PENDAHULUAN
2
d) Menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat.
e) Meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat.
Pengolahan dan pemurnian adalah kegiatan usaha pertambangan untuk
meningkatkan mutu mineral serta untuk memanfaatkan dan memperoleh mineral
ikutan. Dengan demikian, setiap jenis komoditas tambang mineral logam tertentu
sebagaimana dimaksud dalam peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Republik Indonesia Nomor 07 Tahun 2012 pasal 3 ayat (4) wajib diolah dan/atau
dimurnikan sesuai dengan batasan minimum pengolahan dan/atau pemurnian. Atas
dasar pertimbangan tersebut di atas maka meningkatkan daya saing Kabupaten
Bombana di bidang pertambangan mineral serta untuk memenuhi tuntutan Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 2009 dan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor 07 Tahun 2012, PT. TERANCAM SUKSES bermaksud untuk
membangun pabrik pengolahan dan pemurnian mineral emas di Kabupaten
Bombana. Rencana kegiatan ini didukung oleh pemerintah daerah dengan terbitnya
Izin Prinsip Pengolahan dan Pemurnian Mineral Emas sesuai Keputusan Bupati
Bombana Nomor 540/494 Tahun 2014 yang berlokasi di Desa Rahadopi Kecamatan
Kabaena Kabupaten Bombana. Komoditas tambang (mineral emas) yang akan diolah
berasal dari Kecamatan Rarowatu Kabupaten Bombana yang dipasok oleh pemegang
Izin Pertambangna Rakyat (IPR) sesuia Keputusan Bupati Bombana Nomor545/887
Tahun 2012.
Sebagaimana diketahui bahwa keberadaan pabrik pengolahan dan pemurnian
emas di suatu wilayah berpeluang memberikan dampak lingkungan, baik dampak
positif maupun dampak negatif, yang dapat mengubah rona lingkungan hidup. Oleh
karena itu, PT. TERANCAM SUKSES wajib menjungjung tinggi azaz keberlanjutan
pembangunan yang berwawasan lingkungan. Sehubungan dengan itu, diperlukan
usaha-usaha perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup oleh PT. TERANCAM
SUKSES guna mengoptimalkan dampak positif serta menekan dampak negatif dari
kegiatan tersebut. Sebagai implementasinya, PT. TERANCAM SUKSES akan
mematuhi semua regulasi yang berkaitan dengan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Salah satu kewajiban PT. TERANCAM SUKSES sebelum
melakukan aktivitasnya adalah perlunya mendapat izin kelayakan lingkungan yang di
3
wujudkan dalam penyusunan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) sesuai dengan amanat Undang-undang No.32 Tahun 2009 tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan peraturan lainnya seprti
peraturan pemerintah Nomor 27 tahun 2012 tentang izin lingkungan, Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 05 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha
dan/atau kegiatan yang wajib AMDAL, serta Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi
Tenggara maupun Kabupaten Konawe Selatan yang relevan dengan jenis
usaha/kegiatan yang berkaitan dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup.
Dokumen AMDAL yang terdiri dari dokumen Kerangka Acuan (KA),
dokumen Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), serta dokumen Rencana
Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).
Dalam dokumen berisi uraian tentang rencana usaha/kegiatan, rona lingkungan hidup
awal, pelingkupan komponen/parameter lingkungan yang di duga akan terkena
dampak, serta upaya-upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan. Dokumen
AMDAL di harapkan akan menjadi pedoman bagi pemrakarsa (PT. TERANCAM
SUKSES) maupun instansi/lembaga terkait yang terlibat dalam pengelolaan
lingkungan. Dokumen-dokumen tersebut disusun berdasarkan hasil studi lapangan
maupun hasil studi literature dengan melibatkan sejumlah ahli/pakar sesuai bidang
masing-masing. Untuk melihat kelengkapan administrasi serta konsistensi dan
kedalaman studi, maka dokumen AMDAL ini akan dinilai oleh Komisi Penilai
AMDAL (KPA) Propinsi Sulawesi Tenggara sebagaimana diamanatkan dalam
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2013 tentang Tatalaksana
Penilaian dan Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup serta Penerbitan Izin
Lingkungan.
4
c) Membuka lapagan pekerjaan bagi masyarakat Kabupaten Bombana khususnya
dan masyarakat Sulawesi Tenggara pada umumnya.
1.3 Pelaksana Studi
5
BAB II
PELINGKUPAN
6
Kecamatan Kabaena Kabupaten Bombana memiliki koordinat E = 12082'
12220' BT dan S = 430' 625' LS.
Bila dikonfirmasi dengan peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
kabupaten Bombana, letak rencana pembangunan pabrik pengolahan dan
pemurnian mineral emas berada di kawasan Areal Pembangunan Lain (APL)
sehingga dapat disimpulkan area pembangunan pabrik ini sesuai dengan Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten Bombana.
2.2.1 Deskripsi Kegiatan Penyebab Dampak
A. Tahap Pra Konstruksi
1. Kegiatan Perizinan
7
2. Kegiatan Sosialisasi
B. Tahap Konstruksi
1. Kegiatan Penerimaan Tenaga kerja
Tabel II.1 Spesifikasi Tenaga Kerja yang Dibutuhkan dalam tahap pra
konstruksi pengolahan dan pemurnian emas
NO Jabatan Jumlah
1 Manager 1
2 KTT 2
3 Kepala Biro 1
Karyawan:
a. Teknik Pertambangan 5
4
b. Teknik metalurgi 6
c. Teknik Elektro 3
8
d. Teknik Mesin 3
e. Teknik Arsitek 2
f. Sipil 3
g. Operator Klin 3
Pada tahap pra konstruksi dalam pembukaan lowongan pekerjaan
diperkirakan dampak yang akan di timbulkan dari kegiatan ini yaitu:
a. Adanya persepsi yang baik dari masayrakat
b. Adanya kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar
2. Mekanisme Penerimaan Tenaga Kerja
Mekanisme dalam penerimaan tenaga kerja di lakukan dengan cara :
a. Penyebaran Informasi melalui media online dan offline
b. Sosialisasi ke LSM ( Lembaga Suwadaya Masyarakat)
Dampak yang dapat di timbulkan dari kegiatan ini yaitu:
a. Mengurangi jumlah pengangguran di daerah setempat
b. Dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat
c. Dapat terjadi pungutan liar oleh oknum yang tidak bertanggung
jawab
3. Mobilisasi Peralaatan
Kegiatan pengolahan dapat berlangsung dengan perlengkapan alat
yang di perlukan sarana dan prasarana pabrik untuk peralaatan pengolahan
dan pemurnian emas. pabrik yang akan dibangun tentunya membutuhkan
beberapa peralatan yang dapat membantu dalam proses pengolahan maupun
dalam proses pemurnian bijih emas. Jenis dan jumlah peralatan konstruksi
yang akan digunakan dapat dilihat pada tabel II.2
9
3 Hummermill milik sendiri 1
4 Rollmill milik sendiri 2
5 Separator milik sendiri 4
6 Tabung lieching milik sendiri 2
7 Mesin electrowinning milik sendiri 1
10
C. Tahap Operasi
1. Penerimaan Tenaga Kerja Operasional
11
2. Pemilihan metode yang digunakan dalam pengolahan
Dalam pengolahan emas yang digunakan yaitu menggunakan metode
Amalgamasi, yakni metode ekstraksi menggunakan proses penyelaputan
partikel emas oleh air raksa dan membentuk larutan padat merkuri-logam.
Tahapan ini menimbulkan dampak potensial yaitu dalam tahapan
ekstraksi bijih emas nanti dapat digunakan untuk skala industri dan dapat
dikonsumsi bagi masyarakat
3. Pengoperasian Pabrik
Pada proses pengolahan dan pemurnian mineral emas yang akan
dilakukan PT. TERANCAM SUKSES dapat dilihat pada gambar II.1
dibawah :
12
a. Tahap Kominusi
Kominusi atau reduksi bijih adalah proses untuk mereduksi ukuran
bijih dengan tujuan untuk membebaskan logam berharga dari bijihnya dan
atau memperfuas permukaan bijih agar dalam proses pelindian dapat
berlangsung dengan cepat. Kominusi terdin dan proses peremukkan bijih,
penggerusan, dan pengayakan. Faktor-faktor yang mengendalikan kominus
diantaranya stfat fisik dan bijih, seperti tingkat homogenitas,
kekerasan, kandungan air. Bijih yang heterogen, porous, dan brittle mudah
dikecilkan. Sedangkan bijih yang homogen, kompak dan liat sulit untuk
dikedlkan. Agar partikel bijih dapat remuk harus ada tekanan yang
cukup besar dan melebihi kuat remuk bijih.
Crushing merupakan suatu proses peremukan bijih dan hasil
penambangan melalui pertakuan mekanis. Batuan dari tambang yang
memillki ukuran besar dijadikan lebih kedl melalui mekanlsme
peremukan. Alat peremukan yang digunakan adalah crusher (Jaw
chruser). Mekanisme kerja jaw crusher adalah dua plat yang dapat
membuka dan menutup seperti rahang. Salah satu dari rahang diam, dan
yang lainnya bergerak maju mundur. Jaw crusher meremuk material
dengan kompresi di dalam rongga rem uk. Material yang masuk rongga
remuk akan segera mendapat kompresi oleh jaw yang bergerak kemudian
material turun hingga mendapat jepitan baru. Jaw Crusher termasuk
dalam arrested crushing karena peremukan material hanya disebabkan
oleh kerja alat terhadap material. Ukuran dari partikel hasil peremukan
tergantung pada pengaturan dar; mulut pengeJuaran (setting) yaitu bukaan
maksimum dari mufut. Setting terdiri dari bukaan maksimum (open
setting) dan bukaan minimum (dosed setting). Ukuran maksimum yang
dapat masuk alat adalah 85% dan lebar mulut alat sedangkan produk
peremukan umumnya berukuran lebih kedl dari 85% ukuran bukaan
maksium.
Penggerusan atau grinding merupakan lanjutan dari crushing
untuk mendapatkan ukuran butiran yang sesuai untuk Tahap selanjutnva
13
dan dapt dilakukan proses pelindian. Penggerusan dilakukan
menggunakan hammermill. Beberapa hal yang mempengaruhi proses
penggerusan antara lain adalah ukuran, banyaknya, macam gerakan, dan
rongga di antara media gerus. Berbeda dengan peremukan (crushing)
yang terjadi di antara dua permukaan, penggerusan bergantung pada
peluang dari partikel untuk digerus. Pada prinsipnya, penggerusan
dapat dilakukan dalam dua cara yaitu cara kering atau basah. Ada beberapa
keuntungan penggerusan dengan cara basah dibandingkan dengan cara
kering, antar lain:
Memerlukan energi yang febih sedikit karena tidak memerlukan
pengeringan.
Tidak memerlukan alat penangkap debu.
Konsumsi media gerus dan pelapis lebih banyak karena terjadi
korosi
Putaran dari mill sangat penting karena menentukan ukuran produk.
Putaran mill sangat penting karena menentukan ukuran produk
Putaran dengan kecepatan tinggi akan menimbulkan gerakan
cataracting yang menyebabkan hasil gerusan berukuran kasar.
Sedangkan putaran yang lam bat menimbulkan gerakan
cataracting yang menyebabkan hasil gerusan berukuran sangat halus
yang disebut overgrinding.
Pengayakan(screening) adalah pemisahan partikel-partikel secara
mekanis berdasarkan ukurannya. Material yang tidak 10105 atau tinggal
di atas ayakan disebut material oversize sedangkan yang lolos disebut
material undersize. Ayakan yang digunakan adalah ayakan dengan
anyaman kawat metal yang dianyam sedemikian rupa, sehingga
menghasilkan lubang-lubang dengan ukuran tertentu. Ayakan yang
digunakan untuk keperluan ini adalah ayakan dengan ukuran 200 mesh
. Setelah pengayakan maka dilakukan Idasifikasi untuk memisahkan
partikel dengan ukuran yang diinginkan dan yang tidak diinginkan.
Pemisahan ini biasanya dilakukan di dalam air. Alat untukmelakukan
14
klasifikasi disebut classifier yang memiliki kemampuan mengeluarkan
material yang ukurannya sudah memenuhi syarat sebagai overflow.
Matenal yang belum memenuhi syarat dikembalikan untuk digerus
kembali. Dslam kegiatan ini , jenis dassifier yang digunakan adalah
mechanical dassifier yang memanfaatkan gaya gravitasi, dengan bagian-
bagian penting terdiri dari :
Kolam pengendapan yang berupa tangki berbentuk mangkok atau
saluran.
Alat yang berfungsi untuk mengeluarkan produk underflow
berbentuk sikat atau spiral.
Rake atau spiral untuk menank produk endapan dari kolam
pengendapan
b. Konsentrasi Grafitasi
Grafiti separation/ Pemisahan gaya berat
Konsentrasi / separasi dengan metode gravitasi memanfaatkan
perbedaan massa jenis emas ( 19.3 ton/m3 ) dengan massa jenis mineral lain
dalam batuan ( yang umumnya berkisar 2.8 ton/m3 ). Mineral pembawa emas
biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral
ikutan tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah
kecil mineral non logam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan
endapan sulfida yang telah teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari
emas nativ, elektrum, emas telurida, sejumlah paduan dan senyawa emas
dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan selenium. Emas asli mengandungi
antara 8% dan 10% perak, tetapi biasanya kandungan tersebut lebih tinggi.
Elektrum sebenarnya jenis lain dari emas nativ, hanya kandungan perak di
dalamnya >20%. Apabila jumlah perak bertambah, warnanya menjadi lebih
putih.
Metode gravitasi akan efektif bila dilakukan pada material dengan
diameter yang sama/seragam, karena pada perbedaan diameter yang besar
perilaku material ringan (massa jenis kecil) akan sama dengan material berat (
15
massa jenis besar ) dengan diameter kecil. Oleh karena itu dibutuhkan
proses Screening and Classifying :
Grizzlies, non moved screens
Vibrating screens
Spiral classifier
Pada proses ini menjadi sangat penting untuk dilakukan dengan baik,
sebab dengan memilah ukuran bijih hasil kominusi akan menyeragamkan
besaran umpan (feeding size) ke proses konsentrasi. Sedangkan bijih yang
masih belum seragam (lebih besar) hasil pemilahan dikembalikan ke proses
sebelumnya yaitu kominusi.
Peralatan konsentrasi yang menggunakan prinsip gravitasi yang umum
digunakan pada pertambangan emas skala kecil antara lain adalah :
Panning ( Jawa=Dulang, Jambi=Erai, Jabar=Deplang,
Banjar=Lenggang ), adalah alat konsentrat emas yang menggunakan
prinisp gravitasi paling sederhana
o Sluice Box ( Banjar=Palong, Bombana=Kasbok, Aceh=Talang ) lebih
banyak digunakan karena mempunyai effisiensi yang sama dengan
peralatan konsentrasi yang lain namun mempunyai konstruksi yang
lebih sedarhana daripada spiral konsentrator,meja goyang dan jig,
serta dapat memproses lebih banyak bijih per hari daripada dulang
o Meja goyang ( shaking table ) efektif memisahkan emas dari batuan
oksida pada 200 micron, batuan sulfida 400 micron, dan silika 1.000
micron.
Titik cair emas pada suhu 1064.18 oC, sedangkan titik cair perak
padasuhu 961.78oC. Ini artinya perak akan mencair lebih dulu dari pada
emas.
Namun untuk benar-benar terpisah, maka perak harus menunggu emas
mencair 100%. Kemudian bila dilihat dari berat jenisnya, maka berat jenis
emas cair sebesar 17.31 gram per cm3 sedangkan berat jenis perak sebesar
9.32 gram per cm3. Hal ini berarti berat jenis emas lebih besar dari pada berat
16
jenis perak. Dari hukum alam fisika, maka bila ada dua jenis zat cair yang
berbeda dan memiliki berat jenis yang berbeda pula, maka zat cair yang
memiliki berat jenis lebih kecil dari zat satunya, ia akan mengapung. Dengan
demikian, cairan perak akan terapung diatas lapisan cairan emas, seperti
halnya cairan minyak mengambang diatas lapisan air. Dari sana, perak
dipisahkan dari emas, sampai tidak ada lagi perak yang terapung. Dengan
metode akan dihasilkan Au bullion dan Ag bullion
C. Tahap Retorting
Proses amalgamasi merupakan proses kimia fisika. Apabila
amalgamnya dipanaskan (sPmpai merkuri mencair), ia akan terurai menjadi
elemen-ele\men, yaitu air raksa dan bullion emas. Amalgam dapat terurai
dengan pemanasan dalam sebuah retort, air raksanya akan menguap dan dapat
diperoleh kembali dari kondensasi uap air raksa tersebut dan dapat
dipergunakan kembali. Sementara emas dan perak tetap tertinggal di dalam
retort sebagai logam. Disamping distilasi (retort), metode lain juga dapat
dipakai untuk memisahkan air raksa dari amalgamnya adalah dengan
melarutkan amalgam dengan asam nitrat. Transformasi reaksi yang terjadi:
HgAu + 2 HNO3 ) Hg(NO3) + Au + H2
Sesudah terjadi pengendapan emas dalam bentuk busa, dilakukan
pemisahan larutan nitratnya. Air raksa dapat diambil dengan perpindahan ion
tembaga atau ion logam lainnya yang mempunyai potential electrode lebih
negative daripada air raksa, dengan reaksi:
Hg(No3lz + Cu ) Cu(NO3)2 + Hg
Yang perlu diperhatikan dalam metode ini adalah kandungan perak yang
terdapat dalam air raksa dapat mengurangi daya serapnya. Secara periodik
perlu dilakukan pemurnian dengan cara distilasi.
17
Proses Retorting
18
Dari grafik di atas bisa dilihat kelarutan logam dalam air raksa dalam
membentuk amalgam. Sederhananya adalah jika dalam material mengandung
emas, timbal (pb), seng (Zn), dan perak (Ag), air raksa akan lebih dahulu
menyerap seng kemudian timbal, baru emas. Dalam tambang tradisional
sering kali batuan emas yang mengandung seng dan timbal jarang bisa
diproses dengan baik menggunakan air raksa karena air raksa lebih kuat
menyerap timbal dan seng. Penambahan temperatur dengan air panas sangat
membantu penyerapan emas karena air raksa akan naik daya serapnya.
Keberhasilan amalgamasi ditentukan oleh kondisi mineralogy dari bijih yang
diolah dan kondisi pulp. Kondisi yang jelek menyebabkan butiran emas tidak
dapat dibasahi oleh air raksa, dan terpecah menjadi partikel halus sehingga
amalgamasi tidak berlangsung sempurna. Butiran emas yang berasal dari
bijih emas primer yang tidak teroksidasi biasanya bersih dan mengkilap
sangat baik untuk amalgamasi. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam proses
ini adalah kandungan minyak yang terbawa pada bijih sangat menggangu
amalgamasi dan dapat memecah air raksa menjadi butiran kecil dan sering
19
terbawa toiling. Kontaminasi minyak bisa disebabkan oleh oli pada peralatan
gelundung. Bijih yang terkontaminasi minyak harus dilakukan
pemanggangan terlebih dahulu atau paling tidak dengan penambahan
semen/gamping sedikit menolong.
C. Tahap Refining
tahap refining adalah proses memisahkan emas dan perak dengan
melarutkannya dalam larutan HNO3 atau larutan H2SO4. Tahap refining ini
dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode cepat dan metode lambat.
Pada metode cepat, dilakukan secara hidrometallurgy yaitu dengan cara
melarutkan paduan alloy dalam larutan HNO3 yang kemudian ditambahkan
garam dapur untuk mendapatkan perak, sedangkan emas yang masih
tercampur dengan HNO3 bisa dipisahkan dengan menyaring larutan karena
tidak larut dalam HNO3. Pada metode lambat, dilakukan secara
hidrometallurgy dan electrometallurgy yaitu dengan menggunakan larutan
H2SO4 dan plat tembaga dimasukkan ke dalam larutan. Paduan alloy juga
dimasukkan ke dalam campuran larutan H2SO4 dan plat tembaga, selanjutnya
akan terjadi proses hidrolisis dimana perak akan larut dan menempel pada
plat tembaga (menempel tidak begitu keras/mudah lepas), sedangkan emas
mengendap di dasar larutan sehingga bisa disaring dan dibakar untuk
mendapatkan logam emas murni. Langkah terakhir yaitu dilakukan tahap
smelting yaitu peleburan emas dan perak, sehingga diperoleh logam emas
murni berupa padatan.
20
Sedangkan pada pH >11, kemampuan adsorpsi semakin menurun. Beberapa
hal yang harus diperhatikan saat proses recovery adalah:
Semakln tinggi temperatur maka laju penyerapan semakin menurun
Semakin banyak jumlah logam lain dalam larutan maka kapasitas
adsorpsi untuk emas menurun
Semakin tinggi kekuatan ion maka kemampuan dan kapasitas adsorpsi
meningkat.
Kunci utama dalam proses rerovery emas adalah jenis karbon aktif
yang digunakan. Karbon aktifyang baik memiliki struktur pori-pori yang
alami, tingkat ketahanan yang tinggi (higher resistence) terhadap gesekan,
tingkat kekerasan yang tinggi (higher hardness), bentuk yang seragam, serta
memiliki Carbon Tetrachloride (CTC) yang cukip tinggi.
Recovery Lanjutan dilakukan melalui proses desorpsi. Sebelum
dilakukan proses desorbsi, hal yang perlu diperhatikan adalah pencucian
karbon aktif dengan larutan asam untuk menghilangkan pengotor dalam
bentuk kalsium karbonat (CaC03). Penambahan kapur untuk mengontrol pH
dapat menghasilkan ion kalsium. Larutan asam yang akan digunakan dalam
proses pencucian adalah asam klorida (HCI) ataupun asam nitrat (HN0 3).
Beberapa pabrik pengolahan emas cenderung menggunakan HN03
berdasarkan pertimbangan bahwa reagen tersebut lebih bisa menghindari
korosi dari pada HCl. Selain itu, asam nitrat bisa melarutkan perak yang ada
pada karbon. Namun demikian, kendala yang dihadapi dengan penggunaan
asam nitrat adalah banyaknya oksidasi karbon serta deaktivasi permukaan
karbon. Setelah pencucian asam selesai, karbon dibilas dengan air selama
kurang lebih 2 jam untuk menghilangkan asam-asam sisa yang menempel
pada karbon. Larutan asam dan bilasan yang telah digunakan akan dibuang
ke pengental tailing. Proses pencucian asam dapat dilakukan dalam kolom
elusi maupun di dalam tangki yang terpisah khusus untuk pencucian asam
ini.
21
d. Electrowinning
Electrowinning adalah cara paling efesien digunakan dalam ekstraksi
emas dan perak yang melibatkan larutan alkali sebagai larutan elektrolit.
Electrowinning menggunakan prinsip elektrolisis (reaksi redoks) dalam suatu
sel atau prinsip prinsip elektrokimia melalui proses reduksi-oksidasi
(redoks). Dalam proses electrowinning, kedua reaksi tersebut akan terjadi
bersamaan dimana reaksi reduksi akan terjadi di katoda dan reaksi oksidasi
akan terjadi di anoda. Jika pH rendah maka H+ bisa bereaksi dengan CN-
membentuk gas HeN. Gas ini sangat berbahaya serta bersifat korosif
sehingga harus dihindari proses dengan pH
rendah.
Sebaliknya, jika proses pada pH tinggi, maka sebagian akan
dioksidasi menjadi CNO- namun kemungkinan besar NaCN stabil dalam
larutan sehingga yang dioksidasi adalah air.
Hal-hal yang pertu diperhatikan adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi proses elekrowinning.
Semakln tinggi arus yang dlgunakan maka akan meningkatkan
kecepatan proses elektrowinning, meskipun ada pengaruh
terhaciap reaksi sampingan. Reaksi tersebut meskipun secera teori
hanya akan reduksi air menjadi hidrogen, namun kemungkinan
dapat mereduksi logam lain ataupun mereduksi oksigen yang tidak
dinginkan.
Luas efektif permukaan katoda sangat mempengaruhi kecepatan
pengendapan, dimana semakin luas permukaan katoda maka
pengendapan semakin cepat. Namun demikian, reduksi air dan
oksigen pada katoda juga akan meningkat sehingga akan terjadi
evolusi hidrogen yang dapat menurunkan potensial pada katoda.
Akibatnya, sebagian elektroda tidak bisa mengendapkan emas.
Semakin tinggi konduktivitas larutan maka kehilangan lisbik (arus)
dapat dikurangi akan sehingga electrowinning menjadi semakin
22
efisien. Konduktivitas larutan pada prinspnva dapat dilakukan dengan
penambahan NaOH dalam larutan.
Derajat pengadukan (hidrodinamika elektrolit) berpengaruh besar
terhadap transport massa dan species di larutan sehingga kecepatan
pengendapan juga meningkat. Kondisi hidrodinamlk ini dapat
diperoleh dengan mengalirkan larutan pada kecepatan tertentu.
pH mempunyai pengaruh penting terhadap kestabilan elektroda.
Jika electrowinning larutan sianida beroperasi pada pH <12,5,
kemungkinan kendala korosi pada anoda akan menlngkat. Koros\ ini
akan semakin tlnggi jlka konsentrasl species kromium dan besi dalam
larutan meningkat. Kendala ini dapat diatasi dengan pemilihan
material yang digunakan sebagai anoda.
e. Pemurnian
Pemumian adalah pengolahan "Iogam kotor" melalui proses kimia
agar diperoleh tingkat kemurnian yang tinggi, melalui tahapan :
Peleburan (smelting), yaitu proses reduksi bijih (cake hasil
electrowinning) pada suhu tinggi (sekitar 1.200 C) hingga
mendapatkan material lelehan. Reduksi ini dilakukan dengan
menambahkan flux seperti borax (sodium borate, Na2B407.
10H2O). Borax berfungsi untuk mengikat "penqotor", sehingga
logam lelehan akan berada di bawah sedangkan bagian atasnya
adalah terak yang ditangkap oleh silika. Produk reduksi selama
proses ini disebut dore bullion (Au-Ag alloy)
Pengecilan ukuran (size reduction), yakni proses untuk mereduksi
dore bullion yang masih berukuran besar menjadi butiran-butiran
keeil. Idealnya, besaran butiran dengan diameter sekitar 2-3 mm
dengan kadar emas sekitar 25%.
Pemisahan (parting), yaitu proses untuk memisahkan emas dengan
perak dan logam dasar dan dore bullion menggunakan tannan asam
nitrate Hasi\ setetah perebusan terakhir adalah endapan bullion emas
(high Au bullion) dengan kadar emas mencapai 98%. Untuk
23
hasillebih baik dapat diproses dengan aqua regia sehingga dapat
diperoleh kadar hingga 99.6%. Air hasU bilasan dapat
dilanjutkan pada proses hidrometaturgi untuk diambil peraknya.
4. Pengoperasian fasilitas pendukung
Sejulah sarana penunjang yang akan digunakan oleh PT.
TERANCAM SUKSES antara lain adalah kantor, gudang, bengkel,
poIiklinik, sumber tenaga lisbik, sumber air, laboratorium, serta beberapa
sarana lainnva. Pengoperasian fasilitas pendukung ini akan memberikan
kontribusi terhadap meningkatnya beban cemaran yang ada di sekitar lokasi
kegiatan. Produk samplng yang paling banyak dihasilkan dan kegiatan ini
adalah meningkatnya limbah cair dan limbah padat.
a. Penanganan limbah cair
Limbah cair dihasilkan dari proses pengolahan dan limbah
domestic dan kantor dan mess karyawan. Umbah dan dan proses
pengolahan langsung disalurkan ke instalasi pengolahan air limbah (IPAL),
sedang limbah domestic diproses dalam septic tank. Hasil pengolahan
limbah cair adalah endapan polutan berupa lumpur yang memerlukan
penanganan lebih lanjut. Endapan lumpur hasil pengolahan limbah biasanya
akan diolah dengan eara diurai/dicema secara anaerob, kemudian disalurkan
ke beberapa altematif lokasi antara lain ke lahan pembuangan yang telah
dipersiapkan.
b. Penanganan limbah padat
Limbah padat (non slag) dikelola dengan eara penimbunan
menggunakan metode sanitary landfill, yakni ditimbun dalam lubang yang
dialasi lempung dan lembaran plastik untuk mencegah perembesan limbah ke
dalam tanah. Sampah yang ditimbun dipadatkan, kemudian ditutupi dengan
lapisan tanah tipis setiap hari. Hal ini akan mencegah tersebarnya gas
metan yang dapat mencemari udara dan berkembang biaknya berbagai agen
penyebab penyakit. Sampah yang mudah terbakar dapat ditangani
dengan cara insinerasi. Kelebihan dari proses insinerasi adalah volume
sampah yang berkurang sangat banyak (bisa meneapai 900/0), namun
24
kelemahannya adalah asap buangan hasil pembakaran yang dapat
menjadi pencemar udara serta abu/ashes pembakaran yang kemungkinan
mengandung senyawa yang berbahaya. Sampah padat umum yang tidak
mudah terbakar dan tidak membahayakan kesehatan seperti gelas, plastik, dan
fiber akan dipisah-pisahkan, kemudian akan ditangani lebih lanjut.
c. Penanganan limbah B3
Limbah B3 yang dihasilkan dari operasional pabrik seperti oli bekas,
ceceran minyak, dan slag. Oli bekas ini dhasilkan dari kendaraan angkut
dan mesin-mesin pengolahan. Limbah B3 ditangani dengan penyimpanan
dalarn wadah khusus untuk selanjutnya diserahkan kepada pihak lain yang
telah memiliki izin pengolahan limbah B3 .. Penanganan penyimpanan oli
bekas disimpan dalam suatu drum (tanki limbah oli) dengan persyaratan
sebagai benkut :
Dalam kondisi baik, tidak bocor atau rusak;
Terbuat dari bahan yang cocok dengan karakteristik limbah B3 yang
disimpan;
Memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya
tumpahan saat dilakukan pemindahan atau pengangkutan;
Tiap kemasan diberikan simbol dan label sesuai ketentuan yang
berlaku;
Penyimpanan kemasan dibuat dengan sistem blok;
Setiap blok terdiri atas 2 (dua) x 2 (dua) kemasan, sehingga
dapat dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap setiap kemasan;
Lebar gang untuk laJulintas manusia akan dibuat minimal 60 em
dan lebar gang untuk lalulintas kendaraan pengangkut
(forklift) disesuaikan dengan kelayakan pengoperasiannya,
Penumpukan kemasan limbah B3 mempertimbangkan kestabilan
tumpukan kemasan. Mengingat wadah yang akan digunakan
adalah drum logam (isi 200 liter), maka tumpukan maksimum
adalah 3 (tiga) lapis dengan tiap lapis diberi alas pelat;
25
Jarak tumpukan kemasan tertinggi dan jarak blok kemasan terfuar
terhadap atap dan dinding bangunan penyimpanan adak boleh kurang
dart 1 (satu) meter.
Sedangkan untuk bangunan tempat penyimpanan sementara
limbah B3 dengan luas bangunan 600 m2 (20 m x 30 m) yang dibuat
sesuai persyaratan sebagai berikut :
Terlindung dari masuknya air hujan baik secara langsung maupun
tidak langsung
Dibuat tanpa platon dan memiliki sistem ventilasi udara yang
memadai
Memiliki sistem penerangan (Iampu/cahaya matahari) yang
memadai untuk operasional penggudangan atau inspeksi rutin.
Jika menggunakan lampu, maka lampu penerangan harus
dipasang minimal 1 meter di atas kemasan dengan sakelar (stop
contacfJ harus terpasang di sisi luar bangunan
Dilengkapi dengan sistem penangkal petir.
E. Tahap Pasca Operasi
a. Tahap Reklamasi
Tahap pasca operasi yang dilakukan dengan kegiatan reklamasi
pada pabrik dengan cara pengalihan fungsi pabrik sebagai museum
pembelajaran mahasiswa tambang, selain itu dapat juga dijadikan gudang
penyimpanan.
Dampak yang dapat di timbulkan dari kegiatan ini yaitu perubahan
daerah setempat dari segi sarana jalur transportasi lebih baik akibat
adanya museum, berdirinya warung-warung disekitar museum, selain itu
dengan adanya museum ini dapat meningkatnya nilai ekonomi masyarakat
setempat akibat kebutuhan pengunjung yang berdatangan.
b. Pelepasan Tenaga Kerja
Kegiatan pengolahan dan pemurnian bijih emas PT. TERANCAM
SUKSES yang direncanakan akan beroperasi 10 Tahun (Sepuluh Tahun),
seletah berakhirnya masa itu maka sesuai dengan ketentuan yang telah di
26
miliki perusahaan tenaga kerja yang bekerja pada tahapan pengolahan dan
pemurnian emas ini akan dilakukan pelepasan sesuai dengan perundang-
undangan setra peraturan ketenagakerjaan yang berlaku.
27
Kondisi curah hujan rata-rata yang terjadi di Kabupaten Bombana.
Terlihat bahwa rata-rata curah hujan tertinggi 281,4 mm terjadi pada bulan
Maret. Berdasarkan klasifikasi tipe iklim menurut Schmidt Ferguson
wilayah Bombana tergolong dalam iklim tipe-A dengan sifat yang sangat
basah. Tabel 11-5 memperlihatkan suhu udara rata-rata di Kab. Bombana
selama 2004-2013. Terlihat bahwa suhu udara rata-rata maksimum terjadi
pada bulan Oktober dan November, sedangkan suhu udara rata-rata
minimum terjadi pada bulan September.
Tabel II.4 Profil curah hujan di Kabupaten Bombana dari tahun 2004-2013
28
Tabel II.5 Profil temperatur udara rata-rata di Kabupaten Bombana
29
c. Tanah
Kondisi tanah pada daerah tersebut tergolong lunak, akibatnya
sering terjadi bencana longsong di daerah sekitar tambang. Untuk
mengetahui kualitas tanah di lokasi rencana pembangunan pabrik
pengolahan dan pemurnian mineral emas PT. TERANCAM SUKSES,
maka dilakukan pemgambilan sampel tanah untuk selanjutnya
dianalisis di laboratorium. Parameter kualitas tanah meliputi sifat
permeabilitas dan tekstur tanah. Permeabilitas memiliki kaitan
yang erat dengan kemampuan air melewati tanah, sedangkan
tekstur tanah diperlukan untuk melihat komposisi debu dalam
tanah. Data kualitas tanah disekitar wilayah studi disajikan pada
Tabel II.6
Tabel II.6 Parameter kualitas tanah di daerah studi
d. Kualitas Air
Kualitas air dalam daerah tersebut menurun akibat adanya aktivitas
penambangan karena jenis endapan yang terdapat pada wilayah
Bombana adalah endapan plaser yaitu mengikuti arah aliran sungai.
Dalam studi ini, pengukuran kualltas air dilakukan dengan mengambil
sampel air yang berada di sekitar lokasi rencana pembangunan pabrik
pengolahan dan pemurnian mineral emas PT. TERANCAM SUKSES.
Adapun sampel air yang diambil adalah air sumur dangkal/sumur gali
(ABR-A1) pada koordinat kordinat S: 04 06' 01,5" ; E: 122 13' 09,1",
air sumur bor (ABR-A2) pada koordinat 5: 04 05' 58,7" ; E: 1220 13'
12,1", dan air permukaan (ABR-A3) pada koordinat S: 04 06' 00,8" ; E:
122 13' 10,6". Sampel air kemudian diukur untuk mengetahui
30
kualitasnya masing-masing, sebagaimana diperlihatkan pada Tabel II.7
dan Tabel II.8
Tabel II.7 Parameter kualitas air sumur dangkal dan sumur bor di
wilayah studi
31
115 Tahun 2003, seperti pada Tabel 11-8. Berdasarkan hasil analisis
indeks pencemaran air (IP) menunjukan bahwa lP kualitas air sumur
dangkal dan sumur bor berkisar 9,010-9,088, dengan kesimpulan
tercemar ringan pada parameter TDS, sehingga kualitasnya dinilai baik
(Skala 4).
32
Tabel II.9 Analisis indeks pencemaran air sumur dangkal dan
sumur bor
33
Hasil analisis laboratorium, kualitas air permukaan di sekitar
lek:asi pembanqunan pabri~ pencelahan emas menujukkan bahwa
kcnsentrasi semua parameter masih dibawah baku mutu yang
disyaratkan oleh PP. No. 82 Tahun 2001 Tentang PengelolaanKualitas Air
dan Pengendalia Pence~aranAir. Berdasarkanhasil anal~sis(Tabel II-14)
indeks pencemaran (IP) air permukaa1 menunjukan bahwa IP kualitas air
permukaan sebesar 1,88 dengan tercemar ringan pada parameter Total
Fospat.t:ialini dinilai baik (skala 4).
Tabel II.10 Analisis Indeks Pencemaran air permukaan
34
e. Kebisingan
1. Kondisi Biologi
35
cara yaitu secara fisiognomy dan komposisi fforistik. Cara fisiognomy
berdasarkan penampakan luar suatu vegetasi dengan memanfaatkan ciri-ciri
utama seperti tinggi vegetasi, struktur, dan life- form atau bentuk
pertumbuhan, sedangkan cara komposisi floristik mempelajari komposisi
(susunan) dan struktur vegetasi yang disajikan secara kuantitatif dengan
parameter kerapatan, frekuensi dan penutupan tajuk ataupun luas bidang
dasar (Arief, 1994).
Sesuai hasll pengamatan lapangan, kawasan rencana pembangunan
pabrik pengofahan dan pemurnian mineral emas PT. TERANCAM SUKSES
sebagian merupakan kawasan hutan yang terdiri dari vegetasi asH dan hutan
campuran tanaman budidaya.
1. Demonstrasi
2. Kesempatan Kerja
3. Pendapatan Masyarakat
36
Batas proyek adalah ruang/daerah yang direncanakan untuk
melaksanakan kegiatan pengolahan dan pemurnian bijih emas PT.
TERANCAM SUKSES di desa Rahadopi Kecamatan Kabaena
Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara seluas 166,81 Km2 .
b. Batas Ekologis
Batas ekologis kegiatan pengolahan dan pemurnian bijih emas
PT. TERANCAM SUKSES di desa Rahadopi Kecamatan Kabaena
yang dimaksud adalah lokasi-lokasi yang diperkirakan mengalami
perubahan mendasar serta daerah yang berada di sekitar pabrik yang
memiliki perubahan seperti penurunan kualitas air , penurunan
kualitas udara maupun dari tingkat kebisingan.
c. Batas Sosial
Batas sosial yang ditentukan pada tahapan kegiatan
pengolahan dan pemurnian bijih emas ini yaitu berdasarkan atas
penyebaran dampak penting yang berpengaruh pada masyarakat yang
berada pada lokasi tersebut , baik dari segi sosial ekonomi maupun
dari segi sosial budaya serta pada kesehatan masyarakat akibat adanya
kegiatan ini.
d. Batas Administratif
Batas administratif yang dimaksud yaitu tempat masyarakat
dapat secara leluasa melakukan kegiatan sosial, ekonomi dan sosial
budaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
akan berpengaruh dengan adanya kegiatan ini. Secara administratif
kegiatan pengolahan dan pemurnian emas PT. TERANCAM SUKSES
berada pada desa Rahadopi Kecamatan Kabaena Kabupaten Bombana
Provinsi Sulawesi Tenggara.
3.2 Jangka Waktu Kajian
Batas waktu kajian pada studi ANDAL ini adalah 15 tahun selama
berlangsungnya kegiatan proyek mulai dari tahap pra konstruksi sampai tahap
pasca operasi kegiatan pengolahan dan pemurnian bijih emas PT.
TERANCAM SUKSES.
37
BAB III
METODE STUDI
3.1 Metode pengumpulan dan analisis data
Penyusunan dokumen AMDAL atas rencana kegiatan pabrik
pengolahan dan pemurnian mineral emas oleh PT. TERANCAM SUKSES
dilakukan berdasarkan pertimbangan dan kajian khusus berdasarkan hasil
pemikiran anggota Tim penyusun sesuai bidang keahlian masing-masing
ataupun melalui diskusi dengan berbagai pihak terkait. Pertimbangan dan
kajian ini di tunjang oleh hasil analisis data-data yang telah dikumpulkan,
yang secara umum terdiri dari 2 (dua) jenis data, yaitu : Data primer ,
merupakan data utama dalam kajian AMDAL yang diperoleh melalui hasil
survei ataupun hasil pengamatan dan pengukuran langsung (sampling) di
lapangan. Selain itu, data primur juga diperoleh dengan menghimpun
informasi faktual dan wawancara dengan masyarakat yang diperkirakan
terkena dampak, khusus di masyarakat di desa Rahadopi kecamatan Kabaena
kabupaten Bombana. Data sekunder, merupakan data yang dihimpun dari
hasil-hasil penelitian maupun hasil kajian yang di relevan dengan rencana
pembangunan pabrik pengolahan dan peemunian emas, studi analogi dari
kegiatan pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian mineral emas di
daerah lain, kajian pustaka, maupun informasi dari instansi/dinas terkait
lainnya.
3.1.1 Komponen Geo Fisik-Kimia
A. Kualitas udara
1. Pengumpulan Data
Parameter kualitas udara yang diukur adalah konsentrasi gas NO2,
SO2, dan CO serta partikel debu. Metode pengukuran kualitas udara mengacu
kepada peraturan pemerintah No 41 Tahun 1999. Setiap titik pengukuran
dicatat posisi koordinatnya dengan alat GPS. Metode pengumpulan dan
analisis data ditunjukan pada tabel III-1.
38
Tabel III-1. Parameter dan metode pengukuran kualitas udara
No Parameter Metode SNI
1 Nitrogen dioksida Griess saltzman SNI 19-7119.2-2005
(NO2)
2 Total debu/ partikel gravimetri SNI 19-7119.3-2005
3 Timbal (Pb) Destruksi basah SNI 19-7119.4-2005
4 Sulfur dioksida (SO2) pararosanilin SNI 19-7119.7-2005
5 Karbon monoksida pararosanilin SNI 19-7119.10-
(CO) 2005
2. Analisis data
Hasil pengukuran kualitas udara ambient kemudian di analisis di
laboratorium dengan metode-metode seperti yang di sajikan. Pada tabel III-5.
Hasil analisis dari laboratorium dibandingkan dengan standar kualitas udara
ambient yang tercantum dalam peraturan pemerintah No. 41/1999. Indeks
kualitas udara (Air quality index, AQI) dihitung berdasarkan metode indian
air quality index (INDAQI) menggunakan persamaan :
1
= [ ( log )]
4
=1
dimana Cis adalah kosentrasi gas terukur dan Ci adalah standar kualitas udara
untuk kawasan tertentu.
C. Kebisingan
1. Pengumpulan Data
39
Tingkat kebisingan diukur menggunakan soundmeter setiap 5 detik
selama 10 menit, dengan mengacu pada keputusan menteri negara lingkungan
hidup No. KEP-48/MENLH/11/1996. Setiap titik pengukuran di catat posisi
koordinat nya dengan alat GPS.
2. Analisis Data
Hasil pengukuran kebisingan dianalisis menggunakan rumus yang
tercantum dalam keputusan menteri negara lingkungan hidup No. KEP-
48/MENLH/11/1996.
Tingkat tekanan bunyi sinabung setara dalam waktu 10 menit.
120
1
, (10 ) = 10 10 [ 10 ( )]
120 10
=1
Dimana Laeq, T adalah tingkat tekanan bunyi sinambung setara dalam waktu
10 menit dan LpAi adalah tingkat tekanan bunyi sesaat rata-rata dalam
interval 5 detik. tingkat kebisingan siang hari
4
1
() = (16) = 10 log 10 [ . 10 ( )]
16 10
=1
Dimana ti adalah selang waktu pengukuran, Li adalah Leq pada selang waktu
tertentu (Li diambil pada jam 07.00 mewakili jam 06.00-09.00, L2 diambil
pada jam 10.00 mewakili jam 09.00-14.00, L3 diambil pada jam 15.00
mewakili jam 14.00-17.00, dan L4 diambil pada jam 20.00 mewakili jam
17.00-22.00). hasil yang diperoleh dibandikan dengan nilai baku mutu
lingkungan seperti diperihatkan pada tabel III-2, dan skala kualitas tingkat
kebisingan ditentukan berdasarkan tabel III-5.
Tabel III.2 Standar tingkat kebisingan
Tingkat Kebisingan
No. Areal kegiatan
dB(A)
1 Perumahan dan penampungan 55
2 Perdagangan dan jasa 70
40
3 Industri 70
Kawasan kegiatan untuk sekolah dan tempat
4 55
ibadah
Sumber : KEP-48/MENLH/11/1996
41
adalah koefisien aliran permukaan, I adalah intensitas curah hujan (mm/jam),
dan A adalah catchment area (m2). Koefisien aliran permukaan (C) di
definisikan sebagai nisbah antara puncak aliran permukaan terhadap
intensitas bunyi. Harga C ditentukan dengan metode hassing dalam wismarini
(2011) seperti yang disajikan pada tabel III-4. Intensitas hujan adalah tinggi
atau kedalaman air hujan persatuan waktu. Sifat umum hujan adalah makin
singkat hujan langsung intensitasnya cenderung makin tinggi dan makin besar
periode ulangnya makin tinggi pula intensitasnya. Intensitas hujan dapat
dihitung sengan rumus Mononobe (wismarini, 2011)
24 24
I= ( )
24
42
Hasil analisis air akan dibandingkan dengan baku mutu seperti yang
tercantum dalam peraturan pemerintahan No. 82 tahun 2001 tentang
pengolahan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Selanjutnya indeks
pencemaran air (pollution index) dihitung berdasarkan kepmen-LH nomor
115 tahun 2003 (tabel III-9).
43
keragaman shannon-winner. SDR dihitung dengan rumus
(kusmana,1997) :
+
SDR = 2
44
stratifikasi pada jenis pekerjaan dan peluang terkena dampak akibat kegiatan
pengolahan dan pemurnian emas oleh PT. TERANCAM SUKSES. Penentuan
sampel responden pada setiap jenis pekerjaan dilakukan secara proporsional dari
jumlah kepala keluarga yang bekerja pada sektor kegiatan tersebut. Selain penentuan
sampel responden masyarakat, maka uantuk melihat keterwakilan lokasi
kemungkinan terjadinya dampak, maka dilakukan pengambilan sampel desa yang
berada disekitar loaksi kegiatan, dengan pertimbangan :
(a) jarak dan letak desa dari lokasi kegiatan,
(b) keterwakilan lokasi kecamatan/desa,
(c) potensi terkena dampak positif dan dampak negatif.
Data Sekunder bersumber dari laporan hasil penelitian yang di peroleh
melalui studi pustaka pada beberapa instansi terkait di Kabupaten Bombana yang
berhubungan dengan kegiatan studi AMDAL, antara lain data dari Biro Pusat
Statistik (BPS), Pemda, Bappeda, serta dinas terkait lainnya. Adapun rincian jenis
data, metode sampling dalam pengumpulan data, dan teknik analisis untuk masing-
masing parameter pada komponen social diuraikan di bawah ini.
A. Demografi penduduk
1. Pengumpulan data
Data demografi penduduk meliputi data sekunder dan data primer. Data
sekunder diperoleh melalui data statistik di Kabupaten Bombana serta
monografi Kecamatan Kabaena. Sedang data primer di peroleh melalui
wawancara dan pengamatan langsung di lapangan. Parameter aspek
kependudukan yang diteliti meliputi struktur, pertumbuhan penduduk, dan
tenaga kerja.
2. Analisis Data
Data demografi yang bersifat kuantitatif dianalisis secara statistik, sedangkan
yang bersifat kualitatif dilakukan berdasarkan analisis isi (content analysis).
Analisis kuantitatif dilakukan menggunakan persamaan :
Kepadatan penduduk (Kp)
Jumlah penduduk (jiwa)
Kp = x 100%
Luas wilayah (km2)
45
Pertumbuhan Penduduk (Pt)
Pt = P0 (1+r)t
Dimana P0 adalah jumlah penduduk tahun ke-0/awal perhitungan (jiwa), t
pertumbuhan penduduk setiap tahun selama t tahun(%).
Sex Ratio:
jumlah penduduk lakilaki(jiwa)
Sex ratio = x 100%
Jumlah penduduk perempuan (jiwa)
B. Sosial Ekonomi
1. Pengumpulan Data
Data social ekonomi yang di butuhkan adalah data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh melaluia wawancara langsung dengan masyarakat
46
sekitar lokasi kegiatan tentang kegiatan-kegiatan ekonomi yang di lakukan,
sedang data sekunder berlangsung yang meliputi data monografi (desa dan
kecamatan) dan data statistik dari instansi terkait.
Adapun parameter aspek sosial ekonomi yang diteliti meliputi:
Kondisi ekonomi rumah tangga: sumber mata pencaharian, tingkat
pendapatan, kesempatan kerja, dan peluang berusaha.
Ekonomi sumber daya alam: pola penggunaan dan pemilihan lahan serta
sumber daya alam milik umum (sumber daya yang digunakan/dilindungi
oleh masyarakat di sekitar lokasi kegiatan).
2. Analisis Data
Analisi data social ekonomi di lakukan dengan metode deduksi untuk melihat
kecenderungan perilaku masyarakat setelah ada kegiatan, seperti kegiatan
penduduk seperti adanya proyek, jenis peluang berusaha yang telah di
lakukan di sekitar lokasi proyek, perilaku dalam membelanjakan pendapatan,
dan sebagainya.
Pendapatan yang di peroleh rata-rata penduduk atau kepala keluarga di
sekitar lokasi studi, sebelum dan setelah pelaksanaan di tentukan melalui:
ITP = (TR)TP (TC)TP dan IDP = (TR)DP (TC)DP
Dimana ITP adalah tingkat pendapatan keluarga sebelum ada proyek
(income), (TR)Tp adalah total penerimaan keluarga sebelum adanya
proyek (total revenue), (TC)TP adalah total pengeluaran sebelum adanya
proyek (total cost), IDP adalah tingkat pendapatan keluarga setelah adanya
proyek (income), (TR)DP adalah total penerimaan keluarga setelah adanya
proyek (total revenue), dan (TC)DP adalah total pengeluaran setelah
adanya proyek (total cost). Dampak proyek terhadap pendapatan
masyarakat dapat diketahui dengan menentukan selisih pendapatan
masyarakat sebelum dan setelah adanya proyek :
I = IDP ITP
Peningkatan kesempatan kerja (KK) dianalisis mengunakan pendekatan
sebelum dan sesudah adanya proyek :
(KK)TP = (%PUK)TP (KTK)TP dan (KK)DP = (%PUK)DP (KTK)DP
47
Dimana (KK)TP adalah kesempatan kerja tanpa adnya proyek, (%PUK)TP
adalah persentase penduduk usia kerja tanpa ada proyek, (KTK)TP adalah
kebutuhan tenaga kerja tanpa proyek, (KK)DP adalah kesempatan kerja
adanya proyek, (%PUK)DP adalah persentase penduduk usia kerja dengan
adanya proyek dan (KTK)DP adalah kebutuhan tenaga kerja dengan
adanya proyek. Prakiraan dampak proyek terhadap kesempatan kerja
ditentukan melalui :
KK = (KK)DP (KK)TP
Prakiraan dampak proyek terhadap peluang berusaha dapat ditentukan
melalui :
PU = (PU)DP (PU)TP
Dimana PU adalah kesempatan usaha, (PU)DP adalah jumlah unit usaha
masyarakat yang berkembang setelah ada proyek, dan (PU) TP adalah
jumlah unit usaha masyarakat sebelum ada proyek.
Skala kualitas sosial ekonomi ditentukan berdasrakan tabel III-7
Skala Kualitas/Kriteria
Parameter
Lingkungan Sangat Sangat Baik
Buruk (2) Sedang (3) Baik (4)
Buruk (1) (5)
Standar
Tingkat kebutuhan Setara Setara
pendapatan hidup dengan 0,5 dengan 1- >1,5 kali >2 kali
(Penghasila minimum kali 1,5 kali KHM/UMR KHM/UMR
n) o,5 kali KHM/UMR KHM/UMR
KHM/UMR
Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat
Kesempatan
Penggangura penganggura penganggura penganggura pengangguran
kerja
n >75% n 55-75% n 30-55% n 10-30% <10%
Tenaga kerja Tenaga kerja Tenaga kerja Tenaga kerja
Tenaga kerja
lokal yang lokal yang lokal yang lokal yang
Kesempatan lokal yang
terserap terserap terserap terserap
kerja lokal terserap lebih
kurang dari antara 5%- antara 11%- antara 21%-
dari 30%
5% 10% 20% 30%
Sumber: Fandeli, 1995
C. Sosial Budaya
1. Pengumpulan data
48
Data social budaya yang di butuhkan adalah data primer dan data sekunder.
Data primer di peroleh melalui wawancara langsung dengan masyarakat
sekitar lokasi kegiatan tentang kegiatan-kegiatan social budaya yang di
lakukan, sedang data sekunder berlangsung yang meliputi data monografi
(desa, kecamatan dan kabupaten) dan data statistic dari instansi terkait.
Adapun parameter aspek social budaya yang diteliti meliputi:
Kebudayaan: adat istiadat serta nilai dan norma budaya
Proses sosial dalam masyarakat: proses asosiatif (kerja sama), proses
diasosiatif (konflik social), akulturasi, asimilase, intergrase, dan kohesi
social.
Pranata social kelembagan masyarakat: hak ulayat, pendidikan, agama,
dan keluarga.
Pelapisan social: pendidikan, ekonomi dan pekerjaan
3.1.4 Komponen Kesehatan Masyarakat
A. Sanitasi Lingkungan
1. Pengumpulan data
Untuk menganalisis sanitasi lingkungan, data diperoleh melalui wawancara
dan pengamatan langsung di lapangan. Adapun parameter kondisi sanitasi
lingkungan yang diteliti meliputi: cakupan sarana air bersih, cakupan
jamban keluarga, cakupan sarana pembuangan air limbah, cakupan
pembuangan sampah, dan cakupan rumah sehat.
2. Analisis data
Cakupan sarana air bersih (SAB) masyarakat dihitung dengan
mencermati banyaknya keluarga yang telah memiliki akses terhadap air
bersih. Rumus yang dapat digunakan adalah:
jumlah KK yang memiliki akses SAB
Cakupan SAB = x 100%
jumlah seluruh KK di kawasan te rsebut
Cakupan jamban keluarga (JAGA) dihitung dengan mencermati
banyaknya keluarga yang telah memiliki akses terhadap JAGA. Rumus
yang dapat digunakan adalah:
49
jumlah KK yang memiliki akses JAGA
Cakupan JAGA = x 100%
jumlah seluruh KK di kawasan te rsebut
Cakupan sarana pembuangan air limbah (SPAL) dihitung dengan
mencermati banyaknya keluarga yang telah memiliki akses terhadap
SPAL. Rumus yang dapat digunakan adalah:
jumlah KK yang memiliki akses SPAL
Cakupan SPAL = x 100%
jumlah seluruh KK di kawasan te rsebut
Cakupan pembuangan sampah rumah tangga (SPS) dihitung dengan
mencermati banyaknya keluarga yang telah memiliki akses terhadap
SPS. Rumus yang dapat digunakan adalah:
jumlah KK yang memiliki akses SPS
Cakupan SPS = x 100%
jumlah seluruh KK di kawasan te rsebut
Cakupan rumah sehat (RS) dihitung dengan mencermati rasio rumah
yang telah memenuhi syarat kesehatan. Rumus yang dapat digunakan
adalah:
jumlah rumah yang memenuhi syarat RS
Cakupan RS = x100%
jumlah seluruh rumah di kawasan te rsebut
Tingkat Kesehatan masyarakat menggambarkan rasio pengunjung unit
pelayanan kesehatan dan banyaknya tenaga kesehatan. Rumus yang
digunakan adalah:
R = (UM) x 100%
Dimana R adalah tingkat pelayanan kesehatan, U adalah jumlah
penduduk dilayani/pengunjung, dan M adalah jumlah kesehatan di
instansi tersebut.
B. Potensi terjadinya penyakit
1. Pengumpulan data
Sumber data dalam mempraktikkan dampak terjadinya penyakit diperoleh
dari data sekunder. Dilakukan pengukuran angka kesakitan dan angka
kematian oleh penyebab tertentu di masyarakat. Hal ini dapat dilakukan
dengan mengerjakan analisis epidemiologi atas laporan yang ada di institusi
pelayanan kesehatan (Puskesmas maupun Dinas Kesehatan setempat).
50
2. Analisis data
Data angka kesakitan dan angka kematian dari hasil analisis epidemiologi
atas laporan yang ada di institusi pelayanan kesehatan selanjutnya dianalisis
secara deskriptif. Hasil analisis ditentukan skala lingkungannya berdasarkan
kriteria dalam table III-15.
51
(1) Penurunan kualitas udara dapat diprakirakan dengan model Gaussian-Plume
ataupun dengan menggunakan software SCREEN3.
(2) Peningkatan kebisingan dapat diprakirakan dengan pemodelan matematis
menggunakan rumusan sebagaimana tertulis diatas.
(3) Aliran permukaan dapat diprakirakan dengan pemodelan matematis
menggunakan rumusan sebagaimana tertulis di atas, baik pada kondisi
sekarang (rona awal), saat tahap konstruksi, maupun saat tahap operasi.
(4) Peningkatan sedimentasi dapat diprakirakan dengan menentukan laju
sedimentasi melalui pemodelan matematis, baik pada kondisi sekarang (rona
awal), saat tahap konstruksi, maupun saat tahap operasi.
(5) Penurunan kualitas air di perkirakan dengan secara matematis berdasarkan
hasil analisis laju sedimentasi, baik pada kondisi sekarang ( rona awal ), saat
tahap konstruksi, maupun saat tahap oprasi.
(6) Penurunan indeks keragaman flora di perkirakan berdasarkan hitungan
matematis dari data rona awal.
(7) Gangguan biota perairan dapat di perkirakan berdasarkan perubahan indeks
keragaman biota perairan melalui kajian khusus oleh tim ahli.
(8) Aspek social, ekonomi, dan budaya dapat di prakirakan menggunakan cara
pendekatan analogi, penilaian ahli, serta pendekatan statistic diferensial dan
probabilitas.
(9) Aspek kesehatan masyarakat dapat diprakirakan berdasarkan kajian khusus
oleh tim ahli maupun melalui pendekatan statistic diferensial dan probabilitas.
52
1 0 Sangat kecil
2 1 Kecil
3 2 Sedang
4 3 Besar
5 4 Sangat Besar
Untuk mengetahui sifat penting atau tidak penting dampak, maka dilakukan
prakiraan tingkat kepentingan dampak dengan mengacu pada PP No. 27 tahun 2012.
Tingkat kepentingan dampak dilakukan untuk setiap dampak hipotetis dengan
mengacu pada kriteria penentu dampak penting sebagai berikut :
53
1. Jumlah manusia yang terkena dampak, apabila manusia di wilayah studi
yang terkena dampak lingkungan tapi tidak menikmati manfaat dari usaa
atau kegiatan di wilayah studi.
2. Luas wilayah persebaran dampak, apabila rencana suatu kegiatan
mengakibatkan adanya wilayah yang mengalami perubahan dasar dari
segi intensitas dampak, atau tidak berbaliknya dampak atau segi
kumulatif dampak.
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, apabila :
a) Rencana usaha atau kegiatan akan menyebabkan perubahan pada sifat-
sifat fisik dari hayati lingkungan yang melampaui baku mutu
lingkungan menurut perundang-undangan yang berlaku.
b) Rencana usaha atau kegiayan akan menyebabkan perubahan medasar
pada komponen lingkungan yang melampaui kritera baku mutu.
c) Rencana usaha atau kegiatan akan mengakibatkan spesies-spesies
langka dan atau endemic, dan atau dilindungi menurut undang-undang
yang berlaku terancam punah, atau habitat aslinya mengalami
kerusakan.
d) Rencana usaha atau kegiatan akan merusak atau memusnahkan benda-
benda bangunan sejarah bernilai tinggi.
e) Rencana usaha atau kegiatan akan mengakibatkan konflik atau
kontroversi dengan masyarakat, pemerintah daerah atau pemerintah
pusat, dan atau menimbulkan konflik atau kontroversi dikalangan
masyarakat, pemerintah daerah, dan pemerintah pusat.
f) Rencana usaha atau kegiatan akan mengubah atau memodifikasi areal
yang mempunyai nilai keindahan alami yang tinggi.
Banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak, apabila rencana
usaha/dan atau kegiatan menimbulkan dampak sekunder dan dampak lanjutan
lainnya yang jumlah komponennya lebih atau sama dengan komponen
lingkungan yang terkena dampak primer.
Sifat kumulatif dampak, pada :
54
a) Dampak lingkungan berulang kali dan terus menerus sehingga pada kurun
waktu tertentu tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau social
menerimanya.
b) Beragam dampak lingkungan tertumpuk dalam satu ruang tertentu sehingga
tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau social yang menerimanya.
c) Dampak lingkungan dari berbagai sumber kegiatan menimbulkan efek saling
memperkuat (sinergi).
Berbalik atau berbaliknya dampak, bila perubahan yang akan dialami oleh suatu
komponen lingkungan tidak dapat dipulihkan kembali walau dengan intervensi
manusia.
55
5. Jika besar prakiraan dampak < 2 dan jumblah P < 3, maka prakiraan dampak
adalah tidak penting
Melalui kajian holistik terhadap rencana kegiatan ini akan dapat di peroleh dua
informasi penting yang selanjutnya di gunakan sebagai :
56