(ANDAL)
RENCANA PENAMBANGAN BIJIH NIKEL
DI KECAMATAN BAHODOPI
KABUPATEN MOROWALI
2017
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali iii
Provinsi Sulawesi Tengah
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1-1 Letak Titik-Titik Koordinat Rencana Kegiatan Penambangan I-1
Tabel 1-2 Perhitungan Sumber daya Tahun 2016 I-11
Tabel 1-3 Perhitungan Cadangan Tahun 2016 I-11
Tabel 1-4 Rencana Jadwal Produksi dan Penanganan O/B I-12
Tabel 1-5 Jumlah dan kualifikasi Tenaga Kerja Yang Akan Diterima I-14
Tabel 1-6 Rekapitulasi volume pekerjaan harian I-16
Tabel 1-7 Rekapitulasi Keperluan Peralatan Tambang I-16
Tabel 1-8 Jumlah Kebutuhan Peralatan Utama Penambangan NikeL I-24
Tabel 1-9 Data Sequence Tambang PT. KBM I-27
Tabel 1-10 Rencana Reklamasi 5 Tahun Pertama I-28
Tabel 1-11 Luas Rencana Sump Setiap Tahun I-31
Tabel 1-12 Rencana Reklamasi 5 Tahun Pertama I-33
Tabel 1-13 Matriks Dampak Penting Hipotetik (DPH) I-38
Tabel 1-14 Batas Waktu Kajian I-42
Tabel 2-1 Hasil Analisis Kualitas Udara Ambien di Lokasi Proyek II-2
Tabel 2-2 Hasil pengujian kualitas air sungai di wilayah studi II-5
Tabel 2-3 Hasil Analisis Kualitas Laut di Wilayah Studi II-9
Tabel 2-4 Luas lahan menurut pemanfaatannya di Kecamatan Bahodopi II-13
Tabel 2-5 Klasifikasi Tanah II-14
Tabel 2-6 Hasil analisis tanah di lokasi Rencana Kegiatan II-15
Tabel 2-7 Prediksi Laju Erosi di Lokasi Rencana Usaha Penambangan PT. II-17
Kencana Bumi Mineral
Tabel 2-8 Skala Kualitas Lingkungan Flora Darat II-32
Tabel 2-9 Nilai Penting dan Indeks Keanekaragaman Flora Tingkat Pohon II-32
di Sekitar Lokasi Kegiatan Penambangan Biji Nikel
Tabel 2-10 Nilai Penting dan Indeks Keanekaragaman Flora Tingkat Tiang II-33
di Sekitar Lokasi Kegiatan Penambangan Biji Nikel
Tabel 2-11 Nilai Penting dan Indeks KeanekaragamanFlora Tingkat II-34
Pancang di Sekitar Lokasi Kegiatan Penambangan Biji Nikel
Tabel 2-12 Nilai Penting dan Indeks KeanekaragamanFlora Tingkat anakan II-35
dan tumbuhan bawah di Sekitar Lokasi Kegiatan Penambangan
Biji Nikel
Tabel 2-13 Jenis-jenis mamalia, reptilia dan amphibia yang terdapat disekitar II-38
lokasi kegiatan penambangan biji nikel
Tabel 2-14 Jenis-jenis aves yang terdapat disekitar lokasi studi II-38
Tabel 2-15 Jenis-jenis nekton di sungai sekitar tapak kegiatan penambangan biji II-40
nikel
Tabel 2-16 Indeks keanekaragaman dan kelimpahan zooplankton diperairan II-41
sungai disekitar lokasi tapak kegiatan penambangan biji nikel
Tabel 2-17 Indeks keanekaragaman dan kelimpahan fitoplankton diperairan II-42
sungai sekitar lokasi tapak kegiatan penambangan biji nikel
Tabel 2-18 Indeks keanekaragaman dan kelimpahan benthos diperairan II-42
pantai sekitar lokasi tapak kegiatan penambangan biji nikel
Tabel 2-19 Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan serta Sex Rasio II-43
Penduduk di Wilayah dan Desa Studi
Tabel 2-20 Tingkat pendidikan masyarakat di wilayah studi 2016 II-45
Tabel 2-21 Tingkat Pendidikan Responden di Wilayah Studi II-46
Tabel 2-22 Sarana dan Prasarana Peribadatan di Wilayah dan di desa II-46
studi 2016
Tabel 2-23 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Studi II-47
Tahun 2017
Tabel 2-24 Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Responden Setiap Bulan II-48
Tabel 2-25 Banyaknya sarana dan prasarana perkonomian di wilayah studi II-49
2016
Tabel 2-26 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Morowali II-50
atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta
Rupiah) Tahun 2009-2013
Tabel 2-27 Distribusi Prosentase Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) II-50
Kabupaten Morowali atas Dasar Harga Konstan Menurut
Lapangan Usaha (Jutaan rupiah) 2009-2013
Tabel 2-28 Pencari Kerja yang Masih Terdaftar Menurut Tingkat Pendidikan II-51
Dan Jenis Kelamin Tahun 2015 –2016
DAFTAR TABEL
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali iv
Provinsi Sulawesi Tengah
Halaman
Tabel 2-29 Persepsi Masyarakat Terhadap Rencana Pertambangan dan II-56
Bijih Nikel oleh PT. Kencana Bumi Mineral
Tabel 2-30 Pendapat Responden Tentang Beberapa Manfaat dengan II-56
Adanya Kegiatan penambangan Nikel
Tabel 2-31 Pendapat Responden Tentang Adanya Kerugian Jika Kegiatan II-57
penambangan Direalisasikan
Tabel 2-32 Jenis dan jumlah sarana air bersih yang digunakan oleh II-59
Masyarakat wilayah Puskesmas Bahodopi Kecamatan Bahodopi
Tahun 2016
Tabel 2-33 Akses sanitasi masyarakat di Puskesmas Bahodopi Kecamatan II-59
Bahodopi Tahun 2016
Tabel 2-34 Sepuluh (10) Penyakit Terbesar yang diderita oleh penduduk di II-60
Wilayah Puskesmas Bahodopi Kecamatan Bahodopi Kabupaten
Morowali Tahun 2016
Tabel 2-35 Tenaga kesehatan dan Fasilitas Kesehatan yang ada di Wilayah II-61
Kecamatan Bahodopi Puskesmas Bahodopi Tahun 2016
Tabel 3-1 Kriteria Penentuan Penting (P) Atau Tidak Penting (TP) III-2
Tabel 3-2 Konsumsi Bahan Bakar Alat-alat Berat III-6
Tabel 3-3 Faktor Emisi Bahan Bakar III-6
Tabel 3-4 Prakiraan Peningkatan Kadar Emisi III-7
Tabel 3-5 Nilai skala kualitas udara III-7
Tabel 3-6 Prakiraan Kebisingan pada tahap konstruksi III-9
Tabel 3-7 Prediksi Laju Erosi di Lokasi Rencana Usaha Penambangan III-12
PT. Kencana Bumi Mineral
Tabel 3-8 Hasil Analisis Kualitas Air Sungai Pada Lokasi Kegiatan III-13
Tabel 3-9 Konsumsi Bahan Bakar Alat-alat Berat III-25
Tabel 3-10 Faktor Emisi Bahan Bakar III-25
Tabel 3-11 Prakiraan Peningkatan Kadar Emisi III-26
Tabel 3-12 Prakiraan Kebisingan pada tahap produksi III-27
Tabel 3-13 Hasil Analisis Kualitas Air Sungai Pada Lokasi Kegiatan III-28
Tabel 3-14 Prediksi Laju Erosi di Lokasi Rencana Usaha Penambangan III-31
PT. Kencana Bumi Mineral
Tabel 4-1 Hasil Evaluasi Dampak Penting Usaha Pertambangan Bijih IV-6
Nikel PT. Kencana Bumi Mineral Dengan Metoda Matriks
Sederhana
Tabel 4-2 Ringkasan Arahan Pengelolan dan Pemantauan Lingkungan IV-14
Kegiatan Usaha Pertambangan Bijih nikel PT. Kencana Bumi
Mineral
DAFTAR TABEL
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali v
Provinsi Sulawesi Tengah
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Rencana Tata Letak Insfrastruktur PT. Kencana Bumi Mineral I-3
Gambar 1.2 Peta Situasi Rencana Penambangan PT. Kencana Bumi I-4
Mineral
Gambar 1.3 Peta Lintasan Pengambilan Sampel Daerah KBM I-7
Gambar 1.4 Peta Distribusi Tes PIT PT. Kencana Bumi Mineral I-8
Gambar 1.5 Peta Sebaran Titik Bor PT. Kencana Bumi Mineral I-9
Gambar 1.6 Prosedur Penentuan Peralatan I-17
Gambar 1.7 Rencana Dimensi Jalan Tambang I-19
Gambar 1.8 Sistem tambang terbuka (Open Cast ) I-21
Gambar 1.9 Proses pengolahan nikel I-21
Gambar 1.10 Bagian-bagian dari Bench I-23
Gambar 1.11 Desain Tambang Blok A-E I-26
Gambar 1.12 Arah Penggalian Dan Arah Kemajuan Tambang Tahun 1- 10 I-28
Gambar 1.13 Peta rencana jalan akses kelokasi kegiatan penambangan I-30
Gambar 1.14 Pabrik Smelter PT. Sulawesi Mining Invesment (PT. SMI) I-30
Gambar 1.15 Penampang Saluran Terbuka I-30
Gambar 1.16 Bentuk Kolam Pengendapan Yang Memenuhi Syarat Teknis I-32
Gambar 1.17 Diagram Alir Proses Dampak penting Usaha Penambangan I-39
Bijih Nikel
Gambar 2.1 Grafik Curah Hujan Kecamatan Bahodopi dan Sekitarnya II-1
Kabupaten Morowali Tahun 2012-2015
Gambar 2.2 Sampling udara ambien dan kebisingan di wilayah studi II-3
Gambar 2.3 Jenis Tanah Lokasi studi II-14
Gambar 2.4 Morfologi Regional di Wilayah Morowali, Morowali Utara, Poso II-19
dan Tojo Unauna Garis tebal hitam merupakan jalur patahan
(sesar) aktif Sesar Matano yang berlanjut sampai ke Palu-
Koro, merupakan struktur regional yang berpengaruh pada
morfologi regional
Gambar 2.5 Citra topografi wilayah sekitar areal Rencana Penambangan PT. II-20
Kencana Bumi Mineral di Bahodopi dan Lalampu (Google Map,
2016)
Gambar 2.6 Kondisi Lereng (slope) Perbukitan Bergelombang Lemah-Kuat II-21
dan kuat – sangat kuat ( kamera arah Selatan )
Gambar 2.7 Kondisi Lereng ( slope ) Perbukitan Bergelombang kuat - II-22
sangat kuat
Gambar 2.8 Kondisi Morfologi blok G II-22
Gambar 2.9 Mineral batuan ultrabasa II-23
Gambar 2.10 batuan konglomerat II-23
Gambar 2.11 Kenampakan Kekar sebagai dampak terjadinya Sesar II-24
Regional
Gambar 2.12 Peta Geologi Lokal Daerah Studi II-24
Gambar 2.13 Singkapan batuan ultrabasa di tebing S. Bangkulango. Batuan II-25
ini sebagian besar telah menunjukkan gejala pelapukan dan
alterasi. Gejala seretan sesar akibat kompleksitas struktur
pada batuan ultrabasa turut berperan dalam alterasi batuan.
Gambar 2.14 Singkapan tanah laterit sebagai hasil alterasi dan pelapukan II-25
residual batuan ultrabasa. Lokasi di bagian timur laut blok izin
IUP. Batuan ini sebagian besar telah menunjukkan gejala
pelapukan dan alt
Gambar 2.15 Peta Geologi Rencana Lokasi Pertambangan Nikel di II-26
Bahodopi dan Lalampu Kecamatan Bahodopi
Gambar 2.16 Sebaran titik-titik pusat gempa di Sulawesi bagian tengah II-28
Gambar 2.17 Peta Zonasi Gempa Indonesia (untuk wilayah studi nilai II-28
percepatan gempa di batuan dasar 0,4 - 0,5 g)
Gambar 2.18 Kondisi hutan pada lokasi penambangan biji nikel II-31
Gambar 2.19 Kondisi hutan di lokasi penambangan biji nickel II-31
Gambar 3.1 Rencana Jalur Mobilisasi ke Tapak Proyek III-6
Gambar 3.2 Ilustrasi bukaan tambang dengan single slope dan overall III-24
slope pada penambangan laterit nikel yang direncanakan
DAFTAR GAMBAR
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali vi
Provinsi Sulawesi Tengah
Gambar 3.3 Jalur mobilisasi pengangkutan dan penimbunan III-25
Gambar 4.1 Bagan Alir Dampak Penting Rencana Usaha Pertambangan IV-3
Bijih nikel
DAFTAR GAMBAR
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali vii
Provinsi Sulawesi Tengah
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1997, Manual Kapasitas Jalan Indonesia, Dirjen Bina Marga Direktorat Bina
Kota Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia
Arsyad, S., 2006. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB (IPB Press), Bogor
Asdak, C., 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Canter L.W and Loren G. Hill, 1979, Handbook of Variables for Environmental Impact
Assessment, Ann Arbor, Michigan
Canter L.W, 1996, Environmental Impact Assessment, 2nd Edition, McGraw-Hill, New
York
Kencana Bumi Mineral PT. 2015. Laporan Akhir Studi Kelayakan Penambangan Bijih
Nikel. Di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi
Tengah.
Fandeli, Chafid, 2004, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Prinsip Dasar dan
Penerapannya Dalam Pembangunan, Liberty Yogyakarta.
BPS Kabupaten Morowali, 2016. Kecamatan Bahodopi Dalam Angka 2016. Badan
Pusat Statistik Kabupaten Morowali.
Krebs, C.J, 1989, Ecological Methodology, Harper & Row Inc. Publisher, New York.
Melati Ferianita Fachrul, 2007, Metode Sampling Bioekologi, PT Bumi Aksara, Jakarta
Needham, P.R., 1972. A Guide to the Study of Freshwater Biology. Needham and
Needham. Berkeley, California. USA
R. P. Stone and D. Hilborn, 2000, Universal Soil Loss Equation (USLE), Agriculture
Engineering
Shirota, A., 1966. The Freshwater Plankton of South VietNam, Overseas Technical
Cooperation Agency, Japan
Wischmeier, W.H., dan D.D. Smith. 1978. Predicting Rainfall Erosion Losses - A Guide
to Conservation Planning. Agriculture Handbook No. 537. US. Departement of
Agriculture, Washington DC
DAFTAR PUSTAKA DP - 1
1.1 RINGKASAN DESKRIPSI RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN
1.1.1 Diskripsi Umum
a. Lokasi Rencana Kegiatan
Wilayah IUP Eksplorasi PT. Kencana Bumi Mineral secara administratif terletak
di wilayah Desa Bahodopi, Desa Lalampu Dan Wilayah Desa Siumbatu Kecamatan
Bahodopi Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah. IUP Eksplorasi yang telah
diterbitkan adalah seluas 2549 Ha, terdiri dari 2350 Ha Atau 92,19% Hutan Produksi
Terbatas (HPT), dan 199 Ha Atau 7,81% Hutan Produksi Konversi (HPK). Area lain
seperti Hutan Lindung (Hl) Berada diluar kawasan IUP PT. Kencana Bumi Mineral. Di
sekitar wilayah IUP Eksplorasi tersebut juga terdapat kegiatan penambangan nikel dari
perusahaan lain yaitu pada wilayah IUP Operasi Produksi (KP Eksploitasi) PT. Bintang
Delapan Mineral. Untuk Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar.2.1 Berikut .
Akses menuju area penambangan Bijih Nikel dapat ditempuh dari Desa Fatufia
Kecamatan Bahodopi kurang lebih 2 Jam. Dari kota Palu sekitar 14 jam melalui
perjalanan darat atau sekitar 1,5 jam dari Kota Bungku Ibu Kota Kabupaten Morowali
yang berjarak sekitar 45 km ke arah Utara atau sekitar 8 jam dari Kendari yang berjarak
sekitar 240 km di arah Tenggara. Ruas jalan ini memiliki lebar 7 meter dengan bahu
jalan 1,5 – 2 meter. Jalan berpermukaan aspal dan dalam kondisi baik.
Selain itu, dengan menggunakan moda transportasi laut dapat ditempuh melalui
pelabuhan Kendari dengan waktu tempuh sekitar 5 – 6 jam menuju pelabuhan Jetty di
Kecamatan Bahodopi. Koordinat titik-titik wilayah Kuasa Pertambangan PT. Kencana
Bumi Mineral terletak pada 122º 0’ 58” Bujur Timur (BT) – 2º 49’ 55.8” Lintang Selatan
(LS) dan 122º 0’ 58” Bujur Timur (BT) – 2º 52’ 37.8” Lintang Selatan (LS). Letak titik-
titik koordinat lokasi rencana kegiatan penambangan bijih nikel dapat dilihat pada Tabel
1.1. di bawah ini..
b. Tata Letak (Layout) Infrastruktur dan Rencana Penambangan PT. Kencana Bumi
Mineral
Tata letak (Layout) Infrastruktur yang akan dirancang pada kegiatan
Penambangan bijih nikel disajikan dalam bentuk Gambar Rencana Tata Letak
Insfrastruktur PT. Kencana Bumi Mineral (Gambar 1.1.) sedangkan gambaran secara
totalitas kondisi lokasi rencana kegiatan PT. Kencana Bumi Mineral dapat dilihat pada
gambar peta situasi rencana kegiatan (Gambar 1.2).
Gambar 1.1. Rencana Tata Letak Insfrastruktur PT. Kencana Bumi Mineral
1. Laterisasi Nikel
Berdasarkan pengamatan pada daerah Blok KBM A, B, C, D dan E, pola sebaran
nikel laterit merupakan hasil dari pelapukan batuanUltramafik ( Laterit ). Warna laterit
yang dijumpai di sepanjang jalur lintasan dan stasiun pengamatan dapat
diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga ) kelompok yaitu laterit hitam, laterit cokelat dan laterit
merah.
PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I-5
Provinsi Sulawesi Tengah
5. Kualitas laterit Nikel
Berdasarkan pengamatan di lapangan tebal tanah laterit di daerah studi
berkisar 1,2 – 20 m, sedangkan pada data bor di lokasi pengujian terpilih adalah
10 – 17 m. Kandungan bijih nikel yang diperoleh hasil uji laboratorium sangat
bervariasi dari 0.67 – 1.27 % pada limonit atau dengan rata-rata 0.89 % sedangkan
pada saprolit 1.07 – 2,37%.
PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I-6
Provinsi Sulawesi Tengah
Sumber : Studi kelayakan PT. Kencana Bumi Mineral
PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I-7
Provinsi Sulawesi Tengah
Sumber : Studi kelayakan PT. Kencana Bumi Mineral
Gambar 1.4. Peta Distribusi Tes PIT PT. Kencana Bumi Mineral
PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I-8
Provinsi Sulawesi Tengah
Sumber : Studi kelayakan PT. Kencana Bumi Mineral
Gambar 1.5. Peta Sebaran Titik Bor PT. Kencana Bumi Mineral
PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I-9
Provinsi Sulawesi Tengah
d. Kegiatan Test Pit dan Pengeboran
1. Pembuatan Tes PIT
Kegiatan sumur uji (Gambar 1.4.) bertujuan untuk mengetahui penyebaran,
ketebalan, kedalaman dan memastikan jumlah volume nikel ore yang ada.
Kedalaman penggalian antara +5 m, dengan mempertimbangkan pola penyebaran
batuan. Penggalian diarahkan di daerah sekitar singkapan untuk mengetahui
ketebalan, penyebaran, dan ketebalan tanah penutup
2. Pemboran
Kegiatan pemboran (Gambar 1.5.) bertujuan untuk mengetahui penyebaran,
ketebalan, kedalaman dan memastikan jumlah volume ore yang ada dalam
penggalian antara 8 -17 m, dengan mempertimbangkan pola penyebaran batuan
dilapangan. Total Lubang Bor yang dibuat sebanyak 25 Titik dengan Total
Kedalaman 318 meter. Pemboran dilakukan pada 5 Blok area Eksplorasi yaitu:
Blok A sebanyak 3 Titik dengan kedalaman antara 8 hingga13 meter,
Blok B sebanyak 8 Titik dengan kedalaman antara 8 hingga 17 meter,
Blok C sebanyak 5 Titik dengan kedalaman antara 6,40 hingga 17 meter,
Blok D sebanyak 5 Titik dengan kedalaman antara 8 hingga17 meter, dan
Blok E sebanyak 4 Titik dengan kedalaman antara 11 hingga16 Meter
PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 10
Provinsi Sulawesi Tengah
Tabel 1.2. Perhitungan Sumber daya Tahun 2016
SUMBER DAYA (2016)
NAMA SUMBERDAYA
NO. BLOK/ TEREKA TERUNJUK TERUKUR
Volume Volume
PROSPEK Volume (Ton) Kadar Kadar Kadar
(Ton) (Ton)
1 2 3 4 5 6 7
1 BLOK A 6,120,352 1.45 4,896,281 1.61 3,108,750 1.79
2 BLOK B 31,716,563 1.38 25,373,250 1.53 16,110,000 1.70
3 BLOK C 20,353,528 1.47 16,282,823 1.63 10,338,300 1.81
4 BLOK D 19,191,769 1.50 15,353,415 1.67 9,748,200 1.85
5 BLOK E 7,773,806 1.49 6,219,045 1.66 3,948,600 1.84
Total 85,156,017.19 68,124,814 43,253,850
Sumber : Studi kelayakan PT. Kencana Bumi Mineral
PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 11
Provinsi Sulawesi Tengah
jalan tambang, jalan angkut, emplasemen berkisar antara 100 hingga 300
meter.
3) Sumber daya mineral berupa bahan galian golongan C berupa pasir, batu, sirtu
dan tanah urug yang berada di wilayah IUP Operasi Produksi yang dimohon dan
wilayah sekitarnya. Jarak antara tersedianya sumberdaya bahan galian
golongan C yang berjarak hanya beberapa ratus meter sampai beberapa
kilometer dari lokasi rencana kegiatan, dapat dimanfaatkan sebagai material
bahan bangunan untuk pembangunan jalan angkut bijih, jalan kerja,
emplasemen dan fasilitas lainnya.
4) Sumberdaya kayu yang berada di tapak proyek dan sekitarnya yang
dieksploitasi oleh PT. Kencana Bumi Mineral dapat dimanfaatkan sebagai
bahan bangunan untuk pembangunan fasilitas penambangan. Jarak antara
tersedianya Sumberdaya kayu dengan lokasi rencana kegiatan berkisar antara
0 sampai 1,0 km.
5) Sumberdaya manusia yang berada di wilayah desa –desa sekitar meliputi Desa
Fatufia, Desa Bahodopi, Desa Lalampu dan Desa Siambatu serta masyarakat
sekitarnya di Kecamatan Bahodopi. Sumberdaya manusia yang berada di
desa-desa tersebut dapat dimanfaatkan sebagai tenaga kerja tahap konstruksi
maupun tahap operasi. Jarak antara tersedianya sumberdaya manusia dengan
lokasi rencana kegiatan berkisar antara 8 - 15 km.
6) Sumberdaya ikan hasil tangkapan nelayan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan akan bahan makanan bagi karyawan yang bekerja pada kegiatan
pertambangan bijih nikel. Jarak antara tersedianya sumberdaya ikan dengan
lokasi rencana kegiatan berkisar antara 8- 12 Km
PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 12
Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun Kegiatan Penambangan Produksi
Ore Getting O/B Removal Tambang
(WMT) (BCM) (WMT)
8 4,800,000 6,277,203 4,704,000
9 4,800,000 6,277,203 4,704,000
10 4,800,000 6,277,203 4,704,000
Total 42,000,000 54,925,523 41,160,000
Sumber : Studi kelayakan PT. Kencana Bumi Mineral
PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 13
Provinsi Sulawesi Tengah
dan pengolahan bijih nikel dan mendapatkan manfaatnya dari kegiatan tersebut
untuk kesejahteraanya.
b. Pembebasan lahan
Pembebasan lahan dilakukan guna untuk memenuhi keperluan
operasional pertambangan bijih nikel berikut sarana dan prasarana
pertambangan serta area penyangga. Wilayah yang diajukan untuk permohonan
IUP Operasi Produksi PT. Kencana Bumi Mineral berada dalam kawasan hutan
produksi terbatas (HPT), hutan konversi (HK). Berkaitan dengan adanya
kawasan hutan tersebut, maka segala persyaratan sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku akan dipatuhi oleh PT. Kencana Bumi Mineral yaitu
harus ada izin pinjam pakai dari Menteri Kehutanan RI Pada tapak rencana
pembangunan fasilitas/infrastruktur penambangan bijih nikel.
Terhadap kemungkinan terdapat lahan-lahan milik warga masyarakat
dengan tanam tumbuh di atasnya, akan dilakukan melalui proses pemberian
kompensasi atas lahan dan tanam tumbuh secara langsung melalui musyawarah
untuk mufakat yang bisa diterima oleh kedua belah pihak berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yakni antara PT. Kencana Bumi Mineral
dengan para pemilik lahan. Untuk kepentingan tersebut harus dilakukan
pengukuran baik luasannya maupun tata batasnya berdasarkan perijinan yang
ada
2. Tahap Konstruksi
a. Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi
Penerimaan tenaga kerja yang berkaitan dengan kegiatan pertambangan
bijih nikel yang meliputi penggalian, pengangkutan bijih nikel, sejak tahap
konstruksi sampai operasi pertambangan terdiri atas:
1. Staf Manajerial dan Teknisi. Tenaga manajerial senior dan staf teknisi akan
diatasi oleh tenaga kerja dengan pengalaman lebih dari 5 (lima) tahun
dalam proyek penambangan bijih nikel di Indonesia.
2. Operator peralatan bergerak dan tidak bergerak serta teknisi yang terampil.
3. Tenaga kerja kasar/tak terampil.
Prioritas tenaga kerja yang akan diterima diutamakan angkatan kerja
yang berasal dai wilayah setempat, meliputi wilayah Kecamatan Bahodopi dan
Kecamatan Bungku Timur Kabupaten Morowali, sepanjang persyaratan yang
telah itetap kandapat dipenuhi. Terhadap tenaga kerja yang telah diterima namun
belum memiliki ketrampilan atau keahlian sesuai yang dibutuhkan, maka akan
ilakukan pendidikan dan pelatihan.
Tenaga kerja yang tidak langsung berhubungan dengan operasi
penambangan jumlahnya relatif tetap selama umur penambangan, sedangkan
untuk tenaga kerja yang terlibat langsung dalam operasi penambangan, terutama
untuk operator alat berat, disesuaikan dengan jumlah alat yang harus
dioperasikan dengan memperhatikan jumlah shift dan target produksi. Pada
alternatif kedua jumlah tenaga kerja langsung lebih sedikit karena sistem
pengerjaannya dikontrakkan. Jumlah dan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan
selama umur proyek penambangan adalah 113 orang.
Tabel 1.5. Jumlah dan kualifikasi Tenaga Kerja Yang Akan Diterima
No Posisi/Jabatan Jumlah
1 Site Manager 1
2 Kepala teknik Tambang 1
PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 14
Provinsi Sulawesi Tengah
No Posisi/Jabatan Jumlah
3 Wakil Teknik Tambang 1
4 Safety Chief-K3 1
Pelaksana Patroli/Pengawas K3 5
5 Ka. Operasi Tambang 1
Staf Operasi Tambang 5
6 Ka. Dept. Logistik-WorkShop 1
Staf. Dept. Logistik-WorkShop 5
7 Ka. Dept. Lingkungan 1
Staf. Dept. Lingkungan-Pelaksana 3
8 Ka. Humas HRD/Personalia 1
Staf HRD dan CSR (Comdev) 3
9 Ka. Dept. Keuangan 3
Staf Bagian Keuangan 2
10 Ka Perencanaan Tambang/Produksi 1
Mine Plan 2
Geologist 1
Surveyor 2
Staf Pembantu Umum 6
11 Staf Stock Pile 10
12 Staf Quality Control 10
13 Staf T. Civil/Road Maintenance Stockpile 5
14 Staf dan Pelaksana Konsumsi 6
15 Satuan Pengaman 10
16 Operator Alat Berat 26
Jumlah 113
Sumber : Studi kelayakan PT. Kencana Bumi Mineral
PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 15
Provinsi Sulawesi Tengah
Alat Utama
Bulldozer:
Dipergunakan untuk pengupasan tanah penutup /OB, menyusun tumpukan bijih
dan bantuan untuk mendekatkan/mengunpan dalam pemuatan bijih ditempat-
tempat yang tidak terjangkau dump truk.
Jenis : D 8R, D 7R; Bucket kapasitas 2,5 m3
Hydraulic Excavator (Backhoe)
Jenis : Komatsu PC 400, kapasitas bucket 2.3 m3
Keperluan :
Untuk membongkar/penggalian ore
Pemuatan ke Dump Truck pada tempat-tempat dengan situasi harus estafet
antara Beckhoe pembongkar dan beckhoe pemuat.
Dump truck.
Jenis : Hino FM 260-JD / Volvo FL 10 atau jenis lainnya.
Kapasitas angkut 26 Ton s/d 30 Ton.
Ringkasan keperluan alat-alat berat adalah sebagai berikut
:
Tabel 1.6 Rekapitulasi volume pekerjaan harian
Target Produksi Tahun Ke-1 Tahun Ke-2 Tahun Ke-3 dst
a. NiKel Ore
- Target Produksi Bulanan 100.000 200.000 400.000
- Target Produksi Harian 4.000 8.000 16.000
b. Overburden
- Target Produksi Bulanan 130.775 261.550 523.100
- Target Produksi Harian 5.231 10.462 20.924
Sumber : Studi kelayakan PT. Kencana Bumi Mineral
Peralatan Penunjang
Peralatan bantu tambang diantaranya adalah alat-alat yang membantu baik
untuk kegiatan penambangan secara langsung maupun peralatan penunjang
lainnya yang diperlukan untuk operasional karyawan dan operasi Kantor.
Untuk alat penunjang yang sifatnya diperbantukan dalam operasi
penambangan diantaranya :
Kendaraan Tangki dan tangki stok BBM
Angkuan pelumas alat berat
Kendaraan Pengawas/petugas operasi Tambang (4WD)
Alat perata jalan (graidder)
Compactor
PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 16
Provinsi Sulawesi Tengah
Tangki Air
Peralatan penerangan operasi Tambang
Pompa pengendali air tambang
PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 17
Provinsi Sulawesi Tengah
mencapai jumlah 200 sampai 300 orang. Tenaga kerja ini sebagian besar akan
tinggal tinggal di barak-barak kontraktor dan mess yang disediakan oleh PT.
Kencana Bumi Mineral. Pemondokan-pemondokan darurat dan saranaa komodasi
tenaga kerja akan dibangun di sekitar pusat-pusat aktivitas operasional
penambangan seperti di lokasi tambang sendiri, sekitar bengkel bengkel kerja dan
perkantoran. Kantor untuk pengendalian operasional tambang juga dibangun di
lokasi tambang.
Bengkel perawatan alat berat termasuk alat pengangkut bijih nikel akan
dibangun di lokasi tambang. Bengkel-bengkel atau workshop di lokasi tambang
terutama akan melayani perawatan dan perbaikan alat berat tambang dan truk
besar yang dioperasikan di tambang. Selain itu bengkel, mess karyawan dan
lainnya akan dibangun dilokasi tambang, guna untuk memfasilitasi operasional
pertambangan. Kantor tersebut digunakan untuk administrasi, keuangan dan
pengendalian teknis penambangan PT. Kencana Bumi Mineral. Seluruh
bangunan kantor, bengkel,mess dan lainnya berada di atas lahan seluas 2 Ha.
Pengoperasian Genset
Pengoperasian genset dengan kapasitas pasang 200 KVA untuk
memenuhi energi listrik pada pekerjaan konstruksi. Energi listrik tersebut
digunakan untuk pengoperasian peralatan kerja (bubut, las, gerenda, pompa-
pompa), penerangan dan keperluan karyawan.
PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 18
Provinsi Sulawesi Tengah
(MCK) karyawan, keperluan dapur, pembuatan adukan semen skala kecil.
Dengan diasumsikan bahwa penggunaan air bersih untuk karyawan adalah
sebesar ± 0,13 m3/orang/hari (standart Cipta Karya), maka dari jumlah
karyawan untuk pelaksanaan konstruksi sebanyak 113 orang, jumlah air bersih
yang dibutuhkan sebanyak ± 20 m³ per hari. Di samping itu untuk adukan
semen sebanyak 5 m³per hari dan penyiraman emplasemen serta jalan kerja
sebanyak 5 m³ perhari. Sehingga kebutuhan air bersih seluruhnya berjumlah 30
m3/hari berasal dari air sungai yang terdekat dengan lokasi tambang. Untuk
keperluan rumah tangga perkantoran dan mess karyawan, maka air sungai
tersebut dipompa,disalurkan dengan pipa dan ditampung dalam tangki air
bersih. Dalam tangki tersebut diberi larutan kaporit untuk membunuh kuman, air
kapur untuk menetralkan dan tawas untuk menjernihkan. Sementara untuk
penyiraman dan adukan semen, air bersih tidak perlu diberi tawas maupun air
kapur dan kaporit.
CATERPILLAR
778 778
Tanggul
Parit
L min
PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 19
Provinsi Sulawesi Tengah
e. Pembersihan Lahan (Land Clearing)
Penambangan hanya dilakukan pada areal yang telah diidentifikasi
mengandung deposit nikel yang ekonomis, sehingga tidak semua areal dalam lokasi
IUP PT. Kencana Bumi Mineral akan dibuka. Untuk meminimalkan dampak terhadap
lingkungan hidup pembersihan atau pembukaan lahan akan dilakukan secara
bertahap blok per blok sesuai.
Pembersihan lahan mencakup beberapa tahap, disesuaikan dengan rencana
penambangan. Penebangan dilakukan terhadap vegetasi berdiameter besar dengan
menggunakan mesin gergaji mekanis (chainsaw), sedangkan untuk vegetasi yang
berdiamter kecil pembersihan lahan dilakukan dengan bulldozer dan excavator.
Pembersihan lahan hanya diperuntukkan untuk membersihkan lahan dari vegetasi di
permukaan tanah tanpa mengganggu dan memindahkan lapisan tanah pucuk (top
soil). Vegetasi penutup tersebut kemudian diangkut untuk ditimbun di areal
penyimpanan. Material vegetasi ini nantinya akan dimanfaatkan sebagai serasah
pada tahap rehabilitasi lahan. Dampak dari kegiatan pembersihan lahan tambang
hanyalah bersifat sementara karena lahan tambang tersebut akan direhabilitasi
kembali untuk menjadi lahan hutan setelah penambangan selesai.
3. Tahap Operasi
a. Penerimaan Tenaga Kerja Operasi
Jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk mendukung operasi disesuaikan
dengan rancangan tambang yang telah dihasilkan. Tenaga kerja yang tidak langsung
berhubungan dengan operasi penambangan jumlahnya relatif tetap selama umur
penambangan, sedangkan untuk tenaga kerja yang terlibat langsung dalam operasi
penambangan, terutama untuk operator alat-alat berat, disesuaikan dengan
jumlah alat yang harus dioperasikan dengan memperhatikan jumlah shift dan target
produksi. Pada alternatif lain jumlah tenaga kerja langsung, lebih sedikit karena
sistem pengerjaannya dikontrakkan.
Kualifikasi syarat tenaga kerja disesuaikan dengan kebutuhan kerjanya (job
requirement). Mereka yang akan direkrut adalah mereka yang mempunyai latar
belakang disiplin ilmu dan pengalaman yang sesuai. Analisis jabatan (job analysis)
selanjutnya dibutuhkan untuk mendapatkan karyawan yang cocok dengan kebutuhan
kerja, dengan upah dan beban kerja yang sesuai pula.
Dalam perekrutan dan pemanfaatan tenaga kerja pihak pemrakarsa
senantiasa akan mentaati perundang-undangan dan peraturan-peraturan yang
berlaku terkait dengan perlindungan ketenagakerjaan, antara lain:
(1) UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
(2) UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
(3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 8 tahun 1981, tentang
Perlindungan Upah;
(4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012 tentang
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
(5) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 85 Tahun 2013 tentang Tata
Cara Hubungan Antar Lembaga Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
(6) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 78 Tahun 2015 tentang
Pengupahan;
(7) Permennakertrans RI No. 12 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penggunaan
Tenaga Kerja Asing
(8) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. No: Kep.100/
Men/VI/2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu.
PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 20
Provinsi Sulawesi Tengah
b. Kegiatan Operasional Penambangan
Berdasarkan data penyebaran bijih nikel, serta batasan kualitas nikel (Limonit
dan aprolit) dari hasil eksplorasi area potensi cadangan seluas 638 Ha, Namun
mempertimbangkan Slope Stability pada design penambangan area terganggu lain,
maka luas area bukaan tambang keseluruhan menjadi 666,80 Ha. Berdasarkan
bentuk dan karakteristik lapisan Nikel serta lapisan penutupnya, sistem
penambangan yang akan diterapkan adalah sistem tambang terbuka (open Cast)
dengan metode mining Countour. Kegiatan penambangan yang dilakukan secara
umum adalah: pembersihan lahan(land clearing), pengupasan tanah pucuk, dan
penggalian Nikel.
Pada saat pembersihan lahan dan pengupasan tanah pucuk, dilakukan
penumpukan tanah pucuk di suatu tempat sementara (dumping area) yang tidak
terlalu jauh dan aman dari kegiatan penambangan agar nantinya dapat dimanfaatkan
kembali alam pelaksanaan reklamasi. Penambangan dimulai dengan mengupas
lapisan penutup di daerah sepanjang singkapan Nikel mengikuti garis kontur (contour
mining) pada batas tertentu, kemudian diikuti dengan penggalian lapisan Nikel.
Teknik penggalian Nikel bertahap dari elevasi yang paling tinggi ke elevasi yang
rendah sampai kedalaman batas penambangan yang telah ditentukan (down slope).
Sedangkan arah kemajuan penambangannya akan mengikuti sebaran sumberdaya
lapisan Nikel pada setiap pit yang akan ditambang.
PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 21
Provinsi Sulawesi Tengah
Secara umum lapisan penutup untuk setiap pit akan ditimbun di outside dump
/disposal area dengan Luas sekitar 5,23 Ha. Area disposal ini sebisa mungkin
ditempatkan didaerah yang relatif rendah dan diperkirakan tidak mengganggu area
penambangan. Jika pada area penambangan terdapat bekas pengerukan bijih yang
cukup dalam dari ketinggian rata-rata level penggalian sehingga. membentuk
cekungan, maka bekas galian ini akan di timbun kembali (backfilling) oleh tanah (OB)
dari disposal area.
PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 22
Provinsi Sulawesi Tengah
Teknik penggalian Nikel bertahap dari elevasi yang paling tinggi ke elevasi yang
rendah sampai kedalaman batas penambangan yang telah ditentukan (down slope).
Sedangkan arah kemajuan penambangannya akan mengikuti sebaran sumberdaya
lapisan Nikel pada setiap pit yang akan ditambang. Operasi penambangan terhadap
Nikel yang dilakukan meliputi: penggalian bebas, pemuatan, dan pengangkutan ke
ROM stockpile. Sedangkan untuk lapisan penutup dilakukan operasi: penggalian (gali
bebas dan penggaruan), pemuatan serta pengangkutan menuju ke outside dump.
Lapisan tanah pucuk yang subur dan banyak dibutuhkan oleh tumbuhan akan
disimpan pada tempat yang aman dari erosi maupun kegiatan penambangan, yaitu
berada di luar daerah penambangan dan terpisah dengan penimbunan tanah
penutup (waste dump). Areal penimbunan tanah pucuk dipilih pada lokasi yang tidak
mengandung bijih nikel. Pekerjaan pengupasan tanah pucuk dilakukan per blok atau
sub blok penambangan nikel. Pada revegetasi tanah pucuk, maka untuk keperluan
benih dapat diupayakan dengan memberdayakan masyarakat lokal untuk
pengadaannya. Rangkaian kegiatan pada pengelolaan tanah pucuk terdiri dari
pekerjan-pekerjaan 1). Penggalian dan atau pengumpulan tanah pucuk. 2).
Pengangkutan ke lokasi preservasi tanah pucuk dan 3). Penyebaran tanah pucuk di
lokasi- lokasi reklamasi.
Rencana Kemajuan Tambang
1. Geometri Bukaan Tambang
Geometri Individual Slope
Komponen utama dalam suatu tambang terbuka adalah yang disebut dengan
“bench” (lihat Gambar).
PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 24
Provinsi Sulawesi Tengah
e. Penambangan Bijih Nikel (Laterit Nikel)
Berdasarkan hasil eksplorasi, cadangan tersedia yang akan ditambang dalah
43 Juta WMT. Dengan asumsi faktor hilang atau penyusutan pada aat pengangkutan
dan pengolahan sebesar 5% serta faktor kesalahan presisi ada kelompok laterit
berkategori sumberdaya sebesar 30%, maka jumlah aw material yang akan dapat
tertambang adalah sebesar ± 40 juta WMT. Cadangan tersebut diperhitungkan akan
ditambang selama 10 tahun Umur tambang atau penambangan sebesar 3,6 Juta
WMT untuk Tahun pertama an 6 Juta WMT untuk Tahun kedua hingga akhir umur
tambang. Sementara untuk OB yang harus diangkat diprediksi mencapai 7,5 juta
BCM ditahun pertama dan 12 Juta WMT pada tahun kedua hingga akhir Umur
tambang. Penggalian atau penambangan Nikel di Blok Penambangan dilakukan
dengan backhoe PC 400 dengan produktivitas 345 ton/jam, diangkut dengan dump
truck dengan produktivitas 35,52 ton/jam.
Berikut ini Hasil Desain Tambang setiap Blok Prospek PT. Kencana Bumi
Mineral :
PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 25
Provinsi Sulawesi Tengah
Desain Tambang Blok A Desain Tambang Blok B Desain Tambang Blok C
PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 26
Provinsi Sulawesi Tengah
Secara umum, arah kemajuan penambangan adalah dari daerah singkapan
ke arah tegak lurus penyebaran lateral lapisan Nikel sampai lereng akhir
penambangan, kemudian bergerak maju ke daerah penambangan tahun berikutnya
mengikuti penyebaran lapisan Nikel.
PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 27
Provinsi Sulawesi Tengah
PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 28
Provinsi Sulawesi Tengah
Arah penggalian dan arah kemajuan tambang tahun ke 1 Arah penggalian dan arah kemajuan tambang tahun ke 2 Arah penggalian dan arah kemajuan tambang tahun ke 3
Arah penggalian dan arah kemajuan tambang tahun ke 4 Arah penggalian dan arah kemajuan tambang tahun ke 5 Arah penggalian dan arah kemajuan tambang tahun ke 6
Arah penggalian dan arah kemajuan tambang tahun ke 7 Arah penggalian dan arah kemajuan tambang tahun ke 8 Arah penggalian dan arah kemajuan tambang tahun ke 9
PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 29
Provinsi Sulawesi Tengah
c. Pengangkutan dan Penimbunan Bijih Nikel (stockpile)
Pengangkutan atau pemuatan bijih nikel di Blok Penambangan dilakukan
dengan backhoe PC 400 dengan kapasitas bucket 2.3 m3 dengan kemampuan
penggalian sebesar 229 bcm perjam, serta produktivitas 345 ton/jam, diangkut
dengan dump truck Hino dengan produktivitas 35,52 ton/jam Pengangkutan berawal
dari front tambang dan langsung ditumpahkan ke stockpile. Jalan utama tambang
(main haulage) yang menghubungkan jalan tambang dengan stock yard mempunyai
jarak ± 12 km. Sedangkan alat angkut bijih dari front tambang menggunakan dump
truck dengan daya angkut sebesar 30 ton.
3. Jalur Pengangkutan Nikel dari Nickel Processing Plant (NPP) menuju StockPile
Nikel hasil pengolahan dengan ukuran yang sesuai dengan permintaan
dari NPP akan diangkut dengan Belt Conveyor menuju stockpile Kemudian untuk
dibawah ke Pabrik Pengolahan dan pemurnian. Baik Screening dan Crushing
ataupun menjadi Produk NPI (Nickel Pig Iron) tidak dilaksanakan pihak PT.
Kencana Bumi Mineral. Hal ini dikarenakan PT. Kencana Bumi Mineral
merupakan Perusahaan yang tergabung dalam PT. Bintang Delapan Group,
dimana PT. Kencana Bumi Mineral bertindak sebagai penyedia Nikel Ore untuk
kebutuhan PT. Sulawesi Mining Invesment (PT. SMI)
PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 30
Provinsi Sulawesi Tengah
Gambar 1.13. Peta rencana jalan akses kelokasi kegiatan penambangan
Gambar 1.14. Pabrik Smelter PT. Sulawesi Mining Invesment (PT. SMI).
d. Tindakan-Tindakan Pengendalian
Rencana Pengendalian Air Tambang
Pengendalian air yang masuk ke pit dapat dilakukan dengan beberapa cara.
Salah satunya adalah dengan cara mencegah air masuk ke dalam pit dengan cara
pembuatan saluran terbuka di sekeliling pit. Cara lain adalah mengumpulkan atau
mengalirkan air yang masuk ke pit menuju sumuran (sump) dan kemudian
dikeluarkan dengan cara pemompaan. Dalam desain pengendalian air tambang,
PT. Kencana Bumi Mineral akan menghitung kebutuhan dimensi minimal saluran
terbuka, dimensi sumuran, dimensi kolam pengendapan lumpur, dan kebutuhan
pompa.
Saluran Terbuka
Saluran terbuka yang akan dibuat berbentuk trapesium dengan kemiringan
600
PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 31
Provinsi Sulawesi Tengah
Lebar dasar saluran (b) : 1,2 meter
Lebar atas saluran (t) : 2,5 meter
Kemiringan dinding saluran : 600
Pompa
Salah satu komponen penting dalam membuat rancangan pengaliran air
tambang adalah memilih dan menentukan jumlah pompa. Karena keberhasilan
mengatasi air tambang selain tergantung pada ketepatan perhitungan jumlah air
tambang, dimensi dan letak rancangan saluran pengaliran, juga kapasitas dan jumlah
pompa yang dipakai. Kapasitas dan jumlah pompa umumnya ditentukan berdasarkan
debit pompa, kemampuan mengatasi head (total head), daya dan harga. Spesifikasi
pompa dipilih agar dapat mengatasi debit air yang masuk ke sump rata-rata sebesar
909 m3/jam. Sehingga akan dipilih pompa Multiflo MfVC 240 yang berkapasitas 900
m3/jam, dan mampu mengatasi head > 65 meter. Jumlah pompa yang dibutuhkan
pada kegiatan penambangan di daerah rencana bukaan Blok PT. KBM sebanyak 1
Unit pompa setiap Tahun, karena debit sedikit lebih besar dari kapasitas pompa,
maka disiapkan 1 Unit pompa cadangan.
PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 32
Provinsi Sulawesi Tengah
keperluannya. Kolam pengendapan yang dibuat agar dapat berfungsi lebih efektif,
harus memenuhi beberapa persyaratan teknis, seperti :
a. Sebaiknya bentuk kolam pengendapan dibuat berkelok-kelok (zig-zag, lihat
Gambar 4.10) agar kecepatan aliran lumpur relatif rendah, sehingga partikel
padatan cepat mengendap.
b. Geometri kolam pengendapan harus disesuaikan dengan ukuran Back hoe yang
biasanya dipakai untuk melakukan perawatan kolam pengendapan, seperti
mengeruk lumpur dalam kolam, memperbaiki tanggul kolam, dsb.
PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 33
Provinsi Sulawesi Tengah
Tabel 1.12. Rencana Reklamasi 5 Tahun Pertama
PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 35
Provinsi Sulawesi Tengah
f. Program Pemberdayaan Masyarakat
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) atau yang lebih dikenal
sebagai Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu tindakan atau
konsep yang dilakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan perusahaan tersebut)
sebagai bentuk tanggungjawab mereka terhadap sosial/lingkungan sekitar dimana
perusahaan itu berada. CSR merupakan fenomena strategi perusahaan yang
mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan stakeholdernya. CSR timbul sejak era
dimana kesadaran akan sustainability perusahaan jangka panjang adalah lebih
penting daripada sekedar profitability. Elkington (1998)1 telah mengemas CSR ke
dalam tiga fokus: 3P, singkatan dari profit, planet dan people. Perusahaan yang
baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit). Melainkan
memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan
masyarakat (people).
Ada sejumlah unsur-unsur penting dalam comdev, yakni: partisipasi,
kerjasama, kemandirian, serta peningkatan taraf hidup masyarakat. Bagi PT.
Kencana Bumi Mineral, program CD adalah suatu program yang dikembangkan
untuk masyarakat yang terkena dampak kegiatan penambangan Nikel Pada
prinsipnya program CSR yang dikembangkan, merupakan pelengkap dari program
pembangunan yang dilakukan pemerintah maupun masyarakat itu sendiri. Oleh
karena itu, kemitraan diantara ketiganya merupakan prasyarat CSR.
Program CD ditujukan kepada masyarakat yang tekena dampak yaitu
masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi kegiatan PT. Kencana Bumi Mineral
sebagai cacatan bahwa program tersebut perlu disesuaikan dengan kemampuan PT.
Kencana Bumi Mineral dan kebutuhan masyarakat setempat .
Berdasarkan potensi sumberdaya alam dan kondisi sosial ekonomi
masyarakat, maka arah program CSR yang dapat dilakukan mencakup komponen
kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan aspek sosial ekonomi, pendidikan dan
derajat kesehatan masyarakat , pengembangan sarana dan prasarana umum, serta
lingkungan hidup yang akan dikelompokkan baik dalam program jangka pendek ,
menegah maupun program jangka panjang sesuai kemampuan perusahaan.
Alternatif jenis-jenis program CD yang dapat dilakukan oleh PT KBM meliputi
hal-hal sebagai berikut :
C. Pendidikan
1. Memberi beasiswa bagi pelajar / mahasiswa berprestasi tetapi kurang mampu.
2. Bantuan buku perpustakaan, laboratorium dan alat peraga pendidikan.
3. Bantuan untuk perbaikan/rehabilitasi gedung dan pengadaan bangku sekolah.
PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 36
Provinsi Sulawesi Tengah
D. Kesehatan
1. Bantuan untuk pengadaan air bersih dengan pembuatan sumur bor atau sumber
mata air dan dialirkan ke rumah penduduk menggunakan pipa paralon
2. Perbaikan kualitas kesehatan masyarakat melalui bantuan pengobatan bekerjasama
dengan Puskesmas setempat.
3. Bantuan untuk pengadaan MCK umum.
4. Membantu penanganan vector penyakit malaria dan demam berdarah serta
pembuangan sampah.
PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 37
Provinsi Sulawesi Tengah
truck cepat tidak perlu diangkut lagi. Demobilisasi peralatan akan dilakukan terhadap
peralatan yang bergerak seperti alat-alat berat dan kendaraan pengangkut.
Peralatan tersebut akan dipindahkan/diangkut dengan menggunakan tronton dan
dikembalikan ke pemilik peralatan, dan/atau dibawah ke tempat lain dimana terdapat
kegiatan yang akan memanfaatkan peralatan tersebut.
PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 38
Provinsi Sulawesi Tengah
Tabel 1.13. Matriks Dampak Penting Hipotetik (DPH)
PRA
KONSTRUKSI OPERASI PASCA OPERASI
KONSTRUKSI
Demobilisasi Peralatan
penimbunan bijih nikel
Prasarana Penunjang
camp Beserta Sarana
Sosialisasi/Konsultasi
Kegiatan operasional
Penanganan Tenaga
Pembersihan Lahan
Penerimaan Tenaga
Penerimaan Tenaga
Pembebasan Lahan
Pengopersian Base
Pembangunan dan
Pengangkutan dan
Peningkatan Jalan
KOMPONEN KEGIATAN
Angkut (Hauling)
Kerja Konstruksi
Pembuatan dan
Reklamasi dan
penambangan
Kerja Operasi
(stockpile)
tambang
Material
Publik
Kerja
KOMPONEN
LINGKUNGAN
Ruang dan Lahan DTPH
Iklim Mikro DTPH DTPH
GEOFISIK KIMIA
PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 39
Provinsi Sulawesi Tengah
BAGAN ALIR DAMPAK PENTING HIPOTETIK PT. KENCANA BUMI MINERAL
PRA
KONSTRUKSI Operasi Pasca operasi
KONSTRUKSI
SUMBER DAMPAK
Pembangunan
dan
Pengopersian Pembuatan
Kegiatan Pengangkutan
Sosialisasi/ Penerimaan Mobilisasi Base camp dan Penerimaan Reklamasi dan
Pembebasan Pembersihan operasional dan penimbunan Penanganan Demobilisasi
Konsultasi Tenaga Kerja Alat Berat & Beserta Sarana Peningkatan Tenaga Kerja revegetasi lahan
Lahan Lahan penambangan bijih nikel Tenaga Kerja Peralatan
Publik Konstruksi Material Prasarana Jalan Angkut Operasi bekas tambang
(stockpile)
Penunjang (Hauling)
DAMPAK PRIMER
Gangguan
Pendapatan Pendapatan Asli Erosi dan Gangguan terhadap
Kesehatan Hidrologi
SEKUNDER
Masyarakat
Gangguan
Terhadap Biota
Air
PERSEPSI MASYARAKAT
Gambar 1.17. Diagram Alir Proses Dampak penting Usaha Penambangan Bijih Nikel
PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 40
Provinsi Sulawesi Tengah
Berdasarhan uraian tersebut diatas, maka dampak-dampak penting hipotetik (DPH)
yang di hasilkan dari Rencana Kegiatan Usaha Penambangan Bijih Nikel PT. Kencana
Bumi Mineral disimpulkan sebagai berikut:
maka dapat diketahui Dampak Penting hipotetik sebagai berikut:
Tahap Pra-Konstruksi:
Sosial Budaya : Sikap dan Persepsi Masyarakat dan Proses-proses sosial
Tahap Konstruksi:
1) Geo-Fisik-Kimia : Bentang alam, Kualitas air, Kualitas Udara, Kebisingan, Hidrologi (run
off), Erosi Tanah
2) Transportasi : Gangguan lalu lintas, Kerusakan Jalan
3) Biologi : Gangguan Vegetasi, Biota Perairan, dan Satwa Liar.
4) Sosekbud : Sikap dan Persepsi Masyarakat, Kesempatan bekerja, dan proses-
proses sosial
5) Kesmas : Kesehatan Masyarakat, dan Sanitasi Lingkungan
Tahap Operasi:
1) Geo-Fisik-Kimia : Bentang alam, Kualitas Air, Hidrologi (run off), Erosi Tanah, Kualitas
Udara, Kebisingan.
2) Transportasi : Gangguan Lalu Lintas dan Kerusakan jalan
3) Biologi : Gangguan Vegetasi, Biota Perairan, dan Satwa Liar
4) Sosekbud : Kesempatan Bekerja, sikap dan Persepsi Masyarakat, Kesempatan
Berusaha, dan Proses-proses sosial.
5) Kesmas : Kesehatan Masyarakat, sanitasi lingkungan dan K3
Tahap Pasca Produksi:
1) Geo-Fisik-Kimia : Perbaikan Hidrologi (run off), Penurunan Erosi Tanah, dan Perbaikan
Kualitas Air
2) Transportasi : Gangguan Lalu Lintas
3) Biologi : Vegetasi dan Biota Perairan.
4) Sosekbud : Sikap dan Persepsi Masyarakat
PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 42
Provinsi Sulawesi Tengah
perkembangan pertumbuhan ekosistem lahan bekas kegiatan selama jangka waktu 2
tahun, maka batas waktu kajian studi ini ditetapkan selama ±15 tahun atau sampai
Tahun 2033.
Prakiraan dampak membandingkan kondisi komponen lingkungan dengan
kegiatan (with project) dengan kondisi tanpa kegiatan (without project) pada tahun
prakiraan tersebut.
PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 43
Provinsi Sulawesi Tengah
Rentang
No. Dampak yang Akan Terjadi Parameter Waktu
(bln/thn)
k. Keselamatan Dan Meminimalisir tingkat kecelakaan kerja yang 10 thn
Kesehatan Kerja (K3) terjadi sekecil mungkin
k. Penurunan kesehatan Jenis penyakit, sumber penyakit, jumlah 10 thn
masyarakat masyarakat yang menderita sakit
4. Tahap Pasca Produksi
a. Hidrologi Run off yang terjadi dibawah aliran permukan 2 thn
yang diperbolehkan
b. Erosi dan sedimentasi Tingkat bahaya erosi dibawah erosi yang ditolerir 2 thn
c. Perbaikan kualitas air Padatan tersuspensi (TSS), padatan terlarut 2 thn
permukaan (TDS), kekeruhan, DO, BOD5, COD, pH
d. Gangguan lalulintas Kemacetan dan kecelakan lalu lintas 2 thn
e. Keanekaragaman vegetasi Tingkat keanekaragaman dan indeks nilai penting 2 thn
vegetasi sedang sampai baik
f. Gangguan kehidupan biota Populasi dan keragaman jenis biota air 2 thn
perairan
g. Persepsi Masyarakat Jumlah masyarakat yang berpersepsi 2 thn
negatif/positif, jumlah masyarakat yang resah
akibat penutupan tambang
PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 44
Provinsi Sulawesi Tengah
PETA RENCANA REKLAMASI TAHUN PERTAMA PETA RENCANA REKLAMASI TAHUN KEDUA PETA RENCANA REKLAMASI TAHUN KETIGA
PETA RENCANA REKLAMASI TAHUN KEEMPAT PETA RENCANA REKLAMASI TAHUN KELIMA PETA RENCANA REKLAMASI TAHUN KEENAM
PETA RENCANA REKLAMASI TAHUN KETUJUH PETA RENCANA REKLAMASI TAHUN KEDELAPAN PETA RENCANA REKLAMASI TAHUN KESEMBILAN
PETA RENCANA REKLAMASI TAMBANG PT. KENCANA BUMI MINERAL TAHUN PERTAMA SAMPAI TAHUN KESEPULUH
2.1 KOMPONEN LINGKUNGAN TERKENA DAMPAK PENTING
2.1.1 Komponen Geo-Fisik-Kimia
2.1.1.1 Iklim
Areal lokasi studi memiliki dua musim, yaitu musim panas dan musim hujan.
Berdasarkan data iklim yang diperoleh dari PT. Bintang Delapan Mineral di Kecamatan
bahodopi Kabupaten Morowali, Jumlah curah hujan 2818.48 mm/tahun dengan jumlah
hari hujan rata-rata 10 hari hujan/bulan. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Juli
dengan rata-rata curah hujan 484,08 mm/bulan dengan rata-rata 16 hari hujan, curah
hujan terendah terjadi pada bulan September dengan rata-rata curah hujan 20,42
mm/bulan dengan 1 hari hujan. temperatur minimumnya berkisar antara 22.30 °C -
23.10 °C. Sedangkan temperatur rata-rata bulanan berkisar antara 28.30 °C - 29.40
°C. Kelembaban udara (RH) rataan bulanan di kawasan ini berkisar antara 78 - 85 %,
dengan angka kelembaban tahunannya sebesar 80 %. Berdasarkan data hujan
selama periode pengamatan 4 tahun terakhir, areal studi dan kawasan sekitarnya
termasuk ke dalam tipe iklim C menurut Schmidt & Ferguson.
Lokasi
IUP
c. Erosi Tanah
Erosi adalah peristiwa berpindahnya atau terangkutnya tanah serta bagian-bagian
tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Erosi merupakan hasil
interaksi beberapa faktor antara lain curah hujan (faktor dominan), kemiringan dan
panjang lereng, vegetasi penutup tanah dan kepekaan erosi dari tanah tertentu.
Penelaahan mengenai erosi tanah meliputi pendugaan laju erosi (potensial dan aktual),
penilaian tingkat bahaya erosi aktual, penetapan nilai T (erosi yang dapat ditoleransi),
serta penetapan kawasan rawan erosi. Dampak erosi tanah secara langsung adalah
hilangnya tanah subur lapisan atas, hilangnya unsur hara, rusaknya struktur tanah, dan
merosotnya struktur tanah. Dampak tidak langsung erosi adalah berkurangnya alternatif
penggunaan lahan, timbulnya dorongan untuk membuka lahan baru, dan penurunan
kualitas air di badan perairan.
Erosi tanah merupakan salah satu penyebab penurunan kesuburan tanah,
sehingga produktivitas tanah menurun. Meningkatnya laju erosi menyebabkan lahan
menjadi kritis. Tingkat erosi dipengaruhi oleh tekstur, struktur tanah, kemiringan lahan
serta vegetasi penutup. Jenis tanah tersebut di atas sangat rentan terhadap erosi jika
dalam kondisi terbuka tanpa vegetasi penutup. Dalam pendugaan erosi, Erosi yang
diduga meliputi erosi potensial, erosi saat ini, dan tingkat bahaya erosi.
Hasil perhitungan pendugaan erosi dengan menggunakan metode USLE (1978)
disajikan pada Tabel 2.7.
2.1.1.5 Transportasi
Akses ke lokasi penambangan dari jalan Trans Sulawesi sebagai jalan nasional
cukup jauh yaitu sekitar ± 12 km dengan melalui jalan yang berada di dalam kawasan
PT.IMIP. Status jalan yang digunakan ke lokasi tambang tersebut merupakan jalan
khusus (jalan hauling perusahaan). Kondisi jalan hauling tersebut sebagian sudah
pengerasan dan sebagian lagi masih jalan tanah.
Di sepanjang jalan hauling, terdapat satu permukiman/perkampungan masyarakat
yaitu masyarakat Bahomakmur dengan jumlah penduduk tidak terlalu banyak. Dalam
melakukan aktivitasnya, masyarakat Bahomakmur sering melintasi dan melewati jalan
hauling perusahaan. Selain rencana kegiatan penambangan bijih nikel PT. Kencana
Bumi Mineral, juga sudah terdapat perusahaan pertambangan lain oleh PT. Bintang
Delapan Mineral (BDM) dengan menggunakan akses jalan haulling yang sama. Di jalan
hauling perusahaan tersebut terdapat pertigaan yaitu akses ke lokasi tambang BDM dan
akses ke lokasi tambang Kencana Bumi Mineral.
Mobilisasi alat berat yang akan digunakan berasal dari alat berat yang terdapat di
kawasan PT. IMIP, sehingga dalam mobilisasi alar berat tidak menggunakan jalan umum
ke lokasi penambangan, akan tetapi hanya menggunakan jalan hauling perusahaan.
Fatufia
Labota
AREA RENCANA IUP PT. KBM
Matano
Gambar 2.4. Morfologi Regional di Wilayah Morowali, Morowali Utara, Poso dan
Tojo Unauna Garis tebal hitam merupakan jalur patahan (sesar) aktif
Sesar Matano yang berlanjut sampai ke Palu-Koro, merupakan
struktur regional yang berpengaruh pada morfologi regional.
Fatufia
Labota
Lokasi Rencana IUP Penambangan
PT. KENCANA BUMI MINERAL
Gambar 2.15. Peta Geologi Rencana Lokasi Pertambangan Nikel di Bahodopi dan
Lalampu Kecamatan Bahodopi
B
C D
Ket: Nilai rentangan : 1 = sangat buruk; 2 = buruk; 3 = sedang; 4 = baik; 5 = sangat baik
Indeks Diversity : 1 = sangat rendah; 2 = rendah; 3 = sedang; 4 = tinggi; 5 = sangat tinggi
Analisis vegetasi alami di hutan dataran rendah disekitar lokasi kegiatan penambangan
biji nickel dilakukan terhadap semua tegakan disetiap lapisan vegetasi yaitu tingkat
pohon, tiang, pancang dan anakan. Diantara jenis flora alami yang dijumpai, ada empat
jenis flora endemik sulawesi yang perlu dilindungi, yaitu Kjellbergiodendron celebicum,
Pterospermum celebicum, Sarcotheca celebica, Polyalthia celebica dan rotan batang
(Calamus zollingeriiBecc.). Hasil analisis vegetasi selanjutnya disajikan sesuai
parameter Kerapatan Relatif (KR), Dominansi Relatif (DR) dan Frekuensi Relatif (FR)
untuk menentukan Nilai Penting (NP) vegetasi, serta parameter keanekaragaman jenis
untuk menentukan Indeks Keanekaragaman (H‘). Secara lengkap hasil analisis
vegetasi tersebut disajikan secara beruratan sesuai tingkatannya pada Tabel 2.9. s/d
Tabel 2.12. sebagai berikut.
Tabel 2.9. Nilai Penting dan Indeks Keanekaragaman Flora Tingkat Pohon di Sekitar
Lokasi Kegiatan Penambangan Biji Nikel
Nama Lokal Nama Ilmiah KR DR FR
No Familia NP H'
(vern. name) (scientific name) (%) (%) (%)
1 Babuno Pometia pinnata Forst. Sapindaceae 6.22 8.25 7.85 22.32 0.17
Jambu- Kjellbergiodendron celebicum
2 Myrtaceae 7.04 8.25 6.95 22.24 0.19
jambu (Koord.)Merrill(A)*
3 Pule Alstonia scholaris (L.) R. Br.* Apocynaceae 6.22 6.27 6.95 19.44 0.17
Tabel 2.10. Nilai Penting dan Indeks Keanekaragaman Flora Tingkat Tiang di Sekitar
Lokasi Kegiatan Penambangan Biji Nikel
Nama Lokal
Nama Ilmiah KR DR FR
No (vern. Familia NP H'
(scientific name) (%) (%) (%)
name)
Jambu- Kjellbergiodendron celebicum
1 Myrtaceae 11.8 11.2 12.06 35.06 0.31
jambu (Koord.)Merrill(A)*
Dara-
2 Myristica koodersii Warb. Myristicaceae 9.88 8.76 8.33 26.97 0.28
dara
Koordersiodendron pinnatum
3 Siuri Anacardiaceae 7.42 8.76 7.6 23.78 0.24
(Blanco) Merr.
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 33
Provinsi Sulawesi Tengah
Nama Lokal
Nama Ilmiah KR DR FR
No (vern. Familia NP H'
(scientific name) (%) (%) (%)
name)
4 Pule Alstonia scholaris (L.) R. Br.* Apocynaceae 7.98 7.32 7.86 23.16 0.25
5 Babuno Pometia pinnata Forst. Sapindaceae 7.98 6.21 7.91 22.10 0.25
6 Nunu Ficus benjamina L. Moraceae 4.83 3.76 5.23 13.82 0.15
Palaquium obovatum (Griff.)
7 Kume Sapotaceae 4.27 5.91 3.73 13.91 0.13
Engler*
8 Kayu lara Metrosideros petiolata K. & V. Myrtaceae 4.27 5.72 5.78 15.77 0.13
9 Betau Calophyllum soulattri Burm.f.* Clusiaceae 5.4 3.76 5.78 14.94 0.16
Bayur/ler Pterospermum celebicum
10 Sterculiaceae 3.15 3.76 4.51 11.42 0.11
o Miq. (A)*
11 Jongi Dillenia celebica Hoogl. * Dilleniaceae 3.15 4.22 4.55 11.92 0.11
Planconella firma (Miq.)
12 Nantu Sapotaceae 3.71 2.92 3.39 10.02 0.12
Dubard*
13 Konau Arengapinnata (Wurmb) Merr Arecaceae 4.27 2.54 3.96 10.77 0.13
Kasa/Halek Castanopsis acuminatissima
14 Fagaceae 4.27 2.54 4.13 10.94 0.13
a (Bl.) A.DC.
15 Bintangor Callophyllumsoulattri Burm.f. Clusiaceae 2.55 4.22 3.03 9.80 0.09
Sarcotheca celebica
16 Sengilu Oxalidaceae 2.55 5.34 2.80 10.69 0.09
Veldkamp (A)
Kayu
17 Casuarina junghuniana Miq. Casuarinaceae 3.71 2.54 1.76 8.01 0.12
angin
18 Pangi Pangium edule Reinw.* Flacourtiaceae 3.71 3.76 2.45 9.92 0.12
Agathis damara (Lambert) L.
19 Damar Araucariaceae 2.55 4.22 2.25 9.02 0.09
C. Rich*
20 Polyalthia celebica Miq. (A) Annonaceae 2.55 2.54 2.89 7.98 0.09
Jumlah 100 100 100 300 3.13
Keterangan :
(A) Endemik Sulawesi ( Kessler et al. 2002; Whitemore et al. 1989); (*) Bernilai Ekonomi
KR = Kerapatan Relatif; FR = Frekwensi Relatif; DR = Dominansi Relatif; NP = Nilai Penting H‘=Indek Diversity
Berdasarkan hasil analisis vegetasi pada Tabel 2.10. diatas, dijumpai sebanyak 20
jenis flora alami tingkat tiang dengan nilai penting jenis tertinggi dimiliki oleh Jambu-
jambu (Kjellbergiodendron celebicum) dan Dara-dara (Myristica koodersii). Kedua
jenis tersebut merupakan jenis utama pada vegetasi tingkat tiang dikawasan
tersebut. Adapun vegetasi tingkat tiang yang bernilai ekonomis ada sebanyak 9 jenis
dan endemik sulawesi ada 4 jenis. Sesuai hasil analisis indeks keanekaragaman
vegetasi tingkat tiang disekitar wilayah studi mempunyai tingkat keanekaragaman
tergolong tinggi atau H‘= 3,13. Berdasarkan jumlah jenisnya, jenis-jenis yang bernilai
ekonomi dan indeks keanekaragaman jenis, maka vegetasi tingkat tiang disekitar
lokasi pembangunan kawasan industri sesuai skala kualitas lingkungan termasuk
kualitas lingkungan 4 (baik).
Tabel 2.11. Nilai Penting dan Indeks Keanekaragaman Flora Tingkat Pancang di
Sekitar Lokasi Kegiatan Penambangan Biji Nikel
Nama Lokal Nama Ilmiah Suku KR RF DR INP
No H’
(Vern. Name) (Scientific Name) (Family) (%) (%) (%) (%)
1. Lengaru Alstonia scholaris (L.) R. Br.* Apocynaceae 7.81 4.04 7.29 19.15 0.20
Jambu- Kjellbergiodendron celebicum
2. Myrtaceae 6.15 6.15 6.57 18.87 0.17
jambu (Koord.)Merrill(A)*
3. Babuno Pometia pinnata Forst.* Sapindaceae 6.94 4.04 4.20 15.19 0.19
4. Nunu Ficus sp. Moraceae 4.18 5.10 4.43 13.71 0.13
Palaquium obovatum (Griff.)
5. Kume Sapotaceae 5.10 4.04 3.62 12.77 0.15
Engler*
6. Betau Calophyllum soulattri Burm.f.* Clusiaceae 3.00 6.15 3.45 12.60 0.11
7. Santiria laevigata Bl. Burseraceae 5.87 2.99 3.64 12.50 0.17
8. Pandan Pandanus sp. Pandanaceae 3.98 4.04 3.69 11.71 0.13
9. Parinari corymbosum (Bl.) Miq. Rosaceae 3.98 4.04 3.12 11.14 0.13
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 34
Provinsi Sulawesi Tengah
Nama Lokal Nama Ilmiah Suku KR RF DR INP
No H’
(Vern. Name) (Scientific Name) (Family) (%) (%) (%) (%)
10. Garcinia sp.* Clusiaceae 3.98 4.04 3.05 11.06 0.13
Agathis damara (Lambert) L. C. Araucariacea
11. Damar 3.03 2.99 4.75 10.77 0.11
Rich* e
12. Dacryodes rostrata (Bl.) Lam.* Burseraceae 3.03 4.04 3.63 10.71 0.11
Pterospermum celebicum Miq.
13. Bayu Sterculiaceae 3.98 4.04 2.55 10.57 0.13
(A)*
Kayu Casuarinacea
14. Casuarina junghuniana Miq. 4.92 2.99 2.50 10.42 0.15
angina e
Castanopsis accuminatisima
15. Haleka Fagaceae 3.03 4.04 3.12 10.19 0.11
(Blume)* Rehder
Gonystylus macrophyllus (Miq.) Thymelaeace
16. 3.00 2.99 3.62 9.61 0.11
Airy Shaw ae
Planconella firma (Miq.)
17. Nantu Sapotaceae 3.00 2.99 3.62 9.61 0.11
Dubard*
18. Diospyrosmacrophylla Bl.* Ebenaceae 2.09 2.99 3.11 8.19 0.08
19. Polyalthia celebica Miq. (A) Annonaceae 2.09 2.99 3.07 8.16 0.08
Flacourtiacea
20. Pangi Pangium edule Reinw.* 2.09 2.99 2.56 7.64 0.08
e
Anthocephallus macrophyllus
21. Bekava Rubiaceae 2.09 2.99 2.56 7.64 0.08
(Roxb) Havil.(A)
22. Sagu Metroxylon sagu Rottb.* Arecaceae 2.09 2.99 2.50 7.59 0.08
Fragraea racemosa Jack ex
23. Loganiaceae 2.09 1.93 3.06 7.09 0.08
Wall.
24. Cryptocarya crassinerviopsis Lauraceae 2.09 1.93 2.55 6.58 0.08
25. Celtis phillipensis Ulmaceae 2.09 1.93 2.50 6.53 0.08
26. Dongi Dillenia celebica Hoogl. (A) Dilleniaceae 1.52 1.90 2.55 5.97 0.06
27. Kayu sirih Piper aduncum L. Piperaceae 1.52 1.90 2.05 5.46 0.06
Koordersiodendron pinnatum Anacardiacea
28. Siuri 1.52 1.90 1.94 5.35 0.06
(Blanco) Merr.* e
29. Mathaea sancta Blume Monimiaceae 1.52 1.61 1.94 5.06 0.06
30. Rotan Calamus zollingerii Becc. (A)* Arecaceae 1.52 1.61 1.37 4.49 0.06
31. Paku siatea Cyathea amboinensis Cyatheaceae 1.18 1.61 1.37 4.15 0.05
Jumlah 100 100 100 300 3.32
Keterangan :
(A) Endemik Sulawesi ( Kessler et al. 2002; Whitemore et al. 1989); (*) Bernilai Ekonomi
KR = Kerapatan Relatif; FR = Frekwensi Relatif; DR = Dominansi Relatif; NP = Nilai Penting H‘=Indek Diversity
Berdasarkan hasil analisis vegetasi pada Tabel 2.11. diatas, dijumpai sebanyak
31 jenis flora alami tingkat pancang dengan nilai penting jenis tertinggi dimiliki
olehLengaru (Alstonia scholaris) dan Jambu-jambu (Kjellbergiodendron celebicum).
Kedua jenis tersebut merupakan jenis utama pada vegetasi tingkat pancang
dikawasan tersebut. Adapun vegetasi tingkat pancang yang bernilai ekonomis ada
sebanyak 15 jenis dan endemik sulawesi ada 7 jenis. Sesuai hasil analisis indeks
keanekaragaman vegetasi tingkat pancang disekitar wilayah studi mempunyai tingkat
keanekaragaman tergolong tinggi atau H‘= 3,32. Berdasarkan jumlah jenisnya, jenis-
jenis yang bernilai ekonomi dan indeks keanekaragaman jenis, maka vegetasi tingkat
pancang disekitar lokasi kegiatanpembangunan kawasan industri sesuai skala
kualitas lingkungan termasuk kualitas lingkungan 5 (sangat baik).
Tabel 2.12. Nilai Penting dan Indeks Keanekaragaman Flora Tingkat anakan dan
tumbuhan bawah di Sekitar Lokasi Kegiatan Penambangan Biji Nikel
Nama Lokal
N Nama Ilmiah Suku KR RF DR INP
(Vern. H’
o (Scientific Name) (Family) (%) (%) (%) (%)
Name)
1. Kayu sirih Piper aduncum L. Piperaceae 7.17 3.60 5.64 16.41 0.19
Jambu- Kjellbergiodendron celebicum
2. Myrtaceae 6.75 3.60 5.21 15.56 0.18
jambu (Koord.)Merrill(A)*
3. Tacca palmata Bl. Taccaceae 3.89 6.40 4.40 14.69 0.13
4. Harao Elletaria sp. Arecaceae 6.38 3.60 5.00 14.98 0.18
Berdasarkan data pada Tabel 2.14. diatas, bahwa terdapat 4 jenis endemik
sulawesi (Halcyon chloris, Coracina leucopygia, Loriculus exilis dan Centropus
bengalensis) dan 3 endemik Indonesia (Trichoglossus ornatus, Heliastur indus dan
Zosterops chloris).Jenis-jenis endemik tersebut termasuk dalam 11 jenis yang
tergolong beresiko hingga terancam punah sehingga memiliki status konservasi
dilindungi. Disamping itu, dijumpai 1 jenis burung migran (Actitis hypoleucos) dan 6
jenis burung lainnya meskipun populasinya tergolong resiko rendah karena masih
banyak di alam, namun perlu dilindungi pula karena memiliki nilai penting secara
ekologis maupun secara ekonomi dilingkungan hutan dataran rendah. Berdasarkan
status konservasi dari 11 jenis burung endemik dan atau dilindungi di ekosistem
hutan, serta memiliki nilai penting secara ekologis dan atau secara ekonomi, maka
keberadaannya di sekitar lokasi tapak kegiatan penambangan biji nickel termasuk
fauna tergolong penting dengan kualitas lingkungan 4 (baik)
2.2.3 Biota Perairan
Perairan merupakan ekosistem yang memiliki peran sangat penting bagi
kehidupan.Perairan memiliki fungsi baik secara ekologis, ekonomis, estetika, politis,
dan sosial budaya.Secara ekologis perairan dapat berperan sebagai tempat hidup
maupun temporal bagi berbagai jenis biota, dan bagian dari berlangsungnya siklus
materi serta aliran energi.Sebagai bagian dari biosfer, ekosistem perairan memiliki
kontribusi dan keterlibatan yang sangat besar dalam mengatur keseimbangan alam
semesta.Banyaknya peran air dan perairan bagi kehidupan, meyebabkan bahasan
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 39
Provinsi Sulawesi Tengah
materi ini dapat ditinjau dari berbagai pendekatan. Ekosistem perairan merupakan
bagian integral dari lingkungan hidup manusia yang relatif banyak dipengaruhi
berbagai macam kegiatan manusia serta dapat dijadikan sebagai pedoman untuk
kerusakan lingkungan. Adapun ekosistem perairan yang berada di lokasi tapak
kegaiatan penambangan biji nickel dan berpotensi menerima dampak kegiatan
adalah Sungai Bangkolango, Sungai Parajongi dan Sungai Bahodopi. Selanjutnya
akan disajikan biota perairan sungai menurut sub komponen plankton, benthos dan
nekton.
1. Jenis-Jenis Nekton
Nekton merupakan biota perairan yang memiliki nilai ekonomis dan sumber
pangan (protein hewani) yang cukup tinggi, sehingga nekton sering diusahakan
(ditangkap dan dibudidayakan) untuk mencukupi kebutuhan protein sekaligus
dijual sebagai sumber pendapatan mayarakat.Kelimpahan nekton sangat
dipengaruhi oleh kondisi kualitas perairan yang bersangkutan. Pencemaran sungai
karena limbah dan sedimentasi dapat menurunkan kualitas perairan setempat dan
bila terjadi pencemaran akan menyebabkan berkurangnya potensi kelimpahan
jenis ikan di perairan tersebut.
Parameter yang digunakan untuk mengkaji nekton/ikan adalah keberadaan
jenis tertentu akibat tekanan atau stress lingkungan. Kondisi atau keberadaan
biota air sangat ditentukan oleh kualitas habitatnya. Pengambilan sampel jenis
nekton atau ikan dilakukan wawancara dengan penduduk di sekitar tapak proyek
maupun pengamatan lapangan.Jenis nekton yang umum dijumpai diketiga sungai
sekitar lokasitapak kegiatan penambangan biji nickel adalah udang mantis dan
udang sungai, secara lengkap jenis-jenis nekton dapat disajikan pada Tabel 2.15.
sebagai berikut.
Tabel 2.15. Jenis-jenis nekton di sungai sekitar tapak kegiatan penambangan biji nikel
No Nama Lokal Nama Ilmiah Phylum/Famili
1 Udang kecobong Triops longicaudatus Schrank, 1803 Crustacea
2 Udang mantis Odontodactylus scyllarus Linnaeus, 1758 Crustacea
3 Gabus Channa striata Bloch, 1793 Channidae
4 Tawes Barbonymus gonionotus Bleeker, 1850 Cyprinidae
5 Lele Clarias batrachus Scopoli, 1777 Clariidae
2. Plankton
Plankton adalah organisme yang pada umumnya renik, melayang dalam air,
daya geraknya yang lemah sehingga pergerakannya sangat dipengaruhi oleh
pergerakan air (Odum, 1993). Berdasarkan ukurannya, Nybakken (1992)
membedakan plankton menjadi lima golongan, yaitu mega plankton, makro
plankton, mikroplankton, nano plankton, dan ultra plankton. Ketiga golongan
pertama masih dapat ditangkap dengan jaring plankton, sedangkan dua golongan
yang terakhir dapat lolos.Plankton merupakan organisme perairan yang
keberadaannya dapat dilihat dari indikator perubahan kualitas biologi perairan.
Plankton mempunyai kepekaan dan toleransi berbeda-beda terhadap bahan
pencemar, sehingga dapat dijadikan indikator perubahan kulitas lingkungan
perairan. Sehingga organisme plankton yang toleran terhadap bahan pencemar
tersebut yang dapat bertahan bisa bertahan pada kondisi tekanan lingkungan yang
tinggi. Plankton terdiri atas dua golongan, yaitu plankton nabati atau fitoplankton
dan plankton hewani atau zooplankton.
a. Zooplankton
Kepadatan zooplankton di suatu daerah lentik jauh lebih sedikit dibandingkan
dengan fitoplankton. Sebagian besar zooplankton menggantungkan sumber
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 40
Provinsi Sulawesi Tengah
nutrisinya pada materi organik, baik berupa fitoplankton maupun detritus.
Berhubung karena bentuk dan ukuran tubuh yang bervariasi maka terdapat
berbagai tipe makanan zooplankton dalam memanfaatkan materi.
Kualitas suatu perairan terutama perairan menggenang dapat ditentukan
berdasarkan fluktuasi populasi plankton yang mempengaruhi tingkat tropik
perairan tersebut. Fluktuasi dari populasi zooplankton sendiri dipengaruhi terutama
perubahan berbagai faktor lingkungan. Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi populasi zooplankton adalah ketersediaan nutrisi disuatu perairan.
Indeks Keanekaragaman jenis dan kelimpahan zooplankton disajikan pada Tabel
2.16. sebagai berikut.
Tabel 2.16. Indeks keanekaragaman dan kelimpahan zooplankton diperairan sungai
disekitar lokasi tapak kegiatan penambangan biji nikel
Stasiun
No Nama Taxa
I II III
1 Cyclops sternuus 543 321 356
2 Acrocalanus gracilis 236 324 790
3 Bryocamptus hiemalis 543 354 123
4 Macrosetella gracilis 276 465 254
5 Cypris sp. 324 198 465
6 Corycaeus sp. 187 430 276
Individuals 2109 2092 2264
Species 6 6 6
Indeks Diversitas 1.71 1.76 1.64
Indeks Keseragaman 0.96 0.98 0.92
Keterangan Lokasi: I=sungai bangkolango; II=sungai parajongi; III=sungai bahodopi
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa rasio antara guru terhadap
murid wilayah studi cukup memadai sehingga dengan sendirinya anak-anak didik
4 Alasan Menerima
a. Meningkatkan Pendapatan 41 68,3
b. Mengurangi Pengangguran 16 ,26,6
c. Membantu Pembangunan Desa dan 3 5
Masyarakatnya
Jumlah 60 100
Sumber : Olahan Data Primer 2017
Secara umum masyarakat setuju (96,6 %) dengan rencana kegiatan
penambangan bijih nikel dengan sejumlah harapan dan saran. Kondisi rona
lingkungan hidup untuk sikap dan persepsi masyarakat di wilayah studi tergolong
baik (4).
Persepsi positif masyarakat terhadap rencana kegiatan terkait dengan adanya
beberapa keuntungan atau manfaat yang dapat ditimbulkan dari adanya kegiatan
proyek seperti ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 2.30. Pendapat Responden Tentang Beberapa Manfaat dengan Adanya
Kegiatan penambangan Nikel
No Tanggapan Frekwensi %
1 Adanya kesempatan kerja 18 30
2 Meningkatnya kesempatan berusaha 3 5
3 Meningkatnya pendapatan masyarakat 17 28,3
Jumlah 60 100
Sumber : Data Primer, 2007
Persepsi awal dari masyarakat terhadap rencana kegiatan tersebut
menunjukkan bahwa 60 responden yang mengetahui kehadiran dan tujuan
perusahaan, 45 responden (75%) yang menerima dan 15 responden (25 %) yang tidak
menjawab. Responden yang setuju memberikan alasan yang berbeda- beda.
Sebanyak 68,3, persen menerima karena dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat. Sebanyak ,26,6 persen, karena dapat mengurangi pengangguran. Dan
sissanya senbanyak 5 persen karena dapat membantu pembangunan desa dan
pembangunan masyarakat.
Manfaat paling besar yang akan muncul dari kegiatan penambangan nikel dan
akan dapat dirasakan oleh masyarakat adalah meningkatnya kesempatan bekerja
(30%), meningkatnya pendapatan masyarakat (28,3, kemudian adanya pemberdayaan
masyarakat dan masyarakat menjadi maju masing-masing (15 %). Selain itu juga
terdapat sekitar 5% responden yang menyatakan sangat mengharapkan penduduk
setempat diberikan kesempatan untuk terlibat pada kesempatan usaha kecil /
menengah seperti suplayer bahan-bahan kebutuhan karyawan. Seorang tokoh
masyarakat bernama S usia 52 tahun memberikan pernyataan sebagai berikut :
―Sebelum ada rencana tambang nikel ini , banyak kegiatan pertambangan di wilayah
ini, tiba-tiba saja meninggalkan lokasinya. Lihatlah kondisi bekas tambang di sekitar
desa ini. meski ada yang bertani, berkebun PNS, tapi sebagian besar hidup warga
mengharapkan dari kegiatan pertambangan . Jika perusahaan ini ingin beroperasi di
wialayah ini silahkan saja tidak ada masalah, tapi semua aturan terkait
pertambangan harus mereka penuhi dan patuhi, terutama dalam dua hal penting,
merawat dan menjaga kelestarian lingkungan dan mensejahterahkan masyarakat, ini
penting, untuk apa sebuah perusahaan harus ditengah warga, kalau lingkungan dia
rusak dan masyarakat di lokasi tambang tidak disejahterahkan. Saya setuju dengan
kehadiran PT. Kencana Bumi Mineral yang mengelola tambang, tapi perlu di
memperhatikan kondisi masyarakat setempat.”
Menurut pendapat responden, kerugian yang akan timbul dari kegiatan ini
adalah adanya bencana banjir seperti yang terjadi pada Desa bahomakmur
sebelumnya (20%) yang akan berdampak langsung terhadap terjadinya kerusakan
sawah penduduk disekitar Sungai Bahodopi.
Kerugian lain yang diprakirakan akan muncul cukup besar adalah berhentinya
kegiatan penambangan nikel sehingga ada PHK dan penurunan pendapatan
masyarakat (13.3), Adanya perubahan perilaku pemuda dan atau masyarakat
sebanyak (11.6%) serta Penurunan kualitas dan kuantitas air sungai sebanyak (15
%).
Terkait hal tersebut warga masyarakat bahomakmur memberikan komentar
sebagai berikut:
” Bahwa operasional penambangan nikel, PT. BDM selama ini telah
memberikan dampak nyata terhadap kehidupan kami berupa debu dan kerusakan
sumber air. Oleh karena itu pintanya agar kegiatan pengangkutan nikel melalui ruas
jalan hauling tersebut dapat ditingkatkan lagi pengelolaannya sehingga tidak
mengganggu kesehatan masyarakat.
B Sarana/Prasarana
1 Rumahsakit -
2 Puskesmas 1
3 Pustu (PuskesmasPembantu) 4
4 Poskesdes (Poskesehatandesa) 5
5 Pusling (PuskesmasKeliling) 3
6 Posyandu 14
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Morowali, Tahun 2016.
Adapun keputusan tentang jenis dampak hipotetik yang akan dikelola adalah jenis
dampak yang termasuk kategori dampak penting yang dikelola (PK) yang ditetapkan
berdasarkan kriteria sederhana berikut:
1) Apabila P = 1 dan P tersebut adalah kriteria No. 1 (jumlah manusia terkena dampak),
untuk semua besaran baik positif (+) maupun negatif (-), maka termasuk dampak
penting (DP).
2) Apabila P 3 dan besaran dampak 2, maka termasuk dampak penting (DP)
3) Apabila Besaran Dampak melebihi BML, maka termasuk dampak penting (DP)
4) Diluar ketiga kriteria di atas, kesimpulan hasil evaluasi adalah dampak tidak penting
dantidak dikelola (TPK). Bila dampak yang disimpulkan merupakan dampak penting
yang dikelola (PK), maka dampak-dampak itulah yang akan dijadikan dasar untuk
penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan lingkungan.
Selain itu, dalam melakukan telaahan tersebut di atas akan diperhatikan pula dampak
yang bersifat langsung dan atau tidak langsung. Dampak langsung adalah dampak yang
ditimbulkan secara langsung oleh adanya rencana kegiatan. Sedang dampak tidak langsung
Dimana :
C(x,z) : Konsentarsi Pencemar udar pada koordinat x dan z (ugr/m3)
QL : Laju emisi per unit jarak (gr/dt.m)
Z : Ketinggian penerima (receptor) di atas tanah
u : Kecepatan angin rata-rata pada arah sumbu x (m/dt)
𝜎𝑧 : Koeffisien dispersi vertikal gaussian (m)
Pada kegiatan mobilisasi peralatan, alat berat dan material diperkirakan akan melibatkan
kendaraan pengangkut berbahan bakar solar yang melakukan aktifitas sebanyak 40 aktifitas per
hari. Jika dalam 1 hari waktu operasional adalah selama 8 jam, maka dalam 1 jam kendaraan
yang melewati jalur transportasi adalah sebanyak 5 buah truck, dengan jarak tempuh dari tapak
proyek lokasi tambang menuju jalan raya adalah sepanjang 12 km.
Dalam prakiraan dampak diasumsikan pemakaian bahan bakar kendaraan truck adalah 0,2 liter
solar untuk jarak tempuh 1 km, kecepatan rata-rata kendaraan sekitar 20 km/jam yang
berproduksi selama 8 jam sehari, kecepatan angin rata-rata pada lokasi studi sebesar 2-3
meter/detik (1 knot= 0,514 meter/detik), koefisien disperse Gaussian (𝜎𝑧) pada stabilitas atm B
adalah sebesar 3,43 m dan ketinggian penerima (z) sebesar 2 m. Faktor emisi kendaraan
berbahan bakar solar berdasarkan standar WHO adalah sebesar 2,01 kg/m3 untuk parameter
partikulat, 6,36 kg/m3 untuk parameter polutan SO2, dan 7,21 kg/m3 untuk parameter polutan
NO2. Berdasarkan asumsi dan data tersebut di atas maka dapat dihitung konsumsi bahan bakar
dari alat-alat berat seperti pada Tabel 3.2 berikut ini.
Tabel 3.2. Konsumsi Bahan Bakar Alat-alat Berat
Berat Jenis Solar Konsumsi BBM
Jenis Kendaraan Jarak Tempuh (Km) 3
(kg/l) (M /Hari)
Truk 0,81 480 0,077
Sumber: Hasil Analisa, 2016
Faktor emisi untuk parameter kualitas udara dari sumber pembakaran diuraikan pada table
dibawah ini
Tabel 3.3. Faktor Emisi Bahan Bakar
Bahan Jenis pencemar
Jenis Kendaraan satuan 3 3 3
bakar Debu (Kg/M ) NO2(Kg/M ) SO2(Kg/M )
3
Mesin diesel Solar M 2,01 7,21 6,36
Sumber: WHO Offset Publication No 62,Rapid Assesment Of Source Of Air, Water, And Land pollution
Besarnya emisi dari mobilisasi peralatan dan material merupakan perkalian antara faktor emisi
dengan pemakaian bahan bakar. Sehingga berdasarkan perkiraan konsumsi bahan bakar dan
2. Kebisingan
Besaran dampak
Mobilisasi material konstruksi menuju tapak proyek menggunakan truk dengan kapasitas
angkut 20 – 50 ton. Truk angkut tersebut akan mengangkut material dengan perkiraan frekuensi
maksimum 40 kali per hari. Kegiatan tersebut diperkirakan akan menimbulkan kebisingan. Rona
awal tingkat kebisingan disekitar lokasi kegiatan masih berada di bawah baku mutu yang
disyaratkan. Berdasarkan hasil pengukuran kebisingan sesaat jika dibandingkan dengan baku
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 8
Provinsi Sulawesi Tengah
mutu Kebisingan mengacu Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Kep.
48/MENLH/11/1996, dapat dikatakan kondisi saat ini termasuk kategori baik skala 4. Perkiraan
intensitas kebisingan yang akan timbul terhadap jarak tertentu dapat dihitung dengan
menggunakan rumus
Lp2=Lp1-20 log (R2/R1)
Keterangan :
Lp1= Tingkat Kebisingan Pada Sumber (dBA)
Lp2= Tingakt Kebisingan pada Jarak R2 dari sumber (dBA)
R1 = Konstranta (10 meter)
R2 = Jarak dari Sumber Bising (meter)
Pada tahap mobilisasi alat berat dan material akan menggunakan 3 jenis truk yaitu Heavy Truck
(intensitas bisingnya 80 dBA), Pick Up Truck (intensitas bisingnya 77 dBA) dan Dump Truck
(intensitas kebisingannya 70 dBA). Berdasarkan rumus tersebut di atas dan intensitas sumber
bisingnya maka dapat di hitung persebaran intensitas bising terhadap jarak tertentu, dari satu
sumber bising. Namun apabila sumber bisingnya banyak untuk receptor yang menerima
intensitas bising dengan nilai yang sama maka nilainya di tambah 3 dBA. Hasil perhitungan
kondisi terburuk pada kegiatan mobilisasi alat berat dan material terhadap intensitas kebisingan
disajikan pada Tabel 3.6 berikut ini.
Tabel 3.6. Prakiraan Kebisingan pada tahap konstruksi
Tingkat kebisingan (dBA) pada jarak tertentu dari sumber
No Jenis Peralatan Pada 10 20 50 100 200 500 600
Sumbernya m m m m m m m
1 Heavy truck 80 73 70 66 63 60 56 55
2 Pick Up truck 77 70 67 63 60 57 53 52
3 Dump truck 70 63 60 56 53 50 46 45
Paparan kebisingan dump truck yang melewati jalan diperkirakan sekitar 70 - 80 dBA pada
sumber dampak. Pada jarak sekitar 10 m kebisingan sekitar 63 - 73 dBA, pada jarak 600 m
intensitas kebisingannya akan menurun sampai sesuai dengan baku mutu yaitu antara 45 – 55
dBA. Oleh karena itu kebisingan yang ditimbulkan dapat mengganggu kenyamanan penduduk
yang dilewati yang berjarak maksimal 500 m tegak lurus dari as jalan yang dilalui, sehingga
rona akhir menunjukan penurunan skala kualitas lingkungan menjadi skala 2. Dengan demikian
besaran dampak terhadap peningkatan kebisingan akibat adanya kegiatan mobilisasi peralatan
dan material pada tahap konstruksi adalah Sedang dengan nilai perubahan dampaknya
Negatif Dua (-2). Sedangkan Penentuan sifat penting dampak tertera berikut ini:
Sifat Penting Dampak:
(1) Ditinjau dari jumlah manusia yang terkena dampak, maka sifat dampak adalah penting
karena kegiatan pengangkutan akan melewati jalan negara yang terdapat pemukiman
penduduk.
(2) Ditinjau dari luas wilayah persebaran dampak, maka sifat dampak adalah penting karena
dampak akan terjadi di sepanjang jalan yang dilalui;
(3) Ditinjau dari intensitas dampak, maka sifat dampak adalah penting karena kebisingan
akan meningkat melebihi ambang batas (>55 dBA);
(4) Ditinjau dari banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak, maka
dampak dikategorikan penting. Komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena
dampak adalah kesehatan masyarakat sehingga dampak dikategorikan penting.
(5) Ditinjau dari sifat kumulatif dampak, maka dampak tergolong tidak penting. Dampak tidak
bersifat kumulatif.
(6) Ditinjau dari berbalik atau tidak berbaliknya dampak, maka sifat dampak adalah tidak
penting karena dampak dapat berbalik apabila kegiatan operasional pengangkutan hasil
dihentikan.
3. Hidrologi
Kegiatan yang diprakirakan akan menimbulkan dampak terhadap peningkatan debit aliran
permukaan pada tahap kontruksi adalah kegiatan pembuatan dan peningkatan jalan angkut
(hauling), dan pembersihan lahan. kegiatan ini akan mengubah kondisi lahan menjadi terbuka.
Kegiatan-kegiatan ini pada prinsipnya akan menghilangkan vegetasi penutup tanah. Hilangnya
tutupan lahan ini akan menyebabkan hilangnya daya intersepsi vegetasi pada tapak
kegiatan terhadap curah hujan. Asdak (2007), menyatakan bahwa intersepsi air hujan
(rainfall interception loss) merupakan proses dimana air hujan yang jatuh pada permukaan
vegetasi, tertahan beberapa saat untuk diuapkan kembali ke atmosfer atau diserap oleh
vegetasi bersangkutan. Selain daya intersepsi juga menyebabkan menurunnya kapasitas
tanah untuk meresapkan air hujan, sehingga sebagian besar air hujan yang jatuh ke
permukaan tanah akan mengalir menjadi aliran permukaan (run off) dan segera mengisi
cekungan-cekungan yang ada di sekitarnya dan akhirnya akan menuju saluran alam
(saluran drainase) dan akan bermuara ke sungai. Meningkatnya laju aliran permukaan
(run off) ini pada gilirannya akan menimbulkan dampak sekunder berupa meningkatnya
laju erosi dan meningkatnya debit air pada badan air penerima, sehingga dapat
meningkatkan kadar lumpur pada badan-badan air penerima.
Besaran Dampak
Prakiraan besaran dampak debit aliran permukaan pada tahap konstruksi (∆Qkonstruksi)
didekati dari persamaan matematik metode rasional berdasarkan selisih antara debit aliran
permukaan pada tahap konstruksi (QKonstruksi) dan debit aliran permukaan tanpa kegiatan/proyek
(Qtanpa proyek). Jadi besarnya dampak perubahan debit aliran permukaan pada tahap konstruksi
dapat dituliskan sebagai berikut:
∆Q = QKonstruksi - Qtanpa proyek = 0.0028 (Cproyek - Ctanpa proyek) x I x A
Dimana :
CKonstruksi = koefisien aliran permukaan akibat kegiatan konstruksi = 0,85
Ctanpaproyek= koefisien aliran permukaan untuk hutan sekunder C= 0.13,
semak belukar C=0,36, dan tanah terbuka C=0.85.
I = Intensitas hujan harian. Jumlah curah hujan bulanan dibagi jumlah
hari hujan periode tahun 2012-2015 : 3,26 mm/jam.
A = Luas areal yang akan dibuka menurut jenis tutupan lahan. Tutupan
lahan secara totalitas didominasi oleh tutupan berupa hutan lahan kering.
Luas areal penambangan PT. Kencana Bumi Mineral, yaitu 638 ha. Daerah
yang akan terbuka seluas 638 ha sesuai dengan luas areal prospek yang
telah dieksplorasi dari total luasan areal (luas ini tidak termasuk daerah
kemiringan >45% atau bergunung, sempadan sungai, dan pemukiman.
Debit run off dari tapak proyek sebelum adanya rencana kegiatan =
Besarnya debit air permukaan Q = 0,0028 C.I.A
Q = 0,0028 x 0,13 x 3,26 x 638
= 75,7x10-2 m3/detik
Debit run off dari tapak proyek pada saat konstruksi =
Q = 0,0028 x 0,85 x 3,26 x 638
= 4,95 m3/detik
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 10
Provinsi Sulawesi Tengah
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, kegiatan konstruksi rencana kegiatan
pembuatan dan peningkatan jalan angkut (hauling), dan pembersihan lahan
meningkatkan debit air larian dari 0,757 m3/detik menjadi 4,94 m3/detik.
Jika proporsi jumlah curah hujan yang menjadi limpasan permukaan adalah sebesar C
dan faktor lainnya dianggap tetap, maka besarnya peningkatan debit limpasan dapat diduga
dari peningkatan nilai koefisien aliran permukaan akibat adanya kegiatan pembuatan dan
peningkatan jalan angkut (hauling), dan pembersihan lahan di atas, dari nilai koefisien sekitar
0.13 pada wilayah berpenutupan hutan sekunder skala baik (skala 4), menjadi sekitar
0.85 pada tanah terbuka skala buruk (skala 2); atau dengan kata lain, dengan adanya
kegiatan pembuatan dan peningkatan jalan angkut (hauling), dan pembersihan lahan akan
mengakibatkan konversi penutupan tajuk dari belukar menjadi tanah terbuka yang
terganggu yang akan menyebabkan peningkatan debit aliran permukaan sekitar 6,5 kali
dari keadaan semula. Sebagaimana hasil perhitungan debit sebelum adanya proyek
0,757 m3/detik, dengan adanya kegiatan konstruksi menjadi 4,94 m3/detik. Meningkatnya
debit aliran permukaan (run off) ini pada gilirannya akan menimbulkan dampak sekunder
berupa peningkatan laju erosi tanah dan peningkatan laju sedimentasi atau pelumpuran
pada badan-badan air penerima. Oleh karena itu, dampak pembuatan dan peningkatan
jalan angkut (hauling), dan pembersihan lahan terhadap peningkatan debit aliran permukaan
merupakan dampak negatif, bersifat langsung dan berbobot sedang (-2).
Sifat Penting Dampak
Berdasarkan pedoman penetapan tingkat kepentingan dampak, maka dampak kegiatan
pembuatan dan peningkatan jalan angkut (hauling), dan pembersihan lahan terhadap
peningkatan debit aliran permukaan (debit) dapat diuraikan sebagai berikut:
(1) Ditinjau dari jumlah manusia yang terkena dampak, maka dampak tergolong penting
karena diprakirakan akan berpengaruh terhadap masyarakat sekitar lokasi kegiatan dan
pengguna air sungai khusunya yang bermukim disekitar tapak proyek;
(2) Ditinjau dari luas wilayah persebaran dampak, maka dampak tergolong penting karena
meliputi wilayah yang cukup luas;
(3) Ditinjau dari intensitas lamanya dampak berlangsung, maka dampak tergolong tidak
penting karena intensitasnya yang tinggi dan dapat berlangsung lama. Perubahan debit
aliran 0,757 m3/detik-4,94 m3/detik, akan tetapi akan pulih seiring dengan pulihnya
penutupan lahan oleh vegetasi tanaman pada tapak kegiatan.
(4) Ditinjau dari banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak, maka dampak
tergolong penting karena akan berpengaruh terhadap komponen lingkungan lain, seperti
peningkatan laju erosi.
(5) Ditinjau dari sifat kumulatif dampak, maka tergolong tidak penting karena dampak tidak
bersifat kumulatif.
(6) Ditinjau dari berbalik atau tidak berbaliknya dampak, maka dampak tergolong tidak
penting karena dampak dapat pulih seiring dengan pulihnya penutupan lahan pada tapak
kegiatan.
(7) Ditinjau dari kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
maka dampak tergolong tidak penting karena air larian dapat dikelola dengan rekayasa
tutupan lahan serta usaha konservasi seperti pembangunan saluran drainase.
Dengan demikian, dampak kegiatan pembuatan dan peningkatan jalan angkut (hauling),
dan pembersihan lahan terhadap peningkatan debit aliran permukaan dikategorikan sebagai
dampak negatif sedang (-2) dan bersifat Penting (P).
4. Erosi Tanah
Besaran Dampak
Kegiatan yang diprakirakan akan menimbulkan dampak terhadap tanah dan erosi pada
tahap kontruksi adalah kegiatan pembuatan dan peningkatan jalan angkut (hauling), dan
pembersihan lahan, yang pada prinsipnya akan menghilangkan vegetasi penutup tanah,
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 11
Provinsi Sulawesi Tengah
sehingga nilai faktor tanaman untuk lokasi ini meningkat mendekati 1 (satu). Ini berarti hampir
seluruh dari nilai erosi potensialnya dapat menjadi erosi nyata. Proses ini akan menyebabkan
tanah menjadi lebih terbuka terhadap pukulan butir air hujan. Akibatnya, tanah menjadi lebih
mudah terdispersi dan terbawa aliran permukaan. Hal ini berarti kehilangan lapisan atas tanah
dan merupakan fenomena kemerosotan kualitas lahan.
Tabel 3.7. Prediksi Laju Erosi di Lokasi Rencana Usaha Penambangan PT. Kencana
Bumi Mineral
Lokasi Kelas Erosi Erosi
R K LS CP IBE
rencana Lereng Pot ton/ha Akt ton/ha
1 0-8 % 1.237,5 0,391 0,40 0,01 193,64 1,94 0,059
2 0-8 % 1.237,5 0,386 1,40 0,01 668,65 6,69 0,132
3 15-25% 1.237,5 0,389 3,10 0,01 1493,07 14,93 0,332
Sumber: hasil analisis, 2017
Nilai T untuk tanah di lokasi kegiatan adalah sebesar 42,88 ton/ha/tahun. Hasil prediksi
erosi pada titik pengamatan pada tabel di atas menunjukkan bahwa erosi aktual umumnya lebih
kecil dari erosi wajar atau erosi yang dapat ditolerir (nilai T) dengan kondisi saat ini. Hasil
prediksi erosi menunjukkan bahwa besarnya erosi aktual kondisi awal lokasi rencana
penambangan nikel sebesar 1,94 ton/ha/tahun – 14,93 ton/ha/tahun nilai tersebut masih berada
di bawah erosi yang diperbolehkan. Dan untuk nilai erosi potensial sebesar 193,64
ton/ha/tahun sampai dengan 1493,07 ton/ha/tahun. Jika kondisi tanah tersebut dibiarkan dalam
keadaan kondisi aktual tersebut tanpa pengolahan yang lebih efektif, maka akan terjadi
kumulatif dampak yang mengarah pada kehilangan tanah karena erosi dalam skala besar.
Dikaitkan dengan skala kualitas lingkungan, maka kegiatan pembuatan dan peningkatan jalan
angkut (hauling), dan pembersihan lahan akan meningkatkan kelas erosi dari tingkat bahaya
sangat ringan (skala 5) menjadi tingkat bahaya sedang (skala 3), dengan demikian dampak
kegiatan pembuatan dan peningkatan jalan angkut (hauling), dan pembersihan lahan
diprakirakan menurunkan skala kualitas lingkungan sebesar -2 (dua) negatif sedang.
Sifat Penting Dampak
Berdasarkan pedoman penetapan tingkat kepentingan dampak, maka dampak kegiatan
pembuatan dan peningkatan jalan angkut (hauling), dan pembersihan lahan terhadap
peningkatan laju erosi tanah dapat diuraikan sebagai berikut:
(1) Ditinjau dari jumlah manusia yang terkena dampak, maka dampak tergolong tidak
penting karena diprakirakan tidak akan berpengaruh terhadap manusia karena kondisi
tapak areal yang jauh dari pemukiman dan jenis erosi yang terjadi tergolong dibawah
erosi wajar.
(2) Ditinjau dari luas wilayah persebaran dampak, maka dampak tergolong penting karena
meliputi wilayah yang luas 638 ha;
(3) Ditinjau dari intensitas dan lamanya dampak berlangsung, maka dampak tergolong
penting karena intensitasnya yang tinggi dan dapat berlangsung lama, sampai vegetasi
di atas lahan tersebut tumbuh kembali dan berkembang;
(4) Ditinjau dari banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak, maka dampak
tergolong penting karena akan berpengaruh terhadap penurunan kualitas air (TSS) dan
gangguan terhadap biota air.
(5) Ditinjau dari sifat kumulatif dampak, maka dampak tergolong penting karena dampak
akan terakumulasi pada ekosistem perairan yang akan berpengaruh pada biota perairan.
(6) Ditinjau dari berbalik atau tidak berbaliknya dampak, maka dampak tergolong penting
karena dampak erosi yang telah terjadi tidak dapat berbalik.
(7) Ditinjau dari kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
maka dampak tergolong tidak penting karena besarnya laju erosi dapat dikelola dengan
rekayasa tutupan lahan serta usaha konservasi seperti misalnya pembangunan saluran
drainase serta konservasi secara vegetatif.
5. Kualitas Air
Besaran Dampak
Kegiatan pembuatan dan peningkatan jalan angkut (hauling), pembangunan dan
pengoprasian base camp serta sarana prasarana penunjang, dan pembersihan lahan rencana
penambangan bijih nikel menyebabkan terbukanya tanah, sehingga tanah tidak terlindungi dari
pukulan air hujan. Hal ini dapat berdampak pada peningkatan run off dan peningkatan laju
erosi, yang selanjutnya akan meningkatkan konsentrasi TSS pada Sungai yang menerimanya.
Hasil run off dan erosi akan hanyut ke daerah yang lebih rendah akibat aktivitas aliran
permukaan yang terjadi pada saat hujan. Sebagai bentuk usaha untuk melokalisir dan
menghambat limpasan yang membawa muatan sedimen dari areal kegiatan konstrusi sebelum
masuk ke sungai, PT. Kencana Bumi Mineral akan mematuhi semua prosedural-prosedural
operasional dalam proses kegiatannya guna meminimalisir dampak yang akan terjadi.
Tabel 3.8. Hasil Analisis Kualitas Air Sungai Pada Lokasi Kegiatan
Hasil Analisis Baku Mutu
Sungai
N Paramet Satua Sungai Sungai Sungai Sungai
Parajom Kelas Kelas Kelas Kelas
o er n Parajom Bangkulan Bangkulan Lalam
pi I II III IV
pi (Hilir) go (Hulu) go (Hilir) pu
(Hulu)
Fisika
Temperat devia devia devia devia
1 ur C 27,0 27,9 28,1 28,4 28,5
si 3 si 3 si 3 si 5
Padatan
terlarut
2 total,
mg/L 178 220 310 270 230 1000 1000 1000 1500
TDS
Padatan
tersuspe
3 nsi total,
mg/L 35 25 22 25 34 50 50 400 400
TSS
Sumber: Hasil analisa laboratorium, 2017
Laboratorium Penguji PT. BMT Asia Pasific Indonesia, 2017
Besaran Dampak
Berdasarkan perhitungan run off nilai Q pada rona awal lokasi kegiatan akan mengalami
peningkatan debit aliran permukaan sekitar 6,5 kali dari keadaan semula ketika kegiatan
berlangsung, hal ini menunjukkan bahwa kandungan TSS di dalam air sungai tersebut akan
mengalami peningkatan pula akibat adanya kegiatan tersebut. Kualitas lingkungan awal tanpa
proyek menunjukan kondisi lingkungan awal lokasi kegiatan dalam keadaan baik. Akan tetapi
skala kualitas lingkungan saat kegiatan pembuatan dan peningkatan jalan angkut (hauling),
pembangunan dan pengoprasian base camp serta sarana prasarana penunjang, dan
pembersihan lahan akan mengalami perubahan yang cukup signifikan. Dampak terhadap
kualitas air merupakan dampak lanjutan (sekunder) dari erosi tanah dan aktivitas lainnya.
Kegiatan yang diprakirakan akan menimbulkan dampak adalah kegiatan pembuatan dan
peningkatan jalan angkut (hauling), dan pembersihan lahan penambangan.
Hilangnya penutupan vegetasi oleh kegiatan pembuatan dan peningkatan jalan angkut
(hauling), pembangunan dan pengoprasian base camp serta sarana prasarana penunjang, dan
pembersihan lahan menimbulkan peningkatan erosi dari nilai erosi alaminya. Erosi yang
terangkut oleh aliran air hujan sebagian akan masuk ke sungai dan sebagian lagi akan
mengendap dl tempat tertentu dalam perjalanannya menuju sungai. Parameter kualitas air yang
utama akan terkena dampak ialah TSS dan kekeruhan.
Saat studi dilakukan konsentrasi TSS di sungai yang ada di wilayah studi 22 mg/l sampai
35 mg/l (skala kualitas 5 atau sangat baik). Setelah ada kegiatan konstruksi, sifat fisik air
(kekeruhan dan TSS) konsentrasinya akan meningkat lebih dari 3 kali lipat sehingga menjadi >
3.2.2.2 Biologi
1. Vegetasi
Sumber dampak adalah dari kegiatan pembersihan lahan (land clearing) seperti
penebangan pohon untuk pembukaan hutan di areal efektif untuk penambangan bijih nikel
seluas 638 ha. Dampak ini bersifat langsung karena akan mengurangi jumlah, komposisi dan
struktur vegetasi di areal tersebut.
Besaran Dampak
Berdasarkan hasil analisis vegetasi nilai indek keanekaragaman jenis pada kondisi tanpa
kegiatan rata-rata pada tingkat pohon menunjukkan keanekaragaman jenis vegetasi alami di
lokasi rencana kegiatan (H’= 3,16) Nilai indeks ini termasuk dalam kondisi lingkungan yang
baik (SKL(tk)=4). Pada tahap konstruksi akan dilakukan kegiatan penebangan pohon,
pembersihan lahan dari berbagai jenis vegetasi yang tumbuh di atas lahan seluas 638 ha dalam
kegiatan penyiapan lahan untuk penambangan bijih nikel dilakukan dengan sistem mekanis
maupun semi mekanis. Kegiatan penebangan akan menurunkan skala kualitas lingkungan,
dengan demikian skala kualitas lingkungan diperkirakan akan turun dari baik (SKL(tk)=4)
2. Biota Perairan
Besaran Dampak
Dampak kegiatan pembersihan lahan, pembuatan dan peningkatan jalan angkut (houling)
dan pembangunan dan pengorasian base camp serta sarana prasarana penunjang terhadap
keragaman biota perairan merupakan dampak turunan dari penurunan kualitas air. Kondisi saat
studi indeks keanekaragaman zooplankton pada perairan air tawar di wilayah studi berkisar =
0,92-0,98, fitoplankton menunjukkan bahwa nilai keanekaragaman berkisar = 0,96-1,00 dan
benthos berkisar 1,53 - 1,58. Secara kelas kualitas tergolong tidak beragam (skala kualitas
2).
Kegiatan pembersihan lahan, pembuatan dan peningkatan jalan angkut (houling) dan
pembangunan dan pengorasian base camp serta sarana prasarana penunjang akan
meningkatkan konsentrasi TSS dan kekeruhan yang selanjutnya berpengaruh terhadap
perkembangbiakan biota air. Keanekaragaman plankton akan menurun sampai <1 sehingga
secara kelas kualitas berubah dari kelas kualitas 2 menjadi kelas kualitas 1, berdasarkan
pertimbangan tersebut kegiatan pembersihan lahan, pembuatan dan peningkatan jalan angkut
(houling) dan pembangunan dan pengorasian base camp serta sarana prasarana penunjang
menimbulkan dampak yang tergolong dampak negatif kecil (-1).
3. Satwa Liar
Sumber dampak adalah dari kegiatan pembersihan lahan (land clearing). Dampak ini
bersifat langsung karena kegiatan ini khususnya pada penebangan menyebabkan perubahan
pada penutupan lahan, merusak habitat dan vegetasi yang menjadi sumber pakan satwa liar
yang dilindungi sehingga akan mengganggu kelangsungan hidup satwa tersebut.
Besaran Dampak
Pada kondisi rona lingkungan hidup awal yaitu lingkungan sebelum adanya kegiatan,
jumlah mamalia yang dilindungi berdasarkan Peraturan Perlindungan Binatang liar 1931,
Peraturan Pemerintah No.7 tahun 1999, SK Mentan No.247/Kpts/Um/4/1979, dan SK Mentan
No.90/Kpts/Um/2/1977 berjumlah 6 fauna liar dari kelas mamalia tergolong jenis yang
dilindungi. Kondisi ini menunjukkan bahwa skala kualitas lingkungan sedang (SK(tk)=3).
Diprakirakan setelah ada kegiatan pembersihan lahan, kondisi lingkungan akan mengalami
penurunan skala kualitas, namun demikian dengan adanya sistem kerja proses penambangan
yang sesuai standard, dengan penekanan pada aspek konservasi, maka diprakirakan
perubahan tersebut tidak terlalu besar, sehingga jumlah satwa liar yang dilindungi tidak
mengalami perubahan yang berarti bila dibandingkan pada saat tanpa ada kegiatan karena
wilayah hutan diluar rencana kegiatan masih cukup luas, dengan demikian skala kualitas
lingkungan diperkirakan akan turun dari kurang stabil (SKL(tk)=3) menjadi tidak stabil (SKL(dk)=2).
Besarnya perubahanskala kualitas lingkungan yang terjadi relatif kecil, yaitu: SKL(dk) – SKL(tk) =
2- 3 = -1, atau besaran dampak yang terjadi adalah negatif kecil(-1).
Sifat Penting Dampak
Berdasarkan pedoman penetapan tingkat kepentingan dampak, diuraikan sebagai berikut:
(1) Ditinjau dari jumlah manusia yang terkena dampak, maka sifat dampak adalah tidak
penting karena dampak ini tidak langsung kepada manusia;
(2) Ditinjau dari luas wilayah persebaran dampak, maka sifat dampak adalah penting karena
meliputi wilayah yang relatif luas dari luas wilayah studi;
2. Pendapatan Masyarakat
Rencana kegiatan penambangan nikel akan memberikan kesempatan bagi penduduk lokal
maupun luar daerah untuk mendapatkan pekerjaan baik formal maupun non formal. Disamping
itu secara tidak langsung juga akan memberikan kesempatan untuk membuka usaha dengan
cara membuka toko, warung ataupun usaha jasa lainnya seperti pondokan dan lain sebagainya.
Besaran Dampak
Peningkatan pendapatan masyarakat merupakan dampak turunan dari peningkatan
kesempatan kerja dan peluang berusaha atau dampak tak langsung dari penerimaan tenaga
kerja. Selain peningkatan kesempatan kerja, komponen lain yang terkena dampak kegiatan
penerimaan tenaga kerja adalah peningkatan pendapatan masyarakat, khususnya pada
masyarakat yang anggota keluarganya ikut bekerja pada kegiatan tersebut. Pekerja yang
direkrut akan diberi upah minimal sebesar Upah Minimal Kabupaten Morowali yang sedang
berlaku.
Sebelum ada kegiatan penerimaan tenaga kerja (kondisi rona awal tentang pendapatan
masyarakat) di lokasi studi rata-rata untuk petani dan nelayan tingkat pendapatan masyarakat
yang tertinggi di atas Rp 2.500.000 perbulan dan terendah adalah Rp 500.000,- perbulan.
Proporsi penduduk yang berpendapatan Rp 500.000 - Rp 1.000.000 sebesar 33,34 persen,
sedangkan proporsi penduduk yang berpendapatan Rp 1.000.000 – Rp 1.500.000 sebesar 40
persen. Adapun penduduk yang berpendapatan Rp 1.500.000 – Rp 2.000.000 sebanyak 17,77
persen dan penduduk dengan tingkat pendapatan di atas Rp 2.500.000 sebanyak 8,89 persen.
2. Kesehatan Masyarakat
Besaran Dampak
Kegiatan pada tahap konstruksi yang diprakirakan akan menimbulkan dampak terhadap
penurunan kesehatan masyarakat adalah mobilisasi peralatan, alat berat dan material,
pembangunan dan pengoprasian basecamp beserta sarana-prasarana penunjang, serta
pembersihan lahan. Kegiatan ini diprakirakan akan menimbulkan dampak pada penurunan
kesehatan masyarakat.
Timbulnya debu partikulat yang diakibatkan hilir mudiknya kendaraan opersional pada
saat pembangunan dan pengoprasian basecamp beserta sarana-prasarana penambangan,
dapat menyebabkan menurunya kualitas udara dan berakibat pada meningkatnya angka
kesakitan penyakit saluran pernapasan, seperti ISPA. Selain itu, adanya limbah domestik
(limbah padat dan cair), tumpukan material serta terjadinya genangan air akibat banyaknya
lubang galian ataupun gangguan drainase akan menyebabkan sanitasi lingkungan di lokasi
kegiatan menjadi buruk terutama terjadinya penurunan kualitas air permukaan yang oleh
sebagian penduduk air tersebut digunakan untuk Mandi dan Cuci, untuk kebutuhan ternak akan
menyebabkan terjadinya penyakit malaria, dan penyakit sehingga diprakirakan dampak negatif
langsung yang akan terjadi mengalami penurunan dari baik (skala 4) menjadi buruk (skala 2).
Dengan demikian bobot dampak kegiatan ini tergolong dampak negatif sedang (-2) dan
bersifat langsung.
Sifat Penting Dampak
(1) Ditinjau dari jumlah manusia yang terkena dampak, maka dampak tergolong penting Hal
ini disebabkan karena diprakirakan penduduk yang tinggal di desa wilayah kajian
berisiko terserang penyakit ISPA dan malaria.
(2) Ditinjau dari luas wilayah persebaran dampak, dampak akan meliputi desa wilayah kajian
studi dan bahkan nyamuk bisa terbang mencapai jarak 2 km dari lokasi habitat awalnya,
maka dampak tergolong penting.
(3) Ditinjau dari lamanya dampak berlangsung, karena dampak dapat berlangsung lama,
yaitu selama kegiatan pembangunan dan pengoperasian sarana-prasarana
penambangan berlangsung, maka tergolong penting
(4) Ditinjau dari banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak, maka dampak
diperkirakan akan berpengaruh terhadap komponen lingkungan lain, seperti hilangnya
kesempatan bekerja akibat sakit, keluarnya biaya tak terduga untuk pengobatan, dan
lain-lain, maka tergolong penting.
(5) Ditinjau dari sifatnya kumulatif dampak karena dampak tidak akan terakumulasi maka
tergolong tidak penting.
(6) Ditinjau dari berbalik atau tidak berbaliknya dampak, maka dampak tergolong tidak
penting karena dampak yang telah terjadi dapat berbalik atau dipulihkan, dimana
penyakit dapat sembuh bila sedini mungkin mendapatkan pengobatan.
(7) Ditinjau dari kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
maka dampak tergolong tidak penting. Hal ini disebabkan karena adanya kriteria lain
sesuai dengan perkembangan llmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan demikian, dampak kegiatan mobilisasi peralatan, alat berat dan material,
pembangunan dan pengoprasian basecamp beserta sarana-prasarana penambangan pada
Gambar 3.2. Ilustrasi bukaan tambang dengan single slope dan overall slope
pada penambangan laterit nikel yang direncanakan
Kondisi rona awal lingkungan untuk parameter bentang alam dapat diinformasikan
bahwa masih sangat baik skala 5, dengan adanya Kegiatan pengupasan/penempatan
tanah pucuk, batuan penutup dan penggalian bijih nikel, sehingga merobah bentang alam.
Dengan demikian skala kualitas lingkungan yang semula skala 5 menjadi skala 3, sehingga
besaran dampaknya menjadi – 2 (negatif 2) sedang
Sifat Penting Dampak:
(1) Ditinjau dari jumlah manusia terkena dampak, maka sifat dampak adalah tidak penting
karena karena tidak adanya penduduk yang berada pada wilayah penambangan.
(2) Ditinjau dari luas wilayah persebaran dampak, maka sifat dampak adalah penting karena
luas wilayah persebaran dampak mencakup luasan 638 ha.
(3) Ditinjau dari intensitas dan lamanya dampak berlangsung, maka dampak tergolong
penting. Karena intensitasnya belangsung selama kegiatan penambangan dilakukan.
(4) Ditinjau dari banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak, maka sifat
dampak adalah penting, karena berdampak turunan pada erosi tanah, hidrologi dan
kualitas air permukaan.
(5) Ditinjau dari sifat kumulatif dampak, maka sifat dampak adalah penting karena dampak
bersifat kumulatif dan butuhkan waktu yang lama dalam pemulihan.
(6) Ditinjau dari berbalik atau tidak berbaliknya dampak, maka sifat dampak adalah penting
karena perubahan bentang alam, akan butuhkan waktu yang lama dalam pemulihan.
2. Kualitas Udara
Kegiatan pengangkutan dan penimbunan bijih nikel (stockpile) diperkirakan akan
melibatkan kendaraan pengangkut berbahan bakar solar yang melakukan aktifitas
sebanyak 80 aktifitas per hari. Jika dalam 1 hari waktu operasional adalah selama 8 jam,
maka dalam 1 jam kendaraan yang melewati jalur transportasi adalah sebanyak 10 buah
truck, dengan jarak tempuh dari tapak proyek penambangan bijih nikel menuju jalan raya
adalah sepanjang 12 km.
3. Kebisingan
Besaran dampak
Tingkat kebisingan merupakan ukuran energi bunyi yang sepadan dan kontinyu (Leq)
yang dinyatakan dalam satuan dB(A). Hubungan antara Tingkat kebisingan dan jarak dari
sumber suara sederhana dapat menjadi formula dasar guna memprediksi rambatan bising dari
suatu sumber bising terhadap lingkungan.
Pada tahap produksi peningkatan kebisingan diprakirakan akan bersumber dari kegiatan
pengangkutan dan penimbunan bijih nikel (stockpile). Hal ini dapat mengganggu kenyamanan
karyawan dan masyarakat di sekitar lokasi proyek. Peralatan/kendaraan penambangan yang
potensial menimbulkan dampak bising yaitu, dump truck, dan pick up truck,.
Lp2=Lp1-20 log (R2/R1)
Keterangan :
Lp1= Tingkat Kebisingan Pada Sumber (dBA)
Lp2= Tingakt Kebisingan pada Jarak R2 dari sumber (dBA)
R1 = Konstranta (10 meter)
R2 = Jarak dari Sumber Bising (meter)
Pada jarak tertentu dari sumber, prakiraan tingkat kebisingan yang akan timbul adalah:
Tabel 3.12. Prakiraan Kebisingan pada tahap produksi
Tingkat kebisingan (dBA) pada jarak tertentu dari sumber
No Jenis Peralatan Pada 10 20 50 100 200 500 600
Sumbernya m m m m m m m
1 Pick Up truck 77 70 67 63 60 57 53 52
2 Dump truck 70 63 60 56 53 50 46 45
Pada tahap pengangkutan dan penimbunan bijih nikel (stockpile) akan menggunakan 2
jenis truk yaitu Pick Up Truck (intensitas bisingnya 77 dBA) dan Dump Truck (intensitas
kebisingannya 70 dBA). Berdasarkan rumus tersebut di atas dan intensitas sumber bisingnya
maka dapat di hitung persebaran intensitas bising terhadap jarak tertentu, dari satu sumber
bising. Namun apabila sumber bisingnya banyak untuk receptor yang menerima intensitas
bising dengan nilai yang sama maka nilainya di tambah 3 dBA. Hasil perhitungan kondisi
terburuk pada kegiatan mobilisasi alat berat dan material terhadap intensitas kebisingan
diuraikan sebagai berikut:
Berdasarkan prakiraan di atas, skala kualitas lingkungan dengan adanya proyek adalah 2
(jelek). Diperkirakan besaran dampak yang akan timbul :
- Kualitas lingkungan awal = skala 5
- Skala kualitas lingkungan saat ada proyek = 3
- Besaran dampak = -2 (negatif sedang).
4. Kualitas Air
Besaran dampak:
Kegiatan pengupasan/penempatan tanah pucuk, batuan penutup dan penggalian bijih
nikel serta pengangkutan dan penimbunan bijih nikel (stockpile) menyebabkan terjadinya
peningkatan konsentrasi jumlah padatan tersuspensi (TSS) pada air Sungai diwilayah studi.
Selain mempengaruhi sifat fisika air pada sungai, kegiatan pengupasan/penempatan tanah
pucuk, batuan penutup dan penggalian bijih nikel serta pengangkutan dan penimbunan bijih
nikel (stockpile) juga mempengaruhi sifat kimia air yang akan menyebabkan terjadinya
perubahan kondisi Biological oxygen demand (BOD) dan Chemical oxygen demand (COD)
pada badan perairan sehingga menyebabkan kadar oksigen terlarut (DO) mengalami
penurunan.
Tabel 3.13. Hasil Analisis Kualitas Air Sungai Pada Lokasi Kegiatan
Hasil Analisis Baku Mutu
Sungai
N Paramet Satua Sungai Sungai Sungai Sungai
Parajom Kelas Kelas Kelas Kelas
o er n Parajom Bangkulan Bangkulan Lalam
pi I II III IV
pi (Hilir) go (Hulu) go (Hilir) pu
(Hulu)
Fisika
Temperat devia devia devia devia
1 ur C 27,0 27,9 28,1 28,4 28,5
si 3 si 3 si 3 si 5
Padatan
terlarut
2 total,
mg/L 178 220 310 270 230 1000 1000 1000 1500
TDS
Padatan
tersuspe
3 nsi total,
mg/L 35 25 22 25 34 50 50 400 400
TSS
Sumber: Hasil analisa laboratorium, 2017.
Berdasarkan uraian di atas diprakirakan bahwa dampak dari pengupasan/penempatan
tanah pucuk, batuan penutup dan penggalian bijih nikel serta pengangkutan dan penimbunan
bijih nikel (stockpile) dampaknya tergolong dampak negatif sedang (-2). Hal tersebut berasal
5. Hidrologi
Kegiatan yang diprakirakan akan menimbulkan dampak terhadap peningkatan debit aliran
permukaan pada tahap produksi adalah kegiatan pengupasan/penempatan tanah pucuk,
batuan penutup dan penggalian biji. Kegiatan ini akan mengubah kondisi lahan menjadi
terbuka. Kegiatan-kegiatan ini pada prinsipnya akan menghilangkan vegetasi penutup tanah.
sehingga sebagian besar air hujan yang jatuh ke permukaan tanah akan mengalir menjadi
aliran permukaan (run off) dan segera mengisi cekungan-cekungan yang ada di sekitarnya
dan akhirnya akan menuju saluran alam (saluran drainase) dan akan bermuara ke sungai.
Meningkatnya laju aliran permukaan (run off) ini pada gilirannya akan menimbulkan
dampak sekunder berupa meningkatnya laju erosi dan meningkatnya debit air pada badan
air penerima, sehingga dapat meningkatkan kadar lumpur pada badan-badan air
penerima.
Besaran Dampak
Prakiraan besaran dampak debit aliran permukaan pada tahap konstruksi sebenarnya
juga menggambarkan mengenai prakiraan debit aliran permukaan pada tahap operasi
disebabkan pada teknis operasional pembukaan tambang pada tahap konstruksi dilanjutkan
dengan proses produksi bijih nikel (masuk pada tahap produksi) yang dilakukan per
compartment block rencana penambangan yang telah ditetapkan.
6. Erosi Tanah
Besaran Dampak
Kegiatan pengupasan/penempatan tanah pucuk, batuan penutup dan penggalian bijih,
yang pada prinsipnya akan menghilangkan vegetasi penutup tanah, sehingga nilai faktor
tanaman untuk lokasi ini meningkat mendekati 1 (satu). Ini berarti hampir seluruh dari nilai erosi
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 30
Provinsi Sulawesi Tengah
potensialnya dapat menjadi erosi nyata. Proses ini akan menyebabkan tanah menjadi lebih
terbuka terhadap pukulan butir air hujan. Akibatnya, tanah menjadi lebih mudah terdispersi dan
terbawa aliran permukaan. Hal ini berarti kehilangan lapisan atas tanah dan merupakan
fenomena kemerosotan kualitas lahan.
Tabel 3.14. Prediksi Laju Erosi di Lokasi Rencana Usaha Penambangan PT. Kencana
Bumi Mineral
Lokasi Kelas Erosi Erosi
R K LS CP IBE
rencana Lereng Pot ton/ha Akt ton/ha
1 0-8 % 1.237,5 0,391 0,40 0,01 193,64 1,94 0,059
2 0-8 % 1.237,5 0,386 1,40 0,01 668,65 6,69 0,132
3 15-25% 1.237,5 0,389 3,10 0,01 1493,07 14,93 0,332
Sumber: hasil analisis, 2017
Berdasarkan hasil prediksi erosi menunjukkan bahwa besarnya erosi aktual kondisi awal lokasi
rencana penambangan nikel senilai dengan besarnya erosi aktual pada tahap produksi yaitu
sebesar 1,94 ton/ha/tahun – 14,93 ton/ha/tahun nilai tersebut masih berada di bawah erosi yang
diperbolehkan. Dan untuk nilai erosi potensial sebesar 193,64 ton/ha/tahun sampai dengan
1493,07 ton/ha/tahun. Jika kondisi tanah tersebut dibiarkan dalam keadaan kondisi aktual
tersebut tanpa pengolahan yang lebih efektif, maka akan terjadi kumulatif dampak yang
mengarah pada kehilangan tanah karena erosi dalam skala besar. Dikaitkan dengan skala
kualitas lingkungan, maka kegiatan pembuatan dan peningkatan jalan angkut (hauling), dan
pembersihan lahan akan meningkatkan kelas erosi dari tingkat bahaya sangat ringan (skala 5)
menjadi tingkat bahaya sedang (skala 3), dengan demikian dampak kegiatan pembuatan dan
peningkatan jalan angkut (hauling), dan pembersihan lahan diprakirakan menurunkan skala
kualitas lingkungan sebesar 2 (dua) skala.
Sifat Penting Dampak
Berdasarkan pedoman penetapan tingkat kepentingan dampak, maka dampak kegiatan
pengupasan/penempatan tanah pucuk, batuan penutup dan penggalian bijih terhadap
peningkatan laju erosi tanah dapat diuraikan sebagai berikut:
(1) Ditinjau dari jumlah manusia yang terkena dampak, maka dampak tergolong tidak
penting karena diprakirakan tidak akan berpengaruh terhadap manusia karena kondisi
tapak areal yang jauh dari pemukiman dan jenis erosi yang terjadi tergolong dibawah erosi
wajar.
(2) Ditinjau dari luas wilayah persebaran dampak, maka dampak tergolong penting karena
meliputi wilayah yang luas 638 ha;
(3) Ditinjau dari intensitas dan lamanya dampak berlangsung, maka dampak tergolong
penting karena intensitasnya yang tinggi dan dapat berlangsung lama, sampai vegetasi
di atas lahan tersebut tumbuh kembali dan berkembang;
(4) Ditinjau dari banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak, maka dampak
tergolong penting karena akan berpengaruh terhadap penurunan kualitas air (TSS) dan
gangguan terhadap biota air.
(5) Ditinjau dari sifat kumulatif dampak, maka dampak tergolong penting karena dampak
akan terakumulasi pada ekosistem perairan yang akan berpengaruh pada biota perairan.
(6) Ditinjau dari berbalik atau tidak berbaliknya dampak, maka dampak tergolong penting
karena dampak erosi yang telah terjadi tidak dapat berbalik.
(7) Ditinjau dari kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
maka dampak tergolong tidak penting karena besarnya laju erosi dapat dikelola dengan
rekayasa tutupan lahan serta usaha konservasi seperti misalnya pembangunan saluran
drainase serta konservasi secara vegetatif.
Dengan demikian, dampak kegiatan pengupasan/penempatan tanah pucuk, batuan
penutup dan penggalian bijih terhadap erosi tanah dikategorikan sebagai dampak negatif
sedang (-2) dan bersifat Penting
3.2.3.2 Biologi
1. Keragaman Biota Perairan
Besaran Dampak:
Kegiatan operasional penambangan berupa Pengupasan/penempatan tanah pucuk,
batuan penutup dan penggalian bijih, serta pengangkutan dan penimbunan bijih nikel (stockpile)
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 32
Provinsi Sulawesi Tengah
berpeluang terhadap pencemaran lingkungan terutama untuk komponen lingkungan tanah dan
air permukaan terutama pada musim penghujan. Dampak kegiatan tersebut, terhadap
keragaman biota perairan merupakan dampak turunan dari penurunan kualitas air. Kondisi saat
studi indeks keanekaragaman plankton pada Sungai di wilayah studi berkisar = 0,92-0,98,
fitoplankton berkisar 0,96-1,00dan benthos berkisar 1,53 - 1,58. Secara kelas kualitas
tergolong sedang (skala kualitas 3). Dengan adanya kegiatan Pengupasan/penempatan tanah
pucuk, batuan penutup dan penggalian bijih, serta pengangkutan dan penimbunan bijih nikel
(stockpile) akan merubah skala kualitas lingkungan menjadi buruk (skala 2). Sehingga dapat
disimpulkan besarnya nilai kualitas lingkungan menjadi negative kecil (-1)
Sifat Penting Dampak
Penentuan sifat penting dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan penyiapan lahan
terhadap keragaman biota perairan berdasarkan pedoman penetapan tingkat kepentingan
dampak yang diuraikan sebagai berikut:
(1) Ditinjau dari jumlah manusia yang terkena dampak, maka dampak tergolong penting
karena adanya ketergantungan masyarakat terhadap sumber daya air.
(2) Ditinjau dari luas wilayah persebaran dampak, maka dampak tergolong penting karena
dampak tersebar di sungai-sungai yang ada di areal lokasi wilayah studi.
(3) Ditinjau dari intensitas dan lamanya, maka dampak tergolong penting karena
diperkirakan kelimpahan dan keanekaragaman plankton akan menurun seiring
menurunnya kualitas air (TSS);
(4) Ditinjau dari banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak, maka tergolong
penting karena akan berpengaruh terhadap komponen lingkungan lain, seperti jumlah
ikan yang dimanfaatkan masyarakat;
(5) Ditinjau dari sifat kumulatif dampak, maka tergolong tidak penting karena dampak tidak
terakumulasi;
(6) Ditinjau dari berbalik atau tidak berbaliknya dampak, maka dampak tergolong tidak
penting karena dampak dapat berbalik.
(7) Ditinjau dari adanya kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka dampak tergolong tidak penting. Teknik penambangan yang
memperhatikan kaidah konservasi.
Dengan demikian, dampak kegiatan Pengupasan/penempatan tanah pucuk, batuan
penutup dan penggalian bijih, serta pengangkutan dan penimbunan bijih nikel (stockpile) tahap
produksi terhadap penurunan keragaman biota perairan dikategorikan sebagai dampak negatif
kecil (-1) dan bersifat Penting.
2. Pendapatan Daerah
Besaran Dampak
Kegiatan pertambangan nikel akan memberikan kontribusi pada pendapatan daerah
melalui berbagai kewajiban perusahaan termasuk pajak dan retribusi. Pendapatan daerah yang
diperoleh dari kegiatan pertambangan tersebut akan digunakan lagi oleh daerah untuk
pembangunan sarana dan prasarana di Kabupaten Morowali. Pendapatan daerah yang
bersumber dari kegiatan pertambangan berlangsung selama kegiatan operasi pertambangan.
Adanya kegiatan pertambangan ini akan menghasilkan efek ganda yaitu munculnya usaha-
usaha di sektor informal. Adanya kegiatan pertambangan nikel akan memberikan pengaruh
pada peningkatan PDRB di Kabupaten Morowali. Dengan adanya kegiatan kegiatan
pertambangan diprakirakan akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan PDRB
Kabupaten Morowali. Hasil penerimaan dari kegiatan pertambangan tersebut digunakan
kembali oleh pemerintah daerah untuk pembangunan sarana dan prasarana serta
pembangunan lainnya di Kabupaten Morowali.
Penentuan Sifat Penting Dampak
1) Jumlah manusia terkena dampak
Masuknya kegiatan pertambangan nikel wilayah Kabupaten Morowali, tentu berdampak
positif terhadap peningkatan PAD kabupaten tersebut. Dengan demikian, secara otomatis
pula dampak positif juga dirasakan oleh penduduk kabupaten Morowali. Oleh karena itu
bobot dampaknya bersifat penting .
2) Luas wilayah persebaran dampak
Persebaran dampak peningkatan pendapatan daerah dari pengaruh kegiatan
pertambangan , dapat meluas sampai keluar lokasi proyek, karena kontribusi perusahaan
dapat digunakan untuk pemberdayaan masyarakat maupun pembangunan infra struktur
daerah. Oleh karena itu, bobot dampaknya penting
3) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dampak tidak begitu besar dan dampak akan berlangsung dalam waktu yang
relatif lama yaitu selama kegiatan operasional pertambangan . Oleh karena itu sifat dampak
dinilai penting.
4) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak.
Komponen lingkungan lain yang terkena dampak dari peningkatan pendapatan
daerah adalah peningkatan kualitas atau kesejahteraan penduduk, te rmasuk
kesehatan masyarakat. Dengan demikian sifat dampaknya adalah penting.
5) Sifat kumulatif dampak
Dampak yang ada diprakirakan tidak bersifat kumulatif sehingga dampak ini
dikategorikan tidak penting .
6) Berbalik tidak berbaliknya dampak
Ditinjau dari kriteria berbalik tidak berbaliknya dampak, dampak kegiatan ini dapat dinilai
tidak penting, karena pendapatan daerah dapat berbalik ke kondisi semula, manakala
kegiatan proyek telah berakhir.
7) Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ada
alternative lain untuk peningkatan pendapatan daerah dari sudut ilmu pengetahuan dan
tehnologi. Dampak dinilai tidak penting.
Berdasarkan uraian tersebut diaas, maka dampak kegiatan pertambangan terhadap
pendapatan daerah dinilai berdampak positif sedang (2) dan penting
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 35
Provinsi Sulawesi Tengah
3. Peluang Kerja dan Berusaha
Besaran Dampak
Pada akhir tahap konstruksi kegiatan penambangan bijih nikel, akan terjadi
pelepasan/pengurangan tenaga kerja. Hal ini diperkirakan akan menimbulkan dampak
negatif terhadap komponen sosial ekonomi, yaitu penurunan tingkat pendapatan masyarakat
akibatnya berkurangnya kesempatan kerja dan berusaha. Namun demikian sebahagian
tenaga kerja lokal eks konstruksi penambangan tersebut dapat mengajukan lamaran
pekerjaan kembali pada saat masa produksi, jika spesifikasi keahlian yang dibutuhkan oleh
perusahaan terpenuhi/sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan.
Kebutuhan tenaga kerja pada tahap operasional penambangan bijih nikel sebanyak 204
orang, yang akan dipenuhi dari tenaga lokal dan luar daerah disesuaikan dengan
persyaratan dan spesifikasi yang dibutuhkan. Jika diasumsikan bahwa 40 - 50% kebutuhan
tenaga kerja produksi akan memanfaatkan tenaga kerja lokal, maka terdapat lowongan kerja
sekitar 82 – 102 orang). Hal ini tentunya akan berdampak positif terhadap peningkatan
kesempatan kerja dan berusaha lokal yang semula skalanya buruk (skala 2), akan
mengalami peningkatan menjadi baik (skala 4), sehingga dampak yang ditimbulkan
terhadap kesempatan kerja dan berusaha dikategorikan sebagai dampak positif sedang
(skala +2).
Penentuan Sifat Penting Dampak.
Adapun pertimbangan berdasarkan faktor penentu dampak penting adalah sebagai berikut:
1) Jumlah Manusia yang akan terkena Dampak
Kegiatan ini akan berdampak terhadap kondisi ketenagakerjaan setempat khususnya
adalah adanya kesempatan kerja bagi masyarakat setempat. Jumlah tenaga keja yang
dibutuhkan untuk berbagai aktivitas produksi adalah 204 orang karyawan. Jika
diasumsikan jumlah dan spesifikasi yang tersedia bagi penduduk lokal adalah 40 - 50%,
maka akan terdapat lowongan pekerjaan untuk 82-102 orang masyarakat lokal). Dengan
pengoperasional pertambangan nikel,, selain akan tercipta kesempatan kerja juga akan
tercipta kesempatan berusaha. Kesempatan usaha yang muncul lebih sebagai upaya
untuk memenuhi berbagai kebutuhan barang dan jasa para tenaga kerja yang terlibat.
Diharapkan akan cukup banyak penduduk lokal yang dapat memanfaatkan peluang usaha
ini. Oleh karena itu dampaknya dapat dikategorikan sebagai dampak penting.
2) Luas wilayah persebaran dampak.
Luas wilayah persebaran dampak dinilai penting, karena kesempatan kerja dan usaha
yang dapat diraih oleh penduduk lokal tidak hanya menjadi karyawan tetap (sesuai
dengan spesifikasi yang dibutuhkan) tetapi juga akan tumbuhnya rekanan kerja, sehingga
tidak hanya dapat dinikmati oleh penduduk sekitar proyek tetapi sebaran lebih luas.
3) Intensitas dan lamanya dampak
Intensitas dan lamanya dampak terhadap kesempatan kerja/usaha cukup besar, tidak
hanya dapat menampung penduduk lokal tetap lebih luas lagi, lamanya dampak
berlangsung selama tahap produksi. Dengan demikian bobot dampaknya adalah penting.
4) Komponen Lingkungan Hidup lain terkena dampak
Dampak langsung kegiatan operasional penambangan adalah terciptanya peluang keja
dan secara tidak langsung akan dapat tercipta kesempatan berusaha, peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat timbulnya persepsi positif masyarakat.
Dengan demikian dampaknya dapat dikategorikan penting.
5) Sifat Kumulatif dampak.
Dampak yang ada tidak bersifat kumulatif sehingga dinilai tidak penting.
6) Berbalik dan tidak berbaliknya dampak
Dampak yang ada dapat berbalik, manakala tenaga keja yang telah terekrut habis masa
kerjanya atau tejadi proses pelepasan tenaga keja. Sehingga dampaknya dikategorikan
penting.
2. Kesehatan Masyarakat
Kegiatan pada tahap produksi yang diprakirakan akan menimbulkan dampak terhadap
penurunan kesehatan masyarakat adalah pengangkutan dan penimbunan bijih nikel (stockpile).
Timbulnya debu partikulat yang diakibatkan hilir mudiknya kendaraan opersional pada
saat pembangunan pengangkutan dan penimbunan bijih nikel (stockpile), dapat menyebabkan
menurunya kualitas udara dan berakibat pada meningkatnya angka penyakit saluran
pernapasan, seperti ISPA. Selain itu, adanya limbah domestik (limbah padat dan cair),
tumpukan material serta terjadinya genangan air akibat banyaknya lubang galian ataupun
gangguan drainase akan menyebabkan sanitasi lingkungan di lokasi kegiatan menjadi buruk
A. Komponen Geofisik-Kimia
Peningkatan run off (hidrologi) dan erosi akan terjadi pada tahap konstruksi, merupakan
akibat langsung dari pembersihan lahan, pembuatan dan peningkatan jalan angkut (Houling).
Penurunan kesuburan tanah merupakan dampak turunan dari peningkatan run off, dan erosi
tanah. Dampak terjadi selama tahap konstruksi yaitu sekitar 1 tahun.
Penurunan kualitas air permukaan (air sungai) akan terjadi pada tahap konstruksi terjadi
sebagai akibat langsung dari kegiatan pembangunan dan pengoprasian basecamp beserta
sarana prasarana penunjang, pembersihan lahan, pembuatan dan peningkatan jalan angkut
(Houling). Selain itu peningkatan kadar TSS akibat dari pekerjaan pembersihan lahan serta
pembangunan sarana prasarana seperti jalan dan drainase berpotensi menimbulkan
peningkatan kadar TSS. Sementara pengoperasian basecamp khususnya perawatan mesin-
mesin alat berat, genset dan kendaraan menimbulkan oli bekas jika dibuang pada
sembarangan tempat akan mencemari air permukaan. Penurunan kualitas air permukaan
berdampak turunan gangguan kehidupan biota perairan yang berupa plankton, benthos dan
nekton. Pada tahap produksi, penurunan kualitas air permukaan terjadi sebagai akibat langsung
dari kegiatan pegupasan/penempatan tanah pucuk, batuan penutup dan penggalian bijih, serta
pengangkutan dan penimbunan bijih nikel. Di sisi lain penurunan kualitas air permukaan
sebagai akibat dari pengoperasian sarana penunjang berupa kantor, penginapan, gudang dan
bengkel. Penurunan kualitas air permukaan berdampak turunan gangguan kehidupan biota
perairan serta peningkatan angka penyakit berupa penyakit diare dan penyakit kulit.
Penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan yang akan terjadi pada tahap
produksi sebagai akibat dari kegiatan pengangkutan dan penimbunan bijih nikel. Penurunan
kualitas udara berdampak peningkatan angka penyakit khususnya untuk penyakit yang
berhubungan dengan pernafasan (ISPA) dan iritasi mata. Dampak terjadi selama tahap
produksi/produksi berlangsung.
Peningkatan kebisingan akibat dari kegiatan yang sama berdampak terhadap
kenyamanan masyarakat dan dampak yang terjadi akan berlangsung lama yaitu selama tahap
produksi.
B. Komponen Biologi
Penurunan keanekaragaman/populasi vegetasi akan terjadi pada tahap konstruksi
sebagai akibat dari kegiatan pembersihan lahan untuk pertambangan. pada tahap konstruksi
pembersihan lahan yang berdampak langsung terhadap penurunan keanekaragaman/populasi
fauna darat serta peningkatan suhu dan kelembaban udara. Dampak terjadi selama tahap
konstruksi yaitu sekitar 1 tahun. Namun pada tahap pasca produksi akan terjadi peningkatan
populasi flora darat akibat kegiatan rehabilitasi lahan penambangan bijih nikel, yang berdampak
turunan terhadap peningkatan populasi satwa liar. Namun dengan hadirnya satwa liar tersebut
akan menjadi hama bagi lahan-lahan pertanian yang dibudidayakan.
Gangguan kehidupan biota perairan (plankton, zooplankton, benthos dan nekton)
merupakan dampak turunan dari penurunan kualitas air permukaan. Pada tahap konstruksi
PRA
KONSTRUKSI Operasi Pasca operasi
KONSTRUKSI
SUMBER DAMPAK
Pembangunan
dan
Pengopersian Pembuatan
Kegiatan Pengangkutan
Sosialisasi/ Penerimaan Mobilisasi Base camp dan Penerimaan Reklamasi dan
Pembebasan Pembersihan operasional dan penimbunan Penanganan Demobilisasi
Konsultasi Tenaga Kerja Alat Berat & Beserta Sarana Peningkatan Tenaga Kerja revegetasi lahan
Lahan Lahan penambangan bijih nikel Tenaga Kerja Peralatan
Publik Konstruksi Material Prasarana Jalan Angkut Operasi bekas tambang
(stockpile)
Penunjang (Hauling)
DAMPAK PRIMER
Gangguan
Pendapatan Pendapatan Asli Erosi dan Gangguan terhadap
Kesehatan Hidrologi
SEKUNDER
Masyarakat
Gangguan
Terhadap Biota
Air
PERSEPSI MASYARAKAT
Gambar 4.1 Bagan Alir Dampak Penting Rencana Usaha Pertambangan Bijih nikel
TAHAP OPERASI
A GeoFISIK – KIMIA
D KESEHATAN MASYARAKAT
1 Sanitasi lingkungan - pengu 1 TP Dikelola
pasan/penempatan tanah pucuk,
batuan penutup dan penggalian -1 kecil TP TP TP P TP TP TP
bijih
C - SOSEKBUD
1. Peluang Kerja dan - Penan Dikelola
Usaha -2 sedang P P TP P TP P TP 4 P
ganan tenaga kerja
2. Sikap dan persepsi - Kegiat Dikelola
masyarakat an penanganan tenaga kerja -2 Sedang P P TP P TP TP TP P
3
pada tahap pasca produksi
7. Penurunan Pembersihan lahan Dengan mengelola dampak primernya yaitu Pengambilan sampel air (plankton) dan Pengelolaan dilakukan
Keanekaragam (Land Clearing) penurunan kualitas air permukaan sedimen (benthos) kemudian dianalisis di pada:
an Jenis Biota Pembuatan dan Mengelola limpasan aliran permukaan dengan laboratorium, Area/blok tambang yang
Perairan peningkatan jalan pembangunan saluran drainase dan mengalirkan Analisis data: indeks keanekaragaman dan akan dilakukan
angkut (Houling) air limpasan permukaan masuk ke dalam kolam- kelimpahan jenis biota air (zooplankton, pembersihan lahan (land
Pembangunan dan kolam sedimentasi, kemudian mengalirkannya ke fitoplankton, dan bentos). clearing)
pengoprasian base sungai. Metode pengumpulan data nekton dengan Area sepanjang lintasan
camp beserta sarana Pembukaan/pematangan lahan dilakukan secara mengamati hasil tangkapan nelayan. Analisis jalan angkut (Houling)
prasarana penunjang bertahap disesuaikan blok-blok pertambangan. datanya deskriptif. Area base camp dan area
Menyediakan drainase dan kolam penampungan air sarana prasarana
hujan sementara dilokasi pembangunan penunjang
pertambangan.
Membuat buffer zone dengan membuat saluran
drainase disepanjang kiri kanan pembangunan
jalan, pertambangan dan sarana pendukung
lainnya.
8. Peluang Kerja Penerimaan tenaga Memprioritaskan tenaga kerja lokal khususnya Pengumpulan Data: Pengelolaan dilakukan
dan Berusaha kerja konstruksi penduduk desa- desa dalam wilayah Kecamatan Mencatat tenaga kerja yang terserap pada:
2. Peningkatan Pengangkutan dan Memasang alat peredam/filter pada kenalpot Sampling kebisingan di lokasi Pengelolaan dilakukan
Kebisingan penimbunan bijih kendaraan supaya mengurangi tingkat kebisingan. Pengukuran langsung dengan Sound Level pada:
nikel (stockpile) Menghindari jalan yang melewati areal pemukiman Meter Area sepanjang lintasan
penduduk. Perhitungan matematis Leq (tingkat kebisingan jalan angkut (Houling)
Aktivitas pengangkutan dilakukan sesuai jadwal rata-rata ekivalen selama waktu pengukuran) Area penimbunan bijih
yang telah ditetapkan oleh PT. Kencana Bumi Hasil pengukuran dibandingkan dengan Batas nikel (stockpile)
Minerali , dan terlebih dahulu disosialisasikan tingkat kebisingan sesuai dengan Kepmen LH
kemasyarakat sekitar. No 48/1996
Memberikan sosialisasi aturan batas kecepatan
kendaraan kepada para sopir Pengangkutan dan
penimbunan bijih nikel (stockpile)
Membatasi laju kecepatan kendaraan operasional
maksimum 30 km/jam terutama disekitar
permukiman penduduk dan base camp.
3. Penurunan Pengupasan/penemp Memaksimalkan fungsi kolam pengendapan, Metode Pengumpulan Data : Pengelolaan dilakukan
Kualitas air atan tanah kantung-kantung pengendap, check dam dan Sampling dan analisis di laboratorium secara pada:
permukaan pucuk,batuan saluran pengendali sedimentasi. periodik terhadap air sungai sesuai dengan Area Penggalian bijih nikel
penutup dan Menyusun SOP pengelolaan limbah B3 kepada para metode uji SNI terbaru Area sepanjang lintasan
penggalian bijih seluruh karyawan. jalan angkut (Houling)
Pengangkutan dan Menyediakan fasilitas penyimpanan sementara Metode Analisis Data: Area penimbunan bijih
penimbunan bijih limbah B3 sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah Hasil analisis laboratorium dibandingan nikel (stockpile)
(stockpile) Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 Tentang dengan baku mutu kualitas air tanah dan air
6. Gangguan Lalu Pengangkutan dan Bentuk pengelolaan yang dapat dilakukan adalah Metode Pengumpulan Data : Pengelolaan lingkungan
Lintas penimbunan bijih Mengatur jadwal pengangkutan dengan Pengumpulan data dilakukan dengan survei hidup dilakukan pada jalur
nikel(stockpile) memperhatikan jam-jam puncak arus lalu lintas dan pengamatan langsung di lapangan jalan yang dilalui pada saat
terhadap jalan yang akan dilewati. terhadap kondisi arus lalu lintas lalu lintas. pengangkutan hasil
Menempatkan petugas yang mengatur arus lalu
lintas pada pintu masuk dan keluarnya kendaraan- Metode Analisis Data :
kendaraan proyek. Adapun data hasil pengamatan, akan
Memasang rambu peringatan (warning light) di dianalisis dengan pendekatan sebagai berikut
sekitar jalan entri/exit ke ruas jalan umum :
DS = V/C
DS = Derajat Jenuh
V = Volume lalulintas (smp/jam)
C = kapasitas jalan (smp/jam)
7. Penurunan Pengupasan/penemp Pendekatan teknologi Pengambilan sampel air (plankton) dan Pengelolaan lingkungan
Keanekaragam atan tanah Dengan mengelola dampak primernya yaitu sedimen (benthos) kemudian dianalisis di hidup dilakukan pada
an Jenis Biota pucuk,batuan penurunan kualitas air permukaan laboratorium, seluruh areal tanaman bijih
Perairan penutup dan Memaksimalkan fungsi kolam pengendapan, Analisis data: indeks keanekaragaman dan nikel dan lingkungan
penggalian bijih kantung-kantung pengendap, check dam dan kerapatan jenis biota air (zooplankton, sekitarnya
Pengangkutan dan saluran pengendali sedimentasi. fitoplankton, dan bentos).
penimbunan bijih Menyusun SOP pengelolaan limbah B3 kepada para Metode pengumpulan data nekton dengan
(stockpile) seluruh karyawan. mengamati hasil tangkapan nelayan. Analisis
Menyediakan fasilitas penyimpanan sementara datanya deskriptif.
limbah B3 sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (PLB3).
Sosialisasi dan pelatihan berkala pengelolaan
limbah B3.
Melakukan program pengelolaan sanitasi berbasis
masyarakat
5. Peluang kerja Sumber dampak Pendekatan Sosial Ekonomi dan Budaya Pengumpulan Data: Pengelolaan dilakukan
dan usaha adalah Kegiatan Melakukan pembinaan tenaga kerja melalui Mencatat tenaga kerja yang terserap pada:
GAMBAR 3 GAMBAR 4
GAMBAR 5 GAMBAR 6