Anda di halaman 1dari 93

Rencana Penambangan Nikel Seluas ±1.

209 Ha
Di Kecamatan Petasia Kabupaten Morowali

Dipersiapkan untuk / Prepared for :


PT. Bintang Fajar Global
Jl. Kayu Agung I No. 1 Kawasan Andalas III Bukit Baruga Makassar, Telp. (0411) 493062

Dipersiapkan oleh / Prepared by :

PKMK-PALU
DAFTAR ISI

PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


Jl. Kayu Agung I No. 1 Kawasan Andalas III Bukit Baruga Makassar;
Telp. (0411) 493062; Email : bintangfajarglobal@yahoo.com
Daftar Isi

D AFTAR I SI

LEMBAR PENGESAHAN i
SURAT PERNYATAAN ii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii

BAB I PENDAHULUAN I-1


1.1 Latar Belakang I-1
1.2 Maksud dan Tujuan RKL I-3
1.3 Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Bagi Perusahaan I-4
1.4 Kegunaan RKL I-5
1.5 Lokasi Pengelolaam Lingkungan Hidup I-6
1.6 Waktu Pengelolaan Lingkungan Hidup I-7
1.7 Dampak Penting Yang Dikelola I-7

BAB II PENDEKATAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN II-1


2.1 Pendekatan Teknologi II-1
2.2 Pendekatan Sosial Ekonomi dan Budaya II-3
2.3 Pendekatan Institusional (Kelembagaan) II-6

BAB III RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN III-1


3.1 Tahap Pra Konstruksi III-1
3.2 Tahap Konstruksi III-5
3.3 Tahap Operasi Produksi III-25
3.4 Tahap Pasca Operasi III-48

DAFTAR PUSTAKA DP-1


LAMPIRAN LAMPIRAN LL-1

DOKUMEN RKL–PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH v
DAFTAR TABEL

PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


Jl. Kayu Agung I No. 1 Kawasan Andalas III Bukit Baruga Makassar;
Telp. (0411) 493062; Email : bintangfajarglobal@yahoo.com
Daftar Tabel dan Gambar

D AFTAR T ABEL

Tabel Halaman
Uraian
3.1 Konsentrasi Gas Buang (μg/m3) yang dihasilkan III-5
Pembakaran 1000 liter Solar pada Siang Hari.
3.2 Hasil Pengukuran Kualitas Udara Di Tapak Rencana III-5
Penambangan Bijih Nikel PT. BINTANG FAJAR GLOBAL
3.3 Baku Mutu Lingkungan (BML) Kualitas Udara III-6
3.4 Matriks Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) III-53
Kegiatan Penambangan Bijih Nikel di Kec. Petasia Kab.
Morowali

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH vi
DAFTAR GAMBAR

PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


Jl. Kayu Agung I No. 1 Kawasan Andalas III Bukit Baruga Makassar;
Telp. (0411) 493062; Email : bintangfajarglobal@yahoo.com
Daftar Tabel dan Gambar

D AFTAR G AMBAR

Gambar Halaman
Uraian
2.1 Diagram Alir Penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan II-2
Tambang PT. BINTANG FAJAR GLOBAL
3.1 Skema Bentuk Teras Kebun dan Guludan III-10
3.2 Lahan Bekas Tambang diurug dan direvegetasi/dihutankan III-15
kembali
3.3 Prosedur Pengelolaan Penambangan Pasca Operasi Produksi dan III-34
Kegiatan Reklamasi Lahan Bekas Tambang sesuai Permen ESDM
No. 18/2008
3.4 Denah dan Potongan Settling Pond III-35
3.5 Lokasi Rencana Pengelolaan Limbah Tambang III-36
PT. BINTANG FAJAR GLOBAL
3.6 Bak Pengelolaan Limbah Bertingkat PT. BINTANG FAJAR III-37
GLOBAL
3.7 Contoh implementasi pengolahan limbah dengan metode kolam III-38
pengendapan (settling pond)
3.8 Penanganan drainase lahan bekas tambang III-49

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH vii
BAB 1
PENDAHULUAN

PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


Jl. Kayu Agung I No. 1 Kawasan Andalas III Bukit Baruga Makassar;
Telp. (0411) 493062; Email : bintangfajarglobal@yahoo.com
Bab 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Perusahaan PT. BINTANG FAJAR GLOBAL selaku Pemrakarsa kegiatan


berencana melakukan kegiatan penambangan dan pengolahan Bijih Nikel di Wilayah
Blok Tambang Ganda-Ganda, sesuai Surat Keputusan Bupati Morowali Nomor
540.2/SK.007/DESDM/III/2009 tertanggal 16 Maret 2009 tentang Pemberian Izin
Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi Bijih Nikel DMP seluas ± 1.209 ha kepada CV.
JANNATUL FIRDAUS yang kemudian mengalami peningkatan status dan perubahan
nama menjadi PT. BINTANG FAJAR GLOBAL di Kecamatan Petasia Kabupaten
Morowali Provinsi Sulawesi Tengah, dan berdasarkan Revisi RTRW Kabupaten
Morowali tahun 2012-2032 memiliki Areal Kerja Tambang (IUP) yang keseluruhan
areal/lokasi IUP Eksplorasi PT. BINTANG FAJAR GLOBAL terletak pada kawasan
peruntukan khusus pertambangan (tambang nikel) yang memiliki potensi bahan galian
tambang terutama Bijih Nikel, dominan atau sebagian besar arealnya berada di Kawasan
Hutan Lindung (HL; 1.184,86 Ha; 98,00%) dan sebagian lagi merupakan merupakan Kawasan
Hutan Produksi Terbatas (HPT; 1,38 Ha; 0,12%) serta hanya sebagian kecil berada di Areal
Penggunaan Lain (APL; 22.76 Ha; 1.88%) sehingga diperlukan Persetujuan Izin Pinjam
Pakai Kawasan Hutan dari Menteri Kehutanan, atau mengajukan Usulan Perubahan
Fungsi Kawasan Hutan melalui Revisi RTRW Kabupaten Morowali berikutnya.
Kegiatan tersebut berdasarkan hasil survey dan pemetaan yang dilakukan oleh pihak
pemrakarsa pada tahun 2011-2012. Di dalam rencana penambangan, kegiatan yang
akan dilakukan dalam areal kerja tambang (IUP) secara garis besarnya adalah:

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
I-1
Bab 1

1. Pembangunan Base Camp, Workshop di Desa Ganda-Ganda untuk mendukung


kegiatan konstruksi dan operasi produksi penambangan;
2. Pembangunan jalan tambang sepanjang 7,5-15 Km yang menghubungkan jalan
produksi dengan jalan hauling yang akan digunakan untuk pengangkutan Bijih
Nikel ke stockpile di pelabuhan.
3. Pembangunan Stationary Grizzly dan Jaw Crusher pada lahan seluas ±20 Ha.
Kapasitas jaw crusher direncanakan adalah 50 ton/jam dengan bukaan 20 cm;
4. Pembangunan Temporary Jetty/Dermaga Tongkang Rampdoor; akan
dibangun satu unit terletak di pesisir pantai Desa Tamainusi (Dusun Towi),
berjarak ±1,20 km dari jalan raya poros Kolonedale-Soyo Jaya;
5. Pembangunan stock yard pelabuhan (Stock File) dibangun seluas ±4,0 Ha.,
untuk menyimpan bijih nikel 150.000 wet metric ton. Letaknya di pantai
sebelah Utara dari Lokasi Blok Tambang yaitu di sekitar pesisir pantai Desa
Tamainusi, jaraknya 6 – 7,5 km dari stock yard transito.
6. Pembangunan Stock yard transito di atas lahan seluas ±3,5 Ha, untuk
menampung tumpukan Bijih Nikel;
7. Pembangunan, Pemasangan dan Pengoperasian fasilitas produksi dan
prasarana penunjangnya di tapak kegiatan.

Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU-PPLH), Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012
tentang Izin Lingkungan serta Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 05
Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL), maka kegiatan
penambangan dan pengolahan Bijih Nikel PT. BINTANG FAJAR GLOBAL pada areal
seluas ±1.209 Ha (sesuai SK Bupati Morowali tentang Pemberian Izin Usaha
Pertambangan/IUP Eksplorasi Penambangan Nikel DMP, Nomor 540.2/SK.007/
DESDM/III/2009 tertanggal 16 Maret 2009) termasuk dalam kategori kegiatan yang
wajib AMDAL, karena berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan
berupa perubahan lingkungan Fisik-Kimia, Lingkungan Biologi dan lingkungan Sosial,
Ekonomi dan Budaya serta Kesehatan Masyarakat, baik dampak negatif maupun
positif. Agar segenap dampak negatif penting yang diprakirakan terjadi dapat dicegah

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
I-2
Bab 1

atau ditanggulangi, dan dampak positif penting yang terjadi dapat terus dikelola dan
dikembangkan, maka perlu dirancang berbagai instrument upaya pengelolaan
lingkungan yang cermat dan seksama dalam bentuk dokumen Rencana Pengelolaan
Lingkungan (RKL).

Penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) ini mengacu


kepada pedoman yang tercantum pada Lampiran III Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 08 Tahun 2006 tertanggal 30 Agustus 2006, tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL).

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN RKL

Maksud dan Tujuan Penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup


(RKL) adalah untuk:

a. Merumuskan upaya kebijakan pengendalian dampak lingkungan, baik


berupa tindakan pencegahan maupun tindakan penanggulangan terhadap
segenap dampak negatif yang mungkin terjadi, serta berbagai upaya
pengembangan terhadap dampak positif yang akan terjadi, melalui
pendekatan teknologi, sosial ekonomi budaya dan kelembagaan.
b. Merumuskan tugas dan wewenang pihak-pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan, pengawasan, pembinaan teknis serta pelaporan, sehingga
upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan menjadi efektif dan efisien.
c. Merumuskan arahan untuk penyusunan dokumen Rencana Pemantauan
Lingkungan Hidup (RPL) yang akan memberikan informasi umpan balik
mengenai keberhasilan dan keefektifan dari kegiatan pengelolaan
lingkungan yang akan dilaksanakan.
d. Memberikan pertimbangan ekonomi lingkungan sebagai dasar untuk
memberikan kompensasi atas sumberdaya tidak dapat pulih, hilang atau
rusak, akibat kegiatan Penambangan dan Pengolahan Bijih Nikel di
Kabupaten Morowali.

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
I-3
Bab 1

1.3. KEBIJAKAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN BAGI PERUSAHAAN

Berbagai kebijakan pengelolaan lingkungan di tingkat nasional maupun daerah


disadari sepenuhnya oleh Perusahaan PT. BINTANG FAJAR GLOBAL perlu
dimasukkan sebagai pertimbangan dan komitmen perusahaan dalam menjalankan
aktivitas Penambangan dan Pengolahan Bijih Nikel yang diprakirakan akan
menimbulkan dampak negatif penting maupun positif penting bagi lingkungannya.
Dalam hal ini, segenap dampak yang diprakirakan terjadi tersebut perlu dikelola dan
dipantau secara cermat dan seksama agar semua dampak negatif dapat dicegah dan
ditanggulangi agar tidak merusak/menurunkan kualitas lingkungan. Sebaliknya,
semua dampak positif yang akan terjadi dapat dikembangkan secara optimal sehingga
pemanfaatan sumber daya alam tersebut dapat secara bijaksana dan berorientasi
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Upaya pengelolaan lingkungan tersebut mempunyai sasaran sebagai berikut:

a. Memelihara keseimbangan dan kestabilan lingkungan


b. Mencegah dan memperkecil pencemaran lingkungan yaitu pencemaran
udara, air dan tanah di tapak proyek dan sekitarnya.
c. Menciptakan lingkungan yang baik, asri dan nyaman

Dalam rangka mewujudkan sasaran tersebut, PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


sebagai perusahaan yang menyadari peranan dan tanggung jawabnya dalam
Pembangunan Nasional dan daerah yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan
(sustainable) mempunyai komitmen yang tinggi untuk:

a. Mematuhi semua peraturan di bidang perlindungan dan pengelolaan


lingkungan hidup baik di tingkat Nasional maupun daerah setempat.
b. Terus menerus melakukan perbaikan di dalam melaksanakan kegiatannya
dengan mengacu pada dokumen ANDAL, RKL dan RPL.
c. Selalu berpegang pada prinsip kerjasama yang saling menguntungkan
dengan masyarakat setempat dalam pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan di wilayah tersebut.

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
I-4
Bab 1

d. Mengelola kegiatan penambangan dan pengolahan Bijih Nikel serta fasilitas


penunjang lainnya dan komitmennya terhadap masyarakat sekitar lingkar
tambang dalam rangka menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan dan
kehidupan masyarakat sekitarnya.

Sebagai implementasi dari komitmen tersebut, PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


dalam struktur organisasinya akan membentuk divisi Safety Health & Environment
yang bertanggung jawab dalam penetapan berbagai kebijakan operasional serta
mengkoordinir berbagai program pengelolaan lingkungan hidup yang akan
diterapkan oleh perusahaan.

1.4. KEGUNAAN RKL

a. Bagi Pemrakarsa
 Merupakan panduan dalam melaksanakan pengelolaan lingkungan
hidup pada setiap proses tahapan kegiatan (tahap Pra-Konstruksi,
Konstruksi, Operasi dan Pasca Operasi) yang dilakukan agar semua
komponen dampak negatif yang diprakirakan terjadi dapat diminimalkan
atau ditiadakan. Sebaliknya, semua komponen dampak positif yang
diprakirakan terjadi akan terus dapat dikembangkan.
 Sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan dan
pemantauan lingkungan hidup, sehingga operasionalisasi Penambangan
dan Pengolahan Bijih Nikel dapat dilaksanakan dengan bijaksana dan
ramah lingkungan;
 Sebagai bukti ketaatan dan kepedulian pemrakarsa/perusahaan terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
 Sebagai arahan untuk menetapkan kompensasi atas sumberdaya alam
yang rusak, hilang atau berubah fungsi akibat kegiatan Penambangan
dan Pengolahan Bijih Nikel;

b. Bagi Masyarakat
 Merupakan sumber informasi dan panduan untuk melakukan
pengawasan publik. Selain itu, masyarakat juga dapat memanfaatkan

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
I-5
Bab 1

dampak positif yang ditimbulkan dari kegiatan ini serta menghindari


dampak negatif yang mungkin terjadi;
 Dapat dijadikan bahan masukan untuk berperanserta aktif dalam
mengawasi pengelolaan dan pemantauan lingkungan di sekitar lokasi
kegiatan penambangan yang dilakukan oleh pihak pengelola perusahaan;
 Merupakan salah satu bentuk kontrol sosial untuk memberikan kepastian
bahwa Penambangan dan Pengolahan Bijih Nikel tidak merugikan
masyarakat tetapi justru menguntungkan bagi masyarakat;
 Sebagai bahan pertimbangan bagi penduduk yang bermukim di sekitar
lokasi kegiatan Penambangan dan Pengolahan Bijih Nikel di wilayah
Kecamatan Petasia, untuk dapat berpartisipasi aktif dalam mencegah dan
menanggulangi dampak lingkungan dan dalam pelaksanakan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.

c. Bagi Pemerintah
 Merupakan sumber informasi dan panduan dalam melaksanakan
kewajibannya sebagai pembina dan pengawas pembangunan, sehingga
pembangunan yang dilakukan senantiasa mengacu kepada prinsip (asas)
pembangunan yang berkelanjutan (sustainability development) dan
berwawasan lingkungan.
 Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan
hidup bagi kegiatan Penambangan dan Pengolahan Bijih Nikel;
 Menjadi bahan acuan dalam pelaksanaan pengawasan dan pembinaan
terutama dalam pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup terhadap
kegiatan Penambangan dan Pengolahan Bijih Nikel;

1.5. LOKASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Lokasi pengelolaan lingkungan hidup bagi kegiatan Penambangan dan


Pengolahan Bijih Nikel terletak di Kecamatan Petasia, Kabupaten Morowali dengan
luas areal sekitar ±1.209 Ha, termasuk lahan untuk pembangunan sarana dan
prasarana penunjang, lokasi pembangunan unit pengolahan Bijih Nikel serta stock pile.

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
I-6
Bab 1

1.6. WAKTU PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Waktu pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup disesuaikan dengan jadwal


kegiatan dan tahapan pekerjaan yang akan dilaksanakan yaitu pada tahap Pra-
Konstruksi, tahap Konstruksi, tahap Operasi (Pasca-konstruksi), dan tahap Pasca-
Operasi.

1.7. DAMPAK PENTING YANG DIKELOLA

Berdasarkan hasil Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) yang


diuraikan dalam dokumen ANDAL, maka pengelolaan lingkungan hidup akan
dilakukan terhadap dampak yang tergolong penting baik yang bersifat Negatif
Penting (-P) maupun Positif penting (+P) yang akan timbul dari berbagai kegiatan
pada setiap tahapan pelaksanaan kegiatan penambangan dan pengolahan Bijih Nikel.
Pelaksanaan pengelolaan akan dilakukan secara berkesinambungan dan konsisten
berdasarkan jenis dan sifat dampak besar dan penting yang akan timbul.

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
I-7
BAB 2
PENDEKATAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN

PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


Jl. Kayu Agung I No. 1 Kawasan Andalas III Bukit Baruga Makassar;
Telp. (0411) 493062; Email : bintangfajarglobal@yahoo.com
Bab 2

PENDEKATAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN

Berbagai upaya pengendalian dampak penting, baik untuk pencegahan dan


penanggulangan dampak negatif maupun untuk pengembangan dampak positif
penting yang ditimbulkan oleh kegiatan penambangan dan pengolahan Bijih Nikel
seluas ±1.209 Ha oleh PT. BINTANG FAJAR GLOBAL (PT. BFG) di wilayah tambang
Blok Ganda-Ganda Kecamatan Petasia Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi
Tengah, dengan menggunakan 3 (tiga) pendekatan dalam pengelolaan lingkungan
yaitu pendekatan teknologi, pendekatan sosial ekonomi dan budaya serta pendekatan
institusional (kelembagaan). Hal ini sesuai dengan sifat dampak itu sendiri yang tidak
hanya ditimbulkan langsung oleh kegiatan proyek, tetapi juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor di luar kegiatan proyek, sehingga pendekatan yang digunakan dalam
pengelolaan, evaluasi dan pengawasan lingkungan harus dilakukan secara terpadu
antar instansi, badan atau lembaga yang terkait.

Agar pengelolaan yang direncanakan menjadi lebih terarah, maka perlu dibuat
arahan mekanisme pengelolaan dalam bagan alir, seperti yang disajikan pada Gambar
2.1.

2.1 PENDEKATAN TEKNOLOGI

Pendekatan teknologi sebagai salah satu altematif pengelolaan lingkungan


hidup merupakan suatu pendekatan yang menggunakan cara atau teknologi untuk
mengelola dampak penting. Lingkup teknologi yang dipertimbangkan adalah

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
II-1
Bab 2

teknologi yang tersedia baik yang sudah diketahui dan digunakan maupun yang
didatangkan dari luar dan siap pakai serta bersifat ramah lingkungan, sehingga tidak
perlu mempengaruhi jadwal pelaksanaan kegiatan Penambangan dan Pengolahan
Bijih Nikel, seperti yang diuraikan berikut ini:

Gambar 2.1. Diagram Alir Penyusunan Rencana Pengelolaan


Lingkungan Tambang Bijih Nikel PT. BINTANG FAJAR
GLOBAL.

a. Beberapa teknologi yang tersedia di bidang pertambangan saat ini untuk


berbagai upaya penanganan dampak penting, yang telah dilengkapi dengan
Standard Operation Procedur (SOP), meliputi:

1) Teknologi pengelolaan limbah cair dan limbah padat.


2) Teknologi penanganan komponen B3 dan limbah B3.
3) Teknologi dan sistem penanggulangan tanggap darurat operasi.
4) Teknologi reklamasi dan penutupan tambang, dan pembongkaran fasilitas
produksi dan fasilitas penunjangnya.

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
II-2
Bab 2

b. Penurunan kualitas udara (oleh emisi kendaraan pada kegiatan penyiapan


lahan, mobilisasi alat dan material, dan kegiatan penggalian/penambangan)
yaitu dengan melakukan penyiraman serta pemakaian kendaraan yang sudah
lulus uji emisi sebagai langkah pendekatan teknologi untuk mengeliminir
kemungkinan penurunan kualitas udara;
c. Keselamatan kerja (oleh mobilisasi alat, pengangkutan material, kegiatan
penambangan, dan volume lalu-lintas kapal laut) yaitu dengan menggunakan
peralatan keselamatan kerja dan keselamatan pelayaran (navigasi) dengan
melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait.
d. Bahaya kebakaran, yaitu pelatihan dan penyusunan SOP untuk kondisi
darurat.

2.2 PENDEKATAN SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA

Pendekatan sosial ekonomi dan budaya merupakan penanganan dampak


dengan mempertimbnagkan sepenuhnya kondisi sosial ekonomi masyarakat
setempaat dan tidak bertentangan dengan budaya yang ada, sehingga dapat diterima
dan didukung oleh semua pihak dalam masyarakat. Dalam hal ini pendekatan sosial
ekonomi digunakan untuk membangun persepsi positif masyarakat terhadap kegiatan
penambangan dan pengolahan bijih nikel PT. BINTANG FAJAR GLOBAL

Adapun bentuk kerja sama yang dapat dilakukan dan upaya-upaya


pengelolaan lingkungan yang dilakukan berdasarkan pada pendekatan sosial ekonomi
dan budaya, adalah:

1. Memberikan informasi secara terbuka dan kesempatan seluas-luasnya sesuai


dengan kualifikasi yang dibutuhkan kepada masyarakat lokal untuk bekerja
pada proyek penambangan dan pengolahan bijih nikel serta pembangunan
Fasilitas Penunjangnya;

2. Memberikan prioritas kesempatan kerja kepada tenaga kerja lokal. Untuk dapat
meningkatkan kesempatan kerja kepada masyarakat sekitar, maka pemrakarsa
perlu memberikan prioritas kesempatan kerja kepada tenaga kerja lokal sesuai
dengan ketrampilan masyarakat dan kebutuhan tenaga kerja proyek;

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
II-3
Bab 2

3. Permohonan bantuan kepada pemerintah daearah dalam hal keringanan bea


masuk bagi sarana dan prasarana IPAL;

4. Permintaan bantuan kepada pemerintah daerah untuk turut menanggulangi


dampak negatif penting terhadap lingkungan sebagai akibat dari limbah yang
dihasilkan oleh perusahaan dan masyarakat sekitar, terutama pada kondisi
darurat;

5. Penciptaan peluang berusaha bagi masyarakat lokal seperti membuka usaha


toko/kios, warung dan usaha - usaha lainnnya untuk memenuhi kebutuhan
logistik operasional perusahaan, kebutuhan sehari-hari para pekerja dan
sebagainya;

6. Membantu pemberdayaan masyarakat setempat sebagai bagian dari program


pengembangan dan pemberdayaan masyarakat (Community Development/CSR)
PT. BINTANG FAJAR GLOBAL seperti bantuan sarana dan prasarana ibadah,
pendidikan, kesehatan (promotif dan preventif), pelayanan air bersih, pelatihan–
pelatihan keterampilan, pelatihan keterampilan kepemudaan, pendidikan
kejuruan, pertanian, usaha ekonomi masyarakat lokal dan sebagainya.

Dalam kegiatan penambangan dan pengolahan bijih Nikel, pengelolaan


lingkungan yang termasuk dalam cultural environmental dilakukan dalam bentuk
sebagi berikut:

a. Bersifat Monumental :

Yang bersifat monumental tersebut adalah sifatnya lebih kepada hal yang
berkaitan dengan keberadaan sarana dan prasarana umum, khususnya
sarana dan prasarana umum yang berada di dalam dan di sekitar kegiatan
operasional perusahaan. Perusahaan sangat peduli terhadap hal tersebut
mengingat bahwa hal tersebut menyangkut kepentingan banyak pihak.
Wujud dari pemberian bantuan yang bersifat monumental tersebut antara
lain meliputi:

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
II-4
Bab 2

 Perbaikan jalan dan/atau jembatan;


 Perbaikan sarana dan prasarana ibadah;
 Perbaikan sekolah dan madrasah;
 Pengadaan air bersih;
 Pembangunan MCK; dan lain-lain.

b. Bersifat Insidental

Yang bersifat insidental ini umumnya adalah dalam bentuk respons


perusahaan terhadap suatu kegiatan yang sifatnya mendadak, dimana untuk
penganggarannya tidak selalu direncanakan terlebih dahulu dalam rencana
kerja perusahaan. Respons tersebut dilakukan baik yang sifatnya diminta
atau tidak diminta, dengan terlebih dahulu melakukan kajian-kajian yang
sifatnya responsif. Wujud pemberian bantuan yang bersifat insidental
tersebut antara lain meliputi bantuan-bantuan/sumbangan untuk :

 Kepemudaan dan olah raga;


 Kegiatan ritual religi/acara keagamaan;
 Kegiatan pada hari-hari besar nasional;
 Kegiatan ulang tahun instansi lembaga pemerintah;
 Akibat bencana alam; dan lain-lain.

c. Bersifat Pemberdayaan Masyarakat

Pemberian bantuan ini bersifat memberikan pembekalan dan penguatan


kepada masyarakat artinya lebih kepada pemberdayaan (inovasi, motivasi,
dll.) masyarakat (social Empowerment) untuk bekal dihari esok, dengan
harapan kehidupan dan perekonomian masyarakat dapat sustainable/
berkelanjutan. Wujud bantuan tersebut meliputi:

 Pemberian modal usaha dengan pinjaman lunak (dengan bunga rendah)


melalui Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL);
 Peningkatan keahlian melalui pendidikan/pelatihan kejuruan seperti
perbengkelan, otomotif, pertukangan, peternakan dan pertanian;

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
II-5
Bab 2

 Peningkatan mental spiritual melalui pembinaan dan pengembangan


keagamaan;
 Memberikan kesempatan untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang
dilakukan oleh perusahaan (menjadi rekanan; mitra kerja; dll.).
 Melibatkan masyarakat setempat sesuai bidang keahliannya untuk
menjadi tenaga kerja sesuai dengan jenis pekerjaan;
 Pengorganisasian sistem kepedulian lingkungan dan lain-lain.

d. Bersifat Program Anak Asuh

Program ini merupakan kepedulian perusahaan terhadap peserta didik yang


berprestasi dalam rangka ikut mencerdaskan kehidupan bangsa dan
bernegara di Republik ini. Para peserta didik tersebut meliputi peserta didik
dari tingkat sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama dan maupun
sekolah lanjutan tingkat atas, bahkan untuk peserta didik yang berprestasi
program anak asuh dapat sampai ke jenjang perguruan tinggi.

e. Lain-lain

Pemberian bantuan lainnya adalah bantuan yang tidak termasuk ke dalam


jenis bantuan seperti di atas. Wujud bantuan tersebut antara lain pemberian
pengobatan massal secara cuma-cuma, sunatan massal, pemberian pinjaman
peralatan berat, peningkatan kesehatan ibu dan anak dengan
memberdayakan Posyandu, Pustu yang ada dan lainnya. Juga dalam bentuk
pelibatan masyarakat dalam kegiatan syukuran, ulang tahun, dan kegiatan
perusahaan yang sifatnya public relations.

2.3 PENDEKATAN INSTITUSIONAL (KELEMBAGAAN)

Pendekatan institusional sebagai salah satu alternatif pengelolaan lingkungan


hidup merupakan suatu pendekatan yang melibatkan institusi kelembagaan dalam
pengelolaan lingkungan. Dalam penyusunan rencana pengelolaan lingkungan hidup
kegiatan Penambangan dan Pengolahan Bijih Nikel PT. BINTANG FAJAR GLOBAL di

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
II-6
Bab 2

Kecamatan Petasia Kabupaten Morowali, pendekatan tersebut digunakan dengan


mempertimbangkan fungsi pelayanan kelembagaan formal dan informal. Karenanya,
berbagai penanganan dampak melalui pendekatan institusional/ kelembagaan
mencakup :

1. Kerjasama dalam pengamanan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup;

2. Kerjasama dalam menanggulangi kecelakaan dan keadaan darurat akibat


komponen Bahan-Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), khususnya di
lingkungan perairan;

3. Kerjasama dalam pengawasan atas kinerja pemrakarsa dan pihak-pihak terkait


dalam pengelolaan lingkungan hidup oleh lembaga yang berwenang;

4. Pelaporan hasil pengelolaan lingkungan hidup secara berkala kepada lembaga


Negara Pembina Teknis, Pemerintah Daerah dan lembaga-lembaga terkait
lainnya dengan kegiatan penambangan dan pengolahan bijih Nikel ini, dengan
tujuan memperoleh masukan yang bermanfaat bagi perbaikan atau
peningkatan kinerja pemrakarsa/perusahaan PT. BINTANG FAJAR GLOBAL
dalam pengelolaan lingkungan hidup yang arif, bijak dan ramah lingkungan.

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
II-7
BAB 3
RENCANA PENGELOLAAN
LINGKUNGAN

PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


Jl. Kayu Agung I No. 1 Kawasan Andalas III Bukit Baruga Makassar;
Telp. (0411) 493062; Email : bintangfajarglobal@yahoo.com
Bab 3

RENCANA PENGELOLAAN
LINGKUNGAN

Rencana pengelolaan lingkungan hidup yang akan diimplementasikan oleh


Perusahaan PT. BINTANG FAJAR GLOBAL (PT. BFG) disusun berdasarkan pada
bentuk kegiatan yang menjadi sumber dampak pada setiap komponen/parameter
lingkungan yang diprakirakan terkena dampak penting oleh kegiatan Penambangan
dan Pengolahan Bijih Nikel. Hal ini sesuai dengan hasil studi ANDAL, dimana
pengelolaan akan difokuskan kepada dampak yang bersifat penting, baik Positif
maupun Negatif.

Untuk memudahkan mencapai tujuan dalam pengelolaan lingkungan hidup


terhadap berbagai dampak penting, maka kajian rencana pengelolaan lingkungan
hidup ini meliputi: (1) Dampak penting dan sumber dampak penting, (2) Tolok ukur
dampak, (3) Tujuan rencana pengelolaan lingkungan hidup, (4) Pengelolaan
lingkungan hidup, (5) Lokasi pengelolaan lingkungan hidup, (6) Periode Pengelolaan
lingkungan hidup, dan (7) Institusi pengelolaan lingkungan hidup.

Berdasarkan pada evaluasi dampak penting yang telah dilakukan, maka


dampak penting yang timbul dari berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan adalah
sebagai berikut:

3.1 TAHAP PRA-KONSTRUKSI

1. Persepsi Masyarakat

1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting

Kegiatan pra-konstruksi yang diperkirakan menimbulkan dampak


terhadap persepsi masyarakat adalah semua kegiatan pada tahap pra-

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-1
Bab 3

konstruksi mulai dari kegiatan perijinan, sosialisasi dan konsultasi publik,


Rekruitmen tenaga kerja hingga pembebasan lahan. Persepsi masyarakat
terkait dengan aktivitas pra–konstruksi rencana penambangan dan
pengolahan Bijih Nikel berdasarkan hasil wawancara, diskusi dan
sosialisasi diperkirakan berimplikasi positif. Indikasi-indikasi yang
mendukung persepsi positif tersebut adalah:
 Pada tahap kegiatan perijinan, PT. BINTANG FAJAR GLOBAL telah
memperoleh dukungan dari pihak pemerintah daerah Kabupaten
Morowali berdasarkan Surat Keputusan Bupati Morowali Nomor
540.2/SK.007/DESDM/III/2009 tertanggal 16 Maret 2009 tentang
Pemberian/Persetujuan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi Bijih
Nikel seluas ±1.209 Ha di wilayah Kecamatan Petasia, Kabupaten
Morowali Provinsi Sulawesi Tengah kepada CV. JANNATUL FIRDAUS
yang kemudian mengalami peningkatan status dan perubahan nama
menjadi PT. BINTANG FAJAR GLOBAL.
 Berdasarkan hasil sosialisasi publik rencana penambangan dan
pengolahan Bijih Nikel PT. BINTANG FAJAR GLOBAL, pada
prinsipnya Pemerintah Kecamatan, Pemerintah Desa, tokoh adat, tokoh
masyarakat dan masyarakat umum mendukung sepenuhnya rencana
kegiatan penambangan dan pengolahan bijih nikel di wilayah Blok
Tambang Torete Kecamatan Petasia. Selain itu berdasarkan hasil fokus
group diskusi (FGD) dengan pemangku kepentingan (stakeholders) dan
hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner di desa-desa sampel,
masyarakat merespons positif rencana penambangan dan pengolahan
bijih nikel tersebut, karena keberadaan kegiatan tersebut nantinya akan
lebih banyak membawa dampak positif khususnya untuk meningkatkan
perekonomian masyarakat lokal.
 Lahan rencana lokasi Penambangan dan Pengolahan Bijih Nikel PT.
BINTANG FAJAR GLOBAL tersebut sebagian besar adalah lahan milik
Negara yang dikelola masyarakat dan sebagian lagi merupakan lahan
milik masyarakat, dengan luas keseluruhan ±1.209 Ha. Terhadap lahan
milik atau yang dikelola masyarakat, walaupun secara keseluruhan

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-2
Bab 3

belum terjadi pembebasan lahan (sewa lahan), akan tetapi sudah terjadi
proses pengadaan lahan oleh pihak pemrakarsa sebagai lokasi kegiatan
penambangan dan pengolahan bijih nikel. Masyarakat setuju untuk
diadakan pembebasan lahan baik dengan sistem sewa maupun dengan
sistem ganti rugi. Terhadap lahan milik masyarakat direncanakan
dilakukan proses pembebasan lahan sesuai dengan peraturan yang
berlaku dan kesepakatan dengan para pihak pemilik lahan dan tanam
tumbuh yang dimediasi oleh pemerintah setempat. Persepsi positif akan
timbul bila masyarakat merasa puas dengan proses maupun nilai sewa
dan gani rugi lahan yang mereka peroleh. Sebaliknya, persepsi negatif
akan timbul, bila dalam proses sewa dan gani rugi lahan tidak
dilakukan melalui musyawarah dan mufakat dan tidak adanya titik
temu besaran nilai/harga tersebut.

2) Tolok Ukur Dampak


Tolok ukur persepsi masyarakat adalah jumlah atau persentase warga
masyarakat dan pemilik lahan yang memberikan dukungan terhadap
rencana kegiatan penambangan dan pengolahan Bijih Nikel.

3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup


Pengelolaan lingkungan ini bertujuan untuk:
 Menghindari timbulnya sikap negatif terhadap rencana Penambangan
dan Pengolahan Bijih Nikel secara keseluruhan;
 Penguatan masyarakat (tingkat lokal dan individu) menuju masyarakat
yang mandiri sehingga terbentuk simpati dan dukungan sekaligus
meminimalisasi persepsi negatif yang timbul dalam masyarakat
berkaitan dengan permasalahan sosial yang muncul akibat berjalannya
kegiatan dan tahap pra konstruksi hingga tahap pasca operasi.

4) Pengelolaan Lingkungan Hidup


Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk menghindari dampak pada
tahap pra-konstruksi adalah:

Pencegahan:

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-3
Bab 3

 Sosialisasi dan konsultasi public tentang manfaat dan dampak yang


ditimbulkan oleh keberadaan kegiatan Penambangan dan Pengolahan
Bijih Nikel,
 Melakukan seleksi penerimaan tenaga kerja secara transparan dengan
kriteria penerimaan yang jelas;
 Memberikan prioritas penerimaan tenaga kerja kepada tenaga kerja
lokal sesuai kualifikasi dan skill yang dibutuhkan;
 Menerapkan standar upah sesuai standar upah minimum regional (UMR)
kabupaten;
 Mengupayakan proses penentuan harga lahan dibicarakan secara
langsung dengan masyarakat pemilik, penentuan harga tanah
peruntukkan industri (bukan harga tanah untuk fasilitas umum/fasilitas
social);
 Melakukan pembayaran sewa tanah dan tanam tumbuh masyarakat
secara langsung dan adil.

5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi pelaksanaan pengelolaan lingkungan dilakukan di 2 (dua) desa


lingkar tambang (Desa Ganda-Ganda dan Desa Bahoue Kec. Petasia) dan
sekitarnya. Pelaksanaan pengelolaan dilakukan secara kontinyu selama
kegiatan pra-konstruksi.

6) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Periode pengelolaan lingkungan adalah selama tahap Pra-konstruksi.

7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Pelaksana:
PT. BINTANG FAJAR GLOBAL
 Pengawas:
- Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Morowali;
- Badan Kesbang dan Linmas Kabupaten Morowali;
- Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Morowali.
- Camat Petasia dan Pemerintah Desa;

 Pelaporan Hasil:
- Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Morowali;
- Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Morowali.

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-4
Bab 3

3.2 TAHAP KONSTRUKSI

1. Penurunan Kualitas Udara dan Kebisingan

1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting

Akibat kegiatan pembukaan dan penyiapan lahan, pembukaan jalan


tambang dan pembangunan fasilitas penunjangnya, menyebabkan
peningkatan debu dan kebisingan di tapak kegiatan dan sekitarnya.
Kebisingan yang ditimbulkan oleh peralatan berat dan hilir mudiknya
kenderaan pengangkut material pada saat aktivitas berlangsung,
diperkirakan mencapai 60 dBA atau di atas baku mutu tingkat kebisingan
untuk perumahan dan permukiman sebesar 55 dBA (Rona awal 42,20 –
48,50 dBA). Berdasarkan penelitian (Rau dan Wotten, 1980) untuk setiap
pembakaran 1000 Liter bahan bakar kenderaan akan dihasilkan emisi 17 kg
SOx; 2,8 Kg NOx; 0,12 kg HidroCarbon (HC) dan 0,62 kg CO. Perkiraan
sebaran emisi gas buang pembakaran 1000 Liter bahan bakar solar pada
siang hari (kecepatan angin 1,7 m/sec) pada berbagai jarak dari sumber
kegiatan disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Konsentrasi Gas Buang (μg/m3) yang dihasilkan Pembakaran


1000 liter Solar pada Siang Hari.
Komponen Jarak Dari Sumber Pencemar
No
Gas Buang 200 m 400 m 600 m 1.000 m 2.000 m
1 CO 0,2 0,1 0,0 0,0 0,0
2 NOx 3,6 3,1 0,2 0,1 0,0
3 SOx 0,6 0,5 0,1 0,0 0,0
4 HC 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0
Sumber: Rau and Wolten, 1980.

Tabel 3.2. Hasil Pengukuran Kualitas Udara Di Tapak Rencana


Penambangan Bijih Nikel PT. BINTANG FAJAR GLOBAL
Permuki- *Standar Baku
Parameter Kualitas Rencana Pusat
Unit man Mutu
Udara Ambien Jetty Kegiatan
Penduduk (selama 1 jam)
Sulfur Dioksida (SO2) g/Nm3 42.15 24.23 21.30 900
Karbon Monooksida (CO) g/Nm3 54.21 56.64 65.40 30.000
Nitrogen Dioksida (NO2) g/Nm3 136.20 132.22 121.50 400
Oksidan (O3) g/Nm3 - - - 235
Timah Hitam (Pb) g/Nm3 0.00 0.00 0.00 1
Total Debu/Partikel (TSP) µg/Nm3 2.00 3.00 9.20 90
Kebisingan dBA 48,00 51.00 53.50 55 ; 70
Sumber : Data hasil analisis Laboratorium 2012
Keterangan : *Baku Mutu Udara Ambien Nasional berdasarkan PP No.41 Tahun 1999 (Lampiran);
*Baku Mutu Tingkat Kebisingan KEPMEN LH No.48/MENLH/II/1996 (Lampiran I).

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-5
Bab 3

Bila diasumsikan kegiatan mobilisasi peralatan dan penggunaan peralatan


konstruksi mengkonsumsi 1.000 liter solar per hari, maka dengan
menggunakan referensi di atas, hasil pengukuran kualitas udara di Tapak
kegiatan seperti disajikan pada Tabel 3.2.

2) Tolok Ukur Dampak


 Emisi gas yang tercantum pada Lampiran Kepmen LH No. 13 tahun
1995 tentang Baku Mutu Emisi untuk Sumber Tidak Bergerak,
 Emisi Gas Buang Kenderaan Bermotor Tipe baru & Kenderaan Bermotor
yg sedang diproduksi pada Lampiran Kepmen LH No. 141 tahun 2003.
 Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara.
 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48/MENLH/11/
1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan untuk daerah permukiman
(<55 dBA)

Tabel 3.3. Baku Mutu Lingkungan Kualitas Udara


No Parameter Satuan Baku Mutu1)
1 SO2 (Sulfur Dioksida) ppm 0,1
2 NOx (Nitrogen Dioksida) ppm 0,05
3 CO (Karbon Monoksida) ppm 20,0
4 O3 (Oksidan) ppm 0,10
5 H2S (Hidrogen Sulfida) ppm 0,03
6 NH3 (Amoniak) ppm 2
7 Pb (Timah Hitam) ppm 0,06
8 HC (Hidrokarbon) ppm 0,24
9 TSP (Debu) mg/m3 0,26
10 Kebisingan dBA 60
1) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat 1 Sulawesi Tengah No. KEP.
188.44/1443/Ro.BKLH 1990.

3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Meminimalkan dampak kualitas udara agar memenuhi baku mutu


udara ambien dan emisi gas buang, terutama parameter debu dan NOx.
 Meminimalkan kebisingan di permukiman terdekat paling tinggi 55
dBA.

4) Pengelolaan Lingkungan Hidup

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-6
Bab 3

Pengelolaan Kualitas Udara


Untuk mencegah penurunan kualitas udara (debu), langkah-langkah
pengelolaan lingkungan yang dapat ditempuh untuk meminimalisirnya
dengan cara:
 Menggunakan kenderaan pengangkut material dan peralatan yang telah
lulus uji emisi dan merawat kenderaan dan mesin–mesin secara teratur;
 Pemasangan rambu-rambu pembatas kecepatan pada jalan tanah dan
kawasan permukiman;
 Membatasi muatan sesuai batas tonase kenderaan;
 Mencegah ceceran bahan material selama pengangkutan;
 Pemrakarsa berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan, Komunikasi &
Informatika Kabupaten Morowali.

Pengelolaan Kebisingan
Upaya pengelolaan kebisingan ditujukan pada peralatan sumber bising,
yaitu :
 Mengatur jadual kegiatan mobilisasi alat dan bahan, sehingga
kebisingan tidak mengganggu penduduk sewaktu istrahat;
 Memasang rambu-rambu pembatas kecepatan kenderaan (max
kecepatan 40 km/jam);
 Merawat dengan teratur mesin-mesin peralatan sehingga akan
mengurangi suara bising yang ditimbulkan.

5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi pengelolaan lingkungan adalah pada tapak kegiatan penambangan


dan pengolahan bijih nikel, fasilitas penunjang dan rute jalan transportasi
peralatan dan material.

6) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Periode pengelolaan lingkungan adalah selama kegiatan konstruksi


berlangsung.

7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Pelaksana: PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


 Pengawas:
- Dinas Perhubungan, Komunikasi & Informatika Kab. Morowali.

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-7
Bab 3

- Dinas Kesehatan Kabupaten Morowali.


- Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Morowali

 Pelaporan Hasil:
- Dinas Perhubungan, Komunikasi & Informatika Kab. Morowali.
- Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Morowali.

2. Peningkatan Erosi dan Sedimentasi

1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting

Dampak penting erosi tanah terjadi karena peningkatan laju erosi yang
sangat signifikan pada pembukaan lahan/penyiapan lahan, pembuatan
jalan, pembuatan saluran drainase/penirisan & pembangunan fasilitas
penunjangnya pada tahap konstruksi, dan pada kegiatan Penambangan
tahap operasi produksi yakni erosi potensialnya berdasarkan Rona Awal
adalah 57,298 – 357,871 ton/ha/tahun, dan erosi aktualnya antara sebesar
5,157-35,787 ton/ha/tahun. Sedangkan erosi yang ditoleransi adalah 36,50
hingga 37,00 ton/ha/tahun.
Erosi menyebabkan kerusakan tanah berupa pengikisan lapisan atas tanah
(top soil) yang menyebabkan peningkatan sedimentasi pada badan
perairan, penurunan kualitas air, dan terganggunya biota perairan di
sekitar lokasi kegiatan. Oleh karena itu, maka harus dikelola dengan baik
agar tidak menimbulkan dampak yang ekstrim terhadap lingkungan.

2) Tolok Ukur Dampak

Tolok ukur dampaknya adalah endapan tanah hasil erosi di sekitar jalur
pembukaan lahan pada cekungan atau pelembahan serta tingkat
sedimentasi dan kekeruhan pada badan perairan (Sungai Tiu dan Sungai
Lambolo/Tapohulu pada DAS Laa, serta perairan laut di Teluk
Lambolo/Teluk Tomori), Jumlah material tanah yang masuk ke dalam
perairan sungai dalam bentuk kekeruhan dan jumlah padatan tersuspensi
(PP No. 32/2001), dan baku mutu kualitas air perairan berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air.

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-8
Bab 3

Tingkat gangguan biota perairan adalah Penurunan tingkat keragaman


jenis dan kelimpahan biota perairan (plankton, bentos, dan nekton/ikan).

3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup

Tujuan pengelolaan erosi dan sedimentasi adalah :


 Mencegah terangkutnya atau hanyutnya tanah/sedimen di sekitar blok
Penambangan dan Pengolahan bijih Nikel ke tempat yang lebih jauh
terlebih pada lokasi yang langsung menuju ke badan perairan seperti
Sungai Tiu dan Sungai Lambolo/Tapohulu pada DAS Laa, serta
perairan laut di Teluk Lambolo/Teluk Tomori sekitar lokasi kegiatan.
 Meminimumkan gangguan biota perairan agar terjadi pengayaan
habitat, meningkatkan indeks keanekaragaman hayati.

4) Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengelolaan yang harus dilakukan adalah :


Tindakan pengamanan tanah lapisan atas atau top soil pada suatu tempat
yang aman, kemudian dibuat parit di kanan-kiri blok Penambangan dan
Pengolahan Bijih Nikel atau membuat bak kontrol atau rorak dan drop
structure (small rip rap) pada saluran air di kanan kiri jalur jalan. Tindakan
selanjutnya yang harus dilakukan adalah:
 Meminimalkan pembukaan lahan sesuai dengan tahap peruntukannya
dan tidak menebang pohon secara berlebihan. Pembukaan lahan diatur
agar areal yang dibuka mengikuti arah kontour termasuk panjang
lereng dan kemiringan lereng perlu diperhatikan.
 Tidak membuka areal pada jarak minimum 100 m kiri-kanan Sungai
(Sungai Tiu dan Sungai Lambolo/Tapohulu). Dengan cara ini, maka
aliran permukaan dan erosi, laju sedimentasi, penurunan kualitas air,
gangguan kesehatan penduduk dan gangguan terhadap biota perairan
di sekitar lokasi kegiatan dapat diminimalisasi.

Setelah pembangunan sarana jalan dan bangunan penunjang lainnya pada


tahap konstruksi selesai dikerjakan, maka tindakan selanjutnya adalah
penanaman dengan tanaman penutup tanah semacam cover crop atau
tanaman perdu lainnya yang tidak mempunyai perakaran dalam (kurang
dari 50 cm) pada lahan yang masih terbuka serta tindakan sipil teknis

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-9
Bab 3

konservasi tanah dan air lainnya. Bangunan sipil teknis tersebut berupa
teras guludan serta bak kontrol atau rorak dan drop structure (small rip rap)
pada saluran air di kanan kiri jalur jalan (Gambar 3.1).
Menampung sedimen hasil erosi dengan cara membuat talud/rorak/bak
kontrol, sehingga akan mengurangi sedimen hasil erosi yang akan
mengalir ke badan perairan sungai dan perairan laut.

Gambar 3.1. Skema Bentuk Teras Kebun dan Guludan

5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi pengelolaan lingkungan hidup adalah pada lokasi rencana


pembukaan dan penyiapan lahan, pembukaan jalan tambang/hauling dan
fasilitas penunjang Penambangan dan tapak Pengolahan Bijih Nikel.

6) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Periode pengelolaan lingkungan adalah pada saat kegiatan pembukaan/


penyiapan lahan, pembuatan drainase, dan pembangunan fasilitas
penunjang penambangan dan tapak Pengolahan Bijih Nikel.

7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Pelaksana: PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


 Pengawas:
- Dinas PU Kabupaten Morowali.

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-10
Bab 3

- Dinas Kehutanan & Perkebunan Kabupaten Morowali


- Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Morowali.
- Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Morowali.
 Pelaporan Hasil:
- Dinas PU Kabupaten Morowali.
- Dinas Kehutanan & Perkebunan Kabupaten Morowali
- Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Morowali.
- Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Morowali.

3. Penurunan Kualitas Air

1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting


Berbagai pembangunan fasilitas penunjang kegiatan Penambangan dan
Pengolahan Bijih Nikel menimbulkan dampak penting terhadap
penurunan kualitas air perairan dan gangguan biota perairan. Sumber
dampak tersebut merupakan dampak turunan dari peningkatan erosi dan
sedimentasi yang berdampak pada kekeruhan air sungai dan perairan laut
berupa peningkatan residu tersuspensi–TDS yang berasal dari erosi. Debu
yang masuk ke badan perairan menyebabkan penurunan kualitas air,
peningkatan BOD, COD, kekeruhan, dan selanjutnya mengganggu
kehidupan biota perairan. Hal yang sama juga terjadi pada saat penggalian
untuk keperluan pembangunan fasilitas penunjang menyebabkan
peningkatan erosi dan sedimentasi, peningkatan aliran permukaan yang
membawa partikel halus sebagai sumber peningkatan kekeruhan
khususnya pada saat puncak musim hujan yang pada akhirnya
mengganggu kehidupan biota perairan.

2) Tolok Ukur Dampak

Tolok ukur dampak adalah baku mutu kualitas air perairan mengacu pada
keputusan Gubernur kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah No. KEP.
188.44/1443/RO.BKLH 1990 (golongan C: air yang dapat digunakan untuk
keperluan perikanan dan pertanian) dan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas air dan Pengendalian pencemaran air
(kelas III: air yang diperuntukkan pembudidayaana ikan air tawar, peternakan,
mengairi tanaman pertanian).

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-11
Bab 3

3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup

Tujuan pengelolaan lingkungan adalah meminimumkan dampak terhadap


penurunan kualitas air.

4) Pengelolaan Lingkungan Hidup

Rencana Pengelolaan lingkungan hidup yang dapat dilakukan adalah :


 Membuat saluran pembatas antara sungai dengan tapak proyek untuk
mencegah tanah tererosi masuk ke badan perairan;
 Meminimalkan sisa bahan material yang jatuh ke perairan (sungai dan
perairan laut) saat kegiatan dilaksanakan;
 Menempatkan sampah dan sisa material bahan bangunan pada tempat
yang aman agar tidak jatuh dan hanyut ke badan perairan.

5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup


Lokasi pengelolaan lingkungan hidup pada lokasi rencana pembangunan
fasilitas penunjang, terutama sekitar Sungai Tiu dan Sungai Lambolo/
Tapohulu, serta pesisir pantai sekitar perairan laut di Teluk Lambolo/Teluk
Tomori.

6) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup


Periode pengelolaan lingkungan pada tahap konstruksi yaitu pada saat
kegiatan dilaksanakan.

7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup


 Pelaksana: PT. BINTANG FAJAR GLOBAL
 Pengawas:
- Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Morowali.
- Dinas Kehutanan & Perkebunan Kabupaten Morowali
- Dinas Kesehatan Kabupaten Morowali.
- Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Morowali.
 Pelaporan Hasil:
- Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Morowali.
- Dinas Kehutanan & Perkebunan Kabupaten Morowali
- Dinas Kesehatan Kabupaten Morowali.
- Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Morowali.

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-12
Bab 3

4. Menurunnya Indeks Keanekaragaman Jenis Vegetasi/Flora

1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting


Penurunan indeks diversitas jenis dan komposisi vegetasi merupakan
dampak primer yang bersumber dari kegiatan tahap konstruksi
(pembukaan lahan, pembangunan sarana dan prasarana penambangan)
dan tahap operasi produksi (kegiatan penggalian/penambangan,
pembangunan instalasi Pengolahan Bijih Nikel) yaitu dari struktur vegetasi
hutan primer atau hutan sekunder, semak belukar dan alang-alang menjadi
areal penambangan serta fasilitas pendukung lainnya.
Perubahan lanscape penutupan lahan ini tidak dapat balik dan akan
berjalan dalam jangka waktu yang lama, kondisi ini akan mengurangi jenis
dan komposisi vegetasi dan mengakibatkan berpindahnya satwa ke
kawasan hutan yang ada di sekitar areal penambangan. Di lain pihak
dengan adanya penambangan tersebut akan terbentuk dataran bekas
penggalian yang yang gundul, kuantitas air sungai di sekitar lokasi
tambang dengan sendirinya akan berkurang karena prosesing kegiatan
penambangan tahap konstruksi tersebut memerlukan air dalam jumlah
yang besar.
Dengan dibukanya areal penambangan khususnya pada tahap awal
kegiatan, yaitu berupa kegiatan pembukaan lahan, maka secara langsung
akan merubah dan membuka penutupan lahan yang ada. Dengan adanya
perubahan penutupan lahan yang ada maka ekosistem yang ada berupa
kawasan hutan pun akan berubah menjadi kawasan pertambangan.

2) Tolok Ukur Dampak

Tolok ukur dampak hilangnya vegetasi dan berkurangnya indeks


keanekaragaman jenis vegetasi dan satwa adalah luas lahan yang dibuka,
jumlah dan jenis vegetasi yang ditebang, dengan demikian akan terjadi
perubahan fungsi ekologis dari ekosistem hutan pada tapak kegiatan.

3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup

Untuk mencegah terjadinya penurunan indeks keanekaragaman jenis


vegetasi di areal dan sekitar rencana penambangan dan pengolahan Bijih

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-13
Bab 3

Nikel atau meminimalisir terjadinya penurunan indeks keanekaragaman


jenis vegetasi.

4) Pengelolaan Lingkungan Hidup

Untuk memenuhi dan mencapai tujuan di atas maka rencana pengelolaan


lingkungan hidup yang akan dilakukan adalah :
Pendekatan teknologi dalam rangka pengelolaan dampak terganggunya
jenis dan komposisi vegetasi yang dilindungi meliputi :
• Membuka lahan sesuai dengan tata batas yang ditetapkan.
• Membuat papan pengumuman larangan menebang dan berburu hewan
liar di kawasan areal tambang.
• Hindari kegiatan konstruksi selama dalam tahap kritis.
• Mencegah hewan liar masuk ke dalam kolam pengendapan tailling;
• Meminimalisasi penggunaan pagar atau pembatas lainnya yang
menghalangi jalur migrasi/koridor satwa liar;
• Penyuluhan pada karyawan dan masyarakat tentang larangan
mengganggu vegetasi alami yang ada.
Penyuluhan dilakukan terhadap karyawan dan masyarakat yang tinggal
di sekitar lokasi penambangan. Materi yang disampaikan adalah
informasi tentang jenis-jenis vegetasi dan satwa liar yang dilindungi dan
harus tetap terjaga kelestarian dan keberadaannya. Disamping itu juga
disertai penjelasan mengenai sanksi-sanksi pelanggaran. Pelarangan ini
juga mencakup seluruh areal penambangan.
• Upaya memperbaiki dan mempertahankan jenis vegetasi, yaitu :
a) Untuk mencegah hilangnya/berkurangnya indeks keragaman jenis-
jenis vegetasi maka perlu dilakukan perubahan penataan areal
penambangan. Dalam penataan tambang tersebut areal yang
dicadangkan sebagai penyanggah seperti lereng >40% dan sempadan
di kiri kanan sungai (±100 m) serta areal tambang yang berbatasan
dengan areal kawasan Hutan Lindung perlu dibebaskan dari
penebangan (dipertahankan sebagai kawasan hutan konservasi atau
kawasan konservasi). Kawasan konservasi tersebut ditandai dengan
papan penunjuk dan peringatan.

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-14
Bab 3

b) Melakukan pemasangan tapal batas pada areal-areal yang tidak


dibebaskan dan menggambarkannya dalam peta kerja sebagai
panduan tenaga lapangan.
c) Melakukan penanaman (revegetasi) terhadap lahan yang telah
dibuka dengan jenis-jenis vegetasi yang dilindungi seperti Meranti,
Bayur, Matoa dan Kempas pada kawasan sempadan sungai dan areal
kosong di areal penyangga. Disamping itu juga dilakukan
penanaman tanaman produktif seperti durian, manggis, langsat,
cempedak dan nangka.
d) Melakukan reklamasi sesegera mungkin setiap selesai penambangan
pada sub blok tambang dan melakukan penghijauan pada tapak
proyek dengan jenis-jenis tanaman industri yaitu jabon/kalampayan
(Anthocephalus cadamba), Nyatoh (Palaquium sp.), Duren (Durio
zibethinus), Jati (Tectona grandis), Akasia Mangium (Acacia mangium),
Jambu mete, Sengon laut (Albizzia falcataria), dan Mahoni (Swietenia
mahagony), pohon angsana, cemara dan mahoni (Gambar 3.2).

Gambar 3.2. Lahan Bekas Tambang diurug dan direvegetasi/dihutankan


kembali

5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi pengelolaan lingkungan flora darat dan fauna yakni pada lahan
bekas tambang yang akan dihijaukan, melalui program reklamasi dan
penutupan tambang secara bertahap (Permen ESDM No. 18 tahun 2008)

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-15
Bab 3

6) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Periode pelaksanaan pengelolaan dilakukan selama tahap pra konstruksi,


tahap konstruksi dan dilanjutkan pada tahap operasional dan pasca
operasional.

7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Pelaksana: PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


 Pengawas:
- Dinas Kehutanan & Perkebunan Kabupaten Morowali.
- Dinas Pertanian, Peternakan & Keswan Kabupaten Morowali.
- Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Morowali.
- Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Morowali.
 Pelaporan Hasil:
- Dinas Kehutanan & Perkebunan Kabupaten Morowali.
- Dinas Pertanian, Peternakan & Keswan Kabupaten Morowali.
- Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Morowali.

5. Gangguan Terhadap Satwa Liar yang Dilindungi

1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting


Pembukaan lahan dan pematangan lahan (Land clearing) untuk kegiatan
konstruksi jalan tambang/hauling dan pembangunan fasilitas penunjang.

2) Tolok Ukur Dampak


Perubahan dan indeks keanekaragaman jenis dan kelimpahan satwa liar.

3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup


Mencegah penurunan indeks keanekaragaman jenis satwa liar.

4) Pengelolaan Lingkungan Hidup


Rencana pengelolaan lingkungan hidup yang dapat dilakukan meliputi:
• Mempertahankan habitat satwa liar di antaranya dengan meminimal-
kan pembukaan lahan sesuai tahapan kegiatan penambangan.
• Melakukan Back filling digging method, untuk mengurangi luas lahan
yang terkupas, serta proses reklamasi dapat segera di laksanakan pada
daerah yang telah selesai di tambang untuk di timbun kembali (back
filled areas), sebelum melakukan operasi tambang ke tahap/Blok

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-16
Bab 3

selanjutnya. Untuk dapat melakukan penimbunan pada daerah yang


telah selesai ditambang, digunakan metode yang sesuai dengan daerah
penyelidikan yaitu metode backfilling digging. Metode backfilling adalah
suatu metode penimbunan kembali material overburden di dalam lubang
bukaan bekas tambang dimana bahan galian tambang telah selesai di
ambil. Keuntungan menggunakan metode backfilling yaitu; dapat
mengurangi biaya pengangkutan overburden dan biaya reklamasi
tambang. Agar backfilling digging dapat berjalan dengan lancar, maka hal
yang perlu diperhatikan yaitu dengan menghitung volume material
tanah timbunan. Dengan berbagai pertimbangan di atas, pada periode
pasca tambang diharapkan lahan bekas penambangan masih memiliki
kemampuan mendukung usaha pemanfaatan selanjutnya atau paling
tidak kondisinya harus dikembalikan mendekati kondisi awal sebelum
penambangan dilakukan.
• Membuat papan pengumuman larangan berburu satwa liar.
• Penyuluhan pada karyawan dan masyarakat sekitar lokasi
penambangan tentang larangan mengganggu satwa liar.

5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup


Lokasi pengelolaan lingkungan meliputi pada seluruh areal tambang
terutama areal/kawasan hutan lindung dan hutan konservasi lainnya.

6) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup


Periode pengelolaan lingkungan dilakukan sekali selama kegiatan
pembukaan dan pematangan lahan.

7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup


 Pelaksana: PT. BINTANG FAJAR GLOBAL
 Pengawas:
- Dinas Pertanian, Peternakan & Keswan Kabupaten Morowali.
- Dinas Kehutanan & Perkebunan Kabupaten Morowali.
- Dinas Energi dan Sumber daya Mineral Kabupaten Morowali.
- Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Morowali.
 Pelaporan Hasil:
- Dinas Pertanian, Peternakan & Keswan Kabupaten Morowali.
- Dinas Kehutanan & Perkebunan Kabupaten Morowali
- Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Morowali.

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-17
Bab 3

6. Gangguan Biota Perairan

1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting


Kegiatan pembukaan dan penyiapan lahan, pembangunan fasilitas
penunjang yang berakibat penurunan jenis kelimpahan biota pada badan
perairan/sungai. Hal yang sama juga terjadi pada saat penggalian untuk
keperluan pembangunan fasilitas menyebabkan peningkatan erosi dan
sedimentasi, peningkatan aliran permukaan yang membawa partikel halus
sebagai sumber peningkatan kekeruhan khususnya pada saat puncak
musim hujan yang pada akhirnya mengganggu kehidupan biota perairan.

2) Tolok Ukur Dampak


Perubahan keanekaragaman jenis, kelimpahan biota air (plankton, benthos,
ikan) dan indeks diversitasnya.

3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup


Mencegah terjadinya penurunan keanekaragaman dan kelimpahan biota
perairan.

4) Pengelolaan Lingkungan Hidup


Rencana Pengelolaan lingkungan hidup yang dapat dilakukan adalah
• Melakukan analisis laboratorium secara seksama terhadap semua
buangan air (uji kualitas air) yang dapat mengganggu biota perairan;
• Tidak membuang air pengolahan limbah cair ke badan perairan;
• Membuat kolam fish control pond. Di dalam kolam ini dipelihara ikan.
Selama siklus hidup ikan-ikan tersebut dapat berkembang biak dengan
baik tanpa mengalami gangguan yang berarti terutama oleh pengaruh
limbah cair. Hal ini merupakan salah satu indikator untuk mengetahui
kualitas air limbah pengolahan hasil penyaringan, apakah berdampak
negatif terhadap lingkungan perairan atau tidak.

5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup


Lokasi pengelolaan lingkungan hidup pada lokasi rencana pembangunan
fasilitas penunjang, terutama sekitar Sungai Tiu dan Sungai Lambolo/
Tapohulu, serta pesisir pantai sekitar perairan laut di Teluk Lambolo/Teluk
Tomori yaitu sekitar lokasi kegiatan Jetty.

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-18
Bab 3

6) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup


Periode pengelolaan lingkungan pada tahap konstruksi yaitu pada saat
kegiatan dilaksanakan.

7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Pelaksana: PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


 Pengawas:
- Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Morowali.
- Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Morowali.
 Pelaporan Hasil:
- Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Morowali.
- Dinas Kesehatan Kabupaten Morowali
- Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Morowali.

7. Kesempatan Kerja dan Berusaha

1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting

Adanya kegiatan pembangunan fasilitas Penambangan dan Pengolahan


Bijih Nikel dan fasilitas sosial lainnya secara langsung maupun tidak
langsung akan berdampak pada terbukanya lapangan kerja serta peluang
berusaha. Pada tahap-tahap tersebut akan tercipta lapangan kerja baik
yang bersifat tetap/permanen maupun yang temporer yaitu sebagai tenaga
kerja maupun sebagai karyawan dalam lingkungan kegiatan Penambangan
dan Pengolahan Bijih Nikel PT. BINTANG FAJAR GLOBAL
Sumber dampak meningkatnya peluang kerja dan berusaha pada tahap
konstruksi adalah mobilisasi tenaga kerja sedangkan sumber dampak
kesempatan berusaha adalah pengangkutan material, pekerjaan konstruksi
termasuk pembukaan dan penyiapan lahan, serta pembangunan sarana
dan prasarana penunjang Penambangan dan Pengolahan Bijih Nikel.
Kegiatan-kegiatan ini dapat membuka lapangan kerja bagi penduduk lokal
dan pendatang sekaligus menjadi wadah kesempatan berusaha secara
insidentil maupun secara permanen.

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-19
Bab 3

2) Tolok Ukur Dampak

Sebagai tolok ukur dampak adalah jumlah dan jenis peluang kerja dan
berusaha yang dapat dimanfaatkan oleh penduduk sekitar rencana
Penambangan dan Pengolahan Bijih Nikel dan jumlah atau persentase
penggunaan jasa masyarakat setempat.

3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup

Tujuan pengelolaan lingkungan hidup adalah untuk lebih meningkatkan/


memperluas partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan peluang kerja
dan berusaha yang terjadi akibat adanya kegiatan pembangunan fasilitas
penunjang penambangan dan pengolahan Nikel di Kabupaten Morowali.

4) Pengelolaan Lingkungan Hidup

Usaha-usaha yang perlu dilakukan untuk pengelolaan dampak terhadap


kesempatan kerja dan berusaha selama kegiatan konstruksi adalah
meningkatkan kualitas SDM secara periodik melalui pendidikan dan
pelatihan (diklat) baik terhadap karyawan maupun masyarakat sekitarnya,
dalam bentuk:
Pelatihan masalah pekerjaan bagi karyawan; Bagi masyarakat berupa
kegiatan diversifikasi usaha pertanian maupun nelayan lokal;
Pelatihan penanganan hasil-hasil pertanian dan tangkapan nelayan;
Menggunakan sebanyak-banyaknya bahan dan material lokal yang
tersedia di sekitar proyek;
Memprioritaskan tenaga kerja lokal sesuai dengan kompetensinya
(kebutuhan dan spesifikasi tenaga kerja dalam pelaksanaan proyek);
Memberikan prioritas peluang berusaha kepada masyarakat setempat;
Memberikan peluang/kemudahan berusaha bagi sektor informal di
sekitar lokasi tapak kegiatan.

5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi pengelolaan sebaiknya diprioritaskan pada desa-desa yang berada


di sekitar rencana pembangunan fasilitas Penambangan dan Pengolahan
Bijih Nikel serta fasilitas sosial lainnya.

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-20
Bab 3

6) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup


Periode pelaksanaan pengelolaan dilakukan saat kegiatan mobilisasi
tenaga kerja sampai pelaksanaan tahap konstruksi dan dilanjutkan pada
tahap operasional dan pasca konstruksi.

7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup


 Pelaksana: PT. BINTANG FAJAR GLOBAL
 Pengawas:
- Dinas Sosial Naker & Transmigrasi Kabupaten Morowali.
- Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Morowali
- Camat Petasia dan Pemerintah Desa.

 Pelaporan Hasil:
- Dinas Sosial Naker & Transmigrasi Kabupaten Morowali.
- Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Morowali
- Camat Petasia dan Pemerintah Desa

8. Proses Sosial dan Persepsi Masyarakat

1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting

Semua dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan konstruksi akan bermuara


pada sikap dan persepsi masyarakat. Persepsi yang muncul bisa bersifat
positif dan juga bisa bersifat negatif. Kegiatan pembukaan dan penyiapan
lahan dapat menimbulkan persepsi positif, apabila kegiatan tersebut
banyak menyerap tenaga kerja setempat dan penanganan limbah kegiatan
penambangan tidak mengganggu lingkungan dan estetika di sekitarnya,
namun bisa terjadi persepsi negatif apabila kegiatan tersebut
menggunakan tenaga kerja dari luar daerah dan limbah penambangan dan
pengolahannya dibuang sembarangan karena tidak diolah secara baik dan
ramah lingkungan. Karena persebaran dampaknya cukup luas, maka
kegiatan tersebut diduga dapat mempengaruhi persepsi masyarakat.
Kegiatan mobilisasi dan demobilisasi alat/bahan juga bisa menimbulkan
disosiatif bila terjadi gangguan lalu lintas (kerusakan jalan dan kecelakaan
lalu lintas) akibat kegiatan mobilisasi yang berdampak lanjut pada
kebisingan dan penurunan kualitas udara yang mengganggu kenyamanan
masyarakat.

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-21
Bab 3

Pada tahap konstruksi jika tidak ada proses akomodasi yang akan
dilakukan oleh pihak proyek maka akan timbul konflik antara masyarakat
dengan pemerintah daerah. Dalam kondisi saat itu, hal-hal sekecil apapun
yang menyebabkan kerugian pada masyarakat setempat oleh pemrakarsa
dapat menjadi masalah besar karena bisa saja ditunggangi oleh pihak
ketiga.

2) Tolok Ukur Dampak

Tolok ukur dampaknya adalah Jumlah atau persentase penduduk yang


mengeluh dan dirugikan terhadap seluruh kegiatan tahap konstruksi.

3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengelolaan lingkungan ini bertujuan untuk menghindari/mengurangi


mencegah timbulnya keresahan masyarakat akibat dari kegiatan pada
tahap konstruksi.

4) Pengelolaan Lingkungan Hidup

Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk menghindari dampak secara


meluas adalah:
 Sosialisasi kepada masyarakat tentang manfaat dan pentingnya serta
tanggung jawab moral lainnya yang ditimbulkan oleh keberadaan
Penambangan dan Pengolahan Bijih Nikel dan fasilitas penunjang ;
 Melakukan pembayaran ganti rugi tanah secara adil;
 Melaksanakan mobilisasi alat dan bahan dengan benar sesuai SOP;
 Melakukan rekruitmen tenaga kerja secara transparan dengan kriteria
yang jelas dan proporsional;
 Menerapkan standar upah di atas upah minimum regional (UMR)
Kabupaten Morowali atau Provinsi Sulawesi Tengah.

5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi pelaksanaan pengelolaan lingkungan dilakukan di tapak kegiatan


desa lingkar tambang (Desa Ganda-Ganda dan Desa Bahoue Kec. Petasia)
dan wilayah sekitarnya.

6) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Periode pelaksanaan pengelolaan adalah selama kegiatan tahap konstruksi.

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-22
Bab 3

7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Pelaksana: PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


 Pengawas:
- Badan Kesbang dan Linmas Kabupaten Morowali
- Kantor SATPOL-PP Kabupaten Morowali
- Lembaga Swadaya Masyarakat Kabupaten Morowali.
- Camat Petasia dan Pemerintah Desa
 Pelaporan Hasil:
- Badan Kesbang dan Linmas Kabupaten Morowali
- Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Morowali
- Camat Petasia dan Pemerintah Desa

9. Gangguan Kesehatan Masyarakat

1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting

Adanya kegiatan land clearing, konstruksi jalan tambang/hauling


mobilisasi peralatan dan bahan/material.

2) Tolok Ukur Dampak

Tolok ukur dampaknya adalah timbulnya berbagai jenis penyakit yang


disebabkan oleh penurunan kualitas air dan udara pada karyawan dan
masyarakat sekitar lokasi pada saat kegiatan konstruksi berlangsung.

3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup


Untuk menghindari timbulnya berbagai jenis penyakit yang diakibatkan
oleh adanya penurunan kualitas air dan udara pada saat kegiatan
konstruksi proyek penambangan dan pengolahan bijih nikel.

4) Pengelolaan Lingkungan Hidup

Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk menghindari dampak secara


meluas adalah:
 Disediakan tempat penampung limbah domestik padat maupun cair
 Diadakan penyuluhan/himbauan terhadap para pekerja agar tidak
membuang sampah disembarang tempat.

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-23
Bab 3

 Meratakan/menutup lubang-lubang bekas galian sedini mungkin


secara bertahap sesuai dengan aturan/pedoman Permen ESDM no. 18
Tahun 2008 tentang reklamasi dan penutupan tambang.
 Disediakan fasilitas MCK yang memadai dan Hygienes;
 Konstruksi jalan tambang/hauling dilaksanakan secepatnya, tanpa
mengindahkan prosedur SOP yang ada.
 Memelihara kenderaan operasional agar emisi gas buang dibawah
ambang normal dari Baku Mutu Lingkungan.
 Pekerjaan dilakukan harus sesuai dengan SOP yang mencakup prosedur
teknis maupun lingkungan.

5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi pelaksanaan pengelolaan lingkungan di sekitar lokasi kegiatan


rencana konstruksi jalan tambang/hauling dan fasilitas bangunan
penunjang lainnya, serta pemukiman penduduk yang terkena dampak.

6) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Periode pelaksanaan pengelolaan adalah selama kegiatan konstruksi


tambang berlangsung.

7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Pelaksana: PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


 Pengawas:
- Dinas Kesehatan Kabupaten Morowali
- Dinas ESDM Kabupaten Morowali.
- Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Morowali.
- Camat Petasia dan Pemerintah Desa

 Pelaporan Hasil:
- Dinas Kesehatan Kabupaten Morowali
- Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Morowali.
- Camat Petasia dan Pemerintah Desa

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-24
Bab 3

3.3 TAHAP OPERASI PRODUKSI

1. Penurunan Kualitas Udara dan Kebisingan

1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting


Kegiatan Penambangan dan Pengolahan Bijih Nikel, seperti penggalian
tambang, pengangkutan (dari tambang ke stock yard transito maupun stock
yard pelabuhan), pencucian material, menyebabkan perubahan bentang
lahan, peningkatan debu dan kebisingan di sekitar tapak kegiatan, serta
menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat. Kebisingan yang
ditimbulkan oleh beroperasinya peralatan berat dan hilir mudiknya
kenderaan pengangkut material pada saat aktivitas berlangsung,
diperkirakan mencapai 62-65 dBA atau di atas baku mutu tingkat
kebisingan untuk perumahan dan permukiman sebesar 55 dBA. Hal ini
akan berdampak lanjut pada gangguan kesehatan masyarakat.

2) Tolok Ukur Dampak


Sebagai tolok ukur dampak penurunan kualitas udara adalah peningkatan
kadar debu dan baku mutu kualitas udara dan kebisingan yang tercantum
pada lampiran PP No. 41 tahun 1999, tentang Pengendalian Pencemaran
Udara dan Kepmen LH No 48/MENLH/11/1996 (Lampiran I) Tentang
baku mutu Tingkat kebisingan untuk daerah Permukiman (≤ 55 dBA).

3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup


Tujuan pengelolaan lingkungan adalah meminimalkan dampak kualitas
udara agar memenuhi baku mutu udara ambien dan emis gas buang
(terutama parameter H2S dan NOx yang ditetapkan). Mengurangi dampak
kebisingan di pemukiman sepanjang jalur mobilisasi alat dan material pada
tahap konstruksi dan tahap operasi produksi, serta meminimalisasi adanya
pembukaan/pengrusakan bentang lahan yang menimbulkan terjadinya
iklim mikro, kerusakan vegetasi, kecelakaan dan keselamatan pekerja (K3).

4) Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Pengelolaan Kualitas Udara


Untuk mencegah penurunan kualitas udara (debu), langkah-langkah yang
dapat dilakukan adalah :

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-25
Bab 3

 Sistem pembakaran kenderaan harus dalam keadaan normal;


 Merawat kenderaan dan mesin–mesin operasional secara teratur;
 Melakukan penyemprotan terhadap sumber-sumber dampak yang
berdebu, terutama yang berdekatan dengan pemukiman penduduk;
 Pekerja harus menggunakan/melengkapi peralatan K-3 ;
 Pengangkutan hasil Bijih Nikel dilakukan dengan bak tertutup;
 Pemasangan rambu pembatas kecepatan (max kecepatan 30 km/jam)
pada jalan tanah yang dilalui kenderaan pengangkut.

 Pengelolaan Kebisingan
Upaya pengelolaan kebisingan ditujukan pada peralatan sumber bising,
yaitu :
 Mengatur jadwal kegiatan mobilisasi alat dan bahan, sehingga
kebisingan tidak mengganggu penduduk waktu istirahat;
 Memasang rambu pembatas kecepatan kenderaan (max kecepatan 30
km/jam);
 Merawat dengan teratur kenderaan dan mesin-mesin peralatan
sehingga akan mengurangi suara bising yang ditimbulkan.

 Pengelolaan Perubahan Bentang Lahan


 Sesegera mungkin melakukan reklamasi/revegetasi dan penutupan
areal bekas tambang dengan tanah penutup dari tanah pengupasan
lahan sebelumnya sesuai peraturan tehnis kegiatan pertambangan
terbuka;
 Melakukan Back filling digging method, untuk mengurangi luas lahan
yang terkupas, serta proses reklamasi dapat segera di laksanakan pada
daerah yang telah selesai di tambang untuk di timbun kembali (back
filled areas), sebelum melakukan operasi tambang ke tahap/Blok
selanjutnya.
 Melakukan revegetasi pada lahan bekas tambang, dengan mengacu
pada PerMen ESDM No. 18 Tahun 2008.

5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup


Pengelolaan lingkungan dilakukan pada lokasi tapak proyek
Penambangan dan Pengolahan Bijih Nikel (desa lingkar tambang; Desa

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-26
Bab 3

Ganda-Ganda dan Desa Bahoue Kec. Petasia) dan areal di sekitar


permukiman penduduk.

6) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup


Periode pengelolaan lingkungan pada tahap Operasi Produksi dari
kegiatan Penambangan dan Pengolahan Bijih Nikel.

7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup


 Pelaksana: PT. BINTANG FAJAR GLOBAL
 Pengawas:
- Dinas Energi Sumber Daya Mineral Kabupaten Morowali.
- Dinas Kesehatan Kabupaten Morowali.
- Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Morowali.
 Pelaporan Hasil:
- Dinas Energi Sumber Daya Mineral Kabupaten Morowali.
- Dinas Kesehatan Kabupaten Morowali.
- Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Morowali.

2. Penurunan Kualitas Air

1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting


Penurunan kualitas air sungai dan air laut merupakan dampak primer
sekaligus dampak turunan. Dampak primer berasal dari kegiatan
penambangan dan pengolahan Bijih Nikel beserta fasilitas pendukungnya
pada tahap konstruksi dan tahap operasi produksi. Adapun dampak
turunannya bersumber dari adanya kegiatan lalu lintas dan transportasi
bahan/peralatan dan hasil produksi (Bijih Nikel) yang berdampak pada
meningkatnya resiko kecelakaan di laut. Selanjutnya dampak peningkatan
resiko kecelakaan laut tersebut berdampak (dampak turunan) pada
penurunan kualitas air.
Terjadinya penurunan kualitas air laut dan sungai akan berdampak pada
penurunan keanekaragaman hayati perairan setempat, sehingga pada
akhirnya akan bermuara pada penurunan pendapatan nelayan.

2) Tolok Ukur Dampak


 Tolok ukur dampak penurunan kualitas air adalah peningkatan
kekeruhan dan baku mutu kualitas air golongan D,

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-27
Bab 3

 Tolok ukur pembuatan bak pengelolaan limbah adalah kualitas air pada
bak kontrol telah memenuhi baku mutu air sesuai dengan aturan yang
disyaratkan,
 Kepmen Nomor: KEP-02/MENKLH/1988 dan Peraturan Pemerintah RI
No 82 Tahun 2001, tentang baku mutu lingkungan kualitas air,
 Kep. Men. Nomor Kep.-51/MENLH/10/1994 tentang limbah cair dan
padat,
 Permen LH No. 09 tahun 2006, tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi
Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan Bijih Nikel,
 Tingkat gangguan biota perairan khususnya plankton, benthos, dan
nekton.

3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup

Tujuan pengelolaan lingkungan adalah:


 Mencegah terjadinya pencemaran lingkungan perairan sungai dan laut
dan meminimumkan gangguan biota perairan;
 Memastikan bahwa air limbah pada proses operasi produksi Bijih Nikel
yang terbuang ke badan perairan di sekitar lokasi sesuai dengan baku
mutu lingkungan air limbah dan tidak mengakibatkan terjadinya
penurunan mutu air di sekitar titik pembuangan berdasarkan baku
mutu air untuk biota perairan;
 Memastikan tidak terjadi perpindahan limbah B3 dalam bentuk apa pun
yang digunakan dalam kegiatan operasi produksi, termasuk
pemeliharaan sarananya, ke lingkungan perairan di sekitar tapak
kegiatan;
 Memastikan pengelolaan, khususnya pembuangan akhir limbah
kegiatan ditapak proyek penambangan sesuai peraturan yang berlaku;
 Memastikan sistem tanggap darurat berjalan dengan baik.

4) Pengelolaan Lingkungan Hidup

Upaya pengelolaan dampak terhadap kualitas air dan gangguan biota


perairan pada saat tahap operasi dilakukan dengan cara sebagai berikut:

 Mengelola limbah batuan dan tailing dengan cara mengembalikan limbah


tersebut pada blok lokasi penggalian, dan selanjutnya lubang diratakan
dengan menimbun tanah lapisan atas (top soil) yang diambil dari top soil
penggalian blok lainnya (lihat Gambar 3.3);

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-28
Bab 3

Tipe Limbah; Ekstraksi Batuan, Lokasi kerja Tambang:


Upaya pengelolaannya:
a) Evaporasi dan penggunaan kembali air tambang untuk kegiatan
prosesing;
b) Penggunaaan alat pengendali aliran permukaan seperti gorong-gorong
dan saluran air;
c) Netralisasi atau pengendapan atau cara pengolahan lain sebelum
dibuang ke badan air;
d) Pembersihan sisa-sisa peledakan;
e) Menyiapkan sistem pengelolaan air tambang pada tahap pasca
tambang;
f) Pemantauan kualitas air buang dan air permukaan;
g) Membangun unit penampungan air untuk meminimalkan potensi
cemaran limbah.

Tipe Limbah; Ekstraksi batuan penutup dan batuan limbah

Upaya pengelolaannya:

a) Penimbunan kembali menggunakan teknik tambang back fill dengan


menggunakan batuan limbah ke tabung yang sudah digunakan. Untuk
dapat melakukan penimbunan pada daerah yang telah selesai
ditambang, digunakan metode yang sesuai dengan daerah
penyelidikan yaitu metode backfilling digging. Metode backfilling adalah
suatu metode penimbunan kembali material overburden di dalam
lubang bukaan bekas tambang dimana bahan galian tambang telah
selesai di ambil. Keuntungan menggunakan metode backfilling yaitu;
dapat mengurangi biaya pengangkutan overburden dan biaya reklamasi
tambang. Agar backfilling digging dapat berjalan dengan lancar, maka
hal yang perlu diperhatikan yaitu dengan menghitung volume
material tanah timbunan. Dengan berbagai pertimbangan di atas, pada
periode pasca tambang diharapkan lahan bekas penambangan masih
memiliki kemampuan mendukung usaha pemanfaatan selanjutnya
atau paling tidak kondisinya harus dikembalikan mendekati kondisi
awal sebelum penambangan dilakukan.
b) Melakukan Back filling digging method, untuk mengurangi luas lahan
yang terkupas, serta proses reklamasi dapat segera di laksanakan pada
daerah yang telah selesai di tambang untuk di timbun kembali (back

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-29
Bab 3

filled areas), sebelum melakukan operasi tambang ke tahap/Blok


selanjutnya.
c) Maksimalkan penggunaan batuan limbah tambang yang sudah
digunakan.
d) Mengumpulkan dan memonitoring rembesan drainase dan aliran
permukaan yang tidak reaktif untuk mencegah terbentuknya air asam
tambang (AAT). Pembentukan Air Asam Tambang (AAT) atau dalam
bahasa Inggris dikenal dengan "Acid Mine Drainage (AMD)" atau "
Acid Rock Drainage (ARD)" terbentuk saat mineral sulfida tertentu
yang ada pada batuan terpapar dengan kondisi dimena terdapat air
dan oksigen (sebagai faktor utama) yang menyebabkan terjadinya
proses oksidasi dan menghasilkan air dengan kondisi asam. Hasil
reaksi kimia ini,beserta air yang bersifat asam dapat keluar dari
asalnya jika terdapat air pengelontor yang cukup, umumnya air hujan
yang pada timbunan batuan dapat mengalami infiltrasi/perkolasi. Air
yang keluar dari sumbernya inilah yang lazim disebut dengan istilah
AAT. Pencegahan pembentukan air asam tambang dengan melokalisir
sebaran mineral sulfida sebagai bahan potensial pembentuk air asam
dan menghindarkan agar tidak terpapar pada udara bebas. Sebaran
sulfida ditutup dengan bahan impermeable antara lain lempung, serta
dihindari terjadinya proses pelarutan, baik oleh air permukaan
maupun air tanah.
e) Menggunakan batuan limbah yang tidak reaktif untuk keperluan
konstruksi.
f) Menyediakan sistem drainase timbunan yang cukup untuk
meminimalkan potensi keruntuhan lereng.
g) Melakukan pemantauan air permukaan untuk memperoleh data base
line dan melanjutkan kegiatan pemantauan selama kegiatan operasi
dan pasca tambang.
h) Menggunakan sistem penggalian drainase untuk meminimalkan
terjadinya infiltrasi.

Tipe Limbah; Proses pengelolaan pengendapan tailing


Upaya Pengelolaannya:
a) Mendesain tempat penampungan tailing dengan memperlihatkan
kondisi curah hujan maksimum;

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-30
Bab 3

b) Pertimbangkan penggunaan lapisan ilmiah/sintetik pada saluran


drainase;
c) Membatasi penggunaan bahan-bahan kimia untuk proses pengolahan
hanya sebatas yang diperlukan;
d) Menyediakan saluran drainase yang cukup;
e) Melakukan riset ARD secara terus-menerus sepanjang masa operasi
dari penutupan tambang.
f) Mengumpulkan rembesan pada lereng terluar dari kolam
pengendapan tailing.

 Mengembangkan rencana sistem pengendalian tumpahan untuk


meminimalkan masuknya komponen B3 ke badan perairan;
 Mengurangi kemungkinan terjadinya keracunan terhadap burung dan
hewan liar;
 Mentaati SOP tentang K-3 dalam proses transportasi;
 Pengelolaan terhadap limbah cair tambang;
Limbah cair yang merupakan pencampuran antara air dan sedimen ini
jika tidak diolah dan diendapkan secara maksimal maka akan
menurunkan kualitas air laut, air laut dapat berubah jadi merah dan
dapat merusak habitat ikan maupun terumbu karang yang hidup di
sekitaran outlet pembuangan limbah cair tersebut. Hal ini merupakan
salah satu dampak yang dapat dilihat sebagai akibat dari aktivitas
pertambangan seperti meningkatnya kekeruhan perairan pesisir dan
semakin masifnya sedimentasi pada pesisir secara keseluruhan. Untuk itu
perlu dilakukan pengendalian kualitas air baik untuk limbah cair
maupun air laut. Pembuatan kolam-kolam pengendapan untuk
menampung limbah cair hasil dari kegiatan penambangan sangatlah
diperlukan agar nantinya limbah cair tidak mencemari lingkungan, yaitu
dengan menggunakan bak pengelolaan limbah bertingkat yang
dipadatkan dan dipersiapkan sebelum kegiatan Penambangan dan
Pengolahan Bijih Nikel (Gambar 3.5). Sebaiknya ditempatkan di sekitar
proses pencucian Bijih Nikel, dan aliran permukaan (run off) yang
membawa sedimen terlarut diarahkan melalui saluran drainase ke bak
pengelolaan limbah (Gambar 3.6) yang terdiri dari:

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-31
Bab 3

 bak equalisasi (20 m x 12,5 m x 3 m), yang berfungsi sebagai bak


pengendap dan menghomogenkan konsentrasi polutan,
 bak sedimentasi (12,5 m x 10 m x 3 m), yang digunakan untuk
mempercepat pengendapan material halus terlarut yang terbentuk,
 bak water disphosal (5 m x 2 m x 1,5 m), pada bak ini terdapat ijuk,
krikil, dan arang kayu yang digunakan untuk menghilangkan partikel
padat yang lebih halus dan menghilangkan bau serta menjernihkan
air,
 bak penampungan akhir (12,5 m x 10 m x 3 m), yang digunakan untuk
menampung limbah Penambangan dan Pengolahan Bijih Nikel dari
bak-bak pengolah sebelumnya.

Setelah kegiatan selesai limbah padat yang mengendap di bak


penampungan dianalisis kualitas airnya. Jika tidak ada indikasi B3 atau
masih di bawah baku mutu lingkungan, air dibiarkan menguap dan
padatan yang ada di bak pengolahan ditimbun dengan tanah.

Sedangkan terhadap limbah domestik, baik limbah cair maupun limbah


padat yang berasal dari hunian dan aktivitas tenaga kerja serta bekas
pembungkus makanan, material penambangan, dimana pengelolaannya
akan disesuaikan dengan model pengelolaan limbah yang telah
ditetapkan berdasarkan panduan pengelolaan limbah cair, yaitu: dengan
sistem tertutup yang dipadatkan dan dipersiapkan sebelum tahap
operasi.

Pengelolaannya dengan membuat tempat penampungan yaitu :


 Untuk limbah biologis tenaga kerja atau limbah kakus (black water)
adalah limbah yang berasal dari kotoran manusia, memerlukan
sebuah septi tank berukuran (1,5 m x 2,0 m x 2,0 m). Septi tank yang
baik adalah septi tank yang mampu memberikan tempat bagi bakteri
pengurai untuk tumbuh dan berkembang biak (mengurangi lumpur
tinja yang terbuang). Salah satu teknologi septi tank adalah Biority.
Keunggulan dari biority adalah ukurannya yang tidak terlalu besar,
ramah lingkungan, material yang terbuat dari bahan yang tahan
korosi, serta memakai Technocell. Yaitu sebuah teknologi yang
mampu memberikan ruang pada bakteri pengurai untuk

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-32
Bab 3

berkembang biak dan mempercepat sedimen lumpur, selain itu air


buangan dari biority ini bersih, dan ramah lingkungan;
 Untuk limbah padat dari aktivitas tenaga kerja dan bekas
pembungkus/packing material yang mudah terurai (pembungkus
makanan dan minuman, zak semen) akan ditampung dan dibakar di
bak sampah (0,75 m x 0,75 m x 1 m). Sedang untuk material yang
tidak mudah terurai (drum plastik dan plastik) di kumpulkan pada
tempat tertentu di lokasi kegiatan.

Setelah kegiatan selesai pada bak-bak tersebut dilakukan penimbunan


dan untuk bekas pembungkus material yang tidak mudah terurai dibawa
keluar lokasi.

 Pengolahan air limbah tambang Alternatif, Denahnya sebagaimana


disajikan pada Gambar 3.4, dengan uraian masing-masing sebagai
berikut:
Pada kolam dipasang pipa-pipa pengeluaran yang terletak kira-kira 2/3
dari ketinggian kolam. Diameter dan jumlah pipa pengeluaran diatur
sedemikian rupa sehingga debit aliran masuk kolam sama dengan debit
aliran keluar kolam melalui pipa-pipa tersebut. Pipa pengeluaran dapat
terbuat dari paralon atau drum kecil yang alasnya telah dibuka atau pipa
saluran air (untuk gorong-gorong) yang terbuat dari campuran semen
dan pasir.
Untuk meningkatkan kejernihan air yang keluar kolam, di dalam pipa
pengeluaran dipasang penyaring pasir yang terdiri dari pasir, batu koral,
batu kerikil, ijuk atau sarang. Untuk menguji apakah air tersebut cukup
aman bagi kehidupan biota air, misalnya ikan, maka air tersebut dialirkan
ke monitoring pond yang dibuat di luar pit sebelum dibuang/dialirkan ke
badan air sungai.
Apabila air olahan sudah cukup aman atau ikan dapat hidup di dalam
kolam monitoring pond, maka air tersebut sudah cukup layak untuk
dibuang ke sungai. Apabila air tersebut kualitasnya belum baik (belum
sesuai dengan baku mutu lingkungan) maka perlu dilakukan pengolahan
lanjutan dalam monitoring pond, oleh karena itu monitoring ponds dibuat
seperti settling pond dengan ukuran 48 x 15 x 4 m.

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-33
Bab 3

5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi kegiatan pengelolaan adalah pada lokasi tapak kegiatan, badan


perairan terdekat, dan pada base camp untuk limbah domestik.

6) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Periode pengelolaan lingkungan adalah selama kegiatan pada tahap


operasi produksi.

7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Pelaksana: PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


 Pengawas:
- Dinas Kesehatan Kabupaten Morowali ;
- Dinas Perhubungan, Komunikasi & Informatika Kab. Morowali;
- Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Morowali;
- Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Morowali.

 Pelaporan Hasil:
- Dinas Kesehatan Kabupaten Morowali;
- Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Morowali;
- Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Morowali.

Gambar 3.3. Prosedur Pengelolaan Tambang Pasca Operasi Produksi dan Kegiatan
Reklamasi Lahan Bekas Tambang sesuai Permen ESDM No. 18/2008.

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-34
Bab 3

Gambar 3.4. Denah dan Potongan Settling Pond

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-35
Bab 3

Pesisir Pantai Torete


Rumah Penduduk
Stock Pile Pelabuhan/dermaga

PUBLIC ROAD

DRAINAGE

OFFICE
Block AA Block BB Block CC
MESS

Work Shop

Concentrate
Stock Pile
Depot Fuel
Oil

Sedimentation
Block DD Block EE
Control

Ponds
Genset Room N

Bak Pengelolaan
Limbah
Bertingkat
Scale 1 : 5000
Separator
Block FF Block GG
DISPOSAL AREA
DAM
WATER DAM
ACCROS ROAD

Gambar 3.5. Lokasi Rencana Pengelolaan Limbah Tambang PT. BINTANG FAJAR GLOBAL

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-36
Bab 3

Bak water disphosal

20 m 12,5 m 12,5 m
5m

Bak ekualisasi Bak sedimentasi

3m
3m

Bak penampungan
akhir
Pipa 5m
paralon
Ijuk

1,5 m
Arang
Kerikil
Keterangan:
Bak water disphosal
Bak ekualisasi (20 m x 12,5 m x 3 m),
Bak Sedimentasi (12,5 m x 10 m x 3 m),
Bak Water Disphosal (5 m x 2 m x 1,5 m),
Bak Penampungan Akhir (12,5 m x 10 m x 3 m).

Gambar 3.6.. Bak Pengelolaan Limbah Bertingkat (IPAL) PT. BINTANG FAJAR GLOBAL

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-37
Bab 3

Gambar 3.7. Contoh implementasi pengolahan limbah dengan metode kolam pengendapan (settling pond)

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-38
Bab 3

3. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K-3)

1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting

Kegiatan mobilisasi alat dan bahan pada tahap operasi dan pengoperasian
jetty selama operasi/produksi berlangsung menyebabkan frekuensi lalu
lintas meningkat sehingga pada saat kegiatan–kegiatan di atas berlangsung
terjadi peningkatan resiko kecelakaan baik di darat maupun perairan laut di
Teluk Lambolo/Teluk Tomori dan sekitarnya. Dampak primer berupa
terjadinya kecelakaan kerja dan kecelakaan laut ini selanjutnya menjadi
sumber dampak bagi penurunan keselamatan kerja karyawan dan bagi
penurunan kualitas air laut (dampak turunan) yang disebabkan oleh
ceceran/tumpahan minyak dalam skala kecil dan besar (apabila terjadi
kecelakaan laut terutama tongkang pengangkut hasil produksi), Pada
tahap berikutnya penurunan kualitas air laut berdampak kepada
menurunnya hasil tangkapan nelayan dan membentuk persepsi negatif
masyarakat setempat terhadap keberadaan proyek.

2) Tolok Ukur Dampak.

Jumlah kejadian kecelakaan laut yang terjadi dijalur mobilisasi alat dan
material yang terkait dengan kegiatan operasi produksi, dan Jumlah
kejadian kecelakaan kerja selama tahap operasi produksi.

3) Tujuan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pelaksanaan pengelolaan lingkungan bertujuan untuk menghindari dan


atau mencegah semaksimal terjadinya resiko kecelakaan kerja dan
terganggunya kesehatan masyarakat.

4) Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup

Upaya pengelolaan dampak terhadap resiko kecelakaan pada saat kegiatan


konstruksi dan operasi produksi berlangsung adalah:
 Pekerja wajib mengikuti aturan K-3.
 Untuk kecelakaan kerja, membuat organisasi keselamatan kerja dan
memberi jaminan asuransi kecelakaan kepada para pekerja tambang.
 Menggunakan perlengkapan keselamatan kerja (pakaian khusus, topi
proyek, masker, sepatu boot, dan lainnya).

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-39
Bab 3

Upaya Pengelolaan Dampak terhadap resiko kecelakaan kerja yang


meliputi pencegahan, penanggulangan dan pengembangan, berupa :
 Mengidentifikasi dan mengevaluasi potensi resiko kecelakaan yang
tergolong major hazards karena berakibat terhadap keselamatan
karyawan dan penduduk sekitar proyek;
 Menyusun, mengembangkan dan memelihara Rencana Kesiagaan dan
Tanggap Darurat (Emergency Response and Preparedness Plan)
berdasarkan hasil identifikasi potensi kecelakaan;
 Mengadakan berbagai jenis sarana dan peralatan untuk merespon
kecelakaan yang terjadi dalam jumlah yang memadai, sesuai kebutuhan
menurut rencana kesiagaan dan tanggap darurat (OSCP) yang telah
tersusun;
 Menetapkan dan membangun organisasi keselamatan kerja (safety
committee) dan tim tanggap darurat (emergency response team) sesuai
dengan karakter operasi perusahaan PT. BINTANG FAJAR GLOBAL;
 Bijih Nikel yang yang diangkut akan didesain dalam bentuk dan
rancangan terbaik untuk mencegah terjadinya kebocoran dan/atau
tumpahan ke lingkungan sekitarnya.
 Keamanan Bijih Nikel terhadap lingkungan selama proses
pengangkutan dalam kapal muat akan menjadi tanggung jawab pihak
pengangkut sepenuhnya. Namun pemrakarsa akan memastikan bahwa
penunjukkan pihak kontraktor pengangkut akan didasarkan juga pada
segi keamanan lingkungan dengan memperhatikan persyaratan teknis
lainnya dan persyaratan perdagangan hasil tambang antar Negara;
 Menyusun, mensosialisasikan dan memelihara berbagai prosedur dan
instruksi kerja kesiagaan dan tangap darurat yang secara garis besar
meliputi (i) prosedur dan instruksi untuk keselamatan kerja dan (ii)
prosedur dan instruksi kerja untuk merespon keadaan darurat;
 Membuat label, sticker, papan peringatan di tempat-tempat yang
beresiko tinggi terhadap keselamatan kerja dan timbulnya keadaan
darurat;

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-40
Bab 3

 Menyelenggarakan pelatihan keselamatan kerja dan pelatihan kesiagaan


dan tanggap darurat secara priodik kepada seluruh personil, sesuai
dengan peran dan tanggung jawab masing-masing.
 Merekam, mengendalikan dan memelihara dokumentasi seluruh
kegiatan manajemen kesiagaan dan tanggap darurat, baik secara
elektronik maupun dalam bentuk tercetak.
 Mencegah/mengurangi kecelakaan, kebakaran dan peledakan,
memberikan peralatan perlindungan yang memadai bagi pekerja yang
bekerja.
 Mencegah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit
yang diderita pekerja. Agar tidak terjadi kecelakaan, pekerja biasanya
dilengkapi dengan pengetahuan prosedur operasi standar (SOP), dan
selalu mengontrol fungsi peralatan keselamatan kerja yang ada di
pabrik (misalnya komponen pemadam kebakaran).

5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengelolaan lingkungan dilakukan pada tapak proyek penambangan,


kantor karyawan, rute mobilisasi kenderaan pengangkut dari stockpile ke
dermaga, Jalur pelayaran untuk mobilisasi Bijih Nikel pada saat operasi
produksi berlangsung.

6) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Periode pengelolaan lingkungan adalah selama kegiatan mobilisasi alat


dan material pada tahap operasi produksi dan selama kegiatan operasional
jetty berlangsung.

7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Pelaksana: PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


 Pengawas:
- Dinas Kesehatan Kabupaten Morowali;
- Dinas Perhubungan, Komunikasi & Informatika Kab. Morowali;
- Dinas Sosial Naker & Transmigrasi Kab. Morowali.
- Camat Petasia, dan Pemerintah Desa
- Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
- Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Morowali

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-41
Bab 3

 Pelaporan Hasil:
- Dinas Kesehatan Kabupaten Morowali;
- Dinas Perhubungan, Komunikasi & Informatika Kab. Morowali;
- Camat Petasia, dan Pemerintah Desa
- Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Morowali.

4. Terbukanya Kesempatan Bekerja dan Berusaha

1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting

Berbagai kegiatan pada tahap operasi produksi baik langsung maupun


tidak langsung berdampak pada terbukanya lapangan kerja serta peluang
berusaha. Mengingat masa waktu beroperasinya kegiatan penambangan
Bijih Nikel PT. BINTANG FAJAR GLOBAL relatif lama (sekitar 6-8 tahun)
maka diperkirakan akan terjadi penerimaan tenaga kerja baik tenaga kerja
yang bersifat tetap maupun yang temporer, yaitu sebagai tenaga kerja
administratif perkantoran maupun sebagai tenaga tehnis lapangan (buruh
kasar dan tenaga tehnis), satuan pengamanan, sopir serta operasional Jetty
dan lain sebagainya.

Kegiatan operasi produksi juga diperkirakan akan menimbulkan dampak


terhadap berkembangnya usaha-usaha ekonomi masyarakat terutama
dalam pengembangan ekonomi mikro, kecil dan menengah. Akan tumbuh
usaha-usaha ekonomi informal seperti warung makan, dan usaha-usaha
dalam memenuhi kebutuhan pokok lainnya. Sektor informal tersebut
memang tidak secara signifikan memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan perekonomian masyarakat, akan tetapi dengan masa
operasional perusahaan yang relatif akan lama diperkirakan tetap akan
memberikan kontribusi secara langsung maupun tidak langsung terhadap
perekonomian masyarakat dalam bentuk pelaksanaan kegiatan comumunity
development. Bentuk pengembangan/pemberdayaan masyarakat tersebut
akan dirumuskan bersama antara pemrakarsa dan masyarakat pada awal
periode operasi produksi.

2) Tolok Ukur Dampak

Sebagai tolok ukur dampaknya :

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-42
Bab 3

 Jumlah atau persentase tenaga kerja lokal yang terserap sesuai


kualifikasi dan kebutuhan.
 Jumlah atau persentase penggunaan jasa masyarakat setempat.

3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup

Tujuan pengelolaan lingkungan hidup adalah:


 Memberikan kersempatan kerja pada masyarakat setempat sesuai
dengan kualifikasi dan kebutuhan;
 Menciptakan sumber pendapatan bagi masyarakat lokal.

4) Pengelolaan Lingkungan Hidup

Usaha-usaha yang perlu dilakukan untuk pengelolaan dampak terhadap


kesempatan bekerja dan berusaha selama kegiatan operasi produksi adalah
meningkatkan kualitas SDM secara periodik melalui pendidikan dan
pelatihan (diklat) baik terhadap karyawan maupun masyarakat sekitar
dalam bentuk:
a) Pelatihan masalah pekerjaan bagi karyawan;
b) Bagi masyarakat berupa kegiatan diversifikasi usaha pertanian maupun
nelayan lokal;
c) Pelatihan penanganan hasil-hasil pertanian dan tangkapan nelayan;
d) Menggunakan sebanyak-banyaknya bahan dan material lokal yang
tersedia di sekitar proyek;
e) Memprioritaskan tenaga kerja lokal sesuai dengan kompetensinya
(kebutuhan dan spesifikasi tenaga kerja dalam pelaksanaan proyek);
f) Memberikan prioritas peluang berusaha kepada masyarakat setempat;
g) Memberikan peluang/kemudahan berusaha bagi sektor informal di
sekitar lokasi tapak kegiatan;
h) Melaksanakan pengembangan/pemberdayaan masyarakat secara benar
sesuai kebutuhan dan perkembangan.

5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi pengelolaan untuk kesempatan bekerja dan berusaha terbagi atas:


a) Pada tapak kegiatan penambangan bagi pelaksanaan pelatihan bagi
karyawan;

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-43
Bab 3

b) Desa lingkar tambang (Desa Ganda-Ganda dan Desa Bahoue Kec. Petasia)
dan desa sekitarnya di wilayah Kecamatan Petasia untuk pelaksanaan
pelatihan & program pemberdayaan & pengembangan masyarakat bagi
penduduk sekitar lingkar tambang.

6) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Periode pelaksanaan pengelolaan untuk kesempatan kerja dan berusaha


adalah selama tahap operasi produksi.

7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Pelaksana: PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


 Pengawas:
- Dinas Sosial Naker & Transmigrasi Kab. Morowali.
- Camat Petasia, dan Pemerintah Desa
- Dinas Perhubungan, Komunikasi & Informatika Kab. Morowali;
- Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Morowali.

 Pelaporan Hasil:
- Dinas Sosial Naker & Transmigrasi Kab. Morowali.
- Camat Petasia, dan Pemerintah Desa
- Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Morowali.

5. Proses Sosial dan Persepsi Masyarakat

1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting

Sumber dampaknya adalah kegiatan - kegiatan yang dilakukan perusahaan


pada tahap operasi produksi (kegiatan operasi dan operasional jetty).
Seluruh kegiatan tersebut menimbulkan dampak primer sekaligus dampak
turunan dari adanya kegiatan penambangan dan pengolahan Bijih Nikel,
mobilisasi material berupa pembentukan persepsi masyarakat terhadap
keberadaan aktifitas penambangan Bijih Nikel PT. BINTANG FAJAR
GLOBAL

2) Tolok Ukur Dampak

Tolok ukur dampaknya adalah jumlah atau persentase penduduk yang


mengeluh, resah, gejolak-gejolak sosial, dan merasa dirugikan serta tingkat

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-44
Bab 3

pemahaman masyarakat tentang kegiatan operasi produksi dari


penambangan dan pengolahan bijih nikel.

3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengelolaan lingkungan ini bertujuan untuk menghindari/mengurangi


dan mencegah timbulnya keresahan masyarakat akibat dari kegiatan tahap
operasi produksi penambangan dan pengolahan bijih nikel.

4) Pengelolaan Lingkungan Hidup

Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk menghindari dampak secara


meluas adalah:
 Penyuluhan tentang peran perusahaan dalam pemberdayaan dan
pengembangan masyarakat setempat (ComDev Program/CSR) dan
tanggung jawab moral lainnya yang dipikul perusahaan;
 Membantu penyediaan sarana dan prasarana sosial ekonomi
masyarakat, terutama yang sangat vital kebutuhannya;
 Membantu peningkatan pendidikan masyarakat berupa penyediaan
sarana pendidikan, beasiswa bagi siswa berprestasi, termasuk mengirim
karyawan lokal dan siswa–siswa berprestasi untuk mengikuti
pendidikan khusus keterampilan dalam bidang yang sesuai dengan
peluang kerja yang ada ;
 Pelatihan pengembangan usaha dan pengembangan potensi ekonomi
yang dapat dikembangkan di daerah lokasi Penambangan dan
Pengolahan Bijih Nikel PT. BINTANG FAJAR GLOBAL seperti
penyedian bibit-bibit pertanian unggul untuk dikembangkan sesuai
jenis tanah di lokasi setempat.

5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi pelaksanaan pengelolaan untuk persepsi masyarakat ini


disesuaikan dengan lokasi pengelolaan terhadap sumber dampaknya,
selama tahap operasi produksi, terutama di wilayah lingkar tambang.

6) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Periode pelaksanaan pengelolaan adalah selama kegiatan tahap Operasi


Produksi Tambang Nikel berlangsung.

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-45
Bab 3

7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Pelaksana: PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


 Pengawas:
- Badan Kesbang dan Linmas Kabupaten Morowali
- SATPOL - PP Kabupaten Morowali
- Camat Petasia, dan Pemerintah Desa
- Lembaga Swadaya Masyarakat Kabupaten Morowali.
 Pelaporan Hasil:
- Badan Kesbang dan Linmas Kabupaten Morowali.
- Camat Petasia, dan Pemerintah Desa
- Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Morowali.

6. Gangguan Kesehatan Masyarakat

1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting

Sumber dampaknya meliputi kegiatan operasional yang rangkaian


kegiatannya seperti: penggalian dan penambangan bijih nikel,
pengangkutan material, pencucian material, dan pengangkutan hasil
produksi Bijih Nikel baik melalui jalur darat dan laut.

2) Tolok Ukur Dampak

Tolok ukur dampaknya adalah timbulnya berbagai jenis penyakit yang


disebabkan oleh penurunan kualitas air dan udara terhadap karyawan dan
penduduk sekitar lokasi tapak proyek pada saat operasional produksi.

3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup

Untuk menghindari timbulnya berbagai jenis penyakit yang diakibatkan


oleh adanya kegiatan operasional produksi bijih nikel.

4) Pengelolaan Lingkungan Hidup

Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk menghindari dampak secara


meluas adalah:
 Disediakan tempat penampungan limbah domestik baik limbah padat
maupun cair;
 Diadakan penyuluhan/himbauan terhadap para pekerja agar tidak
membuang sampah di sembarang tempat.

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-46
Bab 3

 Meratakan/menutup lubang-lubang bekas galian sedini mungkin sesuai


dengan aturan/pedoman Permen ESDM No. 18 Tahun 2008 tentang
reklamasi dan penutupan tambang;
 Disediakan fasilitas MCK yang memadai
 Konstruski jalan tambang/hauling dilaksanakan secepatnya, tanpa
mengindahkan prosedur SOP yang ada.
 Memelihara kenderaan operasional agar emisi gas buang dibawah
ambang normal dari Baku Mutu Lingkungan;
 Pekerjaan dilakukan harus sesuai dengan SOP yang mencakup prosedur
teknis maupun tata-lingkungan.

5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Di sekitar lokasi kegiatan operasi produksi penambangan bijih nikel dan


fasilitas bangunan penunjang lainnya, serta pemukiman penduduk yang
terkena dampak.

6) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Selama tahapan kegiatan operasi produksi tambang berlangsung.

7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Pelaksana: PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


 Pengawas:
- Dinas Kesehatan Kabupaten Morowali
- Dinas ESDM Kabupaten Morowali.
- Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Morowali.
- Camat Petasia, dan Pemerintah Desa
 Pelaporan Hasil:
- Dinas Kesehatan Kabupaten Morowali
- Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Morowali.
- Camat Petasia, dan Pemerintah Desa

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-47
Bab 3

3.4 TAHAP PASCA OPERASI

1. Perubahan Tata Guna Lahan

1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting.

Sumber dampaknya adalah Penutupan areal bekas Penambangan dan


Pengolahan Bijih Nikel serta fasilitas bangunan penunjang PT. BINTANG
FAJAR GLOBAL di Desa Ganda-Ganda Kecamatan Petasia Kabupaten
Morowali yang dilakukan sejak tahap pra konstruksi, tahap konstruksi dan
terutama pada tahap operasi produksi (kegiatan operasional dan
pemeliharaan). Seluruh kegiatan tersebut menimbulkan dampak berupa
perubahan tataguna lahan dan dissosiatif antar warga masyarakat (antar
bekas pemilik lahan yang tanahnya sudah dibebaskan perusahaan dan
antar warga masyarakat dengan pemerintah daerah) serta konsekuensi
dampak yang menyertainya di lokasi tersebut.

2) Tolok Ukur Dampak

Tolok ukur dampaknya adalah perubahan peruntukan/tataguna lahan


pada lokasi tapak Penambangan dan Pengolahan Bijih Nikel dan tidak
timbulnya dissosiatif antar warga masyarakat dan pemerintah.

3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup

Agar lahan bekas areal Penambangan dan Pengolahan Bijih Nikel dapat
digunakan sesuai fungsinya, dan keperluan produktif lainnya.

4) Pengelolaan Lingkungan Hidup

Merapikan kembali bekas kegiatan operasi produksi, berupa :


a) Sosialisasi kepada masyarakat sekitar lingkar tambang bahwa kegiatan
Penambangan dan Pengolahan Bijih Nikel oleh PT. BINTANG FAJAR
GLOBAL telah berakhir masa operasinya;
b) Membersihkan lokasi dari sisa-sisa bahan Penambangan dan
Pengolahan Bijih Nikel, produksi serta limbah lainnya;
c) Menutup lubang-lubang galian sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan ketentuan teknis yang berlaku, yaitu dengan mengacu
pada Permen ESDM No. 18 Tahun 2008 tentang Pedoman Reklamasi
dam Penutupan Tambang;

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-48
Bab 3

Gambar 3.8. Penanganan drainase lahan bekas tambang

d) Membongkar infrastruktur lapangan meliputi base camp, dan aneka


sarana fasilitas produksi;
e) Melakukan pemantauan bekas kegiatan Penambangan dan Pengolahan
berupa pengawasan dan pemeliharaan kondisi fisik lubang galian dan
sarana yang di tinggalkan;
f) Memberikan hak-hak karyawan ketika terjadi pemutusan hubungan
kerja (PHK);
g) Menginventarisasi sarana (peralatan operasi/produksi) termasuk sarana
perkantoran yang ada yang masih dapat digunakan dan dapat di
hibahkan kepada penduduk di Desa lingkar tambang atau pihak-pihak
yang berkepentingan, seperti sarana komputer, alat tulis kantor dll;
h) Jika memungkinkan dapat memberikan bantuan sosial ekonomi kepada
warga masyarakat atas partisipasinya selama kegiatan perusahaan
berlangsung.

5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup


Pengelolaan lingkungan dilakukan pada tapak Penambangan dan
Pengolahan Bijih Nikel dan pada lokasi perkantoran, base camp, serta
fasilitas penunjang lainnya, terutama di wilayah lingkar tambang (Desa
Ganda-Ganda dan Desa Bahoue Kec. Petasia).

6) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup


Periode pengelolaan lingkungan adalah pada saat kegiatan penutupan
areal Penambangan dan Pengolahan Bijih Nikel PT. BINTANG FAJAR
GLOBAL

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-49
Bab 3

7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup


 Pelaksana : PT. BINTANG FAJAR GLOBAL
 Pengawas:
- Dinas ESDM Kabupaten Morowali
- Dinas Kehutanan & Perkebunan Kabupaten Morowali
- Dinas Pertanahan Kabupaten Morowali
- Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Morowali
- Camat Petasia, dan Pemerintah Desa

 Pelaporan Hasil:
- Dinas ESDM Kabupaten Morowali
- Dinas Kehutanan & Perkebunan Kabupaten Morowali
- Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Morowali
- Camat Petasia, dan Pemerintah Desa

2. Persepsi Masyarakat

1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting

Semua dampak penting yang diprakirakan akan terjadi pada kegiatan


penutupan tambang akan bermuara pada sikap dan persepsi masyarakat.
Persepsi yang muncul dapat bersifat positif dan dapat juga bersifat negatif.
Sumber dampaknya adalah berakhirnya operasional perusahan PT.
BINTANG FAJAR GLOBAL, penutupan bekas Penambangan dan
Pengolahan Bijih Nikel serta pembongkaran fasilitas penunjang dan
infrastruktur perusahaan.

2) Tolok Ukur Dampak

Jumlah atau prosentase keluhan masyarakat selama penutupan kegiatan


Penambangan dan Pengolahan bijih nikel.

3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup

Meminimalisir sumber dampak dari kegiatan penutupan bekas


Penambangan dan Pengolahan Bijih Nikel serta pembongkaran fasilitas
penunjang dan infrastruktur perusahaan.

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-50
Bab 3

4) Pengelolaan Lingkungan Hidup

Upaya pengelolaan dampak terhadap persepsi masyarakat pada tahap


pasca operasi adalah:
 Sisa-sisa bahan kimia yang digunakan agar dikemas sesuai dengan
pedoman Material Safety Data Sheet (MSDS) yang dikeluarkan oleh
perusahaan pembuat bahan-bahan kimia (komponen B3 dan limbah B3)
tersebut kemudian dikumpulkan dan disimpan di dalam tempat yang
telah memenuhi peraturan yang berlaku untuk kemudian di bawa ke
daerah operasi lain untuk digunakan di tempat tersebut;
 Tetap melakukan pemantauan lingkungan pada areal bekas kegiatan
penambangan PT. BINTANG FAJAR GLOBAL yang ditinggalkan;
 Memberikan hak-hak karyawan ketika terjadi pemutusan hubungan
kerja (PHK) sesuai peraturan ketenaga-kerjaan yang berlaku;
 Menginventarisasi sarana/peralatan operasi produksi termasuk sarana
perkantoran dan akomodasi yang ada yang masih dapat digunakan dan
kemungkinan dapat dihibahkan kepada penduduk setempat atau
pihak-pihak yang berkepentingan seperti sarana computer dan alat tulis
kantor (ATK) lainnya;
 Memberikan pengumuman kepada pemerintah setempat dan
masyarakat sekitar perihal penutupan Penambangan dan Pengolahan
Bijih Nikel PT. BINTANG FAJAR GLOBAL serta upaya-upaya
pemulihan dan rehabilitasi lingkungan yang akan dilakukan oleh
manajemen perusahaan yang mengacu pada PerMen ESDM No. 18
Tahun 2008 tentang Pedoman Reklamasi dan Penutupan Tambang.

5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lokasi pengelolaan, pada tapak proyek Penambangan dan Pengolahan


Bijih Nikel (lokasi basecamp dan fasilitas penunjang lainnya) di wilayah
lingkar tambang (Desa Ganda-Ganda dan Desa Bahoue Kec. Petasia).

6) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Selama masa pembongkaran infrastruktur perusahaan.

7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Pelaksana: PT. BINTANG FAJAR GLOBAL

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-51
Bab 3

 Pengawas:
- Dinas ESDM Kabupaten Morowali
- Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Morowali
- Badan Kesbang dan Linmas Kabupaten Morowali
- Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Morowali.
- Camat Petasia, dan Pemerintah Desa

 Pelaporan Hasil:
- Dinas ESDM Kabupaten Morowali
- Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Morowali
- Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Morowali.
- Camat Petasia, dan Pemerintah Desa

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH III-52
Matriks Rencana Pengelolaan Lingkungan
(RKL) Kegiatan Penambangan Bijih Nikel
Di Kecamatan Petasia Kabupaten Morowali

PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


Jl. Kayu Agung I No. 1 Kawasan Andalas III Bukit Baruga Makassar;
Telp. (0411) 493062; Email : bintangfajarglobal@yahoo.com
Matriks RKL Rencana Pengelolaan Lingkungan
Tabel 3.4. Matriks Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) Kegiatan Penambangan Bijih Nikel Oleh PT. BINTANG FAJAR
GLOBAL (PT. BFG) di Kecamatan Petasia Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah.
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN
JENIS DAMPAK TUJUAN RENCANA LOKASI PERIODE
SUMBER TOLOK UKUR INSTANSI
NO YANG PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN INSTANSI
DAMPAK DAMPAK PELAKSANA TEMPAT
DIKELOLA LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN PENGAWAS
PELAPORAN
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
I. TAHAP PRA KONSTRUKSI
1 PERSEPSI Kegiatan Jumlah atau  Menghindari timbulnya  Sosialisasi & konsultasi  Di wilayah  Periode  Badan  Badan
 PT. BINTANG Pertanahan
MASYARAKAT Sosialisasi public, persentase warga sikap negatif terhadap publikkepada masy ttg lingkar tambang pengelolaan Pertanahan Kab.
pembebasan lahan masyarakat dan penambangan Bijih manfaat & dampak yg (2 desa; Desa lingkungan FAJARGLOBAL Kab. Morowali; Morowali;
dan rekruitmen pemilik lahan Nikel scr keseluruhan. ditimbulkan oleh Ganda-Ganda & adalah selama  Badan Kesbang  Kantor
tenaga kerja. yang memberikan  Penguatan masyarakat keberadaan penam- Bahoue) dan desa tahap Pra- dan Linmas Lingkungan
dukungan (tingkat lokal dan bangan Bijih Nikel, sekitar lingkar konstruksi. Kab. Morowali; Hidup Kab.
terhadap rencana individu) menuju masy  Mengupayakan proses tambang  Kantor Morowali.
kegiatan yg mandiri sehingga penentuan sewa/harga  Pelaksanaan Lingkungan
penambangan dan terbentuk simpati dan lahan dibicarakan scr pengelolaan Hidup Kab.
pengolahan Bijih dukungan sekaligus langsung dgn masy. dilakukan secara Morowali.
Nikel. meminimalisasi persepsi pemilik lahan. kontinyu selama  Camat Petasia
negatif yang timbul  Melakukan pembayaran kegiatan tahap  Pemerintah
dalam masyarakat ganti rugi tanah scr adil, pra-konstruksi. Desa
berkaitan dengan  Melakukan rekruitmen
permasalahan sosial tenaga kerja secara
yang muncul akibat proporsional,
berjalannya kegiatan  Menerapkan standar
sosialisasi public, upah sesuai standar
pembebasan lahan dan UMR Kabupaten.
rekruitmen tenaga kerja.
II. TAHAP KONSTRUKSI
1 PENURUNAN Akibat kegiatan  Emisi gas, Lamp  Meminimalkan dampak Pengelolaan Kualitas  Pada tapak  Periode  Dinas  Dinas
pembukaan dan KEPMEN LH. No. kualitas udara agar Udara: kegiatan pengelolaan  PT. BINTANG Perhubungan, Perhubungan,
KUALITAS
UDARA & penyiapan lahan, 13 tahun 1995 memenuhi baku mutu  menggunakan penambangan lingkungan FAJARGLOBAL Komunikasi & Komunikasi &
KEBISINGAN pembukaan jalan tentang Baku udara ambien dan emisi kenderaan angkut yang (Desa Ganda- adalah selama Informatika Informatika
tambang, dan Mutu Emisi untuk gas buang, terutama lulus uji emisi, Ganda & Bahoue) kegiatan Kab. Morowali. Kab. Morowali.
pembangunan Sumber Tidak parameter debu dan  merawat mesin  Dan rute jalan konstruksi  Dinas  Kantor
fasilitas Bergerak, NOx. kendaraan scr teratur, transportasi berlangsung. Kesehatan Kab. Lingkungan
penunjangnya.  PP. No. 41 tahun  Meminimalkan  pemasangan rambu- peralatan dan Morowali. Hidup Kab.
1999 tentang kebisingan di rambu pembatas kec. material.  Kantor Morowali.
Pengendalian permukiman terdekat pada jalan tanah dan Lingkungan
Pencemaran paling tinggi sebesar 55 kawasan permukiman. Hidup Kab.
Udara. dBA.  membatasi muatan Morowali.
sesuai batas tonase
kendaraan.

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL (PT. BFG)
III-53
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Matriks RKL Rencana Pengelolaan Lingkungan
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN
JENIS DAMPAK TUJUAN RENCANA LOKASI PERIODE
SUMBER TOLOK UKUR INSTANSI
NO YANG PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN INSTANSI
DAMPAK DAMPAK PELAKSANA TEMPAT
DIKELOLA LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN PENGAWAS
PELAPORAN
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
 KEPMEN LH No.  Mencegah ceceran
48/MENLH/11/ bahan material selama
1996 tentang Baku pengangkutan
Tingkat Pengelolaan Kebisingan:
Kebisingan untuk  mengatur jadual keg.
daerah mobilisasi alat &bahan
permukiman (<55  memasang rambu-
dBA) rambu pembatas kec.
kendaraan (max kec. 40
km/jam),
 merawat dgn teratur
mesin-mesin peralatan

2 PENINGKATAN Pembukaan &  Jumlah material  Mencegah terangkutnya  Tindakan pengamanan  Pada lokasi  Periode  Dinas PU Kab.  Dinas PU Kab.
EROSI DAN penyiapan lahan, tanah yg masuk atau hanyutnya tanah di tanah lapisan atas (top rencana pengelolaan  PT. BINTANG Morowali. Morowali;
SEDIMENTASI pembuatan jalan, ke badan perairan sekitar blok soil) pada suatu tempat pembukaan dan lingkungan FAJARGLOBAL  Dinas  Dinas
pembuatan (sungai, laut) dlm Penambangan dan yang aman, kemudian penyiapan adalah selama Kehutanan & Kehutanan &
saluran drainse btk kekeruhan & Pengolahan ke tempat dibuat parit di kanan lahan, keg. konstruksi Perkebunan Perkebunan
dan pembangunan jlh padatan tersus- yang lebih jauh terlebih kiri blok Penambangan pembukaan berlangsung, Kab. Morowali. Kab. Morowali.
fasilitas pensi (PP No. pada lokasi yang atau membuat bak jalan tambang yaitu kegiatan  Badan Penang-  Badan Penang-
penunjangnya 32/2001), dan BM langsung menuju ke kontrol atau rorak dan dan fasilitas pembukaan/ gulangan gulangan
kualitas air badan perairan seperti drop structure (small rip penunjang penyiapan lahan, Bencana Bencana Daerah
perairan berdsr- Sungai Tiu dan Sungai rap) pada saluran air di Penambangan pembuatan Daerah Kab. Kab. Morowali
kan PP. No. 82 Lambolo/Tapohulu & kanan kiri jalur jalan dan tapak drainase, dan Morowali  Kantor
Tahun 2001 ttg perairan laut Teluk tambang. Pengolahan Bijih pemb. fasilitas  Kantor Lingkungan
Pengelolaan Lambolo/Teluk Tomori  Meminimalkan Nikel, terutama penunjang Lingkungan Hidup Kab.
Kualitas air dan sekitar lokasi kegiatan. pembukaan lahan sesuai di wilayah penambangan Hidup Kab. Morowali.
Pengendalian  Meminimumkan dengan tahap lingkar tambang dan tapak Morowali.
Pencemaran Air. gangguan biota perairan peruntukannya & tidak (2 desa yaitu Pengolahan Bijih
 Tingkat gangguan agar terjadi pengayaan menebang pohon secara Desa Ganda- Nikel.
biota perairan habitat, meningkatkan berlebihan Ganda &
adalah Penurunan keanekaragaman hayati.  Tidak membuka areal Bahoue).
tgkt keragaman pada jarak minimum
jenis dan 100 m kiri kanan Sungai.
kelimpahan biota
perairan
(plankton, bentos,
dan nekton).

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL (PT. BFG)
III-54
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Matriks RKL Rencana Pengelolaan Lingkungan
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN
JENIS DAMPAK TUJUAN RENCANA LOKASI PERIODE
SUMBER TOLOK UKUR INSTANSI
NO YANG PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN INSTANSI
DAMPAK DAMPAK PELAKSANA TEMPAT
DIKELOLA LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN PENGAWAS
PELAPORAN
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
3 PENURUNAN Kegiatan  BML kualitas air  Tujuan pengelolaan  Membuat saluran  Pada lokasi  Pada saat  Dinas  Dinas Perikanan
 PT. BINTANG Perikanan dan dan Kelautan
KUALITAS AIR pembukaan dan perairan mengacu lingkungan adalah pembatas antara sungai rencana pemb. kegiatan
penyiapan lahan, pd Kepts GKDH meminimumkan dengan tapak proyek fasilitas pembukaan dan FAJARGLOBAL Kelautan Kab. Kab. Morowali.
kegiatan Tgkt I Sul-Teng dampak terhadap untuk mencegah tanah penunjang, penyiapan lahan Morowali.  Dinas
pembangunan No. KEP. 188.44/ penurunan kualitas air. tererosi masuk ke badan terutama sekitar dan  Dinas Kehutanan &
fasilitas penunjang 1443/RO.BKLH sungai; Sungai Tiu dan pembangunan Kehutanan & Perkebunan
keg penambangan. 1990 (gol. C: air yg  Meminimalkan sisa Sungai Lambolo/ fasilitas Perkebunan Kab. Morowali.
digunakan utk bahan material yang Tapohulu & penunjang Kab. Morowali.  Dinas Pertanian,
perikanan dan jatuh ke perairan perairan laut dilaksanakan,  Dinas Peternakan &
pertanian); (sungai dan perairan Teluk Lambolo/ yaitu pada tahap Pertanian, Keswan Kab.
 PP No.82 Th 2001 laut) saat kegiatan Teluk Tomori konstruksi. Peternakan & Morowali
ttg Pengelolaan dilaksanakan. sekitar lokasi  Setiap 6 bulan Keswan Kab.  Kantor
Kualitas air dan  Menempatkan sampah kegiatan. sekali selama Morowali Lingkungan
Pengendalian dan sisa material bahan tahap konstruksi  Kantor Hidup Kab.
pencemaran air bangunan pada tempat Lingkungan Morowali.
(kelas III: air yang yang aman agar tidak Hidup Kab.
diperuntukkan jatuh ke perairan. Morowali.
pembudidayaan
ikan air tawar,
peternakan,
mengairi tan.).
4 GANGGUAN Kegiatan  Perubahan indeks  Mencegah terjadinya  Melakukan analisis scr  Pada Kolam  Setiap 6 bulan  Dinas  Dinas Perikanan
pembukaan dan keanekaragaman penurunan indeks seksama terhdp semua IPAL, Sungai Tiu sekali selama  PT. BINTANG Perikanan dan dan Kelautan
BIOTA
PERAIRAN penyiapan lahan, jenis dan keanekaragaman dan buangan air (uji kualitas dan Sungai tahap konstruksi FAJARGLOBAL Kelautan Kab. Kab. Morowali.
pembangunan kelimpahan biota kelimpahan biota air air) yg dpt mengganggu Lambolo/Tapohulu Morowali  Kantor
fasilitas penunjang air (plankton, biota perairan & perairan laut  Kantor Lingkungan
yang berakibat benthos, ikan) dan  Tidak membuang air Teluk Lambolo/ Lingkungan Hidup Kab.
penurunan jenis & indeks Pengolahan limbah cair Teluk Tomori Hidup Kab. Morowali.
kelimpahan biota diversitasnya. langsung ke badan dan sekitar Morowali.
pada badan perairan, sebelum lokasi kegiatan  Camat Petasia
perairan (sungai, dilakukan pengolahan.  Pemerintah
laut).  Membuat kolam fish Desa
control pond. Di dalam
kolam ini dipelihara
ikan. Selama siklus
hidup ikan tsb dapat
berkembang biak dgn
baik tanpa mengalami
gangguan yg berarti,
terutama oleh pengaruh

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL (PT. BFG)
III-55
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Matriks RKL Rencana Pengelolaan Lingkungan
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN
JENIS DAMPAK TUJUAN RENCANA LOKASI PERIODE
SUMBER TOLOK UKUR INSTANSI
NO YANG PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN INSTANSI
DAMPAK DAMPAK PELAKSANA TEMPAT
DIKELOLA LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN PENGAWAS
PELAPORAN
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
limbah cair. Hal ini
merup. sst indikator utk
mengetahui kualitas air
limbah pengolahan hasil
penyaringan.
5 HILANGNYA Bersumber dari  Tolok ukur  Mencegah terjadinya  Membuka lahan sesuai  Pada lahan  Periode  Dinas  Dinas
kegiatan tahap dampak penurunan indeks dgn tata batas yang bekas tambang pengelolaan  PT. BINTANG Kehutanan & Kehutanan &
VEGETASI &
MENURUN- konstruksi hilangnya keanekaragaman jenis ditetapkan. yang akan lingkungan pada FAJARGLOBAL Perkebunan Perkebunan
NYA INDEKS (pembukaan lahan, vegetasi dan vegetasi di areal &  Membuat papan dihijaukan tahap konstruksi Kab. Morowali. Kab.
KEANEKA- pembangunan menurunnya sekitar rencana pengumuman larangan melalui program yaitu pada saat  Dinas Morowali.
RAGAMAN sarana dan indeks penambangan dan menebang dan berburu reklamasi kegiatan Pertanian,  Dinas Pertanian,
JENIS prasarana keanekaragaman pengolahan Bijih Nikel hewan liar di sekitar tambang secara pembukaan Peternakan & Peternakan &
penambangan) dan jenis vegetasi dan atau meminimalisir kawasan tambang. bertahap, yang lahan, Keswan Kab. Keswan Kab.
tahap operasi satwa adalah luas terjadinya penurunan  Hindari kegiatan terletak di pembangunan Morowali Morowali
produksi (keg. lahan yang indeks keanekaragaman konstruksi selama wilayah lingkar sarana dan  Dinas Energi  Kantor
penambangan/ dibuka, jenis vegetasi. dalam tahap kritis. tambang (2 desa prasarana dan Sumber Lingkungan
penggalian,  jumlah dan jenis  Mencegah hewan liar yaitu Desa penambangan daya Mineral Hidup Kab.
pembangunan vegetasi yang masuk ke dalam kolam Ganda-Ganda & dilaksanakan. Kab.Morowali. Morowali.
Pabrik Pengolahan ditebang, dengan pengendapan tailing; Bahoue).  Kantor
Bijih Nikel) demikian akan  Mengurangi pengguna- Lingkungan
terjadi perubahan an pagar/pembatas Hidup Kab.
fungsi ekologis lainnya yg menghalangi Morowali.
dari ekosistem jalur migrasi/koridor
hutan. satwa liar;
 Penyuluhan pada
karyawan & masy ttg
larangan mengganggu
vegetasi alami yg ada
 Upaya memperbaiki/
mempertahankan jenis
vegetasi hutan alami.
6 GANGGUAN Pembukaan dan  Perubahan tingkat  Mencegah terjadinya  Mempertahankan  Meliputi seluruh  Sekali selama  Dinas  Dinas
pematangan lahan keanekaragaman penurunan kelimpahan habitat satwa liar, mis. areal tambang kegiatan  PT. BINTANG Kehutanan & Kehutanan &
TERHADAP
SATWA YANG (Land clearing) jenis dan dan keanekaragaman dgn meminimalkan terutama areal/ pembukaan dan FAJARGLOBAL Perkebunan Perkebunan
DILINDUNGI untuk konstruski kelimpahan satwa jenis satwa liar. luasan pembukaan kawasan hutan pematangan Kab. Morowali. Kab. Morowali.
jalan tambang, liar lahan sesuai tahapan. lindung dan lahan  Dinas  Dinas Pertanian,
jalan hauling dan  Melakukan Back filling hutan konservasi Pertanian, Peternakan &
pembangunan digging method, untuk lainnya, di Peternakan & Keswan Kab.
fasilitas penunjang mengurangi luas lahan wilayah lingkar Keswan Kab. Morowali
yg terkupas, serta proses tambang (2 desa Morowali

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL (PT. BFG)
III-56
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Matriks RKL Rencana Pengelolaan Lingkungan
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN
JENIS DAMPAK TUJUAN RENCANA LOKASI PERIODE
SUMBER TOLOK UKUR INSTANSI
NO YANG PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN INSTANSI
DAMPAK DAMPAK PELAKSANA TEMPAT
DIKELOLA LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN PENGAWAS
PELAPORAN
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
reklamasi dapat segera yaitu Desa  Dinas ESDM  Kantor
di laksanakan pd daerah Ganda-Ganda & Kab. Morowali. Lingkungan
bekas tambang untuk di Bahoue).  Kantor LH. Hidup Kab.
timbun kembali (back Kab. Morowali Morowali.
filled areas), sebelum
melakukan operasi
tambang ke tahap/Blok
selanjutnya.
 Membuat papan
pengumuman larangan
berburu satwa liar.
 Penyuluhan pada
karyawan & masy
tentang larangan
mengganggu satwa liar
7 KESEMPATAN Sumber dampak  Jumlah dan jenis  Untuk meningkatkan/  Pelatihan/penyuluhan  Sebaiknya  Periode  Dinas Sosial  Dinas Sosial
meningkatnya peluang kerja dan memperluas partisipasi bagi karyawan & masy. diprioritaskan pelaksanaan  PT. BINTANG Naker & Naker &
BEKERJA &
BERUSAHA peluang kerja dan berusaha yang masyarakat dalam sekitar ttg diversifikasi pada wilayah pengelolaan FAJARGLOBAL Transmigrasi Transmigrasi
berusaha pada dapat memanfaatkan peluang usaha pertanian & lingkar tambang dilakukan saat Kab. Morowali. Kab. Morowali.
tahap konstruksi dimanfaatkan kerja dan berusaha yang perikanan; (2 desa yaitu kegiatan  Kantor  Kantor
adalah mobilisasi oleh penduduk terjadi akibat adanya  Pelatihan penanganan Desa Ganda- mobilisasi tenaga Lingkungan Lingkungan
tenaga kerja sekitar rencana kegiatan pembangunan hasil-hasil pertanian & Ganda & kerja sampai Hidup Kab. Hidup Kab.
sedangkan sumber Penambangan fasilitas penunjang tangkapan nelayan; Bahoue) & di pelaksanaan Morowali. Morowali.
dampak dan Pengolahan proyek penambangan &  Meprioritaskan penggu- sekitar renc. tahap konstruksi  Camat Petasia  Camat Petasia
kesempatan Bijih Nikel dan pengolahan Bijih Nikel naan bahan dan material pembangunan dan dilanjutkan  Pemerintah  Pemerintah
berusaha adalah jumlah atau di Kec. Petasia Kab. lokal yang tersedia di fasilitas pada tahap Desa Desa
pengangkutan persentase Morowali. sekitar proyek; Penambangan operasional dan
material, pekerjaan penggunaan jasa  Memprioritaskan TK dan Pengolahan pasca konstruksi.
konstruksi masyarakat lokal sesuai dengan serta fasilitas
termasuk setempat. kompetensinya sosial lainnya.
pembukaan dan (kebutuhan dan
penyiapan lahan, spesifikasi TK dalam
serta pemb. sarana pelaksanaan proyek);
dan prasarana  Memberikan prioritas
penunjang keg. peluang berusaha kepd
Penambangan dan masyarakat setempat
Pengolahan Bijih  Memberikan peluang/
Nikel kemudahan berusaha
bagi sektor informal di
sekitar lokasi tapak keg.

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL (PT. BFG)
III-57
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Matriks RKL Rencana Pengelolaan Lingkungan
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN
JENIS DAMPAK TUJUAN RENCANA LOKASI PERIODE
SUMBER TOLOK UKUR INSTANSI
NO YANG PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN INSTANSI
DAMPAK DAMPAK PELAKSANA TEMPAT
DIKELOLA LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN PENGAWAS
PELAPORAN
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
8 PROSES Kegiatan  Jumlah atau  Untuk menghindari/  Sosialisasi kepada masy  Di tapak  Periode  Badan Kesbang  Badan Kesbang
pembukaan dan persentase mengurangi timbulnya tentang manfaat & kegiatan di pelaksanaan  PT. BINTANG dan Linmas dan Linmas
SOSIAL DAN
PERSEPSI penyiapan lahan, penduduk yang keresahan masyarakat pentingnya serta wilayah lingkar pengelolaan FAJARGLOBAL Kab. Morowali Kab. Morowali
MASYARAKAT Rekruitmen tenaga mengeluh & yang akibat dari kegiatan tanggung jawab moral tambang (2 desa adalah selama  Kantor  Kantor LH Kab.
kerja,mobilisasi & dirugikan konstruksi. lainnya yang yaitu Desa kegiatan tahap SATPOL-PP Morowali.
demobilisasi terhadap seluruh ditimbulkan oleh Ganda-Ganda & konstruksi. Kab. Morowali  Camat Petasia &
peralatan dan kegiatan tahap keberadaan Bahoue) dan  Lembaga Pemerintah
bahan serta konstruksi. Penambangan dan desa sekitar Swadaya Desa
kegiatan Pengolahan Bijih Nikel lingkar tambang Masyarakat
penambangan/ dan fasilitas penunjang Kab. Morowali.
penggalian.  Menyelesaikan hak-hak  Camat Petasia
masy. termsk pembayar-  Pemerintah
an ganti rugi tanah Desa
secara adil & transparan;
 Melaksnakn mobilisasi
alat & bahan dgn benar
sesuai SOP yang ada;
 Melakukan rekruitmen
TK secara transparan
dgn kriteria yang jelas
dan proporsional;
 Menerapkan standar
upah di atas UMR Kab.
atau Propinsi;
9 GANGGUAN Adanya kegiatan  Timbulnya  Untuk menghindari  Disediakan tempat  Di sekitar lokasi  Selama kegiatan  Dinas  Dinas
land clearing, berbagai jenis timbulnya berbagai jenis penampung limbah renc. konstruksi konstruksi  PT. BINTANG Kesehatan Kab. Kesehatan Kab.
KESEHATAN
MASYARAKAT konstruksi jalan penyakit yang penyakit yang domestik padat maupun jalan tambang tambang FAJARGLOBAL Morowali Morowali
tambang/hauling, disebabkan oleh diakibatkan oleh adanya limbah cair dan fasilitas berlangsung.  Dinas ESDM  Kantor
mobilisasi alat dan penurunan penurunan kualitas air  Diadakan penyuluhan/ bangunan Kab. Morowali Lingkungan
bahan kualitas air dan & udara pada saat himbauan terhadap para penunjang  Kantor Hidup Kab.
udara pada kegiatan konstruksi pekerja agar tidak lainnya, serta Lingkungan Morowali.
karyawan & proyek penambangan. membuang sampah pemukiman Hidup Kab.  Camat Petasia &
masy. sekitar disembarang tempat. penduduk yang Morowali. Pemerintah
pada saat  Meratakan/menutup terkena dampak  Camat Petasia Desa
kegiatan lubang-lubang bekas (2 desa yaitu & Pemerintah
kontruksi. galian sedini mungkin Desa Ganda- Desa
(Permen ESDM No.18 Ganda &
Tahun 2008 tentang Bahoue) dan
reklamasi & penutupan desa sekitar
tambang) lingkar tambang

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL (PT. BFG)
III-58
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Matriks RKL Rencana Pengelolaan Lingkungan
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN
JENIS DAMPAK TUJUAN RENCANA LOKASI PERIODE
SUMBER TOLOK UKUR INSTANSI
NO YANG PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN INSTANSI
DAMPAK DAMPAK PELAKSANA TEMPAT
DIKELOLA LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN PENGAWAS
PELAPORAN
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
 Disediakan fasilitas
MCK yang memadai
 Konstruski jalan
tambang/hauling
dilaksanakan dgn
prosedur SOP.
 Memelihara kendaraan
operasional agar emisi
gas buang di bawah
ambang BML
 Pekerjaan dilakukan
harus sesuai dengan
SOP yang mencakup
prosedur teknis maupun
lingkungan.
III. TAHAP OPERASI PRODUKSI
1 PENURUNAN Rangkaian keg.  BML kualitas  Agar memenuhi BML Pengelolaan Kualitas Udara  Pada lokasi  Selama tahap  Dinas Energi  Dinas Energi
tahap operasi udara dan udara ambien dan emis  Merawat kendaraan tapak proyek Operasi  PT. BINTANG dan Sumber dan Sumber
KUALITAS
UDARA DAN produksi spt : kebisingan (PP gas buang (terutama dan mesin–mesin secara penambangan Produksi FAJARGLOBAL Daya Mineral Daya Mineral
KEBISINGAN penggalian No. 41 tahun parameter H2S dan NOx teratur, Bijih Nikel dan berlangsung Kab. Morowali. Kab. Morowali
tambang, 1999) tentang yang ditetapkan.  Penyemprotan terhdp pada areal  Dinas  Dinas
pengangkutan & pengendalian Mengurangi dampak sumber-sumber dampak permukiman Kesehatan Kab. Kesehatan Kab.
pencucian material Pencemaran kebisingan yang berdebu penduduk Morowali. Morowali.
tambang, dan Udara dan dipemukiman  Pekerja harus sekitar desa  Kantor  Kantor
pengangkutan  Kepmen LH No sepanjang jalur menggunakan alat K-3 lingkar tambang Lingkungan Lingkungan
hasil Bijih Nikel , 48/MENLH/11/1 mobilisasi alat dan  Pengangkutan hasil (2 desa yaitu Hidup Kab. Hidup Kab.
akan menyebab- 996 Tentang BML material pada tahap Bijih Nikel dilakukan Desa Ganda- Morowali. Morowali.
kan peningkatan Tingkat konstruksi dan tahap dengan bak tertutup Ganda &
debu, kebisingan kebisingan untuk operasi produksi.  Pemasangan rambu Bahoue) dan
di sekitar lokasi daerah pembatas kec. (max kec. desa sekitar
keg., shg dapat Permukiman (< 55 30 km/jam) terutama di lingkar tambang
menyebabkan dBA). kawasan permukiman
gangguan Pengelolaan kebisingan:
kesehatan masy.  Mengatur jadwal keg.
mobilisasi alat &bahan.
 Memasang rambu
pembatas kecepatan
kendaraan (max
kecepatan 30 km/jam;

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL (PT. BFG)
III-59
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Matriks RKL Rencana Pengelolaan Lingkungan
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN
JENIS DAMPAK TUJUAN RENCANA LOKASI PERIODE
SUMBER TOLOK UKUR INSTANSI
NO YANG PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN INSTANSI
DAMPAK DAMPAK PELAKSANA TEMPAT
DIKELOLA LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN PENGAWAS
PELAPORAN
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
2 PENURUNAN Berasal dari  Peningkatan  Mencegah terjadinya  Mengelola limbah  Pada lokasi  sekali setiap 6  Dinas  Dinas
 PT. BINTANG Kesehatan Kab. Kesehatan Kab.
KUALITAS AIR kegiatan kekeruhan dan pencemaran lingkungan tanah/penutup batuan tapak kegiatan bulan Selama
penambangan dan BML kualitas air perairan sungai dan laut dan tailing dengan cara Desa lingkar tahap operasi FAJARGLOBAL Morowali ; Morowali
pengolahan Bijih golongan D, dan meminimumkan mengembalikan limbah tambang (2 desa produksi.  Dinas  Dinas Perikanan
Nikel beserta  BML air limbah gangguan biota pd blok lokasi penggali- yaitu Desa Perikanan dan dan Kelautan
fasilitas sesuai dengan perairan; an, lalu lubang dirata- Ganda-Ganda & Kelautan Kab. Kab. Morowali;
pendukungnya aturan yang  Memastikan bahwa air kan dgn menimbun Bahoue) dan Morowali;  Kantor
pada tahap disyaratkan, limbah pd proses tanah top soil yang desa sekitar  Dinas Lingkungan
konstruksi dan  Kepmen No: KEP- produksi Bijih Nikel yg diambil dari top soil lingkar tambang Perhubungan, Hidup Kab.
tahap operasi 02/MEN-KLH/ terbuang ke badan penggalian blok lainnya.  Badan perairan Komunikasi & Morowali.
produksi.berupa; 1988 dan PP. RI perairan di sekitar  Pengel. limbah air (sungai, laut) Informatika
air asam tambang No 82 Tahun lokasi sesuai dgn BML tambang dengan terdekat, dan Kab. Morowali;
(AAT), tanah/ 2001, tentang BM air limbah & tidak menggunakan bak pada base camp  Kantor
limbah batuan kualitas air, berdampak pd penurun- pengelolaan limbah untuk limbah Lingkungan
penutup  KepMen LH an mutu air di sekitar bertingkat. domestik. Hidup Kab.
(overburden). No.Kep.51/ titik pembuangan  Pengolahan air limbah Morowali.
MENLH/10/1994 berdasarkan BML air tambang (Alternatif) dgn
tentang limbah untuk biota perairan; settling pond dgn ukuran
cair dan padat,  Memastikan tidak 48 x 15 x 4 m.
 Permen LH No. 09 terjadi perpindahan  untuk limbah biologis
Th 2006, tentang limbah B3 yg digunakan tenaga kerja atau limbah
BM Air Limbah dlm keg. produksi, kakus (black water)
Bagi Usaha dan/ termsk pemeliharaan ditampung di septic
atau Kegiatan sarananya, ke lingk tank (1,5 m x 2 m x 2 m)
Pertambangan perairan di sekitar tapak dengan teknologi septi
Bijih Nikel, kegiatan; tank Biority.
 Tingkat gangguan  Memastikan  pembungkus/packing
biota perairan pengelolaan, khususnya material yang mudah
khususnya pembuangan akhir terurai ditampung dan
plankton dan limbah keg. ditapak ini dibakar di bak sampah,
benthos. sesuai peraturan;  material yang tidak
 Memastikan sistem terurai dikumpulkan
tanggap darurat ditempat yg disediakan
berjalan dengan baik. di lokasi kegiatan.
3 KESEHATAN Keg. mobilisasi alat  Jumlah kejadian  Menghindari dan  Pekerja wajib mengikuti Pada tapak  Periode  Dinas  Dinas
& bahan pd tahap kecelakaan laut mencegah terjadinya aturan K3 proyek pengelolaan  PT. BINTANG Kesehatan Kab. Kesehatan Kab.
DAN
KESELAMAT- operasi produksi & yang terjadi resiko kecelakaan kerja  Membuat organisasi penambangan, lingkungan FAJARGLOBAL Morowali Morowali;
AN KERJA (K-3) selama dijalur mobilisasi dan terganggunya keselamatan kerja dan kantor karyawan, adalah selama  Dinas  Dinas
pengoperasian alat dan material kesehatan pekerja dan memberi jaminan rute mobilisasi kegiatan operasi Perhubungan, Perhubungan,
jetty/darmaga. terkait dengan masyarakat sekitar asuransi kecelakaan kendaraan produksi dan Komunikasi & Komunikasi &

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL (PT. BFG)
III-60
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Matriks RKL Rencana Pengelolaan Lingkungan
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN
JENIS DAMPAK TUJUAN RENCANA LOKASI PERIODE
SUMBER TOLOK UKUR INSTANSI
NO YANG PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN INSTANSI
DAMPAK DAMPAK PELAKSANA TEMPAT
DIKELOLA LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN PENGAWAS
PELAPORAN
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
kegiatan operasi  Menggunakan pengangkut dari operasional jetty Informatika Informatika
produksi, dan perlengkapan stock pile ke berlangsung Kab. Morowali; Kab. Morowali;
jumlah kejadian keselamatan kerja dermaga, Jalur  Dinas Sosial  Pemerintah Kec.
kecelakaan kerja (pakaian khusus, topi pelayaran untuk Naker & Petasia dan
selama tahap proyek, masker, sepatu mobilisasi Bijih Transmigrasi Kepala Desa
operasi produksi boot, dan lainnya) Nikel dan pada Kab. Morowali.  Kantor
 Menyelenggarakan seluruh jalur  Camat Petasia Lingkungan
pelatihan keselamatan pelayaran laut & Pemerintah Hidup Kab.
kerja dan kesiagaan saat tahap operasi Desa Morowali.
tanggap darurat secara produksi  LSM di Kab.
priodik kepada seluruh berlangsung. Morowali.
personil/pekerja.
4 TERBUKANYA  Kegiatan  Jumlah atau  Memberikan  Pelatihan bagi karyawan  Pada tapak keg.  Periode  Dinas Sosial  Dinas Sosial
persentase tenaga kersempatan kerja pada & masy. sekitar ttg  PT. BINTANG
KESEMPATAN operasional penambangan pelaksanaan Naker & Naker &
KERJA DAN penambangan kerja lokal yang masyarakat setempat diversifikasi usaha utk pelaksn pengelolaan FAJARGLOBAL Transmigrasi Transmigrasi
BERUSAHA. Bijih Nikel (lebih terserap sesuai sesuai dengan pertanian & perikanan; pelatihan bagi untuk Kab. Morowali. Kab.
dari 10 tahun), kualifikasi dan kualifikasi dan  Pelatihan penanganan karyawan; kesempatan  Kantor Morowali.
 Kegiatan kebutuhan . kebutuhan; hasil-hasil pertanian &  Wilayah lingkar kerja dan Lingkungan  Kantor
Mobilisasi alat  Jumlah atau  Menciptakan sumber tangkapan nelayan; tambang 2 desa berusaha adalah Hidup Kab. Lingkungan
dan bahan persentase pendapatan bagi  Mengoptimalkn peng- yaitu Desa selama tahap Morowali Hidup Kab.
gunaan bahan &
penggunaan jasa masyarakat lokal. Ganda-Ganda & operasi  Dinas Morowali
material lokal yg terse-
masyarakat Bahoue dan desa produksi. Perhubungan,  Camat Petasia
dia di sekitar proyek;
setempat. sekitar lingkar Komunikasi & & Pemerintah
 Memprioritaskan TK
lokal sesuai dengan tambang bagi Informatika Desa
kompetensinya pelaksanaan Kab. Morowali
(kebutuhan dan pelatihan dan  Camat Petasia
spesifikasi TK); program & Pemerintah
 Memberikan prioritas pemberdayaan/ Desa
peluang berusaha kepd pengembangan
masyarakat setempat; masyarakat .
 Memberikan peluang/
kemudahan berusaha
bagi sektor informal di
sekitar lokasi kegiatan;
 Melaksanakan program
pemberdayaan/peng-
embangan masy. secara
benar sesuai kebutuhan
dan perkembangan.

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL (PT. BFG)
III-61
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Matriks RKL Rencana Pengelolaan Lingkungan
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN
JENIS DAMPAK TUJUAN RENCANA LOKASI PERIODE
SUMBER TOLOK UKUR INSTANSI
NO YANG PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN INSTANSI
DAMPAK DAMPAK PELAKSANA TEMPAT
DIKELOLA LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN PENGAWAS
PELAPORAN
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
5 GANGGUAN Kegiatan Tolok ukur  Untuk menghindari  Disediakan tempat  Di sekitar lokasi  Selama kegiatan  Dinas  Dinas
KESEHATAN operasional dampaknya adalah timbulnya berbagai jenis penampung limbah kegiatan operasi produksi  PT. BINTANG Kesehatan Kab. Kesehatan Kab.
MASYARAKAT tambang seperti: timbulnya berbagai penyakit yang domestik padat /cair penambangan tambang FAJARGLOBAL Morowali Morowali
penggalian dan jenis penyakit yang diakibatkan oleh adanya  Diadakan penyuluhan/ bijih nikel dan berlangsung.  Dinas ESDM  Kantor
penambangan bijih disebabkan oleh kegiatan operasional himbauan terhadap para fasilitas  Setiap 6 bulan Kab. Morowali Lingkungan
nikel, penurunan kualitas proyek. pekerja agar tidak penunjang sekali selama  Kantor LH Kab. Hidup Kab.
pengangkutan dan air dan udara membuang sampah lainnya, serta tahap operasi Morowali Morowali
pencucuian terhadap karyawan disembarang tempat. pemukiman produksi  Camat Petasia  Camat Petasia &
material tambang, dan penduduk  Meratakan/menutup penduduk yang tambang. & Pemerintah Pemerintah
dan pengangkutan sekitar lokasi tapak lubang-lubang bekas terkena dampak Desa Desa
produksi Bijih proyek pada saat galian sedini mungkin, (2 desa yaitu
Nikel operasional sesuai Permen ESDM Desa Ganda-
produksi. No. 18 Thn 2008 ttg Ganda &
reklamasi & penutupan Bahoue) dan
tambang. desa sekitar
 Disediakan fasilitas lingkar
MCK yang memadai tambang).
 Memelihara kendaraan
operasional agar emisi
gas buang di bawah
ambang normal
 Pekerjaan dilakukan
harus sesuai dengan
SOP yang mencakup
prosedur teknis maupun
lingkungan.
6 PROSES Kegiatan  Tolok ukur  Pengelolaan lingkungan  Penyuluhan tentang  Untuk persepsi  Periode  Badan Kesbang  Badan Kesbang
penambangan & dampaknya ; ini bertujuan untuk peran perusahaan dlm masyarakat ini pelaksanaan  PT. BINTANG dan Linmas dan Linmas
SOSIAL DAN
PERSEPSI pengolahan Bijih meliputi jumlah menghindari/mengura- program pemberdayaan disesuaikan pengelolaan FAJARGLOBAL Kab. Morowali Kab. Morowali.
MASYARAKAT Nikel beserta atau persentase ngi dan mencegah /pengembangan masy. dengan lokasi adalah selama  SATPOL - PP  Kantor
kegiatan-kegiatan penduduk yang timbulnya keresahan (ComDev/CSR) & pengelolaan kegiatan tahap Kab. Morowali Lingkungan
yang dilakukan mengeluh, resah, masyarakat akibat dari tanggung jawab moral terhadap sumber Operasi  Lembaga Hidup Kab.
pada tahap operasi gejolak-gejolak kegiatan tahap operasi lainnya yang dipikul dampaknya, produksi. Swadaya Morowali
dan operasional social, dan merasa produksi penambangan perusahaan; selama tahap Masyarakat  Camat Petasia &
Jetty. dirugikan dan pengolahan bijih  Membantu penyediaan operasi Kab. Morowali. Pemerintah
 Tingkat nikel sarana dan prasarana produksi,  Camat Petasia Desa
pemahaman sosial ekonomi masy.; terutama pd wil. & Pemerintah
masyarakat  Membantu peningkat- Desa Lingkar Desa
tentang kegiatan an kualitas pendidikan Tambang.
operasi produksi masy. berupa penyediaan

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL (PT. BFG)
III-62
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Matriks RKL Rencana Pengelolaan Lingkungan
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN
JENIS DAMPAK TUJUAN RENCANA LOKASI PERIODE
SUMBER TOLOK UKUR INSTANSI
NO YANG PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN INSTANSI
DAMPAK DAMPAK PELAKSANA TEMPAT
DIKELOLA LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN PENGAWAS
PELAPORAN
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
dari kegiatan sarana pendidikan,
proyek beasiswa bagi siswa
penambangan & berprestasi, termasuk
pengolahan bijih mengirim karyawan
nikel. lokal & siswa
berprestasi untuk
mengikuti pendidikan
khusus keterampilan
dalam bidang yang
sesuai dengan peluang
kerja yang ada ;
 Pelatihan pengemba-
ngan usaha dan potensi
ekonomi yang dapat
dikembangkan di
daerah sekitar proyek.
IV. TAHAP PASCA OPERASI
1 PERUBAHAN Penutupan areal Tolok ukur  Agar lahan bekas areal  Sosialisasi kepada  Pada tapak  Periode  Dinas  Dinas
bekas dampaknya adalah Penambangan dan masyarakat bahwa keg. wilayah pengelolaan  PT. BINTANG Kehutanan & Kehutanan &
TATA GUNA
LAHAN Penambangan dan perubahan Pengolahan Bijih Nikel Penambangan dan Penambangan lingkungan FAJARGLOBAL Perkebunan Perkebunan
Pengolahan Bijih peruntukan dapat digunakan sesuai Pengolahan Bijih Nikel dan Pengolahan adalah pada saat Kab. Morowali Kab. Morowali
Nikel serta fasilitas tataguna lahan fungsinya, dan oleh PT. BINTANG Bijih Nikel dan kegiatan  Kantor  Kantor
penunjangnya. pada lokasi tapak keperluan produktif FAJAR GLOBAL telah pada lokasi base penutupan Lingkungan Lingkungan
Penambangan dan lainnya. berakhir; camp serta pada Penambangan Hidup Kab. Hidup Kab.
Pengolahan Bijih  Membersihkan lokasi lokasi pembang- dan Pengolahan Morowali Morowali
Nikel dan tidak dari sisa-sisa bahan unan fasilitas Bijih Nikel PT.  Badan  Dinas ESDM
timbulnya Penambangan dan penunjang BINTANG Pertanahan Kab. Morowali
dissosiatif antar Pengolahan, produksi lainnya. FAJAR GLOBAL Kab. Morowali.  Pemerintah Kec.
warga masyarakat serta limbah lainnya;  Dinas ESDM Petasia dan
dan pemerintah  Menutup lubang galian Kab. Morowali Pemerintah
Desa. sesuai dengan peraturan  Pemerintah Desa
perundang-undangan Kec. Petasia dan
dan ketentuan teknis Pemerintah
yang berlaku (Permen Desa
ESDM No. 18 thn 2008);
 Membongkar
infrastruktur lapangan
meliputi base camp,
dan aneka sarana
fasilitas produksi;

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL (PT. BFG)
III-63
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Matriks RKL Rencana Pengelolaan Lingkungan
INSTITUSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN
JENIS DAMPAK TUJUAN RENCANA LOKASI PERIODE
SUMBER TOLOK UKUR INSTANSI
NO YANG PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN INSTANSI
DAMPAK DAMPAK PELAKSANA TEMPAT
DIKELOLA LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN PENGAWAS
PELAPORAN
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
 Memberikan hak-hak
karyawan ketika terjadi
pemutusan hubungan
kerja (PHK);
2 PERSEPSI Berakhirnya masa Jumlah atau  Meminimalisir sumber  Sisa-sisa bahan kimia  Pada tapak  Selama masa  Dinas  Kantor
 PT. BINTANG
MASYARAKAT operasional persentase keluhan dampak dari kegiatan yang digunakan agar proyek tahapan Kehutanan & Lingkungan
perusahan masyarakat selama penutupan bekas dikemas sesuai dengan Penambangan pembongkaran FAJARGLOBAL Perkebunan Hidup Kab.
tambang PT. penutupan Penambangan dan ketentuan yang berlaku dan Pengolahan fasilitas Kab. Morowali Morowali
BINTANG FAJAR kegiatan aktifitas Pengolahan Bijih Nikel (pedoman Material serta pada lokasi penunjang dan  Kantor  Badan Kesbang
GLOBAL, Penambangan dan serta pembongkaran Safety Data Sheet; MSDS) basecamp & infrastruktur Lingkungan dan Linmas
penutupan bekas Pengolahan Bijih fasilitas penunjang dan  Tetap melakukan fasilitas perusahaan. Hidup Kab. Kab. Morowali.
Penambangan dan Nikel berlangsung. infrastruktur pemantauan lingk pd penunjang Morowali  Dinas ESDM
Pengolahan bijih perusahaan areal bekas kegiatan lainnya di  Badan Kesbang Kab. Morowali
nikel serta penambangan yang wilayah Kec. dan Linmas  Badan
pembongkaran ditinggalkan. Petasia. Kab. Morowali Pertanahan
fasilitas penunjang  Memberikan hak-hak  Badan Kab. Morowali
dan infrastruktur karyawan ketika terjadi Pertanahan  Pemerintah Kec.
perusahaan. PHK. Kab. Morowali. Petasia dan
 Mengumumkan kepada  Dinas ESDM Pemerintah
pemerintah setempat Kab. Morowali Desa
dan masyarakat sekitar  SATPOL – PP
perihal penutupan Kab. Morowali
aktifitas Penambangan  Pemerintah
PT. BINTANG FAJAR Kec. Petasia dan
GLOBAL serta upaya- Pemerintah
upaya pemulihan dan Desa
rehabilitasi lingkungan
yang dilakukan oleh
pihak manajemen
perusahaan

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL (PT. BFG)
III-64
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
DAFTAR PUSTAKA

PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


Jl. Kayu Agung I No. 1 Kawasan Andalas III Bukit Baruga Makassar;
Telp. (0411) 493062; Email : bintangfajarglobal@yahoo.com
Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA

2012 PT. Bintang Fajar Global (PT. BFG); Laporan Studi Kelayakan/Feasibility
Study PT. BINTANG FAJAR GLOBAL, Februari 2012; Kabupaten
Morowali Sulawesi Tengah. Makassar.
2012 Kabupaten Morowali Dalam Angka, Badan Pusat Statistik.
2012 Kecamatan Petasia Dalam Angka, Badan Pusat Statistik. Katalog BPS:
1403.72.03.070.
2011 PT. Bintang Fajar Global (PT. BFG); Laporan Eksplorasi Regional PT.
BINTANG FAJAR GLOBAL, November 2011; Blok Ganda-Ganda Kec.
Petasia Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah. Makassar.
2011 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Morowali Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2010. Katalog BPS: 930203.7203
2010 KLH RI.; Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH). Kantor
Lingkungan Hidup (KLH) Pusat, Jakarta.
2010 KESDM RI.; Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 04 Tahun 2009
Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Kantor Kementerian Negara
Energi Sumberdaya Mineral (KESDM) Pusat, Jakarta.
2007 Arif, I. Perencanaan Tambang Total Sebagai Upaya Penyelesaian
Persoalan Lingkungan Dunia Pertambangan, UNSRAT, Manado
2007 Pribadi, P. Peranan Asosiasi Dalam Peningkatan Kualitas Program CSR
Perusahaan Tambang, Indonesian Mining Association, Balikpapan
2007 The Nature Conservancy (TNC); Keanekaragaman Hayati (Vegetasi, Avifauna
dan Mamalia) Di Cagar Alam Morowali, Sulawesi Tengah. Yayasan Ngata
Anata (YANGATA)- The Nature Conservancy (TNC), Palu Sulteng.
2006 KPP Konservasi; Ensiklopedi Bahan Galian Indonesia, Seri Batugamping,
Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
2002 Rahmawaty,. Restorasi Lahan Bekas Tambang berdasarkan Kaidah
Ekologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan
2001 Karliansyah, M.R. Aspek Lingkungan Dalam AMDAL Bidang
Pertambangan. Pusat Pengembangan dan Penerapan AMDAL. Jakarta
1997 Suryowinoto, S.M. Flora Eksotika Tanaman Peneduh. Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.
1994 Mursoedi, DS. Widagdo, Junus, D, Nata Suharta, Darul SWP., Sarwono, H
dan Hof, J. Pedoman Klasifikasi Landform, Pusat Penelitian Lingkungan
Tanah dan Agroklimatology, Bogor.
1993 Hardjasoemantri, K. Hukum Perlindungan Lingkungan Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Edisi Kedua, Cetakan
Pertama, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH DP-1
Daftar Pustaka

1993 Harto, S. Analisis Hidrologi. Cetakan Petama. Jakarta: PT. Gramedia


Pustaka Utama.
1992 Alaerts, G. Penuntun Analisis Mengenai Dampak Lingkungan di
Indonesia, Jakarta: Bapedal-EMDI.
1992 Fandeli, C. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Prinsip Dasar dan
Pemahamannya dalam Pembangunan. Liberty, Yogyakarta.
1992 Fardiaz, Srikando. Polusi Air dan Udara. Edisi I, Cetakan I. Yayasan
Kanisius, Yogyakarta
1991 Gunawan. S. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Gadjah Mada
University Press, Yoyakarta
1990 Alikodra, H.S. Pengelolaan Satwa Liar. Pusat Antar Universitas (PAU) Ilmu
Hayat, Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor.
1990 Aneka Tambang, P.T., “Studi Evaluasi Lingkungan (SEL) Unit
Pertambangan Nikel, Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara”.
1989 Arsyad, S,. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB. Bogor
1989 Sjafei, D.S., R. Affandi, R., M.F. Rahardjo dan M. Brodjo. Sistimatika Ikan
Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Dirjen Dikti, PAU - Ilmu Hayat. IPB, Bogor
1987 Alaerts, G., dan S. Sri Sumestri. Metode Penelitian Air. Cetakan Pertama,
Surabaya.
1986 Hutabarat, S. dan S.M. Evans. Kunci Identifikasi Zooplankton. Universitas
Indonesia Press, Jakarta.
1986 MacKinnon, K. Alam Asli Indonesia flora, Fauna dan Keserasian. PT.
Gramedia, Jakarta
1984 Suparni, Nniek. Pelestarian, Pengelolaan dan Penegakan Hukum
Lingkungan Edisi I Cetakan ke-2. Sinar Grafika, Jakarta
1982 Sachlan, M. Planktonology. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro,
Semarang. Universitas Gaja Mada Press, Yoyakarta, 295 hal.
1981 Schwab. G.O., R.K. Prevert, T.W. Edminester, and K.K. Barnes. Soil and
Water Conservation Engineering. John Wiley & Sons, Inc. New York
1976 Surianegara, I. dan Indrawan, A; Ekologi Hutan Indonesia. Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor.
1974 Stermole Franklin J., “Economic Evaluation and Investment Decision
Methode”, Colorado School of Mine.
1971 Odum. E.P. Fundamental of Ecology. Third edition, W.B. Sounders Co.
Philaddelphia and London, 546 pp.

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH DP-2
Lampiran-Lampiran

LAMPIRAN
PETA RENCANA PENGELOLAAN
LINGKUNGAN

DOKUMEN RKL – PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
DL- 1

Anda mungkin juga menyukai