Anda di halaman 1dari 202

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN

(ANDAL)
RENCANA PENAMBANGAN BIJIH NIKEL
DI KECAMATAN BAHODOPI
KABUPATEN MOROWALI

2017
KATA PENGANTAR

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun


2012, maka rencana kegiatan penambangan bijih nikel PT. Kencana Bumi Mineral
berlandaskan pada Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi PT. Kencana Bumi
Mineral yang diperoleh dari Pemerintah Provinsi Sulawesi berupa Keputusan Gubernur
Sulawesi Tengah Nomor : 540/411/DIESDM-G.ST/2015 Tentang Revisi Waktu Izin
Usaha Pertambangan Eksplorasi, atas Keputusan Bupati Morowali Nomor :
188.4.45/Kep.0144.a/DESDM/V/2014, tertanggal 2 Juli Tahun 2014 tentang
Persetujuan Revisi Izin Usaha Eksplorasi kepada PT. Kencana Bumi Mineral dengan
lahan seluas 2549 Ha. Maka kegiatan tersebut wajib dilengkapi dengan dokumen
Lingkungan berupa Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).
Dokumen AMDAL yang dibuat terdiri dari Kerangka Acuan (KA), Analisis
Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL). Mengacu pada dokumen
Kerangka Acuan yang sudah mendapat Keputusan Kepala Dinas Lingkungan Hidup
Daerah Kabupaten Morowali Nomor : 660.1/019/SK-DLHD/IV/2017. Selanjutnya
dilakukan penyusunan dokumen ANDAL. Format penyusunan dokumen ANDAL
mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 Lampiran
II tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Demikian dokumen Andal ini disusun dengan harapan dapat memberikan arahan
dan panduan pelaksanaan survey lapangan dalam pelaksanaan pekerjaan Studi
ANDAL. Kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu, khususnya kepada Komisi Penilai AMDAL Daerah Kabupaten Morowali
Provinsi Sulawesi Tengah, Tim Penyusun dan semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan dokumen Andal ini.

Jakarta, 13 Juni 2017


PT. Kencana Bumi Mineral
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR vi

BAB I PENDAHULUAN I-1

1.1 Ringkasan Deskripsi Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan I-1


1.1.1. Diskripsi Umum I-1
1.1.2. Uraian Rencana Kegiatan Penyebab Dampak I-11
1.1.3. Tahapan Rencana Kegiatan I-13
1.1.4. Alternatif-Alternatif Yang Akan Dikaji Dalam Andal I-37
1.2 Ringkasan Dampak Penting Hipotetik Yang Ditelaah/Dikaji I-37
1.3 Lingkup Wilayah Studi Dan Batas Waktu Kajian I-40
1.3.1. Batas Wilayah Studi I-40
1.3.2. Batas Waktu Kajian I-41

BAB II DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL II-1

2.1 Komponen Lingkungan Terkena Dampak Penting II-1


2.1.1. Komponen Geo-Fisik-Kimia II-1
2.1.2. Komponen Biologi II-30
2.1.3. Komponen Sosial, Ekonomi Dan Budaya II-43
2.1.4. Komponen Kesehatan Masyarakat II-59
2.2 Kegiatan Lain Disekitar Lokasi Pertambangan II-62

BAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING III-1

3.1 Dampak Utama III-3


3.2 Besaran Dampak dan Sifat Penting Dampak III-3

BAB IV EVALUASI SECARA HOLISTIK TERHADAP DAMPAK LINGKUNGAN IV-1

4.1. Bentuk Hubungan Dan Keterkaitan Dampak Penting Hipotetik IV-1


4.2. Komponen Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Paling Banyak IV-4
Menimbulkan Dampak Lingkungan
4.3. Area-Area Yang Perlu Mendapat Perhatian Penting IV-4
4.4. Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup IV-5
4.5. Pernyataan Kelayakan Lingkungan Hidup IV-28

DAFTAR PUSTAKA DP-1


LAMPIRAN-LAMPIRAN LP-1

DAFTAR ISI
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali iii
Provinsi Sulawesi Tengah
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1-1 Letak Titik-Titik Koordinat Rencana Kegiatan Penambangan I-1
Tabel 1-2 Perhitungan Sumber daya Tahun 2016 I-11
Tabel 1-3 Perhitungan Cadangan Tahun 2016 I-11
Tabel 1-4 Rencana Jadwal Produksi dan Penanganan O/B I-12
Tabel 1-5 Jumlah dan kualifikasi Tenaga Kerja Yang Akan Diterima I-14
Tabel 1-6 Rekapitulasi volume pekerjaan harian I-16
Tabel 1-7 Rekapitulasi Keperluan Peralatan Tambang I-16
Tabel 1-8 Jumlah Kebutuhan Peralatan Utama Penambangan NikeL I-24
Tabel 1-9 Data Sequence Tambang PT. KBM I-27
Tabel 1-10 Rencana Reklamasi 5 Tahun Pertama I-28
Tabel 1-11 Luas Rencana Sump Setiap Tahun I-31
Tabel 1-12 Rencana Reklamasi 5 Tahun Pertama I-33
Tabel 1-13 Matriks Dampak Penting Hipotetik (DPH) I-38
Tabel 1-14 Batas Waktu Kajian I-42
Tabel 2-1 Hasil Analisis Kualitas Udara Ambien di Lokasi Proyek II-2
Tabel 2-2 Hasil pengujian kualitas air sungai di wilayah studi II-5
Tabel 2-3 Hasil Analisis Kualitas Laut di Wilayah Studi II-9
Tabel 2-4 Luas lahan menurut pemanfaatannya di Kecamatan Bahodopi II-13
Tabel 2-5 Klasifikasi Tanah II-14
Tabel 2-6 Hasil analisis tanah di lokasi Rencana Kegiatan II-15
Tabel 2-7 Prediksi Laju Erosi di Lokasi Rencana Usaha Penambangan PT. II-17
Kencana Bumi Mineral
Tabel 2-8 Skala Kualitas Lingkungan Flora Darat II-32
Tabel 2-9 Nilai Penting dan Indeks Keanekaragaman Flora Tingkat Pohon II-32
di Sekitar Lokasi Kegiatan Penambangan Biji Nikel
Tabel 2-10 Nilai Penting dan Indeks Keanekaragaman Flora Tingkat Tiang II-33
di Sekitar Lokasi Kegiatan Penambangan Biji Nikel
Tabel 2-11 Nilai Penting dan Indeks KeanekaragamanFlora Tingkat II-34
Pancang di Sekitar Lokasi Kegiatan Penambangan Biji Nikel
Tabel 2-12 Nilai Penting dan Indeks KeanekaragamanFlora Tingkat anakan II-35
dan tumbuhan bawah di Sekitar Lokasi Kegiatan Penambangan
Biji Nikel
Tabel 2-13 Jenis-jenis mamalia, reptilia dan amphibia yang terdapat disekitar II-38
lokasi kegiatan penambangan biji nikel
Tabel 2-14 Jenis-jenis aves yang terdapat disekitar lokasi studi II-38
Tabel 2-15 Jenis-jenis nekton di sungai sekitar tapak kegiatan penambangan biji II-40
nikel
Tabel 2-16 Indeks keanekaragaman dan kelimpahan zooplankton diperairan II-41
sungai disekitar lokasi tapak kegiatan penambangan biji nikel
Tabel 2-17 Indeks keanekaragaman dan kelimpahan fitoplankton diperairan II-42
sungai sekitar lokasi tapak kegiatan penambangan biji nikel
Tabel 2-18 Indeks keanekaragaman dan kelimpahan benthos diperairan II-42
pantai sekitar lokasi tapak kegiatan penambangan biji nikel
Tabel 2-19 Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan serta Sex Rasio II-43
Penduduk di Wilayah dan Desa Studi
Tabel 2-20 Tingkat pendidikan masyarakat di wilayah studi 2016 II-45
Tabel 2-21 Tingkat Pendidikan Responden di Wilayah Studi II-46
Tabel 2-22 Sarana dan Prasarana Peribadatan di Wilayah dan di desa II-46
studi 2016
Tabel 2-23 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Studi II-47
Tahun 2017
Tabel 2-24 Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Responden Setiap Bulan II-48
Tabel 2-25 Banyaknya sarana dan prasarana perkonomian di wilayah studi II-49
2016
Tabel 2-26 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Morowali II-50
atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta
Rupiah) Tahun 2009-2013
Tabel 2-27 Distribusi Prosentase Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) II-50
Kabupaten Morowali atas Dasar Harga Konstan Menurut
Lapangan Usaha (Jutaan rupiah) 2009-2013
Tabel 2-28 Pencari Kerja yang Masih Terdaftar Menurut Tingkat Pendidikan II-51
Dan Jenis Kelamin Tahun 2015 –2016

DAFTAR TABEL
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali iv
Provinsi Sulawesi Tengah
Halaman
Tabel 2-29 Persepsi Masyarakat Terhadap Rencana Pertambangan dan II-56
Bijih Nikel oleh PT. Kencana Bumi Mineral
Tabel 2-30 Pendapat Responden Tentang Beberapa Manfaat dengan II-56
Adanya Kegiatan penambangan Nikel
Tabel 2-31 Pendapat Responden Tentang Adanya Kerugian Jika Kegiatan II-57
penambangan Direalisasikan
Tabel 2-32 Jenis dan jumlah sarana air bersih yang digunakan oleh II-59
Masyarakat wilayah Puskesmas Bahodopi Kecamatan Bahodopi
Tahun 2016
Tabel 2-33 Akses sanitasi masyarakat di Puskesmas Bahodopi Kecamatan II-59
Bahodopi Tahun 2016
Tabel 2-34 Sepuluh (10) Penyakit Terbesar yang diderita oleh penduduk di II-60
Wilayah Puskesmas Bahodopi Kecamatan Bahodopi Kabupaten
Morowali Tahun 2016
Tabel 2-35 Tenaga kesehatan dan Fasilitas Kesehatan yang ada di Wilayah II-61
Kecamatan Bahodopi Puskesmas Bahodopi Tahun 2016
Tabel 3-1 Kriteria Penentuan Penting (P) Atau Tidak Penting (TP) III-2
Tabel 3-2 Konsumsi Bahan Bakar Alat-alat Berat III-6
Tabel 3-3 Faktor Emisi Bahan Bakar III-6
Tabel 3-4 Prakiraan Peningkatan Kadar Emisi III-7
Tabel 3-5 Nilai skala kualitas udara III-7
Tabel 3-6 Prakiraan Kebisingan pada tahap konstruksi III-9
Tabel 3-7 Prediksi Laju Erosi di Lokasi Rencana Usaha Penambangan III-12
PT. Kencana Bumi Mineral
Tabel 3-8 Hasil Analisis Kualitas Air Sungai Pada Lokasi Kegiatan III-13
Tabel 3-9 Konsumsi Bahan Bakar Alat-alat Berat III-25
Tabel 3-10 Faktor Emisi Bahan Bakar III-25
Tabel 3-11 Prakiraan Peningkatan Kadar Emisi III-26
Tabel 3-12 Prakiraan Kebisingan pada tahap produksi III-27
Tabel 3-13 Hasil Analisis Kualitas Air Sungai Pada Lokasi Kegiatan III-28
Tabel 3-14 Prediksi Laju Erosi di Lokasi Rencana Usaha Penambangan III-31
PT. Kencana Bumi Mineral
Tabel 4-1 Hasil Evaluasi Dampak Penting Usaha Pertambangan Bijih IV-6
Nikel PT. Kencana Bumi Mineral Dengan Metoda Matriks
Sederhana
Tabel 4-2 Ringkasan Arahan Pengelolan dan Pemantauan Lingkungan IV-14
Kegiatan Usaha Pertambangan Bijih nikel PT. Kencana Bumi
Mineral

DAFTAR TABEL
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali v
Provinsi Sulawesi Tengah
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1.1 Rencana Tata Letak Insfrastruktur PT. Kencana Bumi Mineral I-3
Gambar 1.2 Peta Situasi Rencana Penambangan PT. Kencana Bumi I-4
Mineral
Gambar 1.3 Peta Lintasan Pengambilan Sampel Daerah KBM I-7
Gambar 1.4 Peta Distribusi Tes PIT PT. Kencana Bumi Mineral I-8
Gambar 1.5 Peta Sebaran Titik Bor PT. Kencana Bumi Mineral I-9
Gambar 1.6 Prosedur Penentuan Peralatan I-17
Gambar 1.7 Rencana Dimensi Jalan Tambang I-19
Gambar 1.8 Sistem tambang terbuka (Open Cast ) I-21
Gambar 1.9 Proses pengolahan nikel I-21
Gambar 1.10 Bagian-bagian dari Bench I-23
Gambar 1.11 Desain Tambang Blok A-E I-26
Gambar 1.12 Arah Penggalian Dan Arah Kemajuan Tambang Tahun 1- 10 I-28
Gambar 1.13 Peta rencana jalan akses kelokasi kegiatan penambangan I-30
Gambar 1.14 Pabrik Smelter PT. Sulawesi Mining Invesment (PT. SMI) I-30
Gambar 1.15 Penampang Saluran Terbuka I-30
Gambar 1.16 Bentuk Kolam Pengendapan Yang Memenuhi Syarat Teknis I-32
Gambar 1.17 Diagram Alir Proses Dampak penting Usaha Penambangan I-39
Bijih Nikel
Gambar 2.1 Grafik Curah Hujan Kecamatan Bahodopi dan Sekitarnya II-1
Kabupaten Morowali Tahun 2012-2015
Gambar 2.2 Sampling udara ambien dan kebisingan di wilayah studi II-3
Gambar 2.3 Jenis Tanah Lokasi studi II-14
Gambar 2.4 Morfologi Regional di Wilayah Morowali, Morowali Utara, Poso II-19
dan Tojo Unauna Garis tebal hitam merupakan jalur patahan
(sesar) aktif Sesar Matano yang berlanjut sampai ke Palu-
Koro, merupakan struktur regional yang berpengaruh pada
morfologi regional
Gambar 2.5 Citra topografi wilayah sekitar areal Rencana Penambangan PT. II-20
Kencana Bumi Mineral di Bahodopi dan Lalampu (Google Map,
2016)
Gambar 2.6 Kondisi Lereng (slope) Perbukitan Bergelombang Lemah-Kuat II-21
dan kuat – sangat kuat ( kamera arah Selatan )
Gambar 2.7 Kondisi Lereng ( slope ) Perbukitan Bergelombang kuat - II-22
sangat kuat
Gambar 2.8 Kondisi Morfologi blok G II-22
Gambar 2.9 Mineral batuan ultrabasa II-23
Gambar 2.10 batuan konglomerat II-23
Gambar 2.11 Kenampakan Kekar sebagai dampak terjadinya Sesar II-24
Regional
Gambar 2.12 Peta Geologi Lokal Daerah Studi II-24
Gambar 2.13 Singkapan batuan ultrabasa di tebing S. Bangkulango. Batuan II-25
ini sebagian besar telah menunjukkan gejala pelapukan dan
alterasi. Gejala seretan sesar akibat kompleksitas struktur
pada batuan ultrabasa turut berperan dalam alterasi batuan.
Gambar 2.14 Singkapan tanah laterit sebagai hasil alterasi dan pelapukan II-25
residual batuan ultrabasa. Lokasi di bagian timur laut blok izin
IUP. Batuan ini sebagian besar telah menunjukkan gejala
pelapukan dan alt
Gambar 2.15 Peta Geologi Rencana Lokasi Pertambangan Nikel di II-26
Bahodopi dan Lalampu Kecamatan Bahodopi
Gambar 2.16 Sebaran titik-titik pusat gempa di Sulawesi bagian tengah II-28
Gambar 2.17 Peta Zonasi Gempa Indonesia (untuk wilayah studi nilai II-28
percepatan gempa di batuan dasar 0,4 - 0,5 g)
Gambar 2.18 Kondisi hutan pada lokasi penambangan biji nikel II-31
Gambar 2.19 Kondisi hutan di lokasi penambangan biji nickel II-31
Gambar 3.1 Rencana Jalur Mobilisasi ke Tapak Proyek III-6
Gambar 3.2 Ilustrasi bukaan tambang dengan single slope dan overall III-24
slope pada penambangan laterit nikel yang direncanakan

DAFTAR GAMBAR
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali vi
Provinsi Sulawesi Tengah
Gambar 3.3 Jalur mobilisasi pengangkutan dan penimbunan III-25
Gambar 4.1 Bagan Alir Dampak Penting Rencana Usaha Pertambangan IV-3
Bijih nikel

DAFTAR GAMBAR
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali vii
Provinsi Sulawesi Tengah
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1997, Manual Kapasitas Jalan Indonesia, Dirjen Bina Marga Direktorat Bina
Kota Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia

---------------, 2002, SNI 19-6878-2002 metode penetuan kebisingan jalan

----------------, 2003, Pedoman Pemantauan Lingkungan Hidup Bidang Jalan, Dinas


Pekerjaan Umum, Jakarta

Arsyad, S., 2006. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB (IPB Press), Bogor

Asdak, C., 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.

Canter L.W and Loren G. Hill, 1979, Handbook of Variables for Environmental Impact
Assessment, Ann Arbor, Michigan

Canter L.W, 1996, Environmental Impact Assessment, 2nd Edition, McGraw-Hill, New
York

Kencana Bumi Mineral PT. 2015. Laporan Akhir Studi Kelayakan Penambangan Bijih
Nikel. Di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi
Tengah.

Fandeli, Chafid, 2004, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Prinsip Dasar dan
Penerapannya Dalam Pembangunan, Liberty Yogyakarta.

BPS Kabupaten Morowali, 2016. Kecamatan Bahodopi Dalam Angka 2016. Badan
Pusat Statistik Kabupaten Morowali.

Krebs, C.J, 1989, Ecological Methodology, Harper & Row Inc. Publisher, New York.

Melati Ferianita Fachrul, 2007, Metode Sampling Bioekologi, PT Bumi Aksara, Jakarta

Needham, P.R., 1972. A Guide to the Study of Freshwater Biology. Needham and
Needham. Berkeley, California. USA

R. P. Stone and D. Hilborn, 2000, Universal Soil Loss Equation (USLE), Agriculture
Engineering

Shirota, A., 1966. The Freshwater Plankton of South VietNam, Overseas Technical
Cooperation Agency, Japan

Soekanto, Soerjono, 1969. Sosiologi Suatu Pengantar, Yayasan Penerbit Universitas


Indonesia, Jakarta.

Soemarwoto, Otto, 1990. Analisis Dampak Lingkungan, Yogyakarta : Gadjah Mada


University Press.

Soeratmo, F Gunawan, 1988 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Gadjah Mada


University Press, Yogyakarta.
Ward, H.B. and G.C. WHipple., 1945. Freshwater Biology. John Wiley & Sons, Inc.
New York

Wischmeier, W.H., dan D.D. Smith. 1978. Predicting Rainfall Erosion Losses - A Guide
to Conservation Planning. Agriculture Handbook No. 537. US. Departement of
Agriculture, Washington DC

DAFTAR PUSTAKA DP - 1
1.1 RINGKASAN DESKRIPSI RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN
1.1.1 Diskripsi Umum
a. Lokasi Rencana Kegiatan
Wilayah IUP Eksplorasi PT. Kencana Bumi Mineral secara administratif terletak
di wilayah Desa Bahodopi, Desa Lalampu Dan Wilayah Desa Siumbatu Kecamatan
Bahodopi Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah. IUP Eksplorasi yang telah
diterbitkan adalah seluas 2549 Ha, terdiri dari 2350 Ha Atau 92,19% Hutan Produksi
Terbatas (HPT), dan 199 Ha Atau 7,81% Hutan Produksi Konversi (HPK). Area lain
seperti Hutan Lindung (Hl) Berada diluar kawasan IUP PT. Kencana Bumi Mineral. Di
sekitar wilayah IUP Eksplorasi tersebut juga terdapat kegiatan penambangan nikel dari
perusahaan lain yaitu pada wilayah IUP Operasi Produksi (KP Eksploitasi) PT. Bintang
Delapan Mineral. Untuk Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar.2.1 Berikut .
Akses menuju area penambangan Bijih Nikel dapat ditempuh dari Desa Fatufia
Kecamatan Bahodopi kurang lebih 2 Jam. Dari kota Palu sekitar 14 jam melalui
perjalanan darat atau sekitar 1,5 jam dari Kota Bungku Ibu Kota Kabupaten Morowali
yang berjarak sekitar 45 km ke arah Utara atau sekitar 8 jam dari Kendari yang berjarak
sekitar 240 km di arah Tenggara. Ruas jalan ini memiliki lebar 7 meter dengan bahu
jalan 1,5 – 2 meter. Jalan berpermukaan aspal dan dalam kondisi baik.
Selain itu, dengan menggunakan moda transportasi laut dapat ditempuh melalui
pelabuhan Kendari dengan waktu tempuh sekitar 5 – 6 jam menuju pelabuhan Jetty di
Kecamatan Bahodopi. Koordinat titik-titik wilayah Kuasa Pertambangan PT. Kencana
Bumi Mineral terletak pada 122º 0’ 58” Bujur Timur (BT) – 2º 49’ 55.8” Lintang Selatan
(LS) dan 122º 0’ 58” Bujur Timur (BT) – 2º 52’ 37.8” Lintang Selatan (LS). Letak titik-
titik koordinat lokasi rencana kegiatan penambangan bijih nikel dapat dilihat pada Tabel
1.1. di bawah ini..

Tabel 1.1. Letak Titik-Titik Koordinat Rencana Kegiatan Penambangan


No BUJUR TIMUR (BT) LINTANG SELATAN (LS)
Derajat Menit Detik Derajat Menit Detik
1 122 0 58 2 49 55,8
2 122 3 38,3 2 49 55,8
3 122 3 38,3 2 50 36,8
4 122 3 31,5 2 50 36,8
5 122 3 31,3 2 50 47,7
6 122 3 27,7 2 50 47,7
7 122 3 27,7 2 51 6,6
8 122 3 31,8 2 51 6,6
9 122 3 31,8 2 51 13,7
10 122 3 38,7 2 51 13,7
11 122 3 38,7 2 51 30,5
12 122 3 45,8 2 51 30,5
13 122 3 45,8 2 51 53,1
14 122 3 38,5 2 51 53,1
15 122 3 38,5 2 52 6,5
16 122 3 31,5 2 52 6,5
17 122 3 31,5 2 52 24,8
18 122 3 27,7 2 52 24,8
19 122 3 27,7 2 52 38
20 122 3 20,5 2 52 38
21 122 3 20,5 2 52 57,7

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I-1
Provinsi Sulawesi Tengah
No BUJUR TIMUR (BT) LINTANG SELATAN (LS)
Derajat Menit Detik Derajat Menit Detik
22 122 2 14 2 52 57,7
23 122 2 14,1 2 52 41,9
24 122 1 59,9 2 52 41,9
25 122 1 59,9 2 52 34,4
26 122 1 48,8 2 52 34,4
27 122 1 48,8 2 52 28,9
28 122 1 32,7 2 52 28,9
29 122 1 32,7 2 52 37,8
30 122 0 58 2 52 37,8
Sumber : Studi kelayakan PT. Kencana Bumi Mineral 2015

b. Tata Letak (Layout) Infrastruktur dan Rencana Penambangan PT. Kencana Bumi
Mineral
Tata letak (Layout) Infrastruktur yang akan dirancang pada kegiatan
Penambangan bijih nikel disajikan dalam bentuk Gambar Rencana Tata Letak
Insfrastruktur PT. Kencana Bumi Mineral (Gambar 1.1.) sedangkan gambaran secara
totalitas kondisi lokasi rencana kegiatan PT. Kencana Bumi Mineral dapat dilihat pada
gambar peta situasi rencana kegiatan (Gambar 1.2).

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I-2
Provinsi Sulawesi Tengah
Sumber : Studi kelayakan PT. Kencana Bumi Mineral

Gambar 1.1. Rencana Tata Letak Insfrastruktur PT. Kencana Bumi Mineral

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I-3
Provinsi Sulawesi Tengah
Gambar 1.2. Peta Situasi Rencana Penambangan PT. Kencana Bumi Mineral

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I-4
Provinsi Sulawesi Tengah
c. Jumlah Cadangan dan Kapasitas Produksi Nikel
Hasil Mapping Blok KBM A, B, C, D Dan E.

1. Laterisasi Nikel
Berdasarkan pengamatan pada daerah Blok KBM A, B, C, D dan E, pola sebaran
nikel laterit merupakan hasil dari pelapukan batuanUltramafik ( Laterit ). Warna laterit
yang dijumpai di sepanjang jalur lintasan dan stasiun pengamatan dapat
diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga ) kelompok yaitu laterit hitam, laterit cokelat dan laterit
merah.

2. Luas Sebaran Laterit ( Blok KBM A, B, C, D dan E )


Prosentase luas penyebaran dan data hasil analisa kimia laterit pada daerah
penelitian dilihat dari warna luas ( ha ) dan batuan penyusun sebagai berikut :
a. Berwarna hitam dengan luas 466,6 ha, dengan batuan penyusun ultramafik,
b. Berwarna coklat dengan luas 109,1 ha dengan batuan penysun ultramafik.
c. Berwarna merah dengan laus 98,7 ha dengan batuan penysun ultramafik.
d. Berwarna outcrop denga luas 83,6 dengan batuan penyusuan ultramafik

3. Hasil Mapping Blok F


a. Laterisasi Nikel
Berdasarkan pengamatan di daerah penelitian Blok F, pola sebaran nikel laterit
sebagian besar merupakan hasil dari pelapukan batuan Konglomerat ( Unlaterit ) dan
sisanya hasil pelapukan batuan di sepanjang jalur lintasan dan stasiun pengamatan
yang diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga ) kelompok yaitu warna hitam, cokelat dan
merah.

b. Luas Sebaran Laterit / Unlaterit ( Blok F )


Prosentase luas penyebaran dan data hasil analisa kimia laterit / Unlaterit pada
daerah Blok F adalah sebagai berikut :
1. Untlaterit berwarna hitam dan coklat seluas 309,3 ha dengan batuan
penyusun Konglomerat,
2. Cokelat seluas 34,4, dengan batuan penyusun Konglomerat.
3. Laterit berwarna merah, luas 34,4 ha, dengan batuan penyusun Ultramafik.
4. Laterit berwarna cokelat, dengan luas 63,4 , batuan penyusun Ultramafik.

4. Hasil Mapping Blok G


a. Laterisasi Nikel
Berdasarkan pengamatan pada daerah Blok_KBM_G, pola sebaran laterit /
unlaterit merupakan hasil dari pelapukan batuanKonglomerat ( Unlaterit ). Warna
lapukan yang dijumpai di sepanjangjalur lintasan dan stasiun pengamatan dapat
diklasifikasikan menjadi ( dua ) kelompok yaitu laterit / unlaterit cokelat dan laterit
/unlaterit merah.

b. Luas Sebaran Unlaterit Blok KBM G


Prosentase luas penyebaran dan data hasil analisa kimia laterit pada daerah
penelitian adalah Unlaterit berwarna nerah dan coklat dengan luas lahan 717 ha
dengan batuan penyusun konglomerat.

PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I-5
Provinsi Sulawesi Tengah
5. Kualitas laterit Nikel
Berdasarkan pengamatan di lapangan tebal tanah laterit di daerah studi
berkisar 1,2 – 20 m, sedangkan pada data bor di lokasi pengujian terpilih adalah
10 – 17 m. Kandungan bijih nikel yang diperoleh hasil uji laboratorium sangat
bervariasi dari 0.67 – 1.27 % pada limonit atau dengan rata-rata 0.89 % sedangkan
pada saprolit 1.07 – 2,37%.

PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I-6
Provinsi Sulawesi Tengah
Sumber : Studi kelayakan PT. Kencana Bumi Mineral

Gambar 1.3. Peta Lintasan Pengambilan Sampel Daerah KBM

PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I-7
Provinsi Sulawesi Tengah
Sumber : Studi kelayakan PT. Kencana Bumi Mineral

Gambar 1.4. Peta Distribusi Tes PIT PT. Kencana Bumi Mineral

PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I-8
Provinsi Sulawesi Tengah
Sumber : Studi kelayakan PT. Kencana Bumi Mineral

Gambar 1.5. Peta Sebaran Titik Bor PT. Kencana Bumi Mineral

PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I-9
Provinsi Sulawesi Tengah
d. Kegiatan Test Pit dan Pengeboran
1. Pembuatan Tes PIT
Kegiatan sumur uji (Gambar 1.4.) bertujuan untuk mengetahui penyebaran,
ketebalan, kedalaman dan memastikan jumlah volume nikel ore yang ada.
Kedalaman penggalian antara +5 m, dengan mempertimbangkan pola penyebaran
batuan. Penggalian diarahkan di daerah sekitar singkapan untuk mengetahui
ketebalan, penyebaran, dan ketebalan tanah penutup

2. Pemboran
Kegiatan pemboran (Gambar 1.5.) bertujuan untuk mengetahui penyebaran,
ketebalan, kedalaman dan memastikan jumlah volume ore yang ada dalam
penggalian antara 8 -17 m, dengan mempertimbangkan pola penyebaran batuan
dilapangan. Total Lubang Bor yang dibuat sebanyak 25 Titik dengan Total
Kedalaman 318 meter. Pemboran dilakukan pada 5 Blok area Eksplorasi yaitu:
 Blok A sebanyak 3 Titik dengan kedalaman antara 8 hingga13 meter,
 Blok B sebanyak 8 Titik dengan kedalaman antara 8 hingga 17 meter,
 Blok C sebanyak 5 Titik dengan kedalaman antara 6,40 hingga 17 meter,
 Blok D sebanyak 5 Titik dengan kedalaman antara 8 hingga17 meter, dan
 Blok E sebanyak 4 Titik dengan kedalaman antara 11 hingga16 Meter

e. Jumlah Sumber Daya Dan Cadangan


Luas Area bukaan yang prospek untuk dilakukan kajian perhitungan
cadangan sekitar 638 Ha. Salah satu cara menghitung dengan pendekatan teoritis
diatas adalah dengan batuan salah satus oftware tambang untuk membuat model
blok dari sebaran bijih nikel yang berada dilokasi studi. Selain digunakan untuk
menghitung jumlah dari cadangan kenampakan blok dapat sebagai pemisah antara
zona zona yang memiliki kadar yang tinggi dan kadar yang rendah.

Pada tahun sebelumnya tidak dilaksanakan kegiatan eksplorasi, maka


estimasi hasil sumberdaya dan cadangan Nikel di area potensi 638 Hadiperhitungkan
pada tahun 2016. Untuk sumber daya tereka sebanyak85.156.017 WMT,
Sumberdaya Terunjuk sebanyak 68.124.814 WMT dan Sumberdaya Terukur
sebanyak 43.253.850 WMT.

Cadangan nikel dikaslifikasi dalam cadangan terkira dan terbukti, dimana


cadangan terkira merupakan sumberdaya terukur yang yang dianggap ekonomis
untuk dikelola, Total dari cadangan terkira sebesar 43.253.850 WMT, dimana nilai ini
juga merupakan cadangan Insitu (Insitu Reserve), sedangkan untuk cadangan
terbukti sebanyak 42.000.000 WMT. Nilai ini juga merupakan cadangan tertambang.
Nilai hasil perhitungan cadangan tertambang (Mineable Reserve) saat transportasi
dari ROM ke Stockpile di estimasi mengalami Loose 2% membuat cadangan yang
terpasarkan (Marketable Reserve) menjadi 41.160.000 MT.

PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 10
Provinsi Sulawesi Tengah
Tabel 1.2. Perhitungan Sumber daya Tahun 2016
SUMBER DAYA (2016)
NAMA SUMBERDAYA
NO. BLOK/ TEREKA TERUNJUK TERUKUR
Volume Volume
PROSPEK Volume (Ton) Kadar Kadar Kadar
(Ton) (Ton)
1 2 3 4 5 6 7
1 BLOK A 6,120,352 1.45 4,896,281 1.61 3,108,750 1.79
2 BLOK B 31,716,563 1.38 25,373,250 1.53 16,110,000 1.70
3 BLOK C 20,353,528 1.47 16,282,823 1.63 10,338,300 1.81
4 BLOK D 19,191,769 1.50 15,353,415 1.67 9,748,200 1.85
5 BLOK E 7,773,806 1.49 6,219,045 1.66 3,948,600 1.84
Total 85,156,017.19 68,124,814 43,253,850
Sumber : Studi kelayakan PT. Kencana Bumi Mineral

Tabel 1.3. Perhitungan Cadangan Tahun 2016


NO. CADANGAN (2016)
NAMA CADANGAN LUAS
BLOK/ TERKIRA TERBUKTI
Volume Volume
PROSPEK Kadar Kadar (ha)
(Ton) (Ton)
1 2 3 4 5 6
1 BLOK A 3,108,750 1.79 3,018,633 1.79 41
2 BLOK B 16,110,000 1.70 15,643,001 1.70 215
3 BLOK C 10,338,300 1.81 10,038,612 1.81 153
4 BLOK D 9,748,200 1.85 9,465,618 1.85 162
5 BLOK E 3,948,600 1.84 3,834,137 1.84 66
Total 43,253,850 42,000,000 638
Sumber : Studi kelayakan PT. Kencana Bumi Mineral

1.1.2 Uraian Rencana Kegiatan Penyebab Dampak


a. Uraian Teknis Kegiatan
1) Berdasarkan IUP PT. Kencana Bumi Mineral sesuai, luasan area Eksplorasi yang
dikaji nilai kelayakannya adalah seluas 2.466,07 Ha, dengan wilayah Prospek
yaitu Blok A, Blok B, Block C, Blok D dan Blok E dengan Total Luasan seluas 638
Ha.
2) Rencana Produksi: Pada tahun pertama produksi ditargetkan sebesar 1.200.000
MT, kemudian 2.400.000 MT untuk tahun kedua dan 4.800.000 MT untuk Tahun
ketiga. Nilai Total cadangan tertambang sebesar 43.253.850 MT. Umur tambang
dihitung selama 10 Tahun

b. Jenis Sumber Energi Utama Untuk Mendukung Kegiatan Pertambangan Bijih


Nikel Adalah:
1) Prasarana Energi Listrik
Untuk kebutuhan Listrik akan mengoperasian genset dengan kapasitas pasang
200 KVA.
2) Sumber Air
Sumber daya air bersih untuk keperluan operasional penambangan termasuk
rumah tangga base berupa sungai-sungai yang berada di wilayah IUP Operasi
Produksi yang dimohon. Antara lain berasal dari Sungai Bangkolango, dan atau
Sungai Parajongi yang memiliki debit memadai. Satu stasiun pompa air sirkulasi
akan dibangun di area sarana dan prasarana penambangan bijih Nikel. Jarak
antara tersedianya sumberdaya air dengan lokasi rencana kegiatan meliputi

PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 11
Provinsi Sulawesi Tengah
jalan tambang, jalan angkut, emplasemen berkisar antara 100 hingga 300
meter.
3) Sumber daya mineral berupa bahan galian golongan C berupa pasir, batu, sirtu
dan tanah urug yang berada di wilayah IUP Operasi Produksi yang dimohon dan
wilayah sekitarnya. Jarak antara tersedianya sumberdaya bahan galian
golongan C yang berjarak hanya beberapa ratus meter sampai beberapa
kilometer dari lokasi rencana kegiatan, dapat dimanfaatkan sebagai material
bahan bangunan untuk pembangunan jalan angkut bijih, jalan kerja,
emplasemen dan fasilitas lainnya.
4) Sumberdaya kayu yang berada di tapak proyek dan sekitarnya yang
dieksploitasi oleh PT. Kencana Bumi Mineral dapat dimanfaatkan sebagai
bahan bangunan untuk pembangunan fasilitas penambangan. Jarak antara
tersedianya Sumberdaya kayu dengan lokasi rencana kegiatan berkisar antara
0 sampai 1,0 km.
5) Sumberdaya manusia yang berada di wilayah desa –desa sekitar meliputi Desa
Fatufia, Desa Bahodopi, Desa Lalampu dan Desa Siambatu serta masyarakat
sekitarnya di Kecamatan Bahodopi. Sumberdaya manusia yang berada di
desa-desa tersebut dapat dimanfaatkan sebagai tenaga kerja tahap konstruksi
maupun tahap operasi. Jarak antara tersedianya sumberdaya manusia dengan
lokasi rencana kegiatan berkisar antara 8 - 15 km.
6) Sumberdaya ikan hasil tangkapan nelayan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan akan bahan makanan bagi karyawan yang bekerja pada kegiatan
pertambangan bijih nikel. Jarak antara tersedianya sumberdaya ikan dengan
lokasi rencana kegiatan berkisar antara 8- 12 Km

c. Sarana Prasarana lainnya


Akan membangun Kantor, Bengkel, Gudang, Mess Karyawan dan
prasarana lainnya.

d. Jadwal Rencana Produksi dan Umur Tambang


Berdasarkan hasil eksplorasi, cadangan tersedia yang akan ditambang
adalah 43 Juta WMT. Dengan asumsi faktor hilang atau penyusutan pada saat
pengangkutan dan pengolahan sebesar 5% serta faktor kesalahan presisi pada
kelompok laterit berkategori sumberdaya sebesar 30%, maka jumlah raw material
yang akan dapat tertambang adalah sebesar ± 40 juta WMT. Cadangan tersebut
diperhitungkan akan ditambang selama 10 tahun Umur tambang atau penambangan
sebesar 3,6 Juta WMT untuk Tahun pertama dan 6 Juta WMT untuk Tahun kedua
hingga akhir umur tambang (Tabel). Sementara untuk OB yang harus diangkat
diprediksi mencapai 7,5 juta BCM ditahun pertama dan 12 Juta WMT pada Tahun
kedua hingga akhir Umur tambang.

Tabel 1.4. Rencana Jadwal Produksi dan Penanganan O/B


Tahun Kegiatan Penambangan Produksi
Ore Getting O/B Removal Tambang
(WMT) (BCM) (WMT)
1 1,200,000 1,569,301 1,176,000
2 2,400,000 3,138,601 2,352,000
3 4,800,000 6,277,203 4,704,000
4 4,800,000 6,277,203 4,704,000
5 4,800,000 6,277,203 4,704,000
6 4,800,000 6,277,203 4,704,000
7 4,800,000 6,277,203 4,704,000

PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 12
Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun Kegiatan Penambangan Produksi
Ore Getting O/B Removal Tambang
(WMT) (BCM) (WMT)
8 4,800,000 6,277,203 4,704,000
9 4,800,000 6,277,203 4,704,000
10 4,800,000 6,277,203 4,704,000
Total 42,000,000 54,925,523 41,160,000
Sumber : Studi kelayakan PT. Kencana Bumi Mineral

1.1.3 Tahapan Rencana Kegiatan


1. Tahapan Pra Konstruksi
a. Sosialisasi dan Konsultasi Publik Rencana Kegiatan
PT. Kencana Bumi Mineral selaku pemrakarsa kegiatan telah melakukan
berbagai kegiatan baik survey maupun kajian teknis dan praktis tentang rencana
kegiatan pertambangan di kawasan ini bekerja sama dengan masyarakat sekitar
lokasi rencana kegiatan. Pertemuan-pertemuan dengan masyarakat sudah acap
kali dilakukan. Pertemuan tersebut biasanya terfokus pada pembicaraan terkait
rencana usaha/kegiatan lanjutan penambangan Nikel di wilayah tersebut .
Sosialisasi AMDAL juga telah dilaksanakan yang dihadiri oleh instansi
terkait, pemerintah Desa terkena dampak secara langsung maupun tidak
langsung.
Setelah memperoleh rekomendasi kelayakan Kerangka Acuan, PT KBM
juga telah melalukan inventarisasi atas berbagai kegiatan dan harapan
masyarakat terhadap PT KBM. Sejauh ini pihak perusahan telah melakukan
kordinasi dengan institusi terkait setempat sehubungan dengan rencana
penyusunan ANDAL, RKL-RPL dan rangkaian kegiatan penambangan dan
pengolahan Bijih Nikel . Sebagai bagian dari proses untuk mendapatkan izin
Usaha produksi pihak perusahaan juga telah berkonsultasi tentang semua
kegiatan yang terkait penambangan bijih nikel di Kecamatan Bahodopi kepada
pihak Pemerintah Daerah kabupaten Morowali.
Hal itu dimaksudkan untuk mencegah adanya resistensi dari masyarakat
pada saat kegiatan mulai dilakukan. Sosialisasi rencana kegiatan kepada
Masyarakat dalam Konteks Andal, RKL-RPL tersebut harus dilakukan mengingat
berbagai pengalaman diberbagai tempat bahwa pemahaman masyarakat lingkar
tambang terhadap kegiatan yang akan dilakukan perusahaan sangat dirasakan
kurang dan tidak memberikan informasi yang sebenarnya kepada masyarakat ,
sehingga kerapkali menimbulkan keresahan dan bahkan konflik antar masyarakat
lingkar tambang dengan miinimnya dukungan dari masyarakat. Bagi pihak
perusahaan, hal tersebut akan bermuara pada terhambatnya operasional
perusahaan. Oleh karena itu maka, sosialisasi kepada masyarakat pada tahap ini
harus diinformasikan tentang hal-hal yang menyangkut kepentingan masyarakat
banyak seperti potensi dampak, sumber air, penanganan alur sungai,
pengangkutan hasil tambang , penerimaan tenaga kerja , kesempatan berusaha
bagi usahawan lokal, partisipasi masyarakat, komitmen perusahaan terhadap
kesejahteraan masyarakat lingkar tambang serta komitmen pemrakarsa dalam
mengelola dampak-dampak yang ditimbulkan.
Sosialisasi kegiatan tersebut juga dilakukan dalam rangka keterbukaan
informasi dan keterlibatan masyarakat dalam proses AMDAL, berdasarkan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 17 tahun 2012 tentang keterlibatan
masyarakat dalam proses AMDAL dan Izin Lingkungan, sebagai acuan dalam
melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Dengan demikian diharapkan
masyarakat dapat berpartisipasi di dalam pelaksanaan kegiatan penambangan

PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 13
Provinsi Sulawesi Tengah
dan pengolahan bijih nikel dan mendapatkan manfaatnya dari kegiatan tersebut
untuk kesejahteraanya.

b. Pembebasan lahan
Pembebasan lahan dilakukan guna untuk memenuhi keperluan
operasional pertambangan bijih nikel berikut sarana dan prasarana
pertambangan serta area penyangga. Wilayah yang diajukan untuk permohonan
IUP Operasi Produksi PT. Kencana Bumi Mineral berada dalam kawasan hutan
produksi terbatas (HPT), hutan konversi (HK). Berkaitan dengan adanya
kawasan hutan tersebut, maka segala persyaratan sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku akan dipatuhi oleh PT. Kencana Bumi Mineral yaitu
harus ada izin pinjam pakai dari Menteri Kehutanan RI Pada tapak rencana
pembangunan fasilitas/infrastruktur penambangan bijih nikel.
Terhadap kemungkinan terdapat lahan-lahan milik warga masyarakat
dengan tanam tumbuh di atasnya, akan dilakukan melalui proses pemberian
kompensasi atas lahan dan tanam tumbuh secara langsung melalui musyawarah
untuk mufakat yang bisa diterima oleh kedua belah pihak berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yakni antara PT. Kencana Bumi Mineral
dengan para pemilik lahan. Untuk kepentingan tersebut harus dilakukan
pengukuran baik luasannya maupun tata batasnya berdasarkan perijinan yang
ada

2. Tahap Konstruksi
a. Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi
Penerimaan tenaga kerja yang berkaitan dengan kegiatan pertambangan
bijih nikel yang meliputi penggalian, pengangkutan bijih nikel, sejak tahap
konstruksi sampai operasi pertambangan terdiri atas:
1. Staf Manajerial dan Teknisi. Tenaga manajerial senior dan staf teknisi akan
diatasi oleh tenaga kerja dengan pengalaman lebih dari 5 (lima) tahun
dalam proyek penambangan bijih nikel di Indonesia.
2. Operator peralatan bergerak dan tidak bergerak serta teknisi yang terampil.
3. Tenaga kerja kasar/tak terampil.
Prioritas tenaga kerja yang akan diterima diutamakan angkatan kerja
yang berasal dai wilayah setempat, meliputi wilayah Kecamatan Bahodopi dan
Kecamatan Bungku Timur Kabupaten Morowali, sepanjang persyaratan yang
telah itetap kandapat dipenuhi. Terhadap tenaga kerja yang telah diterima namun
belum memiliki ketrampilan atau keahlian sesuai yang dibutuhkan, maka akan
ilakukan pendidikan dan pelatihan.
Tenaga kerja yang tidak langsung berhubungan dengan operasi
penambangan jumlahnya relatif tetap selama umur penambangan, sedangkan
untuk tenaga kerja yang terlibat langsung dalam operasi penambangan, terutama
untuk operator alat berat, disesuaikan dengan jumlah alat yang harus
dioperasikan dengan memperhatikan jumlah shift dan target produksi. Pada
alternatif kedua jumlah tenaga kerja langsung lebih sedikit karena sistem
pengerjaannya dikontrakkan. Jumlah dan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan
selama umur proyek penambangan adalah 113 orang.

Tabel 1.5. Jumlah dan kualifikasi Tenaga Kerja Yang Akan Diterima
No Posisi/Jabatan Jumlah
1 Site Manager 1
2 Kepala teknik Tambang 1

PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 14
Provinsi Sulawesi Tengah
No Posisi/Jabatan Jumlah
3 Wakil Teknik Tambang 1
4 Safety Chief-K3 1
Pelaksana Patroli/Pengawas K3 5
5 Ka. Operasi Tambang 1
Staf Operasi Tambang 5
6 Ka. Dept. Logistik-WorkShop 1
Staf. Dept. Logistik-WorkShop 5
7 Ka. Dept. Lingkungan 1
Staf. Dept. Lingkungan-Pelaksana 3
8 Ka. Humas HRD/Personalia 1
Staf HRD dan CSR (Comdev) 3
9 Ka. Dept. Keuangan 3
Staf Bagian Keuangan 2
10 Ka Perencanaan Tambang/Produksi 1
 Mine Plan 2
 Geologist 1
 Surveyor 2
 Staf Pembantu Umum 6
11 Staf Stock Pile 10
12 Staf Quality Control 10
13 Staf T. Civil/Road Maintenance Stockpile 5
14 Staf dan Pelaksana Konsumsi 6
15 Satuan Pengaman 10
16 Operator Alat Berat 26
Jumlah 113
Sumber : Studi kelayakan PT. Kencana Bumi Mineral

Sistem kerja direncanakan adalah 7 hari/minggu, 1 shift/hari dan 8 jam/shift untuk


tugas sebagai:
1. Penggalian/pengangkutan bijih nikel.
2. Penggalian/penimbunan tanah pucuk dan penutup.
3. Peremukan bijih nikel .
4. Pengangkutan bijih nikel dari stockpile ke terminal bijih nikel
5. Operasional di stockpile .
6. Pemeliharaan/perawatan .
7. Operasional camp
Karyawan kantor atau administrasi bekerja 1 shift/hari dan 7 hari/minggu. Cuti
tahunan diberikan selama 2 (dua) minggu untuk setiap 12 (dua belas) bulan kerja

b. Mobilisasi Alat Berat dan Material


Kegiatan mobilisasi peralatan alat berat dan material akan dilakukan secara
bertahap sesuai kebutuhan operasional. Untuk tahap awal, peralatan alat berat yang
dimobilisasi seperti Excavator, Buldozer, Dump Truck, dll. Sedangkan mobilisasi
material meliputi pasir, batu kali, semen, besi, kayu dan bahan bangunan lainnya
akan dimobilisasi pada saat kegiatan pembangunan Mess karyawan, kantor, gudang
spare part, bengkel dan fasilitas pendukung lainnya.
Peralatan Tambang terbagi atas peralatan Utama dan peralatan pendukung,
dimana peralatan utama yaitu peralatan mekanis yang disiapkan untuk aktivitas
penambangan baik untuk Overburden Removal atau Ore getting. Sedangkan
peralatan pendukung merupakan peralatan yang dibutuhkan secara langsung
maupun tidak langsung dalam kegiatan penambangan.

PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 15
Provinsi Sulawesi Tengah
Alat Utama
Bulldozer:
Dipergunakan untuk pengupasan tanah penutup /OB, menyusun tumpukan bijih
dan bantuan untuk mendekatkan/mengunpan dalam pemuatan bijih ditempat-
tempat yang tidak terjangkau dump truk.
Jenis : D 8R, D 7R; Bucket kapasitas 2,5 m3
Hydraulic Excavator (Backhoe)
Jenis : Komatsu PC 400, kapasitas bucket 2.3 m3
Keperluan :
 Untuk membongkar/penggalian ore
 Pemuatan ke Dump Truck pada tempat-tempat dengan situasi harus estafet
antara Beckhoe pembongkar dan beckhoe pemuat.
Dump truck.
Jenis : Hino FM 260-JD / Volvo FL 10 atau jenis lainnya.
Kapasitas angkut 26 Ton s/d 30 Ton.
Ringkasan keperluan alat-alat berat adalah sebagai berikut
:
Tabel 1.6 Rekapitulasi volume pekerjaan harian
Target Produksi Tahun Ke-1 Tahun Ke-2 Tahun Ke-3 dst
a. NiKel Ore
- Target Produksi Bulanan 100.000 200.000 400.000
- Target Produksi Harian 4.000 8.000 16.000
b. Overburden
- Target Produksi Bulanan 130.775 261.550 523.100
- Target Produksi Harian 5.231 10.462 20.924
Sumber : Studi kelayakan PT. Kencana Bumi Mineral

Tabel 1.7. Rekapitulasi Keperluan Peralatan Tambang


DESKRIPSI TYPE TAHUN
1 2 3 4 5-10
1. Pengupasan Overburden
KOMATSU 3 6 12 12 12
Excavator
PC400
Dump Truck HINO 260 Ti 4 8 17 17 17
KOMATSU 2 4 6 6 6
Dozer
D85 Ess
2. Penambangan Nikel
KOMATSU 2 4 8 8 8
Excavator
PC400
Dump Truck HINO 260 Ti 11 21 42 42 42
KOMATSU 2 3 5 5 5
Dozer
D85 Ess
3. Stockpiling
KOMATSU 1 2 2 2 2
Dozer
D85 Ess
Sumber : Studi kelayakan PT. Kencana Bumi Mineral

Peralatan Penunjang
Peralatan bantu tambang diantaranya adalah alat-alat yang membantu baik
untuk kegiatan penambangan secara langsung maupun peralatan penunjang
lainnya yang diperlukan untuk operasional karyawan dan operasi Kantor.
Untuk alat penunjang yang sifatnya diperbantukan dalam operasi
penambangan diantaranya :
Kendaraan Tangki dan tangki stok BBM
Angkuan pelumas alat berat
Kendaraan Pengawas/petugas operasi Tambang (4WD)
Alat perata jalan (graidder)
Compactor
PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 16
Provinsi Sulawesi Tengah
Tangki Air
Peralatan penerangan operasi Tambang
Pompa pengendali air tambang

Gambar 1.6. Prosedur Penentuan Peralatan

c. Pembangunan dan Pengoperasian Base Camp Beserta Sarana Prasarana


Penunjang Lainnya
Sarana dan prasarana fasilitas pendukung yang akan dibangun terdiri dari:
 Base camp, yang terdiri atas fasilitas penginapan, dapur, tempat makan,
klinik, penyediaan air domestik, fasilitas MCK, fasilitas olahraga dan fasilitas
ibadah;
 Fasilitas penyedia sumber listrik, termasuk pembangkit listrik, jaringan listrik
dan penyimpanan bahan bakar. Fasilitas penyedia sumber listrik akan berupa
genset untuk kebutuhan domestik. Kapasitas genset diperkirakan sekitar 500
kVA;
 Kolam pengendapan, kantung-kantung pengendap, check dam dan sarana
pengendali sedimentasi;
 Fasilitas penyediaan air. Air untuk kebutuhan domestik karyawan, dan
kegiatan Penambangan berasal dari sumber sungai-sungai terdekat;
 Pos keamanan.
Pembangunan fasilitas tersebut akan dilakukan seiring dengan kemajuan
proyek. Kegiatan akan dimulai di blok Bahodopi dan selanjutnya secara bertahap
ke blok-blok berikutnya. Berikut penjelasan dan beberapa fasilitas pendukung
lainnya.

1). Sarana Prasarana Pekerja/Karyawan


Berkaitan dengan kegiatan pertambangan bijih nikel PT. Kencana Bumi
Mineral yang menyebar mulai dari lokasi tambang sampai dengan stock file di
dekat Area Kawasan Industri IMIP, konsentrasi terbesar dari kegiatan berada di
lokasi tambang dan di sepanjang jalan angkut sampai Stokckpile . Bengkel
perawatan alat berat termasuk alat pengangkut bijih nikel akan dibangun di lokasi
tambang. Bengkel-bengkel atau workshop di lokasi tambang terutama akan
melayani perawatan dan perbaikan alat berat tambang dan truk besar yang
dioperasikan di tambang.
Tenaga kerja yang akan dikerahkan pada kegiatan operasional
pertambangan baik yang direkrut oleh PT. Kencana Bumi Mineral maupun para
kontraktor penambangan dan pengangkutan bijih nikel dalam jumlah besar. Untuk
para kontraktor yang akan bekerja pada operasional pertambangan diperkirakan

PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 17
Provinsi Sulawesi Tengah
mencapai jumlah 200 sampai 300 orang. Tenaga kerja ini sebagian besar akan
tinggal tinggal di barak-barak kontraktor dan mess yang disediakan oleh PT.
Kencana Bumi Mineral. Pemondokan-pemondokan darurat dan saranaa komodasi
tenaga kerja akan dibangun di sekitar pusat-pusat aktivitas operasional
penambangan seperti di lokasi tambang sendiri, sekitar bengkel bengkel kerja dan
perkantoran. Kantor untuk pengendalian operasional tambang juga dibangun di
lokasi tambang.
Bengkel perawatan alat berat termasuk alat pengangkut bijih nikel akan
dibangun di lokasi tambang. Bengkel-bengkel atau workshop di lokasi tambang
terutama akan melayani perawatan dan perbaikan alat berat tambang dan truk
besar yang dioperasikan di tambang. Selain itu bengkel, mess karyawan dan
lainnya akan dibangun dilokasi tambang, guna untuk memfasilitasi operasional
pertambangan. Kantor tersebut digunakan untuk administrasi, keuangan dan
pengendalian teknis penambangan PT. Kencana Bumi Mineral. Seluruh
bangunan kantor, bengkel,mess dan lainnya berada di atas lahan seluas 2 Ha.

2). Pembangunan Instalasi Pengolahan dan Penimbunan Bijih Nikel


Pembangunan instalasi pengolahan bijih nikel dimaksud untuk
mengolah bijih nikel dalam bentuk bongkah. Bijih nikel (laterit nikel) dari hasil
penambangan atau penggalian berupa tanah dan bongkah-bongkah. Untuk
mengolah laterit nikel dalam bentuk bongkah sehingga memenuhi persyaratan
untuk dilebur akan dilakukan di lokasi tambang. Mesin pengolahan bijih nikel
hanya akan berupa mesin peremuk bijih nikel saja tanpa pencucian. Bijih nikel
diproses menjadi butiran-butiran siap jual dan kemudian diangkut dengan dump
truk ke tempat penimbunan di stockfile PT. BDM . Pada lokasi pengolahan nikel
dilengkapi dengan tempat penimbunan nikel baik nikel belum diolah maupun nikel
sudah diolah (siap jual). Selain itu juga dilengkapi dengan kolam pengendap yang
berada di luar lokasi pengolahan, untuk mengendapkan zat padat tersuspensi
yang terdapat pada air tirisan yang berasal dari penimbunan bijih nikel tersebut.

3). Pembangunan Tangki Bahan Bakar Minyak


Kegiatan pertambangan bijih nikel berada di wilayah terpencil serta jauh
dari sarana yang tersedia di Kecamatan Bahodopi, maka dipandang perlu untuk
membangun tangki bahan bakar minyak (BBM). Lokasi penimbunan bahan bakar
minyak dibuat di lokasi tambang. Pengangkutan bahan bakar minyak ke lokasi
tambang akan dilakukan dengan menggunakan truk tangki bahan bakar minyak
dengan kapasitas 15 sampai 20 kl dan akan diperlukan pengangkutan bahan
bakar minyak secara terus-menerus setiap minggu. Diperkirakan akan diperlukan
pengangkutan bahan bakar minyak sebesar 30 kl per hari.. Bahan bakar minyak
yang dibutuhkan pada kisaran 2.200 ton per bulan atau sekitar 300 ton per
minggu :

 Pengoperasian Genset
Pengoperasian genset dengan kapasitas pasang 200 KVA untuk
memenuhi energi listrik pada pekerjaan konstruksi. Energi listrik tersebut
digunakan untuk pengoperasian peralatan kerja (bubut, las, gerenda, pompa-
pompa), penerangan dan keperluan karyawan.

 Pengadaan Air Bersih


Pengadaan air bersih untuk memenuhi kebutuhan pada pekerjaan
konstruksi yaitu untuk rumah tangga emplasemen seperti mandi cuci dan kakus

PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 18
Provinsi Sulawesi Tengah
(MCK) karyawan, keperluan dapur, pembuatan adukan semen skala kecil.
Dengan diasumsikan bahwa penggunaan air bersih untuk karyawan adalah
sebesar ± 0,13 m3/orang/hari (standart Cipta Karya), maka dari jumlah
karyawan untuk pelaksanaan konstruksi sebanyak 113 orang, jumlah air bersih
yang dibutuhkan sebanyak ± 20 m³ per hari. Di samping itu untuk adukan
semen sebanyak 5 m³per hari dan penyiraman emplasemen serta jalan kerja
sebanyak 5 m³ perhari. Sehingga kebutuhan air bersih seluruhnya berjumlah 30
m3/hari berasal dari air sungai yang terdekat dengan lokasi tambang. Untuk
keperluan rumah tangga perkantoran dan mess karyawan, maka air sungai
tersebut dipompa,disalurkan dengan pipa dan ditampung dalam tangki air
bersih. Dalam tangki tersebut diberi larutan kaporit untuk membunuh kuman, air
kapur untuk menetralkan dan tawas untuk menjernihkan. Sementara untuk
penyiraman dan adukan semen, air bersih tidak perlu diberi tawas maupun air
kapur dan kaporit.

d. Pembuatan Jalan dan Peningkatan Jalan Angkut (Hauling)


Kelancaran target produksi per tahun tergantung pada pengangkutan Nikel
melalui jalan darat dengan alat angkut dump truck. Adapun jenis pengangkutan
yang akan ditempuh dalam kegiatan penambangan Nikel PT. Kencana Bumi
Mineral meliputi:
Jalur pengangkutan Nikel dari daerah penambangan (ROM) menuju
Stockpile.
Jalur pengangkutan lapisan penutup dari daerah penambangan (ROM) di ke
dumping area di Disposal awal dan selanjutnya diterapkan metode Back
filling.
Pengangkutan Nikel dan lapisan penutup dari pit penambangan
menggunakan jalan angkut dengan jalur yang berbeda. Pengangkutan Nikel
menggunakan jalur dan jalan temporary langsung menuju ke (NPP) dan stockpile di
pelabuhan. Sedangkan pengangkutan lapisan penutup melalui jalur jalan waste ke
dumping area.
Jalur jalan utama (main road) dibangun di sebelah timur laut dengan
memanfaatkan jalan logging yang sudah ada sepanjang +12 km.
Jalan pengangkutan Nikel yaitu jalan utama tambang, jalan temporary, dan
jalan pengangkutan waste, dibangun dengan ukuran lebar 22 meter dan kemiringan
maksimum 8 %. Dimensi jalan angkut dapat dilihat pada Gambar 2.8. Lokasi
dumping area direncanakan sebanyak dua buah yaitu di sebelah. Masing-masing
dumping area mempunyai luas kurang lebih 5 Hektar dengan rencana tinggi
penimbunan maksimal 10 meter, sehingga setiap dumping area dapat menampung
waste sebanyak kurang lebih 500.000 bcm.

CATERPILLAR

778 778
Tanggul

Parit

1/2 Wt Wt 1/2 Wt Wt 1/2 Wt

L min

Gambar 1.7 Rencana Dimensi Jalan Tambang

PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 19
Provinsi Sulawesi Tengah
e. Pembersihan Lahan (Land Clearing)
Penambangan hanya dilakukan pada areal yang telah diidentifikasi
mengandung deposit nikel yang ekonomis, sehingga tidak semua areal dalam lokasi
IUP PT. Kencana Bumi Mineral akan dibuka. Untuk meminimalkan dampak terhadap
lingkungan hidup pembersihan atau pembukaan lahan akan dilakukan secara
bertahap blok per blok sesuai.
Pembersihan lahan mencakup beberapa tahap, disesuaikan dengan rencana
penambangan. Penebangan dilakukan terhadap vegetasi berdiameter besar dengan
menggunakan mesin gergaji mekanis (chainsaw), sedangkan untuk vegetasi yang
berdiamter kecil pembersihan lahan dilakukan dengan bulldozer dan excavator.
Pembersihan lahan hanya diperuntukkan untuk membersihkan lahan dari vegetasi di
permukaan tanah tanpa mengganggu dan memindahkan lapisan tanah pucuk (top
soil). Vegetasi penutup tersebut kemudian diangkut untuk ditimbun di areal
penyimpanan. Material vegetasi ini nantinya akan dimanfaatkan sebagai serasah
pada tahap rehabilitasi lahan. Dampak dari kegiatan pembersihan lahan tambang
hanyalah bersifat sementara karena lahan tambang tersebut akan direhabilitasi
kembali untuk menjadi lahan hutan setelah penambangan selesai.

3. Tahap Operasi
a. Penerimaan Tenaga Kerja Operasi
Jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk mendukung operasi disesuaikan
dengan rancangan tambang yang telah dihasilkan. Tenaga kerja yang tidak langsung
berhubungan dengan operasi penambangan jumlahnya relatif tetap selama umur
penambangan, sedangkan untuk tenaga kerja yang terlibat langsung dalam operasi
penambangan, terutama untuk operator alat-alat berat, disesuaikan dengan
jumlah alat yang harus dioperasikan dengan memperhatikan jumlah shift dan target
produksi. Pada alternatif lain jumlah tenaga kerja langsung, lebih sedikit karena
sistem pengerjaannya dikontrakkan.
Kualifikasi syarat tenaga kerja disesuaikan dengan kebutuhan kerjanya (job
requirement). Mereka yang akan direkrut adalah mereka yang mempunyai latar
belakang disiplin ilmu dan pengalaman yang sesuai. Analisis jabatan (job analysis)
selanjutnya dibutuhkan untuk mendapatkan karyawan yang cocok dengan kebutuhan
kerja, dengan upah dan beban kerja yang sesuai pula.
Dalam perekrutan dan pemanfaatan tenaga kerja pihak pemrakarsa
senantiasa akan mentaati perundang-undangan dan peraturan-peraturan yang
berlaku terkait dengan perlindungan ketenagakerjaan, antara lain:
(1) UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
(2) UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
(3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 8 tahun 1981, tentang
Perlindungan Upah;
(4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012 tentang
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
(5) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 85 Tahun 2013 tentang Tata
Cara Hubungan Antar Lembaga Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
(6) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 78 Tahun 2015 tentang
Pengupahan;
(7) Permennakertrans RI No. 12 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penggunaan
Tenaga Kerja Asing
(8) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. No: Kep.100/
Men/VI/2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu.

PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 20
Provinsi Sulawesi Tengah
b. Kegiatan Operasional Penambangan
Berdasarkan data penyebaran bijih nikel, serta batasan kualitas nikel (Limonit
dan aprolit) dari hasil eksplorasi area potensi cadangan seluas 638 Ha, Namun
mempertimbangkan Slope Stability pada design penambangan area terganggu lain,
maka luas area bukaan tambang keseluruhan menjadi 666,80 Ha. Berdasarkan
bentuk dan karakteristik lapisan Nikel serta lapisan penutupnya, sistem
penambangan yang akan diterapkan adalah sistem tambang terbuka (open Cast)
dengan metode mining Countour. Kegiatan penambangan yang dilakukan secara
umum adalah: pembersihan lahan(land clearing), pengupasan tanah pucuk, dan
penggalian Nikel.
Pada saat pembersihan lahan dan pengupasan tanah pucuk, dilakukan
penumpukan tanah pucuk di suatu tempat sementara (dumping area) yang tidak
terlalu jauh dan aman dari kegiatan penambangan agar nantinya dapat dimanfaatkan
kembali alam pelaksanaan reklamasi. Penambangan dimulai dengan mengupas
lapisan penutup di daerah sepanjang singkapan Nikel mengikuti garis kontur (contour
mining) pada batas tertentu, kemudian diikuti dengan penggalian lapisan Nikel.
Teknik penggalian Nikel bertahap dari elevasi yang paling tinggi ke elevasi yang
rendah sampai kedalaman batas penambangan yang telah ditentukan (down slope).
Sedangkan arah kemajuan penambangannya akan mengikuti sebaran sumberdaya
lapisan Nikel pada setiap pit yang akan ditambang.

Gambar 1.8. Sistem tambang terbuka (Open Cast )

Operasi penambangan terhadap Nikel yang dilakukan meliputi: penggalian


bebas, pemuatan, dan pengangkutan ke ROM stockpile. Sedangkan untuk lapisan
penutup dilakukan operasi: penggalian (gali bebas dan penggaruan), pemuatan serta
pengangkutan menuju ke outside dump.

Gambar 1.9. Proses pengolahan nikel

PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 21
Provinsi Sulawesi Tengah
Secara umum lapisan penutup untuk setiap pit akan ditimbun di outside dump
/disposal area dengan Luas sekitar 5,23 Ha. Area disposal ini sebisa mungkin
ditempatkan didaerah yang relatif rendah dan diperkirakan tidak mengganggu area
penambangan. Jika pada area penambangan terdapat bekas pengerukan bijih yang
cukup dalam dari ketinggian rata-rata level penggalian sehingga. membentuk
cekungan, maka bekas galian ini akan di timbun kembali (backfilling) oleh tanah (OB)
dari disposal area.

1. Pembersihan Lahan Tambang


Pembersihan lahan dilakukan sebelum pengupasan tanah pucuk, berupa
pembersihan terhadap tanaman penutup, semak belukar, pohon-pohon serta benda-
benda lain yang tidak digunakan. Sehingga pelaksanaan pengupasan tanah puuck
dan tanah penutup yang akan dilakukan pada tahap berikutnya dapat berjalan
dengan lancar. Pekerjaan ini dilakukan dengan mempergunakan bulldozer dibantu
tenaga manusia menggunakan peralatan seperti chainsaw, kampak dan parang.
Pekerjaan dilakukan secara bertahap sesuai dengan arah kemajuan penambangan
bijih nikel. Penanganan biomasa dilakukan oleh alat garu dorong sebagai bagian dan
kegiatan pembersihan lahan tambang. Sementara kayu-kayu yang berukuran lebih
besar dan masih dapat dimanfaatkan akan digunakan untuk operasional tambang.
Pada kegiatan pembersihan lahan dan pemanfaatan kayu yang ada akan selalu
berkoodinasi dengan intansi terkait.
Untuk pembersihan lahan digunakan peralatan yaitu bulldozer dan gergaji
rantai (chain saw). Semak belukar dan pepohonan yang berukuran kecil didorong
dengan buldoser dan ditimbun pada tempat yang rendah yang ada di dalam tapak
kegiatan tambang. Sementara kayu-kayu yang berukuran lebih besar dan masih
dapat dimanfaatkan akan digunakan untuk operasional tambang.

2. Pengupasan dan Penimbunan Tanah Pucuk


a. Kegiatan pengupasan Tanah Pucuk
Kegiatan pengupasan dan pemuatan tanah penutup menggunakan excavator
PC 400 dengan kapasitas bucket 2.3 m3 dengan kemampuan penggalian sebesar
229 bcm perjam. Keuntungan pemilihan alat ini adalah kemampuan produksi tinggi
untuk memuat volume tanah penutup yang besar dan mampu mengatur dalamnya
penggalian dengan baik. Guna mendukung kegiatan pengupasan tersebut,
digunakan bulldozer Cat D85 yang berfungsi untuk membongkar tanah pucuk dan
tanah penutup dan juga untuk mengumpulkan tanah pucuk maupun tanah penutup
yang akan dimuat kedalam alat angkut. Selain itu bulldozer D85 juga digunakan
untuk pembuatan jalan tambang (ramp) pada lokasi penambangan.
Sedangkan untuk mengangkut tanah penutup dari lokasi penambangan ke
tempat pembuangan tanah penutup untuk Blok penambangan digunakan dump truck
kapasitas 30 ton dengan produktivitas 35,52 bcm/jam ini dikarenakan jarak angkut
jang cukup sekitar + 12 Km. Keuntungan penggunaan dump truck Iveco yang
berkapasitas cukup besar adalah memperkecil jumlah dump truck yang dibutuhkan,
mengurangi kemacetan lalu lintas peralatan di dalam lokasi penambangan maupun
pada jalan tambang.
Pada saat pembersihan lahan dan pengupasan tanah pucuk, dilakukan
penumpukan tanah pucuk di suatu tempat sementara (dumping area) yang tidak
terlalu jauh dan aman dari kegiatan penambangan agar nantinya dapat dimanfaatkan
kembali dalam pelaksanaan reklamasi. Penambangan dimulai dengan mengupas
lapisan penutup di daerah sepanjang singkapan Nikel mengikuti garis kontur (contour
mining) pada batas tertentu, kemudian diikuti dengan penggalian lapisan Nikel.

PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 22
Provinsi Sulawesi Tengah
Teknik penggalian Nikel bertahap dari elevasi yang paling tinggi ke elevasi yang
rendah sampai kedalaman batas penambangan yang telah ditentukan (down slope).
Sedangkan arah kemajuan penambangannya akan mengikuti sebaran sumberdaya
lapisan Nikel pada setiap pit yang akan ditambang. Operasi penambangan terhadap
Nikel yang dilakukan meliputi: penggalian bebas, pemuatan, dan pengangkutan ke
ROM stockpile. Sedangkan untuk lapisan penutup dilakukan operasi: penggalian (gali
bebas dan penggaruan), pemuatan serta pengangkutan menuju ke outside dump.
Lapisan tanah pucuk yang subur dan banyak dibutuhkan oleh tumbuhan akan
disimpan pada tempat yang aman dari erosi maupun kegiatan penambangan, yaitu
berada di luar daerah penambangan dan terpisah dengan penimbunan tanah
penutup (waste dump). Areal penimbunan tanah pucuk dipilih pada lokasi yang tidak
mengandung bijih nikel. Pekerjaan pengupasan tanah pucuk dilakukan per blok atau
sub blok penambangan nikel. Pada revegetasi tanah pucuk, maka untuk keperluan
benih dapat diupayakan dengan memberdayakan masyarakat lokal untuk
pengadaannya. Rangkaian kegiatan pada pengelolaan tanah pucuk terdiri dari
pekerjan-pekerjaan 1). Penggalian dan atau pengumpulan tanah pucuk. 2).
Pengangkutan ke lokasi preservasi tanah pucuk dan 3). Penyebaran tanah pucuk di
lokasi- lokasi reklamasi.
Rencana Kemajuan Tambang
1. Geometri Bukaan Tambang
Geometri Individual Slope
Komponen utama dalam suatu tambang terbuka adalah yang disebut dengan
“bench” (lihat Gambar).

Gambar 1.10. Bagian-bagian dari Bench


Pertimbangan-pertimbangan yang akan dipakai dalam menentukan geometri
jenjang (w=lebar, l=panjang, dan h=tinggi) :

 Harus mampu menampung alat-alat/peralatan yang dipakai untuk
bekerja (working bench).
 Masih sesuai dengan ultimate pit slope
Pembuatan jenjang pertama kali biasanya dilakukan dengan cara membuat
suatu bukaan (biasanya berbentuk empat persegi panjang)
Lebar Bench
Dimensi jenjang dilakukan agar mengetahui lebar dari masingmasing
dari alat yang dipergunakan pada penambangan, serta panjang dan tinggi. Pada
perhitungan dimensi jenjang ini, kami membuat menurut “HeadQuarter Departement
Of ARMY (USA)”.
b. Penimbunan Tanah Penutup
Lapisan penutup yang sudah terkupas dari tempat penimbunan sementara
dimuat dan diangkut ke tempat penimbunan tetap (waste dump) dengan
PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 23
Provinsi Sulawesi Tengah
menggunakan dump truck. Area penimbunan tanah penutup dipilih pada lokasi yang
tidak mengandung nikel, sehingga jika pada suatu saat akan dilakukan
penambangan bijih nikel pada lokasi tersebut maka tidak perlu memindahkan lapisan
penutup untuk kedua kali.
Pembuatan teras-teras atau jenjang pada pekerjaan penggalian lapisan
penutup untuk memudahkan pembagian kerja dan pengoperasian alat-alat berat.
Selain itu untuk menjaga kemantapan lereng (slope stability) agar supaya tidak
longsor. Perbedaan tinggi antara jenjang dibuat sekitar 5 meter, lebar jenjang kerja 5
sampai10 meter dan sudut lereng masing-masing teras.
Untuk menunjang kegiatan penimbunan tanah penutup dan tanah pucuk di
dumping area, digunakan bulldozer Cat D85. Selain itu, bulldozer Cat D85 juga
digunakan untuk merintis dalam pembuatan jalan, perawatan jalan, dan perkerjaan
pembersihan lahan. Jumlah bulldozer Cat D85 yang dibutuhkan untuk kegiatan
tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.8.

Tabel 1.8 Jumlah Kebutuhan Peralatan Utama Penambangan Nikel


PT. Kencana Bumi Mineral
Type Tahun
Deskripsi
1 2 3 4 5-10
1. Pengupasan Overburden
Excavator Komatsu Pc400 3 6 12 12 12
Dump Truck Hino 260 Ti 4 9 18 18 18
Dozer Komatsu D85 Ess 2 4 6 6 6
2. Penambangan Nikel
Excavator Komatsu Pc400 2 4 8 8 8
Dump Truck Hino 260 Ti 11 21 42 42 42
Dozer Komatsu D85 Ess 2 3 5 5 5
3. Stockpiling
Dozer Komatsu D85 Ess 1 2 2 2 2
Sumber : Studi kelayakan PT. Kencana Bumi Mineral

c. Penimbunan Lapisan Penutup di Areal Waste Dump


Hasil kupasan tanah penutup dari bukaan tambang selanjutnya diangkut
dengan dump truck ke tempat penimbunan disposal (waste dump area).Tempat
penimbunan disposal tersebut dilengkapi dengan kolam pengendap untuk
mengendapkan sedimen yang terkandung dalam air larian yang berasal dari
penimbunan disposal tersebut.

d. Penimbunan Lapisan Penutup pada Lubang Bekas Tambang


Kupasan tanah penutup dari tempat penimbunan sementara diangkut dengan
dump truck ke lubang bekas tambang yang terjadi sebelumnya. Tanah penutup dan
tanah pucuk dikembalikan ke lubang bekas tambang ini disebut sebagai back filling.
Pada lubang tambang yang terjadi pertama kali, tanah penutup hasil kupasan
ditimbun pada suatu lokasi tertentu. Tanah pucuk hasil kupasan ditimbun sementara
pada lokasi lainnya yang bebas dari erosi dan kegiatan penambangan, selanjutnya
digunakan untuk penyuburan pada penimbunan tanah penutup dan ditanami dengan
tanaman penahan erosi. Pada lubang tambang selanjutnya, tanah pucuk dan tanah
penutup hasil kupasan ditimbun pada lubang bekas tambang sebelumnya, dengan
susunan tanah pucukdi letakkan paling atas dan ditanami tanaman penahan erosi.
Kupasan tanah penutup yang akan ditimbun di lokasi bekas tambang
sebelumnya (back filling), baru dapat dilakukan setelah tahun kedua operasi
penambangan berlangsung. Dengan demikian penimbunan tanah penutup pada
tahun pertama dilakukan di luar tambang (external waste dump), yang terletak di
sekitar bukaan tambang.

PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 24
Provinsi Sulawesi Tengah
e. Penambangan Bijih Nikel (Laterit Nikel)
Berdasarkan hasil eksplorasi, cadangan tersedia yang akan ditambang dalah
43 Juta WMT. Dengan asumsi faktor hilang atau penyusutan pada aat pengangkutan
dan pengolahan sebesar 5% serta faktor kesalahan presisi ada kelompok laterit
berkategori sumberdaya sebesar 30%, maka jumlah aw material yang akan dapat
tertambang adalah sebesar ± 40 juta WMT. Cadangan tersebut diperhitungkan akan
ditambang selama 10 tahun Umur tambang atau penambangan sebesar 3,6 Juta
WMT untuk Tahun pertama an 6 Juta WMT untuk Tahun kedua hingga akhir umur
tambang. Sementara untuk OB yang harus diangkat diprediksi mencapai 7,5 juta
BCM ditahun pertama dan 12 Juta WMT pada tahun kedua hingga akhir Umur
tambang. Penggalian atau penambangan Nikel di Blok Penambangan dilakukan
dengan backhoe PC 400 dengan produktivitas 345 ton/jam, diangkut dengan dump
truck dengan produktivitas 35,52 ton/jam.

Berikut ini Hasil Desain Tambang setiap Blok Prospek PT. Kencana Bumi
Mineral :

PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 25
Provinsi Sulawesi Tengah
Desain Tambang Blok A Desain Tambang Blok B Desain Tambang Blok C

Desain Tambang Blok D Desain Tambang Blok E

Gambar 1.11. Desain Tambang Blok A-E

PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 26
Provinsi Sulawesi Tengah
Secara umum, arah kemajuan penambangan adalah dari daerah singkapan
ke arah tegak lurus penyebaran lateral lapisan Nikel sampai lereng akhir
penambangan, kemudian bergerak maju ke daerah penambangan tahun berikutnya
mengikuti penyebaran lapisan Nikel.

Pola kerja alat adalah menggali sepanjang singkapan hingga batas


penambangan setiap tahun dimulai dari daerah sekitar singkapan lapisan Nikel,
kemudian kembali lagi. Pola tersebut dilakukan terus menerus hingga batas lereng
akhir yang telah ditentukan. Peta arah kemajuan tambang silahkan lihat gambar 1.15
hingga gambar 1.16 Blok area cadangan potensial sebesar 638 Ha dimana bukaan
dimulai dari Blok B, Blok C, Blok D, Blok E dan Blok A dengan perhitungan Umur
Tambang selama 10 Tahun, maka sequence di sesuaikan dengan umur
penambangan. Dalam dengan memperhatikan sebaran endapan saat dillakukannnya
desain penambangan sesuai urutan dan memperhatikan geometri lereng bukaan
membuat luas bukaan menjadi 666,08 Ha. Adapun luasan bukaan tiap tahun,
ketebalan rata-rata tonase ore dan voleme Overburden tahunan, serta Stripping
rationya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1.9. Data Sequence Tambang PT. KBM


Sequence Luas Mineable Ore Volume OB SR Ni_av Fe_av
Tambang Bukaan (Ton) (BCM)
1 20.91 1,200,000 1,569,301 1.31 1.78 26.19
2 50.83 2,400,000 3,138,601 1.7 26.12
3 59 4,800,000 6,277,203 1.76 26.08
4 61.71 4,800,000 6,277,203 1.8 23.07
5 89.17 4,800,000 6,277,203 1.83 26.15
6 87.12 4,800,000 6,277,203 1.82 21.46
7 86.35 4,800,000 6,277,203 1.78 25.65
8 77.59 4,800,000 6,277,203 1.75 25.47
9 83.6 4,800,000 6,277,203 1.77 25.15
10 50.52 4,800,000 6,277,203 1.81 25.13
TOTAL 666.80 42,000,000.00 54,925,522.50 1.78 25.05
Sumber : Studi kelayakan PT. Kencana Bumi Mineral

PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 27
Provinsi Sulawesi Tengah
PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 28
Provinsi Sulawesi Tengah
Arah penggalian dan arah kemajuan tambang tahun ke 1 Arah penggalian dan arah kemajuan tambang tahun ke 2 Arah penggalian dan arah kemajuan tambang tahun ke 3

Arah penggalian dan arah kemajuan tambang tahun ke 4 Arah penggalian dan arah kemajuan tambang tahun ke 5 Arah penggalian dan arah kemajuan tambang tahun ke 6

Arah penggalian dan arah kemajuan tambang tahun ke 7 Arah penggalian dan arah kemajuan tambang tahun ke 8 Arah penggalian dan arah kemajuan tambang tahun ke 9

Arah penggalian dan arah kemajuan tambang tahun ke 10


Sumber : Studi kelayakan PT. Kencana Bumi Mineral
Gambar 1.12. Arah Penggalian Dan Arah Kemajuan Tambang Tahun 1- 10

PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 29
Provinsi Sulawesi Tengah
c. Pengangkutan dan Penimbunan Bijih Nikel (stockpile)
Pengangkutan atau pemuatan bijih nikel di Blok Penambangan dilakukan
dengan backhoe PC 400 dengan kapasitas bucket 2.3 m3 dengan kemampuan
penggalian sebesar 229 bcm perjam, serta produktivitas 345 ton/jam, diangkut
dengan dump truck Hino dengan produktivitas 35,52 ton/jam Pengangkutan berawal
dari front tambang dan langsung ditumpahkan ke stockpile. Jalan utama tambang
(main haulage) yang menghubungkan jalan tambang dengan stock yard mempunyai
jarak ± 12 km. Sedangkan alat angkut bijih dari front tambang menggunakan dump
truck dengan daya angkut sebesar 30 ton.

1. Jalur Pengangkutan Nikel dari Daerah Penambangan (ROM) ke Nickel


Processing Plant (NPP)
Sistem pengangkutan dari Blok Penambangan ke NPP, dengan cara sebagai
berikut :
(a) Alat angkut yang digunakan adalah dump truck dengan kapasitas angkut 20
ton.
(b) Jalur pengangkutan Nikel melalui jalan utama tambang menuju ke NPP.
(c) Jalan tempuh pengangkutan Nikel ini adalah sejauh rata-rata 12-14 km.

2. Jalur Pengangkutan Lapisan Penutup dari Daerah Penambangan (ROM) ke


Dumping Area.
Sesuai dengan strategi dan metode penambangan yang direncanakan,
pengangkutan dan penimbunan lapisan penutup (termasuk tanah pucuk) hasil
penggalian, akan dilakukan dengan cara penimbunan di dumping area yang ada
dekat dengan penggalian tersebut.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka skenario pengangkutan lapisan penutup
dari lokasi tambang adalah sebagai berikut :
(a) Alat angkut yang digunakan adalah dump truck dengan kapasitas angkut 30
ton.
(b) Lapisan penutup dari Blok Penambangan, diangkut dan ditimbun di dumping
area.
(c) Jarak tempuh pengangkutan lapisan penutup di daerah penambangan ini
tidak lebih dari 300-500 m.
Lapisan tanah pucuk akan ditimbun di dekat lokasi dumping area
sehingga bila penimbunan tanah penutup selesai maka tanah pucuk tersebut
dapat disebarkan di bekas dumping area untuk tujuan reklamasi.

3. Jalur Pengangkutan Nikel dari Nickel Processing Plant (NPP) menuju StockPile
Nikel hasil pengolahan dengan ukuran yang sesuai dengan permintaan
dari NPP akan diangkut dengan Belt Conveyor menuju stockpile Kemudian untuk
dibawah ke Pabrik Pengolahan dan pemurnian. Baik Screening dan Crushing
ataupun menjadi Produk NPI (Nickel Pig Iron) tidak dilaksanakan pihak PT.
Kencana Bumi Mineral. Hal ini dikarenakan PT. Kencana Bumi Mineral
merupakan Perusahaan yang tergabung dalam PT. Bintang Delapan Group,
dimana PT. Kencana Bumi Mineral bertindak sebagai penyedia Nikel Ore untuk
kebutuhan PT. Sulawesi Mining Invesment (PT. SMI)

PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 30
Provinsi Sulawesi Tengah
Gambar 1.13. Peta rencana jalan akses kelokasi kegiatan penambangan

Gambar 1.14. Pabrik Smelter PT. Sulawesi Mining Invesment (PT. SMI).

d. Tindakan-Tindakan Pengendalian
 Rencana Pengendalian Air Tambang
Pengendalian air yang masuk ke pit dapat dilakukan dengan beberapa cara.
Salah satunya adalah dengan cara mencegah air masuk ke dalam pit dengan cara
pembuatan saluran terbuka di sekeliling pit. Cara lain adalah mengumpulkan atau
mengalirkan air yang masuk ke pit menuju sumuran (sump) dan kemudian
dikeluarkan dengan cara pemompaan. Dalam desain pengendalian air tambang,
PT. Kencana Bumi Mineral akan menghitung kebutuhan dimensi minimal saluran
terbuka, dimensi sumuran, dimensi kolam pengendapan lumpur, dan kebutuhan
pompa.

Saluran Terbuka
Saluran terbuka yang akan dibuat berbentuk trapesium dengan kemiringan
600

Gambar 1.15. Penampang Saluran Terbuka


Rekomendasi dimensi saluran terbuka:
 Kedalaman saluran(d) : 1 meter

PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 31
Provinsi Sulawesi Tengah
 Lebar dasar saluran (b) : 1,2 meter
 Lebar atas saluran (t) : 2,5 meter
 Kemiringan dinding saluran : 600

Sumuran dalam Pit (Sump)


Sump merupakan tempat pengumpulan air sementara di dalam pit. Letak
sump akan berubah, sesuai dengan kemajuan tambang. Pada prinsipnya sumuran
diletakkan pada lantai tambang (floor) yang paling rendah, jauh dari aktivitas
penggalian nikel, jenjang disekitarnya tidak mudah longsor, dekat dengan kolam
pengendapan, mudah untuk dibersihkan.
Dimensi sump dirancang dengan asumsi debit tiap sump disesuaikan
dengan debit yang masuk kedalam pit per jam, umur sump 4 jam, dengan tinggi
sump 6 meter, maka luas minimal sump setiap tahun diperhitungkan pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 1.11. Luas Rencana Sump Setiap Tahun

Pompa
Salah satu komponen penting dalam membuat rancangan pengaliran air
tambang adalah memilih dan menentukan jumlah pompa. Karena keberhasilan
mengatasi air tambang selain tergantung pada ketepatan perhitungan jumlah air
tambang, dimensi dan letak rancangan saluran pengaliran, juga kapasitas dan jumlah
pompa yang dipakai. Kapasitas dan jumlah pompa umumnya ditentukan berdasarkan
debit pompa, kemampuan mengatasi head (total head), daya dan harga. Spesifikasi
pompa dipilih agar dapat mengatasi debit air yang masuk ke sump rata-rata sebesar
909 m3/jam. Sehingga akan dipilih pompa Multiflo MfVC 240 yang berkapasitas 900
m3/jam, dan mampu mengatasi head > 65 meter. Jumlah pompa yang dibutuhkan
pada kegiatan penambangan di daerah rencana bukaan Blok PT. KBM sebanyak 1
Unit pompa setiap Tahun, karena debit sedikit lebih besar dari kapasitas pompa,
maka disiapkan 1 Unit pompa cadangan.

Rancangan Kolam Pengendapan Lumpur (Settling Pond)


Air hasil pemompaan dari dalam tambang masih bercampur dengan partikel
halus (lumpur). oeh karenanya sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan dalam
menjaga kualitas air permukaan, maka air tambang tersebut akan dialirkan ke kolam
pengendapan lumpur sebelum masuk ke perairan umum (sungai). Dalam merancang
kolam pengendapan terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan, antara
lain ukuran dan bentuk butiran padatan, kecepatan aliran, persen padatan, dsb. Hal
ini perlu dilakukan agar kolam pengendapan hasil rancangan dapat digunakan secara
optimal. Bentuk kolam pengendapan umumnya hanya digambarkan secara
sederhana, berupa kolam berbentuk empat persegi panjang. Padahal, sebenarnya
bentuk kolam pengendapan bermacam-macam tergantung dari kondisi lapangan dan

PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 32
Provinsi Sulawesi Tengah
keperluannya. Kolam pengendapan yang dibuat agar dapat berfungsi lebih efektif,
harus memenuhi beberapa persyaratan teknis, seperti :
a. Sebaiknya bentuk kolam pengendapan dibuat berkelok-kelok (zig-zag, lihat
Gambar 4.10) agar kecepatan aliran lumpur relatif rendah, sehingga partikel
padatan cepat mengendap.
b. Geometri kolam pengendapan harus disesuaikan dengan ukuran Back hoe yang
biasanya dipakai untuk melakukan perawatan kolam pengendapan, seperti
mengeruk lumpur dalam kolam, memperbaiki tanggul kolam, dsb.

Gambar 1.16. Bentuk Kolam Pengendapan Yang Memenuhi Syarat Teknis

Mengingat daerah penambangan relatif dekat Sungai, maka disamping


dimensi kolam pengendapan, perlu perhatian dan lebih hati-hati dalam menentukan
lokasi kolam pengendapan. Hal ini perlu dilakukan agar kolam pengendapan aman
(tidak kebanjiran) dan dapat berfungsi secara optimal terutama pada musim
penghujan. Untuk rencana kolam pengendapan akan dibuat seluas 200 m2 dengan
kedalaman antara 5 – 6 meter

e. Reklamasi dan Revegetasi


Reklamasi dan revegetasi lahan bekas penambangan, akan dilakukan setelah
operasional penambangan pada suatu blok penambangan selesai. Pekerjaan ini
bertujuan untuk mengembalikan daya dukung lingkungan seperti sedia kala atau
ibentuk baru yang lebih menguntungkan.
PT. Kencana Bumi Mineral membuat rencana program reklamasi pada area
terganggu selama penambangan berlangsung untuk 5 tahun pertama.
Penambangan akan dimulai rencana tahun 2017 dan selesai tahun 2021.
Sedangkan area yang belum direklamasi setelah tambang selesai akan direklamasi
secepat mungkin. ..

 Lahan dan luasan yang akan direklamasi


Luasan yang akan direklamasi selama sepuluh tahun penambangan
berlangsung meliputi :

1) Lahan Bekas Tambang


Lokasi bekas tambang yang akan direklamasi pada 5 tahun pertama
adalah 268,4 Ha, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 33
Provinsi Sulawesi Tengah
Tabel 1.12. Rencana Reklamasi 5 Tahun Pertama

2) Jalan Tambang Dan Non Tambang Yang Tidak Di Gunakan Lagi


Jalan tambang yang sudah tidak digunakan lagi selama penambangan
di area PT. Kencana Bumi Mineral merupakan Ramp atau jalan dari ROM
(Run Off Mine) menuju stockyard atau disposal area. Umur tambang
diperkirakan selama 10 tahun dan akan direklamasi pada pasca tambang
selesai aktivitas penambangan sekitar pada tahun 2026.

Teknik yang digunakan dalam reklamasi yakni meliputi :


 Penataaan lahan terhadap lahan yang akan direklamasi dengan
memperhatikan kemiringan lereng terhadap erosi permukaan lahan dan
drainasenya.
 Penyebaran tanah pucuk di lahan yang sudah selesai penataannya.
Lapisan tanah pucuk diambil lapisan tanah pucuk (topsoil) setebal ± 20-50 cm
langsung dari tambang atau lokasi timbunan khusus yang terpisah.
 Penyebaran cover crop seperti Centrosema Sp, Calopogonium muconoides,
Prueraria javanica agar selama revegetasi, mengurangi pengikisan akibat
erosi.
 Pembutan lubang tanam untuk jarak tanam yakni 4 x 4 meter
 Dilakukan revegetasi dengan penanaman pada lubang tanam dengan
tanaman-tanaman yang telah berumur 4 bulan yang diambil dari area
pembibitan.
 Pemeliharaan dan pemantauan tanaman yang dilakukan mencaku
pemupukan dasar dengan pupuk alami dan buatan (kimia) secara berkala.

3) Reklamasi Bekas Settling Pond


Reklamasi pada lahan bekas kolam settling pond dan bekas jalan
tambang dilakukan pada tahap terakhir setelah reklamasi yang lain dilakukan.
Berdasarkan kebutuhan yang ada total area yang akan ditata dan
direvegetasi pada program reklamasi adalah sebesar 0,3 Ha posisi dari
Settling pond untuk awal kegiatan penambangan dibuat sebanyak 2 Unit yang
berada pada area antara disposal dandan Stockpile. Hal yang sangat
diperhatikan ketika reklamasi pada bekas kolam pengendapan adalah
bagaimana perlakuan terhadap sedimen yang masih tersisa pada kolam.
Menjaga agar sedimen sisa tidak akan mempengaruhi kondisi air tanah dan
air permukaan disekitarnya adalah hal yang perlu diperhatikan. Sedimen yang
masih tersisa di kolam akan diisolasi terlebih dahulu sebelum direklamasi.
Isolasi terhadap sedimen dilakukan dengan cara menempatkan batu lempung
pada bagian atas dan bawah sedimen. Isolasi ini bertujuan untuk menghindari
PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 34
Provinsi Sulawesi Tengah
kontak langsung material sedimen dengan air dan dinding kolam sekitar.
Penimbunan tanah penutup dilakukan setelah penimbunan lempung.
Revegetasi dilakukan setelah penataan top soil pada bagian atasnya.

 Sumber material pengisi


Bahwa sesuai dengan rencana, melakukan pengisian kembali lubang
bekas tambang dengan penggunaan kembali lapisan tanah penutup. Tanah
penutup Overburden dan Top Soil.

 Revegetasi lahan bekas tambang


Revegetasi yaitu berupa penanaman kembali pohon pada lokasi
reklamasi. Tujuan revegatasi adalah mengembalikan fungsi ekosistem lahan
dengan pengadaan fungsi hutan dan untuk mepertahankan kestabilan lereng
pada lokasi bersangkutan. Revegetasi akan dilakukan pada lahan bekas
tambang, area timbunan waste permanent, bekas jalan tambang dan bekas
kolam pengendapan (settling pond) serta bekas area timbunan sementara
tanah penutup adalah fase akhir dari kegiatan reklamasi. Revegetasi
merupakan upaya yang kompleks dan harus dilakukan secara integral sesuai
urutan-urutan pelaksanaannya agar mendapatkan hasil yang maksimal.
Revegetasi diharapkan dapat mencegah terjadinya erosi dan run off,
memperbaiki infiltrasi air tanah, menyediakan kembali habitat flora dan fauna
setempat, menjaga kelembaban iklim mikro pada daerah tersebut. Selain hal
yang disebut di atas, keindahan dan meningkatnya produktifitas lahan pasca
revegatasi merupakan bagian dari target keberhasilan revegetasi. Tahapan-
tahapan kegiatan revegatasi yang dilakukan oleh PT. Kencana Bumi Mineral
adalah pembibitan, pembuatan lubang tanam penanaman dan pemeliharaan.
Jenis vegetasi yang akan ditanam berupa tanaman pioneer antara
lain sengon (Albiza falcata), lamtoro/petai cina (Leucaena leucocephala).
Selain itu diselingi dengan tanaman lainnya seperti gamelina sp, mahoni
(Swetenia mahagoni) dan tanaman buah-buahan hutan. Di samping itu akan
ditanam jenis tanaman penutup antara lain Centrosoma pubescens,
Callopogonium muconoides, Puereria javanicadan Crotallaria anagyroides.
Bibit tanaman penutup tanah dapat dipesan melalui perusahaan perkebunan
yang ada di sekitar atau memberdayakan penduduk setempat.
Pada lahan yang akan dilakukan revegetasi terlebih dulu dilakukan
penataan yaitu bagian pinggir yang memiliki kelerengan dibuat sistemk
berjenjang (teras bersambung) dengan sudut kelerengan ± 30°. Padak
permukaan bagian atas dari lahan tersebut ditaburi dengan tanah ucuk(top
soil). Penanaman akan dilakukan pada musim hujan. Penanaman tanaman
penutup tanah dilakukan segera setelah dilakukan penataan lahan, disusul
dengan penanaman tanaman pokok dengan grit berjarak 3x 4 m. Penanaman
tanaman penutup dapat dilakukan dengan sistem jalur bersambung yang
dibenamkan untuk permukaan tanah yang datar. Sedangkan untuk yang
berlereng bila memungkinkan dapat dilakukan dengan sistem lubang ataupun
jalur bersambung. Secara periodik minimal selama 3 tahun, dilakukan
pemeliharaan tanaman yang meliputi penyulaman dan pemupukan, selain itu
perbaikan sistem drainase agar tidak ada lokasi yang tergenang. Pembibitan
tanaman dilakukan secara tersendiri untuk memenuhi kebutuhan bibit dan
menjaga ketersediaan bibit.

PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 35
Provinsi Sulawesi Tengah
f. Program Pemberdayaan Masyarakat
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) atau yang lebih dikenal
sebagai Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu tindakan atau
konsep yang dilakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan perusahaan tersebut)
sebagai bentuk tanggungjawab mereka terhadap sosial/lingkungan sekitar dimana
perusahaan itu berada. CSR merupakan fenomena strategi perusahaan yang
mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan stakeholdernya. CSR timbul sejak era
dimana kesadaran akan sustainability perusahaan jangka panjang adalah lebih
penting daripada sekedar profitability. Elkington (1998)1 telah mengemas CSR ke
dalam tiga fokus: 3P, singkatan dari profit, planet dan people. Perusahaan yang
baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit). Melainkan
memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan
masyarakat (people).
Ada sejumlah unsur-unsur penting dalam comdev, yakni: partisipasi,
kerjasama, kemandirian, serta peningkatan taraf hidup masyarakat. Bagi PT.
Kencana Bumi Mineral, program CD adalah suatu program yang dikembangkan
untuk masyarakat yang terkena dampak kegiatan penambangan Nikel Pada
prinsipnya program CSR yang dikembangkan, merupakan pelengkap dari program
pembangunan yang dilakukan pemerintah maupun masyarakat itu sendiri. Oleh
karena itu, kemitraan diantara ketiganya merupakan prasyarat CSR.
Program CD ditujukan kepada masyarakat yang tekena dampak yaitu
masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi kegiatan PT. Kencana Bumi Mineral
sebagai cacatan bahwa program tersebut perlu disesuaikan dengan kemampuan PT.
Kencana Bumi Mineral dan kebutuhan masyarakat setempat .
Berdasarkan potensi sumberdaya alam dan kondisi sosial ekonomi
masyarakat, maka arah program CSR yang dapat dilakukan mencakup komponen
kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan aspek sosial ekonomi, pendidikan dan
derajat kesehatan masyarakat , pengembangan sarana dan prasarana umum, serta
lingkungan hidup yang akan dikelompokkan baik dalam program jangka pendek ,
menegah maupun program jangka panjang sesuai kemampuan perusahaan.
Alternatif jenis-jenis program CD yang dapat dilakukan oleh PT KBM meliputi
hal-hal sebagai berikut :

A. Pertanian dan Perikanan


1. Penyuluhan dan pembinaan petani .
2. Bantuan bibit atau pupuk untuk tanaman sayuran pada saat musim tanam/ hujan.
3. Bantual bibit tanaman buah dan obat-obatan untuk ditanam di lahan
pekarangan.
4. Menyesuaikan jenis tanaman untuk revegetasi dengan jenis tanaman yang
dibutuhkan masyarakat .

B. Pengadaan/rehabilitasi Sarana dan Prasarana


1. Bantuan untuk rehabilitasi atau pengadaan sarana peribadatan berupa
gereja serta musholla dan masjid.

C. Pendidikan
1. Memberi beasiswa bagi pelajar / mahasiswa berprestasi tetapi kurang mampu.
2. Bantuan buku perpustakaan, laboratorium dan alat peraga pendidikan.
3. Bantuan untuk perbaikan/rehabilitasi gedung dan pengadaan bangku sekolah.

PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 36
Provinsi Sulawesi Tengah
D. Kesehatan
1. Bantuan untuk pengadaan air bersih dengan pembuatan sumur bor atau sumber
mata air dan dialirkan ke rumah penduduk menggunakan pipa paralon
2. Perbaikan kualitas kesehatan masyarakat melalui bantuan pengobatan bekerjasama
dengan Puskesmas setempat.
3. Bantuan untuk pengadaan MCK umum.
4. Membantu penanganan vector penyakit malaria dan demam berdarah serta
pembuangan sampah.

E.Pembinaan dan Peningkatan Keterampilan Pemuda


1. Pembentukan dan pembinaan karang taruna.
2. Pengadaan lapangan olahraga dan alat-alat olahraga.
3. Pelatihan untuk pemuda-pemuda seperti pelatihan keterampilan di bidang
pengoperasian alat berat, supir, montir, elektrikal dan lain-lain.

Program–progran tersebut diatas dapat dilakukan sepanjang sesuai dengan


kemampuan perusahaan. Program-program lebih rinci akan tetap disesuaikan
berdasarkan kajian khusus kondisi desa dan sumber daya alam setempat berdasarkan
usulan masyarakat.

4.Tahap Pasca Operasi


1. Reklamasi dan Revegetasi Lanjutan
Reklamasi dan revegetasi terus dilaksanakan walaupun kegiatan operasional
tambang telah selesai. Karena reklamasi dan vegetasi merupakan kelanjutan
kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahap operasi tambang yang masih tersisa,
atau belum selesai. Pekerjaan tersebut berupa penataan timbunan dan penanaman
lahan di areal timbunan tanah penutup dan penataan bekas tambang seperti
pengaturan saluran penirisan dan penangkap sedimen dan tentunya akan
disesuaikan dengan peruntukan lahan (RTRW) Kabupaten Morowali.
2. Penanganan Tenaga kerja
Setelah kegiatan operasional pertambangan bijih nikel berakhir, maka
dilakukan pelepasan tenaga kerja. Terhadap tenaga kerja yang dilepas dilakukan
penanganan dengan cara memberikan tenggang waktu pada tenaga kerja yang akan
terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) yaitu dengan pendekatan personal pada
jauh hari sebelum PHK diberlakukan. Dengan demikian tenaga kerja yang akan
dilepas telah bersiap-siap mencari pekerjaan baru atau berwirausaha. Alternatif lain
yaitu dengan mempromosikan tenaga kerja yang berprestasi dan masih dalam usia
produktif untuk disalurkan ke proyek sejenis ditempat lain yang membutuhkan tenaga
kerja terdidik, terlatih dan berpengalaman. Selain itu dengan memberikan bimbingan
dan peluang usaha,yaitu membentuk kelompok untuk membuka lapangan kerja baru,
antara lain dengan modal bersama mendirikan usaha yang dapat menampung
tenaga kerja yang terkena PHK. Proses dan prosedur pelepasan tenaga kerja akan
dilakukan berdasarkan peraturan dan perundang-undangan ketenagakerjaan yang
berlaku.
3. Demobilisasi Peralatan
Demobilisasi alat-alat berat antara lain berrupa bulldozer, shovel dozer,
xcavator, dumptruck dan lain-lain yang sudah tidak digunakan pada tahap operasi,
akan dipindahkan untuk keluar dari tapak proyek ke lokasi lain yang membutuhkan.
Alat-alat berat yang jalannya lambat seperti bulldozer, shoveldozer, excavator dan
lain-lain akan diangkut dengan trailer, sedangkan yang dapat bergerak yaitu dump

PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 37
Provinsi Sulawesi Tengah
truck cepat tidak perlu diangkut lagi. Demobilisasi peralatan akan dilakukan terhadap
peralatan yang bergerak seperti alat-alat berat dan kendaraan pengangkut.
Peralatan tersebut akan dipindahkan/diangkut dengan menggunakan tronton dan
dikembalikan ke pemilik peralatan, dan/atau dibawah ke tempat lain dimana terdapat
kegiatan yang akan memanfaatkan peralatan tersebut.

1.1.4 Alternatif-Alternatif Yang Akan Dikaji Dalam Andal


Setelah melalui kajian secara tehnis dan ekonomis, pihak pemrakarsa tidak memiliki
pilihan alternatif yang akan dikaji dalam Amdal ini.

1.2 Ringkasan Dampak Penting Hipotetik Yang Ditelaah/Dikaji


Pada dasarnya dampak penting yang ditelaah dalam dokumen ANDAL ini
adalah sama dengan dampak-dampak hasil pelingkungan dampak hipotetis pada
dokumen Kerangka Acuan. Dampak-dampak penting yang akan ditelaah dalam
kajian ANDAL ini adalah dampak-dampak penting hipotetis dengan kronologis proses
pelingkupan hasil diskusi dan survei lapangan tahap Ke II serta dengan
menggunakan proffessional udgement.
Berdasarkan hasil studi tim AMDAL pada tahap ke II, terdapat data
pendukung yang sangat signifikan untuk menambah kedalaman kajian sebagai
berikut : 1). Terkait dengan lingkup wilayah studi (batas sosial ) yang semula hanya
Desa Bahodopi, Desa lalampu dan Desa Siombatu, maka akan ditambah Desa
Bahomakmur sebagai daerah terdampak Khusus , akibat kegiatan pengangkutan
hasil tambang; 2). Berdasarkan karakteristik jenis pekerjaan masyarakat, maka
terjadi perubahan jumlah responden dari jumlah sebelumnya masing-masing 15
responden per desa , berubah menjadi masing-masing 20 per desa. Khusus untuk
Desa bahomakmur dianggap cukup dengan hasil wawancara terhadap warga
masyarakat yang berdekatan dengan ruas jalan hauling.

Ringkasan Dampak penting hipotetik rencana kegiatan PT Kencana BumI


Mineral adalah sebagai berikut:

PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 38
Provinsi Sulawesi Tengah
Tabel 1.13. Matriks Dampak Penting Hipotetik (DPH)
PRA
KONSTRUKSI OPERASI PASCA OPERASI
KONSTRUKSI

Mobilisasi Alat Berat &

revegetasi lahan bekas

Demobilisasi Peralatan
penimbunan bijih nikel
Prasarana Penunjang
camp Beserta Sarana
Sosialisasi/Konsultasi

Kegiatan operasional

Penanganan Tenaga
Pembersihan Lahan
Penerimaan Tenaga

Penerimaan Tenaga
Pembebasan Lahan

Pengopersian Base
Pembangunan dan

Pengangkutan dan
Peningkatan Jalan
KOMPONEN KEGIATAN

Angkut (Hauling)
Kerja Konstruksi

Pembuatan dan

Reklamasi dan
penambangan
Kerja Operasi

(stockpile)

tambang
Material
Publik

Kerja
KOMPONEN
LINGKUNGAN
Ruang dan Lahan DTPH
Iklim Mikro DTPH DTPH
GEOFISIK KIMIA

Bentang Alam DTPH DTPH DPH


Kualitas Udara DPH DTPH DTPH DPH DTPH
Kebisingan DPH DTPH DTPH DPH DTPH
Hidrologi DTPH DPH DPH DPH DPH
Erosi Tanah DTPH DPH DPH DPH DPH
Kualitas Air DPH DPH DPH DPH DPH DPH
Gangguan Lalu lintas DTPH DPH DTPH
Kerusakan Jalan DTPH DTPH DTPH
Vegetasi DTPH DPH DPH DPH DPH
LOGI
BIO

Biota Perairan DPH DPH DPH DPH DPH DPH


Satwa Liar DTPH DPH DPH DPH
Sikap & Persepsi Masyarakat DPH DPH DPH DPH DPH DPH DPH
& BUDAYA
EKONOMI
SOSIAL

Kesempatan Bekerja DPH DPH DPH DPH


Kesempatan Berusaha DPH
Pendapatan Masyarakat/Daerah DTPH DPH
Proses-proses Sosial DTPH DPH DTPH DPH DTPH DPH
Sanitasi Lingkungan DPH DTPH DPH DPH
MAS
KES

Kesehatan Masyarakat DPH DPH DTPH DPH DPH DPH DTPH


Keselamatan dan Kesehatan Kerja DTPH
DPH DPH
(K3)
Keterangan : DPH = Dampak Penting Hipotetik
DTPH = Dampak Tidak Penting Hipotetik

PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 39
Provinsi Sulawesi Tengah
BAGAN ALIR DAMPAK PENTING HIPOTETIK PT. KENCANA BUMI MINERAL

PRA
KONSTRUKSI Operasi Pasca operasi
KONSTRUKSI
SUMBER DAMPAK

Pembangunan
dan
Pengopersian Pembuatan
Kegiatan Pengangkutan
Sosialisasi/ Penerimaan Mobilisasi Base camp dan Penerimaan Reklamasi dan
Pembebasan Pembersihan operasional dan penimbunan Penanganan Demobilisasi
Konsultasi Tenaga Kerja Alat Berat & Beserta Sarana Peningkatan Tenaga Kerja revegetasi lahan
Lahan Lahan penambangan bijih nikel Tenaga Kerja Peralatan
Publik Konstruksi Material Prasarana Jalan Angkut Operasi bekas tambang
(stockpile)
Penunjang (Hauling)
DAMPAK PRIMER

Keselamatan dan Gangguan Gangguan Kualitas Gangguan


Peluang Kerja dan Gangguan terhadap Gangguan Kerusakan Bahaya Gangguan
Proses-Proses Sosial kesehatan Kerja Terhadap Sanitasi Kebisingan Air (Sungai dan Terhadap
Peluang Berusaha Kualitas Udara Lalulintas Jalan Kebakaran Kuantitas
(K3) Lingkungan Laut) Vegetasi

Gangguan
Pendapatan Pendapatan Asli Erosi dan Gangguan terhadap
Kesehatan Hidrologi
SEKUNDER

Masyaraka Daerah (PAD) Sedimentasi satwa Liar


DAMPAK

Masyarakat

Gangguan
Terhadap Biota
Air

PERSEPSI MASYARAKAT

Gambar 1.17. Diagram Alir Proses Dampak penting Usaha Penambangan Bijih Nikel

PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 40
Provinsi Sulawesi Tengah
Berdasarhan uraian tersebut diatas, maka dampak-dampak penting hipotetik (DPH)
yang di hasilkan dari Rencana Kegiatan Usaha Penambangan Bijih Nikel PT. Kencana
Bumi Mineral disimpulkan sebagai berikut:
maka dapat diketahui Dampak Penting hipotetik sebagai berikut:
Tahap Pra-Konstruksi:
Sosial Budaya : Sikap dan Persepsi Masyarakat dan Proses-proses sosial
Tahap Konstruksi:
1) Geo-Fisik-Kimia : Bentang alam, Kualitas air, Kualitas Udara, Kebisingan, Hidrologi (run
off), Erosi Tanah
2) Transportasi : Gangguan lalu lintas, Kerusakan Jalan
3) Biologi : Gangguan Vegetasi, Biota Perairan, dan Satwa Liar.
4) Sosekbud : Sikap dan Persepsi Masyarakat, Kesempatan bekerja, dan proses-
proses sosial
5) Kesmas : Kesehatan Masyarakat, dan Sanitasi Lingkungan
Tahap Operasi:
1) Geo-Fisik-Kimia : Bentang alam, Kualitas Air, Hidrologi (run off), Erosi Tanah, Kualitas
Udara, Kebisingan.
2) Transportasi : Gangguan Lalu Lintas dan Kerusakan jalan
3) Biologi : Gangguan Vegetasi, Biota Perairan, dan Satwa Liar
4) Sosekbud : Kesempatan Bekerja, sikap dan Persepsi Masyarakat, Kesempatan
Berusaha, dan Proses-proses sosial.
5) Kesmas : Kesehatan Masyarakat, sanitasi lingkungan dan K3
Tahap Pasca Produksi:
1) Geo-Fisik-Kimia : Perbaikan Hidrologi (run off), Penurunan Erosi Tanah, dan Perbaikan
Kualitas Air
2) Transportasi : Gangguan Lalu Lintas
3) Biologi : Vegetasi dan Biota Perairan.
4) Sosekbud : Sikap dan Persepsi Masyarakat

1.3 Lingkup Wilayah Studi Dan Batas Waktu Kajian


1.3.1 Batas Wilayah Studi
Rencana Penambangan Bijih Nikel akan dilaksanakan di wilayah Desa Bahodopi,
Siumbatau dan Desa Lalampu Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali dengan
batas wilayah studi sebagai berikut:
a. Batas Tapak proyek
Penetapan batas proyek adalah ruang untuk melakukan rencana usaha dan/atau
kegiatan pada setiap tahapan kegiatan, yaitu tahap Prakonstruksi, tahap Konstruksi,
tahap Operasi dan Pasca Operasi. yang merupakan sumber dampak terhadap
lingkungan hidup di sekitar. Dalam hal ini batas proyek adalah batas wilayah lahan untuk
Pertambangan bijih nikel seluas 2549 ha. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar
Peta Batas Tapak Proyek (Gambar Peta Terlampir).
b. Batas Ekologis
Batas ekologis adalah ruang persebaran dampak dari kegiatan melalui media
transportasi limbah (udara dan air), proses alami yang berlangsung di dalam ruang
tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar, termasuk dalam ruang ini
adalah ruang di sekitar kegiatan yang secara ekologis memberikan dampak terhadap
kegiatan tersebut. Yang dimaksud di sini adalah ruang di sekitar rencana kegiatan
Pertambangan bijih nikel yang akan terkena dampak akibat kegiatan tersebut.
Daerah-daerah tersebut terdiri dari area hutan, dan aliran air tawar, perairan laut,
serta permukiman penduduk. Sebaran debu diperkirakan menyebar sejauh 200 m dari
PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 41
Provinsi Sulawesi Tengah
kiri-kanan pada area tapak proyek pada saat kegiatan tahap konstruksi, Operasi, dan
pasca Operasi. Kebisingan dan pencemaran udara tersebar melalui angin yang arah
dominannya adalah ke barat laut ke tenggara dan sebaliknya. Selanjutnya kegiatan
pertambangan bijih nikel menyebabkan kebisingan yang diperkirakan mencapai sejauh
200 m dari pusat kegiatan dan perubahan kualitas udara akibat emisi gas (tergantung
dari kecepatan dan arah angin yang signifikan sehingga melebihi baku mutu
diperkirakan tidak akan melebihi 1 km dari pusat kegiatan. Namun penyebaran
kebisingan dan emisi gas dari peralatan/mesin-mesin yang digunakan akan menyebar
lebih dari 500 m. Sementara sebaran dampak melalui aliran air akan sangat tergantung
dari debit badan air penerima, diperkirakan akan mencapai 2 km ke arah hilir untuk
aliran yang kecil dan tidak akan lebih dari 2 km dari aliran air sungai besar; sedangkan
penyebaran dampak tidak menimbulkan penurunan kualitas air yang signifikan di
perairan laut. (Gambar Peta Terlampir).
c. Batas Sosial
Batas sosial adalah ruang di sekitar rencana kegiatan yang merupakan tempat
berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu
yang sudah mapan (termasuk sistem dan struktur sosial), sesuai dengan proses
dinamika sosial suatu kelompok masyarakat yang diperkirakan akan mengalami
perubahan mendasar akibat rencana pertambangan bijih Nikel. Interaksi sosial dibatasi
berupa wilayah dusun /kampung atau permukiman terdekat dari lokasi kegiatan. Juga
merupakan batas social menurut lingkup kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya
masyarakat. yang merupakan daerah pemukiman penduduk dan berhubungan erat
dengan kegiatan ekonomi atau mata pencaharian masyarakat seperti petani, pedagang
dan jasa yang terdapat di sekitar wilayah kegiatan PT. Kencana Bumi Mineral.
Batas sosial kegiatan pertambangan adalah pemukiman penduduk Desa
Bahodopi Siumbatau, Lalampu dan secara tehnis sebagian pemukiman penduduk
Desa Bahomakmur sebagai desa yang yang terkena dampak akibat penggunaan jalan
hauling untuk pengangkutan Hasil Tambang.
d. Batas Administratif
Batas administratif adalah batas wilayah menurut lingkup kegiatan sosial ekonomi
dan sosial budaya masyarakat disekitar daerah kegiatan. Daerah tersebut khususnya
meliputi Desa bahodopi, Siumbatau, dan Desa Lalampu Kecamatan Bahodopi,
Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah yang merupakan daerah pemukiman
penduduk dan berhubungan erat dengan kegiatan ekonomi atau mata pencaharian
masyarakat seperti petani, pedagang dan jasa yang terdapat di sekitar wilayah kegiatan
PT. Kencana Bumi Mineral.
e. Batas Ruang Lingkup Wilayah Studi ANDAL
Wilayah studi merupakan gabungan dari batas daerah kegiatan, batas
ekologis, batas sosial, dan administratif dengan memperhatikan batas teknis yang
merupakan batas kemampuan teknis dalam melakukan kegiatan pengamatan dan
pengambilan contoh yang tergantung antara lain pada keadaan medan, cuaca,
komunikasi, transportasi, keterbatasan dana, waktu, tenaga dan metoda penelitian
yang dapat diterapkan.

1.3.2 Pelingkupan Waktu Kajian


Batas waktu kajian Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) ditetapkan
berdasarkan pertimbangan batasan waktu pelaksanaan rencana kegiatan
pertambangan bijih Nikel, dalam hal ini meliputi tahap pra konstruksi dan tahap
konstruksi selama 2 tahun, tahap Operasi selama 10 tahun. Dengan
mempertimbangkan kegiatan reklamasi lahan bekas tambang termasuk pemantauan

PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 42
Provinsi Sulawesi Tengah
perkembangan pertumbuhan ekosistem lahan bekas kegiatan selama jangka waktu 2
tahun, maka batas waktu kajian studi ini ditetapkan selama ±15 tahun atau sampai
Tahun 2033.
Prakiraan dampak membandingkan kondisi komponen lingkungan dengan
kegiatan (with project) dengan kondisi tanpa kegiatan (without project) pada tahun
prakiraan tersebut.

Tabel 1.14. Batas Waktu Kajian


Rentang
No. Dampak yang Akan Terjadi Parameter Waktu
(bln/thn)
1. Tahap Pra Konstruksi
a. Perubahan persepsi Jumlah masyarakat yang berpersepsi positif dan 6 bln
masyarakat negatif terhadap rencana kegiatan sebelum
dimulainya kegiatan Konstruksi
2. Tahap Konstruksi
a. Perubahan kualitas air Padatan tersuspensi (TSS), padatan terlarut 24 bln
permukaan (TDS), kekeruhan, DO, BOD5, COD, pH
b. Gangguan kehidupan biota Populasi dan keragaman jenis biota air 24 bln
perairan
c. Gangguan lalu lintas Kemacetan dan kecelakan lalu lintas 24 bln
d. Terbukanya kesempatan Jumlah masyarakat yang memperoleh 24 bln
kerja dan kesempatan kesempatan kerja, upah tenaga kerja, jumlah
berusaha usaha informal
e. Peningkatan pendapatan Besarnya peningkatan pendapatan masyarakat 24 bln
f. Gangguan Proses Sosial Jumlah atau kejadian konflik sosial di dalam 24 bln
masyarakat yang diakibatkan oleh kegiatan
perusahaan pada tahap konstruksi
g. Perubahan persepsi Jumlah masyarakat yang berpersepsi 24 bln
masyarakat negatif/positif, jumlah masyarakat yang resah,
konflik sosial
h. Penurunan kesehatan Jenis penyakit, sumber penyakit, jumlah 24 bln
masyarakat masyarakat yang menderita sakit
i. Sanitasi lingkungan 1) Jenis penyakit, sumber penyakit, dan jumlah 24 bln
masyarakat yang menderita sakit akibat
buruknya sanitasi lingkungan,
2) Ketersediaan tempat sampah dan MCK di
area bsecamp yang memadai
3) Pengelolaan sampah dan limbah dilakukan
sesuai dengan peraturan yang berlaku
j. Keselamatan Dan Meminimalisir tingkat kecelakaan kerja yang 24 bln
Kesehatan Kerja (K3) terjadi sekecil mungkin
3. Tahap Operasi Produksi
a. Perubahan kualitas udara Partikel debu, Gas NOx, SOx, CO dan CO2 dan Pb 10 thn
b. Kebisingan Tingkat kebisingan 10 thn
c. Perubahan kualitas air Padatan tersuspensi (TSS), padatan terlarut 10 thn
permukaan (TDS), kekeruhan, DO, BOD5, COD, pH
d. Gangguan lalulintas Kemacetan dan kecelakan lalu lintas 10 thn
e. Kerusakan jalan Tingkat kerusakan jalan rendah 10 thn
f. Terbukanya kesempatan Jumlah masyarakat yang memperoleh 10 thn
kerja dan kesempatan kesempatan kerja, upah tenaga kerja, jumlah
berusaha usaha informal.
g. Peningkatan pendapatan Besarnya peningkatan pendapatan masyarakat 10 thn
h. Pendapatan Daerah Besarnya peningkatan pendapatan daerah/tingkat 10 thn
perkembangan ekonomi lokal
i. Gangguan Proses Sosial Jumlah atau kejadian konflik sosial di dalam 10 thn
masyarakat yang diakibatkan oleh kegiatan
perusahaan pada tahap konstruksi
j. Perubahan persepsi Jumlah masyarakat yang berpersepsi 10 thn
masyarakat negatif/positif, jumlah masyarakat yang resah

PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 43
Provinsi Sulawesi Tengah
Rentang
No. Dampak yang Akan Terjadi Parameter Waktu
(bln/thn)
k. Keselamatan Dan Meminimalisir tingkat kecelakaan kerja yang 10 thn
Kesehatan Kerja (K3) terjadi sekecil mungkin
k. Penurunan kesehatan Jenis penyakit, sumber penyakit, jumlah 10 thn
masyarakat masyarakat yang menderita sakit
4. Tahap Pasca Produksi
a. Hidrologi Run off yang terjadi dibawah aliran permukan 2 thn
yang diperbolehkan
b. Erosi dan sedimentasi Tingkat bahaya erosi dibawah erosi yang ditolerir 2 thn
c. Perbaikan kualitas air Padatan tersuspensi (TSS), padatan terlarut 2 thn
permukaan (TDS), kekeruhan, DO, BOD5, COD, pH
d. Gangguan lalulintas Kemacetan dan kecelakan lalu lintas 2 thn
e. Keanekaragaman vegetasi Tingkat keanekaragaman dan indeks nilai penting 2 thn
vegetasi sedang sampai baik
f. Gangguan kehidupan biota Populasi dan keragaman jenis biota air 2 thn
perairan
g. Persepsi Masyarakat Jumlah masyarakat yang berpersepsi 2 thn
negatif/positif, jumlah masyarakat yang resah
akibat penutupan tambang

PENDAHULUAN
Rencana Penambangan Bijih Nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali I - 44
Provinsi Sulawesi Tengah
PETA RENCANA REKLAMASI TAHUN PERTAMA PETA RENCANA REKLAMASI TAHUN KEDUA PETA RENCANA REKLAMASI TAHUN KETIGA

PETA RENCANA REKLAMASI TAHUN KEEMPAT PETA RENCANA REKLAMASI TAHUN KELIMA PETA RENCANA REKLAMASI TAHUN KEENAM

PETA RENCANA REKLAMASI TAHUN KETUJUH PETA RENCANA REKLAMASI TAHUN KEDELAPAN PETA RENCANA REKLAMASI TAHUN KESEMBILAN

PETA RENCANA REKLAMASI TAHUN KESEPULUH

PETA RENCANA REKLAMASI TAMBANG PT. KENCANA BUMI MINERAL TAHUN PERTAMA SAMPAI TAHUN KESEPULUH
2.1 KOMPONEN LINGKUNGAN TERKENA DAMPAK PENTING
2.1.1 Komponen Geo-Fisik-Kimia
2.1.1.1 Iklim
Areal lokasi studi memiliki dua musim, yaitu musim panas dan musim hujan.
Berdasarkan data iklim yang diperoleh dari PT. Bintang Delapan Mineral di Kecamatan
bahodopi Kabupaten Morowali, Jumlah curah hujan 2818.48 mm/tahun dengan jumlah
hari hujan rata-rata 10 hari hujan/bulan. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Juli
dengan rata-rata curah hujan 484,08 mm/bulan dengan rata-rata 16 hari hujan, curah
hujan terendah terjadi pada bulan September dengan rata-rata curah hujan 20,42
mm/bulan dengan 1 hari hujan. temperatur minimumnya berkisar antara 22.30 °C -
23.10 °C. Sedangkan temperatur rata-rata bulanan berkisar antara 28.30 °C - 29.40
°C. Kelembaban udara (RH) rataan bulanan di kawasan ini berkisar antara 78 - 85 %,
dengan angka kelembaban tahunannya sebesar 80 %. Berdasarkan data hujan
selama periode pengamatan 4 tahun terakhir, areal studi dan kawasan sekitarnya
termasuk ke dalam tipe iklim C menurut Schmidt & Ferguson.

Gambar 2.1. Grafik Curah Hujan Kecamatan Bahodopi dan Sekitarnya


Kabupaten Morowali Tahun 2012-2015

2.1.1.2 Kualitas Udara dan Kebisingan


a) Kualitas Udara
Masuknya polutan ke dalam udara selalu menyebabkan perubahan kualitas udara.
Walau demikian, masukan polutan tersebut tidak selalu dapat menyebabkan
pencemaran udara. Pencemaran udara terjadi jika masukan polutan menyebabkan mutu
udara turun sampai ke tingkatan yang menyebabkan fungsinya terhambat. Misalnya,
sampai ke tingkatan di mana kesehatan manusia terganggu, atau lingkungan tidak
berfungsi sebagaimana mestinya.
Data hasil pengujian kualitas udara ambien di lokasi proyek yang kemungkinan
sebagai sumber dampak perubahan kualitas udara dan daerah pemukiman yang
kemungkinan menjadi objek penerima dampak, menunjukkan bahwa udara ambien
masih baik yang ditunjukkan oleh nilai parameter uji masih di bawah baku mutu yang
ditetapkan.

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 1
Provinsi Sulawesi Tengah
Tabel 2.1. Hasil Analisis Kualitas Udara Ambien di Lokasi Proyek
Hasil
Baku
No Parameter Satuan Lokasi Lokasi Lokasi Mutu
Proyek Pemukiman Pemukiman
3 *)
1 Sulfur Dioksida, SO2 μg/Nm 49,7 37,9 46,7 900
3 *)
2 Karbon Monoksida, CO μg/Nm <1.145,2 <1.145,2 <1.145,2 30.000
3 *)
3 Nitrogen Dioksida, NO2 μg/Nm 25,28 31,2 25,82 400
3 *)
4 Oksidan, O3 μg/Nm 59,4 41,6 48,2 235
3 *)
5 Timbal, Pb μg/Nm <0,005 <0,005 <0,005 2
3 *)
6 Partikulat Debu, TSP μg/Nm 59 52 39,5 230
Baku mutu *) Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran
Udara. (Lampiran - Baku Mutu Udara Ambien Nasional).
Sumber: Laboratorium Penguji PT. BMT Asia Pasific Indonesia, 2017

Untuk penentuan tingkat kedalaman yang dibutuhkan yang dapat mempengaruhi


tingkat prioritas dari dampak penting hipotetik, maka hasil analisis kualitas udara ambien
di wilayah studi dijadikan sebagai rona dasar kualitas udara (background concentration).
Uraian secara detail kondisi parameter kualitas udara tersebut sebagai berikut:
Polutan gas sulfur dioksida (SO2) kadarnya yakni 49,7 μg/Nm3 di lokasi rencana
proyek, di lokasi pemukiman Desa Fatufia 37,9 μg/Nm3 dan di lokasi pemukiman Desa
Bahomakmur 46,7 μg/Nm3. Baku mutu gas SO2 di udara ambien adalah 900 μg/Nm3.
Hal ini berarti kadar polutan yang ada di udara ambien belum sampai pada tingkat yang
dapat berdampak terhadap lingkungan seperti gangguan saluran pernafasan, kerusakan
vegetasi dan perubahan keasaman air hujan. Sumber utama gas tersebut diperkirakan
dari asap kendaraan bermotor. Gas SO2 adalah gas yang tidak berwarna dan berbau
tajam. Sifat pengaruh dampak pencemaran SO2 bersifat negatif. Sulfur dioksida di udara
stabil dalam beberapa hari pada kondisi udara kering, sedangkan pada kondisi
kelembaban tinggi SO2 terikat pada uap-uap air. Gas SO2 yang bersifat reaktif akan
membentuk amonium sulfat dan dalam beberapa waktu akan membentuk aerosol H2S04
dan akhirnya dapat menjadi hujan asam.
Hasil analisis gas karbon monoksida (CO) menunjukkan kadarnya relatif kecil di
seluruh lokasi pengambilan sampel karena lebih kecil dari batas pelaporan alat/metode
uji yang digunakan (<1.145,2 μg/Nm3). Baku mutu CO yakni 30.000 μg/Nm3. Sumber
utama gas CO di wilayah studi diperkirakan dari kegiatan transportasi. Sifat pengaruh
dampak pencemaran CO bersifat negatif. Senyawa gas CO tidak berbau, tidak berasa
dan pada temperatur udara normal berbentuk gas tidak berwarna. Konsentrasi rendah
dapat menyebabkan pusing-pusing dan keletihan, konsentrasi tinggi dapat
menyebabkan kematian. Senyawa itu dapat mengikat Hb darah menjadi Hb-CO,
sehingga kandungan Hb darah pembawa oksigen yang diperlukan tubuh manusia
menjadi berkurang.
Hasil pengukuran gas NO2 menunjukkan kadar 25,28 μg/Nm3 di lokasi rencana
proyek, 31,2 μg/Nm3 di lokasi pemukiman Desa Fatufia dan 25,82 μg/Nm3 di lokasi
pemukiman Desa Bahomakmur. Baku mutu gas NO2 di udara ambien tidak melebihi
400 μg/Nm3. Sifat pengaruh dampak pencemaran NO2 bersifat negatif. Gas ini berwarna
coklat kemerahan dan berbau tajam. Terutama berasal dari proses pembakaran bahan
bakar fosil, seperti bensin, batubara dan gas alam. NO2 bisa berasal dari oksidasi
dengan kandungan N dalam bahan bakar dan juga oksidasi dengan N udara karena
panas. NO2 bersifat racun terutama terhadap paru. Paru-paru yang terkontaminasi
dengan gas NO2 akan mengalami pembengkakan. Pada konsentrasi NO2>100 ppm
kebanyakan hewan akan mati.
Hasil pengukuran gas oksidan (ozon) kadarnya yakni 59,4 μg/Nm3 di lokasi rencana
proyek, di lokasi pemukiman Desa Fatufia 41,6 μg/Nm3 dan di lokasi pemukiman Desa
Bahomakmur 48,2 μg/Nm3. Baku mutu oksidan O3 adalah 235 μg/Nm3. Hal ini berarti
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 2
Provinsi Sulawesi Tengah
kadar polutan yang ada di udara ambien belum sampai pada tingkat yang dapat
berdampak terhadap lingkungan seperti gangguan pada sistem pernafasan, serangan
jantung dan kematian. Di lapisan stratosfer, keberadaan ozon sangat dibutuhkan untuk
‗menyelimuti‘ permukaan bumi dari radiasi sinar ultraviolet.
Hasil pengukuran kadar partikulat debu (TSP) menunjukkan kadar 59 μg/Nm3 di
lokasi rencana proyek, 52 μg/Nm3 di lokasi pemukiman Desa Fatufia, dan 39,5 μg/Nm3
di lokasi pemukiman Desa Bahomakmur. Baku mutu partikulat debu (TSP) adalah 230
μg/Nm3. Sifat pengaruh dampak pencemaran partikulat bersifat negatif. Partikulat adalah
bahan padat atau cair yang melayang-layang di udara dengan ukuran butir antara 0,002
mikron sampai 500 mikron. Partikulat ini dapat berada di udara dari beberapa detik
sampai beberapa bulan lamanya, tergantung dari besar butir dan kecepatan angin.
Partikulat dengan ukuran kurang dan 100 mikron dapat tetap tersuspensi untuk jangka
waktu yang cukup lama dan bergerak dengan mobilitas atmosferik untuk jarak yang
jauh, tetapi dapat juga dapat terkoagulasi, membentuk ukuran yang lebih besar sehingga
cenderung mengendap. Partikulat mengganggu saluran pernafasan bagian atas dan
menyebabkan iritasi.
Hasil pengukuran kadar Timbal (Pb) menunjukkan kadar relatif kecil di seluruh lokasi
pengambilan sampel karena lebih kecil dari batas pelaporan alat/metode uji yang
digunakan (<0,005 μg/Nm3). Baku mutu Pb di udara ambien yang diperkenankan
maksimum 2 μg/Nm3. Logam Pb merupakan salah satu bahan aditif untuk meningkatkan
mutu bensin kendaraan bermotor. Sifat pengaruh dampak pencemaran Pb bersifat
negatif. Ferguson (1991), menyebutkan bahwa partikel Pb yang dikeluarkan asap
kendaraan bermotor berukuran 0,08 – 1,00 µm dengan masa tinggal (resident time) di
udara selama 4 – 40 hari dan dapat disebarluaskan oleh angin sejauh 100 - 1000 km
dari sumbernya. Namun hal ini juga sangat dipengaruhi oleh cuaca. Akumulasi timbal
pada tubuh manusia akan menimbulkan efek keracunan yang hebat.
b) Kebisingan
Hasil pengukuran kebisingan (noise) di lokasi rencana proyek 47 dBA, pada lokasi
pemukiman Desa Fatufia 49 dBA dan pada lokasi pemukiman Desa Bahomakmur 48
dBA. Hasil pengukuran tersebut menunjukkan bahwa kebisingan di lokasi pengukuran
masih di bawah baku tingkat kebisingan berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup No. Kep-48/MENLH/11/ 1996 tentang baku tingkat kebisingan. Baku tingkat
kebisingan untuk kawasan industri yaitu 70 dBA.

Gambar 2.2. Sampling udara ambien dan kebisingan di wilayah studi

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 3
Provinsi Sulawesi Tengah
2.1.1.3 Hidrologi dan Kualitas Air
1) Hidrologi
Keadaan hidrologis di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali terdiri atas
sumber-sumber air yang berasal dari air tanah, air permukaan, dan curah hujan.
Sebagai daerah yang mempunyai permukaan bergunung-gunung, air tanah pada
umumnya diperoleh dari mata air di pegunungan, yang memiliki berbagai jenis flora dan
pepohonan yang kondisinya masih cukup rapat.
Secara umum kuantitas air, terutama air permukaan di wilayah studi cukup baik. Hal
ini didukung oleh berbagai jenis flora dan pepohonan yang kondisnya masih cukup
rapat, serta beberapa sungai-sungai utama kondisi pengaliran airnya sepanjang tahun.
Selain itu, terdapat pula beberapa anak sungai yang kondisi pergalirannya dipengaruhi
oleh musim. Pola aliran air sungai di wilayah studi, yaitu mengikuti aliran dendritik.
Berdasarkan hasil interpretasi peta rupa bumi dan hasil survei di lapangan
menunjukkan lokasi studi masuk dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Nikolango dan
Daerah Alran Sungai (DAS) Bahodopi. Kedua sungai tersebut memiliki pola drainase
(jaringan aliran sungai) menyerupai percabangan pohon (dendritic). Pola drainase
mempunyai peranan yang sangat menentukan terhadap besarnya debit puncak dan
lama waktu berlangsungnya debit puncak suatu DAS.
Berdasarkan asal pembentukannya, kedua sungai yang ada di wilayah studi
diklasifikasikan sebagai sistem aliran influent. Sistem aliran sungai influent adalah
sistem aliran yang memasok (memberi masukan) air tanah. Hal ini menjadi perhatian
khusus bagi pihak yang ingin melakukan kegiatan karna apabila ada senyawa pencemar
yang dibuang ke sungai tanpa melalui treatment terlebih dahulu atau teatment kurang
baik, maka kemungkinan senyawa pencemar tersebut dapat mencemari air tanah di
sekitar sungai tempat pembuangan limbah. Sehingga kegiatan tersebut dapat
mencemari sumur-sumur penduduk.
Hasil perhitungan run-off dengan kondisi rona awal Kondisi rona awal adalah sebagai
berikut:
Catchment area (daerah tangkap hujan) untuk areal prospek penambangan dari total
seluruh wilayah eksplorasi: 638 hektar
 Intensitas curah hujan pada periode tahun 2012-2015 : 3,262 mm/jam
 Koefisien run off lahan sebelum adanya rencana kegiatan = 0,21 Koefisien run off
pada saat pelaksanaan konstruksi = 1,0
 Debit run off dari tapak proyek sebelum adanya rencana kegiatan =Besarnya
debit air permukaan Q = 0,00278 C.I.A
Q = 0,00278 x 0,21 x 3,262 x 638 = 1,22 m3/detik
 Debit run off dari tapak proyek pada saat konstruksi =
Q = 0,00278 x 1,0 x 3,262 x 638 = 5,79 m3/detik
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, kegiatan pembukaan lahan pada tahap
konstruksi diperkirakan akan meningkatkan debit air larian dari 1,22 m3/detik menjadi
5,79 m3/detik. Debit ini juga akan terus meningkat seiring bertambahnya tutupan kedap
air selama pengerjaan konstruksi sampai seluruh areal lokasi penambangan direklamasi.
Oleh karena itu besaran dampak diperkirakan bersifat negatif dan besar
2) Kualitas Air
a) Kualitas Air Sungai
Studi AMDAL didahului dengan perihal bagaimana mendapatkan informasi
pelengkap mengenai wilayah yang dipelajari termasuk diantaranya rona awal kualitas air
sungai yang ada di wilayah studi maupun kegiatan/aktivitas disekitarnya yang perlu
dicermati. Dengan informasi yang di dapat dan dilengkapi dengan informasi
ketersediaan dan pemanfaatan air sungai oleh penduduk maka air sungai sebagai obyek
yang berpotensi menerima dampak dapat dipelajari.

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 4
Provinsi Sulawesi Tengah
Tabel 2.2. Hasil pengujian kualitas air sungai di wilayah studi
Hasil Analisis Baku Mutu
Sungai Sungai Sungai Sungai
No Parameter Satuan Sungai
Parajompi Parajompi Bangkulango Bangkulango Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV
Lalampu
(Hulu) (Hilir) (Hulu) (Hilir)
Fisika
1 Temperatur C 27,0 27,9 28,1 28,4 28,5 deviasi 3 deviasi 3 deviasi 3 deviasi 5
Padatan terlarut
2 mg/L 178 220 310 270 230 1000 1000 1000 1500
total, TDS
Padatan
3 tersuspensi total, mg/L 35 25 22 25 34 50 50 400 400
TSS
Kimia Anorganik
1 pH - 7,38 7,56 7,60 7,87 6-9 6-9 6-9 5- 9
7,89
Kebutuhan Oksigen
2 mg/L 5,30 11,42 7,34 3,26 9,38 2 3 6 12
Biokimia, BOD5
Kebutuhan Oksigen
3 mg/L 18,5 23,5 18,95 21,2 20,1 10 25 50 100
Kimiawi, COD
Oksigen Terlarut,
4 mg/L 6,3 5,8 5,75 5,8 4,55 ≥6 ≥4 ≥3 0
DO
5 Total Fosfat (P) mg/L 0,08 0,08 0,25 0,05 0,12 0,2 0,2 1 5
6 Nitrat (NO3-N) mg/L 0,92 <0,08 0,12 0,15 1,34 10 10 20 20
7 Amonia, NH3-N mg/L <0,1 <0,1 0,07 <0,1 0,25 0,5 (-) (-) (-)
8 Arsen, As mg/L <0,002 <0,002 <0,002 <0,002 0,002 0,05 1 1 1
9 Kobal, Co mg/L <0,04 <0,04 <0,04 <0,04 0,053 0,2 0,2 0,2 0,2
10 Barium, Ba mg/L 2,26 2,365 3,8 3,8 2,612 1 (-) (-) (-)
11 Boron, B mg/L 0,35 0,327 0,35 2,54 0,065 1 1 1 1
12 Selenium, Se mg/L 0,0032 0,003 0,003 0,003 0,004 0,01 0,05 0,05 0,05
13 Kadmium, Cd mg/L <0,002 0,02 0,002 0,003 0,013 0,01 0,01 0,01 0,01
Kromium
14 mg/L <0,01 0,023 0,03 0,01 0,02 0,05 0,05 0,05 0,01
heksavalensi, Cr(VI)
15 Tembaga, Cu mg/L <0,002 <0,007 <0,007 <0,001 0,016 0,02 0,02 0,02 0,2
16 Besi, Fe mg/L 0,03 <0,03 <0,3 <0,03 0,03 0,3 (-) (-) (-)
17 Timbal, Pb mg/L <0,02 <0,02 <0,02 <0,02 <0,02 0,03 0,03 0,03 1
18 Mangan, Mn mg/L 0,127 0,132 0,127 0,131 <0,01 0,1 (-) (-) (-)
19 Raksa, Hg mg/L <0,0002 <0,0002 <0,0002 <0,0002 <0,0002 0,001 0,002 0,002 0,005
20 Seng, Zn mg/L <0,008 <0,008 <0,008 <0,008 <0,008 0,05 0,05 0,05 2
-
21 Klorida, Cl mg/L 8,17 22,46 16,34 18,38 12,25 600 (-) (-) (-)
-
22 Sianida, CN mg/L <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 0,01 0,02 0,02 0,02 (-)
-
23 Fluorida, F mg/L 0,06 0,088 0,29 0,21 0,65 0,5 1,5 1,5 (-)
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 5
Provinsi Sulawesi Tengah
Hasil Analisis Baku Mutu
Sungai Sungai Sungai Sungai
No Parameter Satuan Sungai
Parajompi Parajompi Bangkulango Bangkulango Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV
Lalampu
(Hulu) (Hilir) (Hulu) (Hilir)
24 Nitrit (NO2-N) mg/L <0,01 <0,01 <0,01 0,005 0,02 0,06 0,06 0,06 (-)
2-
25 Sulfat, SO4 mg/L 5,75 22,47 13,45 23,14 11,3 400 (-) (-) (-)
26 Klorin bebas, Cl2 mg/L 0,02 <0,02 <0,02 <0,02 0,03 0,03 0,03 0,03 (-)
Hidrogen Sulfida,
27 mg/L <0,001 <0,001 <0,001 0,002 <0,001 0,002 0,002 0,002 (-)
H2S
Mikrobiologi
Jml/100
1 Fecal Coliform 26 76 12 38 31 100 1.000 2.000 2.000
mL
Jml/100
2 Total Coliform 2100 2710 1150 1300 1.870 1.000 5.000 10.000 10.000
mL
Kimia Organik
1 Minyak dan Lemak µg/L <1 <1 <1 <1 <1 1.000 1.000 1.000
Detergen, sebagai
2 µg/L <25 31 33,3 30 <25 200 200 200 200
MBAS
3 Fenol µg/L 1 1 1 <1 <1 1 1 1 1
Baku Mutu : PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Sumber : Laboratorium Penguji PT. BMT Asia Pasific Indonesia, 2017.

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 6
Provinsi Sulawesi Tengah
Hasil analisis kualitas air sungai di wilayah studi secara umum menunjukkan kondisi
yang baik berdasarkan hasil pengukuran parameter fisika, kimia anorganik, kimia organik,
dan mikrobiologi.
Penajaman sifat penting polutan air sungai berupa nilai-nilai hasil pengujian
parameter kualitas air sungai diuraikan sebagai berikut:
Temperatur air sesaat Sungai Parajompi 27,0 -27,9C dan Sungai Bangkulango 28,1-
28,4C sedangkan Sungai Lalampu menunjukkan nilai temperatur 28,5 C sementara
temperatur udara sekitar rata-rata 30C sehingga parameter temperatur berada pada
rentang deviasi suhu yang diperkenankan.
Tingkat kejernihan air sungai diindikasikan dengan nilai TDS dan TSS. Nilai TDS
Sungai Parajompi 178 - 220 mg/L, Sungai Bangkulango 270 – 310 mg/L dan Sungai
Lalampu 230 mg/L. Nilai-nilai ini lebih rendah dari baku mutu Kelas II-IV. Nilai TSS Sungai
Parajompi 25 – 35 mg/L, Sungai Bangkulango 22 - 25 mg/L dan Sungai Lalampu 34 mg/L,
lebih rendah dari baku mutu Kelas I-IV. Peningkatan padatan tersuspensi dapat
meningkatkan kekeruhan dan mengurangi kecerahan yang dapat mempengaruhi proses
fotosintesa bagi biota di sungai. Dengan memperhatikan indikasi-indikasi tersebut, maka
pada dasarnya perairan di sekitar tapak proyek menunjukkan kondisi yang baik bagi
aktifitas biota perairan sungai.
Derajat keasaman (pH) perairan sungai umumnya sedikit bersifat basa dengan pH7.
Hal ini terkait dengan kondisi lingkungan perairan berbatu yang dapat menyumbang sifat
alkali pada perairan sungai. Penurunan pH secara alami dapat terjadi karena pengaruh
respirasi, sebaliknya peningkatan dapat terjadi karena proses fotosintesa. Hal ini
mengimplikasikan bahwa peran proses respirasi bahan organik yang mampu menurunkan
pH perairan masih sedikit. Beban bahan organik umumnya tinggi pada wilayah-wilayah
dengan padat pemukiman dan aktifitas manusia lainnya.
Kandungan oksigen terlarut dalam air sungai dapat berasal dari proses fisika (difusi
dan turbulensi) dan proses biologi (fotosintesa). Oksigen terlarut sangat penting di
perairan sungai karena sangat menentukan proses biokimia air yang akan
mempertahankan tingkat kualitas air. Nilai oksigen terlarut masih baik karena masih
berada di atas nilai baku mutu air Kelas II-IV (PP RI No. 82/2001).
Kandungan bahan organik dalam air sungai ditunjukkan dengan nilai COD dan BOD yang
mencerminkan jumlah oksigen yang terpakai untuk mereduksi bahan organik. Dengan
kata lain, semakin tinggi nilai bahan organik, semakin tinggi nilai COD dan BOD.
Keberadaan bahan organik di perairan dapat berasal dari bahan alami seperti sisa
tanaman, tetapi juga dapat berasal dari bahan antropogenis seperti limbah rumah tangga
atau kegiatan manusia yang langsung memanfaatkan sungai melalui aktifitas diantaranya
mandi dan cuci. Nilai COD masih cukup baik dan masih dibawah baku mutu air (Kelas II –
IV). Nilai BOD juga rata-rata memenuhi nilai baku mutu kelas IV.
Hasil pengukuran total fosfat menunjukkan nilai besaran yang relatif baik (0,05-0,25
mg/L) dan memenuhi baku mutu. Fosfor merupakan unsur hara esensial yang diperlukan
bagi kelangsungan kehidupan akuatik. Fosfor yang terkandung dalam air baik yang
terlarut maupun yang tersuspensi berada dalam bentuk anorganik dan organik. Fosfor
tersebut umumnya bersal dari hasil dekomposisi organisme yang sudah mati. Fosfat
merupakan salah satu senyawa nutrien yang sangat penting. Fosfat tersebut diabsorpsi
oleh fitoplankton dan seterusnya masuk ke dalam rantai makanan. Dalam air, kadar rata-
rata fosfat adalah sekitar 2 µg. Kadar ini semakin meningkat dengan masuknya limbah
domestik yang banyak mengandung fosfat. Perilaku P-anorganik dalam air sangat
tergantung pada proses biologis dan reaksi-reaksi kimiawi.
Kondisi perairan hasil pengujian parameter nitrat dan amonia umumnya masih baik
karena masih berada dibawah batas baku mutu air sungai (PP RI No. 82/2001).
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 7
Provinsi Sulawesi Tengah
Kandungan nitrat adalah 0,11 mg/L dan amonia 0,097 mg/L. Kandungan nitrogen
anorganik yang paling umum dalam penilaian kualitas air adalah nitrat dan amonia.
Senyawa nitrat merupakan senyawa terbentuk melalui proses nitrifikasi amonia,
sebaliknya amonia dapat berasal dari proses denitrifikasi dimana terjadi reduksi nitrat
menjadi amonia. Disamping itu, amonia dalam air dapat berasal dari proses metabolisme
organisme air dan juga proses dekomposisi bahan organik terutama kelompok nitrogen
organik. Senyawa ini memiliki sifat racun apabila dalam konsentrasi yang relatif tinggi.
Namun demikian, dalam perairan amonia membentuk kesetimbangan dengan ion
amonium yang sangat berfungsi sebagai nutrien efektif selain nitrat.
Hasil analisis kandungan sulfat dalam air sungai terukur dengan konsentrasi 0,45
mg/L. Ini menunjukkan kandungan sulfat air sungai cukup rendah dan masih berada
dibawah ambang baku mutu. Secara ekologi sulfat sangat diperlukan oleh organisme
nabati dalam metabolisme protein dan bagi pertumbuhannya. Kekurangan sulfat dalam
perairan akan menekan perkembangbiakan plankton. Baku mutu sulfat adalah 400 mg/L
untuk air kelas I.
Kandungan sulfida pada air sungai yang diuji menunjukkan nilai yang sangat rendah
yaitu <0,001 mg/L. Hal ini dapat dipahami karena kondisi oksigen terlarut sangat memadai
pada seluruh kolom air untuk kepentingan aktifitas metabolisme biologi perairan.
Berdasarkan konsentrasi sulfida tersebut, memperkuat keterangan bahwa keberadaan
dan BOD tinggi masih mendukung kualitas air sungai yang baik. Kandungan sulfida dalam
air dapat berasal dari aktifitas bakteri pereduksi sulfat dalam air. Bakteri ini biasanya
mereduksi sulfat untuk proses dekomposisi dalam kondisi perairan tanpa oksigen
(anaerob/anoxic). Oleh karena itu, kandungan sulfida dapat dijadikan sebagai indikator
penurunan kualitas air.
Hasil pengamatan terhadap kandungan minyak dan lemak menunjukkan nilai yang
rendah dari baku mutu kualitas air sungai (PP RI No.82/2001). Kandungan minyak dan
lemak hasil pengukuran <1 µg/L. Minyak dan lemak dapat berasal dari input daratan (run
off dan muara sungai) terutama pada wilayah dengan aktifitas domestik yang tinggi.
Detergen dan fenol juga terdeteksi namun kadarnya masih di bawah baku mutu.
Secara alamiah logam berat juga merupakan komponen alami unsur yang ada di air,
namun umumnya dengan konsentrasi sangat rendah yakni <5 ppm, sehingga unsur ini
termasuk ke dalam unsur kelumit (trace). Hasil pengamatan logam berat cukup bervariasi
bergantung jenis logam berat. Logam terarut besi terukur 0,03 mg/L di hulu Sungai
Parajompi namun tidak terdeteksi pada sungai-sungai lainnya. Logam krom (VI) dan
logam kadmium (Cd) terukur dengan konsentrasi tertinggi di Sungai Bangkulango (hulu)
dan terendah di Sungai Parajompi (Hulu) namun kadarnya tidak melebihi dari baku mutu
yang ditetapkan. Logam barium (Ba) terdeteksi melebihi baku mutu Kelas I. Unsur boron
(B) juga terdeteksi di semua air sungai yang di sampling dengan konsentrasi di bawah
baku mutu konsentrasi maksimum yang diperkenankan kecuali pada air Sungai
Bangkulango (hilir). Logam arsen, kobal, , raksa, seng, tembaga dan timbal kadarnya
relatif rendah dan berada di bahwa baku mutu air sungai (PP RI No.82/2001).
Peningkatan logam berat di perairan sungai pada dasarnya jelas menunjukkan
adanya anomali kondisi yang disebabkan karena proses pelapukan batuan secara alami.
Pada wilayah tapak proyek, kandungan logam berat diperkirakan berasal dari pelapukan
batuan.
Hasil pengujian bakteriologi koliform total dan fecal coliform dihasilkan kadar masih di
bawah baku mutu air Kelas II-IV. Bakteri koliform merupakan golongan mikroorganisme
yang lazim digunakan sebagai indikator pencemaran, di mana bakteri ini dapat menjadi
sinyal untuk menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi oleh patogen atau tidak.
Berdasarkan penelitian, bakteri koliform ini menghasilkan zat etionin yang dapat
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 8
Provinsi Sulawesi Tengah
menyebabkan kanker. Selain itu, bakteri pembusuk ini juga memproduksi bermacam-
macam racun seperti indol dan skatol yang dapat menimbulkan penyakit bila jumlahnya
berlebih di dalam tubuh. Bakteri koliform digunakan sebagai indikator karena densitasnya
berbanding lurus dengan tingkat pencemaran air.
b) Kualitas Air Laut
Kajian rona lingkungan hidup awal kualitas air laut di lakukan pada lokasi outlet
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Hasil analisis kualitas air laut secara umum
menunjukkan kondisi yang baik menurut pengamatan parameter fisika, kimia, dan biologi.
Secara ringkas hasil pengamatan ketiga disajikan pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Hasil Analisis Kualitas Laut di Wilayah Studi
No Parameter Satuan Hasil Baku Mutu
Fisika:
Coral: >5;
1 Kecerahan m 1,0 Mangrove: -
Lamun: >3
2 Bau - alami Alami
3 Kekeruhan NTU 0,80 <5
Coral: 20, Mangrove: 80
4 Padatan Tersuspensi Total, TSS mg/L 13 Lamun: 20, Coral: 20
Mangrove: 80, Lamun: 20
5 Sampah - nihil nihil
Coral: 28-30
6 Suhu C 39,5 Mangrove: 28-32
Lamun: 28-30
7 Lapisan Minyak - nihil nihil
Kimia:
1 pH - 8,2 7 - 8.5
Alami
Coral: 33-34
2 Salinitas ‰ 30,5
Mangrove: s/d 34
Lamun: 33-34
3 Oksigen Terlarut, DO mg/L 5,7 >5
4 Kebutuhan Oksigen Biokimia, BOD 5 mg/L 16,26 20
5 Total Amoniak, NH3-N mg/L <0,08 0,3
6 Fosfat, PO4-P mg/L 0,005 0,015
7 Nitrat, NO3-N mg/L <0,006 0,008
8 Sianida, CN mg/L <0,02 0,5
9 Sulfida, H2S mg/L 0,008 0,01
10 Total Fenol mg/L <0,001 0,002
11 Surfaktan, MBAS mg/L <0,1 1
12 Minyak dan Lemak mg/L <1 1
Logam Terlarut:
1 Raksa, Hg mg/L <0,0002 0,001
6+
2 Kromium Heksavalen, Cr mg/L <0,001 0,005
3 Arsen, As mg/L <0,002 0,012
4 Kadmium, Cd mg/L 0,0008 0,001
5 Tembaga, Cu mg/L 0,015 0,008
6 Timbal, Pb mg/L <0,002 0,008
7 Seng, Zn mg/L <0,007 0,05
8 Nikel, Ni mg/L 0,022 0,05
Biologi :
1 Koliform Total mg/L <2 1000
Baku Mutu : Kep MENLH No. 51/2004 tentang Baku Mutu Air Laut (Lampiran III).
Sumber : Laboratorium Penguji PT. BMT Asia Pasific Indonesia, 2017.
Kondisi perairan laut umumnya baik berdasarkan parameter kecerahan, sampah, bau
dan total padatan tersuspensi. Tidak terdapat lapisan minyak. Suhu perairan laut 39,5°C,
relatif hangat akibat pembuangan air bahang dari PLTU yang sudah beroperasi di
kawasan industri IMIP. Demikian pula nilai kandungan padatan tersuspensi berkisar 13
mg/L, dan kekeruhan mencapai kisaran antara 0,8 NTU. Kedua parameter ini masih
berada di bawah baku mutu kualitas air laut untuk kehidupan biota laut (Kep MENLH No.

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 9
Provinsi Sulawesi Tengah
51/2004 Lampiran III). Kekeruhan pada perairan laut umumnya berasal dari material
bawaan sungai (riverine material) disamping juga dari bahan organik yang berasal dari
organisme plankton maupun hasil aktivitas kegiatan proyek di sekitar perairan laut.
Sebagian material ini akan memberikan sumbangan pada komponen material tersuspensi
dalam air yang mempengaruhi tingkat penetrasi cahaya matahari.
Salinitas menunjukkan kandungan garam terlarut yang terdapat dalam air laut, dan
nilainya dapat bervariasi akibat adanya masukan air tawar seperti sungai maupun karena
proses hujan. Nilai salinitas air hasil pengamatan 30,5‰ dapat dikatakan relatif baik bagi
pertumbuhan coral dan mangrove. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi perairan pantai
lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi lautan dibandingkan dengan pengaruh air tawar.
Hal ini terkait dengan kondisi geografis pantai. Derajat keasaman (pH) perairan laut 8,2
menunjukkan kondisi yang normal untuk air laut yang bersifat basa akibat banyaknya
garam terlarut. Penurunan pH dapat terjadi karena pengaruh respirasi, sebaliknya terjadi
peningkatan karena proses fotosintesa. Namun demikian perubahan pH di laut biasanya
sangat kecil mengingat air laut memiliki sifat kapasitas penyangga (buffer) yang baik.
Kandungan oksigen terlarut hasil pengamatan 5,7 mg/L. Oksigen terlarut sangat
penting di laut karena sangat menentukan proses biokimia air yang akan
mempertahankan tingkat kualitas air. Pada perairan laut peran proses fisika (difusi dan
turbulensi) akibat proses sirkulasi masa air dan gelombang menjadi penyumbang penting
dsisamping proses biologi (fotosintesa). Dengan memperhatikan kisaran oksigen yang
terukur pada semua lokasi pengamatan memberikan indikasi bahwa kualitas perairan
relatif baik jika dikaitkan dengan baku mutu air laut untuk biota air laut (KepMENLH No.
51/2004).
Nilai BOD5 menunjukkan kondisi kualitas air laut yang masih baik yaitu 16,26 mg/L berada
dibawah baku mutu air laut untuk biota air (Kep. MENLH No. 51/2004). Nilai BOD tinggi
pada perairan di sekitar pantai terkait dengan masukan bahan organik dari aktivitas
proyek di sekitar lokasi kegiatan.
Kandungan nitrat di air laut tidak terdeteksi dengan alat/metode ukur yang digunakan
(<0,006 mg/L). Demikian juga halnya dengan kadar ammonia tidak terdeteksi (<0,05
mg/L). Dengan demikian kondisi perairan laut umumnya masih baik karena kadar nitrat
dan amonia masih berada di bawah batas baku mutu air laut untuk biota laut (Kep
MENLH No. 51/2004). Nitrat dan ammonia merupakan senyawa paling umum di perairan.
Senyawa nitrat senyawa terbentuk melalui proses nitrifikasi amonia, sebaliknya amonia
dapat berasal dari proses denitrifikasi dimana terjadi reduksi nitrat menjadi amonia.
Disamping itu, amonia dalam air dapat berasal dari proses metabolisme organisme air
dan proses dekomposisi bahan organik terutama kelompok nitrogen organik. Senyawa ini
memiliki sifat racun apabila dalam konsentrasi yang relatif tinggi. Namun demikian, dalam
perairan amonia membentuk kesetimbangan dengan ion amonium yang sangat berfungsi
sebagai nutrien efektif selain nitrat. Pada pH alami hampir 91% amonia dalam bentuk ion
amonium. Kualitas yang baik ini juga ditunjang dari kandungan sulfida yang masih rendah
yaitu 0,008 mg/L. Hal ini mengindikasikan proses dominasi proses biologi perairan secara
aerobik. Hal ini mengingat kandungan sulfida dalam air laut umumnya muncul akibat
dekomposisi tanpa oksigen (anaerobik) yang biasa terjadi pada perairan dengan beban
bahan organik yang tinggi. Dalam kondisi tersebut aktifitas bakteri pereduksi sulfat dalam
air laut memanfaatkan sulfat sebagai oksidator pengganti. Oleh karena itu, rendahnya
kandungan sulfida dapat dijadikan sebagai indikator kualitas air di wilayah pengamatan
yang baik.
Komponen total fenol di perairan laut yang diamati menunjukkan konsentrasi yang
relatif kecil yaitu <0,001mg/L. Fenol merupakan senyawa kimia dalam air laut yang
bersifat racun bagi kehidupan organisme. Walaupun senyawa fenol umumnya dapat
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 10
Provinsi Sulawesi Tengah
dikaitkan dengan indikasi dari komponen minyak, namun senyawa fenol juga terdapat
terbentuk secara alamiah yaitu berasal dari degradasi komponen lignin yang merupakan
bagian dari tanaman. Dengan demikian senyawa fenol akan terdeteksi pada wilayah-
wilayah pantai yang terpengaruh oleh kawasan hutan. Material yang berada di kawasan
hutan dan vegetasi yang berada di sekitar pantai
diperkirakan bagian dari komponen bahan organik daratan termasuk humus yang terbawa
oleh aliran permukaan ke laut.
Hasil pengamatan terhadap kandungan minyak dan lemak menunjukkan nilai-nilai
yang masih rendah (< 1 mg/L) dari baku mutu kualitas air untuk keperluan hidup biota air
laut (Kep. MENLH No.51/2004). Di laut, minyak dan lemak dapat berasal dari input
daratan (run off dan muara sungai) terutama pada wilayah dengan aktifitas domestik yang
tinggi dan transportasi nelayan terutama di wilayah pantai. Namun, diperkirakan bahwa
pengaruh berbagai kegiatan tersebut di sekitar pantai tapak proyek masih sangat kecil.
Logam terlarut kadmium (Cd) terukur 0,0008 mg/L namun masih di bawah baku
mutu. Logam tembaga (Cu) terukur 0,015 mg/L artinya melebihi baku mutu yang
diperkenankan 0,008 mg/L. Kandungan logam terlarut raksa (Hg), Cr(IV), Arsen (As),
Timbal (Pb) tidak terdeteksi dengan alat/metode ukur yang digunakan artinya konsentrasi
sangat kecil di bawah batas baku mutu air laut untuk kehidupan biota laut (Kep. MENLH
No.51/2004). Secara alamiah logam berat juga merupakan komponen alami unsur yang
ada di air laut, namun biasanya berkonsentrasi sangat rendah yaitu < 5 ppm, sehingga
unsur ini termasuk ke dalam unsur ―trace‖. Kecenderungan logam berat dalam air laut
akan selalu rendah adalah didasari pada fenomena alami laut, dimana logam-logam
terlarut teradsorpsi ke dalam material tersuspensi di kolom air (adsopsion processes) dan
diikuti dengan proses sedimentasi material tersuspensi. Peningkatan logam berat dalam
air laut diperkirakan berasal dari masukan air sungai yang telah membawa sebagian hasil
proses pelapukan batuan di bagian hulu. Hasil uji bakteriologi koliform total diperoleh
hasil di bawah dari baku mutu Kep. MENLH No.51/2004 tentang baku mutu air laut.
2.1.1.4 Bentuk Lahan, Kondisis Lahan, Penggunaan Lahan dan Tanah
1) Bentuk Lahan
Dalam geomorfologi dikenal istilah bentuk lahan (landform) dan bentang
lahan (landscape). Keduanya memang mirip dan memiliki keterkaitan tapi memiliki arti
yang berbeda. Bentuk lahan merupakan suatu kenampakan medan/fisik yang terbentuk
oleh proses alami, memiliki komposisi tertentu dan karakteristik fisik dan visual yang unik
dan berbeda satu sama lain. Bentuk lahan adalah kenampakan medan yang dibentuk
oleh proses-proses alami yang mempunyai susunan tertentu dan julat karakteristik fisik
dan visual di mana bentuk lahan itu terbentuk. Bentuklahan berdasarkan genesisnya
(proses terjadinya) menjadi 10 (sepuluh) macam bentuk lahan, yaitu:
1. Bentuk lahan asal proses volkanik (V): bentuk lahan yang berasal dari
aktivitas vulkanisme.
2. Bentuk lahan asal proses struktural (S): bentuk lahan yang berasal dari
proses geologi.
3. Bentuk lahan asal fluvial: bentuk lahan akibat pengerjaan sungai.
4. Bentuk lahan asal solusional: bentuk lahan akibat proses pelarutan pada
batuan yang mudah larut.
5. Bentuk lahan asal denudasional: bentuk lahan akibat proses erosi dan
degradasi.
6. Bentuk lahan asal aeolin: bentuk lahan akibat proses erosi angin.
7. Bentuk lahan asal marine: bentuk lahan akibat aktivitas air laut.
8. Bentuk lahan asal glasial: bentuk lahan akibat pengerjaan es.

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 11
Provinsi Sulawesi Tengah
9. Bentuk lahan asal organik: bentuk lahan akibat pengaruh aktivitas
organisme.
10. Bentuk lahan asal antropogenik: bentuk lahan akibat aktivitas manusia.
Beberapa faktor geomorfologi mayor yang berpengaruh dalam pengembangan
lahan yaitu bentuk lahan, proses geomorfologis, dan kondisi tanah. Lebih lanjut
dijelaskan, bahwa bentuklahan mencakup kemiringan lahan, proses geomorfologi;
mencakup banjir, tanah longsor, dan bahaya dari proses alam yang merugikan,
sedangkan mengenai kondisi tanah, antara lain mencakup kedalaman batuan dari
pelapukan material. Karakteristik geomorfologis dalam hal ini bentuk lahan/medan
memberikan informasi yang dapat menentukan dalam penggunaan lahan suatu daerah
tertentu.
Bentuk lahan yang terdapat di lokasi studi adalah bentuk lahan asal proses
struktural dan asal proses fluvial yang pada saat terjadi penambangan akan berubah
menjadi bentuk lahan antropogenik. Antropogenik merupakan proses atau akibat yang
berkaitan dengan dengan aktivitas manusia. Sehingga bentuk lahan antropogenik dapat
disebut sebagai bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas manusia. Aktivitas tersebut
dapat berupa aktivitas yang telah disengaja dan direncanakan untuk membuat bentuk
lahan yang baru dari bentuk lahan yang telah ada maupun aktivitas oleh manusia yang
secara tidak sengaja telah merubah bentuk lahan yang telah ada.
Bentuk lahan antropogenik dapat dibentuk dari bentuk-bentuk lahan yang telah
ada. Perubahan bentuk lahan menjadi antropogenik pada areal penambangan nickel
dapat merusak vegetasi yang ada, menghancurkan profil tanah genetic, menggantikan
profil tanah genetic, menghancurkan satwa liar dan habitatnya, degradasi kualitas udara,
mengubah pemanfaatan lahan dan hingga pada batas tertentu dapat megubah topografi
umum daerah penambangan secara permanen. Aktivitas pertambangan juga
berdampak terhadap peningkatan laju erosi tanah dan sedimentasi pada sempadan dan
muara-muara sungai. Kejadian erosi merupakan dampak tidak langsung dari aktivitas
pertambangan melainkan dampak dari pembersihan lahan untuk bukaan tambang dan
pembangunan fasilitas tambang lainnya seperti pembangunan sarana dan prasarana
pendukung seperti perkantoran, permukiman karyawan, Dampak penurunan kesuburan
tanah oleh aktivitas pertambangan nikel terjadi pada kegiatan pengupasan tanah pucuk
(top soil) dan tanah penutup (sub soil / overburden). Pengupasan tanah pucuk dan
tanah penutup akan merubah sifat-sifat tanah terutama sifat fisik tanah dimana susunan
tanah yang terbentuk secara alamiah dengan lapisan-lapisan yang tertata rapi dari
lapisan atas kelapisan bawah akan terganggu dan terbongkar akibat pengupasan tanah
tersebut
2) Kondisi Lahan
Berdasarkan rencana pola ruang wilayah, Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Morowali Tahun 2012-2032, Wilayah kecamatan Bahodopi termasuk dalam Wilayah
kawasan lindung dan wilayah kawasan budidaya. Kawasan budidaya sebagaimana
disebutkan diatas termasuk antara lain kawasan peruntukan hutan produksi, kawasan
peruntukan pertanian untuk komoditi tanaman pangan, kawasan peruntukan industri,
dan kawasan peruntukan pertambangan. Hal tersebut didukung berdasarkan pada
Keputusan Gubernur Sulawesi Tengah Nomor: 540/411/DIESDM-G.ST/2015 Tentang
Revisi Waktu Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi, atas Keputusan Bupati Morowali
Nomor: 188.4.45/Kep.0144.a/DESDM/V/2014, tertanggal 2 Juli Tahun 2014 tentang
Persetujuan Revisi Izin Usaha Eksplorasi kepada PT. Kencana Bumi Mineral dengan
lahan seluas 2549 Ha. (Salinan Keputusan Gubernur terlampir). Serta hasil evaluasi
kunjungan lapangan dan hasil digitasi pemetaan sesuai peta permohonan izin lokasi,
oleh Dinas Perumahan Dan Penataan Ruang Daerah Kabupaten Morowali serta
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 12
Provinsi Sulawesi Tengah
berpedoman pada Perda No. 10 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Kabupaten
Morowali tahun 2012-2032, maka Pemerintah Daerah Cq. kepala Dinas Perumahan Dan
Penataan Ruang Daerah Kabupaten Morowali yang memberikan penguatan dengan
Rekomendasi kesesuaian terhadap Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) Morowali
Tahun 2012-2032 nomor 650/39/REK-RTRW/DPPRD/X/2015 kepada PT. Kencana
Bumi Mineral seluas kurang lebih 2159,79 Ha (84,73%) dari total luasan 2549 Ha.
3) Penggunaan Lahan
Pemanfaatan lahan yang sudah ada di sekitar areal rencana kegiatan antara lain
adalah kegiatan pertanian, perkebunan rakyat, Sepanjang jalan terdapat konsentrasi
pemukiman penduduk, IUP Pertambangan nikel, serta kegiatan kegiatan lainnya.
a) Permukiman
Permukiman penduduk terdekat yang terkait langsung dengan rencana kegiatan
Pertambangan nikel yaitu pemukiman penduduk di Desa Lalampu, Siumbatu, dan
Bahodopi. Serta yang direncanakan untuk stockpile hasil tambang beruada di wilayah
pantai.
b) Pertanian
Kegiatan pertanian serta perkebunan rakyat yang diusahakan masyarakat sekitar
rencana kegiatan berupa tanaman semusim seperti padi sawah dan palawija, tanaman
buah-buahan di pekarangan seperti pisang, mangga, jambu, nangka, rambutan dan
tanaman kakao.
Tanaman-tanaman tersebut biasanya ditanam disekitar areal pemukiman
penduduk, sedangkan tanaman-tanaman keras dengan masa panen jangka panjang
umumnya ditanam dikebun milik penduduk yang lokasinya ada yang dekat dan ada
pula yang jauh dari pemukiman. Lebih jelasnya tersaji dalam Tabel 2.4.
Tabel 2.4. Luas lahan menurut pemanfaatannya di Kecamatan Bahodopi
No Jenis Penggunaan Lahan Kecamatan/Luas lahan (Ha)
A Lahan Sawah 606
Irigasi teknis -
Irigasi setengah teknis 25
Irigasi sederhana 47
Irigasi desa/Non PU 200
Tadah Hujan 6
Pasang Surut 0
Lebak 0
Polder dan sawah lainnya 328
B Lahan Bukan sawah 6.640
Tegal/kebun 1345
Ladang/Huma 266
Perkebunan 1632
Ditanami pohon/hutan rakyat 15
Tambak 3
Kolam/Tebet/Empang 4
Pengembalaan/Padang Rumput 675
Sementara Tidak diusahakan 2248
Lain-lain 452
C Lahan Bukan Pertanian 100.852
Bangunan/pekarangan 465
Hutan Negara 83897
Rawa-rawa (yang tdk ditanami) 130
Lain-lain 16360
Jumlah 108.098
Sumber: Kecamatan Bahodopi Dalam Angka, 2016

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 13
Provinsi Sulawesi Tengah
4) Tanah
Dinamika perubahan kondisi geologi didataran menjadikan terbentuknya tanah dari
hasil akhir pelapukan batuan atau benda padat lainnya (tumbuhan). Pengamatan
mengenai tanah dilakukan dengan observasi lapangan dan analisis laboratorium.
Sampling tanah di lapangan dilakukan dengan mengamati adanya perbedaan morfologi
tanah antara lain terjadinya perbedaan warna tanah. Berdasarkan hal tersebut tanah
atau soil yang dijumpai di lapangan terdiri dari 2 warna yang berbeda nyata yaitu pada
bagian bawah lereng/bukit hingga bagian tengah bukit, dimana warna soil abu-abu
kecoklatan, dan pada bagian atas berwarna kuning kecoklatan.
Tanah dan landscape terus mengalami perubahan, baik secara fisik, kimiawi
maupun biologis. Disamping itu tanah dapat berfungsi sebagai penerima, pengubah dan
pancaran energi. Dalam proses pembentukannya tanah disuatu daerah dipengaruhi
oleh cara pengolahan dan pemanfaatannya. Secara eksplisit, analisis ini diarahkan
untuk menghasilkan gambaran tentang wilayah/kawasan potensial sumberdaya lahan
dan permasalahannya yang telah dieksploitasi dan dampak lingkungan sebagai akibat
pengusahaan sumber daya lahan tersebut. Berdasarkan sistem klasifikasi Soil Survey
Staff tahun 1998 dan diinterpolasi dengan kunci Soil Taxonomi tahun 2014, hasil
interpretasi peta sumberdaya tanah tingkat eksplorasi yang diterbitkan oleh Pusat
Penelitian Tanah dan Agroklimat tahun 2000 menunjukkan bahwa ada 2 (empat)
asosiasi jenis tanah yang dijumpai pada lokasi studi. Asosiasi tanah tersebut terdiri atas
empat ordo dan enam grup. Asosiasi jenis tanah yang ditemukan adalah Dystrudepts
(Inceptisol) dan Endoaquepts (Inceptisol), Hapludox(Oxisol) dan Dystrudepts
(Inceptisol).
Tabel 2.5 Klasifikasi Tanah
Klasifikasi Bahan
Spt Sub-Landform Relief
Tanah (Sss,2014) Induk
21 Endoaquepts Aluvium Dataran Antar Datar
Dystrudepts perbukitan/Pegunungan
180 Hapludox Plutonik Pegunungan Volkan Bergunung
Dystrudepts

Lokasi
IUP

Gambar 2.3. Jenis Tanah Lokasi studi


a. Sifat Fisik Tanah
Sifat fisik tanah yang dikaji dalam studi ini adalah tekstur, permeabilitas, porositas
dan bobot isi. Hasil analisis Sifat fisik tanah di lokasi kegiatan dicantumkan pada Tabel
2.6.

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 14
Provinsi Sulawesi Tengah
Tekstur tanah mencerminkan ukuran dan proporsi kelompok butiran-butiran primer
mineral tanah yang ditentukan oleh perbandingan relatif jumlah fraksi liat, debu, dan
pasir. Perbandingan relatif dari fraksi-fraksi tersebut dapat berubah akibat pelapukan
tanah dan sedimentasi liat dari aliran air. Tekstur suatu horison tanah merupakan sifat
yang hampir tidak berubah. Umumnya tanah di lokasi studi bertekstur lempung
berdebu-lempung dengan angka permeabilitas sangat cepat (48,77-73,60 cm/jam).
Bobot isi dan porositas tanah mempunyai hubungan erat, karena masing-masing
ditentukan oleh volume padatan dan volume udara (ruang kosong) dalam tanah. Bobot
isi (bulk density) merupakan berat tanah per satuan volume. Porositas merupakan
persentase jumlah dari ruang kosong (pori makro dan mikro) dalam satuan volume
tertentu. Bobot isi tanah di sekitar lokasi studi adalah 1,20-1,35 g/cm3. Sedangkan
angka porositasnya adalah 49,06-54,72 % tergolong sangat tinggi.
b. Sifat Kimia Tanah
Sifat kimia tanah yang dikaji adalah: reaksi tanah (pH), C-organik, N-total, P-
tersedia, P-total, K-total, basa-basa dapat ditukar (Ca, Mg, Na, dan K), kejenuhan basa,
dan kapasitas tukar kation (KTK).
Reaksi tanah (kemasaman tanah) menunjukkan reaksi tanah dan itu akan
mempengaruhi kemampuan tanah menyediakan hara bagi tanaman yang
dibudidayakan. Reaksi tanah di lokasi studi tergolong agak masam dengan nilai pH
berkisar antara 5,61-5,65.
Bahan organik lebih berpengaruh terhadap sifat fisik dan kimia tanah. Adanya
kandungan bahan organik akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mengikat air
dan menyediakan unsur hara, serta meningkatkan respons tanah terhadap pemupukan.
Kandungan bahan organik dicirikan oleh kandungan C-organik tanah. Hasil
analisis contoh tanah yang diambil di lokasi kegiatan menunjukkan bahwa kandungan C-
organik tanah di areal studi tergolong rendah (1,20-1,71 %).
Nitrogen (N), Kalium (K) dan Fosfor (P) adalah unsur-unsur yang sangat
dibutuhkan oleh semua tanaman. N, P, dan K merupakan unsur hara esensial yang
tergolong dalam unsur hara makro. Ketiga unsur itu tersedia dalam tanah secara alami
dan dapat diberikan pada tanaman dengan cara pemupukan N,P,K sebagai unsur hara
makro sangatlah berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah. Di dalam tanah dan
tanaman, Nitrogen (N), sangatlah mobil, kalium (K) agak mobil sedangkan fosfor
tersedia cenderung relatif lebih stabil. Ketiga unsur tersebut mempunyai peranan
masing-masing mulai dari pertumbuhan vegetatif, perkembangan perakaran dan
pembuahan. Secara umum unsur N–total, P-tersedia dan K- total di lokasi
kegiatan adalah beragam. Kandungan Nitrogen total tergolong sedang (0,15-0,20%),
fosfor tersedia tergolong sangat rendah (6,06-6,41 ppm P2O5), dan kalium total tergolong
rendah (10,81-15,68 me/100g).
Tabel 2.6. Hasil analisis tanah di lokasi Rencana Kegiatan
NILAI
No. PARAMETER SATUAN Keterangan
SPL1 SPL2 SPL3 SPL4
Sifat Fisik
1 Pasir % 2,72 3,06 6,27 2,95
2 Debu % 80,97 80,61 77,65 80,67 Lempung berdebu
3 Liat % 16,31 16,33 16,08 16,38
4 Permeabilitas cm/jam 48,77 53,60 73,60 55,55 Sangat cepat
3
5 Berat Isi Tanah g/cm 1,32 1,35 1,20 1,33 -
6 Ruang Pori Total % 50,19 49,06 54,72 49,81 Sangat tinggi
Sifat Kimia
1 C-organik % 1,20 1,23 1,71 1,21 Rendah
2 N-total % 0,15 0,16 0,20 0,16 Rendah
3 C/N - 10,67 10,25 11,40 10,76 Sedang
4 pH H2O (1:2,5) - 5,65 5,62 5,61 5,64 Agak Masam
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 15
Provinsi Sulawesi Tengah
NILAI
No. PARAMETER SATUAN Keterangan
SPL1 SPL2 SPL3 SPL4
5 pH KCl (1 :2,5) - 4,93 4,91 4,64 4,86 -
6 P2O5 Bray mg/100 g 6,06 6,10 6,41 6,08 Sangat rendah
7 P2O5 HCL 25 % ppm 18,65 18,77 19,72 18,71 Rendah
8 K2O (HCl 25 %) me/100 g 10,81 11,35 15,68 11,89 Rendah
9 Ca me/100 g 5,82 5,84 4,13 5,82 Rendah-sedang
10 Mg me/100 g 0,41 0,42 0,43 0,42 Rendah
11 Na me/100 g 0,33 0,34 0,20 0,32 Rendah
12 K me/100 g 0,20 0,21 0,29 0,22 Rendah
13 KTK me/100 g 15,30 15,46 17,15 15,39 Rendah-sedang
14 KB % 44,19 44,05 29,45 44,06 Rendah-sedang
15 Kejenuhan AL % 9,48 8,79 11,20 9,21 Sangat rendah-rendah
Sumber: Hasil Analisis Laboratorium Analisisi Sumberdaya Alam dan Lingkungan UNTAD, 2017
Keterangan:
1. Sampel tanah lokasi 1
2. Sampel tanah lokasi 2
3. Sampel tanah lokasi 3
4. Sampel tanah lokasi 4
Basa-Basa Tertukar Dan Kejenuhan Basa
Kandungan Ca tergolong rendah sampai dengan sedang (4,13-5,84 me/100 g), Mg
tergolong rendah (0,41-0,43 me/100 g), K tertukar tergolong rendah (0,20-0,29 me/100 g),
dan Na tertukar tergolong rendah (0,20-0,34 me/100 g). Keberadaan kation basa dalam
tanah sangat penting karena dapat memberikan respon positif terhadap penyediaan
hara oleh tanah terhadap tanaman.
Nilai kapasitas tukar kation menunjukkan kemampuan tanah untuk melakukan
pertukaran terhadap kation-kation tanah. Semakin tinggi KTK tanah maka tanah
dikategorikan baik. Nilai KTK tergolong rendah-sedang (15,30-17,15 me/100 g). Dari
hasil analisis tersebut di atas, secara umum kesuburan tanah di wilayah studi tergolong
rendah. Dengan demikian, pada keempat lokasi sampel berdasarkan hasil analisis sifat
fisik dan kimia tanah menunjukkan Skala Kualitas Lingkungan (SKL) = 3.

c. Erosi Tanah
Erosi adalah peristiwa berpindahnya atau terangkutnya tanah serta bagian-bagian
tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Erosi merupakan hasil
interaksi beberapa faktor antara lain curah hujan (faktor dominan), kemiringan dan
panjang lereng, vegetasi penutup tanah dan kepekaan erosi dari tanah tertentu.
Penelaahan mengenai erosi tanah meliputi pendugaan laju erosi (potensial dan aktual),
penilaian tingkat bahaya erosi aktual, penetapan nilai T (erosi yang dapat ditoleransi),
serta penetapan kawasan rawan erosi. Dampak erosi tanah secara langsung adalah
hilangnya tanah subur lapisan atas, hilangnya unsur hara, rusaknya struktur tanah, dan
merosotnya struktur tanah. Dampak tidak langsung erosi adalah berkurangnya alternatif
penggunaan lahan, timbulnya dorongan untuk membuka lahan baru, dan penurunan
kualitas air di badan perairan.
Erosi tanah merupakan salah satu penyebab penurunan kesuburan tanah,
sehingga produktivitas tanah menurun. Meningkatnya laju erosi menyebabkan lahan
menjadi kritis. Tingkat erosi dipengaruhi oleh tekstur, struktur tanah, kemiringan lahan
serta vegetasi penutup. Jenis tanah tersebut di atas sangat rentan terhadap erosi jika
dalam kondisi terbuka tanpa vegetasi penutup. Dalam pendugaan erosi, Erosi yang
diduga meliputi erosi potensial, erosi saat ini, dan tingkat bahaya erosi.
Hasil perhitungan pendugaan erosi dengan menggunakan metode USLE (1978)
disajikan pada Tabel 2.7.

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 16
Provinsi Sulawesi Tengah
Tabel 2.7. Prediksi Laju Erosi di Lokasi Rencana Usaha Penambangan PT. Kencana
Bumi Mineral
Erosi Erosi
Lokasi Kelas
R K LS CP Pot Akt IBE
rencana Lereng
ton/ha ton/ha
1 0-8 % 1.237,5 0,391 0,40 0,01 193,64 1,94 0,059
2 0-8 % 1.237,5 0,386 1,40 0,01 668,65 6,69 0,132
3 15-25% 1.237,5 0,389 3,10 0,01 1493,07 14,93 0,332
Sumber : Data hasil analisis tim studi amdal tahun 2017

Berdasarkan hasil pendugaan tersebut, dilakukan penilaian tingkat bahaya erosi.


Penilaian ini mengacu pada buku petunjuk rencana tehnik lapangan (RTL) yang
diterbitkan oleh Direktorat Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (RLKT), Ditjen
RRL, Dephut (1986).
Hasil analisis pendugaan erosi aktual di lokasi studi untuk saat ini tergolong
memiliki indeks bahaya erosi rendah (skala kualitas 4), dengan tingkat kerusakan
tergolong rendah sampai sedang pada kemiringan 15-25%. Batas maksimal erosi yang
dapat ditoleransi (TSL= Tolerable Soil Lost) ditetapkan dengan pedoman mengacu pada
nilai T untuk tanah-tanah di Indonesia (Arsyad, 2006). Dengan pertimbangan kondisi
tanah di areal studi (solum sedang). Rata-rata Nilai T (erosi wajar) untuk tanah di lokasi
kegiatan adalah sebesar 42,88 ton/ha/tahun.
Hasil prediksi erosi pada titik pengamatan pada Tabel 2.5 yang dianggap dapat
mewakili di wilayah studi lokasi kegiatan menunjukkan bahwa erosi aktual umumnya
lebih kecil dari erosi wajar atau erosi yang dapat ditolerir dengan kondisi saat ini. Hasil
prediksi erosi menunjukkan bahwa besarnya erosi aktual kondisi awal lokasi rencana
Penambangan bijih nikel sebesar 1,94 ton/ha/tahun – 14,93 ton/ha/tahun nilai tersebut
masih berada dibawah erosi yang diperbolehkan. Dan untuk nilai erosi potensial
sebesar 193,6 ton/ha/tahun sampai dengan 1493,07 ton/ha/tahun. Jika kondisi tanah
tersebut dibiarkan dalam kondisi aktual tersebut tanpa pengolahan yang lebih efektif,
maka akan terjadi kumulatif dampak yang mengarah pada kehilangan tanah karena
erosi dalam skala besar. Dengan demikian, pada lokasi tersebut perhitungan erosi
mempunyai Skala Kualitas Lingkungan (SKL)= 4

2.1.1.5 Transportasi
Akses ke lokasi penambangan dari jalan Trans Sulawesi sebagai jalan nasional
cukup jauh yaitu sekitar ± 12 km dengan melalui jalan yang berada di dalam kawasan
PT.IMIP. Status jalan yang digunakan ke lokasi tambang tersebut merupakan jalan
khusus (jalan hauling perusahaan). Kondisi jalan hauling tersebut sebagian sudah
pengerasan dan sebagian lagi masih jalan tanah.
Di sepanjang jalan hauling, terdapat satu permukiman/perkampungan masyarakat
yaitu masyarakat Bahomakmur dengan jumlah penduduk tidak terlalu banyak. Dalam
melakukan aktivitasnya, masyarakat Bahomakmur sering melintasi dan melewati jalan
hauling perusahaan. Selain rencana kegiatan penambangan bijih nikel PT. Kencana
Bumi Mineral, juga sudah terdapat perusahaan pertambangan lain oleh PT. Bintang
Delapan Mineral (BDM) dengan menggunakan akses jalan haulling yang sama. Di jalan
hauling perusahaan tersebut terdapat pertigaan yaitu akses ke lokasi tambang BDM dan
akses ke lokasi tambang Kencana Bumi Mineral.
Mobilisasi alat berat yang akan digunakan berasal dari alat berat yang terdapat di
kawasan PT. IMIP, sehingga dalam mobilisasi alar berat tidak menggunakan jalan umum
ke lokasi penambangan, akan tetapi hanya menggunakan jalan hauling perusahaan.

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 17
Provinsi Sulawesi Tengah
Analisis Transportasi
Lokasi rencana penambangan bijih nikel KBM dapat diakses melalui jalan yang ada
di dalam kawasan PT. IMIP. Dari kawasan PT. IMIP, menggunakan jalan perusahaan
(jalan hauling) hingga ke lokasi tambang sekitar 12 km. Kondisi jalan adalah jalan tanah
dan sedikit sudah pengerasan. Di sepanjang perusahaan jalan tersebut, terdapat satu
permukiman masyarakat yang letaknya tidak terlalu jauh dari kawasan PT. IMIP yaitu
masyarakat Bahomakmur.
Volume lalu lintas kendaraan masih sangat rendah, hanya kendaraan-kendaraan
operasional perusahaan yang lewat berupa truk dan alat berat yang akan dioperasikan di
area penambangan serta kendaraan ringan. Pada operasional produksi perusahaan,
maka intensitas lalu lintas truk – truk tersebut yang akan bertambah. Lalu lintas truk yang
akan mengangkut hasil tambang dari lokasi penambangan ke penimbunan yang terdapat
dalam kawasan PT. IMIP.
Karena hanya kendaraan operasional perusahaan (truk-truk) yang lewat, maka
gangguan lalu lintas akibat adanya kegiatan penambangan bijih nikel dianggap tidak ada
dan termasuk kategori dampak tidak penting yang harus dikelola karena terdapat
aktivitas penduduk Bahomakmur yang biasa melintasi jalan hauling perusahaan. Dengan
kondisi jalan tanah, maka pada saat kondisi jalan kering kemudian dilewati oleh truk-truk
yang memuat hasil tambang, akan menimbulkan gangguan berupa partikel debu yang
dapat menjangkau permukiman masyarakat Bahomakmur. Oleh karena itu dengan
adanya lalu lintas truk di sepanjang jalan haulling perusahaaan dapat menimbulkan
keresahan bagi masyarakat Bahomakmur

2.1.1.6 Morfologi dan Geologi Regional


1) Morfologi Areal Rencana Penambangan Bijih nikel
a) Fisiografi dan Morfologi Regional
Fisiografi regional wilayah studi tidak bisa dipisahkan dari proses-pproses geologi,
baik dalam hal jenis batuan, tektonika maupun proses-proses geomorfologi yang
merupakan hasil interaksi faktor-faktor pengontrol bentuk permukaan bumi. Secara
regional, areal studi merupakan wilayah pinggiran dari kerangka regional yang terdiri
dari dataran (rawa), perbukitan termasuk karst (karbonat) pada jalur pegunungan
(terutama Peg.Verbeek). Areal regional tersebut tersebut merupakan daerah kompleks
pegunungan dan perbukitan yang terbentuk dari proses pelipatan, pengangkatan dan
patahan, dengan pola patahan yang relatif sejajar baik patahan vertikal maupun
patahan naik.
Dengan struktur batuan yang sebagian tahan lapuk, hal ini membentuk bentang
alam sangat bergunung dan berbukit serta daerah dataran pantai dan deposisi. Struktur
geologi regional yang sangat berpengaruh adalah zone patahan di bagian selatan, yaitu
zona patahan Matano dan sesar-sesar sungkup yang kemuddian terpotong juga oleh
patahan-patahan vertikal. Sesar-sesar sungkup yang berarah relatif utara-selatan
dipotong oleh sesar-sesar vertikal berarah tenggara-baratlaut. Peerpotongan struktur-
struktur ini, dan juga perbedaan dalam tingkat kekuatan dan kekompakan batuan sangat
berpengaruh pada bentukan morfologi regional, termasuk pola aliran sungai regional
dan lokal yang sebagiaan berpola rektagular.
Struktur kekar banyak dijumpai pada zona patahan dan berhubungan dengan
proses terjadinya patahan itu sendiri. Kekar-kekar ini umumnya terjadi pada batuan
sedimen batugamping (batuan karbonat).
Secara regional, wilayah Kabupaten Morowali dapat dibagi menjadi lima
satuan morfologi, yaitu dataran, bergelombang, perbukitan, pegunungan dan daerah
kars.
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 18
Provinsi Sulawesi Tengah
Bahomotefe

Fatufia
Labota
AREA RENCANA IUP PT. KBM

Matano

Gambar 2.4. Morfologi Regional di Wilayah Morowali, Morowali Utara, Poso dan
Tojo Unauna Garis tebal hitam merupakan jalur patahan (sesar) aktif
Sesar Matano yang berlanjut sampai ke Palu-Koro, merupakan
struktur regional yang berpengaruh pada morfologi regional.

a) Morfologi Lokal Rencana Areal Penambangan PT. KBM


Secara lokal areal daratan wilayah sekitar/di sekeliling rencana kawasan
penambanganterletak pada permukaan (topografi) yang tidak terorientasi
khusus, cenderung tidak beraturan, yang dipengaruhi oleh perbedaan dalam
tingkat kekerasan dan tingkat pelapukan batuan. Kawasan penambangan
memiliki topografi yang miring landai (kemiringan 3-7%), bergelombangmiring
(8-13%)dan berbukit bergelombang miring (14-20%) serta berbukit tersayat
tajam (21-55%). Luasan terbesar didominasi oleh lereng bergelombang miring
dan berbukit bergelombang.Pengamatan lapangan dan analisa topografi
menunjukkan adanya pola lembah yang relatif sejajar sebagaimana dengan
punggungan perbukitan yang juga sejajar, relatif sejajar juga dengan arah
struktur utama di kawasan, yaitu arah sesar Matano yang berorientasi tenggara-
baratlaut.
Pola aliran sungai yang terbentuk disamping pola paralel juga pola
dendritik. Pola yang terbentuk ini terkait dengan pola erosi yang tidak beraturan
pada tubuh batuan sedimen yang kurang padu, yaitu Formasi Tomata berupa
perselingan perlapisan batupasir, batulanau dan, konglomerat. Retakan dan
patahan lokal yang terbentuk pada tubuh formasi ini merupakan jalur untuk
terjadinya erosi yang dalam jangka panjang akan membentuk torehan (gully),
alur dan lembah. Mengingar tingkat kekompakan batuan yang relatif rendah pada
formasi ini menyebabkan erosi mudah terjadi pada bagian yang lapuk. Pola

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 19
Provinsi Sulawesi Tengah
aliran rektangular dapat terbentuk pada zona patahan dimana aliran sungai
mengikuti arah patahan dan relatif tegak lurus pada sungai utamanya.

Fatufia

Labota
Lokasi Rencana IUP Penambangan
PT. KENCANA BUMI MINERAL

Gambar 2.5. Citra topografi wilayah sekitar areal Rencana Penambangan


PT. Kencana Bumi Mineral
(Google Map, 2016)

b) Geologi Wilayah Studi


Mendala Geologi
Secara regional, wilayah studi di Desa Bahodopi Desa lalampu dan dan
Wilayah Desa Siambatu Kecamatan Bahodopi dan sekitarnya relatif terdapat di
bagian tengah Pulau Sulawesi yang merupakan bagian dari Mendala Geologi
Sulawesi Timur.
Di Pulau Sulawesi itu sendiri terdapat tiga Mendala Geologi, yang
merepresentasikan interaksi tiga lempeng utama, yaitu Lempeng Indo-Australia,
Lempeng Pasifik, dan Lempeng Eurasia. Ketiga Mendala Geologi tersebut adalah :
1. Mendala Geologi Sulawesi Barat
2. Mendala Geologi Sulawesi Timur
3. Mendala Geologi Banggai-Sula
Mendala Geologi Sulawesi Barat dicirikan oleh Batuan Plutonik dan Vulkanik
berumur Tersier yang sebagian masih aktif di bagian utara mendala ini. Selain itu
mendala ini juga mencakup Sedimen Flysch tebal yang berumur Kapur-Eosen, serta
Batuan Alas Metamorfik dan Plutonik yang merupakan bagian dari Paparan Sunda.
Batuan yang terbentuk di bagian tengah mendala ini adalah Formasi Latimojong,
Batuan Vulkanik Tineba, Tufa Rampi dan intrusi granit Kambuno. Letak mendala ini
membentang dari wilayah utara Sulawesi sampai di bagian selatan Sulawesi Selatan.
Mendala Geologi Ofiolit Sulawesi Timur, relatif terdapat di bagian tengah
Pulau Sulawesi, dicirikan oleh sebaran batuan ultrabasa, batuan metamorf dan
batuan sedimen karbonatan. Batuan ultrabasa sebagian besar harzburgite, dunite,

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 20
Provinsi Sulawesi Tengah
wherlite, pyroxenite, gabbro, dolerite, trondjhemite, anorthosite, norite, troctolite.
Sekuen ophiolite berkembang sangat baik di bagian utara lengan timur Sulawesi.
Kompleks Pompangeo disusun oleh sekis, grafit, batusabak, genes, serpentinit,
kuarsit, batugamping malih dan setempat breksi. Batugamping malih terdiri marmer
dan batugamping terfoliasi. Batuan sedimen karbonatan dari Formasi Matano
disusun oleh batugamping hablur, kalsilutit, argilit dan serpih serta sisipan rijang dan
batusabak.
Regional platform Banggai-Sula direpresentasikan oleh sekuens formasi
sedimen yang terdiri dari Formasi Tokala yang berumur Trias, Formasi Nanaka dan
Formasi Tetambahu yang berumur Jura Akhir , Formasi Lere (Paleosen – Eosen
Awal) dan Formasi Salodik yang diendapkan pada Eosen – Oligosen.
Diatas ketiga mendala diatas, pada akhir Miosen Tengah sampai Pliosen
terjadi pengendapan sedimen yang membentuk batuan molase, masing-masing
membentuk batuan Formasi Bongka dan Formasi Tomata di bagian timur dan Molase
Sulawesi di bagian barat. Juga, terjadi intrusi granit di Mendala Sulawesi Barat.
Formasi atau batuan yang lebih muda yang terbentuk diatas di ketiga
mendala ini berupa Formasi Poso, Formasi Puna dan Formasi Napu. Satuan termuda
di wilayah ini membentuk batuan Formasi Luwuk, endapan danau dan material aluvial
sungai dan pantai.
Berdasarkan bentuk perbukitan yang dijumpai di daerah Blok KBM_A, B, C, D
dan E, secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua satuan morfologi, yaitu :
a. Perbukitan bergelombang lemah – menengah
Representasi perbukitan ini terbentuk pada bagian punggungan dengan
slope rata-rata 0 - 30°. Satuan morfologi ini menempati luasan ± 50% dari luas
daerah penelitian, dijumpai di bagian Selatan dan Barat Laut Blok KBM.Litologi
penyusun satuan ini adalah batuan Ultramafik, sedangkanvegetasi yang ada pada
umumya berupa hutan dan semak belukar.
b. Perbukitan bergelombang kuat - sangat kuat
Representasi perbukitan ini dominan di bagian Utara dan bagian Tengah
Blok KBM_G dengan slope rata-rata > 45°. Satuan morfologi ini menempati luasan
sekitar ± 50 % dari luas daerah telitian, dengan menempati pada bagian lembah /
sungai(arah penyebaran di bagian Barat dan Timur sungai utama ) .Litologi
penyusun satuan ini adalah satuan batuan Ultramafik,sedangkan vegetasi yang
ada pada umumya berupa hutan dan semak belukar.

Gambar 2.6. Kondisi Lereng (slope) Perbukitan Bergelombang Lemah-Kuat


dan kuat – sangat kuat ( kamera arah Selatan )
Morfologi Blok F
Berdasarkan bentuk perbukitan yang dijumpai di daerah pengamatan,
secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua satuan morfologi, yaitu :
a. Perbukitan bergelombang lemah - menengah
Representasi perbukitan ini terbentuk pada bagian punggungan dengan

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 21
Provinsi Sulawesi Tengah
slope rata-rata 0 - 30°. Satuan morfologi ini menempati luasan ± 20 % dari luas
daerah telitian, dapat dijumpai di bagian Selatan yang berbatasan dengan area
Blok KBM_G dan sebagian kecil dijumpai di sebelah Utara yang berbatasan
dengan Blok KBM_B; KBM_C dan Blok KBM_D. Litologi penyusun satuan ini
adalah batuan Ultramafik ( Bagian Utara ) dan satuan Konglomerat ( Bagian
selatan), sedangkan vegetasi yang ada pada umumya berupa hutan dan semak
belukar.

Gambar 2.7. Kondisi Lereng ( slope ) Perbukitan Bergelombang kuat -


sangat kuat
b. Perbukitan bergelombang kuat - sangat kuat
Representasi perbukitan ini dominan di bagian barat dan bagian timur
dengan slope rata-rata > 45°. Satuan morfologi ini menempati luasan ekitar ± 80
% dari luas daerah telitian, dijumpai di bagian tengah Blok BM_F. Litologi
penyusun satuan ini adalah satuan Konglomerat, sedangkan vegetasi yang ada
pada umumya berupa hutan dan semak belukar.
Morfologi Blok G
Berdasarkan bentuk perbukitan yang dijumpai di daerah engamatan, secara
umum dapat diklasifikasikan menjadi dua satuan morfologi, yaitu :
a. Perbukitan bergelombang lemah - menengah
Representasi perbukitan ini terbentuk pada bagian punggungan dengan
slope rata-rata 0 - 30°. Satuan morfologi ini menempati luasan ± 40 % dari luas
daerah telitian, dengan arah penyebaran di bagian Timur dan Barat . Litologi
penyusun satuan ini adalah satuan Konglomerat, sedangkan vegetasi yang ada
pada umumya berupa hutan, dan semak belukar.

Gambar 2.8. Kondisi Morfologi blok G


 Litotogi
1). Litologi Blok E
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, daerah telitian tersusun oleh
satuan batuan Ultramafik.
 Satuan Ultramafik

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 22
Provinsi Sulawesi Tengah
Jenis litologi ini tersebar di seluruh area Blok KBM_E dengan Prosentase
luasan ± 758 Ha. Komposisi mineral batuan ultrabasa : livin dan piroksin,
warna dasar batuan ultrabasa : abu-abu sampai ehitaman dan masif, dengan
kondisi fresh sampai lapuk sedang - sampai lapuk kuat.

Gambar 2.9. Mineral batuan ultrabasa


2). Litologi Blok F
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, daerah telitian tersusun oleh
Satuan Konglomerat yang bersisipan dengan batupasir dan Satuan batuan
Ultramafik .
 Satuan Konglomerat
Jenis litologi ini mempunyai luasan ± 309,3 Ha dapat ditemukan di bagian
Selatan daerah telitian yang berbatasan dengan area Blok KBM_G dan termasuk
dalam formasi Tomata.
Konglomerat termasuk dalam jenis polimik, berwarna kelabu sampai kelabu
hitam dengan fragmen penyusun berupa batuan ultramafik, batupasir, rijang,
membulat tanggung sampai dengan membulat, terekat padat oleh batupasir kasar
kecoklataan, pilahan dan kemas kurang baik.
3). Litologi Blok G
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, daerah telitian tersusun oleh
satuan Konglomerat bersisipan dengan batupasir.
 Satuan Konglomerat
Jenis litologi ini mempunyai luasan ± 717 Ha dapat dijumpai di semua
kawasan daerah telitian yang termasuk dalam Formasi Tomata. Konglomerat
termasuk dalam jenis polimik, berwarna kelabu sampai kelabu hitam dengan
fragmen penyusun berupa batuan Ultramafik, Batupasir, Rijang, membulat tanggung
sampai dengan membulat, terekat padat oleh batupasir kasar kecoklataan, pilahan
dan kemas kurang baik.

Gambar 2.10. batuan konglomerat

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 23
Provinsi Sulawesi Tengah
 Struktur
1. Struktur Blok A, B, C, D dan E.
Berdasarkan struktur geologi regional di daerah telitian dikontrol oleh struktur
geologi berupa sesar geser yang diperkirakan, sehingga beberapa indikasi dari
struktur regional dapat dijumpai antara lain ditemukan di aliran sungai.

Gambar 2.11. Kenampakan Kekar sebagai dampak terjadinya Sesar Regional


 Struktur Blok F
Jenis litologi ini dapat ditemui di bagian Utara yang berbatasan langsung
dengan area Blok KBM_B; Blok KBM_C dan Blok KBM_D yang mempunyai
prosentase luasan ±97,7 Ha . Komposisi mineral batuan ultrabasa : olivin dan
piroksin , warnadasar batuan ultrabasa : abu-abu sampai kehitaman dan masif,
dengan kondisi fresh sampai lapuk sedang - sampai lapuk kuat.
 Struktur Blok G
Berdasarkan struktur geologi regional, daerah telitian dikontrol oleh struktur
geologi yang berupa sesar geser dan sesar naik, sehingga beberapa indikasi dari
struktur regional dapat dijumpai di aliran sungai.

Gambar 2.12. Peta Geologi Lokal Daerah Studi

c) Stratigrafi dan Litologi Lokal


Formasi Tokala (TRjt)
Formasi ini disusun oleh batugamping klastika, batupasir wake, serpih, napal,
batu lempung pasiran dengan sisipan argilit. Sebaran formasi dari Keurea hingga
Labota bagian utara, dan berdasarkan tinjauan peta dasar penyebaran satuan ini
meluas ke arah selatan sampai dengan Buleleng.

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 24
Provinsi Sulawesi Tengah
Struktur perlapisan pada formasi ini sangat jelas, dengan jurus yang relatif bervariasi
dan kemiringan yang sebagian mencapai 70 - 80o sebagai akibat tektonik pada
massa batuan. Umur formasi diperkirakan Tias - Jura.
1) Batuan Ultrabasa (Ku)
Batuan penyusun satuan ini terdiri dari harzburgit, lherzolit, wehrlit, dunit,
piroksenit, websterit dan serpentinit.
Gabungan batuan ultrabasa dan basa dengan sedimen pelagos Mesozoikum
Formasi Matano merupakan tuntunan ofiolit yang secara regional disebut Jalur Ofiolit
Sulawesi Timur (Simanjuntak dkk, 1991).
Di wilayah studi batuan ini termasuk kedalam Mendala Geologi Sulawesi
Timur dan merupakan penyusun dominan litologi di wilayah kabupaten. Pengaruh
perulangan tektonik menyebabkan sebagian batuan ini dijumpai pada Formasi
Tomata. Secara regional batuan ini tersingkap relatif luas khususnya di wilayah
sebelah selatan dan sebagian kecil di bagian barat.Umur batuan ini diduga tidak
lebih tua dari Kapur Awal.

Gambar 2.13 Singkapan batuan ultrabasa di tebing S. Bangkulango. Batuan


ini sebagian besar telah menunjukkan gejala pelapukan dan
alterasi. Gejala seretan sesar akibat kompleksitas struktur pada
batuan ultrabasa turut berperan dalam alterasi batuan.

Gambar 2.14.Singkapan tanah laterit sebagai hasil alterasi dan pelapukan


residual batuan ultrabasa. Lokasi di bagian timur laut blok izin
IUP. Batuan ini sebagian besar telah menunjukkan gejala
pelapukan dan alterasi.
2) Satuan Batupasir Formasi Tomata (Tmpt)
Di lokasi studi, satuan ini merupakan batuan dasar dimana konstruksi
penambangan akan dibangun. Satuan ini terdiri dari perselingan batupasir,
batulanau dan batulempung dan konglomerat. Secara fisik batuan-batuan ini tidak
terlalu kompak cenderung sedang sampai lunak. Perlapisan batuan tidak signifikan
namun dapat diamati dari perselingan lapisan di wilayah sungai, dengan jurus
lapisan teramati berarah tenggara-baratlaut dengan kemiringan bervariasi 5o - 20o.
Sebaran formasi luas di wilayah Bahodopi termasuk di wilayah dimana
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 25
Provinsi Sulawesi Tengah
penambangan akan dibangun. Secara regional satuan ini merupakan bagian dari
Formasi Tomata.
3) Aluvium (Qal)
Litologinya adalah lumpur, lempung, lanau, pasir, kerikil dan kerakal; berupa
endapan sungai dan rawa. Sebaran utama di lokasi studi adalah wilayah pesisir
pantai dan kawasan permukiman di pesisir. Tebal satuan mencapai 3 m. Peta
geologi yang menunjukkan jenis litologi dan orientasi struktur ini diperlihatkan pada
gambar dibawah ini.

Ref. Peta Geologi Lembar Bungku (Simanjuntak dkk, 1993) 0-2200 m


Peta Geologi Wilayah Lokasi Iup Pertambangan
PT. Kencana Bumi Mineral
Aluvial Garis ketinggian

Formasi Tomata Sungai

Batuan Ultrabasa Garis patahan

Formasi Tokala Strike/dip

Gambar 2.15. Peta Geologi Rencana Lokasi Pertambangan Nikel di Bahodopi dan
Lalampu Kecamatan Bahodopi

d) Struktur Geologi Regional dan Lokal


Struktur geologi regional wilayah studi sangat erat kaitannya dengan
kerangka tektonik Pulau Sulawesi yang merupakan persentuhan 3 mendala geologi,
yakni Mendala Geologi Sulawesi Timur, Mendala Geologi Sulawesi Barat dan
Mendala Geologi Banggai Sula.
Struktur geologi yang terdapat di wilayah ini adalah, lipatan, kekar dan sesar. Jenis
sesar yang dapat dikenali berupa sesar sungkup, sesar turun/vertikal dan sesar
mendatar.
Adapun sesar utama yang dapat dikenal adalah sesar sungkup Matano yang
berarah tenggara-baratlaut dan sesar geser Lasolo yang berarah sinistral.
Adapun sesar-sesar lainnya berupa sesar-sesar vertikal yang cukup banyak di
wilayah regional. Orientasi struktur-struktur ini meskipun memiliki perbedaan namun
memperlihatkan orientasi umum tenggara – barat laut dan utara – selatan.
Disamping patahan, struktur lain yang terbentuk adalah lipatan. Lipatan yang
terbentuk di daerah ini terdiri dari tiga jenis, yaitu lipatan lemah dan terbuka, lipatan
tertutup dan lipatan tumpang-tindih.
Khusus di lokasi wilayah studi, struktur yang teramati adalah struktur-struktur
patahan dan kekar dengan orientasi umum adalah timurlaut – baratdaya. Struktur-
struktur utamanya struktur lokal beragam baik pada satuan batuan ultrabasa,
batugamping klastik, kalsilutit maupun pada satuan batupasir. Berdasarkan bentuk

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 26
Provinsi Sulawesi Tengah
topografi dan kondisi singkapan pada batuan karbonat diinterpretasikan bahwa
terdapat kontak patahan antara satuan batugamping dengan satuan batupasir.
Demikian pula gejala lapangan dan ciri topografi mengindikasikan adanya struktur
patahan vertikal normal berarah utara selatan di bagian tengah wilayah studi.
Struktur geologi lainnya yang sangat umum dan terdapat pada hampir
semua batuan adalah struktur kekar. Arah pengkekaran umumnya tidak beraturan,
kecuali pada zone-zone yang dekat dengan struktur utama.
e) Tektonika Wilayah Studi
Struktur geologi regional yang sangat berpengaruh adalah zone patahan
Matano. Patahan Matano berorientasi tenggara-baratlaut, merupakan patahan geser,
bersifat aktif yang sangat dipengaruhi oleh patahan Sorong dan gerakan lempeng.
Patahan normal membentuk struktur Grabben dan Horst yang terlihat di daerah
Danau Matano. Pada danau ini terdapat depresi sempit dengan dasar yang curam
sampai dengan pada kedalaman 600 m, sedangkan padabagian permukaan lainnya
naik 300-400 m di atas permukaan danau ke arah utara-selatan
Sulawesi sudah dikenal dengan daerah yang mempunyai sejarah tektonik
yang kompleks, yang menghasilkan kondisi geologi dan jenis batuan yang kompleks.
Busur Timur Sulawesi yang terdiri dari Sulawesi bagian Timur dan Tenggara,
sebagian besar ditempati oleh suatu kompleks luas terdiri dari kelompok batuan
ultramafik yang diperkirakan berumur mesozoik hingga tersier bawah (Sukamto, 1975).
Kompleks batuan ultramafik ini merupakan suatu lajur yang terputus-putus,
dan dapat diikuti dari bagian paling Timur dari Sulawesi bagian Timur ke arah Barat
dan membelok mengikuti arah struktur Sulawesi Tenggara.
Kompleks ini terdiri dari berbagai batuan ultramafik terutama harsburgit dan lherzolit
serta dunit dan piroksenit. Sebagian besar daerah ini terdiri dari batuan-batuan
ultramafik yang mengalami berbagai derajat serpentinisasi.
Secara garis besar geologi Sulawesi dapat dibedakan dalam empat kompleks
geologi, yaitu :
 Zona Bagian Barat (Sulawesi bagian Selatan dan Utara), terdiri dari kompleks
basemen akibat subduksi pada zaman Kapur, kemudian terdapat juga endapan
tersier dan kompleks volkanik tersier dengan beberapa intrusi granitik.
 Zona Sulawesi Bagian Timur (Sulawesi bagian Timur dan Tenggara), terdiri dari
fragmen ophiolit dan komplek subduksi. Batuan di zona tersebut didominasi oleh
melange dan batuan sedimen serta metamorf sebagai akibat subduksi ke arah barat
pada masa Neogen.
 Zona Sulawesi Bagian Tengah, terutama terdiri dari jalur batuan metamorf dan
ophiolite melange.
 Fragmen batuan kontinental menempati zona sisa daerah Sulawesi, seperti terdapat
di Banggai Sula dan Tukang Besi.
f) Kegempaan
Struktur aktif yang terdapat didaerah ini adalah sesar naik, sesar geser, sesar
sungkup dan sesar turun. Sesar Matano dan sesar Palu-koro merupakan sesar
utama ke arah barat laut – tenggara dan menunjukkan gerak mengiri. Gerak mengiri
ini mencapai 15 sampai 20 kilometer dengan pergerakan secara terus menerus.
Diduga kedua sesar ini terbentuk sejak Oligosen dan bersambungan dengan sesar
Sorong sehingga merupakan satu sistem sesar transform serta diduga masih aktif
sampai sekarang. Sesar lain yang lebih kecil berupa tingkap pertama dan atau kedua
yang terbentuk bersamaan atau setelah sesar utama tersebut.
Di sepanjang sesar Palu-Koro telah diketahui kemungkinan kejadian pada
rata-rata 38 ± 8 milimeter per tahun. Titik-titik pusat gempa bumi yang terjadi selama
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 27
Provinsi Sulawesi Tengah
abad ke 20 di sekitar sesar Palu-Koro kearah sesar Matano ditunjukan pada tabel
dan gmbar di bawah ini.
Dari gambar dibawah ini dapat dilihat bahwa lokasi rencana tambang terletak
relatif dekat dengan jalur kegempaan yaitu patahan Matano.

Gambar 2.16. Sebaran titik-titik pusat gempa di Sulawesi


bagian tengah. Sumber : BMG Palu

Ref. Peta Hazard Gempa Indonesia Kementerian PU, 2010)


Gambar 2.17. Peta Zonasi Gempa Indonesia (untuk wilayah studi nilai percepatan
gempa di batuan dasar 0,4 - 0,5 g).

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 28
Provinsi Sulawesi Tengah
g) Kondisi Geoteknik
a. Sifat Fisik Tanah
Pengamatan lapangan pada profil tanah untuk wilayah yang disurvei
memperlihatkan tebal tanah penutup yang bervariasi sampai lebih dari 7 meter.
Pada umumnya memperlihatkan pelapukan residual dari batuan ultrabasa, batuan
sedimen berlapis berupa batupasir, batulanau dan batulempung. Sebagian masih
menyisakan massa batuan asli sedangkan sebagian sudah dalam bentuk tanah
residual, dengan warnapelapukan ultrabasa relatif kemerahan.
Lapisan penutup berwarna abu-abu gelap sampai dengan tanah
kemerahan,komposisi ukuran butir dominan lanau dan lempung dengan fragmen
berupa kerikil dan kerakal batugamping dan ultrabasa.Ukuran lanau lebih dominan
daripada lempung. Plastisitas tanah relatif rendah menunjukkan sifat hasil
pelapukan tanah kelanauan.
b. Sifat Teknis Tanah
Dari survey lapangan terkait struktur dan ukuran butir tanah pada lokasi
wilayah studi, dapat dijelaskan bahwa jenis tanah berdasarkan klasifikasi The
Unified Soil Classification System; tanah diwilayah studi didominasi oleh tanah
jenis SM (lanaukepasiran) dengan tingkat plastisitas yang rendah.
Berdasarkan hasil identifkasi tersebut maka dapat dibuatkan suatu analisis
pendekatan terhadap fisik dan mekanis tanah sebagai berikut:
Daya Dukung Tanah Dasar
Daya dukung adalah kemampuan tanah untuk menahan tekanan atau
beban bangunan pada tanah dengan aman tanpa menimbulkan keruntuhan geser
dan penurunan berlebihan. Dalam bagian ini daya dukung tanah yang ditinjau
dibedakan atas daya dukung tanah dasar untuk pondasi bangunan dan tanah untuk
konstruksi perkerasan jalan.
 Daya dukung tanah dasar pondasi bangunan dan jalan
Pondasi adalah bangunan bawah permukaan yang dapat dikelompokkan
sebagaipondasi dangkal, pondasi dalam, dan bangunan penahan yang
menyalurkan beban dari bangunan ke lapisan tanah di bawahnya.
Untuk analisis daya dukung dapat dibedakan antara tanah kohesif dan tanah
nonkohesif sebagai berikut:
a) Tanah kohesif (umumnya tanah berbutir halus): Kuat geser tanah berkisar
dari rendah sampai tinggi dalam kondisi tidak terkekang, dan jika kondisi
udara kering bergantung pada karakteristik khusus. Tanah berbutir halus
relatif lebih kedap dibandingkan dengan tanah nonkohesif (berbutir kasar).
b) Tanah nonkohesif (umumnya tanah berbutir kasar) terbentuk dari material
butiran atau berbutir kasar dengan ukuran butiran terlihat secara visual dan
mempunyai kohesi atau adhesi antar butiran. Tanah ini mempunyai kuat
geser kecil atau tidak ada sama sekali jika keadaan kering dan tanah tidak
terkekang, dan kohesinya kecil atau tidak ada sama sekali jika keadaan
terendam.
 Daya dukung tanah dasar jalan
Lapisan tanah dasar jalan adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat
perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan
diatasnya. Menurut Spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas dari
timbunan badan jalan yang mempunyai persyaratan tertentu sesuai fungsinya,
yaitu yang berkenaan dengan kepadatan dan daya dukungnya (CBR).
Hasil survey lapangan menunjukkan bahwa batuan/tanah di lokasi studi
dimana konstruksi bangunan dan prasarana jalan diletakkan merupakan tanah
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 29
Provinsi Sulawesi Tengah
dan batuan dari Formasi Tomata dan pelapukan batuan ultrabasa . Secara fisik
jenis-jenis tanah ini relatif stabil dan bukan tanah ekspansif. Potensi penurunan
relatif rendah untuk jenis struktur batuan dan tanah di lokasi studi. Hal penting
yang harus dicermati adalah adanya potensi longsoran tebing pada
pemotongan tebing pada batuan/tanah granular, terutama akibat mudah
terurainya material jika dalam kondisi basah
Sebagai material tanah dasar, berdasarkan klasifikasi dari sifat fisik dan
mekanis tanah dan merujuk pada ―Guide for Estimating Subgrade
Strengths,AASHTO, 1993 Spectra Soil Strength Design,1998‖ dapat diestimasi
nilai CBR tanah dasar yang ada 6- 10%.
h) Ketersediaan Bahan Bangunan
Wilayah studi secara geologi tersusun oleh material yang berpotensi untuk
bahan bangunan alam, baik penggunaan untuk gedung/penambangan maupun untuk
pekerjaan jalan. Sumber material ini diperoleh baik di sekitar sungai (pasir, kerikul
dan batu) maupun hasil galian batu gunung baik dari batuan ultrabasa maupun
bongkah-bongkah kompak pada konglomerat. Batu kali dan kerikil dapat diperoleh
dari S. Bahodopi. Batu pecah dapat diperoleh dengan penggalian quary pada tubuh
batuan ultrabasa terutama yang di Lalampu dan Siumbatu. Sedangkan untuk bahan
timbunan dapat diperoleh dari hasil galian pada pematangan lahan.Dalam hal jarak,
letak quarry dan endapan sungai terdapat relatif dekat dengan rencana areal untuk
penambangan. Demikian pula untuk kuantitas bahan galian dianggap dapat
memenuhi kebutuhan untuk pembangunan kawasan industri

2.1.2 Komponen Biologi


Rencana kegiatan penambangan biji nickel di Desa Bahodopi, Siumbatu dan
LalampuKecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah oleh PT.
Kencana Bumi Mineral secara umum menyebabkan kondisiekosistem terganggu.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan studi lingkungan untuk
mengkaji seberapa besar dampak dari kegiatan tersebut terhadap ekosistem alami
yang ada disekitar lokasi kegiatan. Hal itu pentingagar setiap dampak yang
ditimbulkan oleh kegiatan tersebut dapat diminimalisir sehingga tidak menimbulkan
masalah lingkungan yang melebihi ambang batas toleransi ekosistem di sekitar lokasi
kegiatan.
Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara komponem biotik (flora,
fauna, manusia) dengan komponen abiotik (cahaya, udara, air, tanah, dan
sebagainya). Hubungang tersebut membentuk suatu sistem alami, baik dalam hal
struktur maupun fungsi komponen-komponen tersebut merupakan suatu kesatuan.
Konsekuensinya jika salah satu komponennya terganggu, maka komponen lainnya
cepat atau lambat akan terpengaruh. Sistem alam seperti itu disebutnya dengan
sistem ekologi yang disingkat menjadi ekosistem. Secara umum, ekosistem
dibedakan atas ekosistem daratan (terrestrial ecosystem) dan ekosistem perairan
(aquatic ecosystem). Ekosistem daratan yang menjadi lokasi kegiatan adalah
kawasan hutan hujan tropik yang dipengaruhi faktor klimatik yaitu merupakan zona
hutan dataran rendah < 600 m dpl (pamah). Ekosistem perairan (aquatic ecosystem)
yang berada dalam lokasi kegiatan adalah perairan sungai (lotic). Berdasarkan
tipologi vegetasi dan perairan, maka sebaran flora-fauna ekosistem hutan pamah dan
perairan sungai umumnya menampilkan jenis dan keragaman yang berbeda-beda
dari ekosistem tipe hutan dan perairan lainnya sebagai bentuk dari proses adaptasi
terhadap lingkungannya. Komponen biologi dari ekosistem yang dianalisis pada
kegiatan ini (kondisi eksisting) meliputi kondisi flora-fauna alami.
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 30
Provinsi Sulawesi Tengah
Kondisi lahan pada lokasi tapak kegiatan penambangan biji nickel oleh
PT. Kencana Bumi Mineral berada dalam wilayah Desa Bahodopi, Siumbatu dan
Lalampu Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali. Lokasi tersebut merupakan
ekosistem hutan dataran rendah yang kondisi vegetasinya relatif masih alami dengan
tegakan pepohonan yang relatif masih rapat, seperti ditunjukan pada Gambar 2.18.

Gambar 2.18. Kondisi hutan pada lokasi penambangan biji nikel


2.2.1. Flora Darat (Terrestrial)
Kondisi flora terrestrial (vegetasi) dalam ekosistem hutan di lokasi tapak kegiatan
penambangan biji nickel di Desa Bahodopi, Siumbatu dan LalampuKecamatan
Bahodopi relatif berkembang sesuai dengan kondisi curah hujan dan iklim di
Kabupaten Morowali yaitu termasuk tipe A sesuai klasifikasi Schmidt dan Ferguson
(daerah basah dengan nilai Q antara 0-14,3 %) dengan curah hujan 2.500 mm per
tahun. Vegetasi hutan disekitar lokasi kegiatan tersebut termasuk tipe hutan aluvial
dataran rendah (< 600 m dpl) atau ekosistem hujan dataran rendah yang umumnya
tergolong kering. Secara umum kondisi vegetasi disekitar lokasi kegiatan tersebut
disusun oleh beberapa jenis seperti disajikan pada Gambar 2.19.

B
C D

Gambar 2.19. Kondisi hutan di lokasi penambangan biji nickel:


A. Tegakan pohon; B. Damar; C. Palem; D. Pandan.
Studi terhadap vegetasi yang berada di lokasi tapak kegiatan penambangan biji
nickel dilakukan secara langsung di lapangan dengan metode survey dan teknik
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 31
Provinsi Sulawesi Tengah
sampling menggunakan metode jalur (belt transect). Penempatan jalur pengamatan
ditetapkan secara purposive pada kawasan yang memiliki keragaman flora yang relatif
tinggi. Selanjutnya, jenis-jenis dan kelimpahan flora disetiap jalur pengamatan dicatat.
Selain kegiatan survey, dilakukan pula wawancara dengan beberapa anggota
masyarakat (informan kunci) guna melengkapi data hasil survey kondisi vegetasi yang
ada.Hal tersebut dilakukan untuk melengkapi data flora yang kemungkinannya tidak
sempat tercatat oleh tim survey. Komponen vegetasi yang dianalisis dalam studi
ANDAL adalah fokus pada jenis flora alami.
Bedasarkan data hasil analisis vegetasi alami yang menyusun hutan dataran
rendah di lokasi tapak kegiatan, dilakukan evaluasi kualitas ekosistem flora terestrial
menggunakan skala kualitas lingkungan meliputi parameter nilai penting, kerapatan,
jumlah spesies, spesies bernilai ekonomi dan indeks keanekaragaman jenis. Evaluasi
kualitas ekosistem tersebut sesuai Tabel 2.8. sebagai berikut.

Tabel 2.8. Skala Kualitas Lingkungan Flora Darat


Harga atau Nilai Rentangan
Parameter Lingkungan
1 2 3 4 5
Sequential Comparison
0 – 0,3 - 0,31 – 0,60 - 0,61 – 1,0
Index
Nilai Penting Relatif /stsn NP<100 100<NP<150 150<NP<250 250<NP<299 300
Rerata Kerapatan Semak
2 < 20 21-50 51-100 101-200 > 200
/Rumput (indiv/m )
Rerata Kerapatan Pohon
2 <5 5-10 11-15 16-20 > 20
(indiv/100m )
Jumlah spesies semak/sts <10 10-15 16-19 20-25 >25
Jumlah spesies
0-5 6-10 11-15 16-20 >20
pohon/stsn
Keterdapatan Flora Bernilai
0-2 3-5 6-10 11-15 >15
Ekonomi (spesies/stsn)
Indeks Diversity (H) ≤1 >1 - ≤2 >2 - ≤3 >3 - ≤4 >4
Sumber : Cairns et al, 1968; Mueller-Dombois & Ellenberg, 1974; European Environment Agency, 2002
(dengan modifikasi);

Ket: Nilai rentangan : 1 = sangat buruk; 2 = buruk; 3 = sedang; 4 = baik; 5 = sangat baik
Indeks Diversity : 1 = sangat rendah; 2 = rendah; 3 = sedang; 4 = tinggi; 5 = sangat tinggi

Analisis vegetasi alami di hutan dataran rendah disekitar lokasi kegiatan penambangan
biji nickel dilakukan terhadap semua tegakan disetiap lapisan vegetasi yaitu tingkat
pohon, tiang, pancang dan anakan. Diantara jenis flora alami yang dijumpai, ada empat
jenis flora endemik sulawesi yang perlu dilindungi, yaitu Kjellbergiodendron celebicum,
Pterospermum celebicum, Sarcotheca celebica, Polyalthia celebica dan rotan batang
(Calamus zollingeriiBecc.). Hasil analisis vegetasi selanjutnya disajikan sesuai
parameter Kerapatan Relatif (KR), Dominansi Relatif (DR) dan Frekuensi Relatif (FR)
untuk menentukan Nilai Penting (NP) vegetasi, serta parameter keanekaragaman jenis
untuk menentukan Indeks Keanekaragaman (H‘). Secara lengkap hasil analisis
vegetasi tersebut disajikan secara beruratan sesuai tingkatannya pada Tabel 2.9. s/d
Tabel 2.12. sebagai berikut.

Tabel 2.9. Nilai Penting dan Indeks Keanekaragaman Flora Tingkat Pohon di Sekitar
Lokasi Kegiatan Penambangan Biji Nikel
Nama Lokal Nama Ilmiah KR DR FR
No Familia NP H'
(vern. name) (scientific name) (%) (%) (%)
1 Babuno Pometia pinnata Forst. Sapindaceae 6.22 8.25 7.85 22.32 0.17
Jambu- Kjellbergiodendron celebicum
2 Myrtaceae 7.04 8.25 6.95 22.24 0.19
jambu (Koord.)Merrill(A)*
3 Pule Alstonia scholaris (L.) R. Br.* Apocynaceae 6.22 6.27 6.95 19.44 0.17

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 32
Provinsi Sulawesi Tengah
Nama Lokal Nama Ilmiah KR DR FR
No Familia NP H'
(vern. name) (scientific name) (%) (%) (%)
4 Nunu Ficus benjamina L. Moraceae 5.17 6.27 6.95 18.39 0.15
Palaquium obovatum (Griff.)
5 Kume Sapotaceae 5.17 6.27 5.22 16.66 0.15
Engler*
6 Betau Calophyllum soulattri Burm.f.* Clusiaceae 5.17 6.27 5.22 16.66 0.15
7 Dara-dara (Myristica koodersii Warb. Myristicaceae 5.17 4.84 5.22 15.23 0.15
8 Jongi Dillenia celebica Hoogl. * Dilleniaceae 4.22 4.84 5.22 14.28 0.13
9 Kayu lara Metrosideros petiolata K. & V. Myrtaceae 4.22 4.84 5.22 14.28 0.13
10 Rompou Garcinia sp.* Clusiaceae 4.22 4.84 4.96 14.02 0.13
Koordersiodendron pinnatum
11 Siuri Anacardiaceae 4.22 4.84 4.96 14.02 0.13
(Blanco) Merr.
12 Melastoma melabathricum L. Melastomataceae 4.22 3.35 4.96 12.53 0.13
Pterospermum celebicum Miq.
13 Bayur/lero Sterculiaceae 4.22 3.35 4.96 12.53 0.13
(A)*
Kayu
14 Casuarina junghuniana Miq. Casuarinaceae 4.22 3.35 4.96 12.53 0.13
angin
Castanopsis acuminatissima (Bl.)
15 Kasa/Haleka Fagaceae 3.30 3.35 2.24 8.89 0.11
A.DC.
16 Bintangor Callophyllumsoulattri Burm.f. Clusiaceae 3.30 2.67 2.24 8.21 0.11
17 Nantu Planconella firma (Miq.) Dubard* Sapotaceae 3.30 2.67 2.24 8.21 0.11
Sarcotheca celebica Veldkamp
18 Sengilu Oxalidaceae 3.30 2.67 2.24 8.21 0.11
(A)
19 Morongkotuo Melicope sp. Rutaceae 3.30 2.67 2.24 8.21 0.11
20 Polyalthia celebica Miq. (A) Annonaceae 3.30 1.69 2.24 7.23 0.11
Agathis damara (Lambert) L. C.
21 Damar Araucariaceae 2.10 1.69 2.24 6.03 0.08
Rich*
Lithocarpushavilandiii (Stapf)
22 Fagaceae 2.10 1.69 1.18 4.97 0.08
Barnett*
23 Pangi Pangium edule Reinw.* Flacourtiaceae 2.10 1.69 1.18 4.97 0.08
Homalium foetidum (Roxb.)
24 Flacourtiaceae 2.10 1.69 1.18 4.97 0.08
Benth.
Elaeocarpusspaericus (Gaertn.)
25 Elaeocarpaceae 2.10 1.69 1.18 4.97 0.08
K.Schum.
Jumlah 100 100 100 300 3.16
Keterangan :
(A) Endemik Sulawesi ( Kessler et al. 2002; Whitemore et al. 1989); (*) Bernilai Ekonomi
KR = Kerapatan Relatif; FR = Frekwensi Relatif; DR = Dominansi Relatif; NP = Nilai Penting H‘=Indek
Diversity
Berdasarkan hasil analisis vegetasi pada Tabel 2.9. diatas, dijumpai
sebanyak 25 jenis flora alami tingkat pohon dengan nilai penting jenis tertinggi dimiliki
oleh Babuno (Pometia pinnata) Alstonia scholaris dan Jambu-jambu
(Kjellbergiodendron celebicum). Kedua jenis tersebut merupakan jenis utama pada
vegetasi tingkat pohon dikawasan tersebut. Adapun vegetasi tingkat pohon yang
bernilai ekonomis ada sebanyak 10 jenis dan endemik sulawesi ada 4 jenis. Sesuai
hasil analisis indeks keanekaragaman vegetasi tingkat pohon disekitar wilayah studi
mempunyai tingkat keanekaragaman tergolong tinggi atau H‘= 3,16. Berdasarkan
jumlah jenisnya, jenis-jenis yang bernilai ekonomi dan indeks keanekaragaman jenis,
maka vegetasi tingkat pohon disekitar lokasi kegiatan pembangunan kawasan
industri sesuai skala kualitas lingkungan termasuk kualitas lingkungan 4 (baik).

Tabel 2.10. Nilai Penting dan Indeks Keanekaragaman Flora Tingkat Tiang di Sekitar
Lokasi Kegiatan Penambangan Biji Nikel
Nama Lokal
Nama Ilmiah KR DR FR
No (vern. Familia NP H'
(scientific name) (%) (%) (%)
name)
Jambu- Kjellbergiodendron celebicum
1 Myrtaceae 11.8 11.2 12.06 35.06 0.31
jambu (Koord.)Merrill(A)*
Dara-
2 Myristica koodersii Warb. Myristicaceae 9.88 8.76 8.33 26.97 0.28
dara
Koordersiodendron pinnatum
3 Siuri Anacardiaceae 7.42 8.76 7.6 23.78 0.24
(Blanco) Merr.
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 33
Provinsi Sulawesi Tengah
Nama Lokal
Nama Ilmiah KR DR FR
No (vern. Familia NP H'
(scientific name) (%) (%) (%)
name)
4 Pule Alstonia scholaris (L.) R. Br.* Apocynaceae 7.98 7.32 7.86 23.16 0.25
5 Babuno Pometia pinnata Forst. Sapindaceae 7.98 6.21 7.91 22.10 0.25
6 Nunu Ficus benjamina L. Moraceae 4.83 3.76 5.23 13.82 0.15
Palaquium obovatum (Griff.)
7 Kume Sapotaceae 4.27 5.91 3.73 13.91 0.13
Engler*
8 Kayu lara Metrosideros petiolata K. & V. Myrtaceae 4.27 5.72 5.78 15.77 0.13
9 Betau Calophyllum soulattri Burm.f.* Clusiaceae 5.4 3.76 5.78 14.94 0.16
Bayur/ler Pterospermum celebicum
10 Sterculiaceae 3.15 3.76 4.51 11.42 0.11
o Miq. (A)*
11 Jongi Dillenia celebica Hoogl. * Dilleniaceae 3.15 4.22 4.55 11.92 0.11
Planconella firma (Miq.)
12 Nantu Sapotaceae 3.71 2.92 3.39 10.02 0.12
Dubard*
13 Konau Arengapinnata (Wurmb) Merr Arecaceae 4.27 2.54 3.96 10.77 0.13
Kasa/Halek Castanopsis acuminatissima
14 Fagaceae 4.27 2.54 4.13 10.94 0.13
a (Bl.) A.DC.
15 Bintangor Callophyllumsoulattri Burm.f. Clusiaceae 2.55 4.22 3.03 9.80 0.09
Sarcotheca celebica
16 Sengilu Oxalidaceae 2.55 5.34 2.80 10.69 0.09
Veldkamp (A)
Kayu
17 Casuarina junghuniana Miq. Casuarinaceae 3.71 2.54 1.76 8.01 0.12
angin
18 Pangi Pangium edule Reinw.* Flacourtiaceae 3.71 3.76 2.45 9.92 0.12
Agathis damara (Lambert) L.
19 Damar Araucariaceae 2.55 4.22 2.25 9.02 0.09
C. Rich*
20 Polyalthia celebica Miq. (A) Annonaceae 2.55 2.54 2.89 7.98 0.09
Jumlah 100 100 100 300 3.13
Keterangan :
(A) Endemik Sulawesi ( Kessler et al. 2002; Whitemore et al. 1989); (*) Bernilai Ekonomi
KR = Kerapatan Relatif; FR = Frekwensi Relatif; DR = Dominansi Relatif; NP = Nilai Penting H‘=Indek Diversity

Berdasarkan hasil analisis vegetasi pada Tabel 2.10. diatas, dijumpai sebanyak 20
jenis flora alami tingkat tiang dengan nilai penting jenis tertinggi dimiliki oleh Jambu-
jambu (Kjellbergiodendron celebicum) dan Dara-dara (Myristica koodersii). Kedua
jenis tersebut merupakan jenis utama pada vegetasi tingkat tiang dikawasan
tersebut. Adapun vegetasi tingkat tiang yang bernilai ekonomis ada sebanyak 9 jenis
dan endemik sulawesi ada 4 jenis. Sesuai hasil analisis indeks keanekaragaman
vegetasi tingkat tiang disekitar wilayah studi mempunyai tingkat keanekaragaman
tergolong tinggi atau H‘= 3,13. Berdasarkan jumlah jenisnya, jenis-jenis yang bernilai
ekonomi dan indeks keanekaragaman jenis, maka vegetasi tingkat tiang disekitar
lokasi pembangunan kawasan industri sesuai skala kualitas lingkungan termasuk
kualitas lingkungan 4 (baik).

Tabel 2.11. Nilai Penting dan Indeks Keanekaragaman Flora Tingkat Pancang di
Sekitar Lokasi Kegiatan Penambangan Biji Nikel
Nama Lokal Nama Ilmiah Suku KR RF DR INP
No H’
(Vern. Name) (Scientific Name) (Family) (%) (%) (%) (%)
1. Lengaru Alstonia scholaris (L.) R. Br.* Apocynaceae 7.81 4.04 7.29 19.15 0.20
Jambu- Kjellbergiodendron celebicum
2. Myrtaceae 6.15 6.15 6.57 18.87 0.17
jambu (Koord.)Merrill(A)*
3. Babuno Pometia pinnata Forst.* Sapindaceae 6.94 4.04 4.20 15.19 0.19
4. Nunu Ficus sp. Moraceae 4.18 5.10 4.43 13.71 0.13
Palaquium obovatum (Griff.)
5. Kume Sapotaceae 5.10 4.04 3.62 12.77 0.15
Engler*
6. Betau Calophyllum soulattri Burm.f.* Clusiaceae 3.00 6.15 3.45 12.60 0.11
7. Santiria laevigata Bl. Burseraceae 5.87 2.99 3.64 12.50 0.17
8. Pandan Pandanus sp. Pandanaceae 3.98 4.04 3.69 11.71 0.13
9. Parinari corymbosum (Bl.) Miq. Rosaceae 3.98 4.04 3.12 11.14 0.13
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 34
Provinsi Sulawesi Tengah
Nama Lokal Nama Ilmiah Suku KR RF DR INP
No H’
(Vern. Name) (Scientific Name) (Family) (%) (%) (%) (%)
10. Garcinia sp.* Clusiaceae 3.98 4.04 3.05 11.06 0.13
Agathis damara (Lambert) L. C. Araucariacea
11. Damar 3.03 2.99 4.75 10.77 0.11
Rich* e
12. Dacryodes rostrata (Bl.) Lam.* Burseraceae 3.03 4.04 3.63 10.71 0.11
Pterospermum celebicum Miq.
13. Bayu Sterculiaceae 3.98 4.04 2.55 10.57 0.13
(A)*
Kayu Casuarinacea
14. Casuarina junghuniana Miq. 4.92 2.99 2.50 10.42 0.15
angina e
Castanopsis accuminatisima
15. Haleka Fagaceae 3.03 4.04 3.12 10.19 0.11
(Blume)* Rehder
Gonystylus macrophyllus (Miq.) Thymelaeace
16. 3.00 2.99 3.62 9.61 0.11
Airy Shaw ae
Planconella firma (Miq.)
17. Nantu Sapotaceae 3.00 2.99 3.62 9.61 0.11
Dubard*
18. Diospyrosmacrophylla Bl.* Ebenaceae 2.09 2.99 3.11 8.19 0.08
19. Polyalthia celebica Miq. (A) Annonaceae 2.09 2.99 3.07 8.16 0.08
Flacourtiacea
20. Pangi Pangium edule Reinw.* 2.09 2.99 2.56 7.64 0.08
e
Anthocephallus macrophyllus
21. Bekava Rubiaceae 2.09 2.99 2.56 7.64 0.08
(Roxb) Havil.(A)
22. Sagu Metroxylon sagu Rottb.* Arecaceae 2.09 2.99 2.50 7.59 0.08
Fragraea racemosa Jack ex
23. Loganiaceae 2.09 1.93 3.06 7.09 0.08
Wall.
24. Cryptocarya crassinerviopsis Lauraceae 2.09 1.93 2.55 6.58 0.08
25. Celtis phillipensis Ulmaceae 2.09 1.93 2.50 6.53 0.08
26. Dongi Dillenia celebica Hoogl. (A) Dilleniaceae 1.52 1.90 2.55 5.97 0.06
27. Kayu sirih Piper aduncum L. Piperaceae 1.52 1.90 2.05 5.46 0.06
Koordersiodendron pinnatum Anacardiacea
28. Siuri 1.52 1.90 1.94 5.35 0.06
(Blanco) Merr.* e
29. Mathaea sancta Blume Monimiaceae 1.52 1.61 1.94 5.06 0.06
30. Rotan Calamus zollingerii Becc. (A)* Arecaceae 1.52 1.61 1.37 4.49 0.06
31. Paku siatea Cyathea amboinensis Cyatheaceae 1.18 1.61 1.37 4.15 0.05
Jumlah 100 100 100 300 3.32
Keterangan :
(A) Endemik Sulawesi ( Kessler et al. 2002; Whitemore et al. 1989); (*) Bernilai Ekonomi
KR = Kerapatan Relatif; FR = Frekwensi Relatif; DR = Dominansi Relatif; NP = Nilai Penting H‘=Indek Diversity
Berdasarkan hasil analisis vegetasi pada Tabel 2.11. diatas, dijumpai sebanyak
31 jenis flora alami tingkat pancang dengan nilai penting jenis tertinggi dimiliki
olehLengaru (Alstonia scholaris) dan Jambu-jambu (Kjellbergiodendron celebicum).
Kedua jenis tersebut merupakan jenis utama pada vegetasi tingkat pancang
dikawasan tersebut. Adapun vegetasi tingkat pancang yang bernilai ekonomis ada
sebanyak 15 jenis dan endemik sulawesi ada 7 jenis. Sesuai hasil analisis indeks
keanekaragaman vegetasi tingkat pancang disekitar wilayah studi mempunyai tingkat
keanekaragaman tergolong tinggi atau H‘= 3,32. Berdasarkan jumlah jenisnya, jenis-
jenis yang bernilai ekonomi dan indeks keanekaragaman jenis, maka vegetasi tingkat
pancang disekitar lokasi kegiatanpembangunan kawasan industri sesuai skala
kualitas lingkungan termasuk kualitas lingkungan 5 (sangat baik).
Tabel 2.12. Nilai Penting dan Indeks Keanekaragaman Flora Tingkat anakan dan
tumbuhan bawah di Sekitar Lokasi Kegiatan Penambangan Biji Nikel
Nama Lokal
N Nama Ilmiah Suku KR RF DR INP
(Vern. H’
o (Scientific Name) (Family) (%) (%) (%) (%)
Name)
1. Kayu sirih Piper aduncum L. Piperaceae 7.17 3.60 5.64 16.41 0.19
Jambu- Kjellbergiodendron celebicum
2. Myrtaceae 6.75 3.60 5.21 15.56 0.18
jambu (Koord.)Merrill(A)*
3. Tacca palmata Bl. Taccaceae 3.89 6.40 4.40 14.69 0.13
4. Harao Elletaria sp. Arecaceae 6.38 3.60 5.00 14.98 0.18

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 35
Provinsi Sulawesi Tengah
Nama Lokal
N Nama Ilmiah Suku KR RF DR INP
(Vern. H’
o (Scientific Name) (Family) (%) (%) (%) (%)
Name)
Agathis damara (Lambert) L.
5. Damar Araucariaceae 5.79 2.70 4.80 13.29 0.16
C. Rich*
6. Paku siatea Cyathea amboinensis Cyatheaceae 4.34 4.50 4.37 13.21 0.14
Cakar Sellaginellacea
7. Selaginella sp. 4.34 4.50 4.37 13.21 0.14
ayam e
8. Lengaru Alstonia scholaris (L.) R. Br.* Apocynaceae 3.34 4.50 4.37 12.21 0.11
Nephrolepis bisserata (Sw.)
9. Paku Polypodiaceae 3.11 2.70 3.71 9.52 0.11
Schott.
10
Dacryodes rostrata (Bl.) Lam.* Burseraceae 2.45 3.60 3.07 9.11 0.09
.
11
Smilax celebica Bl. Smilacaceae 2.45 3.60 3.07 9.11 0.09
.
12 Lygodium circinnatum (Burm.)
Schizacaceae 2.45 3.60 3.07 9.11 0.09
. Sw.
13
Rumput Paspalum conjugatum Berg. Poaceae 3.34 1.80 3.02 8.16 0.11
.
14 Fragraea racemosa Jack ex
Loganiaceae 2.45 2.70 2.62 7.76 0.09
. Wall.
15
Blumea lacera (Burm.f.) DC* Asteraceae 2.45 2.70 2.62 7.76 0.09
.
16
Tinggaloko Leea indica (Burm.f.) Merr. Leeaceae 2.22 2.70 2.40 7.32 0.08
.
17 Costus speciosus (Koen.) J.E.
Pacing Zingiberaceae 2.22 2.70 2.40 7.32 0.08
. Smith*
18 Donax cannaeformis (G. Forst.) K.
Bomba Maranthaceae 2.22 2.70 2.40 7.32 0.08
. Schum.
19 Setaria palmifollia (Willd.)
Poaceae 2.22 2.80 1.99 7.01 0.08
. Stapf
20 Palaquium obovatum (Griff.)
Kume Sapotaceae 2.00 2.70 2.23 6.93 0.08
. Engler*
21 Rotan
Calamus zollingerii Becc. (A)* Arecaceae 2.00 2.70 2.19 6.89 0.08
. batang
22
Dongi Dillenia celebica Hoogl. (A)* Dilleniaceae 2.00 2.70 2.19 6.89 0.08
.
23 Bambu
Dinochloa barbata (A) Poaceae 2.00 2.70 2.19 6.89 0.08
. jalar
24 Kayu una-
Piper aduncum L. Piperaceae 2.22 1.80 1.99 6.01 0.08
. una
25
Betau Calophyllum soulattri Burm.f*. Clusiaceae 2.00 1.80 1.78 5.58 0.08
.
26
Sirih-sirih Hockeria peltata Piperaceae 2.00 1.80 1.78 5.58 0.08
.
27
Aglaonema simplex Bl. Araceae 2.00 1.80 1.78 5.58 0.08
.
28
Kayu angin Casuarina junghuniana Miq. Casuarinaceae 1.78 1.80 1.56 5.14 0.07
.
29
Sirih hutan Piper decumanum Piperaceae 1.78 1.80 1.56 5.14 0.07
.
30
Diospyrosmacrophylla Bl.* Ebenaceae 1.55 1.80 1.35 4.70 0.06
.
31
Gnetum cuspidatum Bl. Gnetaceae 1.55 1.80 1.35 4.70 0.06
.
32 Planconella firma (Miq.)
Nantu Sapotaceae 1.78 0.90 1.11 3.79 0.07
. Dubard*
33
Rimbang Solanum torvum Swartz* Solanaceae 1.78 0.90 1.11 3.79 0.07
.
34 Alang- Imperata cylindrica (Nees) C.E.
Poaceae 0.55 1.80 0.90 3.25 0.03
. alang Hubb.
35 Agalmyla parasitica (Lamk) O. Gesneriaceae 0.55 0.90 0.90 2.35 0.03
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 36
Provinsi Sulawesi Tengah
Nama Lokal
N Nama Ilmiah Suku KR RF DR INP
(Vern. H’
o (Scientific Name) (Family) (%) (%) (%) (%)
Name)
. K.
36 Anthocephallus macrophyllus
Bekava Rubiaceae 0.55 0.90 0.90 2.35 0.03
. (Roxb) Havil.(A)*
37
Telang Clitorea ternatea L. Legumenosae 0.55 0.90 0.90 2.35 0.03
.
38
Rubus chrysophyllus Miq. Rosaceae 0.55 0.90 0.90 2.35 0.03
.
39
Pangi Pangium edule Reinw*. Flacourtiaceae 0.55 0.90 0.90 2.35 0.03
.
40
Rubus fraxinifolius Poir. Rosaceae 0.55 0.90 0.90 2.35 0.03
.
41
Dara-dara Myristica koodersii Warb. Myristicaceae 0.55 0.90 0.90 2.35 0.03
.
100 100 100 300 3.51
Keterangan :
(A) Endemik Sulawesi ( Kessler et al. 2002; Whitemore et al. 1989); (*) Bernilai Ekonomi
KR = Kerapatan Relatif; FR = Frekwensi Relatif; DR = Dominansi Relatif; NP = Nilai Penting H‘=Indek Diversity
Berdasarkan hasil analisis vegetasi pada Tabel 2.12. diatas, dijumpai sebanyak
41 jenis flora alami tingkat anakan dan tumbuhan bawah dengan nilai penting jenis
tertinggi dimiliki olehKayu sirih (Piper aduncum), serta jenis lainnya yang tergolong
tinggi adalah Jambu-jambu(Kjellbergiodendron celebicum), Tacca palmata dan Harao
(Elletaria sp.). Keempat jenis tersebut merupakan jenis utama pada vegetasi tingkat
anakan dan tumbuhan bawah dikawasan tersebut. Adapun vegetasi tingkat anakan
dan tumbuhan bawah yang bernilai ekonomis ada sebanyak 16 jenis dan endemik
sulawesi ada 4 jenis. Sesuai hasil analisis indeks keanekaragaman vegetasi tingkat
anakan dan tumbuhan bawah disekitar wilayah studi mempunyai tingkat
keanekaragaman tergolong tinggi atau H‘= 3,51. Berdasarkan jumlah jenisnya, jenis-
jenis yang bernilai ekonomi dan indeks keanekaragaman jenis, maka vegetasi tingkat
anakan dan tumbuhan bawah disekitar lokasi pembangunan kawasan industri sesuai
skala kualitas lingkungan termasuk kualitas lingkungan 5 (sangat baik).
2.2.2 Fauna
Fauna merupakan keseluruhan jenis satwa yang terdapat pada suatu daerah
dan memiliki fungsi ekologis yang penting dalam ekosistem hutan.Fauna memberikan
manfaat baik secara langsung maupun tak langsung kepada manusia.Oleh karena itu
kondisi habitat yang kondusif mutlak diperlukan dalam upaya mempertahankan
populasi dan keragamannya serta kelestariannya khususnya bagi fauna yang
tergolong endemik dan atau dilindungi. Keberadaan fauna dalam ekosistem hutan
rentan terhadap gangguan dari berbagai aktifitas manusia yang berlebihan di dalam
maupun disekitar hutan yang menjadi habitatnya. Data diperoleh dengan
menerapkan metode langsung yakni perjumpaan langsung dimana satwa tersebut
ditemukan disekitar lokasi pembagunan penambangan dengan caramelakukan
pengamatan pada area tertentu atau memotret, khususnya terhadap jenis-jenis
endemik. Disamping itu,mengamati populasi fauna melalui pencarian antara lain
bekas jejak, sarang, suara, dan serta berdasarkan informasi yang diperoleh dari
masyarakat sekitar proyek.
Keberadaan fauna di wilayah studi sangat ditentukan oleh kondisi tipe ekosistem
yang ada karena berkaitan erat dengan habitat sebagai tempat tinggal, tempat
berkembang biak, tempat migrasi dan tempat mencari makan. Secara umum, jenis-
jenis fauna satwa yang dikaji dalam AMDAL di wilayah studi adalah Jenis
dikhususkan terhadap jenis-jenis fauna utama yaitu dari kelompok Aves, Mamalia,
Reptil, Amphibia, dan Hewan Domestik.

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 37
Provinsi Sulawesi Tengah
Di lokasi studi tidak banyak jenis mamalia yang dijumpai/ditemukan baik secara
langsung maupun hasil wawancara/informasi dari masyarakat di lokasi studi. Babi
hutan dan beberapa hewan endemik lainnya merupakan jenis mamalia yang masih
dapat dijumpai, baik secara langsung maupun melalui jejak kakinya.Jenis-jenis
reptilia dan amphibia yang teridentifikasi di wilayah studi seperti biawak (Varanus
sp.), kadal (Mabouya multifasciata) dan beberapa jenis ular, serta katak pohon
(Phacenhorus montegola). Secara lengkap jenis-jenis tersebut disajikan dalam Tabel
2.13. sebagai berikut.
Tabel 2.13. Jenis-jenis mamalia, reptilia dan amphibia yang terdapat disekitar lokasi
kegiatan penambangan biji nikel
No Nama Lokal Nama Ilmiah Status
Konservasi
A Mamalia
(A, B)
1. Anoa dataran Bubbalus depresicornis Hamilton-Smith, Dilindungi
rendah 1827
(B, D)
2. Monyet Macaca tonkeana Mayer, 1899 Dilindungi
(A, B)
3. Rusa Cervus timorensis de Blainville, 1822 Dilindungi
(B, C)
4. Kuskus Ailurops ursinus Temminck, 1824 Dilindungi
(B, D)
5. Musang coklat Macrogaliidia muschenbroekiiSchlegel, Dilindungi
sulawesi 1877
(B, D)
6. Tangkasi Tarsius spectrum Erxleben, 1777 Dilindungi
7. Babi hutan Sus celebensis Muller & Schlegel, 1843
8. Kelelawar Pteropus alectoTemminck, 1837
B Reptilia
1. Ular sawah Phyton reticulatus Schneider, 1801
2. Biawak Varanus salvator Merrem, 1820
3. Kadal Mabouya multifasciataKuhl, 1820
4. Tikus sawah Rattus argentiventer Robinson & Kloss, 1916
C Amphibia
1. Katak hijau Rana cancrivora Gravenhorst, 1829
2. Katak kesat Bufo melanoptictus Schneider, 1799
Keterangan:
A: Peraturan Perlindungan Binatang liar 1931
B: Peraturan Pemerintah No.7 tahun1999
C: SK Mentan No.247/Kpts/Um/4/1979
D: SK Mentan No.90/Kpts/Um/2/1977
Berdasarkan data pada Tabel 2.13. diatas, bahwa ke 6 fauna liar dari kelas
mamalia tergolong jenis yang dilindungi. Adapun jenis reptilia dan amphibia memiliki
status konservasi yang tergolong resiko rendah karena keberadaannya di alam relatif
masih banyak. Namun demikian keseluruhan jenis tersebut memiliki nilai penting
secara ekologis di ekosistem hutan daran rendah maka keberadaannya perlu
dilindungi. Berdasarkan jumlah jenisnya serta nilai penting jenis secara ekologi dan
ekonomi, maka keberadaan fauna liar disekitar lokasi kegiatan pembangunan
kawasan industri termasuk kualitas lingkungan 4 (baik).
Di lokasi tapak kegiatan penambangan biji nickel, jenis satwa yang paling banyak
dijumpai adalah aves. Jenis-jenis burung yang tercatat pada umumnya merupakan
burung yang menempati habitat pada tajuk pohon atau burung arboreal. Jenis-jenis
tersebut seperti Elang bondol, Perkici dora, Burung Madu sri ganti, Tekukur, Sri
gunting jambul rambut dan Cekakan sungai. Beberapa jenis burung tersebut
tergolong burung migran atau burung endemik di Sulawesi dan atau di Indonesia,
seperti disajikan dalam Tabel 2.14. sebagai berikut.
Tabel 2.14. Jenis-jenis aves yang terdapat disekitar lokasi studi
No Nama Lokal Nama Ilmiah STS Ket*
1 Elang bondol Haliastur indus Boddaert, 1783 Dilindungi (2,5)
2 Perkici dora Trichoglossus ornatus Linnaeus, 1758 e Dilindungi (2,4)
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 38
Provinsi Sulawesi Tengah
No Nama Lokal Nama Ilmiah STS Ket*
3 Burung madu
Nectarinia jugularis Linnaeus, 1766 Dilindungi (1,2)
sriganti
4 Tekukur Streptopelia chinensis Scopoli, 1768
5 Srigunting jambus Dicrurus hottentottus Linnaeus, 1766
6 Cekakak sungai Halcyon chloris Boddaert, 1783 E Dilindungi (1,2)
Elang dada putih Heliastur indus Boddaert, 1783 e Dilindungi (1,2)
7 Kaca mata laut Zosterops chloris Bonaparte, 1850 e Dilindungi (1,2)
8 Bondol rawa Lonchura malacca Linnaeus, 1766
9 Raja udang
Alcedo meninting Horsfield, 1821 Dilindungi (1,2)
meninting
10 Gagak hutan Corvus enca Horsfield, 1822
11 Kepudang sungu
Coracina leucopygia Bonaparte, 1850 E
tunggir putih
13 Kareo padi Amaurornis phoenicurus Pennant, 1769
14 Trinil pantai Actitis hypoleucos Linnaeus, 1758 M
15 Ayam hutan merah Gallus gallus Linnaeus, 1758 Dilindungi (2,4)
16 Betet kelapa
Tanygnathus sumatranus Wagler, 1832
punggung biru
17 Srindit paruh
Loriculus exilis Schlegel, 1866 E
merah
18 Bubut alang-alang Centropus bengalensis Gmelin, 1788 E
Keterangan :
H = Indeks keragaman jenis
STS = Status
E = Endemik Sulawesi
e = Endemik Indonesia
M = Burung migran
1 = Peraturan Perlindungan Binatang Liar 1931
2 = Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999
3 = SK Mentan No. 421/Kpts/Um/8/1970
4 = SK Mentan No. 757/Kpts/Um/12/1979

Berdasarkan data pada Tabel 2.14. diatas, bahwa terdapat 4 jenis endemik
sulawesi (Halcyon chloris, Coracina leucopygia, Loriculus exilis dan Centropus
bengalensis) dan 3 endemik Indonesia (Trichoglossus ornatus, Heliastur indus dan
Zosterops chloris).Jenis-jenis endemik tersebut termasuk dalam 11 jenis yang
tergolong beresiko hingga terancam punah sehingga memiliki status konservasi
dilindungi. Disamping itu, dijumpai 1 jenis burung migran (Actitis hypoleucos) dan 6
jenis burung lainnya meskipun populasinya tergolong resiko rendah karena masih
banyak di alam, namun perlu dilindungi pula karena memiliki nilai penting secara
ekologis maupun secara ekonomi dilingkungan hutan dataran rendah. Berdasarkan
status konservasi dari 11 jenis burung endemik dan atau dilindungi di ekosistem
hutan, serta memiliki nilai penting secara ekologis dan atau secara ekonomi, maka
keberadaannya di sekitar lokasi tapak kegiatan penambangan biji nickel termasuk
fauna tergolong penting dengan kualitas lingkungan 4 (baik)
2.2.3 Biota Perairan
Perairan merupakan ekosistem yang memiliki peran sangat penting bagi
kehidupan.Perairan memiliki fungsi baik secara ekologis, ekonomis, estetika, politis,
dan sosial budaya.Secara ekologis perairan dapat berperan sebagai tempat hidup
maupun temporal bagi berbagai jenis biota, dan bagian dari berlangsungnya siklus
materi serta aliran energi.Sebagai bagian dari biosfer, ekosistem perairan memiliki
kontribusi dan keterlibatan yang sangat besar dalam mengatur keseimbangan alam
semesta.Banyaknya peran air dan perairan bagi kehidupan, meyebabkan bahasan
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 39
Provinsi Sulawesi Tengah
materi ini dapat ditinjau dari berbagai pendekatan. Ekosistem perairan merupakan
bagian integral dari lingkungan hidup manusia yang relatif banyak dipengaruhi
berbagai macam kegiatan manusia serta dapat dijadikan sebagai pedoman untuk
kerusakan lingkungan. Adapun ekosistem perairan yang berada di lokasi tapak
kegaiatan penambangan biji nickel dan berpotensi menerima dampak kegiatan
adalah Sungai Bangkolango, Sungai Parajongi dan Sungai Bahodopi. Selanjutnya
akan disajikan biota perairan sungai menurut sub komponen plankton, benthos dan
nekton.
1. Jenis-Jenis Nekton
Nekton merupakan biota perairan yang memiliki nilai ekonomis dan sumber
pangan (protein hewani) yang cukup tinggi, sehingga nekton sering diusahakan
(ditangkap dan dibudidayakan) untuk mencukupi kebutuhan protein sekaligus
dijual sebagai sumber pendapatan mayarakat.Kelimpahan nekton sangat
dipengaruhi oleh kondisi kualitas perairan yang bersangkutan. Pencemaran sungai
karena limbah dan sedimentasi dapat menurunkan kualitas perairan setempat dan
bila terjadi pencemaran akan menyebabkan berkurangnya potensi kelimpahan
jenis ikan di perairan tersebut.
Parameter yang digunakan untuk mengkaji nekton/ikan adalah keberadaan
jenis tertentu akibat tekanan atau stress lingkungan. Kondisi atau keberadaan
biota air sangat ditentukan oleh kualitas habitatnya. Pengambilan sampel jenis
nekton atau ikan dilakukan wawancara dengan penduduk di sekitar tapak proyek
maupun pengamatan lapangan.Jenis nekton yang umum dijumpai diketiga sungai
sekitar lokasitapak kegiatan penambangan biji nickel adalah udang mantis dan
udang sungai, secara lengkap jenis-jenis nekton dapat disajikan pada Tabel 2.15.
sebagai berikut.
Tabel 2.15. Jenis-jenis nekton di sungai sekitar tapak kegiatan penambangan biji nikel
No Nama Lokal Nama Ilmiah Phylum/Famili
1 Udang kecobong Triops longicaudatus Schrank, 1803 Crustacea
2 Udang mantis Odontodactylus scyllarus Linnaeus, 1758 Crustacea
3 Gabus Channa striata Bloch, 1793 Channidae
4 Tawes Barbonymus gonionotus Bleeker, 1850 Cyprinidae
5 Lele Clarias batrachus Scopoli, 1777 Clariidae
2. Plankton
Plankton adalah organisme yang pada umumnya renik, melayang dalam air,
daya geraknya yang lemah sehingga pergerakannya sangat dipengaruhi oleh
pergerakan air (Odum, 1993). Berdasarkan ukurannya, Nybakken (1992)
membedakan plankton menjadi lima golongan, yaitu mega plankton, makro
plankton, mikroplankton, nano plankton, dan ultra plankton. Ketiga golongan
pertama masih dapat ditangkap dengan jaring plankton, sedangkan dua golongan
yang terakhir dapat lolos.Plankton merupakan organisme perairan yang
keberadaannya dapat dilihat dari indikator perubahan kualitas biologi perairan.
Plankton mempunyai kepekaan dan toleransi berbeda-beda terhadap bahan
pencemar, sehingga dapat dijadikan indikator perubahan kulitas lingkungan
perairan. Sehingga organisme plankton yang toleran terhadap bahan pencemar
tersebut yang dapat bertahan bisa bertahan pada kondisi tekanan lingkungan yang
tinggi. Plankton terdiri atas dua golongan, yaitu plankton nabati atau fitoplankton
dan plankton hewani atau zooplankton.
a. Zooplankton
Kepadatan zooplankton di suatu daerah lentik jauh lebih sedikit dibandingkan
dengan fitoplankton. Sebagian besar zooplankton menggantungkan sumber
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 40
Provinsi Sulawesi Tengah
nutrisinya pada materi organik, baik berupa fitoplankton maupun detritus.
Berhubung karena bentuk dan ukuran tubuh yang bervariasi maka terdapat
berbagai tipe makanan zooplankton dalam memanfaatkan materi.
Kualitas suatu perairan terutama perairan menggenang dapat ditentukan
berdasarkan fluktuasi populasi plankton yang mempengaruhi tingkat tropik
perairan tersebut. Fluktuasi dari populasi zooplankton sendiri dipengaruhi terutama
perubahan berbagai faktor lingkungan. Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi populasi zooplankton adalah ketersediaan nutrisi disuatu perairan.
Indeks Keanekaragaman jenis dan kelimpahan zooplankton disajikan pada Tabel
2.16. sebagai berikut.
Tabel 2.16. Indeks keanekaragaman dan kelimpahan zooplankton diperairan sungai
disekitar lokasi tapak kegiatan penambangan biji nikel
Stasiun
No Nama Taxa
I II III
1 Cyclops sternuus 543 321 356
2 Acrocalanus gracilis 236 324 790
3 Bryocamptus hiemalis 543 354 123
4 Macrosetella gracilis 276 465 254
5 Cypris sp. 324 198 465
6 Corycaeus sp. 187 430 276
Individuals 2109 2092 2264
Species 6 6 6
Indeks Diversitas 1.71 1.76 1.64
Indeks Keseragaman 0.96 0.98 0.92
Keterangan Lokasi: I=sungai bangkolango; II=sungai parajongi; III=sungai bahodopi

Keanekaragaman jenis merupakan parameter yang biasa digunakan dalam


mengetahui kondisi suatu komunitas tertentu, parameter ini mencirikan
kekayaan jenis dan keseimbangan dalam suatu komunitas. Berdasarkan kriteria
dalam rumus indeks keanekaragaman Shannon – Wienner keanekaragaman
plankton diperairan tersebut berkisar antara 0,92-0,98 atau dikategorikan dalam
indeks keanekaragaman yang tergolong rendah.
b. Fitoplankton
Kehadiran fitoplankton di ekosistem perairan sangat penting, karena
fungsinya sebagai produsen primer dalam perairan atau karena kemampuan
dalam mensintesis senyawa organik dari senyawa anorganik melalui proses
fotosintesis. Dalam ekosistem air, proses fotosintesis dilakukan oleh
fitoplankton bersama dengan tumbuhan air lainnya disebut sebagai
produktivitas primer.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi kepadatan fitoplankton di suatu
perairan mengalir adalah kecepatan arus air. Selain itu kekeruhan air juga
sangat mempengaruhi keberadaan fitoplankton. Kelompok fitoplankton yang
mendominasi perairan tawar umumnya terdiri dari diatom dan ganggang hijau
serta dari kelompok ganggang biru. Kepadatan fitoplankton dapat dipengaruhi
oleh fluktuasi kepadatan fitoplankton yang bervariasi. Kelompok zooplankton
yang terdapat pada ekosistem perairan adalah dari jenis Crustaceae/Copepoda
dan Cladocera, serta Rotifera. Fitoplankton hidup terutama pada lapisan
perairan yang mendapat cahaya matahari yang dibutuhkan untuk melakukan
proses fotosintesis. Indeks keanekaragaman dan kelimpahan fitoplankton
disajikan pada Tabel 2.17. sebagai berikut.

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 41
Provinsi Sulawesi Tengah
Tabel 2.17. Indeks keanekaragaman dan kelimpahan fitoplankton diperairan sungai
sekitar lokasi tapak kegiatan penambangan biji nikel
Stasiun
No Nama Taxa
I II III
1 Chaetaceros sp. 856 453 564
2 Surirella sp. 789 567 698
3 Navicula sp. 956 468 298
4 Volvox aerus 874 465 973
5 Rhizoselenia robusta 940 876 795
6 Thallasiotrix sp. 794 209 734
Individuals 5209 3038 4062
Species 6 6 6
Indeks Diversitas 1.79 1.72 1.74
Indeks Keseragaman 1.00 0.96 0.97
Keterangan Lokasi: I=sungai bangkolango; II=sungai parajongi; III=sungai bahodopi

Fitoplankton merupakan produksen utama disebagian besar perairan, sedangkan


zooplankton merupakan konsumen pertama yang menstransfer energi dari
produksen primer ke organisme konsumen yang lebih tinggi tingkatannya, seperti
nekton (ikan) dan udang, Sebagai produsen dan konsumen pertama, plankton
sangat dipengaruhi oleh perubahan kondisi perairan. Dengan demikian dalam
penilaian kondisi perairan, plankton dapat dijadikan indikator atau petunjuk adanya
perubahan kualitas fisik-kimia perairan.
Berdasarkan rumus Shannon-Wiener untuk seluruh stasiun pengamatan,
diperoleh nilai indeks keanekaragaman fitoplankton berkisar 0,96-1,00.
Berdasarkan indeks keanekaragaman fitoplankton diperairan tersebut
dikategorikan dalam indeks keanekaragaman yang tergolong rendah.
3. Benthos
Benthos adalah organisme yang hidup di permukaan dan atau dalam substrat
dasar perairan. Karena sifat hidupnya yang relatif menetap (sesil), dan juga
sebagai detritus feederdan scavenger, maka benthos sering digunakan sebagai
indikator perubahan kualitas perairan. Selanjutnya, secara lengkap jenis benthos
dapat disajikan pada Tabel 2.18. sebagai berikut.
Tabel 2.18. Indeks keanekaragaman dan kelimpahan benthos diperairan pantai sekitar
lokasi tapak kegiatan penambangan biji nikel
Stasiun
No Nama Taxa
I II III
1 Nematoda 32 23 23
2 Polychaeta 23 35 74
3 Pelecypoda 34 46 65
4 Copepoda 54 29 43
5 Sarcomastigophora 34 31 35
Jumlah Ind (N) 177 164 240
Indeks Keanekaragaman (H‘) 1.57 1.58 1.53
Indeks Keseragaman (E) 0.98 0.98 0.95
Var H` 0.00042 0.00029 0.00059
Keterangan Lokasi: I=sungai bangkolango; II=sungai parajongi; III=sungai bahodopi

Hasil analisis benthos menunjukkan bahwa nilai keanekaragaman berkisar 1,53-


1,58.Dengan indeks kesamaan antara 0,95-0,98. Berdasarkan data tersebut
menunjukkan bahwa kondisi perairan dilihat dari struktur komunitas benthos
bervariasi dari peka (rentan) - resisten (kuat) terhadap gangguan yang dapat
menunjukkan kestabilan komunitas.

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 42
Provinsi Sulawesi Tengah
Berdasarkan kriteria klasifikasi nilai indeks Shannon-Wiener hasil analisis
benthos benthos di perairan sungai sekitar lokasi tapak kegiatan tergolong sedang.
Hal ini jika dibandingkan dengan skala kualitas lingkungan maka keanekaragaman
benthos mempunyai skala kualitas lingkungan yang rendah

2.1.3 KOMPONEN SOSIAL, EKONOMI DAN BUDAYA


2.1.3.1 Komponen Sosial
Secara administrasi lokasi rencana kegiatan penambangan bijih nikel terletak
di wilayah Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali dan terdiri dari 3 wilayah Desa
yang akan terkena dampak dari kegiatan tersebut. Ketiga desa tersebut adalah Desa
Bahodopi, Desa Lalampu dan Desa Siumbatu Kecamatan Bahodopi
Metode yang digunakan dalam survey komponen sosial, ekonomi dan budaya
adalah wawancara secara kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif dilakukan
terhadap 20 orang responden untuk masing – masing desa yakni Desa Bahodopi,
Desa lalampu dan Desa Siambatu. Dengan demikian maka responden secara
keseluruhan untuk 3 Desa tersebut adalah berjumlah 60 orang. Untuk mendukung
data kuantitatif dari survey tersebut, dilakukan juga wawancara secara kualitatif.
Wawancara kualitatif dilakukan kepada sumber kunci yang terdiri dari tokoh-tokoh
masyarakat.
Mata Pencaharian Utama Responden adalah : 1). belum mempunyai
pekerjaan tetap sebanyak 9 orang, 2) swasta 3 orang, 3). wiraswasta 6 orang, 4).
pedagang, 6 orang, 5). petani 12 orang , 5) nelayan 12 orang,6). buruh 3 orang, 7).
Aparat desa 3 orang serta 8). Guru sebanyak 6 orang.
1. Kependudukan
a) Jumlah penduduk, kepadatan dan Jenis Kelamin
Berdasarkan Kecamatan Dalam Angka Tahun 2016, diketahui sebagai
berikut: Kecamatan Bahodopi penduduknya berjumlah 7.263 jiwa dengan luas
wilayah 1.080,98 Km2. Dengan demikian maka kepadatan penduduknya rata-rata
7 jiwa /Km2. Apabila penduduk dilihat berdasarkan jenis kelamin, maka penduduk
laki- laki 3.849 jiwa dan perempuan 3.414 jiwa sehingga sex rasio = 112,74
atau 113 Gambaran lebih lengkap tentang luas wilayah, jumlah, kepadatan
penduduk dan sex rasio di wilayah dan di desa studi, tersaji dalam tabel 2.19.
berikut.
Tabel 2.19. Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan serta Sex Rasio Penduduk di
Wilayah dan Desa Studi
Jenis Kelamin Ukuran
Luas Jumlah Kepadatan Jml Sex
No Kec/Desa 2 2 Jiwa
(Km ) Lk Pr Jiwa (Km ) KK Rasio
KK
1 Kec.Bahodopi 1.080,98 3849 3414 7263 7 1675 113 4
Bahodopi 118,71 409 409 818 7 189 100 4
Lalampu 103,32 116 117 233 2 54 99 4
Siumbatu 117,33 296 247 543 5 125 120 4
Rata-rata 90,08 320,75 284,5 605,25 7 139,58 113 4
Sumber: Kecamatan Bahodopi, Dalam Angka 2016 (Diolah kembali)
Dari ke tiga Desa wilayah studi yang paling tinggi kepadatan penduduknya
adalah Desa Bahodopi. Desa Bahodopi dilihat dari jumlah penduduk adalah
terbesar, sama dengan kepadatan penduduk kecamatan Bahodopi. Hal ini terjadi
karena kecamatan ini mempunyai wilayah yang paling luas dibandingkan dengan
kecamatan lainnya. Rata-rata kepadatan penduduk di 3 Desa Studi wilayah studi
adalah 7 jiwa/km2, yang berarti masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata
di tingkat kabupaten. Berdasarkan baku skala kualitas lingkungan, kondisi

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 43
Provinsi Sulawesi Tengah
kepadatan penduduk di wilayah studi termasuk dalam kriteria sangat baik atau
mempunyai skala 5.
Untuk perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan (seks
rasio), tampaknya tidak terlihat perbedaan yang signifikan utamanya di desa studi.
Hal tersebut dibuktikan dengan sex rasio atau perbandingan antara jumlah
penduduk laki-laki dan jumlah penduduk perempuan yang hanya mencapai 113
yang artinya bahwa setiap 100 penduduk perempuan terdapat sebanyak 113
penduduk laki-laki.
Jumlah anggota rumah tangga di desa studi yang rata-rata terdapat 4 jiwa
dalam 1 Rumah Tangga. Sedangkan jenis kelamin penduduk dengan sex rasio
113. Kondisi rumah tangga di wilayah studi yang rata-rata mempunyai anggota
keluarga kurang dari 5 orang ini, bila dilihat dari baku kualitas lingkungan
tergolong sangat baik (Canter, L.W. & Hill, L.G., 1981).
b) Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk di suatu wilayah termasuk di wilayah kecamatan dan
desa sangat ditentukan oleh berfungsinya 3 aspek kependudukan. Ketiga aspek
dimaksud meliputi: fertilitas (kelahiran), Mortalitas (kematian) dan Mobilitas
penduduk. Jumlah penduduk di Kecamatan Bahodopi pada tahun 2015 sebanyak
7.132 jiwa. Pada tahun 2016, jumlah tersebut telah mengalami peningkatan
menjadi 7.263 jiwa, sehingga pertumbuhannya hanya mencapai 0,98%.
Petumbuhan tersebut tidak merata pada semua desa ada desa di Kecamatan
Bahodopi yang pertumbuhannya tinggi dan ada pula yang pertumbuhannya
rendah. Hal itu sebagian ditentukan oleh potensi desa itu sendiri yang menjadi
pemicu masuknya penduduk dari desa lain atau daerah lain untuk bermukim dan
menjadi penduduk di desa tersebut. Misalnya hadirnya investor menyebabkan
penduduk yang datang ke desa tersebut untuk memanfaatkan peluang-peluang
kerja dan peluang berusaha dan lama kelamaan terdaftar menjadi penduduk desa
setempat.
c) Struktur Penduduk Menurut Umur
Komposisi penduduk menurut umur adalah salah satu komponen penting
yang harus dikaji dalam dokumen ini, karena terkait dengan beberapa aspek yaitu;
aspek lapangan kerja, sarana pendidikan, dan fasilitas sosial lainnya.
Adapun jumlah penduduk usia produktif (15 – 64) di Kecamatan Bahodopi
adalah sebesar 5.092 jiwa atau sekitar 70,11% dari total penduduk. Sedangkan
penduduk yang belum produktif ( 0 – 14 ) sebesar 2.027 jiwa atau sekitar
27,91%, dari total penduduk dan yang tidak produktif lagi ( usia 65 tahun keatas)
sebesar 144 jiwa atau 1,98%. Dengan demikian maka angka beban tanggungan
rata-rata di Kecamatan Bahodopi adalah sebesar adalah 40 yang berarti bahwa
setiap 100 orang usia produktif selain menanggung dirinya sendiri, juga harus
menanggung sekitar 40 orang usia tidak produktif. Besarnya jumlah penduduk
yang tergolong produktif di wilayah studi menandakan bahwa di desa studi
memiliki sumber daya manusia yang memadai, sehingga dalam hal pemenuhan
tenaga kerja untuk pihak perusahaan tidak ada persoalan. Namun tentu terbatas
pada tenaga kerja non skill oleh karena diketahui bahwa sumber daya yang ada
di desa skillnya sangat terbatas bahkan rendah, sehingga tidak semua jenis
pekerjaan yang ada di perusahaan dapat di kerjakan.
Persoalan yang muncul di desa studi sehubungan dengan ketersediaan
tenaga produktif adalah ketidakseimbangan antara besarnya pencari kerja
(tenaga kerja) dengan ketersediaan lapangan kerja yang ada, sehingga masih
banyak penduduk usia kerja tetapi tidak bekerja atau menganggur.
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 44
Provinsi Sulawesi Tengah
Penduduk yang tersedia di desa studi jika dilihat dari struktur
ketenagakerjaan, maka pihak perusahaan (PT. Kencana Bumi Mineral) sebagai
pihak yang akan menyediakan lapangan kerja bagi penduduk setempat, tidak
perlu lagi mencari atau mendatangkan tenaga kerja dari luar desa studi
sepanjang tenaga kerja yang dibutuhkan tidak memerlukan tenaga terampil (Skill)
yang tinggi. Artinya disatu sisi perusahaan harus secara transparan dalam hal
menerima, memanfaatkan dan menempatkan tenaga kerja yang tersedia di desa
studi agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial diantara sesama warga
masyarakat. Sementara di sisi lain penduduk usia kerja yang ada di desa studi
tidak harus menuntut banyak bahwa ia harus menjadi tenaga kerja atau menjadi
karyawan di perusahaan, mengingat pihak perusahaan memanfaatkan tenaga
kerja sesuai dengan keterampilan yang dimiliki pencari kerja. Karena itu
penduduk di desa studi pun tidak boleh menolak atau merasa keberatan jika
kelak ada tenaga kerja terampil yang didatangkan dari luar. Demikian pula para
pencari kerja yang ada di desa studi hendaknya mendapat rekomendasi dari
kepala desa tentang kelayakan menjadi tenaga kerja agar diketahui oleh
pemerintah, termasuk pihak dinas kependudukan dan Pencatatan Sipil, Sosial,
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Morowali, agar pihak perusahaan
tidak seenaknya memperlakukan tenaga kerja di luar peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
2. Pendidikan
Pendidikan merupakan aspek yang harus dibahas dalam kajian ini oleh
karena sangat berkaitan dengan upaya pengembangan kualitas sumber daya
manusia, dan turut berpengaruh dalam menentukan masa depan masyarakat.
Pendidikan dalam konteks ini meliputi ketersediaan sarana, prasarana serta
fasilitas yang merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan dalam upaya
mewujudkan tujuan dari pendidikan nasional itu sendiri yakni mencerdaskan
kehidupan bangsa. Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan baik negeri
maupun swasta akan sangat berpengaruh pada peningkatan sumberdaya
manusia dan sekaligus menjadi barometer atau ukuran terhadap kualitas
sumberdaya masyarakat.
Di wilayah studi prasarana pendidikan yang tersedia berdasarkan data
Kec. Bahodopi dalam Angka tahun 2016; bahwa prasarana pendidikan yang ada
meliputi: Sekolah Negeri terdiri atas: Sekolah Dasar (SD) sebanyak 13 unit,
Sekolah Menengah Tingkat Pertama sebanyak 3 (tiga) unit dan Sekolah
Memengah Tingkat Atas sebanyak 1 (satu) unit. Sekolah Swasta terdiri atas:
Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMTP) sebanyak 2 (dua) unit dan Sekolah
Menengah Tingkat Atas (SLTA) sebanyak 1 (satu) unit. Data mengenai jumlah
murid dan guru di wilayah studi yang menggambarkan tentang situasi pendidikan,
tersaji dalam table 2.20. berikut.
Tabel 2.20. Tingkat pendidikan masyarakat di wilayah studi 2016
Wilayah/Desa Murid (orang) Guru (orang)
No
Studi TK SD SMP SMA SMK TK SD SMP SMA SMK
1 Kec.Bahodopi 326 1612 671 331 - 46 145 64 32 -
Desa Bahodopi 103 186 - - - 7 14 - - -
Desa Lalampu - 81 - - - - 13 - - -
Desa Siumbatu 31 95 109 - - 4 13 12 7 -
Sumber: Kecamatan Bahodopi Dalam Angka 2016

Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa rasio antara guru terhadap
murid wilayah studi cukup memadai sehingga dengan sendirinya anak-anak didik

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 45
Provinsi Sulawesi Tengah
dapat terlayani dengan maksimal, mengingat jumlah murid tidak terlalu besar
khususnya untuk pendidikan SD yakni dengan rasio 1 : 18. Yang berarti setiap
seorang guru hanya melayani sebanyak 18 orang murid.
Tabel 2.21. Tingkat Pendidikan Responden di Wilayah Studi
No. Pendidikan Freuency Persentase
Tidak sekolah 5 5,5
Tidak tamat SD 17 18,8
Tamat SD 20 22,2
SLTP 22 24.4
SMU 21 23,3
Diploma 3 3,3
Sarjana 2 2,2
Jumlah 90 100
Sumber Data Primer, 2017
Tingkat pendidikan responden yang paling menonjol adalah tamat SMU
seperti tingkat pendidikan penduduk di 3 wilayah Desa pada umumnya.
Responden dengan tingkat pendidikan sekolah menengah yaitu SLTP dan SMU
cukup besar (47,7%) dan yang berpendidikan Diploma, Sarjana dan Pasca
Sarjana sebanyak 5,5%.
Berdasarkan baku penilaian kualitas lingkungan ((L.W. Canter & L.G. Hill,
1981), oleh karena secara umum keadaan pendidikan penduduk di 3 Desa
wilayah studi persentase lulusan SD sekitar 22,2%, yang berpendidikan
menengah 47 7 % dan yang berpendidikan tinggi sekitar 5,5 %, maka keadaan
tersebut termasuk dalam kriteria baik (skala 4).
3. Agama
Agama yang dianut masyarakat di Kecamatan Bahodopi cukup beragam
(Islam, Kristen Katolik dan Protestan, Hindu dan Budha). Keragaman pemeluk
agama tersebut pertanda kebhinnekaan, fluralitas serta heterogenitas penduduk
atau masyarakat itu sendiri. Keragaman agama yang dianut oleh masyarakat di
Kecamatan Bahodopi terlihat dari prasarana keagamaan yang ada antara lain
Masjid sebanyak 19 buah, mushallah sebanyak 7 buah, Gereja kristen / katolik
sebanyak 1 buah, Pura sebanyak 3 buah. Ketersediaan prasarana peribadatan
sebagaimana digambarkan di atas terlihat bahwa pemeluk agama terbesar di
Kecamatan Bahodopi adalah pemeluk Agama Islam. Namun demikian hubungan
atau kerukunan antar umat beragama di wilayah Bahodopi sangat bagus dan
tidak pernah terdengar ada gesekan-gesekan yang dapat mengarah ke konflik
dimana agama sebagai faktor pemicunya. Masyarakat menyadari bahwa hidup
damai dan berdampingan adalah idaman dan harapan semua warga masyarakat.
Data mengenai fasilitas peribadatan di wilayah dan di desa studi, tersaji dalam
Tabel 2.22. berikut.
Tabel 2.22. Sarana dan Prasarana Peribadatan di Wilayah dan di desa studi 2016
Fasilitas peribadatan
No Wilayah studi
Masjid Mushallah Gereja Pura/Vihara
1 Kec. Bahodopi 19 7 1 3
Desa Bahodopi 1 - - -
Desa Lalampu 1 - - -
Desa Siumbatu 1 - - -
Jumlah 2 - - -
Sumber: Kecamatan Bahodopi Dalam Angka 2016
Hasil wawancara dengan pemeluk agama di wilayah studi diperoleh
keterangan bahwa pada prinsipnya prasarana peribadatan pada umat beragama,
sudah memadai. Hanya saja sudah ada sebagian yang memerlukan perbaikan
(rehabilitasi) karena sudah berumur. Hal itu bisa atau dimungkinkan manakala

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 46
Provinsi Sulawesi Tengah
perusahaan telah beroperasi dan berproduksi karena masyarakat memiliki hak dari
hasil prduksi perusahaan tersebut berupa CSR. Hal itu sesuai dengan keterangan
dan harapan dari para responden ataupun informan yang diwawancarai bahwa
kelak jika perusahaan telah berproduksi hendaknya memberikan perhatian kepada
masyarakat, hak-hak masyarakat agar dipenuhi dan yang paling utama adalah
membangun fasilitas-fasilitas umum, seperti rumah ibadah, fasilitas pendidikan
atau fasilitas umum lainnya.
4. Sosial Ekonomi
1. Mata Pencaharian Penduduk
Mata pencaharian penduduk akan dapat mencerminkan tingkat pendapatan
yang pada umumnya akan terkait pula dengan sikap dan pola pikir mereka. Bagi
anggota masyarakat yang mempunyai mata pencaharian di sektor pertanian pada
umumnya cenderung selalu mempertahankan sikap dan pola pikir secara
tradisional dan kurang terbuka bila dibandingkan dengan masyarakat bermata
pencaharian di sektor lain. Mata pencaharian penduduk di 3 Desa wilayah studi
didominasi oleh petani, nelayan, wiraswasta, tukang pedagang dan lainnya
lainnya.
Komposisi mata pencaharian penduduk di 3 Desa studi secara lebih lengkap
disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2.23. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Studi Tahun 2017
Mata pencaharian Desa. Bahodopi Desa. Lalampu Desa.Siombatu
1.Petani 23 4 6
2. Nelayan 6 6 1
3.wiraswasta. 6 21 3
4. Pegawai swasta 42 9 4
4.pedagang 19 7 17
5.Tukang 12 2 1
6. Buruh 3 39 1
7. Petrnak 1 - -
8. Jasa 9 - -
9. PNS 37 7 7
19.TNI/Polri 11 - -
10 lainnya 145 103 92
Jumlah 314 198 132
Sumber : Potensi Desa ,2017
Berdasarkan tabel tersebut di atas nampak bahwa mata pencaharian
sebagian besar penduduk di 3 Desa studi adalah dalam bidang lain-lain meskipun
tidak diketahui pasti bidang yang ditekuninya, kemudian wiraswasta. Jenis mata
pencaharian berikutnya adalah pedagang dan pertukangan serta bidang konstruksi
khususnya sebagai buruh bangunan. Dan pekerjaan lainnya adalah juga cukup
banyak. Jenis mata pencaharian penduduk yang relatif masih terbatas jumlahnya
adalah sebagai pegawai atau PNS dan ABRI/POLRI. Nampak bahwa
bidang-bidang yang ditekuni penduduk umumnya yang tidak membutuhkan
adanya pendidikan dan atau ketrampilan yang cukup tinggi. Bahkan dapat
dikatakan bahwa pengetahuan atau ketrampilan yang mereka butuhkan dalam
pekerjaan sehari-hari hanya berdasarkan atas kebiasaan atau ketrampilan secara
turun temurun.
Adapun angkatan kerja yang tidak terserap lapangan kerja pada umumnya
masih bekerja di kebun, bekerja diluar wilayah desa Lalampu, Siumbatu, dan
Bahomakmur maupun buruh harian pada kontraktor yang secara temporer
mendapat pekerjaan.

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 47
Provinsi Sulawesi Tengah
2. Tingkat Pendapatan
Salah satu indikator kemakmuran atau kesejahteraan adalah besarnya
pendapatan masyarakat. Tinggi rendahnya pendapatan seseorang umumnya
dapat dilihat melalui jenis matapencaharian atau pekerjaannya. Dengan melihat
tingkat pendapatan masyarakat akan dapat diukur tingkat kesejahteraan
masyarakat tersebut. Tingkat kesejahteraan masyarakat secara ekonomi ini akan
berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan non ekonomi, yang antara lain dapat
ditunjukkan melalui kondisi bangunan rumah, perabotan rumah tangga, kondisi
pendidikan anggota keluarga dan lain sebagianya. Gambaran mengenai
pendapatan rumah tangga setiap bulan dapat dicirikan menjadi 2 kelompok
sumber penghasilan, yaitu kelompok formal dan kelompok informal (petani dan
lain sebagainya). Untuk menghitung pendapatan per tahun kelompok formal
sangatlah mudah karena pendapatan diperoleh secara rutin/tetap setiap bulan.
Tetapi pendekatan pendapatan rumah tangga bagi kelompok informal seperti
petani, nelayan, jasa, pedagang dan lain-lain sangatlah sulit. Hal ini dikarenakan
pendapatan setiap bulan untuk kelompok informal tidak tetap dan bersifat
musiman. Hasil usaha mereka sering mengalami pasang surut, kadang-kadang
berhasil, kadang-kadang mengalami kegagalan karena pengaruh berbagai faktor,
seperti adanya serangan hama penyakit, harga hasil panen jatuh, sepinya para
konsumen dan lain-lain. Bagi penduduk daerah penelitian pada umumnya para
petani ataupun pengusaha lainnya enggan untuk memperhitungkan antara
penghasilan yang diperoleh dengan biaya pengeluaran proses produksi ataupun
untuk memenuhi kebutuhan hidup ainnya. Berdasarkan data struktur responden
menurut mata pencaharian utama diketahui bahwa sebagian besar responden
bekerja di bidang wiraswasta /pedagang, petani yang meliputi petani dan
buruhtani, nelayan. Penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan
umumnya bermukim di pinggir pantai dan rata rata melaut hanya 4 – 5 hari per
minggu. Pendapatan mereka berkisar antara Rp 50.000,00 – Rp 150.000,00.
Jenis mata pencaharian lain yang cukup dominan adalah sebagai
pengusaha/wiraswasta dan lain-lain. Dilihat dari tingkat pendapatannya, rata-rata
pendapatan responden per bulan adalah Rp 1.383.204,00 dengan tingkat
pendapatan terendah sebesar Rp 500.000,00 dan yang tertinggi adalah Rp
3.000.000,00. Nilai modus pendapatan sebesar Rp 600.000,00 per keluarga per
bulan. Tingkat pendapatan responden yang paling dominan adalah hingga Rp
501.000,00 dengan persentase sebesar 30%.
Tabel 2.24. Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Responden Setiap Bulan
No Kisaran Pendapatan (Rp) Frekuensi Persentase
1. Sampai dengan 500.000,00 11 12 ,2
2 501.000,00 – 1.000.000,00 27 30
3 1.001.000,00 – 1.500,000,00 24 26,6
4 1.501.000,00 – 2.000.000,00 13 14,4
5 2.001.000,00 – 2.500.000,00 8 8,8
6 2.501.000,00 – 3.000.000,00 7 7,7
7 Lebih dari 3.000.000,00 8 8,8
Jumlah 90 100

Dengan rata-rata pendapatan responden per bulan adalah hingga Rp


1.000.000,00, jika setiap keluarga responden rata-rata mempunyai 4 orang
anggota keluarga, maka pendapatan perkapita per bulan adalah sekitar Rp
250.000, dan pendapatan perkapita per harinya adalah sekitar Rp 833. Jika batas
kemiskinan adalah 1 $ Amerika per orang per hari yang nilai tukarnya adalah
sebesar Rp. 13.000,00 maka rata-rata setiap anggota masyarakat di wilayah studi
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 48
Provinsi Sulawesi Tengah
termasuk di bawah kategori miskin. Berdasarkan baku kualitas responden di
wilayah studi tergolong buruk (skala 2) sehingga kurang dapat memenuhi
kebutuhan hidup keluarga secara optimal. Untuk menguji validitas jawaban
responden tentang pendapatan mereka dipakai data besarnya pengeluaran. Rata-
rata pengeluaran responden per bulan adalah Rp. 761.497,00 dengan modus
pengeluaran sebesar Rp 500.000,00. Tingkat pengeluaran yang paling dominan
adalah antara Rp 251.000,00 – Rp 500.000,00 dengan persentase sebesar
32,08%, diikuti pengeluaran dengan kisaran Rp 501.000,00 – Rp 750.000,00
sebanyak19,17% dan pengeluaran hingga Rp 250.000,00 sebanyak 18,33%
3. Pola Pemilikan dan Penggunaan Lahan
Hasil survei di desa studi diperoleh data dan informasi bahwa pola pemilikan
lahan terdiri dari berbagai macam. Ada yang sudah dapat membuktikan
kepemilikan lahannya dengan sertifikat dan ada juga bukti kepemilikan lahannya
hanya sebatas surat-surat dari pemerintah desa ataupun kesaksian tokoh-tokoh
masyarakat dan warga lainnya serta bukti pembayaran pajak (PBB). Pada
umumnya lahan-lahan dengan bukti surat-surat tersebut biasanya disertai dengan
bangunan berupa rumah tempat tinggal.
Pola penggunaan lahan yang diusahakan oleh penduduk pada areal yang
ada adalah padi sawah, jagung, kacang-kacangan, dan ubi-ubian. Tanaman-
tanaman tersebut biasanya ditanam disekitar areal permukiman penduduk,
sedangkan tanaman-tanaman keras dengan masa panen jangka panjang
umumnya ditanam dikebun milik penduduk yang lokasinya ada yang dekat dan
ada pula yang jauh dari pemukiman.
4. Sarana dan Prasarana Perekonomian
Saat ini sarana perekonomian yang ada dan dimanfaatkan oleh masyarakat di
wilayah dan di desa studi dalam rangka memenuhi kebutuhan sehari-hari, terjadi
peningkatan yang sangat melonjak, kios dan toko yang menjual berbagai jenis
kebutuhan semakin bertambah, bahkan warung-warung makan yang dulunya sulit
ditemukan, saat ini semakin mudah ditemukan karena jumlahnya semakin
bertambah. Saat ini warung-warung kopi (warkop) juga sudah ada di sana dan
terbuka siang dan malam. Hadirnya perusahaan pertambangan, pasti akan lebih
menambah besar dan menambah banyak masyarakat yang akan
mengembangkan usahanya. Data tentang sarana dan Prasarana Perekonomian di
Wilayah dan di desa studi tersaji dalam tabel.
Tabel 2.25. Banyaknya sarana dan prasarana perkonomian di wilayah studi 2016
Sarana dan Prasarana Perekonomian
No Wilayah Studi Warung/ Hotel/ Kop. Non
Pasar Toko Kios
Rmh. Makan Penginapan KUD
1 Kec.Bahodopi 2 13 193 35 1 13
Ds.Bahodopi - 6 24 5 - -
Ds. Lalampu - - 16 2 - -
Ds. Siumbatu - 1 17 2 - -
Jumlah 2 14 226 39 1 13
Sumber : Kecamatan Bahodopi Dalam Angka, 2016 dan Potensi Desa Lalampu dan Desa Siumbatu 2016.
5. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Kondisi perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari beberapa indikator
makro ekonomi, antar lain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Besarnya
nilai PDRB yang berhasil dicapai merupakan refleksi dari kemampuan daerah
dalam mengelolah sumberdaya alam dan sumberdaya manusianya. PDRB
Kabupaten Morowali berdasarkan harga berlaku pada tahun 2013 mencapai
2.182.183 juta rupiah atau naik 12,93 % dibanding tahun 2012. Sementara itu

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 49
Provinsi Sulawesi Tengah
apabila diperhitungkan berdasarkan harga konstan 2013, nilai PDRB yang
dicapai sebesar 401.889 juta rupiah atau meningkat sebesar 9,33 % dibanding
tahun sebelumnya (2012).
Secara nyata pada umumnya semua sektor mengalami perkembangan yang
cukup signifikan setiap tahun, namun yang paling nyata pertumbuhannya adalah
sektor pertanian sekaligus memberikan kontribusi paling dominan. Peranan
sektoral PDRB Kabupaten Morowali serta kecenderungan-kecenderungan
tersebut sangat jelas terlihat dalam sajian tabel 2.26 dan 2.27. berikut
Tabel 2.26. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Morowali atas Dasar
Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) Tahun 2009-2013.
Tahun
No Lapangan usaha
2009 2010 2011 2012 2013
1 Pertanian 1330.356 1.476.799 1.708.938 1.899.897 2.182.183
2 Pertambangan dan 44.005 219.243 561.043 925.023 1.416.204
penggalian
3 Industri dan 47.818 53.515 59.250 65.864 73.493
Pengolahan
4 Listrik dan Air 6.644 7.631 8.218 9.023 10.019
Bersih
5 Bangunan 41.245 49.824 54.780 60.229 66.851
6 Perdagangan, 205.935 249.195 279.774 314.006 345.860
Hotel& Restoran
7 Angkutan dan 11.346 13.151 14.515 16.186 17.953
Komunikasi
8 Keuangan 74.494 87.058 95.475 109.376 123.710
persewaan dan
perusahaan
9 Jasa-jasa 140.925 164.756 184.327 202.424 221.692
PDRB 1.050.714 1.374.004 1.872.326 2.383.190 3.061.475
Sumber : Kabupaten Morowali Dalam Angka Tahun 2016
Tabel 2.27. Distribusi Prosentase Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten
Morowali atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (Jutaan
rupiah) 2009-2013
Tahun
No Lapangan usaha
2009 2010 2011 2012 2013
1 Pertanian 290.580 313.803 335.272 364.391 401.889
2 Pertambangan dan 14.728 45.404 102.053 163.178 230.371
penggalian
3 Industri dan 29.632 32.078 34.244 37.538 41.067
Pengolahan
4 Listrik dan Air Bersih 3.452 3.786 4.034 4.350 4.739
5 Bangunan 26.547 28.755 31.026 33.680 36.350
6 Perdagangan, Hotel & 120.883 133.493 143.979 156.457 171.307
Restoran
7 Angkutan dan 7.221 7.918 8.595 9.387 10.124
Komunikasi
8 Keuangan persewaan 38.757 42.338 44.997 50.315 56.105
dan perusahaan
9 Jasa-jasa 79.729 85.370 90.745 96.550 104.525
PDRB 611.528 692.945 794.946 915.840 1.056.477
Sumber : Kabupaten Morowali Dalam Angka Tahun 2016
6. Angkatan kerja
Berdasarkan data Kabupaten Morowali Dalam Angka Tahun 2016 pencari
kerja yang terdaftar di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Sosial, Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Morowali, terlihat mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Pada Tahun 2016 pencari kerja yang masih terdaftar di

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 50
Provinsi Sulawesi Tengah
Kabupaten Morowali, berdasarkan komposisinya, terdiri dari lulusan SLTA (63,37
%), Diploma (8,42 %) dan Universitas/Sarjana (13,30 %) dan sisanya lulusan SD
(4,46%) dan SLTP sebesar 10,44%. Selanjutnya pada tahun 2015 pencari kerja
berdasarkan komposisinya, terdiri dari lulusan SLTA (53,22 %), Diploma (21,78
%) dan Universitas/Sarjana (21,38 %) dan sisanya lulusan SD dan SLTP sebesar
3,62 %. Dari jenis kelamin, maka pencari kerja laki-laki adalah yang terbanyak
pada tahun 2016, berbeda dengan tahun 2015 di mana perempuan jumlahnya
jauh lebih banyak, Untuk tahun 2016 yaitu jumlah pencari kerja laki-laki sebesar
72,36 %, dan perempuan sebesar 27,63%. Tahun 2015 tenaga kerja perempuan
sebanyak 60.66% dan pencari kerja laki-laki sebanyak 39,34%.
Untuk jelasnya data pencari kerja Tahun 2015 – 2016 tersaji pada Tabel pada
halaman berikut.
Tabel 2.28. Pencari Kerja yang Masih Terdaftar Menurut Tingkat Pendidikan
Dan Jenis Kelamin Tahun 2015 –2016
Jenis Kelamin
No Tingkat Pendidikan Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 SD 170 33 203
2 SLTP 351 124 475
3 SLTA 2266 616 2882
4 D1 – D3 122 261 383
5 Sarjana 382 223 605
Jumlah 2016 3291 1257 4548
2015 3266 1237 4503
Sumber : Kabupaten Morowali Dalam Angka Tahun 2016
7. Kesempatan Kerja dan Berusaha
Berdasarkan data kebutuhan jumlah tenaga kerja dan keahlian yang
dibutuhkan dalam mendukung operasional penambangan dan pemurnian bijih nikel
yang diprakarsai oleh PT. Kencana Bumi Mineral, tenaga kerja yang dibutuhkan
kemudian dibandingkan dengan kondisi eksisting ketersediaan sumberdaya
manusia di wilayah studi (dari sisi jumlah maupun keahlian/tingkat pendidikan),
maka kesempatan kerja yang dapat diakses oleh masyarakat secara langsung
(sebagai tenaga kerja) sangat terbatas, dan pada umumnya (berdasarkan
kecenderungan tingkat pendidikan masyarakat) berkisar pada level tenaga
menengah ke bawah (dengan tingkat pendidikan SLTA ke bawah dan jenis-jenis
pekerjaan keahlian lainnya (Tukang Kayu, Tukang Batu, dll).
Pada posisi seperti ini, pihak perusahaan seyogyanya harus transparan
kepada penduduk di sekitar lingkar tambang yang berkeinginan untuk menjadi
karyawan bahwa tidak semua pencari kerja bisa diterima dan ditampung di
perusahaan, mengingat jumlah angkatan kerja yang ada cukup besar, sementara
lowongan kerja yang tersedia sangat terbatas. Selain itu dalam penerimaan tenaga
kerja sebaiknya dilakukan seleksi sesuai dengan aturan yang berlaku di
perusahaan. Yang paling penting adalah bagaimana pihak perusahaan dalam
menerima tenaga kerja mencerminkan keterwakilan dari penduduk yang ada pada
desa studi.
Dari sisi kesempatan berusaha, (memperoleh pendapatan dari keberadaan
perusahaan tanpa terlibat sebagai tenaga kerja langsung), berdasarkan data yang
ada, masyarakat dapat berkontribusi dalam berbagai bidang berdasarkan profesi
yang dilakoninya, seperti usaha-usaha di bidang jasa dan perdagangan.

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 51
Provinsi Sulawesi Tengah
8. Sosial Budaya
a. Etnis dan Sejarah Masyarakat
Penduduk Desa Lalampu, Siumbatu, Bahodopi merupakan etnis asli Bungku
sebagai penduduk lokal pribumi, namun secara minoritas juga ada suku-suku lain
seperti Toraja, Tolaki, Bugis, Bajo, Mori, Buton, Jawa, Sunda dan Banggai. Dengan
keragaman suku yang ada di desa-desa tersbut , penduduk asli suku Bungku
menganggap suku-suku lain yang ada di daerah ini adalah bagian dari keluarga
mereka, yang satu sama lain telah terjadi perkawinan silang, sehingga rasa
kekeluargaan semakin terjalin dengan baik.
b. Nilai Budaya dan Adat Istiadat
Pada Masyarakat di lingkaran tambang nikel PT.Kencana Bumi Mineral masih
ditemukan nilai budaya dan adat istiadat setempat masih begitu kuat eksistensinya
di masyarakat, baik dalam konteks hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia
dengan manusia maupun manusia dengan lingkungannya. Dalam hal hubungan
manusia dengan Tuhannya, baik orang Bungku, maupun suku-suku minoritas yang
lain sangat meyakini mengenai adanya kekuatan yang lebih tinggi yang mengatasi
kekuatan manusia dan alam yaitu kekuatan Tuhan semesta alam. Oleh karena itu,
mereka meyakini bahwa manusia harus taat dan patuh terhadap Tuhan yang Maha
Kuasa. Segala perilaku dan tindakan—terlepas itu kemudian ditaati atau dipatuhi-
selalu didasari oleh kesadaran mengenai adanya Tuhan. Kenyataan seperti ini
didapati pada semua warga di Desa –desa Studi. Dalam wujudnya yang paling
nyata misalnya ketika mereka mencari ikan di laut dan membuka lahan perkebunan
mereka meyakini bahwa berhasil tidaknya usaha tersebut tergantung pada
kehendak Tuhan. Begitu pula perilaku mabuk-mabukan pada sebagian penduduk,
mereka sadari bahwa itu dilarang oleh agama dan perbuatan mereka itu tercela di
hadapan Tuhan.
Selain percaya kepada Tuhan, masyarakat di daerah ini pula masih
mempercayai mengenai adanya mahluk halus dan tabu (pantangan). Sebagai
contoh masyarakat di Desa –desa Studi dan desa –desa sekitar, masih percaya
bahwa pada sebagian kawasan baik di hutan atau di laut dihuni oleh mahluk-
mahluk halus sehingga untuk memasukinya diperlukan ritual-ritual tertentu.
Dalam hal hubungan manusia dengan manusia, di kalangan masyarakat
masih menjunjung tinggi adat istiadat setempat seperti orang tua harus dihormati
dan orang seusia harus saling menghargai. Adat istiadat seperti ini masih cukup
melekat kuat baik di kalangan orang tua maupun di kalangan generasi muda.
Mereka pun memiliki konsepsi bahwa pendatang atau orang baru harus
menjunjung tinggi adat istiadat masyarakat setempat atau yang punya kampung
sehingga dengan demikian mereka pula akan memberikan penghargaan yang
setara. Dalam wujudnya yang paling nyata mengenai adat tersebut di atas
misalnya ketika seorang anak muda yang melintas di depan orang tua akan
mengatakan taabe (permisi) sambil membungkukkan badan, tegur sapa yang
ramah di kalangan golongan seusia; sikap menghargai pendatang atau orang baru
sembari memberikan senyum, mengajak ngobrol, mengajak minum air panas, atau
membantu sebisanya jika ada yang minta tolong.
Solidaritas sosial baik atas dasar hubungan kekerabatan maupun
hubungan kedaerahan masih cukup kuat di kalangan masyarakat di daerah ini.
Solidaritas sosial atas dasar kekerabatan di kalangan orang Bungku nampak
dalam acara perkawinan, kerja kebun (Me‘etai), atau penggalangan dana
sumbangan untuk pembangunan masjid dan pendidikan. Begitu pula solidaritas
sosial atas dasar kedaerahan juga cukup menonjol. Hal ini nampak dalam
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 52
Provinsi Sulawesi Tengah
pergaulan sehari-hari yang cukup akrab tanpa menampakkan unsur etnis.
Kenyataan pula menunjukkan bahwa banyak pekerjaan seperti kasih turun perahu
dari gunung yang telah selesai dibuat oleh tukang perahu atau kerja sama
membangun rumah dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat yang tidak
melihat status sosialnya, baik kaya mapun miskin, baik tokoh masyarakat maupun
masyarakat biasa. Dalam hal perkawinan, walaupun masyarakat Bahodopi dan
dan kecamatan sekitarnya mayoritas beragama Islam dan termasuk penganut
Islam yang taat, tetapi dalam penyelenggaraan upacara perkawinan tetap
dilaksanakan secara adat bersamaan dengan syariat Agama Islam. Hal ini nampak
dalam proses pelamaran dan perkawinan.
Di kalangan warga masyarakat Bungku, upacara adat yang dilakukan pada
waktu-waktu tertentu antara lain, Padungku, yaitu syukuran setelah panen,
Mefangu Raha (selamatan membangun rumah). Selain upacara adat terdapat pula
kebiasaan sehari-hari dalam kaitan dengan agama, seperti Sunatan, Maulu (Maulid
Nabi Muhammad saw), Takubiru (khatam Al Qur‘an). Dalam upacara mendirikan
rumah baru, penduduk menyediakan makanan tradisional, seperti Soko, Uba-uba,
Jaha (Nasi Bambu), Palopo dan Faji (wajik).
Pada masyarakat Bungku misalnya dalam penyelenggaraan perkawinan
lebih ditonjolkan sifat adatnya daripada agamanya, unsur agamanya hanya
nampak pada pengucapan janji dan sumpah kedua mempelai. Sedangkan adat
terdapat pada keseluruhan proses perkawinan. Perkawinan semacam ini tidak saja
diberlakukan pada perkawinan di kalangan masyarakat Bungku sendiri saja tetapi
pula diberlakukan bagi orang lain yang menikahi perempuan orang Bungku.
Bahkan pada beberapa kasus orang luar yang menikah di Bungku menggunakan
adat Bungku dalam prosesi perkawinannya. Sementara itu di kalangan suku-suku
lainnya seperti halnya orang Bungku juga masih memegang kuat adat-istiadatnya
dalam hal perkawinan sebagaimana halnya syariat agama.
Apabila terjadi sengketa baik antara individu maupun kelompok, khususnya
perkara yang bersifat perdata seperti sengketa tanah, kebun, tumbuh-tumbuhan
dan lain-lain, dapat diselesaikan oleh seorang tokoh adat bersama-sama dengan
aparat pemerintah desa setempat maupun kecamatan. Dalam konteks ini media
penyelesaiannya adalah melalui proses musyawarah yang dipimpin oleh tokoh
adat dan disaksikan oleh aparat pemerintah. Sedangkan untuk perkara-perkara
yang bersifat pidana seperti perkelahian atau pencurian, masyarakat masih
memilih penyelesaian di desa setempat, dan dapat diselesaikan bersama tokoh-
tokoh masyarakat, tokoh agama maupun tokoh pemuda. Kemudian pihak-pihak
yang bertikai atau yang mencuri dapat dikenakan denda sesuai ketentuan yang
berlaku di desa. Dan apabila persoalan tersebut tidak dapat diselesaikan di desa,
kemudian kepala desa akan melaporkan kepada aparat kepolisian setempat.
c. Karakteristik Masyarakat
Karakteristik masyarakat di Desa–desa Studi secara garis besar dapat
dibagi ke dalam tiga kelompok yakni karakteristik masyarakat bekerja sebagai
karyawan perusahaan (masyarakat modern), karateristik petani, karakteristik
masyarakat nelayan, dan gabungan antara petani dan nelayan.
Karakteristik masyarakat bekerja sebagai karyawan perusahaan adalah
masyarakat yang telah bekerja pada perusahaan pertambangan nikel
diperusahaan tambang nikel yang lain yang sedang operasi, yang pada umumnya
mereka yang mempunyai sumberdaya manusia dan skill sesuai bidang profesi
masing-masing. Setiap aktivitasnya telah diatur oleh perusahaan, secara otomatis
mereka akan terbiasa hidup disiplin dan mematuhi aturan.
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 53
Provinsi Sulawesi Tengah
Karakteristik masyarakat petani terdapat pada kelompok masyarakat yang
menggantungkan hidupnya dari hasil-hasil pertanian dan perkebunan jangka
panjang. Bagi kelompok ini sumberdaya (basis material) yang paling utama adalah
lahan (land) dengan suatu sistem kepemilikan (kepenguasaan) baik yang
berdasarkan hukum positif (ipso jure) maupun yang berdasarkan hukum adat (ipso
facto) dan karakteristik masyarakat nelayan terdapat pada kelompok masyarakat
yang menggantungkan hidupnya dari hasil laut. Sumberdaya yang paling utama
adalah laut dengan sistem klasifikasi dan kategorisasi kawasan tertentu.
Karakteristik gabungan adalah masyarakat yang menggantungkan hidupnya
dari hasil pertanian dan perkebunan serta hasil-hasil laut. Kedua sumberdaya
yakni tanah dan laut sama pentingnya. Sementara itu ciri menonjol dari
karateristik gabungan adalah bahwa masyarakatnya memiliki kebiasaan ke ladang
dan ke laut sehingga mereka menamakan dirinya sebagai amphibi yang hidup di
darat dan di laut. Umumnya mereka bekerja sama intensifnya menjadi petani dan
menjadi nelayan. Kebiasaan mereka di saat malam hari, dimanfaatkan turun di laut
untuk mencari ikan dengan cara memancing secara tradisional dan memasang
jaring/pukat. Menjelang subuh pulang ke rumah, hasil tangkapannya dijual dengan
cara ditusuk, biasanya harga per tusuk mencapai Rp.10.000,- s/d. RP. 30.000,-.
Pemasarannya dibawa keliling kampung atau dijual dipenampung ikan dan
warung-warung makan.
d. Kelembagaan Masyarakat
Kelembagaan masyarakat yang terdapat di Desa –desa Studi meliputi i
kelembagaan masyarakat yang bersifat Formal , sementara itu yang bersifat Non
Formal /tradisional seperti misalnya lembaga adat. Kelembagaan masyarakat
yang bersifat Formal tersebut meliputi Pemerintah Desa, BPD. Di antara lembaga
tersebut, Pemerintah Desa memainkan perang yang lebih besar di masyarakat
dibandingkan dengan lembaga-lembaga lainnya. Sementara lembaga yang
bersifat tradisional yakni Ketua Adat (Petua) yang berperan menyelasaikan hal-hal
yang sifatnya mengandung adat istiadat di kampung, seperti halnya pernikahan,
acara pesta rakyat (Mompaka Tau) dan lain-lain.
Pemerintah Desa tidak saja mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan
kegiatan pemerintahan tetapi pula mengurusi masalah-masalah kemasyarakatan
lainnya seperti ketenagakerjaan, pertanahan, sengketa masyarakat, dan lain-lain.
Di kalangan masyarakat, masalah yang dihadapi terlebih dahulu dilapor di
Pemerintah Desa, setelah Pemerintah Desa belum menyelesaikan masalah, baru
langsung melaporkannya ke Pemerintah Kecamatan.
Dalam konteks pelaksanaan Pemerintah Desa , Pemerintah Desa dan BPD
bersama-sama melaksanakan tugasnya masing-masing sesuai peran dan
statusnya.
e. Pola Kepemimpinan
Otoritas yang bersifat legal formal merupakan sumber kepemimpinan yang
paling efektif dibandingkan dengan otoritas yang bersifat informal. Para tokoh
yang memegang peranan penting di masyarakat adalah mereka yang memiliki
kekuasaan secara formal dalam struktur pemerintahan. Sedangkan mereka yang
tidak memiliki kedudukan secara formal dalam struktur pemerintahan tidak
memiliki peran yang begitu efektif di masyarakat. Di antara mereka yang dianggap
sebagai tokoh pemimpin karena kedudukannya di pemerintahan adalah Kepala
Desa. Seorang Kepala Desa sangat disegani oleh masyarakat di Desa –desa
Studi, yang sering pula disebut dengan istilah kosong satu. Hal ini menunjukkan
bahwa seorang Kepala Desa dianggap sebagai penguasa wilayah sebagaimana
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 54
Provinsi Sulawesi Tengah
halnya seorang Camat, Bupati atau Gubernur. Artinya dalam konteks ini
kedudukan seorang Kepala Desa masih dipahami seperti dulu ketika masih
diberlakukan Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah. Di Desa –desa Studi dan juga pada umumnya desa lainnya, seorang
Kepala Desa memegang peran yang sangat sentral sehingga segala kegiatan
tidak saja yang bersifat administratif tetapi juga politis harus disetujui oleh Kepala
Desa.
Bintara Pembina Desa (BABINSA) dan Polisi tidak memegang kendali
langsung di bidang kemasyarakatan. Tetapi mengingat posisinya sebagai salah
satu Tripika, maka BABINSA diperlakukan pula sebagai pimpinan formil.
Kenyataan menunjukkan bahwa seorang BABINSA disegani karena dia seorang
TNI. Masyarakat di Desa –desa Studi, sangat segan pada TNI. Oleh karena itu
ketaatan atau penghargaan masyarakat terhadap TNI dan Polisi bukan
disebabkan oleh karena kewenangan yang dimilikinya tetapi lebih didasari oleh
perasaan takut masyarakat saja.
Kepala Desa dianggap sebagai salah satu jabatan formil di desa,
sehingga seorang Kepala Desa dipandang sebagai tokoh yang memiliki otoritas
untuk mengendalikan masyarakat, walaupun seseorang yang menjabat sebagai
Kepala Desa adalah dari golongan muda atau bukan dari keturunan yang
terhormat (golongan peapua) atau pula orang luar yang bukan penduduk lokal
tetapi karena jabatannya, maka ia akan lebih cenderung dipatuhi oleh masyarakat
dibandingkan dengan mereka yang tua-tua, golongan peapua, dan penduduk asli
di kampung tersebut. Apabila seseorang telah berhenti sebagai Kepala Desa
maka dengan sendirinya pula penghargaan masyarakat terhadapnya menjadi
hilang.
Selain dari kepemimpinan yang berdasarkan pada otoritas legal formal di
atas, terdapat pula kepemimpinan yang bersumber pada otoritas informal walau
ini kenyataannya kurang efektif. Mereka yang termasuk dalam kategori ini adalah
seorang haji yang memiliki kekayaan tertentu, seorang mantan pejabat baik
pemerintahan, kepolisian atau militer, tokoh adat, seorang muda yang memiliki
pendidikan relatif tinggi, dan guru sekolah. Mereka ini cenderung dipandang
terhormat oleh masyarakat walaupun masyarakat belum tentu patuh terhadap
saran atau perintah dari mereka. Dalam perjamuan atau suatu pesta misalnya
mereka akan diperlakukan lebih dibanding dengan anggota masyarakat lainnya
dan mereka diberi porsi perhargaan setingkat di bawah Tripika.
F. Persepsi dan Harapan Masyarakat Terhadap Kegiatan
Persepsi masyarakat adalah satu variabel yang mutlak harus diketahui
dalam kajian ini, karena sangat berhubungan dengan sikap menerima
ataupun menolak terhadap suatu aktivitas kegiatan. Persepsi masyarakat
terhadap kegiatan sangat penting artinya bagi kelanjutan perusahaan ini, karena
ada tidaknya dukungan masyarakat akan sangat mempengaruhi keberadaan dan
segala aktivitas kegiatan tersebut.
Persepsi masyarakat terhadap rencana kegiatan penambangan nikel oleh
PT. Kencana Bumi Mineral di Kecamatan Bahodopi, dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu:
 Bentuk rekruitmen tenaga kerja yang akan diterapkan oleh pihak perusahaan
serta besaran tenaga kerja yang dapat diterima pada perusahaan akan
berpotensi memunculkan persepsi positif apabila pola penerimaan tenaga
kerja tersebut dapat memberikan manfaat yang signifikan terhadap
kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar, namun persepsi negatif akan
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 55
Provinsi Sulawesi Tengah
muncul apabila proses dan penerimaan tenaga kerja dianggap tidak
transparan.
 Pemahaman masyarakat terhadap rencana penambangan bijih nikel
dengan dampak lingkungan yang diprakirakan akan muncul seperti
kemungkinan pencemaran sumber air penduduk. Gangguan areal
perkebunan masyarakat, masalah debu, kebisingan dan gangguan
kesehatan masyarakat.
 Efektivitas proses sosialisasi rencana penambangan nikle oleh PT. Kencana
Bumi Mineral, diterima baik oleh masyarakat setempat dan pihak lain yang
berkepentingan terkait.
 Tentang hak-hak rakyat atau masyarakat yang ada di sekitar tambang seperti
Corporate Social Responsibility (CSR). Tanggung jawab sosial perusahaan
dapat dipenuhi ataukah tidak.
Lebih jauh mengenai persepsi masyarakat terhadap rencana kegiatan
penambangan Nikel oleh PT. Kencana Bumi Mineral di Kecamatan Bahodopi,
seperti pada tabel berikut.
Tabel 2.29. Persepsi Masyarakat Terhadap Rencana Pertambangan dan Bijih Nikel
oleh PT. Kencana Bumi Mineral
No Tanggapan Frekwensi %
1 Pengetahuan Tentang Rencana Kegiatan
a. Mengetahui 45 75
b. Tidak Mengetahui 15 25
Jumlah 60 100
2 Sumber Informasi Tentang Rencana Kegiatan
a. Pemrakarsa
b. Warga Setempat 20 33,3 31,6
c. Aparat Desa/kecamatan 19 35
21
Jumlah 60 100
3 Persepsi Masyarakat
a. Menerima/setuju 58 96,6
b. Tidak menerima 0 0
c. Tidk menjawab 2 3,3,
Jumlah 60 100

4 Alasan Menerima
a. Meningkatkan Pendapatan 41 68,3
b. Mengurangi Pengangguran 16 ,26,6
c. Membantu Pembangunan Desa dan 3 5
Masyarakatnya
Jumlah 60 100
Sumber : Olahan Data Primer 2017
Secara umum masyarakat setuju (96,6 %) dengan rencana kegiatan
penambangan bijih nikel dengan sejumlah harapan dan saran. Kondisi rona
lingkungan hidup untuk sikap dan persepsi masyarakat di wilayah studi tergolong
baik (4).
Persepsi positif masyarakat terhadap rencana kegiatan terkait dengan adanya
beberapa keuntungan atau manfaat yang dapat ditimbulkan dari adanya kegiatan
proyek seperti ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 2.30. Pendapat Responden Tentang Beberapa Manfaat dengan Adanya
Kegiatan penambangan Nikel
No Tanggapan Frekwensi %
1 Adanya kesempatan kerja 18 30
2 Meningkatnya kesempatan berusaha 3 5
3 Meningkatnya pendapatan masyarakat 17 28,3

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 56
Provinsi Sulawesi Tengah
No Tanggapan Frekwensi %
4 Daerah menjadi maju atau berkembang 9 15
5 Meningkatnya pembangunan fasum-fasos 4 6,6
6 Adanya pemberdayaan masyarakat 9 15

Jumlah 60 100
Sumber : Data Primer, 2007
Persepsi awal dari masyarakat terhadap rencana kegiatan tersebut
menunjukkan bahwa 60 responden yang mengetahui kehadiran dan tujuan
perusahaan, 45 responden (75%) yang menerima dan 15 responden (25 %) yang tidak
menjawab. Responden yang setuju memberikan alasan yang berbeda- beda.
Sebanyak 68,3, persen menerima karena dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat. Sebanyak ,26,6 persen, karena dapat mengurangi pengangguran. Dan
sissanya senbanyak 5 persen karena dapat membantu pembangunan desa dan
pembangunan masyarakat.
Manfaat paling besar yang akan muncul dari kegiatan penambangan nikel dan
akan dapat dirasakan oleh masyarakat adalah meningkatnya kesempatan bekerja
(30%), meningkatnya pendapatan masyarakat (28,3, kemudian adanya pemberdayaan
masyarakat dan masyarakat menjadi maju masing-masing (15 %). Selain itu juga
terdapat sekitar 5% responden yang menyatakan sangat mengharapkan penduduk
setempat diberikan kesempatan untuk terlibat pada kesempatan usaha kecil /
menengah seperti suplayer bahan-bahan kebutuhan karyawan. Seorang tokoh
masyarakat bernama S usia 52 tahun memberikan pernyataan sebagai berikut :

―Sebelum ada rencana tambang nikel ini , banyak kegiatan pertambangan di wilayah
ini, tiba-tiba saja meninggalkan lokasinya. Lihatlah kondisi bekas tambang di sekitar
desa ini. meski ada yang bertani, berkebun PNS, tapi sebagian besar hidup warga
mengharapkan dari kegiatan pertambangan . Jika perusahaan ini ingin beroperasi di
wialayah ini silahkan saja tidak ada masalah, tapi semua aturan terkait
pertambangan harus mereka penuhi dan patuhi, terutama dalam dua hal penting,
merawat dan menjaga kelestarian lingkungan dan mensejahterahkan masyarakat, ini
penting, untuk apa sebuah perusahaan harus ditengah warga, kalau lingkungan dia
rusak dan masyarakat di lokasi tambang tidak disejahterahkan. Saya setuju dengan
kehadiran PT. Kencana Bumi Mineral yang mengelola tambang, tapi perlu di
memperhatikan kondisi masyarakat setempat.”

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka dapat dikatakan kondisi rona


lingkungan hidup untuk sikap dan persepsi masyarakat di wilayah studi tergolong baik
(4).
Selain persepsi positif masyarakat terhadap proyek pengembangan gas ini,
masyarakat juga memiliki persepsi negatif terhadap proyek terkait dengan
kemungkinan adanya beberapakerugian yang dapat terjadi dengan berlangsungnya
proyek ini. Beberapa kerugian tersebut disajikan pada tabel berikut

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 57
Provinsi Sulawesi Tengah
Tabel 2.31. Pendapat Responden Tentang Adanya Kerugian Jika Kegiatan
penambangan Direalisasikan
No Jenis kerugian Frekuensi persentase
1 Penurunan produksi pertanian 5 8,3
2 Meningkatnya kepadatan dan arus lalulintas 7 11,6
3 Meningkatnya gangguan kamtibmas 4 6,6
4 Penurunan kualitas dan kuantitas air sungai 9 15
5 Penurunan kesehatan masyarakat 1 1,6
6 Terjadinya perubahan perilaku pemuda dan atau 7 11,6
masyarakat
7 Kemungkinan adanya bencana banjir 12 20
8 Terjadinya kebisingan, getaran dan debu 3 5
9. Berhentinya proyek sehingga ada PHK dan penurunan 8 13.3
pendapatan masyarakat
Jumlah 60 100
Sumber : data primer ,2017

Menurut pendapat responden, kerugian yang akan timbul dari kegiatan ini
adalah adanya bencana banjir seperti yang terjadi pada Desa bahomakmur
sebelumnya (20%) yang akan berdampak langsung terhadap terjadinya kerusakan
sawah penduduk disekitar Sungai Bahodopi.
Kerugian lain yang diprakirakan akan muncul cukup besar adalah berhentinya
kegiatan penambangan nikel sehingga ada PHK dan penurunan pendapatan
masyarakat (13.3), Adanya perubahan perilaku pemuda dan atau masyarakat
sebanyak (11.6%) serta Penurunan kualitas dan kuantitas air sungai sebanyak (15
%).
Terkait hal tersebut warga masyarakat bahomakmur memberikan komentar
sebagai berikut:
” Bahwa operasional penambangan nikel, PT. BDM selama ini telah
memberikan dampak nyata terhadap kehidupan kami berupa debu dan kerusakan
sumber air. Oleh karena itu pintanya agar kegiatan pengangkutan nikel melalui ruas
jalan hauling tersebut dapat ditingkatkan lagi pengelolaannya sehingga tidak
mengganggu kesehatan masyarakat.

Disamping hal-hal tersebut diatas, terdapat harapan-harapan tokoh-tokoh


masyarakat di desa studi, baik yang menerima ataupun yang menyangsikan kehadiran
perusahaan PT. Kencana Bumi Mineral di desa, tersaji dalam rangkuman dalam poin-
poin sebagai berikut.
1) Kegiatan penambangan bijih nikel yang dilakukan harus benar-benar ramah
lingkungan, meminimalisasi dampak-dampak negatif dan mengoptimalkan
dampak positif, selalu berpihak kepada masyarakat. Selain itu perusahaan (PT.
Kencana Bumi Mineral) jangan lagi melakukan pemindahtangan kepihak lain
sebagaimana awal mulanya perusahaan sebelumnya yang merencanakan
penambangan di desa ini. Kalaupun itu dilakukan setidaknya harus
disosialisasikan kepada masyarakat di desa studi.
2) Kehadiran kegiatan penambangan bijih nikel bisa merubah wajah desa studi
secara fisik dan non fisik. Secara fisik masyarakat berharap agar pihak
pemrakarsa ketika sudah memperoleh hasil (tahap produksi) jangan sampai lupa
komitmen, lari dari janji tidak ingat lagi kesepakatan, tidak ingat lagi masyarakat
sebagaimana yang diikrarkan pada saat sosialisasi. Pemrakarsa harus benar-
benar memberi perhatian yang sungguh-sungguh terhadap masyarakat. Secara
fisik pemrakarsa harus pula memberi perhatian terhadap pembangunan sarana
dan prasarana desa sesuai kemampuan perusahaan.
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 58
Provinsi Sulawesi Tengah
3) Pemrakarsa hendaknya membangun komunikasi segitiga yakni pemrakarsa
pemerintah dan masyarakat. Hal ini dapat dilakukan secara berkala dengan
tujuan untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan urusan masyarakat,
urusan pemerintah dan urusan perusahaan. Jangan terkesan saling menutup-
nutupi apalagi dengan sengaja tidak melibatkan masyarakat.
4) Tenaga kerja yang dilibatkan hendaknya memperioritaskan masyarakat didesa
studi (Masyarakat lokal) bukan dari luar. Pembina calon-calon tenaga kerja skill
dengan cara menyekolahkan anak-anak atau generasi muda, sehingga pada
saatnya tidak lagi harus mendatangkan tenaga kerja skill dari luar. Selain itu
untuk bisa memberdayakan masyarakat di desa studi, pemrakarsa hendaknya
memperhatikan hasil produksi masyarakat. Misalnya membeli kebutuhan sehari-
hari yang ada di masyarakat desa studi, tidak perlu membeli di tempat lain.
5) Hak-hak masyarakat yang ada dalam perusahaan jangan sampai tidak diberikan,
sekecil apapun.
Sumber air yang selama ini dijadikan sumber kehidupan bagi penduduk di desa studi
harus dijaga dengan baik oleh pihak perusahaan, jangan sampai tercemar sehingga
membahayakan kehidupan masyarakat.

2.1.4 KOMPONEN KESEHATAN MASYARAKAT


2.1.4.1 Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan
Aspek kesehatan masyarakat merupakan salah satu aspek yang harus
diperhatikan dalam melakukan kegiatan pembangunan. Untuk dapat melakukan
kajian aspek kesehatan masyarakat tersebut secara benar maka harus pula
memperhatikan parameter lingkungan yang terkena dampak.
Penyusunan aspek kesehatan masyarakat diatur dalam keputusan kepala
Bapedal no. 124/1997 tentang panduan kajian aspek Kesehatan Masyarakat dalam
penyusunan Amdal dan keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 876 thun 2002
tentang pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan. Adapun hal-hal
yang menjadi ruang lingkup aspek kesehatan masyarakat dalam penyusunan
dokumen Amdal adalah sebagai berikut:
1) Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan merupakan salah satu upaya kesehatan yang
diselenggarakan untuk mewujudkan keadaan lingkungan yang bebas dari risiko
yang membahayakan kesehatan individu, keluarga maupun masyarakat. Upaya
kesehatan lingkungan dilakukan dalam bentuk penyediaan sarana sanitasi dasar (air
bersih, jamban) maupun rekayasa dan modifikasi lingkungan. Berdasarkan hasil
wawancara dan pengambilan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten wilayah studi di
dapatkan data yang dapat di lihatpadaTabel di bawahini:
Tabel 2.32. Jenis dan jumlah sarana air bersih yang digunakan oleh Masyarakat
wilayah Puskesmas Bahodopi Kecamatan Bahodopi Tahun 2016
Jenis Sarana
No Puskesmas/ Kecamatan
Sumur Gali Sumur Pompa Perlindungan Perpipaan Penampungan
Tangan Mata Air Air Hujan
978 45 3 1
Bahodopi Kec.Bahodopi
1
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Morowali, 2016
Berdasarkan data pada Table diatas menunjukan bahwa sebagian besar
masyarakat wilayah studi menggunakan jenis sarana air bersih berupa sumur gali
978 buah. Ketersediaan sarana air bersih yang ada di wilayah studi dapat
menggambarkan besaran akses air bersih bagi masyarakat. Berdasarkan data dari
Dinas Kesehatan Kabupaten Morowali bahwa akses air bersih di Kecamatan

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 59
Provinsi Sulawesi Tengah
Bahodopi Tahun 2016 adalah sebesar 87%. Air bersih yang digunakan adalah untuk
keperluan domestic seperti memasak, mencuci, mandi dan keperluanlainnya. Hal ini
menunjukan bahwa masih ada13% masyarakat yang menggunakan sumber air yang
lain untuk kebutuhan air bersih.
Kondisi sanitasi di masyarakat dapat digambarkan dengan kepemilikan
jamban keluarga dan perubahan prilaku masyarakat tentang pentingnya membuang
air besar di jamban. Gambaran mengenai akses sanitasi di wilayah studi dapat
dilihat pada Tabel dibawah ini.
Tabel 2.33. Akses sanitasi masyarakat di Puskesmas Bahodopi Kecamatan Bahodopi
Tahun 2016
Puskesmas/ Jumlah Jumlah Penduduk dengan akses
No Kecamatan Penduduk Sarana sanitasi %
1 Bahodopi
Kec.Bahodopi 9.024 1745 8,031 89

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Morowali Tahun, 2016


Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa akses sanitasi masyarakat di
wilayah studia dalah 89%, dengan jenis jamban leher angsa. Penanganan air limbah
di tingkat rumah tangga masih menggunakan sistim Pembuangan air limbah secara
terbuka dan pada umumnya di masyarakat masih membuang air limbah di halaman
belakang rumah dan kesaluran depan rumah. Penanganan air limbah terkait dengan
adanya bau yang timbul dari air limbah yang mengandung lemak serta jika tidak di
salurkan dengan baik akan menimbulkan genangan-genangan air di halaman rumah
yang memungkinkan sebagai tempat hidup vector pembawa penyakit.
Kondisi ini menunjukan bahwa masih banyak rumah tangga yang belum
menangani limbah rumah tangga dengan baik. Air limbah yang berasal dari rumah
tangga hanya dibiarkan mengalir secara alamiah melalui galian parit-parit dari tanah.
Seperti diketahui bahwa penanganan sampah merupakan hal yang perlu
diperhatikan penanganannya. Bila sampah tidak ditangani dengan baik dapat
mengganggu estetika lingkungan, menimbulkan bau, serta mengakibatkan semakin
banyaknya tempat hidup dan berkembangbiaknya vector penyakit.
2) Insedensi dan Prevalensi Penyakit
Status kesehatan masyarakat di suatu daerah dapat diukur dengan tingkat
kesakitan. Insiden bidan prevalensi menjadi ukuran tingkat kesakitan masyarakat
menurut waktu kejadian penyakit. Insidensi penyakit adalah munculnya penyakit-
penyakit yang baru terjadi sedangkan prevalensi adalah kejadian penyakit yang baru
terjadi maupun yang sudah lama terjadi. Penanganan penyakit dan epidemiologi
(pengamatan penyakit) yang bersifat pelayanan dasar/primer akan dilaksanakan
oleh puskesmas yang ada di wilayah studi. Upaya kesehatan masyarakat di
puskesmas dilaksanakan dengan pencegahan, peningkatan dan pengobatan
penyakit. PadaTabel berikut disajikan 10 penyakit terbesar yang diderita oleh
penduduk di wilayah studi.
Tabel 2.34. Sepuluh (10) Penyakit Terbesar yang diderita oleh penduduk di Wilayah
Puskesmas Bahodopi Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali Tahun
2016.
No Jenis Penyakit Jumlah Persentase
1 Ispa 1250 58,0
2 Gastritis 324 15,0
3 Hypertensi 135 6,0
4 Malaria Klinis 10 0,4
5 Alergi 90 4,2
6 Bronchitis akut 17 0,8

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 60
Provinsi Sulawesi Tengah
7 Conjungtiviy 14 0,6
8 Pneumonia 12 0,6
9 Carries gigi 235 10,8
10 Diare 75 3,5
Jumlah 2.162 100,00
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Morowali Tahun 2016
Data di atas menunjukan bahwa penyakit ISPA menempati urutan pertama. Hal
ini berhubungan erat dengan kondisi daya tahan tubuh dan kondisi lingkungan
seperti cuaca dan iklim.Kondisi lingkungan yang buruk dan prilaku masyarakat yang
kurang bersih akan mempengaruhi prevalensi dan insidensi penyakit berbasis
lingkungan seperti diare dan malaria. Hal ini terkait erat dengan kondisi lingkungan
seperti kondisi sanitasi dan ketersediaan air bersih di masyarakat.
Penyakit berbasis lingkungan seperti malaria bersifat musiman dan dapat
menyerang semua orang dari setiap golongan umur, dari anak-anak sampai orang
tua. Pertumbuhan penduduk yang cepat, migrasi, sanitasi yang buruk, dan daerah
yang terlalu padat, membantu memudahkan penyebaran penyakit ini.
Pembukaan lahan-lahan baru serta perpindahan penduduk dari desa ke kota
(urbanisasi) memungkinkan kontak antara nyamuk dengan manusia yang bermukim
di daerah tersebut. Ini merupakan beberapa faktor yang dapat mendorong timbulnya
wabah malaria.
3) Jumlah dan Jenis tenaga serta Fasilitas Kesehatan
Peningkatan derajat kesehatan masyarakat tidak terlepas dari peran tenaga
kesehatan dan fasilitas yang menunjang. Ketersediaan tenaga pelayanan kesehatan
di daerah jumlahnya sangat terbatas. Kondisi topografi daerah yang sangat sulit
serta keterjangkauan dan jarak yang cukup jauh juga sangat mempengaruhi upaya
pelayanan kesehatan.
Adapun jumlah tenaga dan fasilitas kesehatan yang ada di wilayah studi
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.35. Tenaga kesehatan dan Fasilitas Kesehatan yang ada di Wilayah Kecamatan
Bahodopi Puskesmas Bahodopi Tahun 2016
No JenisFasilitas Jumlah (unit)
A TenagaKesehatan
1 DokterUmum (PNS&PTT) 2
2 Dokter Gigi (PNS&PTT) 1
3 Perawat 8
4 BidanPuskesmasdanbidandesa 13
6 Sanitarian/Kesmas 2
7 Gizi -
8 Perawatgigi 1
9 Farmasi&apoteker -
10 Analiskesehatan -

B Sarana/Prasarana
1 Rumahsakit -
2 Puskesmas 1
3 Pustu (PuskesmasPembantu) 4
4 Poskesdes (Poskesehatandesa) 5
5 Pusling (PuskesmasKeliling) 3
6 Posyandu 14
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Morowali, Tahun 2016.

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 61
Provinsi Sulawesi Tengah
4) Status Gizi Masyarakat
Masalah Gizi masyarakat bukan hanya dipegaruhi oleh aspek kesehatan saja,
namun aspek lain seperti ekonomi, sosial budaya, pendidikan juga dapat
mempengaruhi. Status gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan permasalahan
pengetahuan, kemampuan dan kemauan masyarakat di dalam mengkonsumsi
makanan yang bergizi. Berdasarkan data di wilayah kerja Puskesmas Bahodopi
bahwa tahun 2016 tidak ada kasus gizi buruk dan kasus gizi kurang sejumlah 4 org.
5) Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Ancaman kecelakaan ditempat kerja di Negara sedang berkembang terutama
di Indonesia cukup tinggi. Oleh karena itu perusahaan agar memperhatikan tiga hal
yang berkaitan keselamatan dan kesehatan kerjaantara lain 1) peraturan hokum
mulai dari monitoring sampai penegakan hukum; 2) Kebijakan moral perusahaan;
dan 3) pelatihan tentang kesehatan dan keselamatan kerja.
Kondisi keselamatan kerja menunjukkan kondisi yang aman atau selamat dari
penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja. Resiko keselamatan
merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran,
kejutan aliran listrik, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh,
penglihatan dan pendengaran. Kesemuanya itu sering dihubungkan dengan
perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup tugas-tugas kerja
yang membutuhkan pemeliharaan dan latihan.
Kesehatan kerja merupakan suatu kondisi yang menunjukkan bebas dari
gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan
kerja. Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan yang dapat
membuat stress emosi atau gangguan fisik. Dalam sebuah perusahaan, termasuk
perusahaan tambang, kondisi kesehatan dan keselamatan kerja sangat mutlak
diperhatikan, karena kedua kondisi tersebut akan mempengaruhi produktivitas kerja
karyawannya (khusunya bagi karyawan yang banyak bersinggungan dengan
peralatan yang memerlukan penanganan khusus/penambangan). Perusahaan yang
mau dan selalu memperhatikan kedua aspek tersebut, dengan menyediaan
peralatan keselamatan kerja yang memadai (sesuai standar) dan selalu melakukan
pencatatan kecelakaan (statistik kecelakaan), serta membentuk organisasi
kesehatan dan keselamatan kerja yang sejalan dengan suatu pendekatan sistem
pada manajemen keselamatan kerja.
Kajian lebih lanjut pada Andal adalah memperkirakan dampak terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja adalah ketersediaan standar atau aturan,
ketersediaan sarana prasarana, ketersediaan organisasi dan kepedulian pegawai
terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.

2.2 Kegiatan lain disekitar lokasi pertambangan


Lokasi Rencana Penambangan nikel PT. Kencana Bumi Mineral berdekatan
dengan beberapa kegiatan lain disekitarnya sebagai berikut:
a. Permukiman Penduduk Desa Bahomakmur
Tidak ada penduduk yang bermukim di sekitar bukaan tambang,
Permukiman penduduk terdekat dengan lokasi penambangan nikel terdapat
disekitar jalan angkut (penduduk Desa Bahomakmur). Terdapat dampak tidak
langsung akibat dari kegiatan pengangkutan bijih nikel yaitu gangguan pernafasan
dan iritasi mata akibat peningkatan debu serta gangguan kenyamanan akibat
kebisingan. Pada akhirnya terjadi keresahan diwujudkan dalam bentuk persepsi
negatif terhadap pertambangan bijih nikel.

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 62
Provinsi Sulawesi Tengah
b. Kawasan Hutan
Wilayah IUP Eksplorasi PT. Kencana Bumi Mineral berada dalam kawasan
hutan yang terdiri dari hutan produksi terbatas, hutan produksi konversi. Untuk
dapat melakukan penambangan bijih nikel secara terbuka harus ada izin penjam
pakai kawasan hutan produksi terbatas dan hutan produksi konversi dari
kementerian Lingkungan Hidup Dan kehutanan RI.
c. IUP Pertambangan
Di sekitar lokasi juga terdapat lokasi IUP Operasi Produksi PT. BDM dan
PT. ANG FANG Brother

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali II - 63
Provinsi Sulawesi Tengah
Prakiraan dampak penting pada dasarnya adalah untuk memprakirakan besaran dampak
(magnitude) dan tingkat kepentingan dampak (important).. Besar dampak akan dihitung secara
kuantitatif dengan menggunakan metode matriks sederhana, yang dapat memberikan
gambaran besaran dampak dalam nilai skala kualitas lingkungan, yang merupakan selisih
antara Skala Kualitas Lingkungan Saat Kegiatan Berlangsung (SKLP) dengan Skala Kualitas
Rona Lingkungan Hidup Awal (SKLRLA). Secara matematis sederhana dirumuskan sebagai
berikut:
Prakiraan besaran dampak = SKLp – SKLRLA
dengan SKLp= skala kualitas lingkungan hidup saat kegiatan berlangsung dan SKLRLA= skala
kualitas lingkungan hidup saat rona lingkungan hidup awal.
Perhitungan prakiraan besaran dampak setiap rencana kegiatan terhadap setiap
komponen lingkungan yang diperkirakan akan terkena dampak merupakan selisih antara
kualitas lingkungan hidup saat kegiatan berlangsung dengan kualitas lingkungan hidup awal.
Skala kualitas lingkungan dari setiap dampak penting hipotetis pada komponen Fisik-
Kimia diperoleh melalui hasil analisis untuk kemudian ditetapkan atau dikonversikan kedalam
besaran skala kualitas lingkungan dengan mengacu pada peraturan atau pedoman formal yang
berlaku.
Penetapan skala kualitas lingkungan pada komponen Biologi dilakukan melalui hasil
analisis dan professional judgement yang diantaranya mengacu pada metode Shannon-Wiener.
Penetapan skala kualitas lingkungan pada komponen sosial dan kesehatan masyarakat
dilakukan menggunakan professional judgement dan mengadopsi atau menganalogikan
dengan pedoman formal yang telah disesuaikan dengan kondisi lingkungan setempat.
Skala Kualitas Lingkungan (SKL) dibedakan atas 5 (lima) skala, yaitu:
1. Skala 1 = sangat buruk;
2. Skala 2 = buruk;
3. Skala 3 = sedang;
4. Skala 4 = baik; dan
5. Skala 5 = sangat baik.
Angka prakiraan besaran dampak yang diperoleh berkisar antara angka 1 (satu) sampai
dengan 4 (empat), dengan kriteria besaran dampak sebagai berikut:
1. Selisih kualitas lingkungan (+/-) 1 = Dampak positif/negatif kecil.
2. Selisih kualitas lingkungan (+/-) 2 = Dampak positif/negatif sedang.
3. Selisih kualitas lingkungan (+/-) 3 = Dampak positif/negatif besar.
4. Selisih kualitas lingkungan (+/-) 4 = Dampak positif/negatif sangat besar.
Penetapan sifat penting dampak, didasarkan pada Pasal 22 Ayat 2 Undang-Undang No.
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Penetapan sifat
penting dampak dikelompokkan ke dalam dampak penting (P) dan tidak penting (TP) pada
masing-masing kriteria penting dampak. Adapun kriteria penting (P) dan tidak penting (TP)
pada ke tujuh kriteria dampak penting tersebut adalah sebagai berikut:
1) Jumlah manusia yang akan terkena dampak
2) Luas wilayah persebaran dampak
3) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
4) Banyaknya komponen lingkungan lain yang akan terkena dampak
5) Sifat kumulatif dampak
6) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
7) Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 1
Provinsi Sulawesi Tengah
Tabel 3.1. Kriteria Penentuan Penting (P) atau Tidak Penting (TP)
Kriteria Keterangan
No Faktor evaluasi
P TP
1 Jumlah manusia M1>M2 M1<M2 M1 Jumlah manusia dalam wilayah studi
terkena dampak yang terkena dampak tetapi tidak
mendapat manfaat.
M2 Jumlah manusia yang mendapat
manfaat
2 Luas wilayah W1 W2 W1 Wilayah sebaran dampak mengalami
persebaran dampak perubahan mendasar
W2 Wilayah sebaran dampak tidak
mengalami perubahan mendasar
3 Intensitas dan I1 I2 I1 Dampak melampaui baku mutu
lamanya dampak lingkungan dan berlangsung lama
berlangsung (lebih dari satu tahap proyek)
I2 Dampak tidak melampaui baku mutu
lingkungan dan berlangsung tidak
lama (hanya pada tahap
prakonstruksi & konstruksi)
4 Jumlah komponen L1 L2 L1 Komponen lingkungan terkena
lingkungan lain yang dampak primer
terkena dampak L2 Komponen lingkungan terkena
dampak sekunder dan lanjutannya
5 Sifat kumulatif K1 K2 K1 Dampak komulatif
dampak K2 Dampak tidak komulatif
6 Berbalik atau tidak B1 B2 B1 Dampak tidak dapat berbalik
berbaliknya dampak
B2 Dampak dapat berbalik
7 Kriteria lain sesuai T1 T2 T1 Teknologinya sudah tersedia dan
dengan mudah didapatkan
perkembangan ilmu T2 Teknologinya tersedia tetapi mahal
pengetahuan dan atau sukar didapatkan atau belum
teknologi ada teknologi untuk mengelolanya
Semua parameter penentu tingkat kepentingan dampak pada dasarnya mempunyai
kedudukan sama dalam menentukan tingkat kepentingan dampak. Dengan demikian, masing-
masing parameter tersebut diberi bobot yang sama masing-masing =1
Tambahan kriteria lain, dampak dikatakan Penting (P) jika :
1) Melebihi baku mutu lingkungan atau kriteria baku kerusakan lingkungan
2) Tidak melebihi baku mutu lingkungan atau kriteria baku kerusakan lingkungan tetapi :
a. Debit limbah dan beban pencemaran mencapai kondisi maksimum
b. Laju emisi dan beban pencemaran mencapai kondisi maksimum
3) Menimbulkan gangguan bising/ bau/ getaran

Adapun keputusan tentang jenis dampak hipotetik yang akan dikelola adalah jenis
dampak yang termasuk kategori dampak penting yang dikelola (PK) yang ditetapkan
berdasarkan kriteria sederhana berikut:
1) Apabila P = 1 dan P tersebut adalah kriteria No. 1 (jumlah manusia terkena dampak),
untuk semua besaran baik positif (+) maupun negatif (-), maka termasuk dampak
penting (DP).
2) Apabila P  3 dan besaran dampak 2, maka termasuk dampak penting (DP)
3) Apabila Besaran Dampak melebihi BML, maka termasuk dampak penting (DP)
4) Diluar ketiga kriteria di atas, kesimpulan hasil evaluasi adalah dampak tidak penting
dantidak dikelola (TPK). Bila dampak yang disimpulkan merupakan dampak penting
yang dikelola (PK), maka dampak-dampak itulah yang akan dijadikan dasar untuk
penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan lingkungan.
Selain itu, dalam melakukan telaahan tersebut di atas akan diperhatikan pula dampak
yang bersifat langsung dan atau tidak langsung. Dampak langsung adalah dampak yang
ditimbulkan secara langsung oleh adanya rencana kegiatan. Sedang dampak tidak langsung

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 2
Provinsi Sulawesi Tengah
adalah dampak yang timbul sebagai akibat berubahnya suatu komponen lingkungan hidup
dan/atau kegiatan primer oleh adanya rencana kegiatan. Dalam kaitan ini maka akan
diperhatikan mekanisme aliran dampak pada berbagai komponen lingkungan hidup sebagai
berikut:
1) Kegiatan menimbulkan dampak penting yang bersifat langsung pada komponen sosial;
2) Kegiatan menimbulkan dampak penting yang bersifat langsung pada komponen fisik-
kimia, kemudian menimbulkan rangkaian dampak lanjutan berturut-turut terhadap
komponen biologi dan sosial;
3) Kegiatan menimbulkan dampak penting yang bersifat langsung pada komponen biologi,
kemudian menimbulkan rangkaian dampak lanjutan pada komponen sosial;
4) Kegiatan menimbulkan dampak penting yang bersifat langsung pada aspek fisik-kimia
dan selanjutnya membangkitkan dampak pada komponen sosial;
5) Dampak penting berlangsung saling berantai diantara komponen sosial itu sendiri;
6) Dampak penting pada butir 1,2,3 dan 4 yang telah diutarakan selanjutnya menimbulkan
dampak balik pada rencana kegiatan.
3.1 DAMPAK UTAMA
Berdasarhan hasil evaluasi dampak potensial yang telah di lakukan, maka dampak-
dampak penting hipotetik (DPH) atau dampak utama yang di hasilkan dari rencana Usaha
Penambangan Nikel oleh PT. Kencana Bumi Mineral, sebagai berikut:
Tahap Pra-Konstruksi:
Sosial Budaya : Sikap dan Persepsi Masyarakat dan Proses-proses sosial
Tahap Konstruksi:
1) Geo-Fisik-Kimia : Bentang alam, Kualitas air, Kualitas Udara, Kebisingan, Hidrologi
(run off), Erosi Tanah
2) Transportasi : Gangguan lalu lintas, Kerusakan Jalan
3) Biologi : Gangguan Vegetasi, Biota Perairan, dan Satwa Liar.
4) Sosekbud : Sikap dan Persepsi Masyarakat, Kesempatan bekerja, dan proses-
proses sosial
5) Kesmas : Kesehatan Masyarakat, dan Sanitasi Lingkungan
Tahap Operasi:
1) Geo-Fisik-Kimia : Bentang alam, Kualitas Air, Hidrologi (run off), Erosi Tanah, Kualitas
Udara, Kebisingan.
2) Transportasi : Gangguan Lalu Lintas dan Kerusakan jalan
3) Biologi : Gangguan Vegetasi, Biota Perairan, dan Satwa Liar
4) Sosekbud : Kesempatan Bekerja, sikap dan Persepsi Masyarakat, Kesempatan
Berusaha, dan Proses-proses sosial.
5) Kesmas : Kesehatan Masyarakat, sanitasi lingkungan dan K3
Tahap Pasca Produksi:
1) Geo-Fisik-Kimia : Perbaikan Hidrologi (run off), Penurunan Erosi Tanah, dan Perbaikan
Kualitas Air
2) Transportasi : Gangguan Lalu Lintas
3) Biologi : Vegetasi dan Biota Perairan.
4) Sosekbud : Sikap dan Persepsi Masyarakat

3.2 BESARAN DAMPAK DAN SIFAT PENTING DAMPAK


3.2.1 TAHAP PRAKONSTRUKSI
3.2.1.1 Aspek Sosial Budaya
1. Sikap dan Persepsi Masyarakat
Sumber dampak terhadap sikap dan persesepsi masyarakat adalah kegiatan sosialisasi
kepada masyarakat setelah terbitnya Izin lingkungan untuk persiapan konstruksi penambangan
nikel Kondisi eksisting rencana kegiatan penambangan nikel PT. Kencana Bumi Mineral dan
pemukiman masyarakat sekitarnya merupakan dua sisi yang saling terkait dan saling pengaruh

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 3
Provinsi Sulawesi Tengah
mempengaruhi. Disatu sisi perusahaan dengan segala kompleksitas tehnologi dan dampak
yang ditimbulkannyanya sudah pasti membawa perubahan secara mendasar bagi perusahaan
dan bagi masyarakat dilingkarannya. Pada sisi masyarakat dengan kearifan dan karakteristik
pedesaannya, harus menerima dan menyikapinya dengan arif bahkan dengan jargon ektrim
atas perubahan tersebut.
Betapa pentingnya informasi dan komunikasi sebagai penyambung pada kedua sisi
tersebut. Sebuah kata mnerima dan atau menyetujui hanyalah sebuah kata pelengkap.
Kehadiran perusahaan PT.Kencana Bumi Mineral yang dipekirakan akan membuka
kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat sekitar, peningkatan pendapatan dan
pengembangan daerah serta pertumbuhan perekonomian lokal di wilayh tersebut, hanyalah
harapan dan kenyataan yang akan terwujud meski minimal bagi masyarakat sekitarnya . Makna
terdalam dari harapan dan kenyataan tersebut adalah meningkatkan pemahaman masyarakat
dan perusahaan (sosialisasi yang lebih Intensif) bahwa sesungguhnya yang diharapkan adalah
persoalan nilai, kepercayaan dan keyakinan akan adanya saling memberi berupa komitmen,
keadilan antar para pihak yang berkepentingan melalui proses komunikasi yang transparan dan
bijaksana
Sosialisasi rencana penambangan dimaksudkan agar masyarakat dapat mengetahui
rencana kegiatan yang akan dilakukan per komponen kegiatan dan per tahapan kegiatan, serta
dampak terhadap lingkungan hidup yang akan terjadi sebelum kegiatan konstruksi dilakukan .
Mengapa sikap dan persepsi masyarakat ini menjadi penting, karena kegiatan penambangan
nikel menjadi Issu lingkungan global dan masyarakat telah memiliki pengalaman tentang hal
tersebut, sehingga penguatan informasi terhadap hal ini melalui kegiatan sosialisasi kegiatan
sangat urgen untuk dilakukan setelah memperoleh Izin Lingkungan dan sebelum konstruksi
dilakukan.
Konsultasi publik untuk kebutuhan kerangka acuan sudah baik melalui media maupun
melalui pertemuan stakeholders. Kewajiban lebih lanjut bagi pemrakarsa adalah bagaimana
menyampaikan informasi tentang detail rencana kegiatan kepada masyarakat yang terdampak
dengan jadwal, desain tehnis, proses serta program-program yang akan dilakukan selama
kegiatan konstruksi dan operasional. Hal –hal tersebut akan memberikan kejelasan kepada
masyarakat tentang manfaat kegiatan penambangan nikel , dan tidak seperti pada pengalaman
masyarakat diwilayh tersebut sebelumnya.
Tidak dapat diabaikan kemungkinan peran pihak-pihak yang tidak puas dengan semua
kegiatan yang ada. Kegiatan pertambangan selalu menyimpan potensi konflik, bagian yang
harus juga menjadi urusan ekternal PT.KBM, agar issu kerusakan lahan , pengabaian atas
hak-hak masyarakat dengan segala dinamikanya selama ini tidak merangseng masuk dalam
wilayah non tehnis . Gejolak –gejolak yang terjadi selama ini dapat diduga akibat peran-peran
yang dimainkan aktor tertentu untuk memprovokasi masyarakat, sehingga timbul keresahan
dalam bentuk berbagai unjuk rasa dan tuntutan. Untuk itu diperlukan sosilisasi kepada
masyarakat yang lebih intesif lagi setelah terbitnya izin lingkungan atau sebelum kegiatan
konstruksi.
Besaran Dampak
Kehadiran PT.KBM, demikian populer dan telah diketahui oleh sebagian besar
masyarakat di wilayah tersebut .Berdasarkan data rona lingkungan awal, menunjukkan bahwa
sebanyak 96,6%. responden mengetahui dan menyetujui rencana kegiatan penambangan nikel
oleh PT. Kencana Bumi Mineral. Hal itu tergambar dari jawaban responden yang
diwawancarai, menjawab “ya”. yang merepresentasikan bahwa mereka telah mengetahui dan
menyetujui akan rencana kegiatan penambangan dan sebanyak sebanyak 3,3 % memberi
jawaban “tidak” menjawab dengan rencana kegiatan tersebut..
Alasan responden menyatakan setuju atas rencana kegiatan adalah adanya beberapa
keuntungan atau manfaat dari kegiatan tersebut. Manfaat yang akan timbul anatar lain adalah
meningkatnya pendapatan masyarakat, terbukanya peluang bekerja, perbaikan sarana dan
prasarana dll. Hal-hal terkait dengan pencemaran udara dan kerusakan lingkungan air juga

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 4
Provinsi Sulawesi Tengah
merupakan aspirasi sebagian besar masyarakat khususnya di sekitar ruas jalan yang
direncanakan untuk dijadikan Hauling.
Berdasarkan hal tersebut maka skala kualitas lingkungan untuk sikap dan persepsi
masyarakat terkait dengan sosialisasi rencana kegiatan kepada masyarakat dalam kategori
sedang (skala=3). Secara kualitas kondisi rona awal lingkungan aspek sikap dan persepsi
masyarakat tergolong baik. Namun demikian kondisi rona awal yang baik tersebut dapat saja
berubah menjadi lebih baik lagi ataukah sebaliknya menjadi negative atau menjadi buruk (skala
2). Akan sangat bergantung pada pengelolaan/pendekatan terhadap masyarakat yang
dilakukan oleh pemrakarsa terkait dengan pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan kegiatan
persiapan konstruksi lainnya. Dengan demikian dampak yang diprakirakan timbul adalah
negatif/positif sedang dan bersifat langsung.
Sifat Penting Dampak
Berdasarkan pedoman penetapan tingkat kepentingan dampak, maka dampak kegiatan
sosialisasi rencana kegiatan kepada masyarakat, dapat diuraikan sebagai berikut:
(1) Jumlah Manusia terkena dampak adalah sebanyak 96,6% masyarakat yang mengatakan
setuju dan berpersepsi positif terhadap rencana kegiatan penambangan nikel oleh PT. KBM
dan akan berpengaruh terhadap keseluruhan penduduk Desa bahodopi, Desa lalapu dan
Desa Siumbatu serta desa bahomakmur yang terdekat dengan rencana ruas jalan hauling
perusahaan. Dampak tergolong penting.
(2) Luas wilayah persebaran dampak tidak luas hanya meliputi beberapa desa tapak proyek
saja. dampak dinilai Tidak penting.
(3) Intensitas dampak tergolong sedang dan dampak berlangsung selama tahap pra -konstruksi
bahkan bisa berlanjut sampai tahap operasional Dampak tergolong penting.
(4) Kompone lingkungan lain terkena damapk, Tidak ada. Akan tetapi jika hal ini diabaikan
maka akan berpengaruh terhadap keseluruhan operasional penambangan. Dampak
tergolong penting.
(5) Sifatnya kumulatif dampak, Dampak yang terjadi bersifat kumulatif. Dengan demikian
dampak dikategorikan penting.
(6) Ditinjau dari berbalik atau tidak berbaliknya dampak maka dampak tergolong penting
karena dampak persepsi positif masyarakat dapat berbalik menjadi dampak negative dan
sebaliknya atau dipulihkan.
(7) Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak ada .
akan tetapi komunikasi, sosialisasi yangb transparan menjadi kunci mengaktualisasi sikap
dan persepsi masyarakat. Pilihan metode, media dan pesan komunikasi yang disampaikan
oleh pihak perusahaan harus yang lebih elegan. Kelemahan–kelemahan pihak Humas
kegiatan dalam mengantisipasi isu yang muncul dan bagaimana penanganan yang tepat
atas isu tersebut harus menjadi perhatian untuk mengantisipasi perubahan-perubahan
persepsi dan sikap negative masyarakat Jika hal tersebut dapat dilakukan dengan optimal
maka kegiatan konstruksi dapat berlangsung secara aman. Berdasarkaan hal tersebut
maka dampak tergolong penting.
Dengan demikian, dampak kegiatan sosialisasi rencana kegiatan kepada masyarakat,
terhadap sikap dan persepsi masyarakat dikategorikan sebagai dampak negatif sedang (-2)
dan bersifat Penting (P).

3.2.2 TAHAP KONSTRUKSI


3.2.2.1 Geo-Fisik Kimia
1. Kualitas Udara
Besaran Dampak
Kegiatan yang potensial menimbulkan dampak terhadap penurunan kualitas udara pada
tahap konstruksi adalah kegiatan mobilisasi alat berat, dan material. Pada tahap konstruksi,
sejumlah peralatan/kendaraan akan dimobilisasikan untuk melakukan kegiatan-kegiatan awal
sebelum masuk kedalam proses penambangan dari lokasi dermaga jika mengunakan akses
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 5
Provinsi Sulawesi Tengah
laut atau jalan darat menuju ke lokasi tapak proyek. Metode prakiraan dampak penting untuk
penurunan kualitas udara (Debu, NO2, dan SO2) menggunakan rumus Gaussian (line source)
sebagai berikut:

Dimana :
C(x,z) : Konsentarsi Pencemar udar pada koordinat x dan z (ugr/m3)
QL : Laju emisi per unit jarak (gr/dt.m)
Z : Ketinggian penerima (receptor) di atas tanah
u : Kecepatan angin rata-rata pada arah sumbu x (m/dt)
𝜎𝑧 : Koeffisien dispersi vertikal gaussian (m)
Pada kegiatan mobilisasi peralatan, alat berat dan material diperkirakan akan melibatkan
kendaraan pengangkut berbahan bakar solar yang melakukan aktifitas sebanyak 40 aktifitas per
hari. Jika dalam 1 hari waktu operasional adalah selama 8 jam, maka dalam 1 jam kendaraan
yang melewati jalur transportasi adalah sebanyak 5 buah truck, dengan jarak tempuh dari tapak
proyek lokasi tambang menuju jalan raya adalah sepanjang 12 km.

Gambar 3.1. Rencana Jalur Mobilisasi ke Tapak Proyek

Dalam prakiraan dampak diasumsikan pemakaian bahan bakar kendaraan truck adalah 0,2 liter
solar untuk jarak tempuh 1 km, kecepatan rata-rata kendaraan sekitar 20 km/jam yang
berproduksi selama 8 jam sehari, kecepatan angin rata-rata pada lokasi studi sebesar 2-3
meter/detik (1 knot= 0,514 meter/detik), koefisien disperse Gaussian (𝜎𝑧) pada stabilitas atm B
adalah sebesar 3,43 m dan ketinggian penerima (z) sebesar 2 m. Faktor emisi kendaraan
berbahan bakar solar berdasarkan standar WHO adalah sebesar 2,01 kg/m3 untuk parameter
partikulat, 6,36 kg/m3 untuk parameter polutan SO2, dan 7,21 kg/m3 untuk parameter polutan
NO2. Berdasarkan asumsi dan data tersebut di atas maka dapat dihitung konsumsi bahan bakar
dari alat-alat berat seperti pada Tabel 3.2 berikut ini.
Tabel 3.2. Konsumsi Bahan Bakar Alat-alat Berat
Berat Jenis Solar Konsumsi BBM
Jenis Kendaraan Jarak Tempuh (Km) 3
(kg/l) (M /Hari)
Truk 0,81 480 0,077
Sumber: Hasil Analisa, 2016
Faktor emisi untuk parameter kualitas udara dari sumber pembakaran diuraikan pada table
dibawah ini
Tabel 3.3. Faktor Emisi Bahan Bakar
Bahan Jenis pencemar
Jenis Kendaraan satuan 3 3 3
bakar Debu (Kg/M ) NO2(Kg/M ) SO2(Kg/M )
3
Mesin diesel Solar M 2,01 7,21 6,36
Sumber: WHO Offset Publication No 62,Rapid Assesment Of Source Of Air, Water, And Land pollution

Besarnya emisi dari mobilisasi peralatan dan material merupakan perkalian antara faktor emisi
dengan pemakaian bahan bakar. Sehingga berdasarkan perkiraan konsumsi bahan bakar dan

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 6
Provinsi Sulawesi Tengah
faktor emisi tersebut di atas, besarnya emisi untuk masing-masing parameter kualitas udara
akibat kegiatan mobilisasi peralatan berat sebagai berikut :
1. Partikulat = 0,077 x 2,01 = 0,154 Kg/hari atau 0,001 gr/dt

2. NO2 = 0,077 x 7,21 = 0,555 Kg/hari atau 0,006 gr/dt

3. SO2 = 0,077 x 6,36 = 0,489 Kg/hari atau 0,005 gr/dt


Sehingga kontribusi kegiatan mobilisasi peralatan dan material tahap konstruksi terhadap
parameter kualitas udara adalah sebagai berikut :
a) Debu = 0,00007 μg/Nm3

b) NO2 = 0,00046 μg/Nm3

c) SO2 = 0,00038 μg/Nm3


Khusus untuk parameter debu prakiraan peningkatannya juga berasal dari resuspensi debu
yang terangkat ke udara akibat pergerakan roda truk. Penurunan kualitas udara (debu) akibat
dari kegiatan Mobilisasi Alat dan Material rencana penambangan dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Eu = 5,9 (s/12) (S/30) (W/7)0,7 (w/4)0,5 (d/365)
Dimana :
Eu = jumlah debu per panjang jalan (lb/mil)
s = silt content (%)
S = kecepatan kendaraan (mil/jam)
W = berat kendaraan (ton)
w = jumlah roda kendaraan
d = jumlah hari tidak hujan dalam 1 tahun
Berdasarkan data lapangan diketahui silt content adalah sebesar 0,1%, kecepatan kendaraan
sekitar 20 km/jam, berat kendaraan sekitar 20 ton, jumlah roda kendaraan 6 buah, jumlah hari
tidak hujan dalam setahun adalah 180 hari, maka diperoleh jumlah debu per panjang jalan
adalah sebesar 7,37 μg/m3. Bila diasumsikan luas pengadukan/ dispersi debu adalah sebesar
100 m2 maka konsentrasi debu di lokasi tersebut adalah sebesar 73,7 μg/Nm3. Jika
ditambahkan dengan kontribusi debu dengan memperhatikan emisi kendaraan, maka kontribusi
peningkatan debu (TSP) total menjadi 73,70007 μg/Nm3. Konsentrasi ambien terhadap
parameter debu dan gas oleh sumber pembakaran bahan bakar solar pada kegiatan mobilisasi
alat berat dan material sebagai berikut:
Tabel 3.4. Prakiraan Peningkatan Kadar Emisi
Rona awal Rona akhir
Lokasi Satuan
Debu NO2 SO2 Debu NO2 SO2
3
Tapak Kegiatan μg/Nm 59 25,28 49,7 132,7 25,28 49,7
Sekitar lokasi 3
μg/Nm 52 31,2 37,9 125,7 31,2 37,9
tapak
Lokasi
3
Pemukiman μg/Nm 39,5 25,82 46,7 113,2 25,82 46,7
desa
Baku Mutu 230 400 900 230 400 900

Tabel 3.5. Nilai skala kualitas udara


Skala Kualitas Lingkungan
Parameter
1 2 3 4 5
3
Partikel Debu (mg/m ) >0,26 0,20-0,25 0,13-0,21 0,06-0,12 <0,05
Sulfur Dioksida (S02) (ppm) >0,10 0,076-0,10 0,051-0,075 0,026-0,05 0,0-0,026
Karbon Monoksida (CO) (ppm) >20 15-20 15-20 5-24 0-4
Nitrogen oksida (NOx) (ppm) >0,05 0,038-0,050 0,025-0,037 0,012-0,024 0,0-0,011
Nitrogen Dioksida (N02) (mg/l) >5 1-5 0,0-1,0 0,01-0,10 < 0,01
Sumber: Fandeli, 2007

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 7
Provinsi Sulawesi Tengah
Besaran dampak
Berdasarkan Tabel 3.4 di atas dari hasil konversi dan penyesuaian nilai kualitas udara
dan skala kualitas lingkungan menunjukan bahwa kegiatan mobilisasi alat berat dan material
diperkirakan akan memberikan beban pencemaran udara berupa Debu, NO2, dan SO2 dengan
besaran yang relatif kecil. Kontribusi debu (TSP), SO2, dan NO2 diperkirakan masih berada di
bawah baku mutu lingkungan yang ditetapkan berdasarkan nilai skala kualitas udara. Rona
awal dari kualitas udara di sekitar lokasi proyek untuk parameter gas NO 2 dan SO2 masih
tergolong baik dan memiliki kualitas lingkungan skala 4, namun khusus untuk parameter debu
terjadi perubahan nilai kualitas lingkungan yang cukup signifikan, pada rona awal nilai kualitas
lingkungan untuk parameter debu berskala 5 namun dengan adanya mobilisasi alat berat dan
material terjadi perubahan skala kualitas lingkungan berubah menjadi skala 4. Dengan
demikian besaran dampak terhadap kualitas udara dengan adanya kegiatan konstruksi adalah
Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan sifat penting dampak
tertera berikut ini Berdasarkan pada hasil prediksi dampak kualitas udara dampak yang terjadi
diklasifikasikan sebagai dampak negatif kecil.
Sifat Penting Dampak:
(1) Ditinjau dari jumlah manusia terkena dampak, maka sifat dampak adalah penting karena
pencemaran debu akan terjadi di sepanjang jalan yang dilalui dan karena melewati
beberapa areal akses jalan yang juga berada tidak jauh dari pemukiman, sehingga dapat
mengganggu kenyamanan pengguna jalan yang lain.
(2) Ditinjau dari luas wilayah persebaran dampak, maka sifat dampak adalah penting karena
luas wilayah persebaran dampak akan menyebar ke arah kiri kanan sepanjang jalan yang
dilalui.
(3) Ditinjau dari intensitas dan lamanya dampak berlangsung, maka dampak tergolong
penting. Intensitas tergantung dari tinggi rendahnya aktivitas angkutan dari dan menuju
lokasi tujuan.
(4) Ditinjau dari banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak, maka sifat
dampak adalah penting, karena pencemaran debu di sepanjang jalan akan mengganggu
kesehatan dan kenyamanan masyarakat.
(5) Ditinjau dari sifat kumulatif dampak, maka sifat dampak adalah tidak penting karena
dampak peningkatan kadar debu akan berakhir/berkurang dengan hadirnya musim
penghujan.
(6) Ditinjau dari berbalik atau tidak berbaliknya dampak, maka sifat dampak adalah tidak
penting karena peningkatan polutan debu akan berkurang, terutama pada musim
penghujan. Untuk itu dampak peningkatan kadar debu ini tergolong dampak yang dapat
berbaik.
(7) Ditinjau dari adanya kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka dampak tergolong tidak penting. Dampak ini dapat diminimalkan melalui
berbagai usaha diantaranya pengaturan arus lalu lintas serta mempertahankan
keberadaan pohon sebagai buffer zone debu terutama ditepi jalur jalan yang dilalui
kendaraan pengangkut hasil.
Dengan demikian, dampak kegiatan mobilisasi peralatan dan material pada tahap
produksi terhadap penurunan kualitas udara dikategorikan sebagai dampak negatif kecil (-1)
dan bersifat Penting.

2. Kebisingan
Besaran dampak
Mobilisasi material konstruksi menuju tapak proyek menggunakan truk dengan kapasitas
angkut 20 – 50 ton. Truk angkut tersebut akan mengangkut material dengan perkiraan frekuensi
maksimum 40 kali per hari. Kegiatan tersebut diperkirakan akan menimbulkan kebisingan. Rona
awal tingkat kebisingan disekitar lokasi kegiatan masih berada di bawah baku mutu yang
disyaratkan. Berdasarkan hasil pengukuran kebisingan sesaat jika dibandingkan dengan baku
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 8
Provinsi Sulawesi Tengah
mutu Kebisingan mengacu Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Kep.
48/MENLH/11/1996, dapat dikatakan kondisi saat ini termasuk kategori baik skala 4. Perkiraan
intensitas kebisingan yang akan timbul terhadap jarak tertentu dapat dihitung dengan
menggunakan rumus
Lp2=Lp1-20 log (R2/R1)
Keterangan :
Lp1= Tingkat Kebisingan Pada Sumber (dBA)
Lp2= Tingakt Kebisingan pada Jarak R2 dari sumber (dBA)
R1 = Konstranta (10 meter)
R2 = Jarak dari Sumber Bising (meter)
Pada tahap mobilisasi alat berat dan material akan menggunakan 3 jenis truk yaitu Heavy Truck
(intensitas bisingnya 80 dBA), Pick Up Truck (intensitas bisingnya 77 dBA) dan Dump Truck
(intensitas kebisingannya 70 dBA). Berdasarkan rumus tersebut di atas dan intensitas sumber
bisingnya maka dapat di hitung persebaran intensitas bising terhadap jarak tertentu, dari satu
sumber bising. Namun apabila sumber bisingnya banyak untuk receptor yang menerima
intensitas bising dengan nilai yang sama maka nilainya di tambah 3 dBA. Hasil perhitungan
kondisi terburuk pada kegiatan mobilisasi alat berat dan material terhadap intensitas kebisingan
disajikan pada Tabel 3.6 berikut ini.
Tabel 3.6. Prakiraan Kebisingan pada tahap konstruksi
Tingkat kebisingan (dBA) pada jarak tertentu dari sumber
No Jenis Peralatan Pada 10 20 50 100 200 500 600
Sumbernya m m m m m m m
1 Heavy truck 80 73 70 66 63 60 56 55
2 Pick Up truck 77 70 67 63 60 57 53 52
3 Dump truck 70 63 60 56 53 50 46 45

Paparan kebisingan dump truck yang melewati jalan diperkirakan sekitar 70 - 80 dBA pada
sumber dampak. Pada jarak sekitar 10 m kebisingan sekitar 63 - 73 dBA, pada jarak 600 m
intensitas kebisingannya akan menurun sampai sesuai dengan baku mutu yaitu antara 45 – 55
dBA. Oleh karena itu kebisingan yang ditimbulkan dapat mengganggu kenyamanan penduduk
yang dilewati yang berjarak maksimal 500 m tegak lurus dari as jalan yang dilalui, sehingga
rona akhir menunjukan penurunan skala kualitas lingkungan menjadi skala 2. Dengan demikian
besaran dampak terhadap peningkatan kebisingan akibat adanya kegiatan mobilisasi peralatan
dan material pada tahap konstruksi adalah Sedang dengan nilai perubahan dampaknya
Negatif Dua (-2). Sedangkan Penentuan sifat penting dampak tertera berikut ini:
Sifat Penting Dampak:
(1) Ditinjau dari jumlah manusia yang terkena dampak, maka sifat dampak adalah penting
karena kegiatan pengangkutan akan melewati jalan negara yang terdapat pemukiman
penduduk.
(2) Ditinjau dari luas wilayah persebaran dampak, maka sifat dampak adalah penting karena
dampak akan terjadi di sepanjang jalan yang dilalui;
(3) Ditinjau dari intensitas dampak, maka sifat dampak adalah penting karena kebisingan
akan meningkat melebihi ambang batas (>55 dBA);
(4) Ditinjau dari banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak, maka
dampak dikategorikan penting. Komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena
dampak adalah kesehatan masyarakat sehingga dampak dikategorikan penting.
(5) Ditinjau dari sifat kumulatif dampak, maka dampak tergolong tidak penting. Dampak tidak
bersifat kumulatif.
(6) Ditinjau dari berbalik atau tidak berbaliknya dampak, maka sifat dampak adalah tidak
penting karena dampak dapat berbalik apabila kegiatan operasional pengangkutan hasil
dihentikan.

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 9
Provinsi Sulawesi Tengah
(7) Ditinjau dari adanya kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka dampak tergolong tidak penting. Dampak ini dapat diminimalkan melalui
berbagai usaha diantaranya pengaturan arus lalu lintas serta mempertahankan
keberadaan pohon sebagai buffer zone bising terutama ditepi jalur jalan yang dilalui
kendaraan pengangkut hasil.
Dengan demikian, dampak kegiatan mobilisasi peralatan, alat berat dan material pada
tahap produksi terhadap peningkatan kebisingan dikategorikan sebagai dampak negatif
sedang (-2) dan bersifat Penting.

3. Hidrologi
Kegiatan yang diprakirakan akan menimbulkan dampak terhadap peningkatan debit aliran
permukaan pada tahap kontruksi adalah kegiatan pembuatan dan peningkatan jalan angkut
(hauling), dan pembersihan lahan. kegiatan ini akan mengubah kondisi lahan menjadi terbuka.
Kegiatan-kegiatan ini pada prinsipnya akan menghilangkan vegetasi penutup tanah. Hilangnya
tutupan lahan ini akan menyebabkan hilangnya daya intersepsi vegetasi pada tapak
kegiatan terhadap curah hujan. Asdak (2007), menyatakan bahwa intersepsi air hujan
(rainfall interception loss) merupakan proses dimana air hujan yang jatuh pada permukaan
vegetasi, tertahan beberapa saat untuk diuapkan kembali ke atmosfer atau diserap oleh
vegetasi bersangkutan. Selain daya intersepsi juga menyebabkan menurunnya kapasitas
tanah untuk meresapkan air hujan, sehingga sebagian besar air hujan yang jatuh ke
permukaan tanah akan mengalir menjadi aliran permukaan (run off) dan segera mengisi
cekungan-cekungan yang ada di sekitarnya dan akhirnya akan menuju saluran alam
(saluran drainase) dan akan bermuara ke sungai. Meningkatnya laju aliran permukaan
(run off) ini pada gilirannya akan menimbulkan dampak sekunder berupa meningkatnya
laju erosi dan meningkatnya debit air pada badan air penerima, sehingga dapat
meningkatkan kadar lumpur pada badan-badan air penerima.
Besaran Dampak
Prakiraan besaran dampak debit aliran permukaan pada tahap konstruksi (∆Qkonstruksi)
didekati dari persamaan matematik metode rasional berdasarkan selisih antara debit aliran
permukaan pada tahap konstruksi (QKonstruksi) dan debit aliran permukaan tanpa kegiatan/proyek
(Qtanpa proyek). Jadi besarnya dampak perubahan debit aliran permukaan pada tahap konstruksi
dapat dituliskan sebagai berikut:
∆Q = QKonstruksi - Qtanpa proyek = 0.0028 (Cproyek - Ctanpa proyek) x I x A
Dimana :
CKonstruksi = koefisien aliran permukaan akibat kegiatan konstruksi = 0,85
Ctanpaproyek= koefisien aliran permukaan untuk hutan sekunder C= 0.13,
semak belukar C=0,36, dan tanah terbuka C=0.85.
I = Intensitas hujan harian. Jumlah curah hujan bulanan dibagi jumlah
hari hujan periode tahun 2012-2015 : 3,26 mm/jam.
A = Luas areal yang akan dibuka menurut jenis tutupan lahan. Tutupan
lahan secara totalitas didominasi oleh tutupan berupa hutan lahan kering.
Luas areal penambangan PT. Kencana Bumi Mineral, yaitu 638 ha. Daerah
yang akan terbuka seluas 638 ha sesuai dengan luas areal prospek yang
telah dieksplorasi dari total luasan areal (luas ini tidak termasuk daerah
kemiringan >45% atau bergunung, sempadan sungai, dan pemukiman.
 Debit run off dari tapak proyek sebelum adanya rencana kegiatan =
Besarnya debit air permukaan Q = 0,0028 C.I.A
Q = 0,0028 x 0,13 x 3,26 x 638
= 75,7x10-2 m3/detik
 Debit run off dari tapak proyek pada saat konstruksi =
Q = 0,0028 x 0,85 x 3,26 x 638
= 4,95 m3/detik
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 10
Provinsi Sulawesi Tengah
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, kegiatan konstruksi rencana kegiatan
pembuatan dan peningkatan jalan angkut (hauling), dan pembersihan lahan
meningkatkan debit air larian dari 0,757 m3/detik menjadi 4,94 m3/detik.
Jika proporsi jumlah curah hujan yang menjadi limpasan permukaan adalah sebesar C
dan faktor lainnya dianggap tetap, maka besarnya peningkatan debit limpasan dapat diduga
dari peningkatan nilai koefisien aliran permukaan akibat adanya kegiatan pembuatan dan
peningkatan jalan angkut (hauling), dan pembersihan lahan di atas, dari nilai koefisien sekitar
0.13 pada wilayah berpenutupan hutan sekunder skala baik (skala 4), menjadi sekitar
0.85 pada tanah terbuka skala buruk (skala 2); atau dengan kata lain, dengan adanya
kegiatan pembuatan dan peningkatan jalan angkut (hauling), dan pembersihan lahan akan
mengakibatkan konversi penutupan tajuk dari belukar menjadi tanah terbuka yang
terganggu yang akan menyebabkan peningkatan debit aliran permukaan sekitar 6,5 kali
dari keadaan semula. Sebagaimana hasil perhitungan debit sebelum adanya proyek
0,757 m3/detik, dengan adanya kegiatan konstruksi menjadi 4,94 m3/detik. Meningkatnya
debit aliran permukaan (run off) ini pada gilirannya akan menimbulkan dampak sekunder
berupa peningkatan laju erosi tanah dan peningkatan laju sedimentasi atau pelumpuran
pada badan-badan air penerima. Oleh karena itu, dampak pembuatan dan peningkatan
jalan angkut (hauling), dan pembersihan lahan terhadap peningkatan debit aliran permukaan
merupakan dampak negatif, bersifat langsung dan berbobot sedang (-2).
Sifat Penting Dampak
Berdasarkan pedoman penetapan tingkat kepentingan dampak, maka dampak kegiatan
pembuatan dan peningkatan jalan angkut (hauling), dan pembersihan lahan terhadap
peningkatan debit aliran permukaan (debit) dapat diuraikan sebagai berikut:
(1) Ditinjau dari jumlah manusia yang terkena dampak, maka dampak tergolong penting
karena diprakirakan akan berpengaruh terhadap masyarakat sekitar lokasi kegiatan dan
pengguna air sungai khusunya yang bermukim disekitar tapak proyek;
(2) Ditinjau dari luas wilayah persebaran dampak, maka dampak tergolong penting karena
meliputi wilayah yang cukup luas;
(3) Ditinjau dari intensitas lamanya dampak berlangsung, maka dampak tergolong tidak
penting karena intensitasnya yang tinggi dan dapat berlangsung lama. Perubahan debit
aliran 0,757 m3/detik-4,94 m3/detik, akan tetapi akan pulih seiring dengan pulihnya
penutupan lahan oleh vegetasi tanaman pada tapak kegiatan.
(4) Ditinjau dari banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak, maka dampak
tergolong penting karena akan berpengaruh terhadap komponen lingkungan lain, seperti
peningkatan laju erosi.
(5) Ditinjau dari sifat kumulatif dampak, maka tergolong tidak penting karena dampak tidak
bersifat kumulatif.
(6) Ditinjau dari berbalik atau tidak berbaliknya dampak, maka dampak tergolong tidak
penting karena dampak dapat pulih seiring dengan pulihnya penutupan lahan pada tapak
kegiatan.
(7) Ditinjau dari kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
maka dampak tergolong tidak penting karena air larian dapat dikelola dengan rekayasa
tutupan lahan serta usaha konservasi seperti pembangunan saluran drainase.
Dengan demikian, dampak kegiatan pembuatan dan peningkatan jalan angkut (hauling),
dan pembersihan lahan terhadap peningkatan debit aliran permukaan dikategorikan sebagai
dampak negatif sedang (-2) dan bersifat Penting (P).

4. Erosi Tanah
Besaran Dampak
Kegiatan yang diprakirakan akan menimbulkan dampak terhadap tanah dan erosi pada
tahap kontruksi adalah kegiatan pembuatan dan peningkatan jalan angkut (hauling), dan
pembersihan lahan, yang pada prinsipnya akan menghilangkan vegetasi penutup tanah,
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 11
Provinsi Sulawesi Tengah
sehingga nilai faktor tanaman untuk lokasi ini meningkat mendekati 1 (satu). Ini berarti hampir
seluruh dari nilai erosi potensialnya dapat menjadi erosi nyata. Proses ini akan menyebabkan
tanah menjadi lebih terbuka terhadap pukulan butir air hujan. Akibatnya, tanah menjadi lebih
mudah terdispersi dan terbawa aliran permukaan. Hal ini berarti kehilangan lapisan atas tanah
dan merupakan fenomena kemerosotan kualitas lahan.
Tabel 3.7. Prediksi Laju Erosi di Lokasi Rencana Usaha Penambangan PT. Kencana
Bumi Mineral
Lokasi Kelas Erosi Erosi
R K LS CP IBE
rencana Lereng Pot ton/ha Akt ton/ha
1 0-8 % 1.237,5 0,391 0,40 0,01 193,64 1,94 0,059
2 0-8 % 1.237,5 0,386 1,40 0,01 668,65 6,69 0,132
3 15-25% 1.237,5 0,389 3,10 0,01 1493,07 14,93 0,332
Sumber: hasil analisis, 2017
Nilai T untuk tanah di lokasi kegiatan adalah sebesar 42,88 ton/ha/tahun. Hasil prediksi
erosi pada titik pengamatan pada tabel di atas menunjukkan bahwa erosi aktual umumnya lebih
kecil dari erosi wajar atau erosi yang dapat ditolerir (nilai T) dengan kondisi saat ini. Hasil
prediksi erosi menunjukkan bahwa besarnya erosi aktual kondisi awal lokasi rencana
penambangan nikel sebesar 1,94 ton/ha/tahun – 14,93 ton/ha/tahun nilai tersebut masih berada
di bawah erosi yang diperbolehkan. Dan untuk nilai erosi potensial sebesar 193,64
ton/ha/tahun sampai dengan 1493,07 ton/ha/tahun. Jika kondisi tanah tersebut dibiarkan dalam
keadaan kondisi aktual tersebut tanpa pengolahan yang lebih efektif, maka akan terjadi
kumulatif dampak yang mengarah pada kehilangan tanah karena erosi dalam skala besar.
Dikaitkan dengan skala kualitas lingkungan, maka kegiatan pembuatan dan peningkatan jalan
angkut (hauling), dan pembersihan lahan akan meningkatkan kelas erosi dari tingkat bahaya
sangat ringan (skala 5) menjadi tingkat bahaya sedang (skala 3), dengan demikian dampak
kegiatan pembuatan dan peningkatan jalan angkut (hauling), dan pembersihan lahan
diprakirakan menurunkan skala kualitas lingkungan sebesar -2 (dua) negatif sedang.
Sifat Penting Dampak
Berdasarkan pedoman penetapan tingkat kepentingan dampak, maka dampak kegiatan
pembuatan dan peningkatan jalan angkut (hauling), dan pembersihan lahan terhadap
peningkatan laju erosi tanah dapat diuraikan sebagai berikut:
(1) Ditinjau dari jumlah manusia yang terkena dampak, maka dampak tergolong tidak
penting karena diprakirakan tidak akan berpengaruh terhadap manusia karena kondisi
tapak areal yang jauh dari pemukiman dan jenis erosi yang terjadi tergolong dibawah
erosi wajar.
(2) Ditinjau dari luas wilayah persebaran dampak, maka dampak tergolong penting karena
meliputi wilayah yang luas 638 ha;
(3) Ditinjau dari intensitas dan lamanya dampak berlangsung, maka dampak tergolong
penting karena intensitasnya yang tinggi dan dapat berlangsung lama, sampai vegetasi
di atas lahan tersebut tumbuh kembali dan berkembang;
(4) Ditinjau dari banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak, maka dampak
tergolong penting karena akan berpengaruh terhadap penurunan kualitas air (TSS) dan
gangguan terhadap biota air.
(5) Ditinjau dari sifat kumulatif dampak, maka dampak tergolong penting karena dampak
akan terakumulasi pada ekosistem perairan yang akan berpengaruh pada biota perairan.
(6) Ditinjau dari berbalik atau tidak berbaliknya dampak, maka dampak tergolong penting
karena dampak erosi yang telah terjadi tidak dapat berbalik.
(7) Ditinjau dari kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
maka dampak tergolong tidak penting karena besarnya laju erosi dapat dikelola dengan
rekayasa tutupan lahan serta usaha konservasi seperti misalnya pembangunan saluran
drainase serta konservasi secara vegetatif.

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 12
Provinsi Sulawesi Tengah
Dengan demikian, dampak kegiatan kegiatan pembuatan dan peningkatan jalan angkut
(hauling), dan pembersihan lahan terhadap erosi tanah dikategorikan sebagai dampak negatif
sedang (-2) dan bersifat Penting (P).

5. Kualitas Air
Besaran Dampak
Kegiatan pembuatan dan peningkatan jalan angkut (hauling), pembangunan dan
pengoprasian base camp serta sarana prasarana penunjang, dan pembersihan lahan rencana
penambangan bijih nikel menyebabkan terbukanya tanah, sehingga tanah tidak terlindungi dari
pukulan air hujan. Hal ini dapat berdampak pada peningkatan run off dan peningkatan laju
erosi, yang selanjutnya akan meningkatkan konsentrasi TSS pada Sungai yang menerimanya.
Hasil run off dan erosi akan hanyut ke daerah yang lebih rendah akibat aktivitas aliran
permukaan yang terjadi pada saat hujan. Sebagai bentuk usaha untuk melokalisir dan
menghambat limpasan yang membawa muatan sedimen dari areal kegiatan konstrusi sebelum
masuk ke sungai, PT. Kencana Bumi Mineral akan mematuhi semua prosedural-prosedural
operasional dalam proses kegiatannya guna meminimalisir dampak yang akan terjadi.
Tabel 3.8. Hasil Analisis Kualitas Air Sungai Pada Lokasi Kegiatan
Hasil Analisis Baku Mutu
Sungai
N Paramet Satua Sungai Sungai Sungai Sungai
Parajom Kelas Kelas Kelas Kelas
o er n Parajom Bangkulan Bangkulan Lalam
pi I II III IV
pi (Hilir) go (Hulu) go (Hilir) pu
(Hulu)
Fisika
Temperat devia devia devia devia
1 ur C 27,0 27,9 28,1 28,4 28,5
si 3 si 3 si 3 si 5
Padatan
terlarut
2 total,
mg/L 178 220 310 270 230 1000 1000 1000 1500
TDS
Padatan
tersuspe
3 nsi total,
mg/L 35 25 22 25 34 50 50 400 400
TSS
Sumber: Hasil analisa laboratorium, 2017
Laboratorium Penguji PT. BMT Asia Pasific Indonesia, 2017

Besaran Dampak
Berdasarkan perhitungan run off nilai Q pada rona awal lokasi kegiatan akan mengalami
peningkatan debit aliran permukaan sekitar 6,5 kali dari keadaan semula ketika kegiatan
berlangsung, hal ini menunjukkan bahwa kandungan TSS di dalam air sungai tersebut akan
mengalami peningkatan pula akibat adanya kegiatan tersebut. Kualitas lingkungan awal tanpa
proyek menunjukan kondisi lingkungan awal lokasi kegiatan dalam keadaan baik. Akan tetapi
skala kualitas lingkungan saat kegiatan pembuatan dan peningkatan jalan angkut (hauling),
pembangunan dan pengoprasian base camp serta sarana prasarana penunjang, dan
pembersihan lahan akan mengalami perubahan yang cukup signifikan. Dampak terhadap
kualitas air merupakan dampak lanjutan (sekunder) dari erosi tanah dan aktivitas lainnya.
Kegiatan yang diprakirakan akan menimbulkan dampak adalah kegiatan pembuatan dan
peningkatan jalan angkut (hauling), dan pembersihan lahan penambangan.
Hilangnya penutupan vegetasi oleh kegiatan pembuatan dan peningkatan jalan angkut
(hauling), pembangunan dan pengoprasian base camp serta sarana prasarana penunjang, dan
pembersihan lahan menimbulkan peningkatan erosi dari nilai erosi alaminya. Erosi yang
terangkut oleh aliran air hujan sebagian akan masuk ke sungai dan sebagian lagi akan
mengendap dl tempat tertentu dalam perjalanannya menuju sungai. Parameter kualitas air yang
utama akan terkena dampak ialah TSS dan kekeruhan.
Saat studi dilakukan konsentrasi TSS di sungai yang ada di wilayah studi 22 mg/l sampai
35 mg/l (skala kualitas 5 atau sangat baik). Setelah ada kegiatan konstruksi, sifat fisik air
(kekeruhan dan TSS) konsentrasinya akan meningkat lebih dari 3 kali lipat sehingga menjadi >

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 13
Provinsi Sulawesi Tengah
50 mg/l (skala kualitas 2). Perubahan skala kualitas lingkungan, yaitu SKL(dk) – SKL(tk) = 3 – 5
=2, atau besar dampak yang terjadi adalah negatif sedang (-2).
Sifat Penting Dampak
Penentuan sifat penting dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pembuatan dan
peningkatan jalan angkut (hauling), pembangunan dan pengoprasian base camp serta sarana
prasarana penunjang, dan pembersihan lahan pertambangan bijih nikel berdasarkan pedoman
penetapan tingkat kepentingan dampak diuraikan sebagai berikut:
(1) Ditinjau dari jumlah manusia yang terkena dampak, maka sifat dampak adalah penting
karena diprakirakan adanya tingkat ketergantungan masyarakat terhadap air sungai
(2) Ditinjau dari luas wilayah persebaran dampak, maka sifat dampak adalah penting karena
dampak dari kegiatan pada tahap konstruksi akan menyebar mengikuti arah aliran
sungai;
(3) Ditinjau dari intensitas dan lamanya dampak berlangsung, maka sifat dampak adalah
penting karena intensitasnya yang tinggi (konsentrasi TSS > 50 mg/l) dan dampak akan
berlanjut sampai pengoperasian penambangan nikel;
(4) Ditinjau dari banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak, maka sifat dampak
penting karena akan berpengaruh terhadap komponen lingkungan lain, seperti
kehidupan biota air dan masyarakat pemakai air;
(5) Ditinjau dari sifat kumulatif dampak, maka sifat dampak penting karena dampak akan
terakumulasi di badan air sebagai sedimen; dan
(6) Ditinjau dari berbalik atau tidak berbaliknya dampak, maka sifat dampak adalah tidak
penting karena dampak TSS akan hilang dan air akan jernih kembali seiring dengan
perbaikan kondisi pertumbuhan vegetasi sehingga meningkatkan daya intersepsi
tanaman terhadap air hujan serta perbaikan infiltrasi tanah.
(7) Ditinjau dari kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
maka dampak tergolong tidak penting karena kualitas air dapat dijaga dengan
penerapan teknologi konservasi tanah dan air.
Dengan demikian, dampak kegiatan pembuatan dan peningkatan jalan angkut (hauling),
pembangunan dan pengoprasian base camp serta sarana prasarana penunjang, dan
pembersihan lahan, terhadap penurunan kualitas air sungai dikategorikan sebagai dampak
negatif sedang (-2) dan bersifat Penting (P).

6. Gangguan Lalu Lintas


Kegiatan pada tahap konstruksi yang diprakirakan akan menimbulkan dampak terhadap
gangguan lalu lintas adalah kegiatan mobilisasi peralatan, alat berat dan material, khususnya
pada pelaksanaan pekerjaan pembukaan lahan dan pematangan lahan antara lain pembuatan
jalan akses, pembangunan fasilitas sarana prasarana penunjang, dan pekerjaan penyiapan
lahan. Hal ini disebabkan karena bertambahnya volume kendaraan disekitar lokasi tapak
proyek akibat aktifitas kegiatan proyek yang menggunakan berbagai jenis peralatan dalam
melaksanakan pekerjaan seperti alat berat dan kendaraan pengangkut bahan/material yang
akan bergerak dari tempat pengambilan bahan/material, ruas jalan yang dilalui, dan pada saat
kendaraan keluar/masuk area tapak proyek menurunkan material.
Besaran Dampak:
Volume lalu lintas kendaraan masih sangat rendah, hanya kendaraan-kendaraan
operasional perusahaan yang lewat berupa truk dan alat berat yang akan dioperasikan di
area penambangan serta kendaraan ringan. Pada operasional produksi perusahaan, maka
intensitas lalu lintas truk – truk tersebut yang akan bertambah. Lalu lintas truk yang akan
mengangkut hasil tambang dari lokasi penambangan ke penimbunan yang terdapat dalam
kawasan PT. IMIP.
Karena hanya kendaraan operasional perusahaan (truk-truk) yang lewat, maka
gangguan lalu lintas akibat adanya kegiatan penambangan bijih nikel dianggap tidak ada
dan termasuk kategori dampak tidak penting yang harus dikelola karena terdapat
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 14
Provinsi Sulawesi Tengah
aktivitas penduduk Bahomakmur yang biasa melintasi jalan hauling perusahaan. Dengan
kondisi jalan tanah, maka pada saat kondisi jalan kering kemudian dilewati oleh truk-truk
yang memuat hasil tambang, akan menimbulkan gangguan berupa partikel debu yang dapat
menjangkau permukiman masyarakat Bahomakmur. Oleh karena itu dengan adanya lalu
lintas truk di sepanjang jalan haulling perusahaaan dapat menimbulkan keresahan bagi
masyarakat Bahomakmur
Sifat Penting Dampak
Berdasarkan pedoman penetapan tingkat kepentingan dampak, maka dampak kegiatan
mobilisasi peralatan dan material dapat diuraikan sebagai berikut:
(1) Ditinjau dari jumlah manusia yang terkena dampak, maka dampak tergolong tidak
penting karena akses jalan yang dilalui adalah akses jalan houling perusahaan dan
kondisi Volume lalu lintas kendaraan masih sangat rendah.
(2) Ditinjau dari luas wilayah persebaran dampak, maka dampak tergolong tidak penting
karena dampak tersebut tidak berpengaruh terhadap gangguan lalulintas pada akses
jalan provinsi atau negara.
(3) Ditinjau dari intensitas dan lamanya dampak berlangsung, maka dampak tergolong tidak
penting karena tidak adanya peningkatan volume lalulintas yang berpengaruh pada
kondisi lalulintas.
(4) Ditinjau dari banyaknya komponen lain yang terkena dampak, maka dampak tergolong
penting karena dapat menimbulkan peningkatan kebisingan, penururunan kualitas
udara serta persepsi masyarakat terutama pada areal tapak proyek dan di sekitar lokasi
permukiman desa bahomakmur.
(5) Ditinjau dari sifat kumulatif dampak, maka dampak tergolong tidak penting karena
dampak yang ada diprakirakan tidak bersifat akumulatif.
(6) Ditinjau dari berbalik atau tidak berbaliknya dampak, maka dampak tergolong tidak
penting karena gangguan kelancaran lalu lintas bersifat berbalik karena hanya
berlangsung saat konstruksi, sehingga jika tahap konstruksi sudah selesai maka
gangguan kelancaran lalu lintas yang diakibatkan adanya kegiatan mobilisasi
peralatan material akan kembali seperti saat tahap konstruksi belum berlangsung.
(7) Ditinjau dari kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
maka dampak tergolong tidak penting karena gangguan lalu lintas ini dapat di atasi
dengan berbagai metode seperti pengaturan jam pengangkutan dan rute pengangkutan.
Dengan demikian, dampak kegiatan mobilisasi peralatan, alat berat dan material terhadap
gangguan lalu lintas dikategorikan sebagai dampak negatif kecil (-1) dan bersifat tidak
Penting akan tetapi tetap memerlukan tindakan pengelolaan.

3.2.2.2 Biologi
1. Vegetasi
Sumber dampak adalah dari kegiatan pembersihan lahan (land clearing) seperti
penebangan pohon untuk pembukaan hutan di areal efektif untuk penambangan bijih nikel
seluas 638 ha. Dampak ini bersifat langsung karena akan mengurangi jumlah, komposisi dan
struktur vegetasi di areal tersebut.
Besaran Dampak
Berdasarkan hasil analisis vegetasi nilai indek keanekaragaman jenis pada kondisi tanpa
kegiatan rata-rata pada tingkat pohon menunjukkan keanekaragaman jenis vegetasi alami di
lokasi rencana kegiatan (H’= 3,16) Nilai indeks ini termasuk dalam kondisi lingkungan yang
baik (SKL(tk)=4). Pada tahap konstruksi akan dilakukan kegiatan penebangan pohon,
pembersihan lahan dari berbagai jenis vegetasi yang tumbuh di atas lahan seluas 638 ha dalam
kegiatan penyiapan lahan untuk penambangan bijih nikel dilakukan dengan sistem mekanis
maupun semi mekanis. Kegiatan penebangan akan menurunkan skala kualitas lingkungan,
dengan demikian skala kualitas lingkungan diperkirakan akan turun dari baik (SKL(tk)=4)

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 15
Provinsi Sulawesi Tengah
menjadi rendah (SKL(dk)=2). Adapun Indeks keanekaragaman jenis (H’) diuraikan sebagai
berikut:
 Jika indek Shanon-Whiener (H’) =1-2 tergolong rendah
 Jika indek Shanon-Whiener (H’) =2-3 tergolong sedang
 Jika indek Shanon-Whiener (H’) = 3-4 maka tergolong tinggi
 Jika indek Shanon-Whiener (H’) = > 4 maka tergolong sangat tinggi
Besarnya perubahan skala kualitas lingkungan yang terjadi adalah sedang, yaitu: SKL(dk)
– SKL(tk) = 1 - 3 = -2, atau besaran dampak yang terjadi adalah negatif sedang(-2).
Sifat Penting Dampak
Berdasarkan kriteria penentuan sifat penting dampak, maka akan diuraikan berikut ini :
(1) Ditinjau dari jumlah manusia yang terkena dampak, maka sifat dampak adalah tidak
penting, karena tidak ada manusia yang terkena dampak langsung dimana dampak ini
akan terjadi pada kondisi vegetasi yang ada di lahan yang dipersiapkan untuk ditanami
tanaman nikel.
(2) Ditinjau dari luas wilayah persebaran dampak, maka sifat dampak adalah penting karena
dampak dari kegiatan ini meliputi wilayah yang luas dari luas wilayah studi.
(3) Ditinjau dari intensitas dan lamanya dampak, maka sifat dampak adalah tidak penting
karena kegiatan pembukaan dan penyiapan lahan dilakukan hanya pada tahap konstruksi
dan dilakukan secara blok per blok.
(4) Ditinjau dari banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak, maka sifat dampak
adalah penting karena akan berpengaruh terhadap kondisi kualitas air permukaan, erosi
tanah, biota perairan dan habitat satwa liar yang akhirnya berdampak kepada jumlah
satwa liar yang dilindungi.
(5) Ditinjau dari sifat kumulatif dampak, maka sifat dampak adalah tidak penting karena
dampak ini tidak bersifat kumulatif.
(6) Ditinjau dari berbalik atau tidak berbaliknya dampak, maka sifat dampak adalah tidak
penting karena dampak ini mempunyai sifat berbalik.
(7) Ditinjau dari kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
maka dampak tergolong tidak penting. Karena konsep manajemen pertambangan yag
diterapkan telah menganut asas konservasi
Dengan demikian, dampak kegiatan pembersihan lahan (land clearing) terhadap
penurunan keanekaragaman jenis tumbuhan dikategorikan sebagai dampak negatif sedang (-
2) dan bersifat Tidak Penting (P). (Akan tetapi dampak ini akan tetap dikelola dan dipantau)

2. Biota Perairan
Besaran Dampak
Dampak kegiatan pembersihan lahan, pembuatan dan peningkatan jalan angkut (houling)
dan pembangunan dan pengorasian base camp serta sarana prasarana penunjang terhadap
keragaman biota perairan merupakan dampak turunan dari penurunan kualitas air. Kondisi saat
studi indeks keanekaragaman zooplankton pada perairan air tawar di wilayah studi berkisar =
0,92-0,98, fitoplankton menunjukkan bahwa nilai keanekaragaman berkisar = 0,96-1,00 dan
benthos berkisar 1,53 - 1,58. Secara kelas kualitas tergolong tidak beragam (skala kualitas
2).
Kegiatan pembersihan lahan, pembuatan dan peningkatan jalan angkut (houling) dan
pembangunan dan pengorasian base camp serta sarana prasarana penunjang akan
meningkatkan konsentrasi TSS dan kekeruhan yang selanjutnya berpengaruh terhadap
perkembangbiakan biota air. Keanekaragaman plankton akan menurun sampai <1 sehingga
secara kelas kualitas berubah dari kelas kualitas 2 menjadi kelas kualitas 1, berdasarkan
pertimbangan tersebut kegiatan pembersihan lahan, pembuatan dan peningkatan jalan angkut
(houling) dan pembangunan dan pengorasian base camp serta sarana prasarana penunjang
menimbulkan dampak yang tergolong dampak negatif kecil (-1).

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 16
Provinsi Sulawesi Tengah
Sifat Penting Dampak
Penentuan sifat penting dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan penyiapan lahan
terhadap keragaman biota perairan berdasarkan pedoman penetapan tingkat kepentingan
dampak yang diuraikan sebagai berikut:
(1) Ditinjau dari jumlah manusia yang terkena dampak, maka dampak tergolong penting
karena diprakirakan adanya ketergantungan masyarakat terhadap sumber daya air.
(2) Ditinjau dari luas wilayah persebaran dampak, maka dampak tergolong penting karena
dampak tersebar di sungai-sungai yang ada di areal sekitar lokasi kegiatan.
(3) Ditinjau dari intensitas dan lamanya, maka dampak tergolong penting karena
diperkirakan kelimpahan dan keanekaragaman plankton akan menurun seiring
menurunnya kualitas air.
(4) Ditinjau dari banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak, maka tergolong
penting karena akan berpengaruh terhadap komponen lingkungan lain.
(5) Ditinjau dari sifat kumulatif dampak, maka tergolong tidak penting karena dampak tidak
terakumulasi.
(6) Ditinjau dari berbalik atau tidak berbaliknya dampak, maka dampak tergolong tidak
penting karena dampak dapat berbalik.
(7) Ditinjau dari kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
maka dampak tergolong tidak penting. Kualitas air sungai dapat dijaga dengan
pengelolaan erosi dan sedimentasi.
Dengan demikian, dampak kegiatan pembersihan lahan, pembuatan dan peningkatan
jalan angkut (houling) dan pembangunan dan pengorasian base camp serta sarana
prasarana penunjang terhadap penurunan keragaman biota perairan dikategorikan
sebagai dampak negatif kecil (-1) dan bersifat Penting (P).

3. Satwa Liar
Sumber dampak adalah dari kegiatan pembersihan lahan (land clearing). Dampak ini
bersifat langsung karena kegiatan ini khususnya pada penebangan menyebabkan perubahan
pada penutupan lahan, merusak habitat dan vegetasi yang menjadi sumber pakan satwa liar
yang dilindungi sehingga akan mengganggu kelangsungan hidup satwa tersebut.
Besaran Dampak
Pada kondisi rona lingkungan hidup awal yaitu lingkungan sebelum adanya kegiatan,
jumlah mamalia yang dilindungi berdasarkan Peraturan Perlindungan Binatang liar 1931,
Peraturan Pemerintah No.7 tahun 1999, SK Mentan No.247/Kpts/Um/4/1979, dan SK Mentan
No.90/Kpts/Um/2/1977 berjumlah 6 fauna liar dari kelas mamalia tergolong jenis yang
dilindungi. Kondisi ini menunjukkan bahwa skala kualitas lingkungan sedang (SK(tk)=3).
Diprakirakan setelah ada kegiatan pembersihan lahan, kondisi lingkungan akan mengalami
penurunan skala kualitas, namun demikian dengan adanya sistem kerja proses penambangan
yang sesuai standard, dengan penekanan pada aspek konservasi, maka diprakirakan
perubahan tersebut tidak terlalu besar, sehingga jumlah satwa liar yang dilindungi tidak
mengalami perubahan yang berarti bila dibandingkan pada saat tanpa ada kegiatan karena
wilayah hutan diluar rencana kegiatan masih cukup luas, dengan demikian skala kualitas
lingkungan diperkirakan akan turun dari kurang stabil (SKL(tk)=3) menjadi tidak stabil (SKL(dk)=2).
Besarnya perubahanskala kualitas lingkungan yang terjadi relatif kecil, yaitu: SKL(dk) – SKL(tk) =
2- 3 = -1, atau besaran dampak yang terjadi adalah negatif kecil(-1).
Sifat Penting Dampak
Berdasarkan pedoman penetapan tingkat kepentingan dampak, diuraikan sebagai berikut:
(1) Ditinjau dari jumlah manusia yang terkena dampak, maka sifat dampak adalah tidak
penting karena dampak ini tidak langsung kepada manusia;
(2) Ditinjau dari luas wilayah persebaran dampak, maka sifat dampak adalah penting karena
meliputi wilayah yang relatif luas dari luas wilayah studi;

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 17
Provinsi Sulawesi Tengah
(3) Ditinjau dari intensitas dan lamanya dampak, maka sifat dampak adalah tidak penting
karena kegiatan pembukaan dan penyiapan lahan dilakukan hanya pada tahap
konstruksi dan dilakukan secara blok per blok.
(4) Ditinjau dari banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak, maka sifat dampak
adalah tidak penting karena tidak akan berpengaruh terhadap komponen lain.
(5) Ditinjau dari sifat kumulatif dampak, maka sifat dampak adalah penting karena kondisi
jumlah satwa liar yang dilindungi bisa menurun seiring dengan adanya perpindahan
satwa liar dari lokasi kegiatan ke lokasi lain yang lebih aman akibat kegiatan
penebangan yang akan merusak habitatnya.
(6) Ditinjau dari berbalik atau tidak berbaliknya dampak, maka sifat dampak adalah penting
karena jika jumlah satwa liar menurun maka untuk mengembalikan ke kondisi semula
sangat sulit sehingga dampaknya menjadi tidak berbalik.
(7) Ditinjau dari kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
maka dampak tergolong tidak penting, satwa liar endemik dan yang dilindungi dapat
dijaga kelestariannya dengan sistem pengembangan melalui karantina dengan pelibatan
masyarakat.
Dengan demikian, dampak kegiatan pembersihan lahan (land clearing) terhadap
keanekaragaman jenis satwa liar dikategorikan sebagai dampak negatif kecil (-1) dan bersifat
Tidak Penting (P). (Akan tetapi dampak ini akan tetap dikelola dan dipantau).

3.2.2.3 Sosial Ekonomi dan Budaya


1. Peluang Kerja dan Berusaha
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan pada saat konstruksi penambangan diperkirakan
sebanyak 100 orang, dan diperkirakan sekitar 30-50 % dari jumlah tersebut dapat diisi oleh
tenaga orang lokal. Jumlah ini tersebar di berbagai jenis kegiatan dan tingkat pendidikan.
Berdasarkan hal tersebut maka akan terbuka peluang kerja bagi masyarakat sekitar lokasi
rencana kegiatan penambangan hingga kewilayah lainnya.
Besaran Dampak
Berdasarkan data pencari kerja yang terdaftar di Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan
Sosial Kabupaten Morowali Tahun 2013 tercatat sebanyak 3.217 orang, sehingga jika peluang
kerja yang ada di PT. Kencana Bumi Mineral ini dapat dimanfaatkan oleh tenaga kerja lokal,
maka akan terjadi pengurangan pengangguran sebesar 16% dari jumlah pencari kerja yang ada
di Kabupaten Morowali.
Dengan melihat kondisi lingkungan awal dari adanya dampak berupa peluang kerja dan
berusaha ini didasarkan pada banyaknya penduduk yang memiliki mata pencaharian yang
berhubungan dengan bidang usaha. Berdasarkan data mengenai mata pencaharian
responden, terlihat bahwa penduduk yang berada di wilayah studi memiliki mata pencaharian
yang cukup variatif, yaitu mayoritas sebagai nelayan, juga sebagian penduduk bermata
pencaharian sebagai pedagang (kios dan warung makan), pekerja tambang, PNS, jasa (tukang
ojek, pertukangan) dan sebagainya. Apabila diberikan skor kualitas lingkungan untuk melihat
kondisi lingkungan awal, maka kualitas lingkungannya dikategorikan skala buruk (2). Jadi
dengan adanya kegiatan ini, disamping akan membuka peluang kerja bagi penduduk setempat
(masyarakat lokal) yang cukup banyak terutama untuk jenis pekerjaan yang tidak memerlukan
keterampilan khusus, tersedia pula kesempatan berusaha bagi masyarakat setempat untuk
melayani kebutuhan tenaga kerja dan proyek. Dengan adanya kegiatan pembangunan kegiatan
penambangan yang dapat menyerap tenaga kerja tersebut, maka skala kualitas lingkungan
diprakirakan akan membaik menjadi skala 4 (baik). Oleh karena itu selisih atau besar
dampaknya adalah 4 - 2 = +2 (positif sedang).
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dampak ternukanya kesempatan kerja pada
kegiatan pengadaan tenaga kerja konstruksi dikategorikan dampak positif sedang (+2).

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 18
Provinsi Sulawesi Tengah
Sifat Penting Dampak
Adapun pertimbangan berdasarkan faktor penentu dampak penting adalah sebagai
berikut:
(1) Ditinjau dari jumlah manusia yang terkena dampak, maka dampak tergolong penting
karena diprakirakan kegiatan ini akan berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja
local sebanyak ± 50 orang. Juga diperkirakan akan terbuka kesempatan berusah, berupa
usaha untuk memenuhi berbagai kebutuhan para tenaga kerja.
(2) Ditinjau dar luas wilayah persebaran dampak, maka dampak tergolong penting karena
dampak karena kesempatan kerja dan usaha yang dapat diraih oleh penduduk lokal tidak
hanya menjadi karyawan tetap (sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan) tetapi juga
akan tumbuhnya rekanan kerja, sehingga tidak hanya dapat dinikmati oleh penduduk
sekitar proyek tetapi sebaran lebih luas.
(3) Ditinjau dari intensitas dan lamanya dampak berlangsung, maka tergolong penting
karena dampak dapat berlangsung lama yaitu selama tahap konstruksi hingga tahap
operasi.
(4) Ditinjau dari banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak, maka tergolong
penting karena akan berpengaruh terhadap komponen lingkungan lain, seperti
pendapatan masyarakat, kesejahteraan masyarakat dan sikap dan persepsi masyarakat.
(5) Ditinjau dari sifat kumulatif dampak maka tergolong tidak penting karena dampak tidak
akan terakumulasi.
(6) Ditinjau dari berbalik atau tidak berbaliknya dampak : maka dampak tergolong penting
karena dampak yang ada dapat berbalik, manakala tenaga keja yang telah terekrut habis
masa kerjanya atau terjadi proses pelepasan tenaga kerja.
(7) Ditinjau dari kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
maka dampak tergolong tidak penting karena dampak ini dapat ditingkatkan lagi
berdasarkan volume dan intensitas pekerjaan terutama pada kegiatan-kegiatan tahap
konstruksi melalui pendekatan kelembagaan, dan sosial ekonomi.
Dengan demikian, dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja terhadap peluang
kerja dan berusaha dikategorikan sebagai dampak positif sedang (2) dan bersifat
Penting

2. Pendapatan Masyarakat
Rencana kegiatan penambangan nikel akan memberikan kesempatan bagi penduduk lokal
maupun luar daerah untuk mendapatkan pekerjaan baik formal maupun non formal. Disamping
itu secara tidak langsung juga akan memberikan kesempatan untuk membuka usaha dengan
cara membuka toko, warung ataupun usaha jasa lainnya seperti pondokan dan lain sebagainya.
Besaran Dampak
Peningkatan pendapatan masyarakat merupakan dampak turunan dari peningkatan
kesempatan kerja dan peluang berusaha atau dampak tak langsung dari penerimaan tenaga
kerja. Selain peningkatan kesempatan kerja, komponen lain yang terkena dampak kegiatan
penerimaan tenaga kerja adalah peningkatan pendapatan masyarakat, khususnya pada
masyarakat yang anggota keluarganya ikut bekerja pada kegiatan tersebut. Pekerja yang
direkrut akan diberi upah minimal sebesar Upah Minimal Kabupaten Morowali yang sedang
berlaku.
Sebelum ada kegiatan penerimaan tenaga kerja (kondisi rona awal tentang pendapatan
masyarakat) di lokasi studi rata-rata untuk petani dan nelayan tingkat pendapatan masyarakat
yang tertinggi di atas Rp 2.500.000 perbulan dan terendah adalah Rp 500.000,- perbulan.
Proporsi penduduk yang berpendapatan Rp 500.000 - Rp 1.000.000 sebesar 33,34 persen,
sedangkan proporsi penduduk yang berpendapatan Rp 1.000.000 – Rp 1.500.000 sebesar 40
persen. Adapun penduduk yang berpendapatan Rp 1.500.000 – Rp 2.000.000 sebanyak 17,77
persen dan penduduk dengan tingkat pendapatan di atas Rp 2.500.000 sebanyak 8,89 persen.

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 19
Provinsi Sulawesi Tengah
Adanya variasi pendapatan tersebut diduga karena bervariasinya jenis pekerjaan, sifat
pekerjaan dan adanya warga masyarakat yang bermata pencaharian ganda.
Dengan beroperasinya kegiatan pertambangan PT. Kencana Bumi Mineral dan
diserapnya tenaga lokal sekitar 50% (± 50 orang) dari total tenaga kerja yang diterima yaitu
sebanyak 100 orang, maka akan terjadi peningkatan pendapatan, khususnya pada keluarga
yang ikut kerja dan mengisi peluang berusaha pada perusahaan PT. Kencana Bumi Mineral,
minimal sebesar Rp 1.800.000/bulan (standar Upah Minimum Kabupaten). Jika diasumsikan
penghasilan pekerja rata-rata adalah Rp. 1.800.000,-/orang/bulan, maka dana yang beredar di
daerah sekitar tapak proyek terutama di Kecamatan Bahodopi adalah sebesar Rp. 1.800.000 x
50 orang = Rp. 90.000.000 setiap bulan. Dana tersebut dapat dikatakan suatu jumlah yang
cukup besar untuk menggerakkan perekonomian lokal masyarakat.
Peningkatan pendapatan juga akan dirasakan oleh warga masyarakat sekitar yang
memanfaatkan kesempatan usaha sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan para tenaga
kerja konstruksi. Jika diasumsikan akan terdapat sekitar 5 - 10 orang warga masyarakat sekitar
tapak proyek yang akan terlibat dalam berbagai kesempatan usaha yang ada dengan tingkat
pendapatan rata-rata sekitar Rp. 2.000.000/bulan, maka jumlah total penghasilan warga
masyarakat tersebut dari kesempatan usaha yang ada dalam sebulan adalah Rp. 20.000.000.
Kenaikan pendapatan ini merupakan dampak positif.
Dari kondisi rona lingkungan awal menunjukkan kualitas lingkungan sedang dengan skala
2, setelah adanya kegiatan pertambangan, kondisi kualitas lingkungan mengalami kenaikan
menjadi baik (skala 4). Sehingga besaran dampaknya adalah positif sedang (skala +2).
Sifat Penting Dampak:
Adapun pertimbangan berdasarkan faktor penentu dampak penting adalah sebagai
berikut:
(1) Ditinjau dari jumlah manusia yang terkena dampak, maka dampak tergolong penting
karena diprakirakan kegiatan ini akan berdampak terhadap pendapatan dan
kesejahteraan tenaga kerja lokal dan juga bagi masyarakat setempat. Jumlah manusia
yang menikmati manfaat atau dampak positif dari kegiatan penambangan nikel ini cukup
banyak. Disamping itu juga terdapat penduduk lain yang memperoleh manfaat dari jasa
penyedia berbagai kebutuhan para tenaga kerja seperti usaha warung makan, toko
kelontong, dan lain sebagainya.
(2) Ditinjau dar luas wilayah persebaran dampak, maka dampak tergolong penting karena
dampak akan dinikmati oleh pkerja dan penduduk di sekitar tapak proyek.
(3) Ditinjau dari intensitas dan lamanya dampak berlangsung, maka tergolong penting,
intensitas dampak tidak begitu besar namun dampak dapat berlangsung lama yaitu
selama tahap konstruksi namun dimungkinkan hingga tahap produksi.
(4) Ditinjau dari banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak, maka tergolong
penting karena akan berpengaruh terhadap komponen lingkungan lain, seperti
pendapatan masyarakat, kesejahteraan masyarakat, termasuk pendidikan dan kesehatan
masyarakat serta sikap dan persepsi masyarakat.
(5) Ditinjau dari sifat kumulatif dampak maka tergolong tidak penting karena dampak tidak
akan terakumulasi.
(6) Ditinjau dari berbalik atau tidak berbaliknya dampak : maka dampak tergolong penting
karena tingkat pendapatan penduduk dapat berbalik ke kondisi semula yang relatif buruk,
manakala kegiatan proyek telah berakhir.
(7) Ditinjau dari kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
maka dampak tergolong tidak penting karena ada kriteria lain sesuai dengan
perkembangan lmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan demikian, dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja terhadap peningkatan
pendapatan masyarakat dikategorikan sebagai dampak positif sedang (2) dan bersifat
Penting.

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 20
Provinsi Sulawesi Tengah
3. Sikap dan Persepsi Masyarakat
Timbulnya persepsi masyarakat terhadap kegiatan pengusahaan penambangan nikel
merupakan dampak turunan dari kegiatan yang dilaksanakan selama tahap konstruksi
penambangan. Kegiatan-kegiatan tersebut berdampak terhadap komponen lingkungan fisik
kimia, biologi, sosekbud dan juga terhadap kesehatan masyarakat yang secara langsung dan
tidak langsung mempengaruhi kualitas lingkungan di lokasi dan sekitar lokasi tapak proyek,
sehingga menimbulkan persepsi masyarakat.
Aktifitas pekerja di basecamp yang mengakibatkan pencemaran misalnya dari timbulan
sampah atau air limbah yang tidak dikelola dengan baik serta gangguan akibat mobilisasi alat
berat misalnya kebisingan, getaran, kualitas udara yang dapat secara langsung mepengaruhi
kenyamanan dan secara tidak langsung mempengaruhi kesehatan masyarakat akan menjadi
sumber terjadinya perubahan sikap dan persepsi masyarakat. Sikap dan persepsi masyarakat
dapat bersifat positif dan negatif tergantung dari bagaimana pihak perusahan mengelola
kegiatan-kegiatan tersebut.
Besaran Dampak:
Berdasarkan hal tersebut, skala kualitas lingkungan untuk komponen persepsi
masyarakat pada kondisi rona lingkungan hidup awal termasuk dalam kondisi baik (skala=4).
Sebagaimana harapan masyarakat bahwa kehadiran perusahaan dipersepsikan akan
meningkatkan kesempatan kerja dan berusaha bagi mereka maka atas dasar uraian tersebut
kualitas lingkungan yang berkaitan dengan persepsi masyarakat akan menjadi positif/negatif.
Oleh karena itu besar perubahan dampak adalah positif/negatif kecil dan bersifat langsung.
Sifat Penting Dampak:
Adapun pertimbangan berdasarkan faktor penentu dampak penting adalah sebagai
berikut:
(1) Ditinjau dari jumlah manusia yang terkena dampak, maka dampak tergolong penting,
karena rencana pembangunan kegiatan penambangan dilihat dari jumlah manusia yang
terkena dampak yaitu cukup banyak, yaituseluruh warga masyarakat di wilayah studi dan
masyarakat sekitarnya.
(2) Ditinjau dari luas wilayah persebaran dampak, maka dampak tergolong penting, karena
sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana kegiatan penambangan dilihat dari luas
persebaran dampaknya tidak saja terkonsentrasi di sekitar tapak proyek tetapi
sebarannya lebih luas melebihi tiga kecamatan.
(3) Ditinjau dari intensitas dampak dan Lamanya dampak, maka dampak tergolong tidak
tidak penting, karena dampak dari kegiatan ini berlangsung relatif cepat dengan
intensitas yang tidak begitu besar.
(4) Ditinjau dari komponen lain terkena dampak, maka dampak tergolong penting, karena
sikap dan persepsi masyarakat dapat mempengaruhi terjadinya proses-proses sosial dan
gangguan kamtibmas.
(5) Ditinjau dari sifat kumulatif dampak, maka dampak tergolong penting. Hal ini dapat
terjadi karena dampak ini akan berlanjut pada tahap produksi/produksi bila tidak dikelola
dengan baik oleh pemrakarsa.
(6) Ditinjau dari berbalik dan tidak berbaliknya dampak, maka dampak tergolong tidak
penting. Dampak Persepsi masyarakat akan berbalik positif saat kegiatan konstruksi
selesai, begitu pula jika dampaknya dikelola dengan baik.
(7) Ditinjau dari kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
maka dampak tergolong tidak penting. Hal ini disebabkan karena adanya kriteria lain
sesuai dengan perkembangan lmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan demikian, dampak kegiatan pada tahap konstruksi terhadap sikap dan persepsi
masyarakat dikategorikan sebagai dampak positif kecil (1) dan bersifat Penting

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 21
Provinsi Sulawesi Tengah
3.2.2.4 Kesehatan Masyarakat
1. Sanitasi Lingkungan
Besaran Dampak:
Kegiatan pada tahap konstruksi yang diprakirakan akan mempengaruhi kondisi sanitasi
lingkungan yang ada di lokasi kegiatan adalah pembangunan dan pengoprasian base camp
serta sarana prasarana penunjang dan pembersihan lahan.
Kegiatan tersebut diperkirakan cenderung akan memberi dampak negatif terhadap
komponen timbulan sampah sehingga meningkatkan jumlah volume sampah. Dari kegiatan
keseharian para tenaga kerja akan memberikan efek negatif dengan semakin banyaknya
timbulan sampah yang dikumpulkan disekitar tapak proyek sebelum dibuang. Hal ini bisa
menyebabkan akibat seperti perubahan sanitasi lingkungan disekitar tapak proyek. Rona awal
timbulan sampah masuk dalam kategori baik (skala 4) dikarenakan tapak proyek hanya lahan
kosong yang tidak digunakan. Jumlah Timbulan sampah pada saat adanya basecamp pada
tahap konstruksi dengan komposisi sebagian besar dari sisa-sisa makanan para tenaga kerja
per hari adalah dirumuskan sebagai berikut:
Timbulan Sampah = jumlah penduduk x sampah yang ditimbulkan
diasumsikan jumlah tenaga kerja pada tahap konstruksi sekitar 100 orang dan asumsi sampah
yang ditimbulkan adalah 350 g/org/hari maka jumlah timbulan sampah yang dihasilkan per hari
dari kegiatan basecamp adalah sebagai berikut:
Timbulan Sampah = 100 orang x 350 g/org/hari
= 35 kg/ hari
Volume sampah yang dihasilkan dapat dibagi dengan berat jenis dari sebagian besar komposisi
sampah yang dihasilkan yaitu:
 Sampah organik (120 kg/m3),
 Sampah kertas (89,7 kg/m3) dan
 Sampah plastik (65,68 kg/m3)
maka diambil berat jenisnya yang paling kecil untuk menghitung volume sampah maksimum.
Dengan hitungan sebagai berikut:
Volume Sampah = 35 kg/hari : 65,68 kg/m3
= 0,532 m3/ hari
Dengan adanya kegiatan pengoprasian base camp serta sarana prasarana penunjang,
pada tahap konstruksi akan menghasilkan volume sampah sekitar 0,532 m3/ hari. Sehingga
menurunkan skala kualitas lingkungan dengan kategori skala 2. Dengan besaran dampak
Sedang yaitu nilai penurunan besaran dampak Negatif Dua (-2) sedang.
Sifat Penting Dampak
(1) Ditinjau dari jumlah manusia yang terkena dampak, diprakirakan Jumlah manusia terkena
dampak sekitar 100 orang yang ada disekitar tapak proyek. Jumlah ini tergolong besar
akan tetapi pihak perusahaan telah memiliki SOP dalam penangananya maka dampak
tergolong tidak penting
(2) Ditinjau dari luas wilayah persebaran dampak, dampak hanya terjadi disekitar tapak
proyek. maka dampak tergolong tidak penting.
(3) Ditinjau dari intensitas dampak, volume sampah yang akan dihasilkan sekitar 0,532
m3/hari maka dampak tergolong penting.
(4) Ditinjau dari banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak, akan berpengaruh
terhadap komponen lingkungan lain, khususnya persepsi masyarakat dan kesehatan
masyarakat, maka dampak tergolong penting.
(5) Ditinjau dari sifatnya kumulatif dampak maka tergolong tidak penting karena dampak
tidak akan terakumulasi.
(6) Ditinjau dari berbalik atau tidak berbaliknya dampak karena dampak yang telah terjadi
dapat berbalik atau dipulihkan, maka dampak tergolong tidak penting.

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 22
Provinsi Sulawesi Tengah
(7) Ditinjau dari kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
maka dampak tergolong tidak penting. Hal ini disebabkan karena adanya kriteria lain
sesuai dengan perkembangan lmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan demikian, dampak kegiatan pembangunan dan operasional sarana-prasarana
penambangan pada tahap konstruksi terhadap sanitasi lingkungan dikategorikan sebagai
dampak negatif sedang (-2) dan bersifat Tidak Penting, (akan tetapi tetap memerlukan
tindakan pengelolaan dan pemantauan)

2. Kesehatan Masyarakat
Besaran Dampak
Kegiatan pada tahap konstruksi yang diprakirakan akan menimbulkan dampak terhadap
penurunan kesehatan masyarakat adalah mobilisasi peralatan, alat berat dan material,
pembangunan dan pengoprasian basecamp beserta sarana-prasarana penunjang, serta
pembersihan lahan. Kegiatan ini diprakirakan akan menimbulkan dampak pada penurunan
kesehatan masyarakat.
Timbulnya debu partikulat yang diakibatkan hilir mudiknya kendaraan opersional pada
saat pembangunan dan pengoprasian basecamp beserta sarana-prasarana penambangan,
dapat menyebabkan menurunya kualitas udara dan berakibat pada meningkatnya angka
kesakitan penyakit saluran pernapasan, seperti ISPA. Selain itu, adanya limbah domestik
(limbah padat dan cair), tumpukan material serta terjadinya genangan air akibat banyaknya
lubang galian ataupun gangguan drainase akan menyebabkan sanitasi lingkungan di lokasi
kegiatan menjadi buruk terutama terjadinya penurunan kualitas air permukaan yang oleh
sebagian penduduk air tersebut digunakan untuk Mandi dan Cuci, untuk kebutuhan ternak akan
menyebabkan terjadinya penyakit malaria, dan penyakit sehingga diprakirakan dampak negatif
langsung yang akan terjadi mengalami penurunan dari baik (skala 4) menjadi buruk (skala 2).
Dengan demikian bobot dampak kegiatan ini tergolong dampak negatif sedang (-2) dan
bersifat langsung.
Sifat Penting Dampak
(1) Ditinjau dari jumlah manusia yang terkena dampak, maka dampak tergolong penting Hal
ini disebabkan karena diprakirakan penduduk yang tinggal di desa wilayah kajian
berisiko terserang penyakit ISPA dan malaria.
(2) Ditinjau dari luas wilayah persebaran dampak, dampak akan meliputi desa wilayah kajian
studi dan bahkan nyamuk bisa terbang mencapai jarak 2 km dari lokasi habitat awalnya,
maka dampak tergolong penting.
(3) Ditinjau dari lamanya dampak berlangsung, karena dampak dapat berlangsung lama,
yaitu selama kegiatan pembangunan dan pengoperasian sarana-prasarana
penambangan berlangsung, maka tergolong penting
(4) Ditinjau dari banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak, maka dampak
diperkirakan akan berpengaruh terhadap komponen lingkungan lain, seperti hilangnya
kesempatan bekerja akibat sakit, keluarnya biaya tak terduga untuk pengobatan, dan
lain-lain, maka tergolong penting.
(5) Ditinjau dari sifatnya kumulatif dampak karena dampak tidak akan terakumulasi maka
tergolong tidak penting.
(6) Ditinjau dari berbalik atau tidak berbaliknya dampak, maka dampak tergolong tidak
penting karena dampak yang telah terjadi dapat berbalik atau dipulihkan, dimana
penyakit dapat sembuh bila sedini mungkin mendapatkan pengobatan.
(7) Ditinjau dari kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
maka dampak tergolong tidak penting. Hal ini disebabkan karena adanya kriteria lain
sesuai dengan perkembangan llmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan demikian, dampak kegiatan mobilisasi peralatan, alat berat dan material,
pembangunan dan pengoprasian basecamp beserta sarana-prasarana penambangan pada

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 23
Provinsi Sulawesi Tengah
tahap konstruksi terhadap penurunan kesehatan masyarakat dikategorikan sebagai dampak
negatif sedang (-2) dan bersifat Penting.

3.2.3 TAHAP PRODUKSI


3.2.3.1 Geo-Fisik Kimia
1. Bentang Alam
Perubahan bentang alam Kegiatan pengupasan/penempatan tanah pucuk, batuan
penutup dan penggalian bijih nikel diprakirakan akan rnemberikan dampak negatif terhadap
perubahan bentang alam.
Berdasarkan bentuk dan karakteristik lapisan bijih nikel serta lapisan penutupnya, sistem
penambangan yang diterapkan adalah sistem tambang terbuka (Open Cast ) dengan
metode Mining Countour. Kegiatan penambangan yang dilakukan secara umum adalah:
pembersihan lahan (land clearing), pengupasan tanah pucuk (top soil), pengupasan
overburden dan penggalian bijih nikel. Pada saat pembersihan lahan dan pengupasan
tanah pucuk, dilakukan penumpukan tanah pucuk di suatu tempat sementara yang aman
dari kegiatan penambangan agar nantinya dapat dimanfaatkan kembali dalam pelaksanaan
rehabilitasi.
Penambangan dimulai dengan mengupas lapisan penutup di daerah sepanjang
singkapan bijih nikel mengikuti garis kontur (contour mining) pada batas tertentu, kemudian
diikuti dengan penggalian lapisan bijih nikel. Teknik penggalian bijih nikel bertahap dari
elevasi yang paling tinggi ke elevasi yang rendah sampai kedalaman batas penambangan
yang telah ditentukan (down dip).

Gambar 3.2. Ilustrasi bukaan tambang dengan single slope dan overall slope
pada penambangan laterit nikel yang direncanakan
Kondisi rona awal lingkungan untuk parameter bentang alam dapat diinformasikan
bahwa masih sangat baik skala 5, dengan adanya Kegiatan pengupasan/penempatan
tanah pucuk, batuan penutup dan penggalian bijih nikel, sehingga merobah bentang alam.
Dengan demikian skala kualitas lingkungan yang semula skala 5 menjadi skala 3, sehingga
besaran dampaknya menjadi – 2 (negatif 2) sedang
Sifat Penting Dampak:
(1) Ditinjau dari jumlah manusia terkena dampak, maka sifat dampak adalah tidak penting
karena karena tidak adanya penduduk yang berada pada wilayah penambangan.
(2) Ditinjau dari luas wilayah persebaran dampak, maka sifat dampak adalah penting karena
luas wilayah persebaran dampak mencakup luasan 638 ha.
(3) Ditinjau dari intensitas dan lamanya dampak berlangsung, maka dampak tergolong
penting. Karena intensitasnya belangsung selama kegiatan penambangan dilakukan.
(4) Ditinjau dari banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak, maka sifat
dampak adalah penting, karena berdampak turunan pada erosi tanah, hidrologi dan
kualitas air permukaan.
(5) Ditinjau dari sifat kumulatif dampak, maka sifat dampak adalah penting karena dampak
bersifat kumulatif dan butuhkan waktu yang lama dalam pemulihan.
(6) Ditinjau dari berbalik atau tidak berbaliknya dampak, maka sifat dampak adalah penting
karena perubahan bentang alam, akan butuhkan waktu yang lama dalam pemulihan.

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 24
Provinsi Sulawesi Tengah
(7) Ditinjau dari adanya kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka dampak tergolong tidak penting. Dampak ini dapat diminimalkan melalui
teknik pertambangan dengan kaidah konservasi.
Dengan demikian, dampak pengupasan/penempatan tanah pucuk, batuan penutup dan
penggalian bijih nikel pada tahap produksi terhadap perubahan bentang alam dikategorikan
sebagai dampak negatif sedang (-2) dan bersifat Penting

2. Kualitas Udara
Kegiatan pengangkutan dan penimbunan bijih nikel (stockpile) diperkirakan akan
melibatkan kendaraan pengangkut berbahan bakar solar yang melakukan aktifitas
sebanyak 80 aktifitas per hari. Jika dalam 1 hari waktu operasional adalah selama 8 jam,
maka dalam 1 jam kendaraan yang melewati jalur transportasi adalah sebanyak 10 buah
truck, dengan jarak tempuh dari tapak proyek penambangan bijih nikel menuju jalan raya
adalah sepanjang 12 km.

Gambar 3.3. Jalur mobilisasi pengangkutan dan penimbunan


Dalam prakiraan dampak kualitas udara pada tahap produksi yang disebabkan oleh
pengangkutan dan penimbunan bijih nikel (stockpile) diasumsikan pemakaian bahan bakar
kendaraan truck adalah 0,2 liter solar untuk jarak tempuh 1 km, kecepatan rata-rata
kendaraan sekitar 20 km/jam yang berproduksi selama 8 jam sehari, kecepatan angin rata-
rata pada lokasi studi sebesar 2-3 meter/detik (1 knot= 0,514 meter/detik), koefisien
disperse Gaussian (𝜎𝑧) pada stabilitas atm B adalah sebesar 3,43 m dan ketinggian
penerima (z) sebesar 2 m. Faktor emisi kendaraan berbahan bakar solar berdasarkan
standar WHO adalah sebesar 2,01 kg/m3 untuk parameter partikulat, 6,36 kg/m3 untuk
parameter polutan SO2, dan 7,21 kg/m3 untuk parameter polutan NO2. Berdasarkan asumsi
dan data tersebut di atas maka dapat dihitung konsumsi bahan bakar dari alat-alat berat
seperti pada Tabel 3.9. berikut ini.
Tabel 3.9. Konsumsi Bahan Bakar Alat-alat Berat
Berat Jenis Solar Konsumsi BBM
Jenis Kendaraan Jarak Tempuh (Km)
(kg/l) (M3/Hari)
Truk 0,81 960 0,155
Sumber: Hasil Analisa, 2016
Faktor emisi untuk parameter kualitas udara dari sumber pembakaran diuraikan pada table
dibawah ini
Tabel 3.10. Faktor Emisi Bahan Bakar
Jenis pencemar
Bahan
Jenis Kendaraan satuan Partikulat NO2 SO2
bakar 3 3
(Kg/M ) (Kg/M ) (Kg/M3)
Mesin diesel Solar M3 2,01 7,21 6,36
Sumber: WHO Offset Publication No 62, Rapid Assesment Of Source Of Air, Water, And Land polution

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 25
Provinsi Sulawesi Tengah
Besarnya emisi dari mobilisasi peralatan dan material merupakan perkalian antara faktor
emisi dengan pemakaian bahan bakar. Sehingga berdasarkan perkiraan konsumsi bahan
bakar dan faktor emisi tersebut di atas, besarnya emisi untuk masing-masing parameter
kualitas udara akibat kegiatan mobilisasi peralatan berat sebagai berikut :
1. Partikulat = 0,155 x 2,01 = 0,31 Kg/hari atau 0,003 gr/dt
2. NO2 = 0,155 x 7,21 = 1,12 Kg/hari atau 0,012 gr/dt
3. SO2 = 0,155 x 6,36 = 0,98 Kg/hari atau 0,011 gr/dt
Sehingga kontribusi kegiatan mobilisasi peralatan dan material tahap operasi terhadap
parameter kualitas udara adalah sebagai berikut :
a) Partikulat = 0,00027 μg/Nm3
b) NO2 = 0,00099 μg/Nm3
c) SO2 = 0,00088 μg/Nm3
Khusus untuk parameter debu prakiraan peningkatannya juga berasal dari resuspensi
debu yang terangkat ke udara akibat pergerakan roda truk. Berdasarkan data lapangan
diketahui silt content adalah sebesar 0,1%, kecepatan kendaraan sekitar 20 km/jam, berat
kendaraan sekitar 20 ton, jumlah roda kendaraan 6 buah, jumlah hari tidak hujan dalam
setahun adalah 180 hari, maka diperoleh jumlah debu per panjang jalan adalah sebesar
7,37 μg/m3. Bila diasumsikan luas pengadukan/dispersi debu adalah sebesar 100 m2 (10m
x 10m) maka konsentrasi debu di lokasi tersebut adalah sebesar 73,7 μg/Nm3. Jika
ditambahkan dengan kontribusi debu dengan memperhatikan emisi kendaraan, maka
kontribusi peningkatan debu (TSP) total menjadi 73,700027 μg/Nm3. Konsentrasi ambien
terhadap parameter debu dan gas oleh sumber pembakaran bahan bakar solar pada
kegiatan mobilisasi alat berat dan material sebagai berikut:
Tabel 3.11. Prakiraan Peningkatan Kadar Emisi
Rona awal Rona akhir
Lokasi Satuan
Debu NO2 SO2 Debu NO2 SO2
3
Tapak Kegiatan μg/Nm 59 25,28 49,7 132,7 25,28 49,7
Sekitar lokasi 3
μg/Nm 52 31,2 37,9 125,7 31,2 37,9
tapak
Lokasi
3
Pemukiman μg/Nm 39,5 25,82 46,7 113,2 25,82 46,7
desa
Baku Mutu 230 400 900 230 400 900
Besaran dampak
Berdasarkan pada tabel di atas, angka besaran dampak yang di prediksi (-2) Sedang,
berasal dari kualitas lingkungan rona awal (RLA) = 5 dan pada saat ada kegiatan (tahap
produksi), kualitas lingkungan udara = 3.
Kegiatan itu akan berlangsung cukup lama (selama tahap produksi/produksi), dengan
intensitas yang cukup besar sehingga dampak yang terjadi diklasifikasikan sebagai dampak
negatif sedang.
Sifat Penting Dampak:
(1) Ditinjau dari jumlah manusia terkena dampak, maka sifat dampak adalah penting karena
pencemaran debu akan terjadi di sepanjang jalan yang dilalui sehingga dapat
mengganggu kenyamanan pengguna jalan yang lain.
(2) Ditinjau dari luas wilayah persebaran dampak, maka sifat dampak adalah penting karena
luas wilayah persebaran dampak akan menyebar ke arah kiri kanan sepanjang jalan yang
dilalui.
(3) Ditinjau dari intensitas dan lamanya dampak berlangsung, maka dampak tergolong
penting. Intensitas tergantung dari tinggi rendahnya aktivitas angkutan dari dan menuju
lokasi tujuan.
(4) Ditinjau dari banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak, maka sifat
dampak adalah penting, karena pencemaran debu di sepanjang jalan akan mengganggu
kesehatan dan kenyamanan masyarakat.

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 26
Provinsi Sulawesi Tengah
(5) Ditinjau dari sifat kumulatif dampak, maka sifat dampak adalah tidak penting karena
dampak peningkatan kadar debu akan berakhir/berkurang dengan hadirnya musim
penghujan.
(6) Ditinjau dari berbalik atau tidak berbaliknya dampak, maka sifat dampak adalah tidak
penting karena peningkatan polutan debu akan berkurang, terutama pada musim
penghujan. Untuk itu dampak peningkatan kadar debu ini tergolong dampak yang dapat
berbaik.
(7) Ditinjau dari adanya kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka dampak tergolong tidak penting. Dampak ini dapat diminimalkan melalui
berbagai usaha diantaranya pengaturan arus lalu lintas serta mempertahankan
keberadaan pohon sebagai buffer zone debu terutama ditepi jalur jalan yang dilalui
kendaraan pengangkut.
Dengan demikian, dampak pengangkutan dan penimbunan bijih nikel (stockpile) pada
tahap produksi terhadap penurunan kualitas udara dikategorikan sebagai dampak negatif
sedang (-2) dan bersifat Penting.

3. Kebisingan
Besaran dampak
Tingkat kebisingan merupakan ukuran energi bunyi yang sepadan dan kontinyu (Leq)
yang dinyatakan dalam satuan dB(A). Hubungan antara Tingkat kebisingan dan jarak dari
sumber suara sederhana dapat menjadi formula dasar guna memprediksi rambatan bising dari
suatu sumber bising terhadap lingkungan.
Pada tahap produksi peningkatan kebisingan diprakirakan akan bersumber dari kegiatan
pengangkutan dan penimbunan bijih nikel (stockpile). Hal ini dapat mengganggu kenyamanan
karyawan dan masyarakat di sekitar lokasi proyek. Peralatan/kendaraan penambangan yang
potensial menimbulkan dampak bising yaitu, dump truck, dan pick up truck,.
Lp2=Lp1-20 log (R2/R1)
Keterangan :
Lp1= Tingkat Kebisingan Pada Sumber (dBA)
Lp2= Tingakt Kebisingan pada Jarak R2 dari sumber (dBA)
R1 = Konstranta (10 meter)
R2 = Jarak dari Sumber Bising (meter)
Pada jarak tertentu dari sumber, prakiraan tingkat kebisingan yang akan timbul adalah:
Tabel 3.12. Prakiraan Kebisingan pada tahap produksi
Tingkat kebisingan (dBA) pada jarak tertentu dari sumber
No Jenis Peralatan Pada 10 20 50 100 200 500 600
Sumbernya m m m m m m m
1 Pick Up truck 77 70 67 63 60 57 53 52
2 Dump truck 70 63 60 56 53 50 46 45
Pada tahap pengangkutan dan penimbunan bijih nikel (stockpile) akan menggunakan 2
jenis truk yaitu Pick Up Truck (intensitas bisingnya 77 dBA) dan Dump Truck (intensitas
kebisingannya 70 dBA). Berdasarkan rumus tersebut di atas dan intensitas sumber bisingnya
maka dapat di hitung persebaran intensitas bising terhadap jarak tertentu, dari satu sumber
bising. Namun apabila sumber bisingnya banyak untuk receptor yang menerima intensitas
bising dengan nilai yang sama maka nilainya di tambah 3 dBA. Hasil perhitungan kondisi
terburuk pada kegiatan mobilisasi alat berat dan material terhadap intensitas kebisingan
diuraikan sebagai berikut:
Berdasarkan prakiraan di atas, skala kualitas lingkungan dengan adanya proyek adalah 2
(jelek). Diperkirakan besaran dampak yang akan timbul :
- Kualitas lingkungan awal = skala 5
- Skala kualitas lingkungan saat ada proyek = 3
- Besaran dampak = -2 (negatif sedang).

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 27
Provinsi Sulawesi Tengah
Sifat Penting Dampak:
(1) Ditinjau dari jumlah manusia yang terkena dampak, maka sifat dampak adalah penting
karena kegiatan pengangkutan hasil akan melewati jalan negara yang terdapat
pemukiman penduduk.
(2) Ditinjau dari luas wilayah persebaran dampak, maka sifat dampak adalah penting karena
dampak akan terjadi di sepanjang jalan yang dilalui;
(3) Ditinjau dari intensitas dampak, maka sifat dampak adalah penting karena kebisingan
akan meningkat melebihi ambang batas (>55 dBA);
(4) Ditinjau dari banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak, makad
ampak dikategorikan penting. Komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena
dampak adalah kesehatan masyarakat sehingga dampak dikategorikan penting.
(5) Ditinjau dari sifat kumulatif dampak, maka dampak tergolong tidak penting. Dampak tidak
bersifat kumulatif.
(6) Ditinjau dari berbalik atau tidak berbaliknya dampak, maka sifat dampak adalah tidak
penting karena dampak dapat berbalik apabila kegiatan operasional pengangkutan hasil
dihentikan.
(7) Ditinjau dari adanya kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka dampak tergolong tidak penting. Dampak ini dapat diminimalkan melalui
berbagai usaha diantaranya pengaturan arus lalu lintas serta mempertahankan
keberadaan pohon sebagai buffer zone bising terutama ditepi jalur jalan yang dilalui
kendaraan pengangkut.
Dengan demikian, dampak kegiatan pengangkutan dan penimbunan bijih nikel (stockpile)
pada tahap produksi terhadap peningkatan kebisingan dikategorikan sebagai dampak negatif
sedang (-2) dan bersifat Penting.

4. Kualitas Air
Besaran dampak:
Kegiatan pengupasan/penempatan tanah pucuk, batuan penutup dan penggalian bijih
nikel serta pengangkutan dan penimbunan bijih nikel (stockpile) menyebabkan terjadinya
peningkatan konsentrasi jumlah padatan tersuspensi (TSS) pada air Sungai diwilayah studi.
Selain mempengaruhi sifat fisika air pada sungai, kegiatan pengupasan/penempatan tanah
pucuk, batuan penutup dan penggalian bijih nikel serta pengangkutan dan penimbunan bijih
nikel (stockpile) juga mempengaruhi sifat kimia air yang akan menyebabkan terjadinya
perubahan kondisi Biological oxygen demand (BOD) dan Chemical oxygen demand (COD)
pada badan perairan sehingga menyebabkan kadar oksigen terlarut (DO) mengalami
penurunan.
Tabel 3.13. Hasil Analisis Kualitas Air Sungai Pada Lokasi Kegiatan
Hasil Analisis Baku Mutu
Sungai
N Paramet Satua Sungai Sungai Sungai Sungai
Parajom Kelas Kelas Kelas Kelas
o er n Parajom Bangkulan Bangkulan Lalam
pi I II III IV
pi (Hilir) go (Hulu) go (Hilir) pu
(Hulu)
Fisika
Temperat devia devia devia devia
1 ur C 27,0 27,9 28,1 28,4 28,5
si 3 si 3 si 3 si 5
Padatan
terlarut
2 total,
mg/L 178 220 310 270 230 1000 1000 1000 1500
TDS
Padatan
tersuspe
3 nsi total,
mg/L 35 25 22 25 34 50 50 400 400
TSS
Sumber: Hasil analisa laboratorium, 2017.
Berdasarkan uraian di atas diprakirakan bahwa dampak dari pengupasan/penempatan
tanah pucuk, batuan penutup dan penggalian bijih nikel serta pengangkutan dan penimbunan
bijih nikel (stockpile) dampaknya tergolong dampak negatif sedang (-2). Hal tersebut berasal

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 28
Provinsi Sulawesi Tengah
dari kualitas lingkungan awal = skala 5 dan skala kualitas lingkungan saat ada proyek = skala 3,
sehingga besar dampak yang terjadi = -2 (negatif sedang).
Sifat Penting Dampak
Penentuan sifat penting dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pemeliharaan tanman
terhadap kualitas air berdasarkan pedoman penetapan tingkat kepentingan dampak diuraikan
sebagai berikut:
(1) Ditinjau dari jumlah manusia yang terkena dampak, maka dampak tergolong penting
karena pengupasan/penempatan tanah pucuk, batuan penutup dan penggalian bijih nikel
serta pengangkutan dan penimbunan bijih nikel (stockpile) dapat mencemari air
permukaan, sehingga berdampak terhadap manusia terutama pengguna air permukaan.
(2) Ditinjau dari luas wilayah persebaran dampak, maka dampak tergolong penting karena
dampak diperkirakan tersebar ke sungai-sungai yang ada di areal tapak proyek.
(3) Ditinjau dari intensitas dan lamanya dampak, maka dampak tergolong penting karena
kegiatan pengupasan/penempatan tanah pucuk, batuan penutup dan penggalian bijih
nikel serta pengangkutan dan penimbunan bijih nikel (stockpile) akan berlangsung
selama kegiatan pengusahaan penambangan.
(4) Ditinjau dari banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak, maka tergolong
penting karena dapat berpengaruh terhadap komponen lingkungan lain seperti
kesehatan masyarakat.
(5) Ditinjau dari sifat kumulatif dampak, maka tergolong tidak penting karena dampak
diperkirakan tidak menyebar dan terakumulasi di perairan.
(6) Ditinjau dari berbalik atau tidak berbaliknya dampak, maka dampak tergolong tidak
penting karena dampak dapat berbalik.
(7) Ditinjau dari adanya kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka dampak tergolong tidak penting. Dampak ini dapat diminimalkan
melalui pembuatan kolam-kolam pengendapan air tambang di sekitar lokasi
penambangan agar dapat melokalisir pergerakan sedimen agar tidak langsung masuk ke
badan air.
Dengan demikian, dampak kegiatan pengupasan/penempatan tanah pucuk, batuan
penutup dan penggalian bijih nikel serta pengangkutan dan penimbunan bijih nikel (stockpile)
terhadap penurunan kualitas air dikategorikan sebagai dampak negatif sedang (-2) dan
bersifat Penting.

5. Hidrologi
Kegiatan yang diprakirakan akan menimbulkan dampak terhadap peningkatan debit aliran
permukaan pada tahap produksi adalah kegiatan pengupasan/penempatan tanah pucuk,
batuan penutup dan penggalian biji. Kegiatan ini akan mengubah kondisi lahan menjadi
terbuka. Kegiatan-kegiatan ini pada prinsipnya akan menghilangkan vegetasi penutup tanah.
sehingga sebagian besar air hujan yang jatuh ke permukaan tanah akan mengalir menjadi
aliran permukaan (run off) dan segera mengisi cekungan-cekungan yang ada di sekitarnya
dan akhirnya akan menuju saluran alam (saluran drainase) dan akan bermuara ke sungai.
Meningkatnya laju aliran permukaan (run off) ini pada gilirannya akan menimbulkan
dampak sekunder berupa meningkatnya laju erosi dan meningkatnya debit air pada badan
air penerima, sehingga dapat meningkatkan kadar lumpur pada badan-badan air
penerima.
Besaran Dampak
Prakiraan besaran dampak debit aliran permukaan pada tahap konstruksi sebenarnya
juga menggambarkan mengenai prakiraan debit aliran permukaan pada tahap operasi
disebabkan pada teknis operasional pembukaan tambang pada tahap konstruksi dilanjutkan
dengan proses produksi bijih nikel (masuk pada tahap produksi) yang dilakukan per
compartment block rencana penambangan yang telah ditetapkan.

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 29
Provinsi Sulawesi Tengah
Proporsi jumlah curah hujan yang menjadi limpasan permukaan adalah sebesar C dan
faktor lainnya dianggap tetap, maka besarnya peningkatan debit limpasan dapat diduga dari
peningkatan nilai koefisien aliran permukaan akibat adanya kegiatan
pengupasan/penempatan tanah pucuk, batuan penutup dan penggalian bijih dari nilai
koefisien sekitar 0.13 pada wilayah berpenutupan hutan sekunder skala baik (skala 4),
menjadi sekitar 0.85 pada tanah terbuka skala buruk (skala 2); atau dengan kata lain,
dengan adanya kegiatan pengupasan/penempatan tanah pucuk, batuan penutup dan
penggalian bijih dan pengangkutan dan penimbunan bijih akan mengakibatkan konversi
penutupan tajuk dari belukar menjadi tanah terbuka yang terganggu yang akan
menyebabkan peningkatan debit aliran permukaan sekitar 6.5 kali dari keadaan semula.
Sebagaimana hasil perhitungan debit sebelum adanya proyek 0,75 m3/detik, dengan
adanya kegiatan produksi menjadi 4,94 m3/detik. Meningkatnya debit aliran permukaan (run
off) ini pada gilirannya akan menimbulkan dampak sekunder berupa peningkatan laju erosi
tanah dan peningkatan laju sedimentasi atau pelumpuran pada badan-badan air
penerima. Oleh karena itu, dampak pengupasan/penempatan tanah pucuk, batuan penutup
dan penggalian bijih terhadap peningkatan debit aliran permukaan merupakan dampak
negatif, bersifat langsung dan berbobot sedang (-2).
Sifat Penting Dampak
Berdasarkan pedoman penetapan tingkat kepentingan dampak, maka dampak kegiatan
pengupasan/penempatan tanah pucuk, batuan penutup dan penggalian bijih dan
pengangkutan dan penimbunan bijih nikel (stockpile) terhadap peningkatan debit aliran
permukaan (debit) dapat diuraikan sebagai berikut:
(1) Ditinjau dari jumlah manusia yang terkena dampak, maka dampak tergolong penting
karena diprakirakan akan berpengaruh terhadap masyarakat sekitar lokasi kegiatan dan
pengguna air sungai khusunya yang bermukim disekitar tapak proyek;
(2) Ditinjau dari luas wilayah persebaran dampak, maka dampak tergolong penting karena
meliputi wilayah yang cukup luas;
(3) Ditinjau dari intensitas lamanya dampak berlangsung, maka dampak tergolong penting
karena intensitasnya yang tinggi dan dapat berlangsung lama. Perubahan debit aliran
0,75 m3/detik-4,94 m3/detik, akan tetapi akan pulih seiring dengan pulihnya penutupan
lahan oleh vegetasi tanaman pada tapak kegiatan.
(4) Ditinjau dari banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak, maka dampak
tergolong penting karena akan berpengaruh terhadap komponen lingkungan lain, seperti
peningkatan laju erosi.
(5) Ditinjau dari sifat kumulatif dampak, maka tergolong tidak penting karena dampak tidak
bersifat kumulatif.
(6) Ditinjau dari berbalik atau tidak berbaliknya dampak, maka dampak tergolong tidak
penting karena dampak dapat pulih seiring dengan pulihnya penutupan lahan pada tapak
kegiatan.
(7) Ditinjau dari kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
maka dampak tergolong tidak penting karena air larian dapat dikelola dengan rekayasa
tutupan lahan serta usaha konservasi seperti pembangunan saluran drainase.
Dengan demikian, dampak kegiatan pengupasan/penempatan tanah pucuk, batuan
penutup dan penggalian bijih dan pengangkutan dan penimbunan bijih nikel (stockpile)
terhadap peningkatan debit aliran permukaan dikategorikan sebagai dampak negatif sedang
(-2) dan bersifat Penting (P).

6. Erosi Tanah
Besaran Dampak
Kegiatan pengupasan/penempatan tanah pucuk, batuan penutup dan penggalian bijih,
yang pada prinsipnya akan menghilangkan vegetasi penutup tanah, sehingga nilai faktor
tanaman untuk lokasi ini meningkat mendekati 1 (satu). Ini berarti hampir seluruh dari nilai erosi
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 30
Provinsi Sulawesi Tengah
potensialnya dapat menjadi erosi nyata. Proses ini akan menyebabkan tanah menjadi lebih
terbuka terhadap pukulan butir air hujan. Akibatnya, tanah menjadi lebih mudah terdispersi dan
terbawa aliran permukaan. Hal ini berarti kehilangan lapisan atas tanah dan merupakan
fenomena kemerosotan kualitas lahan.
Tabel 3.14. Prediksi Laju Erosi di Lokasi Rencana Usaha Penambangan PT. Kencana
Bumi Mineral
Lokasi Kelas Erosi Erosi
R K LS CP IBE
rencana Lereng Pot ton/ha Akt ton/ha
1 0-8 % 1.237,5 0,391 0,40 0,01 193,64 1,94 0,059
2 0-8 % 1.237,5 0,386 1,40 0,01 668,65 6,69 0,132
3 15-25% 1.237,5 0,389 3,10 0,01 1493,07 14,93 0,332
Sumber: hasil analisis, 2017
Berdasarkan hasil prediksi erosi menunjukkan bahwa besarnya erosi aktual kondisi awal lokasi
rencana penambangan nikel senilai dengan besarnya erosi aktual pada tahap produksi yaitu
sebesar 1,94 ton/ha/tahun – 14,93 ton/ha/tahun nilai tersebut masih berada di bawah erosi yang
diperbolehkan. Dan untuk nilai erosi potensial sebesar 193,64 ton/ha/tahun sampai dengan
1493,07 ton/ha/tahun. Jika kondisi tanah tersebut dibiarkan dalam keadaan kondisi aktual
tersebut tanpa pengolahan yang lebih efektif, maka akan terjadi kumulatif dampak yang
mengarah pada kehilangan tanah karena erosi dalam skala besar. Dikaitkan dengan skala
kualitas lingkungan, maka kegiatan pembuatan dan peningkatan jalan angkut (hauling), dan
pembersihan lahan akan meningkatkan kelas erosi dari tingkat bahaya sangat ringan (skala 5)
menjadi tingkat bahaya sedang (skala 3), dengan demikian dampak kegiatan pembuatan dan
peningkatan jalan angkut (hauling), dan pembersihan lahan diprakirakan menurunkan skala
kualitas lingkungan sebesar 2 (dua) skala.
Sifat Penting Dampak
Berdasarkan pedoman penetapan tingkat kepentingan dampak, maka dampak kegiatan
pengupasan/penempatan tanah pucuk, batuan penutup dan penggalian bijih terhadap
peningkatan laju erosi tanah dapat diuraikan sebagai berikut:
(1) Ditinjau dari jumlah manusia yang terkena dampak, maka dampak tergolong tidak
penting karena diprakirakan tidak akan berpengaruh terhadap manusia karena kondisi
tapak areal yang jauh dari pemukiman dan jenis erosi yang terjadi tergolong dibawah erosi
wajar.
(2) Ditinjau dari luas wilayah persebaran dampak, maka dampak tergolong penting karena
meliputi wilayah yang luas 638 ha;
(3) Ditinjau dari intensitas dan lamanya dampak berlangsung, maka dampak tergolong
penting karena intensitasnya yang tinggi dan dapat berlangsung lama, sampai vegetasi
di atas lahan tersebut tumbuh kembali dan berkembang;
(4) Ditinjau dari banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak, maka dampak
tergolong penting karena akan berpengaruh terhadap penurunan kualitas air (TSS) dan
gangguan terhadap biota air.
(5) Ditinjau dari sifat kumulatif dampak, maka dampak tergolong penting karena dampak
akan terakumulasi pada ekosistem perairan yang akan berpengaruh pada biota perairan.
(6) Ditinjau dari berbalik atau tidak berbaliknya dampak, maka dampak tergolong penting
karena dampak erosi yang telah terjadi tidak dapat berbalik.
(7) Ditinjau dari kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
maka dampak tergolong tidak penting karena besarnya laju erosi dapat dikelola dengan
rekayasa tutupan lahan serta usaha konservasi seperti misalnya pembangunan saluran
drainase serta konservasi secara vegetatif.
Dengan demikian, dampak kegiatan pengupasan/penempatan tanah pucuk, batuan
penutup dan penggalian bijih terhadap erosi tanah dikategorikan sebagai dampak negatif
sedang (-2) dan bersifat Penting

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 31
Provinsi Sulawesi Tengah
7. Gangguan Lalu Lintas
Kegiatan pada tahap operasi yang diprakirakan akan menimbulkan dampak terhadap
gangguan lalu lintas adalah kegiatan pengangkutan dan penimbunan bijih nikel (stockpile). Hal
ini disebabkan karena bertambahnya volume kendaraan disekitar lokasi tapak proyek akibat
aktifitas kegiatan proyek yang semakin meningkat dengan semakin banyaknya aktifitas
pengangkutan bijih nikel.
Besaran Dampak:
Volume lalu lintas kendaraan masih tahap operasi kegiatan juga msih rendah, Karena
hanya kendaraan operasional perusahaan (truk-truk) yang lewat, maka gangguan lalu lintas
akibat adanya kegiatan operasiona penambangan bijih nikel dianggap tidak ada dan
termasuk kategori dampak tidak penting yang harus dikelola karena terdapat aktivitas
penduduk Bahomakmur yang biasa melintasi jalan hauling perusahaan. Dengan kondisi
jalan tanah, maka pada saat kondisi jalan kering kemudian dilewati oleh truk-truk yang
memuat hasil tambang, akan menimbulkan gangguan berupa partikel debu yang dapat
menjangkau permukiman masyarakat Bahomakmur. Oleh karena itu dengan adanya lalu
lintas truk di sepanjang jalan haulling perusahaaan dapat menimbulkan keresahan bagi
masyarakat Bahomakmur
Sifat Penting Dampak
Berdasarkan pedoman penetapan tingkat kepentingan dampak, maka dampak kegiatan
mobilisasi peralatan dan material dapat diuraikan sebagai berikut:
(1) Ditinjau dari jumlah manusia yang terkena dampak, maka dampak tergolong tidak
penting karena akses jalan yang dilalui adalah akses jalan houling perusahaan dan
kondisi Volume lalu lintas kendaraan masih sangat rendah.
(2) Ditinjau dari luas wilayah persebaran dampak, maka dampak tergolong tidak penting
karena dampak tersebut tidak berpengaruh terhadap gangguan lalulintas pada akses
jalan provinsi atau negara.
(3) Ditinjau dari intensitas dan lamanya dampak berlangsung, maka dampak tergolong tidak
penting karena tidak adanya peningkatan volume lalulintas yang berpengaruh pada
kondisi lalulintas.
(4) Ditinjau dari banyaknya komponen lain yang terkena dampak, maka dampak tergolong
penting karena dapat menimbulkan peningkatan kebisingan, penururunan kualitas
udara serta persepsi masyarakat terutama pada areal tapak proyek dan di sekitar lokasi
permukiman desa bahomakmur.
(5) Ditinjau dari sifat kumulatif dampak, maka dampak tergolong tidak penting karena
dampak yang ada diprakirakan tidak bersifat akumulatif.
(6) Ditinjau dari berbalik atau tidak berbaliknya dampak, maka dampak tergolong tidak
penting karena gangguan kelancaran lalu lintas bersifat berbalik karena hanya
berlangsung saat konstruksi, sehingga jika tahap konstruksi sudah selesai maka
gangguan kelancaran lalu lintas yang diakibatkan adanya kegiatan mobilisasi
peralatan material akan kembali seperti saat tahap konstruksi belum berlangsung.
(7) Ditinjau dari kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
maka dampak tergolong tidak penting karena gangguan lalu lintas ini dapat di atasi
dengan berbagai metode seperti pengaturan jam pengangkutan dan rute pengangkutan.
Dengan demikian, dampak kegiatan mobilisasi peralatan, alat berat dan material terhadap
gangguan lalu lintas dikategorikan sebagai dampak negatif kecil (-1) dan bersifat tidak
Penting akan tetapi tetap memerlukan tindakan pengelolaan.

3.2.3.2 Biologi
1. Keragaman Biota Perairan
Besaran Dampak:
Kegiatan operasional penambangan berupa Pengupasan/penempatan tanah pucuk,
batuan penutup dan penggalian bijih, serta pengangkutan dan penimbunan bijih nikel (stockpile)
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 32
Provinsi Sulawesi Tengah
berpeluang terhadap pencemaran lingkungan terutama untuk komponen lingkungan tanah dan
air permukaan terutama pada musim penghujan. Dampak kegiatan tersebut, terhadap
keragaman biota perairan merupakan dampak turunan dari penurunan kualitas air. Kondisi saat
studi indeks keanekaragaman plankton pada Sungai di wilayah studi berkisar = 0,92-0,98,
fitoplankton berkisar 0,96-1,00dan benthos berkisar 1,53 - 1,58. Secara kelas kualitas
tergolong sedang (skala kualitas 3). Dengan adanya kegiatan Pengupasan/penempatan tanah
pucuk, batuan penutup dan penggalian bijih, serta pengangkutan dan penimbunan bijih nikel
(stockpile) akan merubah skala kualitas lingkungan menjadi buruk (skala 2). Sehingga dapat
disimpulkan besarnya nilai kualitas lingkungan menjadi negative kecil (-1)
Sifat Penting Dampak
Penentuan sifat penting dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan penyiapan lahan
terhadap keragaman biota perairan berdasarkan pedoman penetapan tingkat kepentingan
dampak yang diuraikan sebagai berikut:
(1) Ditinjau dari jumlah manusia yang terkena dampak, maka dampak tergolong penting
karena adanya ketergantungan masyarakat terhadap sumber daya air.
(2) Ditinjau dari luas wilayah persebaran dampak, maka dampak tergolong penting karena
dampak tersebar di sungai-sungai yang ada di areal lokasi wilayah studi.
(3) Ditinjau dari intensitas dan lamanya, maka dampak tergolong penting karena
diperkirakan kelimpahan dan keanekaragaman plankton akan menurun seiring
menurunnya kualitas air (TSS);
(4) Ditinjau dari banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak, maka tergolong
penting karena akan berpengaruh terhadap komponen lingkungan lain, seperti jumlah
ikan yang dimanfaatkan masyarakat;
(5) Ditinjau dari sifat kumulatif dampak, maka tergolong tidak penting karena dampak tidak
terakumulasi;
(6) Ditinjau dari berbalik atau tidak berbaliknya dampak, maka dampak tergolong tidak
penting karena dampak dapat berbalik.
(7) Ditinjau dari adanya kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka dampak tergolong tidak penting. Teknik penambangan yang
memperhatikan kaidah konservasi.
Dengan demikian, dampak kegiatan Pengupasan/penempatan tanah pucuk, batuan
penutup dan penggalian bijih, serta pengangkutan dan penimbunan bijih nikel (stockpile) tahap
produksi terhadap penurunan keragaman biota perairan dikategorikan sebagai dampak negatif
kecil (-1) dan bersifat Penting.

3.2.3.3 Sosial Ekonomi dan Budaya


1. Pendapatan Masyarakat
Rencana kegiatan penambangan Nikel akan memberikan kesempatan bagi penduduk
lokal maupun luar daerah untuk mendapatkan pekerjaan baik formal maupun non formal.
Disamping itu secara tidak langsung juga akan memberikan kesempatan untuk membuka
usaha dengan cara membuka toko, warung ataupun usaha jasa lainnya seperti pondokan
dan lain sebagainya sehingga akan meningkatkan tingkat pendapatan masyarakat.
Besaran Dampak
Peningkatan pendapatan masyarakat merupakan dampak turunan dari peningkatan
kesempatan kerja dan peluang berusaha atau dampak tak langsung dari penerimaan tenaga
kerja. Selain peningkatan kesempatan kerja, komponen lain yang terkena dampak kegiatan
penerimaan tenaga kerja adalah peningkatan pendapatan masyarakat, khususnya pada
masyarakat yang anggota keluarganya ikut bekerja pada kegiatan tersebut. Pekerja yang
direkrut akan diberi upah minimal sebesar Upah Minimal Kabupaten Morowali yang sedang
berlaku.
Sebelum ada kegiatan penerimaan tenaga kerja (kondisi rona awal tentang pendapatan
masyarakat) di lokasi studi rata-rata untuk petani dan nelayan tingkat pendapatan
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 33
Provinsi Sulawesi Tengah
masyarakat yang tertinggi di atas Rp 2.500.000 perbulan dan terendah adalah Rp 500.000,-
perbulan. Proporsi penduduk yang berpendapatan Rp 500.000 - Rp 1.000.000 sebesar
33,34 persen, sedangkan proporsi penduduk yang berpendapatan Rp 1.000.000 – Rp
1.500.000 sebesar 40 persen. Adapun penduduk yang berpendapatan Rp 1.500.000 – Rp
2.000.000 sebanyak 17,77 persen dan penduduk dengan tingkat pendapatan di atas Rp
2.500.000 sebanyak 8,89 persen. Adanya variasi pendapatan tersebut diduga karena
bervariasinya jenis pekerjaan, sifat pekerjaan dan adanya warga masyarakat yang bermata
pencaharian ganda.
Dengan beroperasinya kegiatan pertambangan PT. Kencana Bumi Mineral dan
diserapnya tenaga lokal sekitar 50% (± 102 orang) dari total tenaga kerja yang diterima yaitu
sebanyak 204 orang, maka akan terjadi peningkatan pendapatan, khususnya pada keluarga
yang ikut kerja dan mengisi peluang berusaha pada perusahaan PT. Kencana Bumi Mineral,
minimal sebesar Rp 1.800.000/bulan (standar Upah Minimum Kabupaten). Jika diasumsikan
penghasilan pekerja rata-rata adalah Rp. 1.800.000,-/orang/bulan, maka dana yang beredar
di daerah sekitar tapak proyek terutama di Kecamatan Bahodopi adalah sebesar Rp.
1.800.000 x 102 orang = Rp. 183.600.000,- setiap bulan. Dana tersebut dapat dikatakan
suatu jumlah yang cukup besar untuk menggerakkan perekonomian lokal masyarakat.
Peningkatan pendapatan juga akan dirasakan oleh warga masyarakat sekitar yang
memanfaatkan kesempatan usaha sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan para tenaga
kerja konstruksi. Jika diasumsikan akan terdapat sekitar 10 - 20 orang warga masyarakat
sekitar tapak proyek yang akan terlibat dalam berbagai kesempatan usaha yang ada dengan
tingkat pendapatan rata-rata sekitar Rp. 2.000.000/bulan, maka jumlah total penghasilan
warga masyarakat tersebut dari kesempatan usaha yang ada dalam sebulan adalah Rp.
40.000.000. Kenaikan pendapatan ini merupakan dampak positif.
Dari kondisi rona lingkungan awal menunjukkan kualitas lingkungan sedang dengan skala
2, setelah adanya pembangunan penambangan, kondisi kualitas lingkungan mengalami
kenaikan menjadi baik (skala 4). Sehingga besaran dampaknya adalah positif sedang (skala
+2).
Sifat Penting Dampak:
Adapun pertimbangan berdasarkan faktor penentu dampak penting adalah sebagai
berikut:
(1) Ditinjau dari jumlah manusia yang terkena dampak, maka dampak tergolong penting
karena diprakirakan kegiatan ini akan berdampak terhadap pendapatan dan
kesejahteraan tenaga kerja lokal dan juga bagi masyarakat setempat. Jumlah manusia
yang menikmati manfaat atau dampak positif dari kegiatan penambangan nikel ini cukup
banyak. Disamping itu juga terdapat penduduk lain yang memperoleh manfaat dari jasa
penyedia berbagai kebutuhan para tenaga kerja seperti usaha warung makan, toko
kelontong, dan lain sebagainya.
(2) Ditinjau dar luas wilayah persebaran dampak, maka dampak tergolong penting karena
dampak akan dinikmati oleh pkerja dan penduduk di sekitar tapak proyek.
(3) Ditinjau dari intensitas dan lamanya dampak berlangsung, maka tergolong penting,
intensitas dampak tidak begitu besar namun dampak dapat berlangsung lama yaitu
selama tahap produksi.
(4) Ditinjau dari banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak, maka dampak
tergolong penting karena akan berpengaruh terhadap komponen lingkungan lain, seperti
kesejahteraan masyarakat, pendidikan dan kesehatan masyarakat serta sikap dan
persepsi masyarakat.
(5) Ditinjau dari sifat kumulatif dampak maka tergolong tidak penting karena dampak tidak
akan terakumulasi.
(6) Ditinjau dari berbalik atau tidak berbaliknya dampak : maka dampak tergolong penting
karena tingkat pendapatan penduduk dapat berbalik ke kondisi semula yang relatif buruk,
manakala kegiatan proyek telah berakhir.
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 34
Provinsi Sulawesi Tengah
(7) Ditinjau dari kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
maka dampak tergolong tidak penting karena ada kriteria lain sesuai dengan
perkembangan lmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan demikian, dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja terhadap peningkatan
pendapatan masyarakat dikategorikan sebagai dampak positif sedang (2) dan bersifat
Penting

2. Pendapatan Daerah
Besaran Dampak
Kegiatan pertambangan nikel akan memberikan kontribusi pada pendapatan daerah
melalui berbagai kewajiban perusahaan termasuk pajak dan retribusi. Pendapatan daerah yang
diperoleh dari kegiatan pertambangan tersebut akan digunakan lagi oleh daerah untuk
pembangunan sarana dan prasarana di Kabupaten Morowali. Pendapatan daerah yang
bersumber dari kegiatan pertambangan berlangsung selama kegiatan operasi pertambangan.
Adanya kegiatan pertambangan ini akan menghasilkan efek ganda yaitu munculnya usaha-
usaha di sektor informal. Adanya kegiatan pertambangan nikel akan memberikan pengaruh
pada peningkatan PDRB di Kabupaten Morowali. Dengan adanya kegiatan kegiatan
pertambangan diprakirakan akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan PDRB
Kabupaten Morowali. Hasil penerimaan dari kegiatan pertambangan tersebut digunakan
kembali oleh pemerintah daerah untuk pembangunan sarana dan prasarana serta
pembangunan lainnya di Kabupaten Morowali.
Penentuan Sifat Penting Dampak
1) Jumlah manusia terkena dampak
Masuknya kegiatan pertambangan nikel wilayah Kabupaten Morowali, tentu berdampak
positif terhadap peningkatan PAD kabupaten tersebut. Dengan demikian, secara otomatis
pula dampak positif juga dirasakan oleh penduduk kabupaten Morowali. Oleh karena itu
bobot dampaknya bersifat penting .
2) Luas wilayah persebaran dampak
Persebaran dampak peningkatan pendapatan daerah dari pengaruh kegiatan
pertambangan , dapat meluas sampai keluar lokasi proyek, karena kontribusi perusahaan
dapat digunakan untuk pemberdayaan masyarakat maupun pembangunan infra struktur
daerah. Oleh karena itu, bobot dampaknya penting
3) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dampak tidak begitu besar dan dampak akan berlangsung dalam waktu yang
relatif lama yaitu selama kegiatan operasional pertambangan . Oleh karena itu sifat dampak
dinilai penting.
4) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak.
Komponen lingkungan lain yang terkena dampak dari peningkatan pendapatan
daerah adalah peningkatan kualitas atau kesejahteraan penduduk, te rmasuk
kesehatan masyarakat. Dengan demikian sifat dampaknya adalah penting.
5) Sifat kumulatif dampak
Dampak yang ada diprakirakan tidak bersifat kumulatif sehingga dampak ini
dikategorikan tidak penting .
6) Berbalik tidak berbaliknya dampak
Ditinjau dari kriteria berbalik tidak berbaliknya dampak, dampak kegiatan ini dapat dinilai
tidak penting, karena pendapatan daerah dapat berbalik ke kondisi semula, manakala
kegiatan proyek telah berakhir.
7) Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ada
alternative lain untuk peningkatan pendapatan daerah dari sudut ilmu pengetahuan dan
tehnologi. Dampak dinilai tidak penting.
Berdasarkan uraian tersebut diaas, maka dampak kegiatan pertambangan terhadap
pendapatan daerah dinilai berdampak positif sedang (2) dan penting
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 35
Provinsi Sulawesi Tengah
3. Peluang Kerja dan Berusaha
Besaran Dampak
Pada akhir tahap konstruksi kegiatan penambangan bijih nikel, akan terjadi
pelepasan/pengurangan tenaga kerja. Hal ini diperkirakan akan menimbulkan dampak
negatif terhadap komponen sosial ekonomi, yaitu penurunan tingkat pendapatan masyarakat
akibatnya berkurangnya kesempatan kerja dan berusaha. Namun demikian sebahagian
tenaga kerja lokal eks konstruksi penambangan tersebut dapat mengajukan lamaran
pekerjaan kembali pada saat masa produksi, jika spesifikasi keahlian yang dibutuhkan oleh
perusahaan terpenuhi/sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan.
Kebutuhan tenaga kerja pada tahap operasional penambangan bijih nikel sebanyak 204
orang, yang akan dipenuhi dari tenaga lokal dan luar daerah disesuaikan dengan
persyaratan dan spesifikasi yang dibutuhkan. Jika diasumsikan bahwa 40 - 50% kebutuhan
tenaga kerja produksi akan memanfaatkan tenaga kerja lokal, maka terdapat lowongan kerja
sekitar 82 – 102 orang). Hal ini tentunya akan berdampak positif terhadap peningkatan
kesempatan kerja dan berusaha lokal yang semula skalanya buruk (skala 2), akan
mengalami peningkatan menjadi baik (skala 4), sehingga dampak yang ditimbulkan
terhadap kesempatan kerja dan berusaha dikategorikan sebagai dampak positif sedang
(skala +2).
Penentuan Sifat Penting Dampak.
Adapun pertimbangan berdasarkan faktor penentu dampak penting adalah sebagai berikut:
1) Jumlah Manusia yang akan terkena Dampak
Kegiatan ini akan berdampak terhadap kondisi ketenagakerjaan setempat khususnya
adalah adanya kesempatan kerja bagi masyarakat setempat. Jumlah tenaga keja yang
dibutuhkan untuk berbagai aktivitas produksi adalah 204 orang karyawan. Jika
diasumsikan jumlah dan spesifikasi yang tersedia bagi penduduk lokal adalah 40 - 50%,
maka akan terdapat lowongan pekerjaan untuk 82-102 orang masyarakat lokal). Dengan
pengoperasional pertambangan nikel,, selain akan tercipta kesempatan kerja juga akan
tercipta kesempatan berusaha. Kesempatan usaha yang muncul lebih sebagai upaya
untuk memenuhi berbagai kebutuhan barang dan jasa para tenaga kerja yang terlibat.
Diharapkan akan cukup banyak penduduk lokal yang dapat memanfaatkan peluang usaha
ini. Oleh karena itu dampaknya dapat dikategorikan sebagai dampak penting.
2) Luas wilayah persebaran dampak.
Luas wilayah persebaran dampak dinilai penting, karena kesempatan kerja dan usaha
yang dapat diraih oleh penduduk lokal tidak hanya menjadi karyawan tetap (sesuai
dengan spesifikasi yang dibutuhkan) tetapi juga akan tumbuhnya rekanan kerja, sehingga
tidak hanya dapat dinikmati oleh penduduk sekitar proyek tetapi sebaran lebih luas.
3) Intensitas dan lamanya dampak
Intensitas dan lamanya dampak terhadap kesempatan kerja/usaha cukup besar, tidak
hanya dapat menampung penduduk lokal tetap lebih luas lagi, lamanya dampak
berlangsung selama tahap produksi. Dengan demikian bobot dampaknya adalah penting.
4) Komponen Lingkungan Hidup lain terkena dampak
Dampak langsung kegiatan operasional penambangan adalah terciptanya peluang keja
dan secara tidak langsung akan dapat tercipta kesempatan berusaha, peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat timbulnya persepsi positif masyarakat.
Dengan demikian dampaknya dapat dikategorikan penting.
5) Sifat Kumulatif dampak.
Dampak yang ada tidak bersifat kumulatif sehingga dinilai tidak penting.
6) Berbalik dan tidak berbaliknya dampak
Dampak yang ada dapat berbalik, manakala tenaga keja yang telah terekrut habis masa
kerjanya atau tejadi proses pelepasan tenaga keja. Sehingga dampaknya dikategorikan
penting.

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 36
Provinsi Sulawesi Tengah
7) Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Dampak ini dapat ditingkatkan lagi berdasarkan volume dan intensitas pekerjaan terutama
pada kegiatan - kegiatan tahap produksi melalui pendekatan kelembagaan, dan sosial
ekonomi. Oleh karena itu, dampak bersifat tidak penting.
Berdasarkan jumah P = 5, maka dampak penerimaan tenaga kerja produksi terhadap
terbukanya peluang kerja dan usaha dapat dikategorikan sebagai dampak positif
sedang dan bersifat penting.

4. Sikap dan Persepsi Masyarakat (+-).


Besaran Dampak
Kegiatan operasi produksi yang menimbulkan debu dan kebisingan, limbah produksi,
bisa menimbulkan disasosiatif antara masyarakat dengan perusahaan dan berdampak
turunan pada timbulnya persepsi negatif. Proses dissosiatif juga bisa muncul bila dalam
kegiatan proses produksi tidak melibatkan masyarakat sebagai pekerja. Berdasarkan
analisis kualitas udara, sebaran debu pada jarak 200 meter dari pemukiman penduduk,
sudah tidak mengganggu kualitas udara sehingga tidak mengganggu masyarakat. Namun
demikian karena sifat masyarakat yang gampang protes terhadap ketidak nyamanan yang
mereka rasakan, maka potensi disosiatif dan timbulnya persepsi negatif tetap ada.
Pada saat operasional produksi juga akan terdapat kegiatan pengembangan
masyarakat dalam bentuk terprogramnya dana untuk pengembangan masyarakat berupa
dana Coorporate Social Responsibility (CSR).
Kegiatan pemberdayaan masyarakat diprakirakan akan menimbulkan dampak positif
terhadap persepsi masyarakat. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan tersebut terdapat
program-program yang mengarah terhadap penciptaan pertumbuhan perekonomian
masyarakat setempat. Terkait dengan skala kualitas lingkungan, diprakirakan akan
meningkatkan persepsi positif masyarakat dari kategori baik (skala 4) menjadi kategori
baik sekali (skala 5), dengan demikian bobot dampak kegiatan ini terhadap persepsi
masyarakat tergolong positif kecil. Dengan demikian, dampak kegiatan merupakan
dampak positif, berbobot kecil (+1) dan bersifat tidak langsung.
Sifat Penting Dampak
(1) Ditinjau dari jumlah manusia yang terkena dampak, maka dampak tergolong penting,
karena akan berpengaruh terhadap seluruh masyarakat sekitar areal pertambangan.
(2) Ditinjau dari luas wilayah persebaran dampak, maka dampak tergolong penting karena
meliputi wilayah yang lebih luas mencakup wilayah kabupaten Morowali .
(3) Ditinjau dari lamanya dampak berlangsung, maka tergolong penting karena dampak
dapat berlangsung lama yaitu selama tahap produksi.
(4) Ditinjau dari banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak, maka tergolong
penting karena akan berpengaruh terhadap komponen lingkungan lainnya.
(5) Ditinjau dari sifat kumulatif dampak, tergolong tidak penting karena dampak tidak akan
terakumulasi.
(6) Ditinjau dari berbalik atau tidak berbaliknya dampak, maka dampak tergolong tidak
penting karena dampak yang telah terjadi dapat berbalik atau dipulihkan.
(7) Ditinjau dari kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
maka dampak tergolong tidak penting karena dampak ini dapat diminimalkan terutama
melalui pendekatan sosial, dan ekonomi.
Dengan demikian, dampak kegiatan pada tahap produksi terhadap persepsi masyarakat
dikategorikan sebagai dampak negatif kecil (-1) dan bersifat Penting

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 37
Provinsi Sulawesi Tengah
3.2.3.4 Kesehatan Masyarakat
1. Sanitasi Lingkungan (Limbah B3)
Besar Dampak
Kegiatan pada tahap operasional berupa Pengupasan/penempatan tanah pucuk, batuan
penutup dan penggalian bijih diprakirakan akan mempengaruhi sanitasi lingkungan yang ada di
lokasi kegiatan. Sanitasi lingkungan di lokasi kegiatan akan mengalami penurunan yang
disebabkan oleh sampah/limbah domestik karyawan, limbah kegiatan operasional alat berat
kegiatan penambangan (limbah B3, limbah padat ,dan limbah cair). Dari kegiatan penyimpanan
oli bekas peralatan atau cat dan tiner. Bahan seperti ini bisa berbahaya bila tidak ditangani
secara benar karena ketika bahan B3 ini kontak langsung dengan lingkungan bisa
menyebabkan pencemaran baik air atau pun tanah. Rona awal limbah B3 masuk dalam
kategori skala 4 dikarenakan tapak proyek hanya lahan kosong yang tidak digunakan. Dengan
adanya penyimpanan bahan B3 di basecamp dan adanya resiko tercemar ke lingkungan sekitar
maka akan menurunkan skala kualitas lingkungan menjadi skala 3. Dengan demikian besaran
dampak penurunan sebesar Negatif Satu (-1) tergolong besaran dampak Kecil.
Sifat Penting Dampak:
1) Jumlah manusia yang akan terkena dampak
Jumlah manusia yang terpengaruh oleh kondisi penurunan sanitasi lingkungan, ialah hanya
manusia yang ada di lokasi kegiatan ketika tidak mematuhi SOP yang diberlakukan.
Sehingga dampaknya kategori tidak penting
2) Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampaknya umumnya hanya sekitar tapak proyek, sehingga
dampaknya termasuk kategori tidak penting.
3) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Kegiatan ini bersifat sementara dan intensitasnya tidak lama sehingga terjadinya penurunan
sanitasi lingkungan akibat kegiatan ini sifatnya hanya sementara, sehingga termasuk
kategori tidak penting.
4) Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
Komponen lingkungan lain yang terkena dampak kegiatan ini antara lain kualitas sanitasi
lingkungan dan penurunan kualitas tanah dan air. Bobot dampaknya termasuk penting (P).
5) Sifat kumulatif dampak
Dampak tidak bersifat kumulatif sehingga dianggap tidak penting.
6) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Kegiatan ini hanya berlangsung selama produksi, sehingga kondisi dapat dipulihkan. Sifat
dampak dapat terbalikkan sehingga dikategorikan tidak penting.
7) Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Kehadiran vector penyakit dapat dicegah melalui pengelolaan limbah dan sampah yang
baik. Oleh karena itu dampak dikategorikan tidak penting (TP).
Dampak kegiatan Pengupasan/penempatan tanah pucuk, batuan penutup dan penggalian bijih
sanitasi lingkungnan dikategorikan sebagai dampak negative kecil, dan bersifat tidak
penting. Akan tetapi dampak ini tetap memerlukan tindakan pengelolaan dan
pemantauan.

2. Kesehatan Masyarakat
Kegiatan pada tahap produksi yang diprakirakan akan menimbulkan dampak terhadap
penurunan kesehatan masyarakat adalah pengangkutan dan penimbunan bijih nikel (stockpile).
Timbulnya debu partikulat yang diakibatkan hilir mudiknya kendaraan opersional pada
saat pembangunan pengangkutan dan penimbunan bijih nikel (stockpile), dapat menyebabkan
menurunya kualitas udara dan berakibat pada meningkatnya angka penyakit saluran
pernapasan, seperti ISPA. Selain itu, adanya limbah domestik (limbah padat dan cair),
tumpukan material serta terjadinya genangan air akibat banyaknya lubang galian ataupun
gangguan drainase akan menyebabkan sanitasi lingkungan di lokasi kegiatan menjadi buruk

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 38
Provinsi Sulawesi Tengah
terutama terjadinya penurunan kualitas air permukaan yang oleh sebagian penduduk air
tersebut digunakan untuk Mandi dan Cuci, untuk kebutuhan ternak akan menyebabkan
terjadinya penyakit malaria, dan penyakit sehingga diprakirakan dampak negatif langsung yang
akan terjadi mengalami penurunan dari baik (skala 4) menjadi buruk (skala 2). Dengan
demikian bobot dampak kegiatan ini tergolong dampak negatif sedang (-2) dan bersifat
langsung.
Sifat Penting Dampak
(1) Ditinjau dari jumlah manusia yang terkena dampak, maka dampak tergolong penting Hal
ini disebabkan karena diprakirakan penduduk yang tinggal di desa wilayah kajian berisiko
terserang penyakit ISPA dan malaria.
(2) Ditinjau dari luas wilayah persebaran dampak, dampak akan meliputi desa wilayah kajian
studi dan bahkan nyamuk bisa terbang mencapai jarak 2 km dari lokasi habitat awalnya,
maka dampak tergolong penting.
(3) Ditinjau dari lamanya dampak berlangsung, karena dampak dapat berlangsung lama,
yaitu selama kegiatan pembangunan dan pengoperasian sarana-prasarana
penambangan berlangsung, maka tergolong penting
(4) Ditinjau dari banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak, maka dampak
diperkirakan akan berpengaruh terhadap komponen lingkungan lain, seperti hilangnya
kesempatan bekerja akibat sakit, keluarnya biaya tak terduga untuk pengobatan, dan
lain-lain, maka tergolong penting.
(5) Ditinjau dari sifatnya kumulatif dampak karena dampak tidak akan terakumulasi maka
tergolong tidak penting.
(6) Ditinjau dari berbalik atau tidak berbaliknya dampak, maka dampak tergolong tidak
penting karena dampak yang telah terjadi dapat berbalik atau dipulihkan, dimana
penyakit dapat sembuh bila sedini mungkin mendapatkan pengobatan.
(7) Ditinjau dari kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
maka dampak tergolong tidak penting. Hal ini disebabkan karena adanya kriteria lain
sesuai dengan perkembangan llmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan demikian, dampak kegiatan mobilisasi peralatan, alat berat dan material, pembangunan
dan pengoprasian basecamp beserta sarana-prasarana penambangan pada tahap konstruksi
terhadap penurunan kesehatan masyarakat dikategorikan sebagai dampak negatif sedang (-2)
dan bersifat Penting

3.2.4 TAHAP PASCA PRODUKSI


3.2.4.1 Geofisik-Kimia
1. Penurunan Volume Aliran Permukaan (Hidrologi)
Dampak positif penurunan volume aliran permukaan pada tahap pasca produksi timbul
akibat kegiatan rehabilitasi lahan bekas tambang dan fasilitasnya.
besaran dampak
Sebagaimana yang telah dijelaskan tentang dampak peningkatan debit aliran
permukaan pada tahap kontruksi (kegiatan pembersihan lahan), dimana jika proporsi jumlah
curah hujan yang menjadi limpasan permukaan adalah sebesar C (biasa disebut sebagai
koefisien aliran), maka besarnya penurunan debit limpasan dapat diduga dari penurunan
nilai koefisien aliran permukaan yang semakin kecil sejalan dengan pertumbuhan
tanaman/vegetasi pada saat rehabilitasi lahan lahan dilaksanakan, dari nilai koefisien aliran
(C) sekitar 0.36 pada tanah berpenutupan belukar menjadi sekitar 0.2 saat
tanaman/vegetasi yang ditanam berumur di atas 5 tahun, atau dengan kata lain, setelah
tanaman/vegetasi sudah tumbuh dengan baik sekitar umur 5 tahun, maka debit aliran
permukaan akan turun hampir sebesar 1.8 kali lipat, atau untuk cover crop, setelah tumbuh
dan berkembang dengan baik pada umur sekitar 4 bulan atau lebih, debit aliran permukaan
akan turun sekitar 2.8 kali. Dampak ini secara umum memberikan pengaruh kepada
kembalinya fungsi ekosistem lingkungan sebagai penyangga kehidupan untuk mengatur
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 39
Provinsi Sulawesi Tengah
tata air, mencegah banjir/genangan, mengendalikan erosi dan aliran permukaan, serta
pemeliharaan/pengawetan kesuburan tanah.
Menurunnya debit aliran permukaan (run off) ini pada gilirannya akan menimbulkan
dampak sekunder berupa pemulihan/penurunan laju erosi dan debit air limpasan, sehingga
akan menurunkan laju sedimentasi atau pelumpuran pada badan-badan air penerima. Oleh
karena itu, dampak kegiatan rehabilitasi lahan bekas tambang dan fasilitasnya, terhadap
penurunan aliran permukaan diprakirakan sebagai berikut:
Rona lingkungan saat kegiatan konstruksi awal buruk (skl 2)
Rona lingkungan pada saat pasca produksi baik (4)
Sehingga dapat disimpulkan dampak rehabilitasi lahan bekas tambang dan fasilitasnya
bersifat positif sedang (+2)
Sifat Penting Dampak:
1) Jumlah manusia yang akan terkena dampak
Ditinjau dari jumlah manusia yang terkena dampak, maka dampak tergolong penting
karena diprakirakan akan berpengaruh terhadap manusia khususnya yang selama ini
menggunakan sungai-sungai yang melewati tapak proyek.
2) Luas wilayah persebaran dampak
Kegiatan rehabilitasi lahan bekas tambang dan fasilitasnya ini akan terlokalisasi pada
areal tertentu dengan luas wilayah persebaran dampak yang relatif kecil. Dengan
demikian kegiatan ini dinilai memberikan tidak penting
3) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Dampak dari kegiatan rehabilitasi lahan bekas tambang dan fasilitasnya ini akan
berlangsung lama untuk menjamin terpeliharanya keseimbangan lingkungan dalam
skala luas. Dengan demikian intensitas dan lamanya dampak berlangsung dinilai
penting.
4) Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan rehabilitasi lahan bekas tambang dan
fasilitasnya ini akan memberikan dampak lanjutan pada komponen lingkungan lainnya
yaitu seperti penurunan erosi tanah, selanjutnya berpengaruh pada perbaikan kondisi
komponen biota perairan di sekitar lokasi kegiatan. Dengan demikian banyaknya
komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak dinilai dampak penting.
5) Sifat kumulatif dampak
Dampak dari kegiatan rehabilitasi lahan bekas tambang dan fasilitasnya ini sifatnya
kumulatif terhadap proses hidrologi. Kemudian dampak ini dinilai sebagai dampak
penting.
6) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Ditinjau dari berbalik atau tidak berbaliknya dampak, maka dampak tergolong penting
karena dampak yang terjadi menyebabkan semakin baiknya daya dukung lingkungan
dan akhirnya fungsi-fungsi ekosistem lingkungan sebagai penyangga kehidupan
semakin pulih.
7) Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Air larian dapat dikelola dengan rekayasa tutupan lahan serta usaha konservasi seperti
misalnya pembangunan saluran drainase. Oleh karena itu dampak bersifat tidak
penting.
Berdasarkan kajian ukuran dampak penting dapat disimpulkan bahwa dampak kegiatan
rehabilitasi lahan bekas tambang dan fasilitasnya terhadap penurunan debit aliran
permukaan berdampak positif sedang (2) dan bersifat Penting.

2. Penurunan Laju Erosi Tanah


Besar Dampak
Jika kegiatan pembuatan dan peningkatan jalan angkut (hauling), dan pembersihan
lahan pada prinsipnya akan menghilangkan/mengurangi vegetasi penutup tanah, maka

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 40
Provinsi Sulawesi Tengah
kegiatan rehabilitasi lahan pada akhirnya akan menyebabkan lahan bervegetasi kembali.
Kegiatan penanaman (rehabilitasi lahan /revegetasi) secara keseluruhan akan menimbulkan
dampak positif terhadap pemulihan laju erosi. Besarnya dampak yang akan terjadi
diprakirakan tergolong positif sedang (+2), hal ini disebabkan bila tanaman telah tumbuh
baik, diprakirakan dapat menurunkan laju erosi pada tahap konstruksi +3 (sedang) menjadi
sangat baik (5).
Sifat Penting Dampak:
Berdasarkan pedoman penetapan tingkat kepentingan dampak, maka dampak
kegiatan penanaman tanaman terhadap penurunan laju erosi tanah, dapat
diuraikan sebagai berikut:
1) Jumlah manusia yang akan terkena dampak
Ditinjau dari jumlah manusia yang terkena dampak, maka dampak tergolong penting
karena diprakirakan akan berpengaruh terhadap manusia.
2) Luas wilayah persebaran dampak
Kegiatan rehabilitasi lahan ini akan terlokalisasi pada areal tertentu dengan luas wilayah
persebaran dampak yang relatif kecil. Dengan demikian kegiatan ini dinilai memberikan
dampak tidak penting.
3) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Dampak dari kegiatan rehabilitasi lahan ini akan berlangsung lama untuk menjamin
terpeliharanya keseimbangan lingkungan dalam skala sedang. Dengan demikian
intensitas dan lamanya dampak berlangsung dinilai penting.
4) Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan rehabilitasi lahan ini akan memberikan dampak
lanjutan pada komponen lingkungan lainnya seperti perbaikan proses hidrologi, kualitas
air permukaan, biota perairan, dan sikap dan persepsi masyarakat. Dengan demikian
banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak dinilai dampak positif
penting.
5) Sifat kumulatif dampak
Dampak dari kegiatan rehabilitasi lahan ini sifatnya kumulatif menguntungkan bagi
keseimbangan lingkungan. Kemudian dampak ini dinilai sebagai dampak penting.
6) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Ditinjau dari berbalik atau tidak berbaliknya dampak, maka dampak tergolong penting
karena dampak yang terjadi menyebabkan semakin baiknya daya dukung lingkungan
dan akhirnya fungsi-fungsi ekosistem lingkungan sebagai penyangga kehidupan
semakin pulih.
7) Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Oleh karena itu, dampak menjadi tidak penting.
Berdasarkan jumlah nilai dari criteria diatas maka dampak kegiatan rehabilitasi lahan pada
tahap pasca produksi terhadap penurunan laju erosi tanah berdampak positif sedang (2)
dan bersifat Penting

3. Peningkatan Kualitas Air


Besar Dampak
Rona awal lingkungan kualitas air permukaan pada tahap konstruksi menyebabkan kualitas
air mengalami penurunan menjadi sedang (3). Oleh karena itu, untuk memulihkan atau
memperbaiki kualitas air yang telah mengalami penurunan kualitas tersebut, maka pada
tahap pasca operasi ini dilakukan kegiatan rehabilitasi lahan bekas tambang dan sarana
pendukungnya melalui penataan dan penanaman tanaman/vegetasi agar kondisi
penutupan lahan menjadi baik.
Kegiatan penanaman akan memperbaiki struktur tanah dan penutupan tajuk sejalan dengan
umur tanaman. Setelah tanaman berumur 3 tahun, sistem perakaran dan penutupan tajuk

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 41
Provinsi Sulawesi Tengah
akan lebih sempurna, sehingga akan mempengaruhi penurunan erosi dan sedimentasi.
Dampak positif kegiatan penanaman akan secara signifikan terlihat seiring pertumbuhan
tanaman.
Rona sebelum ada kegiatan penanaman (saat kegiatan penambangan) secara kelas
kualitas tergolong SKL=3 (kualitas air saat opersional) dengan indikator konsentrasi COD
25 mg/l. Setelah ada kegiatan penanaman akan mengalami perubahan SKL=3 menjadi
SKL=5. Perubahan skala kualitas lingkungan, yaitu SKL(p) – SKL(RLA) = 5-3 =2, atau besar
dampak yang terjadi adalah positif sedang.
Sifat Penting Dampak :
Penentuan sifat penting dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan rehabilitasi lahan terhadap
kualitas air berdasarkan pedoman penetapan tingkat kepentingan dampak yang diuraikan
sebagai berikut:
1) Jumlah manusia yang akan terkena dampak
Ditinjau dari jumlah manusia yang terkena dampak, maka dampak tergolong penting
karena diprakirakan tingkat ketergantungan masyarakat cukup tinggi terhadap sumber
daya air. Oleh karena itu, dampak dikategorikan sebagai dampak penting.
2) Luas wilayah persebaran dampak
Ditinjau dari luas wilayah persebaran dampak, maka dampak tergolong penting, dampak
akan mempengaruhi kualitas perairan sungai terutama bagian hulu Oleh karena itu
dampak dinilai penting.
3) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Ditinjau dari intensitas dan lamanya dampak berlangsung, maka dampak tergolong
penting karena dampak akan dinikmati selamanya sepanjang. Pemeliharaan yang
intensif akan mempercepat pertumbuhan dan sistem penutupan vegetasi dan struktur
tanah, sehingga laju erosi tanah akan menurun yang selanjutnya memperbaiki kualitas
air dengan dampak yang ditimbulkan merupakan dampak penting.
4) Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
Ditinjau dari banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak, maka tergolong
penting karena akan berpengaruh terhadap komponen lingkungan lain, seperti biota
perairan dan kesehatan masyarakat. Dengan demikian banyaknya komponen
lingkungan lainnya yang terkena dampak dinilai dampak penting.
5) Sifat kumulatif dampak
Ditinjau dari sifat kumulatif dampak, maka tergolong tidak penting karena dampak tidak
terakumulasi.
6) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Ditinjau dari berbalik atau tidak berbaliknya dampak, maka dampak tergolong tidak
penting karena dampak dapat berbalik.
7) Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Perbaikan kualitas air dapat dikelola dengan rekayasa tutupan lahan serta usaha
konservasi seperti misalnya pembangunan saluran drainase serta konservasi secara
vegetatif. Oleh karena itu dampak bersifat tidak penting.
Berdasarkan jumlah nilai penting maka dampak kegiatan rehabilitasi lahan pada tahap
pasca produksi terhadap peningkatan kualitas air dapat dikategorikan sebagai dampak
positif sedang (2) dan bersifat penting.

4. Peningkatan Keanekaragaman Jenis Biota Air


Besar Dampak
Kegiatan rehabilitasi lahan secara bertahap akan memperbaiki sistem penutupan lahan
sehingga menurunkan laju erosi. Dampak lanjutannya ialah terhadap penurunan
konsentrasi TSS dan kekeruhan kualitas air. Penurunan TSS akan memperbaiki habitat
biota air sehingga produktivitas sumberdaya air meningkat yang ditandai dengan
meningkatnya kelimpahan plankton dan indeks keanekaragaman plankton (H’) menjadi > 1.

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 42
Provinsi Sulawesi Tengah
Secara kelas kualitas akan berubah dari skala 2 pada saat tahap kegiatan konstruksi
menjadi skala 3 saat rehabilitasi lahan, atau dampak yang terjadi adalah dampak positif
kecil (1).
Sifat Penting Dampak
Penentuan sifat penting dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan rehabilitasi lahan terhadap
biota air berdasarkan pedoman penetapan tingkat kepentingan dampak yang diuraikan
sebagai berikut:
1) Jumlah penduduk terkena dampak
Ditinjau dari jumlah manusia yang terkena dampak, maka dampak tergolong penting
karena diprakirakan memberikan manfaat besar pada masyarakat sekitar lokasi .
2) Luas wilayah persebaran dampak
Ditinjau dar luas wilayah persebaran dampak, maka dampak tergolong tidak penting
karena dampak hanya tersebar pada sungai sekitar.
3) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Ditinjau dari intensitas dan lamanya dampak, maka dampak tergolong penting karena
penanaman dan pemeliharaan akan memperbaiki sistem penutupan vegetasi dan
struktur tanah, sehingga laju erosi dan sedimentasi akan menurun yang selanjutnya
memperbaiki kualitas air sebagai habitat biota air, dampak akan berlangsung lama dan
dinikmati oleh masyarakat selama tanaman hasil rehabilitasi lahan tidak ditebang atau
diganggu.
4) Banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak
Ditinjau dari banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak, maka tergolong
penting karena akan berpengaruh terhadap komponen lingkungan lain, seperti jumlah
ikan yang dimanfaatkan masyarakat.
5) Sifat kumulatif dampak
Ditinjau dari sifat kumulatif dampak, maka tergolong tidak penting karena dampak
tidak terakumulasi.
6) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Dampak akan berbalik apabila wilayah yang tertutup oleh vegetasi hasil rehabilitasi
lahan akan di buka kembali, sehingga bobot dampak menjadi tidak penting.
7) Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Oleh karena itu, dampak menjadi tidak penting.
Berdasarkan kajian terhadap 7 (tujuh) ukuran dampak penting tersebut, dapat disimpulkan
bahwa dampak kegiatan rehabilitasi lahan lahan bekas penambangan dan saranana
pendukungnya terhadap biota air berdasarkan sifat dampaknya positif kecil (1) dan bersifat
Penting

3.2.4.1 Sosial Ekonomi dan Budaya


1. Peluang Kerja dan Berusaha
Besaran Dampak
Pada akhir tahap pasa produksi kegiatan penambangan bijih nikel, akan terjadi
pelepasan/pengurangan tenaga kerja. Hal ini diperkirakan akan menimbulkan dampak
negatif terhadap komponen sosial ekonomi, yaitu penurunan tingkat pendapatan masyarakat
akibatnya berkurangnya kesempatan kerja dan berusaha..
Kebutuhan tenaga kerja pada tahap operasional penambangan bijih nikel sebanyak 204
orang, yang akan dipenuhi dari tenaga lokal dan luar daerah disesuaikan dengan
persyaratan dan spesifikasi yang dibutuhkan. Hal ini tentunya akan berdampak negatif
terhadap kesempatan kerja dan berusaha sehingga menimbulkan perubahan sikap dan
persepsi yang semula skalanya baik (skala 4), akan mengalami penurunan menjadi buruk
(skala 2), sehingga dampak yang ditimbulkan terhadap kesempatan kerja dan berusaha

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 43
Provinsi Sulawesi Tengah
akibat selesainya kegiatan produksi tambang dikategorikan sebagai dampak negative
sedang (skala -2).
Penentuan Sifat Penting Dampak.
Adapun pertimbangan berdasarkan faktor penentu dampak penting adalah sebagai berikut:
1) Jumlah Manusia yang akan terkena Dampak
Kegiatan ini akan berdampak terhadap kondisi ketenagakerjaan setempat khususnya
adalah karena adanya pemutusan kerja. Jumlah tenaga keja yang akan mengalami hal
tersebut berjumlah 204 orang karyawan. Oleh karena itu dampaknya dapat dikategorikan
sebagai dampak penting.
2) Luas wilayah persebaran dampak.
Luas wilayah persebaran dampak dinilai penting, karena meliputi seluruh desa pada
kecamatan Bahodopi khususnya dan Kabupaten Morowali umumnya.
3) Intensitas dan lamanya dampak
Intensitas dan lamanya dampak terhadap kesempatan kerja/usaha tergolong kecil karena
adannya pembinaan-pembinaan awal dan pelatihan yang diberikan. Dengan demikian
bobot dampaknya adalah Tidak penting.
4) Komponen Lingkungan Hidup lain terkena dampak
Dampak turunan dari kegiatan pemutusan tenaga kerja adalah timbulnya persepsi positif
masyarakat. Dengan demikian dampaknya dapat dikategorikan penting.
5) Sifat Kumulatif dampak.
Dampak yang ada tidak bersifat kumulatif sehingga dinilai tidak penting.
6) Berbalik dan tidak berbaliknya dampak
Dampak yang ada dapat berbalik, manakala tenaga keja yang telah terekrut habis masa
kerjanya atau tejadi proses pelepasan tenaga keja. Sehingga dampaknya dikategorikan
penting.
7) Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Dampak ini dapat ditingkatkan lagi berdasarkan volume dan intensitas pekerjaan terutama
pada kegiatan - kegiatan tahap produksi melalui pendekatan kelembagaan, dan sosial
ekonomi. Oleh karena itu, dampak bersifat tidak penting.
Berdasarkan jumah P = 4, maka dampak pelepasan tenaga kerja pasca produksi terhadap
terbukanya peluang kerja dan usaha dapat dikategorikan sebagai dampak negative
sedang (-2) dan bersifat penting

2. Sikap dan Persepsi Masyarakat


Besaran Dampak
Sehubungan dengan berakhirnya kontrak kerja para karyawan proyek akan memunculkan
persepsi negatif masyarakat. Diprakirakan dampak yang akan muncul adalah pengangguran
baik pada karyawan yang selama ini terlibat langsung maupun tidak langsung dengan proyek
yakni melalui kontraktor-kontraktor lokal ataupun berbagai jasa yang selama ini mendapat
peluang berusaha, seperti warung makan, toko kelontong, cleaning service, dan lain
sebagainya. Sikap dan persepsi masyarakat yang semula baik (4) karena hanya sedikit
penduduk yang mengkhawatirkan adanya dampak negatif proyek, akan turun menjadi buruk (2)
dengan meningkatnya persentase kekhawatiran 49,97% saat penglepasan tenaga kerja
ditetapkan. Dengan demikian perubahan dampak yang ditimbulkan adalah sekitar 50,03% atau
besaran dampaknya adalah negatif sedang (-2).
(1) Jumlah manusia terkena dampak
Jumlah penduduk lokal yang akan kehilangan kesempatan kerja sebagai akibat adanya
kegiatan penglepasan tenaga kerja cukup banyak, yakni sekitar 40-50 % yangmeliputi
para tenaga kerja yang selama ini terlibat langsung maupun tidak langsung dalam proyek
melalui kontraktor-kontraktor yang ada. Oleh karena itu bobot dampaknya bersifat
penting

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 44
Provinsi Sulawesi Tengah
(2) Luas wilayah persebaran dampak
Luas wilayah persebaran dampak dikategorikan penting karena dampak relative tidak
hanya dialami oleh penduduk di sekitar tapak proyek saja, tetapi juga penduduk lain di
sekitarnya.
(3) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dampak relatif kecil dan dampak bersifat sementara atau berlangsung dalam
kurun waktu tertentu saja sampai penduduk lokal mendapatkan kembali kesempatan
kerja. Oleh karena itu sifat dampak menjadi tidak penting.
(4) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak
Komponen lingkungan lain yang terkena dampak dengan adanya sikap dan persepsi
negatif masyarakat adalah kemungkinan munculnya kerawanan sosial dan gangguan
kamtibmas. Dengan demikian sifat dampaknya adalah penting.
(5) Sifat kumulatif dampak
Dampak sikap dan persepsi negatif masyarakat tidak bersifat kumulatif mengingat
diprakirakan warga masyarakat akan dapat memperoleh esempatan kerja kembali.Bobot
dampak dikategorikan tidak penting.
(6) Berbalik tidak berbaliknya dampak
Dampak yang ada dapat berbalik atau dipulihkan, bila suatu saat penduduk local yang
telah hilang kesempatan kerjanya dapat kembali bekerja. Dengan demikian bobot
dampaknya adalah tidak penting .
(7) Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Tidak ada, oleh karena itu, dampak menjadi tidak penting.
Berdasarkan jumah ∑ P = 3, maka dampak kegiatan pemutusan hubungan kerja
terhadap sikap dan persepsi masyarakat dikategorikan sebagai dampak negatif penting (P)

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 45
Provinsi Sulawesi Tengah
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali III - 46
Provinsi Sulawesi Tengah
4.1. BENTUK HUBUNGAN DAN KETERKAITAN DAMPAK PENTING HIPOTETIK
Dengan menggunakan bagan alir dampak secara holistik (Gambar 4.1), kajian mengenai
bentuk hubungan dan keterkaitan dampak penting hipotetik adalah sebagai berikut:

A. Komponen Geofisik-Kimia
Peningkatan run off (hidrologi) dan erosi akan terjadi pada tahap konstruksi, merupakan
akibat langsung dari pembersihan lahan, pembuatan dan peningkatan jalan angkut (Houling).
Penurunan kesuburan tanah merupakan dampak turunan dari peningkatan run off, dan erosi
tanah. Dampak terjadi selama tahap konstruksi yaitu sekitar 1 tahun.
Penurunan kualitas air permukaan (air sungai) akan terjadi pada tahap konstruksi terjadi
sebagai akibat langsung dari kegiatan pembangunan dan pengoprasian basecamp beserta
sarana prasarana penunjang, pembersihan lahan, pembuatan dan peningkatan jalan angkut
(Houling). Selain itu peningkatan kadar TSS akibat dari pekerjaan pembersihan lahan serta
pembangunan sarana prasarana seperti jalan dan drainase berpotensi menimbulkan
peningkatan kadar TSS. Sementara pengoperasian basecamp khususnya perawatan mesin-
mesin alat berat, genset dan kendaraan menimbulkan oli bekas jika dibuang pada
sembarangan tempat akan mencemari air permukaan. Penurunan kualitas air permukaan
berdampak turunan gangguan kehidupan biota perairan yang berupa plankton, benthos dan
nekton. Pada tahap produksi, penurunan kualitas air permukaan terjadi sebagai akibat langsung
dari kegiatan pegupasan/penempatan tanah pucuk, batuan penutup dan penggalian bijih, serta
pengangkutan dan penimbunan bijih nikel. Di sisi lain penurunan kualitas air permukaan
sebagai akibat dari pengoperasian sarana penunjang berupa kantor, penginapan, gudang dan
bengkel. Penurunan kualitas air permukaan berdampak turunan gangguan kehidupan biota
perairan serta peningkatan angka penyakit berupa penyakit diare dan penyakit kulit.
Penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan yang akan terjadi pada tahap
produksi sebagai akibat dari kegiatan pengangkutan dan penimbunan bijih nikel. Penurunan
kualitas udara berdampak peningkatan angka penyakit khususnya untuk penyakit yang
berhubungan dengan pernafasan (ISPA) dan iritasi mata. Dampak terjadi selama tahap
produksi/produksi berlangsung.
Peningkatan kebisingan akibat dari kegiatan yang sama berdampak terhadap
kenyamanan masyarakat dan dampak yang terjadi akan berlangsung lama yaitu selama tahap
produksi.

B. Komponen Biologi
Penurunan keanekaragaman/populasi vegetasi akan terjadi pada tahap konstruksi
sebagai akibat dari kegiatan pembersihan lahan untuk pertambangan. pada tahap konstruksi
pembersihan lahan yang berdampak langsung terhadap penurunan keanekaragaman/populasi
fauna darat serta peningkatan suhu dan kelembaban udara. Dampak terjadi selama tahap
konstruksi yaitu sekitar 1 tahun. Namun pada tahap pasca produksi akan terjadi peningkatan
populasi flora darat akibat kegiatan rehabilitasi lahan penambangan bijih nikel, yang berdampak
turunan terhadap peningkatan populasi satwa liar. Namun dengan hadirnya satwa liar tersebut
akan menjadi hama bagi lahan-lahan pertanian yang dibudidayakan.
Gangguan kehidupan biota perairan (plankton, zooplankton, benthos dan nekton)
merupakan dampak turunan dari penurunan kualitas air permukaan. Pada tahap konstruksi

PRAKIRAAN DAMPAK PENTING


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali IV - 1
Provinsi Sulawesi Tengah
merupakan dampak tidak langsung dari kegiatan pembersihan lahan untuk pertambangan serta
pembuatan sarana dan prasarana pertambangan.

C. Komponen Sosial, Ekonomi, dan Budaya


Kegiatan yang diprakirakan akan menimbulkan dampak terhadap sikap dan dan persepsi
masyarakat pada tahap pra konstruksi adalah kegiatan sosialisasi dan konsultasi publik,
kegiatan pengadaan lahan. Kegiatan ini diprakirakan akan menimbulkan dampak terhadap
timbulnya keresahan masyarakat akibat terjadinya perubahan pola penguasaan lahan karena
adanya lahan garapan usaha tani masyarakat dan pemukiman masyarakat di dalam areal tapak
proyek. Sebaliknya dengan pelaksanaan kegiatan sosialisasi yang intensif kepada masyarakat
menimbulkan persepsi masyarakat yang positif terhadap rencana keberadaan perusahaan.
Peningkatan kesempatan kerja dan peningkatan peluang berusaha dengan dampak
turunannya berupa peningkatan pendapatan masyarakat dan timbulnya persepsi masyarakat
terhadap keberadaan proyek. Pada tahap konstruksi sebagai akibat dari penerimaan tenaga
kerja konstruksi. Peningkatan pendapatan masyarakat dengan dampak turunannya timbulnya
persepsi positif masyarakat, akan terjadi pada tahap produksi sebagai akibat dari oprasional
pertambangan.

D. Komponen Kesehatan Masyarakat


Peningkatan angka kesakitan merupakan dampak turunan dari penurunan kualitas udara
(debu dan gas pencemar), peningkatan kebisingan serta penurunan kualitas air permukaan.
Pada tahap produksi akan terjadi sebagai akibat tak langsung dari kegiatan pembangunan dan
opersional sarana dan prasarana pertambangan. Sedangkan pada tahap produksi terjadi
sebagai akibat tak langsung dari kegiatan pengupasan, penempatan tanah pucuk, batuan
penutup dan penggalian bijih nikel.

PRAKIRAAN DAMPAK PENTING


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali IV - 2
Provinsi Sulawesi Tengah
BAGAN ALIR DAMPAK PENTING HIPOTETIK PT. KENCANA BUMI MINERAL

PRA
KONSTRUKSI Operasi Pasca operasi
KONSTRUKSI
SUMBER DAMPAK

Pembangunan
dan
Pengopersian Pembuatan
Kegiatan Pengangkutan
Sosialisasi/ Penerimaan Mobilisasi Base camp dan Penerimaan Reklamasi dan
Pembebasan Pembersihan operasional dan penimbunan Penanganan Demobilisasi
Konsultasi Tenaga Kerja Alat Berat & Beserta Sarana Peningkatan Tenaga Kerja revegetasi lahan
Lahan Lahan penambangan bijih nikel Tenaga Kerja Peralatan
Publik Konstruksi Material Prasarana Jalan Angkut Operasi bekas tambang
(stockpile)
Penunjang (Hauling)
DAMPAK PRIMER

Keselamatan dan Gangguan Gangguan Kualitas Gangguan


Peluang Kerja dan Gangguan terhadap Gangguan Kerusakan Bahaya Gangguan
Proses-Proses Sosial kesehatan Kerja Terhadap Sanitasi Kebisingan Air (Sungai dan Terhadap
Peluang Berusaha Kualitas Udara Lalulintas Jalan Kebakaran Kuantitas
(K3) Lingkungan Laut) Vegetasi

Gangguan
Pendapatan Pendapatan Asli Erosi dan Gangguan terhadap
Kesehatan Hidrologi
SEKUNDER

Masyaraka Daerah (PAD) Sedimentasi satwa Liar


DAMPAK

Masyarakat

Gangguan
Terhadap Biota
Air

PERSEPSI MASYARAKAT

Gambar 4.1 Bagan Alir Dampak Penting Rencana Usaha Pertambangan Bijih nikel

PRAKIRAAN DAMPAK PENTING


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali IV - 3
Provinsi Sulawesi Tengah
4.2. KOMPONEN RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG PALING
BANYAK MENIMBULKAN DAMPAK LINGKUNGAN
Komponen rencana usaha dan/atau kegiatan yang paling banyak menimbulkan
dampak lingkungan adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan Pembangunan dan opersional sarana dan prasarana pertambangan
pada tahap konstruksi juga menimbulkan 6 (enam) dampak penting terhadap
komponen lingkungan hidup, yaitu (1) Kualitas air, (2) biota perairan, (3)
kesempatan bekerja, (4) sanitasi lingkungan, dan (5) kesehatan masyarakat.
b. Kegiatan pembersihan lahan (land clearing) pada tahap konstruksi merupakan
kegiatan yang paling banyak menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup.
Kegiatan tersebut menimbulkan 8 (delapan) dampak penting terhadap komponen
lingkungan hidup, yaitu (1) Hidrologi (run off), (2)Tanah dan erosi, (3) Kualitas air,
(4) kesehatan masyarakat, (5) vegetasi, (6) satwa liar, (7) biota perairan,
c. Kegiatan pengupasan/penempatan tanah pucuk, batuan penutup dan penggalian
bijih, pada tahap produksi merupakan salah satu komponen kegiatan yang banyak
menimbulkan dampak lingkungan, total dampak yang ditimbulkan sebanyak 8
(delapan) dampak penting, yaitu (1) bentang alam, (2) Hidrologi (3) erosi tanah,
(4) kualitas air, (5) biota perairan, (6) kesempatan kerja dan usaha dan (7) sanitasi
lingkungan dan (8) Kesehatan masyarakat.

4.3. AREA-AREA YANG PERLU MENDAPAT PERHATIAN PENTING


4.3.1. Area yang Mendapat Paparan dari Beberapa Dampak Sekaligus
Area yang mendapat pemaparan dampak negatif sekaligus dan mendapat
perhatian penting akibat usaha dan/atau kegiatan pertambangan adalah area
pemukiman yang berada di sekitar tapak proyek terutama di Kecamatan Bahodopi
yang diduga terdapat berbagai sumber dampak terhadap terganggunya kesehatan
masyarakat, gangguan pernapasan, iritasi mata, penyakit kulit seperti kegiatan
pertambangan, industri pengolahan bijih nikel, kegiatan pertambangan dan sumber-
sumber pencemaran lainnya yang berakibat terganggunya kesehatan masyarakat.
Disisi lain kelompok masyarakat yang akan menikmati secara langsung dampak
positif akibat kegiatan pertambangan tersebut yaitu penduduk/masyarakat terutama
yang ada di kecamatan dan desa sesuai dengan rencana pertambangan PT. Kencana
Bumi Minerali diKabupaten Morowali.

4.3.2. Area yang Rentan/Rawan Bencana


Areal rencana pembangunan pertambangan bijih nikel rentan/rawan bencana
gempa karena berada di antara jalur Sesar Palu – Koro. Sistem sesar Palu – Koro
adalah merupakan sesar utama berarah Barat laut–Tenggara dan menunjukkan
gerakan mendatar mengiri. Diduga sesar ini masih hidup hingga sekarang (Tjia 1973;
Ahmad, 1975). Sesar ini bersatu dengan sesar Matano di Lembar Bungku
(Simandjuntak, 1982), diduga sejak Oligosen, serta bersambung pula dengan sesar
Sorong di Irian jaya sehingga merupakan satu system sesar pergantian (transcurrent).

4.3.3. Luas Daerah Akan Terkena Dampak


Dampak negatif yang akan ditimbulkan oleh usaha pertambangan bijih nikel dari
aspek geofisik-kimia, biologi maupun sosial ekonomi dan budaya serta kesehatan
masyarakat bersifat lokal hanya meliputi tapak proyek dan area sekitarnya. Secara
administrasi tapak proyek yang diperkirakan akan banyak terkena dampak yakni area
pertambangan pada Kecamatan Bahodopi. Mengingat di wilayah tersebut terdapat

EVALUASI DAMPAK SECARA HOLISTIK


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali IV - 4
Provinsi Sulawesi Tengah
sumber dampak yang bersifat kumulatif, dengan intensitas sedang dan berlangsung
lama dibandingkan dengan wilayah kecamatan lain pada area pertambangan.

4.4. ARAHAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP


4.4.1 Dampak Penting yang Harus Dikelola dan Dipantau
Dengan memperhatikan bahwa dampak penting serta komponen kegiatan
sebagai sumber dampak penting sebagaimana disajikan pada Tabel 1.22 pada Bab 1
merupakan dampak penting yang harus dikelola dan dipantau. Sehingga dampak
penting yang harus dikelola dan dipantau akibat dari usaha dan/atau kegiatan rencana
Usaha Pertambangan Bijih nikel oleh PT. Kencana Bumi Minerali sebagai berikut:

maka dapat diketahui Dampak Penting hipotetik sebagai berikut:


Tahap Pra-Konstruksi:
Sosial Budaya : Sikap dan Persepsi Masyarakat dan Proses-proses sosial
Tahap Konstruksi:
1) Geo-Fisik-Kimia : Bentang alam, Kualitas air, Kualitas Udara, Kebisingan,
Hidrologi (run off), Erosi Tanah
2) Transportasi : Gangguan lalu lintas, Kerusakan Jalan
3) Biologi : Gangguan Vegetasi, Biota Perairan, dan Satwa Liar.
4) Sosekbud : Sikap dan Persepsi Masyarakat, Kesempatan bekerja, dan
proses-proses sosial
5) Kesmas : Kesehatan Masyarakat, dan Sanitasi Lingkungan
Tahap Operasi:
1) Geo-Fisik-Kimia : Bentang alam, Kualitas Air, Hidrologi (run off), Erosi Tanah,
Kualitas Udara, Kebisingan.
2) Transportasi : Gangguan Lalu Lintas dan Kerusakan jalan
3) Biologi : Gangguan Vegetasi, Biota Perairan, dan Satwa Liar
4) Sosekbud : Kesempatan Bekerja, sikap dan Persepsi Masyarakat,
Kesempatan Berusaha, dan Proses-proses sosial.
5) Kesmas : Kesehatan Masyarakat, sanitasi lingkungan dan K3
Tahap Pasca Produksi:
1) Geo-Fisik-Kimia : Perbaikan Hidrologi (run off), Penurunan Erosi Tanah, dan
Perbaikan Kualitas Air
2) Transportasi : Gangguan Lalu Lintas
3) Biologi : Vegetasi dan Biota Perairan.
4) Sosekbud : Sikap dan Persepsi Masyarakat

EVALUASI DAMPAK SECARA HOLISTIK


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali IV - 5
Provinsi Sulawesi Tengah
Tabel 4.1 Hasil Evaluasi Dampak Penting Usaha Pertambangan Bijih Nikel PT. Kencana Bumi Mineral Dengan Metoda Matriks
Sederhana
Komponen Lingkungan Kegiatan Sebagai Sumber Besaran Kriteria Tingkat Kepentingan Dampak Jumlah Kriteria Bobot Status
(KL) Dampak (RK) Dampak Penting Dampak Pengelolaan
1 2 3 4 5 6 7
TAHAP PRA
KONSTRUKSI
A SOSEKBUD
1 Persepsi Masyarakat - Kegiat 6 P Dikelola
-2 Sedang P TP P P P P P
an sosialisasi
TAHAP KONSTRUKSI
A GEOFISIK – KIMIA
1. Kualitas Udara - Mobili 4 P Dikelola
sasi peralatan, alat berat dan -1 Kecil P P P P TP TP TP
material
2. Kebisingan - Mobili 4 P Dikelola
sasi peralatan, alat berat dan -2 Sedang P P P P TP TP TP
material
3. Hidrologi - pembu 4 P Dikelola
atan dan peningkatan jalan
angkut (hauling), dan -2 Sedang P P P P TP TP TP
- pembe
rsihan lahan
5. Erosi Tanah - pembu 5 P Dikelola
atan dan peningkatan jalan
angkut (hauling), dan -2 Sedang TP P P P P P TP
- pembe
rsihan lahan
6. Kualitas Air - Pemb 5 P Dikelola
ersihan lahan
- Pemb
angunan dan Pengoperasian
base camp serta Sarana- -2 Sedang P P P P P TP TP
Prasarana Penunjang
- Pemb
uatan dan peningkatan jalan
angkut (houling)
7 Gangguan Lalu Lintas - Mobili 4 TP Dikelola
-1 Kecil TP TP TP P TP TP TP
sasi peralatan dan material
B BIOLOGI
1 Keanekaragaman - Pemb 2 TP Dikelola
Vegetasi -2 Sedang TP P TP P TP TP TP
ersihan lahan

EVALUASI DAMPAK SECARA HOLISTIK


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali IV - 6
Provinsi Sulawesi Tengah
Komponen Lingkungan Kegiatan Sebagai Sumber Besaran Kriteria Tingkat Kepentingan Dampak Jumlah Kriteria Bobot Status
(KL) Dampak (RK) Dampak Penting Dampak Pengelolaan
1 2 3 4 5 6 7
2 Keanekaragaman - Pemb 4 P Dikelola
Biota Air ersihan lahan
- Pemb
angunan dan Pengoperasian
base camp serta Sarana- -1 kecil P P P P TP TP TP
Prasarana Penunjang
- Pemb
uatan dan peningkatan jalan
angkut (houling)
Dikelola

3 Satwa Liar - Pemb -1 kecil TP P TP P P P TP 4 TP


ersihan lahan

C SOSIAL EKONOMI BUDAYA


1 Peluang Kerja dan - Peneri 5 P Dikelola
Usaha maan Tenaga kerja konstruksi
- Pemb +2 Sedang P P P P TP P TP
angunan dan Pengoperasian
base camp serta Sarana-
Prasarana Penunjang
2 Pendapatan - Peneri 5 P Dikelola
Masyarakat +2 Sedang P P P P TP P TP
maan Tenaga kerja konstruksi
3 Sikap dan Persepsi - Peneri 4 P Dikelola
Masyarakat maan Tenaga kerja konstruksi
- Pemb +1 Kecil P P TP P P TP TP
uatan dan peningkatan jalan
angkut (houling)
D KESEHATAN MASYARAKAT
1 Sanitasi Lingkungan Pembangunan dan 2 TP Dikelola
Pengoperasian base camp serta -1 Kecil TP TP P P TP TP TP
Sarana-Prasarana Penunjang
2 Kesehatan Pembangunan dan 4 P Dikelola
Masyarakat Pengoperasian base camp serta
-2 sedang P P P P TP TP TP
Sarana-Prasarana Penunjang

TAHAP OPERASI
A GeoFISIK – KIMIA

EVALUASI DAMPAK SECARA HOLISTIK


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali IV - 7
Provinsi Sulawesi Tengah
Komponen Lingkungan Kegiatan Sebagai Sumber Besaran Kriteria Tingkat Kepentingan Dampak Jumlah Kriteria Bobot Status
(KL) Dampak (RK) Dampak Penting Dampak Pengelolaan
1 2 3 4 5 6 7
1. Bentang Alam - Opera 5 P Dikelola
sional Penambangan
(pengupasan/penempatan tanah -2 Sedang TP P P P P P TP
pucuk, batuan penutup dan
penggalian bijih)
2. Kualitas Udara - penga 4 P Dikelola
ngkutan dan penimbunan bijih -2 Sedang P P P P TP TP TP
nikel (stockpile)
3. Kebisingan - penga 4 P Dikelola
ngkutan dan penimbunan bijih -2 Sedang P P P P TP TP TP
nikel (stockpile)
4. Penurunan Kualitas - Opera 4 P Dikelola
Air sional Penambangan
(pengupasan/penempatan tanah -2 Sedang P P P P TP TP TP
pucuk, batuan penutup dan
penggalian bijih)
4 Hidrologi - Opera 4 P Dikelola
sional Penambangan
(pengupasan/penempatan tanah -2 Sedang P P P P TP TP TP
pucuk, batuan penutup dan
penggalian bijih)
5 Erosi tanah - Opera 5 P Dikelola
sional Penambangan
(pengupasan/penempatan tanah -2 Sedang TP P P P P P TP
pucuk, batuan penutup dan
penggalian bijih)
6 Gangguan Lalu Lintas - penga 1 TP Dikelola
ngkutan dan penimbunan bijih -1 kecil TP TP TP P TP TP TP
nikel (stockpile)
B BIOLOGI
1 Biota Perairan - pengu 4 P Dikelola
pasan/penempatan tanah pucuk,
batuan penutup dan penggalian
bijih -1 Kecil P P P P TP TP TP
- penga
ngkutan dan penimbunan bijih
nikel (stockpile)
C SOSIAL EKONOMI BUDAYA
1 Peningkatan - Peneri 5 P Dikelola
Pendapatan maan tenaga kerja produksi +2 Sedang P P P P TP P TP
Masyarakat

EVALUASI DAMPAK SECARA HOLISTIK


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali IV - 8
Provinsi Sulawesi Tengah
Komponen Lingkungan Kegiatan Sebagai Sumber Besaran Kriteria Tingkat Kepentingan Dampak Jumlah Kriteria Bobot Status
(KL) Dampak (RK) Dampak Penting Dampak Pengelolaan
1 2 3 4 5 6 7
2 Pendapatan Daerah - Peneri 4 P Dikelola
maan tenaga kerja produksi +2 Sedang P P P P TP TP TP

3 Peningkatan - Peneri 5 P Dikelola


kesempatan kerja dan maan tenaga kerja produks +2 Sedang P P P P TP P TP
usaha
4 Sikap Persepsi - Peneri 4 P Dikelola
Masyarakat maan tenaga kerja produks +1 Kecil P P P P TP TP TP

D KESEHATAN MASYARAKAT
1 Sanitasi lingkungan - pengu 1 TP Dikelola
pasan/penempatan tanah pucuk,
batuan penutup dan penggalian -1 kecil TP TP TP P TP TP TP
bijih

2. Kesehatan - penga 4 P Dikelola


masyarakat ngkutan dan penimbunan bijih -2 Sedang P P P P TP TP TP
nikel (stockpile)
TAHAP PASCA PRODUKSI
A GEOFISIK KIMIA
1 Hidrologi - Rehab 5 P Dikelola
ilitasi lahan bekas tambang dan +2 sedang P TP P P P P TP
fasilitasnya
2 Erosi Tanah - Rehab 5 P Dikelola
ilitasi lahan bekas tambang dan +2 sedang P TP P P P P TP
fasilitasnya
3 Kualitas Air - Rehab 4 P Dikelola
ilitasi lahan bekas tambang dan +2 sedang P P P P TP TP TP
fasilitasnya
B Biologi
1. Biota perairan - Rehab 2 TP Tidak kelola
ilitasi lahan bekas tambang dan +1 kecil TP TP P P TP TP TP
fasilitasnya

C - SOSEKBUD
1. Peluang Kerja dan - Penan Dikelola
Usaha -2 sedang P P TP P TP P TP 4 P
ganan tenaga kerja
2. Sikap dan persepsi - Kegiat Dikelola
masyarakat an penanganan tenaga kerja -2 Sedang P P TP P TP TP TP P
3
pada tahap pasca produksi

EVALUASI DAMPAK SECARA HOLISTIK


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali IV - 9
Provinsi Sulawesi Tengah
4.4.2 Pendekatan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Program pengelolaan lingkungan akan dilakukan dan ditinjau dari tiga
pendekatan, yaitu pendekatan teknologi, sosial-ekonomi-budaya, dan kelembagaan
atau institusi:
A. PENDEKATAN TEKNOLOGI
Proses dan tata cara teknis yang akan digunakan untuk mencegah,
mengendalikan, mengurangi, dan menanggulangi dampak negatif dari kegiatan proyek
sesuai dengan teknologi yang ada. Sedapat mungkin akan diupayakan untuk
menjamin pelestarian nilai-nilai lingkungan, dan untuk menghindari dilampauinya daya
dukung lingkungan. Program teknis yang spesifik akan meliputi :
1. Teknologi Pengelolaan Kualitas Udara, dan Kebisingan
Pengelolaan kualitas udara, dan kebisingan yang bersumber dari mobilisasi
peralatan, alat berat dan material dengan cara:
a. Pemeliharaan kendaraan dan peralatan secara berkala agar tetap memenuhi
standard;
b. Menggunakan kendaraan yang telah lulus uji emisi;
c. Memasang terpal pada truk yang bermuatan untuk menghindari tercecernya
material saat pengangkutan, khususnya pada jalur yang dekat dengan
pemukiman penduduk;
d. Melakukan penyiraman di sepanjang lintasan angkutan yang melewati areal
pemukiman;
e. Memasang rambu-rambu yang mengurangi kecepatan kendaraan Maksimal 30
km/jam;
f. Memasang alat peredam/filter pada kenalpot kendaraan supaya mengurangi
tingkat kebisingan.
g. Menghindari jalan yang melewati areal pemukiman penduduk.
h. Aktivitas pengangkutan dilakukan sesuai jadwal yang telah ditetapkan oleh PT.
Kencana Bumi Minerali, dan terlebih dahulu disosialisasikan kemasyarakat
sekitar.
i. Memberikan sosialisasi aturan batas kecepatan kendaraan kepada para sopir
pengangkut
j. Membatasi laju kecepatan kendaraan produksional maksimum 30 km/jam
terutama disekitar permukiman penduduk dan base camp.
k. Menetapkan SOP K3 pada semua komponen kegiatan dan mengawasi dengan
ketat pelaksanaannya agar semua karyawan patuh pada ketentuan K3;
2. Teknologi Pengelolaan Run off, Erosi dan Kualitas Air
Pengelolaan run off, erosi, sedimentasi dan kualitas air dengan cara:
a. Meminimalkan pembukaan lahan hanya pada luasan yang diperuntukan untuk
kegiatan usaha pertambangan dan sarana prasarana pertambangan.
b. Pembukaan dan penyiapan lahan dilakukan secara bertahap atau blok per blok.
c. Menyediakan drainase dan kolam penampungan air hujan sementara dilokasi
pertambangan.
d. Mengelola limpasan aliran permukaan dengan pembangunan saluran drainase
dan mengalirkan air limpasan permukaan masuk ke dalam kolam-kolam
sedimentasi, kemudian mengalirkannya ke sungai.
e. Membuat buffer zone dengan membuat saluran drainase disepanjang kiri
kanan pembangunan jalan, dan sarana pendukung lainnya.
f. Lokasi base camp jauh dari pemukiman dan badan air (minimal 200 m);
g. Tidak membuang limbah cair ke badan perairan sebelum dikelola;

EVALUASI DAMPAK SECARA HOLISTIK


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali IV - 10
Provinsi Sulawesi Tengah
h. Memaksimalkan fungsi kolam pengendapan, kantung-kantung pengendap,
check dam dan saluran pengendali sedimentasi.
i. Pembuangan akhir limbah cair (dari toilet) dapat menggunakan IPAL
sederhana.
j. Untuk mendukung kebersihan maka pada beberapa titik strategis akan
dipasang tong sampah dimana akan dipilahkan antara yang organik dan
anorganik. Pemilahan sampah dilakukan dari setiap unit yang akan
ditampung dalam kontainer sementara (TPS) sebelum diangkut menuju TPA.
k. Membuat saluran drainase disisi kiri kanan jalan untuk mencegah masuknya
aliran air permukaan dari lokasi pekerjaan langsung ke badan air.
l. Pengendalian air larian dengan membuat selokan, parit, rorak, dan gulud, yang
arahnya tegak lurus dengan kemiringan lereng, atau langkah-langkah lain
untuk memperlambat dan mengendalikan limpasan air permukaan dari
daerah konstruksi, dan melindungi jalur-jalur drainase;
m. Menyusun SOP pengelolaan limbah B3 kepada para seluruh karyawan
n. Menyediakan fasilitas penyimpanan sementara limbah B3 sesuai ketentuan
KepKa Bapedal No. 1 s/d No. 5 Tahun 1995.
3. Teknologi Pengelolaan Gangguan Lalu Lintas dan Kerusakan Jalan
Pengelolaan gangguan lalu lintas dan kerusakan jalan dengan cara:
a. Mobilisasi peralatan dan material ke lokasi tapak proyek, meminta bantuan
aparat kepolisian untuk mendapatkan pengawalan,
b. Kendaraan yang dimobilisasi tidak melebihi kelas jalan.
c. Mobilisasi peralatan yang lewat jalan darat hendaknya menggunakan
kendaraan pengangkut (tronton).
d. Memasang rambu-rambu peringatan (warning light) di sekitar jalan entry/exit ke
ruas jalan dengan perlintasan kendaraan-kendaraan proyek.
e. Melakukan pembatasan muatan kendaraan, tidak melebihi kemampuan jalan
dalam memikul beban.
f. Melakukan identifikasi terhadap berbagai jenis kerusakan jalan pada lintasan
rute yang digunakan dalam pengangkutan.
g. Segera melakukan perbaikan terhadap jalan yang rusak, sehingga arus lalu
lintas menerus tidak terganggu/terhambat.
h. Menempatkan petugas pengatur lalu lintas pada pintu keluar masuknya
kendaraan pengangkut material atau pengangkut .
4. Teknologi Pengelolaan Flora dan Fauna serta Biota Perairan
a. Pengelolaan Flora dan Fauna dilakukan dengan cara:
(1) Pembukaan dan penyiapan lahan dibatasi sesuai kebutuhan lahan untuk
usaha pertambangan bijih nikel dan sarana prasarana pertambangan
(2) Pembukaan dan penyiapan lahan dilakukan dengan teknik tanpa
pembakaran.
(3) Tidak menebang ataupun melakukan kegiatan land clearing serta
kegiatan lainnya pada sungai (yaitu 100 m ditepi kanan dan kiri yang
memiliki lebar sungai > 50 m, dan 50 m di tepi kanan dan kiri yang
memiliki lebar sungai < 50 m ), sempadan pantai (yaitu 100 m dari tepi
pantai pada saat air pasang tertinggi), daerah mata air dan danau (yaitu
radius 200 m) dan daerah perlindungan lainnya sesuai peraturan yang
berlaku.

EVALUASI DAMPAK SECARA HOLISTIK


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali IV - 11
Provinsi Sulawesi Tengah
(4) Membuat buffer zone (daerah penyangga) pada lokasi tapak proyek
yang berbatasan dengan kawasan hutan, tidak boleh menebang,
melakukan land clearing (pembukaan lahan), dan aktivitas lainnya pada
radius 200 m dari kawasan hutan.
(5) Tidak melakukan penebangan terhadap jenis vegetasi/pohon yang
endemik, langka dan dilindungi serta melakukan pembinaan pada
masyarakat setempat sesuai peraturan perundang-undangan.
(6) Tidak menebang pohon pada areal untuk keperluan/kepentingan khusus
yang ditetapkan pemerintah sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku sebagai areal yang tidak boleh ditebang, seperti hutan lindung
dan lainnya.
(7) Tidak mengganggu lahan yang diperuntukkan untuk lahan konservasi.
(8) Membuat koridor satwa di beberapa lokasi dengan cara memberikan
rambu lalu lintas ”Perlintasan Satwa”.
(9) Menerapkan kebijakan larangan bagi karyawan PT. Kencana Bumi
Minerali dan semua kontraktor untuk berburu, memelihara dan
memperjual belikan fauna dilindungi.
(10) Melakukan upaya-upaya konservasi fauna melalui kerjasama dengan
pemerintah dan organisasi non-pemerintah setempat yang relevan
(11) Melakukan inventarisasi fauna utama (mamalia, burung, amphibi dan
serangga) sebelum dilakukan pembukaan pada lahan-lahan yang akan
dibuka untuk pertambangan nikel.
b. Pengelolaan Biota perairan dilakukan dengan cara:
a. Pembukaan atau penyiapan lahan dilakukan secara bertahap disesuaikan
blok-blok tambang;
b. Mengelola limpasan aliran permukaan dengan pembangunan saluran
drainase dan mengalirkan air limpasan permukaan masuk ke dalam
kolam-kolam sedimentasi, kemudian mengalirkannya ke sungai;
c. Membuat buffer zone dengan membuat saluran drainase disepanjang kiri
kanan pembangunan jalan, tambang dan sarana pendukung lainnya.
d. Memaksimalkan fungsi kolam pengendapan, kantung-kantung
pengendap, check dam dan saluran pengendali sedimentasi;
e. Menyusun SOP pengelolaan limbah B3 kepada para seluruh karyawan.
f. Menyediakan fasilitas penyimpanan sementara limbah B3 sesuai
ketentuan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun
2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(PLB3);
g. Sosialisasi dan pelatihan berkala pengelolaan limbah B3;
h. Melakukan program pengelolaan sanitasi berbasis masyarakat.
B. PENDEKATAN SOSIAL EKONOMI
Pendekatan sosial ekonomi dan budaya merupakan penanganan dampak dengan
mempertimbangkan sepenuhnya kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat dan
tidak bertentangan dengan budaya yang ada sehingga dapat diterima dan didukung
oleh semua pihak. Dalam hal ini pendekatan sosial ekonomi digunakan untuk
membangun persepsi positif masyarakat terhadap rencana kegiatan, maka PT.
Kencana Bumi Minerali dalam pengelolaan lingkungan hidup selaku pemrakarsa
melakukan pendekataan sosial ekonomi sebagai berikut:

EVALUASI DAMPAK SECARA HOLISTIK


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali IV - 12
Provinsi Sulawesi Tengah
1) Melakukan Sosialisasi dan Pemberian Informasi yang Jelas kepada Pemerintah
dan masyarakat.
2) Memprioritaskan penyerapan tenaga kerja setempat sesuai dengan keahlian dan
ketrampilan yang dimiliki.
3) Melakukan kerjasama dengan pihak ke tiga dalam pengadaan barang dan jasa
serta tenaga kerja sehingga membantu peningkatan ekonomi daerah.
4) Bantuan fasilitas umum kepada masyarakat sekitar rencana usaha dan/atau
kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki pemrakarsa.
5) Menjalin interaksi sosial yang harmonis dengan masyarakat sekitar guna
mencegah timbulnya kecemburuan sosial.
6) Membantu pemberdayaan masyarakat setempat sebagai bagian dari program
pengembangan masyarakat (community development).
C. PENDEKATAN INSTITUSI
Pendekatan institusional sebagai salah satu alternatif pengelolaan lingkungan
hidup merupakan suatu pendekatan yang melibatkan institusi kelembagaan dalam
pengelolaan. Pendekatan tersebut digunakan dengan mempertimbangkan fungsi
pelayanan kelembagaan formal dan informal. Oleh karena itu, berbagai penanganan
dampak melalui pendekatan ini mencakup:
1) Kerjasama dalam pengamanan kegiatan pengelolaan lingkungan;
2) Kerjasama dalam menanggulangi kecelakaan dan keadaan darurat akibat bahan-
bahan beracun dan berbahaya, khususnya di lingkungan perairan;
3) Kerjasama dalam pengawasan atas kinerja pemrakarsa dan pihak-pihak terkait
dalam pengelolaan lingkungan hidup oleh lembaga yang berwenang;
4) Pelaporan hasil pengelolaan lingkungan hidup secara berkala kepada lembaga
negara pembina teknis, pemerintah daerah dan lembaga-lembaga terkait lainnya
dengan kegiatan ini dengan tujuan memperoleh masukan yang bermanfaat bagi
perbaikan atau peningkatan kinerja pemrakarsa dalam pengelolaan lingkungan.

4.4.3 Arahan RKL dan RPL


Arahan rencana pengelolaan lingkungan hidup dan pemantauan lingkungan
hidup dituangkan dalam bentuk matriks pada Tabel 4.2.

EVALUASI DAMPAK SECARA HOLISTIK


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali IV - 13
Provinsi Sulawesi Tengah
Tabel 4.2. Ringkasan Arahan Pengelolan dan Pemantauan Lingkungan Kegiatan Usaha Pertambangan Bijih nikel PT. Kencana Bumi
Mineral
Komponen
Komponen
Lingkungan Lokasi Pengelolaan
No Kegiatan Penyebab Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup
yang Terkena Lingkungan Hidup
Dampak
Dampak
TAHAP PRA-KONSTRUKSI
1.  Persepsi  Sosialisasi rencana  Optimalisasi sosialisasi kegiatan melalui pertemuan,  Observasi/pengamatan secara langsung Pengelolaan dilakukan
Masyarakat kegiatan/ Konsultasi media massa, papan pengumuman. dilakukan dengan wawancara/interview pada:
Publik  Melakukan sosialisasi secara transparan dengan terhadap masyarakat terkena dampak  Penduduk yang
melibatkan semua warga terkena dampak  Wawancara dan atau dengar pendapat berdomisili di Kecamatan
 Melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat dengan masyarakat Bahodopi Kabupaten
perihal rencana kegiatan pertambangan, dan  Data dianalisis secara deskriptif Morowali (khususnya
kegiatan pengadaan lahan, desa Studi).
 Melakukan konsultasi dan koordinasi dengan tokoh
masyarakat, tokoh adat serta aparat desa dan
kecamatan setempat.
 Membangun rencana keterlibatan para pemangku
kepentingan, rencana komunikasi eksternal, dan
mekanisme pengaduan masyarakat termasuk forum
pengaduan.
TAHAP KONSTRUKSI
1.  Hidrologi  Pembuatan dan  Meminimalkan pembukaan lahan sesuai dengan Metode: Pengelolaan dilakukan
(Peningkatan run peningkatan jalan ukuran luas lahan sarana/infrastruktur penunjang  Metode observasi/pengamatan secara pada:
off) angkut (Houling) kegiatan penambangan langsung dan pengambilan sampel air untuk  Area sepanjang lintasan
 Pembersihan lahan  Pembersihan lahan dilakukan secara bertahap atau analisis TSS jalan angkut (Houling)
(land clearing) blok per blok tambang.  Wawancara dengan masyarakat mengenai  Area/blok tambang yang
 Menyediakan drainase dan kolam penampungan air kondisi genangan saat hujan terjadi di akan dilakukan
hujan sementara dilokasi pertambangan. sekitar lokasi kegiatan. pembersihan lahan (land
 Mengelola limpasan aliran permukaan dengan clearing)
pembangunan saluran drainase dan mengalirkan Analisis Data:
air limpasan permukaan masuk ke dalam kolam-  Analisis Laboratorium
kolam sedimentasi, kemudian mengalirkannya ke  Data dianalisis secara deskriptif
sungai.
 Membuat buffer zone dengan membuat saluran
drainase disepanjang kiri kanan pada pembersihan
lahan, dan pembangunan jalan houling.
2. Erosi Tanah  Pembukaan dan  Pengelolaan lingkungan untuk sub komponen  Melakukan observasi langsung di lapangan Pengelolaan dilakukan
peningkatan jalan erosi tanah terpadu dengan sub komponen dengan mengumpulkan data parameter pada:
angkut (Houling) hidrologi (run off). penyebab erosi, khususnya pengubahan  Area sepanjang lintasan
 Pembersihan lahan penutup lahan oleh vegetasi (crop) jalan angkut (Houling)
EVALUASI DAMPAK SECARA HOLISTIK
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali IV - 14
Provinsi Sulawesi Tengah
Komponen
Komponen
Lingkungan Lokasi Pengelolaan
No Kegiatan Penyebab Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup
yang Terkena Lingkungan Hidup
Dampak
Dampak
(land clearing)  Analisi data secara matematis menggunakan  Area/blok tambang yang
rumus USLE yakni: akan dilakukan
A = R.K.L.S.C.P pembersihan lahan (land
clearing)
3. Kualitas air  Pembersihan lahan Pendekatan teknologi Metode: Pengelolaan dilakukan
(Land Clearing)  Pengelolaan lingkungan untuk sub komponen  Sampling dan analisis di laboratorium pada:
 Pembuatan dan kualitas air terpadu dengan sub komponen terhadap sampel air Sungai Wilayah Studi  Area/blok tambang yang
peningkatan jalan hidrologi (run off), tanah tanah erosi; dengan SNI terbaru akan dilakukan
angkut (Houling)  Lokasi base camp jauh dari pemukiman dan badan pembersihan lahan (land
 Pembangunan dan air (sungai) (minimal 200 m); Analisis: clearing)
pengoprasian base  Tidak membuang limbah cair ke badan perairan Hasil analisis laboratorium dibandingan  Area sepanjang lintasan
camp beserta sarana khususnya Sungai Wilayah Studi sebelum dikelola; dengan baku mutu kualitas air sungai yang jalan angkut (Houling)
prasarana penunjang  Memaksimalkan fungsi kolam pengendapan, berlaku untuk kategori kelas II sesuai dengan  Area base camp dan area
kantung-kantung pengendap, check dam dan PP No 82/2001. sarana prasarana
saluran pengendali sedimentasi. penunjang
 Pembuangan akhir limbah cair (dari toilet) dapat
menggunakan IPAL sederhana.
 Untuk mendukung kebersihan maka pada
beberapa titik strategis akan dipasang tong
sampah dimana akan dipilahkan antara yang
organik dan anorganik. Pemilahan sampah
dilakukan dari setiap unit yang akan ditampung
dalam kontainer sementara (TPS) sebelum
diangkut menuju TPA.
 Membuat saluran drainase disisi kiri kanan jalan
untuk mencegah masuknya aliran air permukaan
dari lokasi pekerjaan langsung ke badan air.
 Menyusun SOP pengelolaan limbah B3 kepada
para seluruh karyawan
 Menyediakan fasilitas penyimpanan sementara
limbah B3 sesuai ketentuan KepKa Bapedal No. 1
s/d No. 5 Tahun 1995
 TPS Limbah B3 menurut PP No. 101 tahun 2014
4. Penurunan  Mobilisasi peralatan, Pemeliharaan kendaraan dan peralatan secara  Sampling dan analisis sampel udara di Pengelolaan dilakukan
Kualitas udara alat berat dan berkala agar tetap memenuhi standard laboratorium sesuai metode uji SNI terbaru. pada:
(CO, SO2, NO2, material Menggunakan kendaraan yang telah lulus uji emisi  Data dianalisis secara deskriptif dengan  Jalur lintasan
debu) Memasang terpal pada truk yang bermuatan untuk membandingkan baku mutu ambien. kendaraan saat

EVALUASI DAMPAK SECARA HOLISTIK


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali IV - 15
Provinsi Sulawesi Tengah
Komponen
Komponen
Lingkungan Lokasi Pengelolaan
No Kegiatan Penyebab Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup
yang Terkena Lingkungan Hidup
Dampak
Dampak
menghindari tercecernya saat pengangkutan, mobilisasi peralatan,
khususnya pada jalur yang dekat dengan alat berat dan material
pemukiman penduduk. yang masuk dalam
Pengaturan jadwal/waktu pengangkutan material. lingkup batas wilayah
Melakukan penyiraman di sepanjang lintasan studi
angkutan yang melewati areal pemukiman
Memasang rambu-rambu yang membatasi
kecepatan kendaraan Maksimal 30 km/jam.
Menetapkan SOP K3 pada semua komponen
kegiatan dan mengawasi dengan ketat
pelaksanaannya agar semua karyawan patuh pada
ketentuan K3.
5. Peningkatan  Mobilisasi peralatan,  Memasang alat peredam/filter pada kenalpot  Sampling kebisingan di lokasi Pengelolaan dilakukan
Kebisingan alat berat dan kendaraan supaya mengurangi tingkat kebisingan.  Pengukuran langsung dengan Sound Level pada:
material  Menghindari jalan yang melewati areal pemukiman Meter  Jalur lintasan
penduduk.  Perhitungan matematis Leq (tingkat kebisingan kendaraan saat
 Aktivitas pengangkutan dilakukan sesuai jadwal rata-rata ekivalen selama waktu pengukuran) mobilisasi peralatan,
yang telah ditetapkan oleh PT. Kencana Bumi  Hasil pengukuran dibandingkan dengan Batas alat berat dan material
Minerali, dan terlebih dahulu disosialisasikan tingkat kebisingan sesuai dengan Kepmen LH masuk dalam lingkup
kemasyarakat sekitar. No 48/1996 batas wilayah studi
 Memberikan sosialisasi aturan batas kecepatan
kendaraan kepada para sopir pengangkut
pengangkut
 Membatasi laju kecepatan kendaraan produksional
maksimum 30 km/jam terutama disekitar
permukiman penduduk dan base camp.
4. Gangguan lalu Mobilisasi Peralatan,  Kendaraan yang dimobilisasi tidak melebihi kelas Metode Pengumpulan Data : Pengelolaan dilakukan
lintas alat berat dan jalan. Pengumpulan data dilakuakan dengan survei pada:
material  Mobilisasi peralatan yang lewat jalan darat dan pengamatan langsung di lapangan  Jalur lintasan
hendaknya menggunakan kendaraan pengangkut terhadap kondisi arus lalu lintas. kendaraan saat
(tronton). mobilisasi peralatan,
 Mobilisasi peralatan dan material ke lokasi tapak Metode Analisis Data : alat berat dan material
proyek, meminta bantuan aparat kepolisian untuk Adapun data hasil pengamatan, akan masuk dalam lingkup
mendapatkan pengawalan, dianalisis dengan pendekatan sebagai berikut batas wilayah studi
 Pada saat mobilisasi/pemuatan material konstruksi :
agar dumptruck ditutup menggunakan terpal.  Data hasil pengamatan selama 16 jam,
 Menempatkan petugas yang mengatur lalu lintas kemudian dikonversi dari kend/jam menjadi

EVALUASI DAMPAK SECARA HOLISTIK


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali IV - 16
Provinsi Sulawesi Tengah
Komponen
Komponen
Lingkungan Lokasi Pengelolaan
No Kegiatan Penyebab Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup
yang Terkena Lingkungan Hidup
Dampak
Dampak
pada pintu keluar masuknya kendaraan proyek. smp/jam dengan mengalikan faktor smp untuk
 Pemasangan fasilitas keselamatan jalan. masing-masing jenis kendaraan.
 Dari hasil volume lalu lintas smp/jam,
kemudian ditentukan volume lalu lintas yang
tertinggi (volume maksimum) dan
selanjutanya dijadikan sebagai acuan untuk
analisis selanjutnya.
 Hasil perhitungan kapasitas jalan (C),
diperoleh dengan memperhitungkan variabel-
variabel yang berpengaruh seperti, kapasitas
dasar, lebar jalur, pemisah arah dan
hambatan samping.
C  C O xFCW xFC SP xFC SF
DS = V/C
DS = Derajat Jenuh
V = Volume lalulintas (smp/jam)
C = kapasitas jalan (smp/jam)

7. Penurunan  Pembersihan lahan  Dengan mengelola dampak primernya yaitu  Pengambilan sampel air (plankton) dan Pengelolaan dilakukan
Keanekaragam (Land Clearing) penurunan kualitas air permukaan sedimen (benthos) kemudian dianalisis di pada:
an Jenis Biota  Pembuatan dan  Mengelola limpasan aliran permukaan dengan laboratorium,  Area/blok tambang yang
Perairan peningkatan jalan pembangunan saluran drainase dan mengalirkan  Analisis data: indeks keanekaragaman dan akan dilakukan
angkut (Houling) air limpasan permukaan masuk ke dalam kolam- kelimpahan jenis biota air (zooplankton, pembersihan lahan (land
 Pembangunan dan kolam sedimentasi, kemudian mengalirkannya ke fitoplankton, dan bentos). clearing)
pengoprasian base sungai.  Metode pengumpulan data nekton dengan  Area sepanjang lintasan
camp beserta sarana  Pembukaan/pematangan lahan dilakukan secara mengamati hasil tangkapan nelayan. Analisis jalan angkut (Houling)
prasarana penunjang bertahap disesuaikan blok-blok pertambangan. datanya deskriptif.  Area base camp dan area
 Menyediakan drainase dan kolam penampungan air sarana prasarana
hujan sementara dilokasi pembangunan penunjang
pertambangan.
 Membuat buffer zone dengan membuat saluran
drainase disepanjang kiri kanan pembangunan
jalan, pertambangan dan sarana pendukung
lainnya.
8. Peluang Kerja  Penerimaan tenaga  Memprioritaskan tenaga kerja lokal khususnya Pengumpulan Data: Pengelolaan dilakukan
dan Berusaha kerja konstruksi penduduk desa- desa dalam wilayah Kecamatan  Mencatat tenaga kerja yang terserap pada:

EVALUASI DAMPAK SECARA HOLISTIK


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali IV - 17
Provinsi Sulawesi Tengah
Komponen
Komponen
Lingkungan Lokasi Pengelolaan
No Kegiatan Penyebab Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup
yang Terkena Lingkungan Hidup
Dampak
Dampak
 Pembangunan dan Bahodopi dan sekitarnya untuk diterima sebagai antara lain: jumlah asal tenaga kerja  Penduduk yang
pengoprasian base tenaga kerja sejauh keahlian atau ketrampilan  Wawancara terhadap tenaga kerja berdomisili di Kecamatan
camp beserta sarana memenuhi persyaratan yang ditentukan;  Membandingkan upah yang diterima Bahodopi Kabupaten
prasarana penunjang  Penerimaan tenaga kerja konstruksi dan operasi tenaga kerja lokal yang direkrut dengan Morowali (khususnya
dilakukan langsung oleh Pihak PT. Kencana Bumi Upah Minimum Kabupaten (UMK) desa Studi).
Minerali atau kontraktor pelaksana  Mencatat program -program
 Menginformasikan lowongan kerja kepada aparat pengembangan kualitas tenaga kerja
desa, kecamatan dan Dinas Tenaga Kerja  Wawancara terhadap pengusaha lokal
setempat;  Pengumpulan data sekunder
 Memberi upah/gaji minimal sebesar UMP AnalisisData
Kabupaten/Provinsi Sulteng sedang berlaku;  Data yang terkumpul selanjutntya dianalisis
 Mengikutsertakan semua pekerja dalam asuransi secara deskriptif dan kualitatifuntuk
tenaga kerja dan memberikan hak-hak pekerja menyimpulkan persentase tenaga kerja
sesuai peraturan tenaga kerja yang berlaku; setempat dan pengusaha lokal yang
 Memberikan kesempatan kepada masyarakat terserap dalam proyek dan kesesuaian
setempat untuk melakukan usaha di sektor informal UMK yang berlaku
yang sifatnya melayani karyawan seperti
penyediaan makanan, jasa transportasi, penyewaan
rumah dan pengadaan barang-barang kebutuhan
perusahaan dengan kualitas dan harga yang
bersaing;
 Melakukan koordinasi/kerjasama dengan Dinas
Sosnakertrans, aparat Desa dan Kecamatan.
6. Pendapatan  Penerimaan tenaga  Menerapkan standar upah sesuai dengan Upah Pengumpulan Data: Pengelolaan dilakukan
Masyarakat kerja konstruksi Minimum Kabupaten (UMK) atau Provinsi,  Pengamatan secara langsung di lapangan. pada:
 Memberikan peluang berusaha kepada masyarakat (Memantau proporsi pekerja yang berasal  Penduduk yang
lokal untuk melakukan aktivitas ekonomi di sekitar dari penduduk lokal). berdomisili di desa Studi
areal proyek/produksional base camp,  Pengumpulan data sekunder (khususnya yang berada
 Melaksanakan dengan penuh tanggung jawab disekitar tapak proyek).
komitmen usaha antara Mitra dengan perusahaan, AnalisisData :  Penduduk kecamatan
 Memberikan kemudahan/bantuan fasilitas bagi  Analisis data : Deskriptif evaluatif Bahodopi secara umum
penduduk lokal untuk lebih mengembangkan usaha,
 Memfasilitasi pelatihan tentang pemanfaatan dana
untuk berbagai kegiatan yang produktif seperti
pengembangan usaha, perluasan jaringan
pemasaran dsb.

EVALUASI DAMPAK SECARA HOLISTIK


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali IV - 18
Provinsi Sulawesi Tengah
Komponen
Komponen
Lingkungan Lokasi Pengelolaan
No Kegiatan Penyebab Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup
yang Terkena Lingkungan Hidup
Dampak
Dampak
7. Sikap Persepsi  Penerimaan tenaga  Mengelola dampak primernya berupa peningkatan Pengumpulan Data: Pengelolaan dilakukan
Masyarakat kerja konstruksi kesempatan kerja dan usaha,  Wawancara kepada masyarakat dan tokoh pada:
 Pembuatan dan  Melakukan rekruitmen tenaga kerja secara adat terkait sosialisasi kesempatan kerja dan  Penduduk yang
peningkatan jalan transparan dengan kriteria yang jelas dan peluang berusaha. berdomisili di desa Studi
angkut (Houling) proporsional;  Memastikan ada dan berfungsinya komunikasi (khususnya yang berada
 Memberikan peluang /kemudahan usahawan lokal (Grievance Center) disekitar tapak proyek).
untuk ikut serta baik sebagai kontraktor/sub
kontraktor pelaksana maupun sebagai supplier AnalisisData
material kebutuhan konstruksi pada kegiatan proyek  Datayang terkumpul selanjutntya dianalisis
selama kualitas dan harga yang dapat bersaing. secara deskriptif dan kualitatifuntuk
 Menggunakan sebanyak-banyaknya bahan dan menyimpulkan kesesuaian antara
material lokal yang tersedia di sekitar proyek. pelaksanaan pelaksanaan perekrutan tenaga
 Ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosial kerja dengan rencana pengelolaanyang
kemasyarakatan sesuai kemampuan perusahaan telahdisusun
 Membuka komunikasi dengan stakeholder untuk
menyelesaikan komplain atau tuntutan masyarakat,
sesuai MoU Tenaga Kerja.
 Melaksanakan program pemberdayaan masyarakat
(CSR).
 Setelah kegiatan konstruksi selesai, memberi
pendidikan dan pelatihan kepada para pekerja lokal
agar memenuhi kualitas tenaga kerja yang
dibutuhkan dalam operasional perusahaan.
 Membentuk forum Komunikasi sebagai wadah
komunikasi antara masyarakat dan perusahaan
terutama untuk mengantisipasi industrialisasi
dikawasan tersebut.
8. Kesehatan  Mobilisasi  Penyediaan sarana dan prasarana kesehatan bagi Pengumpulan data: Pengelolaan dilakukan
Masyarakat peralatan,alat berat, pekerja dan masyarakat yang memadai.  Observasi/pengamatan secara langsung di pada:
dan material  Penutupan bak kendaraan pengangkut material lapangan.  Area sepanjang lintasan
 Pembangunan dan (dump truck).  Pengumpulan data sekunder pada instansi jalan angkut (Houling)
pengoperasian base  Penyiraman secara berkala yang potensial terkait.  Area base camp dan area
camp beserta sarana meningkatkan debu pada jalan angkut matrial sarana prasarana
prasarana penunjang disekitar lokasi kegiatan khususnya pada jalur Analisis Data : penunjang
pemukiman padat penduduk sekitar kegiatan,  Data dianalisis secara deskriptif
 Pengaturan jadwal/waktu pengangkutan material
(bila memungkinkan.
 Memasang rambu-rambu Keselamatan dan
EVALUASI DAMPAK SECARA HOLISTIK
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali IV - 19
Provinsi Sulawesi Tengah
Komponen
Komponen
Lingkungan Lokasi Pengelolaan
No Kegiatan Penyebab Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup
yang Terkena Lingkungan Hidup
Dampak
Dampak
Kesehatan Kerja.
TAHAP PRODUKSI
1. Penurunan  Pengangkutan dan  Menggunakan kendaraan yang telah lulus uji emisi  Sampling dan analisis sampel udara di Pengelolaan dilakukan
Kualitas udara penimbunan bijih  Pemeliharaan kendaraan dan peralatan secara laboratorium sesuai metode uji sesuai SNI pada:
(CO, SO2, NO2, nikel (stockpile) berkala agar tetap memenuhi standard terbaru.  Area sepanjang lintasan
debu)  Pengaturan jadwal/waktu pengangkutan hasil .  Data dianalisis secara deskriptif dengan jalan angkut (Houling)
 Melakukan penyiraman di sepanjang lintasan membandingkan baku mutu ambien.  Area penimbunan bijih
angkutan yang melewati areal pemukiman nikel (stockpile)
 Memasang rambu-rambu yang membatasi
kecepatan kendaraanMaksimal 30 km/jam.
 Menetapkan SOP K3 pada semua komponen
kegiatan dan mengawasi dengan ketat
pelaksanaannya agar semua karyawan patuh pada
ketentuan K3.

2. Peningkatan  Pengangkutan dan  Memasang alat peredam/filter pada kenalpot  Sampling kebisingan di lokasi Pengelolaan dilakukan
Kebisingan penimbunan bijih kendaraan supaya mengurangi tingkat kebisingan.  Pengukuran langsung dengan Sound Level pada:
nikel (stockpile)  Menghindari jalan yang melewati areal pemukiman Meter  Area sepanjang lintasan
penduduk.  Perhitungan matematis Leq (tingkat kebisingan jalan angkut (Houling)
 Aktivitas pengangkutan dilakukan sesuai jadwal rata-rata ekivalen selama waktu pengukuran)  Area penimbunan bijih
yang telah ditetapkan oleh PT. Kencana Bumi  Hasil pengukuran dibandingkan dengan Batas nikel (stockpile)
Minerali , dan terlebih dahulu disosialisasikan tingkat kebisingan sesuai dengan Kepmen LH
kemasyarakat sekitar. No 48/1996
 Memberikan sosialisasi aturan batas kecepatan
kendaraan kepada para sopir Pengangkutan dan
penimbunan bijih nikel (stockpile)
 Membatasi laju kecepatan kendaraan operasional
maksimum 30 km/jam terutama disekitar
permukiman penduduk dan base camp.
3. Penurunan  Pengupasan/penemp  Memaksimalkan fungsi kolam pengendapan, Metode Pengumpulan Data : Pengelolaan dilakukan
Kualitas air atan tanah kantung-kantung pengendap, check dam dan  Sampling dan analisis di laboratorium secara pada:
permukaan pucuk,batuan saluran pengendali sedimentasi. periodik terhadap air sungai sesuai dengan  Area Penggalian bijih nikel
penutup dan  Menyusun SOP pengelolaan limbah B3 kepada para metode uji SNI terbaru  Area sepanjang lintasan
penggalian bijih seluruh karyawan. jalan angkut (Houling)
 Pengangkutan dan  Menyediakan fasilitas penyimpanan sementara Metode Analisis Data:  Area penimbunan bijih
penimbunan bijih limbah B3 sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah  Hasil analisis laboratorium dibandingan nikel (stockpile)
(stockpile) Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 Tentang dengan baku mutu kualitas air tanah dan air

EVALUASI DAMPAK SECARA HOLISTIK


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali IV - 20
Provinsi Sulawesi Tengah
Komponen
Komponen
Lingkungan Lokasi Pengelolaan
No Kegiatan Penyebab Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup
yang Terkena Lingkungan Hidup
Dampak
Dampak
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan permukaan yang berlaku.
Beracun (PLB3).
 Sosialisasi dan pelatihan berkala pengelolaan
limbah B3.
 Melakukan program pengelolaan sanitasi berbasis
masyarakat
4.  Hidrologi  Pengupasan/penemp  Meminimalkan pembukaan lahan sesuai dengan Metode: Pengelolaan dilakukan
(Peningkatan run atan tanah ukuran luas jalan yang akan dibuat.  Metode observasi/pengamatan secara pada:
off) pucuk,batuan  Pembersihan lahan dilakukan secara bertahap atau langsung dan pengambilan sampel air untuk  Area lokasi Penggalian
penutup dan blok per blok tambang. analisis TSS bijih nikel
penggalian bijih  Menyediakan drainase dan kolam penampungan air  Wawancara dengan masyarakat mengenai
hujan sementara dilokasi pertambangan. kondisi genangan saat hujan terjadi di
 Mengelola limpasan aliran permukaan dengan sekitar lokasi kegiatan.
pembangunan saluran drainase dan mengalirkan
air limpasan permukaan masuk ke dalam kolam- Analisis Data:
kolam sedimentasi, kemudian mengalirkannya ke  Analisis Laboratorium
sungai.  Data dianalisis secara deskriptif
 Membuat buffer zone dengan membuat saluran
drainase disepanjang kiri kanan pada
pembangunan jalan, dan saat perbersihan lahan
5. Erosi Tanah  Pengupasan/penemp  Pengelolaan lingkungan untuk sub komponen  Melakukan observasi langsung di lapangan Pengelolaan dilakukan
atan tanah tanah dan erosi terpadu dengan sub komponen dengan mengumpulkan data parameter pada:
pucuk,batuan hidrologi (run off). penyebab erosi, khususnya pengubahan  Area blok/lokasi rencana
penutup dan penutup lahan oleh vegetasi (crop) Penggalian bijih nikel
penggalian bijih  Analisi data secara matematis menggunakan
rumus USLE yakni:
A = R.K.L.S.C.P

6. Gangguan Lalu  Pengangkutan dan Bentuk pengelolaan yang dapat dilakukan adalah Metode Pengumpulan Data :  Pengelolaan lingkungan
Lintas penimbunan bijih  Mengatur jadwal pengangkutan dengan Pengumpulan data dilakukan dengan survei hidup dilakukan pada jalur
nikel(stockpile) memperhatikan jam-jam puncak arus lalu lintas dan pengamatan langsung di lapangan jalan yang dilalui pada saat
terhadap jalan yang akan dilewati. terhadap kondisi arus lalu lintas lalu lintas. pengangkutan hasil
 Menempatkan petugas yang mengatur arus lalu
lintas pada pintu masuk dan keluarnya kendaraan- Metode Analisis Data :
kendaraan proyek. Adapun data hasil pengamatan, akan
 Memasang rambu peringatan (warning light) di dianalisis dengan pendekatan sebagai berikut
sekitar jalan entri/exit ke ruas jalan umum :

EVALUASI DAMPAK SECARA HOLISTIK


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali IV - 21
Provinsi Sulawesi Tengah
Komponen
Komponen
Lingkungan Lokasi Pengelolaan
No Kegiatan Penyebab Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup
yang Terkena Lingkungan Hidup
Dampak
Dampak
perlintasan kendaraan proyek yang mudah dilihat,  Data hasil pengamatan selama 12 jam,
jelas serta informatif. kemudian dikonversi dari kend/jam menjadi
 Melakukan koordinasi dengan pihak Dinas smp/jam dengan mengalikan faktor smp untuk
perhubungan Komunikasi dan Informatika masing-masing jenis kendaraan.
Kabupaten Morowali dalam manajemen lalu lintas.  Dari hasil volume lalu lintas smp/jam,
kemudian ditentukan volume lalu lintas yang
tertinggi (volume maksimum) dan
selanjutanya dijadikan sebagai acuan untuk
analisis selanjutnya.
 Hasil perhitungan kapasitas jalan (C),
diperoleh dengan memperhitungkan variabel-
variabel yang berpengaruh seperti, kapasitas
dasar, lebar jalur, pemisah arah dan
hambatan samping.
C  C O xFCW xFC SP xFC SF

DS = V/C
DS = Derajat Jenuh
V = Volume lalulintas (smp/jam)
C = kapasitas jalan (smp/jam)
7. Penurunan  Pengupasan/penemp Pendekatan teknologi  Pengambilan sampel air (plankton) dan Pengelolaan lingkungan
Keanekaragam atan tanah  Dengan mengelola dampak primernya yaitu sedimen (benthos) kemudian dianalisis di hidup dilakukan pada
an Jenis Biota pucuk,batuan penurunan kualitas air permukaan laboratorium, seluruh areal tanaman bijih
Perairan penutup dan  Memaksimalkan fungsi kolam pengendapan,  Analisis data: indeks keanekaragaman dan nikel dan lingkungan
penggalian bijih kantung-kantung pengendap, check dam dan kerapatan jenis biota air (zooplankton, sekitarnya
 Pengangkutan dan saluran pengendali sedimentasi. fitoplankton, dan bentos).
penimbunan bijih  Menyusun SOP pengelolaan limbah B3 kepada para  Metode pengumpulan data nekton dengan
(stockpile) seluruh karyawan. mengamati hasil tangkapan nelayan. Analisis
 Menyediakan fasilitas penyimpanan sementara datanya deskriptif.
limbah B3 sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (PLB3).
 Sosialisasi dan pelatihan berkala pengelolaan
limbah B3.
 Melakukan program pengelolaan sanitasi berbasis
masyarakat

EVALUASI DAMPAK SECARA HOLISTIK


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali IV - 22
Provinsi Sulawesi Tengah
Komponen
Komponen
Lingkungan Lokasi Pengelolaan
No Kegiatan Penyebab Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup
yang Terkena Lingkungan Hidup
Dampak
Dampak
8. Pendapatan  Penerimaan tenaga  Menerapkan standar upah sesuai dengan Upah Pengumpulandata: Pengelolaan dilakukan
Masyarakat kerja produksi Minimum Kabupaten (UMK) dan atau Provinsi,  Pengamatan secara langsung pendapatan pada:
 Memberikan peluang berusaha kepada masyarakat pekerja di lapangan.  Penduduk yang
lokal untuk melakukan aktivitas ekonomi di sekitar  Pengumpulan data sekunder berdomisili di desa Studi
areal proyek/operasional base camp, (khususnya yang berada
 Melaksanakan dengan penuh tanggung jawab Analisis data disekitar tapak proyek)
komitmen usaha antara mitra dengan perusahaan,  Analisis data : Deskriptif evaluatif  Penduduk kecamatan
 Memberikan kemudahan/bantuan fasilitas bagi Bahodopi secara umum.
penduduk lokal untuk lebih mengembangkan usaha,
 Memfasilitasi pelatihan masyarakat tentang
pemanfaatan dana untuk berbagai kegiatan yang
produktif seperti pengembangan usaha, perluasan
jaringan pemasaran dsb.
9. Peluang Kerja  Penerimaan tenaga  Memprioritaskan tenaga kerja lokal khususnya Pengumpulan Data: Pengelolaan dilakukan
dan Berusaha kerja produksi penduduk desa- desa dalam wilayah Kecamatan  Mencatat tenaga kerja yang terserap pada:
 Pengupasan/penemp Bahodopi dan sekitarnya untuk diterima sebagai antara lain: jumlah asal tenaga kerja  Penduduk yang
atan tanah tenaga kerja sejauh keahlian atau ketrampilan  Wawancara terhadap tenaga kerja berdomisili di desa Studi
pucuk,batuan penutup memenuhi persyaratan yang ditentukan;  Membandingkan upah yang diterima (khususnya yang berada
dan penggalian bijih  Penerimaan tenaga kerja konstruksi dan operasi tenaga kerja lokal yang direkrut dengan disekitar tapak proyek)
dilakukan langsung oleh Pihak PT. Kencana Bumi Upah Minimum Kabupaten (UMK)  Penduduk kecamatan
Minerali atau kontraktor pelaksana  Mencatat program -program Bahodopi secara umum.
 Menginformasikan lowongan kerja kepada aparat pengembangan kualitas tenaga kerja
desa, kecamatan dan Dinas Tenaga Kerja  Wawancara terhadap pengusaha lokal
setempat;  Pengumpulan data sekunder
 Memberi upah/gaji minimal sebesar UMP
Kabupaten/Provinsi Sulteng sedang berlaku; AnalisisData
 Mengikutsertakan semua pekerja dalam asuransi  Data yang terkumpul selanjutntya dianalisis
tenaga kerja dan memberikan hak-hak pekerja secara deskriptif dan kualitatifuntuk
sesuai peraturan tenaga kerja yang berlaku; menyimpulkan persentase tenagakerja
 Memberikan kesempatan kepada masyarakat setempat dan pengusaha lokal yang
setempat untuk melakukan usaha di sektor informal terserap dalam proyek dan kesesuaian
yang sifatnya melayani karyawan seperti UMK yang berlaku
penyediaan makanan, jasa transportasi, penyewaan
rumah dan pengadaan barang-barang kebutuhan
perusahaan dengan kualitas dan harga yang
bersaing;
 Melakukan koordinasi/kerjasama dengan Dinas
Sosnakertrans, aparat Desa dan Kecamatan.
EVALUASI DAMPAK SECARA HOLISTIK
Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali IV - 23
Provinsi Sulawesi Tengah
Komponen
Komponen
Lingkungan Lokasi Pengelolaan
No Kegiatan Penyebab Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup
yang Terkena Lingkungan Hidup
Dampak
Dampak
10. Sikap &  Penerimaan tenaga  Mengelola dampak primernya berupa peningkatan Pengumpulandata: Pengelolaan dilakukan
Persepsi kerja produksi kesempatan kerja dan usaha,  Observasi/pengamatan secara langsung pada:
Masyarakat  Pengangkutan dan  Melakukan rekruitmen tenaga kerja secara dilakukan dengan wawancara/interview  Penduduk yang
penimbunan bijih nkel transparan dengan kriteria yang jelas dan terhadap masyarakat terkena dampak berdomisili di desa Studi
(Stockpile) proporsional;  Memastikan ada dan berfungsinya komunikasi (khususnya yang berada
 Ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosial (Grievance Center). disekitar tapak proyek)
kemasyarakatan sesuai kemampuan perusahaan  Kuisioner, wawancara dan atau dengar  Penduduk kecamatan
 Membuka komunikasi dengan stakeholder untuk pendapat dengan masyarakat. Bahodopi secara umum.
menyelesaikan komplain atau tuntutan masyarakat,  Memasang kotak saran pada lokasi strategis
sesuai MoU Tenaga Kerja. yang dapat dijangkau oleh masyarakat
 Melaksanakan program pemberdayaan masyarakat  Random sampling
(CSR).
 Setelah kegiatan konstruksi selesai, memberi AnalisisData
pendidikan dan pelatihan kepada para pekerja lokal  Data dianalisis deskriptif dengan
agar memenuhi kualitas tenaga kerja yang membandingkan kondisi sebelum adanya
dibutuhkan dalam produksional perusahaan. rencana kegiatan
 Membentuk forum Komunikasi sebagai wadah
komunikasi antara masyarakat dan perusahaan.
11. Sanitasi  Pengupasan/penemp  Menyediakan fasilitas MCK secara memadai  Metode pengumpulan data adalah melalui Pengelolaan lingkungan
Lingkungan atan tanah pucuk,  Air limbah cucian sebelum masuk ke badan air wawancara dengan sejumlah penduduk yang hidup dilakukan pada:
batuan penutup dan terlebih dulu diolah memakai IPAL sederhana ada di sekitar lokasi pertambangan PT.  Sepanjang jalur jalan yang
penggalian bijih  Oli bekas dari perawatan mesin alat berat dan Kencana Bumi Minerali. di lalui untuk kegiatan
genset dikumpulkan dalam drum khusus, disimpan  Observasi/pengamatan secara langsung di pengangkutan
sementara dalam gudang limbah B3, setiap 3 bulan lapangan.  Di lokasi pertambangan
sekali diserahkan kepada perusahaan resmi  Metode analisis data adalah analisis secara bijih nikel
pengolah oli bekas deskriptif
 Pengelolaan sampah organik dengan sistem
pengomposan.
 Para pekerja diinformasikan mengenai keharusan
mengelola sampah kegiatan domestic base camp
dengan baik
12. Kesehatan  Pengangkutan dan  Penyediaan sarana dan prasarana kesehatan bagi Pengumpulan data: Pengelolaan lingkungan
Masyarakat penimbunan bijih nikel masyarakat yang memadai.  Observasi/pengamatan secara langsung di hidup dilakukan pada:
(stockpile)  Penyiraman secara berkala pada jalan yang dilalui lapangan.  Sepanjang jalur jalan yang
kendaraan angkut yang potensial meningkatkan  Pengumpulan data sekunder pada instansi di lalui untuk kegiatan
debu khususnya pada jalur pemukiman padat terkait. pengangkutan
penduduk,  Di lokasi pertambangan

EVALUASI DAMPAK SECARA HOLISTIK


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali IV - 24
Provinsi Sulawesi Tengah
Komponen
Komponen
Lingkungan Lokasi Pengelolaan
No Kegiatan Penyebab Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup
yang Terkena Lingkungan Hidup
Dampak
Dampak
 Pengaturan jadwal/waktu pengangkutan , Analisis Data : bijih nikel
 Melakukan program pengelolaan sanitasi berbasis  Data dianalisis secara deskriptif
masyarakat dalam kerangka CSR
 Melakukan pengelolaan kebisingan, air limbah,
sampah dan kualitas udara
TAHAP PASCA PRODUKSI
1.  Hidrologi  Rehabilitasi lahan Pendekatan Teknologi Metode: Pengelolaan lingkungan
(Peningkatan run bekas tambang dan  Melakukan kegiatan penataan lahan untuk  Metode observasi/pengamatan secara hidup dilakukan pada:
off) fasilitasnya selanjutnya dilakukan revegetasi pada lokasi bekas langsung dan pengambilan sampel air untuk
penambangan dan sarana pendukungnya beserta analisis TSS  Area Rehabilitasi lahan
lahan yang masih terbuka dengan menggunakan  Wawancara dengan masyarakat mengenai bekas tambang dan
tanaman penutup (cover crops), jenis-jenis tanaman kondisi genangan saat hujan terjadi di fasilitasnya
cepat tumbuh (fast growing plant species), dan sekitar lokasi kegiatan.
jenis-jenis tanaman lokal dan non lokal.
 Tanaman reklamasi dipelihara secara intensif dan Analisis Data:
teratur seperti kegiatan pembersihan dari gulma  Analisis Laboratorium
(weeding), pendangiran serta pemupukan.  Data dianalisis secara deskriptif
 Menyediakan drainase dan kolam penampungan air
hujan sementara dilokasi eks penambangan nikel
dan sarana pendukungnya.
 Mengelola limpasan aliran permukaan dengan
pembangunan saluran drainase dan mengalirkan air
limpasan permukaan masuk ke dalam kolam-kolam
sedimentasi.
2. Erosi Tanah  Rehabilitasi lahan  Pengelolaan lingkungan untuk sub komponen  Melakukan observasi langsung di lapangan Pengelolaan lingkungan
bekas tambang dan tanah dan erosi terpadu dengan sub komponen dengan mengumpulkan data parameter hidup dilakukan pada:
fasilitasnya hidrologi (run off). penyebab erosi, khususnya pengubahan
penutup lahan oleh vegetasi (crop)  Area Rehabilitasi lahan
 Analisi data secara matematis menggunakan bekas tambang dan
rumus USLE yakni: fasilitasnya
A = R.K.L.S.C.P
3. Penurunan  Rehabilitasi lahan Pendekatan teknologi Metode Pengumpulan Data : Pengelolaan lingkungan
Kualitas air bekas tambang dan  Pengelolaan lingkungan untuk sub komponen  Sampling dan analisis di laboratorium secara hidup dilakukan pada:
permukaan fasilitasnya perbaikan kualitas air terpadu dengan sub periodik terhadap air sungai sesuai dengan
komponen hidrologi (run off), erosi, dan metode uji SNI terbaru  Area Rehabilitasi lahan
sedimentasi. bekas tambang dan
Metode Analisis Data: fasilitasnya

EVALUASI DAMPAK SECARA HOLISTIK


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali IV - 25
Provinsi Sulawesi Tengah
Komponen
Komponen
Lingkungan Lokasi Pengelolaan
No Kegiatan Penyebab Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup
yang Terkena Lingkungan Hidup
Dampak
Dampak
Pendekatan Institusi  Hasil analisis laboratorium dibandingan
Pendekatan institusi dilakukan dengan cara dengan baku mutu kualitas air tanah dan air
meningkatkan koordinasi antara pemrakarsa permukaan yang berlaku.
dengan instansi terkait utamanya BLHD Kab.
Morowali
4. Gangguan lalu Demobilisasi  Demobilisasi peralatan dan alat berat dari lokasi Metode Pengumpulan Data : Jalan yang dilewati
lintas Peralatan, alat berat tapak proyek, meminta bantuan aparat kepolisian Pengumpulan data dilakuakan dengan survei kendaraan pada saat
dan material untuk mendapatkan pengawalan, dan pengamatan langsung di lapangan Demobilisasi peralatan dan
 Kendaraan yang dimobilisasi tidak melebihi kelas terhadap kondisi arus lalu lintas. alat bera konstruksi jalan ke
jalan. lokasi tapak proyek.
 Mobilisasi peralatan yang lewat jalan darat Metode Analisis Data :
hendaknya menggunakan kendaraan pengangkut Adapun data hasil pengamatan, akan
(tronton). dianalisis dengan pendekatan sebagai berikut
 Memasang rambu-rambu peringatan (warning light) :
di sekitar jalan entry/exit ke ruas jalan dengan  Data hasil pengamatan selama 16 jam,
perlintasan kendaraan-kendaraan proyek. kemudian dikonversi dari kend/jam menjadi
 Menempatkan petugas yang mengatur lalu lintas smp/jam dengan mengalikan faktor smp untuk
pada pintu keluar masuknya kendaraan proyek. masing-masing jenis kendaraan.
 Dari hasil volume lalu lintas smp/jam,
kemudian ditentukan volume lalu lintas yang
tertinggi (volume maksimum) dan
selanjutanya dijadikan sebagai acuan untuk
analisis selanjutnya.
 Hasil perhitungan kapasitas jalan (C),
diperoleh dengan memperhitungkan variabel-
variabel yang berpengaruh seperti, kapasitas
dasar, lebar jalur, pemisah arah dan
hambatan samping.
C  C O xFCW xFC SP xFC SF
DS = V/C
DS = Derajat Jenuh
V = Volume lalulintas (smp/jam)
C = kapasitas jalan (smp/jam)

5. Peluang kerja Sumber dampak Pendekatan Sosial Ekonomi dan Budaya Pengumpulan Data: Pengelolaan dilakukan
dan usaha adalah Kegiatan  Melakukan pembinaan tenaga kerja melalui  Mencatat tenaga kerja yang terserap pada:

EVALUASI DAMPAK SECARA HOLISTIK


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali IV - 26
Provinsi Sulawesi Tengah
Komponen
Komponen
Lingkungan Lokasi Pengelolaan
No Kegiatan Penyebab Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup
yang Terkena Lingkungan Hidup
Dampak
Dampak
penanganan tenaga pelatihan yang bertujuan untuk mempersiapkan antara lain: jumlah asal tenaga kerja  Penduduk yang
kerja pada tahap tenaga kerja yang mengalami pemutusan hubungan  Wawancara terhadap tenaga kerja berdomisili di desa Studi
pasca produksi. kerja sehingga dapat melakukan kegiatan usaha  Membandingkan upah yang diterima (khususnya yang berada
produktif (Contoh : pelatihan kewirausahaan dan tenaga kerja lokal yang direkrut dengan disekitar tapak proyek)
pelatihan kerja sektor lainnya). Upah Minimum Kabupaten (UMK)  Penduduk kecamatan
 Membantu menyediakan peralatan dan sarana yang  Mencatat program -program Bahodopi secara umum.
menunjang kegiatan usaha produktif. pengembangan kualitas tenaga kerja
Pendekatan institusi  Wawancara terhadap pengusaha lokal
 Melakukan koordinasi dengan instansi pemerintah  Pengumpulan data sekunder
maupun swasta untuk dapat menyalurkan tenaga
kerja tersebut ke instansi atau perusahaan yang AnalisisData
memerlukan.  Data yang terkumpul selanjutntya dianalisis
secara deskriptif dan kualitatifuntuk
menyimpulkan persentase tenagakerja
setempat dan pengusaha lokal yang
terserap dalam proyek dan kesesuaian
UMK yang berlaku
6. Perubahan Sumber dampak  Melakukan pembinaan tenaga kerja melalui Metode : Pengelolaan dilakukan
sikap dan adalah: pelatihan yang bertujuan untuk mempersiapkan  Wawancara dan pengamatan secara pada:
persepsi  Rehabilitasi lahan tenaga kerja yang mengalami pemutusan langsung terhadap tenaga kerja dan warga  Penduduk yang
masyarakat bekas tambang dan hubungan kerja sehingga dapat melakukan masyarakat lain yang terkena dampak berdomisili di desa Studi
fasilitasnya kegiatan usaha produktif (Contoh : pelatihan (tehnik sampling). (khususnya yang berada
 Demobilisasi kewirausahaan, pelatihan kerja).  Kuesioner disekitar tapak proyek)
Peralatan dan Alat  Membantu menyediakan peralatan dan sarana  Penduduk kecamatan
Berat yang menunjang kegiatan usaha produktif. Analisis : Bahodopi secara umum.
 Membantu menyediakan bantuan dana atau modal Dianalisis Kualitataif deskriptif dengan
untuk mengembangkan usaha. membandingkan dengan kondisi sebelunya
 Melakukan koordinasi dengan Institusi pemerintah
maupun swasta untuk dapat menyalurkan tenaga
kerja tersebut ke Institusi atau perusahaan yang
memerlukan.

EVALUASI DAMPAK SECARA HOLISTIK


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali IV - 27
Provinsi Sulawesi Tengah
4.5. PERNYATAAN KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP
Hasil evaluasi dampak yang telah dilakukan pada bagian telaahan terhadap
Dampak Penting menunjukkan bahwa kegiatan ini, memberikan dampak negatif dan
positif terhadap lingkungan. Pada bagian telaahan sebagai dasar pengelolaan
dampak-dampak tersebut diarahkan untuk dikelola dengan baik, sehingga dampak
negatif dapat diminimumkan dan dampak positif dapat dimaksimumkan. Berdasarkan
argumen tersebut, maka kegiatan usaha pertambangan bijih nikel PT. Kencana Bumi
Mineral dinilai layak dari sudut lingkungan hidup.
Rekomendasi ini didasarkan atas analisis secara komprehensif dan holistik dan
kriteria kelayakan lingkungan sebagai berikut:
1. Lokasi rencana Usaha Pertambangan Bijih nikel oleh PT. Kencana Bumi Minerali
yang terletak di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi
Tengah secara keruangan sesuai alokasi pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten
Morowali. Hal tersebut dikuatkan dengan Rekomendasi Kesesuaian Ruang oleh
Kepala Dinas Perumahan dan Penataan Ruang Daerah Kabupaten Morowali
kepada PT. Kencana Bumi Minerali untuk pemanfaatan lokasi Usaha
Pertambangan Bijih nikel, telah mempertimbangkan kesesuaiannya dengan
muatan yang ditetapkan dalam RTRW Kabupaten Morowali Tahun 2012- 2032.
2. Kegiatan-kegiatan yang menimbulkan pencemaran air, udara, dan peningkatan
bising akan dikelola dengan pendekatan teknologi agar kualitas lingkungan sekitar
tidak melebihi baku mutu. Pengelolaan dampak akan dilakukan secara
terintegrasi, seperti semua air limbah akan diproses sebelum masuk dalam badan
air/dibuang, semua limbah B3 akan ditampung pada TPS khusus limbah B3
dengan SOP yang ketat, semua limbah domestik akan ditampung sementara di
TPS dan secara reguler diangkut ke TPA.
3. Aktivitas Usaha Pertambangan Bijih nikel oleh PT. Kencana Bumi Minerali yang
terletak di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah
tidak akan mengganggu kepentingan pertahanan dan keamanan, karena tidak
terdapat instalasi militer atau aktivitas latihan militer di sekitar lokasi kegiatan.
4. Prakiraan secara cermat mengenai besaran dan sifat penting dampak dari aspek
biogeofisik kimia, sosial, ekonomi, budaya, dan kesehatan masyarakat pada tahap
prakonstruksi, konstruksi, produksi, dan pasca produksi telah dilakukan kajian
pada Bab III dalam dokumen ini.
5. Hasil evaluasi secara holistik terhadap seluruh dampak penting sebagai sebuah
kesatuan yang saling terkait dan saling mempengaruhi sehingga diketahui
perimbangan dampak penting yang bersifat positif dengan yang bersifat negative
seperti yang tersaji pada Bab IV dalam dokumen ini.
6. Dampak yang bersifat penting dapat dikelola, demikian juga dampak yang tidak
penting pengelolaannya dapat dilakukan melalui pendekatan teknologi, sosial
ekonomi dan pendekatan institusi. Disamping itu PT. Kencana Bumi
Mineralimenyiapkan SOP untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran
lingkungan, disamping itu PT. Kencana Bumi Mineralijuga mempunyai sistem
manajemen lingkungan sebagai salah satu bentuk tanggung jawab yaitu
memperhatikan kepedulian terhadap masyarakat sekitar dan melindungi
lingkungan sekitar sebagai bentuk kontribusi terhadap lingkungan.
Penanggulangan dampak yang diprakirakan akan terjadi tertuang dalam Matriks
RKL dan RPL, sementara komitmen perusahaan terhadap lingkungan tertuang
dalam Kebijakan Lingkungan PT. Kencana Bumi Mineral. Dengan berbagai upaya
yang telah dilakukan,maka dampak yang ditimbulkan tidak akan menjadi beban
yang besar terhadap lingkungan dan diharapkan dapat diasimilasi oleh
lingkungan. Hal ini akan tertuang didalam pelaksanaan pemantauan lingkungan.

EVALUASI DAMPAK SECARA HOLISTIK


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali IV - 28
Provinsi Sulawesi Tengah
7. Kegiatan pembangunan yang dilakukan tidak mengganggu nilai-nilai sosial atau
pandangan masyarakat ( emic view ) masyarakat Kecamatan Bahodopi.
8. Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak akan mempengaruhi dan/atau
mengganggu entitas ekologis yang merupakan
a) entitas dan/atau spesies kunci (key species);
b) memiliki nilai penting secara ekologis (ecological importance);
c) memiliki nilai penting secara ekonomi (economic importance); dan/atau
d) memiliki nilai penting secara ilmiah (scientific importance).
9. Rencana Usaha Pertambangan Bijih nikel di Kecamatan Bahodopi oleh
PT. Kencana Bumi Minerali tidak akan mengganggu kegiatan yang telah ada di
sekitarnya.
10. Dampak yang timbul akibat adanya Usaha Pertambangan Bijih nikel di
Kecamatan Bahodopi oleh PT. Kencana Bumi Mineral belum dapat di tetapkan
bahwa tidak akan menyebabkan terlampuainya daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup disebabkan kajian lingkungan terhadap kemampuan daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup belum perna dikaji sebelumnya akan
tetapi dengan evaluasi secara holistik ini diharapkan dapat menjadi arahan tepat
dalam mengontrol operasional kegiatan agar selalu berada dalam kaidah
lingkungan yang lestari.
Setelah dilakukan evaluasi secara holistik, maka rencana usaha
Pertambangan Bijih nikel PT. Kencana Bumi Minerali dinyatakan layak dari segi
lingkungan hidup dengan mempertimbangkan 10 kriteria sebagaimana diatur
dalam Permen LH. RI. No. 16 tahun 2012 (Lampiran II).

EVALUASI DAMPAK SECARA HOLISTIK


Rencana Penambangan Bijih Nikel kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali IV - 29
Provinsi Sulawesi Tengah
GAMBAR 1 GAMBAR 2

GAMBAR 3 GAMBAR 4

GAMBAR 5 GAMBAR 6

Anda mungkin juga menyukai