragaman,
Keterangan :
D = indeks dominansi
Ni = jumlah individu jenis ke-1
N = jumlah individu seluruh jenis
Analisis data mengenai organisme nekton/ikan akan dikhususkan terhadap jenis-jenis ikan
yang mempunyai nilai ekonomis dan ekologis. Data keberadaan ikan pada kawasan studi
akan diventarisasi berdasarkan wawancara dengan penduduk setempat dan pengamatan
lapangan serta menggunakan data pendukung dari sumber lain ( Dinas Perikanan).
Skala kualitas biota perairan ditentukan berdasarkan Tabel III-13.
= 100 %
15
Tabel III-14
Skala Kualitas Lingkungan Kependudukan
Skala Kualitas/Kriteria
Parameter
Sangat Buruk Buruk Sedang Baik Sangat Baik
Lingkungan
(1) (2) (3) (4) (5)
Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan
Pertumbuhan
Pertumbuhan Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk
Penduduk <2%
Penduduk >3,5% 3,01- 3,01- 3,01-
pertahun
pertahun 3,5% pertahun 3,5% pertahun 3,5% pertahun
B. Komponen Ekonomi
1. Pengumpulan Data
Data sosial ekonomi yang dibutuhkan adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder
meliputi data monografi (desa dan kecamatan) dan data statistik instansi terkait, sedangkan data
primer diperoleh melalui wawancara secara langsung terhadap masyarakat di daerah sekitar
kagiatan berlangsung dan pengamatan terhadap kegiatan-kegiatan ekonomi di lapangan. Adapun
parameter aspek sosisal ekonomi yang diteliti meliputi :
C. Sosial Budaya
1. Pengumpulan data
Data primer dan data sekunder merupakan data yang dibutuhkan dalam mencermati/
menganalisis kondisi sosial budaya. Pengumpulan data sekunder diperoleh melalui monografi
(kabupaten, kecamatan, desa), Sedangkan data primer diperoleh melalui wawancara dan
pengamatan langsung di lapangan. Adapun parameter yang diteliti meliputi :
- Kebudayaan , meliputi Adat istiadat, dan Nilai dan norma budaya
- Proses sosial dalam masyarakat yang menyangkut: Proses asosiatif (kerja sama)
- Proses diasosiatif (konik sosial), Akulturasi, Asimilasi dan integrasi Seia Kohesi sosial.
- Pranata Sosial kelembagaan masyarakat, meliputi Ekonomi (hak ulayat), pendidikan,
Agama dan Keluarga
- Pelapisan sosial, meliputi Pendidikan, Ekonomi dan pekerjaan
Tabel III-16
Skala Kualitas Lingkungan Sosial Budaya
Skala Kualitas/Kriteria
Parameter
Sangat Buruk Buruk Sedang Baik Sangat Baik
Lingkungan
(1) (2) (3) (4) (5)
Masyarakat
Tidak seluruh Masyarakat
seluruhnya Seluruh
Masyarakat sudh masyarakat masih
mendukung adat masyarakat
tidak peduli mendukung adat mendukung adat
istiadat setempat mendukung dan
dengan adat istiadat. istiadat setempat
Budaya secara utuh dan melaksanakan
istiadat setempat, Pelaksanaanya pelaksanaannya
murni, adat istiadat
tidak ada kegiatan tegantung dilakukan
pelaksanaannya secara utuh dan
yang bersifat adat situasi dan bersama pada
dilakukan murni
kondisi waktu tertentu
terkoordinasi
Kondisi Kondisi Konflik yang
Konflik jarag Tidak ada konflik
masyarakat masyarakat timbul ditengah
timbul ditengah dalam
setempat sangat setempat agak masyarakat
Proses sosial masyarakat, bermasyarakat
rawan terhadap rawan terhadap bersifat
kondisi cenderung kondisi aan
konflik baik konflik baik temporer,
aman terkendali
internal maupun internal maupun diselesaikan
Cakupan jamban keluarga (jaga) dihitung dari keluarga yang telah akses terhadap sarana
Jaga dibandingkan dengan seluruh populasi rumus yang digunakan adalah :
= 100 %
Cakupan Pembuangan Sampah rumah tangga dihtung dari keluarga yang telah memiliki
sarana pembuangan sampah. Rumus yang digunakan adalah
= 100%
Cakupan rumah sehat, yaitu rasio rumah yang telah memenuhi syarat kesehatan dari seluruh
rumah yang ada di daerah tersebut. Rumus yang digunakan adalah
= 100%
Tabel III-17
Skala kualitas lingkungan ksehatan masyarakat
Skala Kualitas/Kriteria
Parameter Sangat
Sangat Buruk Buruk Sedang Baik
Lingkungan Baik
(1) (2) (3) (4)
(5)
Urutan 1-3 Urutan 1-2 Urutan 1
Urutan 1-3
Uruta 1-5 peyakit infeksi penyakit penyakit
bukan
Pola penyakit kesemuanya urutan 4-5 infeksi 3-5 infeksi 2-5
penyakit
penyakit infeksi bukan penyakit penyakit bukan penyakit bukan
infeksi
infeksi infeksi infeksi
Sanitasi
Sangat buruk Buruk sedang baik Sangat baik
lingkungan
() = () + ()
Keterangan :
Cj = konsentrasi awal parameter (g/m3)
Qj = konsentrasi emisi parameter (g/detik)
y = koefisien dispersi Gauss horizontal (m)
z = koefisien dispersi Gauss vertikal (m)
Us = kecepatan angin arah sumbu x (m/detik)
Hc = ketinggian efektif cerobong (m)
Sedangkan prediksi dampak khusus untuk parameter debu akibat kendaraan dalam kegiatan
pengangkutan dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
2
= 0,6 (0,81 ) ( ) ( )( )
20 365 4
Keterangan :
eu = Jumlah debu per panjang jalan (lb/mil)
s = Silt content (%)
S = Kecepatan kendaraan (mph)
w = Jumlah roda kendaraan
d = Jumlah hari tidak hujan dalam 1 tahun
3. Peningkatan Kebisingan
Dampak peningkatan kebisingan yang dihasilkan bunti mesin kendaraan dan pabrik
diperkirakan dengan menggunakan model matematis pada kegiatan :
Mobilisasi peralatan dan material konstruksi, (sumber bergerak),
= 0 10 log ( )
0
Aktivitas alat berat saat pembersihan lahan, operasional genset, (sumber tidak bergerak),
= 0 20 log ( )
0
Keterangan :
Jika kebisingan dari n buah sumber yang sama maka tingkat kebisingan totalnya dapat
dihitung dengan menggunakan persaamaan :
= (0 + 10 log ) .
Selanjutnya jika sumber berbeda dihitung dengan menggunakan persamaan (tripathy, D. B.,
2011, Noise Pollution. APH Publishing Corporation. India).
= 10 log[101/10 + 102/10 + 103/10 ]
( ) + ( )
0 =
+
Keterangan :
C0 = Konsentrasi pencemaran dititik pencampuran
Cs = konsentrasi pencemaran di perairan
Qs = Debit aliran perairan
Cp = Konsentrasi pencemar di aliran limbah
Qp = Debit air limbah
B. Komponen Biologi
Dampak penting hipotetik untuk komponen biologi yaitu gangguan biota perairan.
Prakiraan besaran dampak dilakukan dengan professional judgment berdasarkan data primer dan
data sekunder struktur komunitas biota laut di perairan laut sekitar.
KK = (KK)DP (KK)TP
Keterangan :
KK = Kesempatan kerja
(KK)DP = Kesempatan kerja setelah ada proyek
(KK)TP = Kesempatan kerja tanpa proyek
Sementara itu, peningkatan kesempatan kerja (KK) setelah adanya kegiatan pembangunan pabrik
pengolahan bijih nikel :
Keterangan :
(KK)DP = Kesempatan kerja dengan adanya proyek
(PUK)DP = Penduduk usia kerja dengan adanya proyek (15 -54 thn)
(KTK)DP = Kebutuhan tenaga kerja dengan adanya proyek
PU = (PU)DP (PU)TP
Keterangan :
PU = Kesempatan Usaha
(PU)DP = Jumlah unit masyarakat yang berkembang setelah ada proyek
(PU)TP = Jumlah unit usaha masyarakat sebelum ada proyek
I = IDP ITP
Keterangan :
I = Tigkat pendapatan keluarga
IDP = Pendapatan keluarga dengan proyek
ITP = Pendapatan keluarga tanpa proyek
Sementara itu pendapatan yang diperoleh rata-rata penduduk atau kepala keluarga di sekitar lokasi
studi, setelah pelaksanaan kegiatan pembangunan terminal khusus dihitung dengan :
Keterangan :
IDP = Tingakat pendapat keluarga setelah ada proyek (income)
(TR)DP = Total penerimaan keluarga setelah ada proyek (total revenue)
(TC)DP = Total pengeluaran setelah adanya proyek (total cost)
Tabel III-18
Sifat Besaran Dampak Lingkungan
Besaran Perubahan Sifat Dampak
No
Kualitas lingkungan Lingkungan
1 0 Sangat Kecil
2 1 Kecil
3 2 Sedang
4 3 Besar
5 4 Sangat Besar
Besar dampak akan dihitung secara kuantitatif dengan menggunakan metode analisis
sederhana seperti disajikan pada Tabel III-19. Metode ini akan memberikan gambaran besar
dampak dalam skala angka kualitas lingkungan, yang merupakan selisih antara skala rona
lingkungan dengan proyek (Rdp) dengan skala Rona Lingkungan Tanpa Proyek (Rtp). Pada kolom
komponen lingkungan dibagi menjadi empat kelompok yaitu geo-fisik-kimia, biologi, sosial dan
kesehatan masyarakat. Pada kolom masing-masing komponen kemudian dituliskan parameter atau
dampak-dampak hipotetik yang diprakirakan akan terkena dampak akibat suatu rencana kegiatan.
Pada kolom kualitas rona lingkungan tanpa proyek (Rtp) atau kolom (a) akan ditulis angka
skala kualitas lingkungna yang merupakan konversi dari hasil analisis terhadap kondisi lingkungan
saat ini. Skala kualitas lingkungan dari setiap dampak penting hipotetik pada komponen
lingkungan diperoleh melalui hasil analisis untuk kemudian ditetapkan atau dikonversi kedalam
besaran (angka) skala kualitas lingkungan dengan mengacu pada peraturan yang berlaku. Angka
pada setiap kolom (kolom b s/d f) yang bervariasi antara 1 s/d 5 masing-masing menunjukan nilai