Anda di halaman 1dari 74

Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

2.1 IDENTITAS PEMRAKARSA DAN PENYUSUN AMDAL

Identitas Pemrakarsa dan Penyusun Dokumen AMDAL Rencana Penambangan Bijih Nikel
PT. BINTANG FAJAR GLOBAL (PT. BFG) sebagai berikut:

A. Identitas Pemrakarsa

1. Nama Perusahaan : PT. BINTANG FAJAR GLOBAL (PT. BFG)


2. Alamat Kantor : Jl. Kayu Agung I No. 1 Kawasan Andalas III Bukit Baruga
Makassar – Sulawesi Selatan; Telp. (0411) 493062; Email :
bintangfajarglobal@yahoo.com.
3. Jenis Kegiatan : Penambangan Bijih Nikel DMP, sesuai IUP Eksplorasi PT.
BINTANG FAJAR GLOBAL seluas ±1.209 Ha (SK Bupati
Morowali No. 540.2/SK.007/DESDM/III/2009, tertanggal 16
Maret 2009).
4. Lokasi Kegiatan : 121° 16’ 16.90” s/d 121° 18’ 55.99” Bujur Timur, dan
01° 52’ 44.31” s/d 01° 54’ 11.73” Lintang Selatan.
Di Wilayah Desa Ganda-Ganda, Kecamatan Petasia,
Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah.
5. Luas Areal Proyek : ± 1.209 Ha.
(Lokasi Proyek terletak di wilayah Desa Ganda-Ganda, dan
Bahoue Kecamatan Petasia Kabupaten Morowali).
6. Direktur : H. YUNAN, S.HUT

B. Identitas Penyusun Studi AMDAL

Pelaksanaan studi AMDAL Rencana Kegiatan Penambangan Bijih Nikel pada IUP
Eksplorasi Bijih Nikel PT. BINTANG FAJAR GLOBAL seluas ± 1.209 Ha (SK Bupati
Morowali No. 540.2/SK.007/DESDM/III/2009, tertanggal 16 Maret 2009) di Kecamatan
Petasia Kabupaten Morowali, disusun oleh PT. BINTANG FAJAR GLOBAL (PT. BFG)
selaku Pemrakarsa dan Penanggung Jawab Kegiatan Pembangunan Penambangan Bijih
Nikel. Dalam rangka penyusunan Dokumen ANDAL ini telah dibentuk Tim Penyusun
AMDAL yang berpengalaman dan memenuhi kualifikasi dan memiliki kompetensi sebagai
tenaga ahli penyusunan AMDAL sesuai pedoman dan ketentuan yang berlaku, seperti
tersaji pada Tabel 2-1.

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
II - 1
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Tabel 2-1. Tim Penyusun Studi AMDAL Kegiatan PEMBANGUNAN PENAMBANGAN BIJIH
NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL di Kecamatan Petasia Kab. Morowali.

A. PEMRAKARSA & PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN PEMBANGUNAN PENAMBANGAN BIJIH


NIKEL SELUAS ±1.209 Ha DI KECAMATAN PETASIA
Nama Perusahaan/
PT. BINTANG FAJAR GLOBAL (PT. BFG)
Pemrakarsa
Alamat Kantor Jl. Kayu Agung I No. 1 Kawasan Andalas III Bukit Baruga Makassar –
Sulawesi Selatan; Telp. (0411) 493062;
Email : bintangfajarglobal@yahoo.com
Direktur/Penanggung
Direktur PT. BINTANG FAJAR GLOBAL (PT. BFG)
Jawab
Nama Direktur /
H. YUNAN, S.HUT
Penanggung Jawab
B. TIM PENYUSUN ANDAL

JABATAN DALAM TIM NAMA BIDANG KEAHLIAN


1. Ketua Tim Pipiet Hariyadi, S.Si. Ahli Kimia Lingkungan (Bersertifikat
Kompetensi KTPA dari Intakindo/KLH)
2. Wakil Ketua Tim Ir. Abd. Wahid, M.Si Ahli AMDAL & Biodiversity (Bersertifikat
AMDAL A-Plus dan ERA)
3. Anggota Tim Yudha Akhmad Permana, Ahli Biologi (Bersertifikat Kompetensi
S.Pi ATPA dari Intakindo/KLH)
4. Anggota Tim Ir. H. Husain Umar, M.P Ahli Kehutanan & Konservasi SDA
(Bersertifikat AMDAL A, B & C)
5. Anggota Tim Abdul Rahman, SP. M.P Ahli Fisik-Kimia Tanah (Bersertifikat
AMDAL Penyusun/B)
6. Anggota Tim Harly Hamad, ST, M.T Ahli Teknik Geologi /Pertambangan
7. Anggota Tim Rusdani Sosiawan, S.Pi Ahli Sosekbud (Bersertifikat
Kompetensi ATPA dari Intakindo/KLH)
8. Anggota Tim Sardiana Junus, SKM Ahli Kesehatan Masyarakat
9. Anggota Tim Sofyan, S.Si Pemetaan (GIS)

2.2 URAIAN RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

A. Status Studi ANDAL

Perusahaan Tambang CV. JANNATUL FIRDAUS yang kemudian mengalami peningkatan status
dan perubahan nama menjadi PT. BINTANG FAJAR GLOBAL telah memiliki Izin Usaha
Penambangan (IUP) Eksplorasi seluas ±1.209 ha di wilayah Kecamatan Petasia, Kabupaten
Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah melalui Surat Keputusan Bupati Morowali Nomor
540.2/SK.007/DESDM/III/2009 tertanggal 16 Maret 2009 tentang Pemberian Izin Usaha
Pertambangan (IUP) Eksplorasi Bijih Nikel seluas ±1.209 ha kepada PT. BINTANG FAJAR
GLOBAL. Sebelum melaksanakan kegiatan Studi ANDAL, PT. BINTANG FAJAR GLOBAL
melalui CV. JANNATUL FIRDAUS telah melakukan beberapa kegiatan, yaitu : 1) Mengurus Izin

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
II - 2
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Lokasi Usaha (Surat Keputusan Bupati Morowaii Nomor 540.2/SK.007/DESDM/III/2009


tertanggal 16 Maret 2009 tentang Pemberian Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi Bijih
Nikel seluas ± 1.209 ha, 2) Kegiatan Penyelidikan Umum, untuk megetahui ada tidaknya lokasi
untuk rencana kegiatan penambangan; 3) Kegiatan Eksplorasi, untuk mengetahui keberadaan
potensi sumberdaya pada lokasi IUP Eksplorasi dan 4) Kegiatan Study Kelayakan, untuk
mengetahui layak tidaknya potensi sumberdaya nikel yang terdapat pada lokasi IUP Eksplorasi
dari sisi ekonomi dan/atau finansial.
Kegiatan operasional penambangan nikel yang meliputi : pembukaan lahan, pengupasan tanah
pucuk, pemindahan tanah penutup, penggalian potensi tambang, pengangkutan hasil tambang,
pengolahan dan pengapalan bijih nikel akan menimbulkan perubahan dan/atau dampak penting
terhadap lingkungan hidup, baik lingkungan fisik kimia, lingkungan biologi, lingkungan sosial
ekonomi budaya dan lingkungan kesehatan masyarakat.
Sebagaimana telah ditegaskan pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05
Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki AMDAL,
dimana kegiatan Penambangan Bijih Primer Mineral Logam (termasuk bijih nikel), kapasitas
Produksi ≥ 300.000 ton/tahun dan pemindahan material penutup ≥ 1.000.000 ton; atau luas
perizinan operasi produksi ≥ 200 Ha dengan luas daerah bukaan ≥ 50 Ha kumulatif/tahun harus
dilengkapi dengan AMDAL. Didasarkan peraturan tersebut, PT. BINTANG FAJAR GLOBAL
dengan kapasitas produksi 0,90 juta ton/tahun, sebelum melaksanakan kegiatan penambangan
diwajibkan menyusun Dokumen Lingkungan AMDAL.
Pada saat ini (Tahun 2012), PT. BINTANG FAJAR GLOBAL tengah menyusun Dokumen
AMDAL, yang terdiri dari 4 (empat) Dokumen, yaitu : 1) Kerangka Acuan Kerja Analisis Dampak
Lingkungan (KA-ANDAL), 2) Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), 3) Rencana Pengelolaan
Lingkungan (RKL), dan 4) Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).
Penyusunan Dokumen AMDAL Penambangan Nikel PT. BINTANG FAJAR GLOBAL didasarkan
pada data-data: Laporan Eksplorasi dan Studi Kelayakan serta kondisi faktual di lapangan.
Penyusunan Dokumen Lingkungan AMDAL dilakukan untuk mengetahui kelayakan lingkungan
rencana kegiatan penambangan bijih nikel PT. BINTANG FAJAR GLOBAL berdasarkan aspek-
aspek kelestarian lingkungan.

B. Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha dengan Rencana Tata Ruang Wilayah


Kabupaten Morowali

Rencana Usaha Pertambangan Nikel DMP. PT. BINTANG FAJAR GLOBAL terletak di Wilayah
Blok Tambang Ganda-Ganda Kecamatan Petasia Kabupaten Morowali, sesuai Surat Keputusan
Bupati Morowali No. 540.2/SK.007/DESDM/III/2009 tertanggal 16 Maret 2009 tentang Pemberian
Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi Bijih Nikel DMP seluas ±1.209 ha kepada PT.
BINTANG FAJAR GLOBAL. Luas lahan tersebut sudah termasuk untuk pembangunan berbagai
fasilitas pendukungnya.

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
II - 3
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Didasarkan pada Peta Penunjukkan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 1999, serta Peta Perkembangan Tata Batas Kawasan Hutan Kabupaten Morowali Provinsi
Sulawesi Tengah oleh Dirjen Planologi Kehutanan Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah
XIV Palu Tahun 2010; bahwa keseluruhan areal/lokasi IUP Eksplorasi PT. BINTANG FAJAR
GLOBAL berada pada kawasan peruntukan khusus pertambangan (tambang nikel) yang
sebagian besar arealnya berada di kawasan hutan lindung (HL) dan sebagian lagi pada kawasan
hutan produksi terbatas (HPT) dan Areal Penggunaan Lain (APL). Detil status kawasan hutan
dalam IUP Eksplorasi PT. BINTANG FAJAR GLOBAL, disajikan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Keberadan Lokasi IUP Eksplorasi PT. BINTANG FAJAR GLOBAL
Berdasarkan Fungsi Kawasan dan Perairan, tahun 1999.
No FUNGSI KAWASAN HUTAN LUAS (Ha) Persentase (%)
1. Hutan Lindung (HL) 1.184,86 98,00
2. Hutan Produksi Terbatas (HPT) 1,38 0,12
3. Hutan Produksi Konversi (HPK) - -
4. Areal Penggunaan Lain (APL) 22,76 1,88
5. Areal Pantai/Perairan Laut Teluk Lambolo - -
Jumlah 1.209.00 100.00
Sumber : 1) Peta Lampiran SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 757/Kpts-ll/1999.
2) Peta Perkembangan Tata Batas Kawasan Hutan Kab. Morowali Prov. Sulawesi Tengah Skala 1:250.000
3) Lampiran Peta Lokasi IUP Eksplorasi (Surat Keputusan Bupati Morowali No.540.2/SK.007/DESDM/III/2009)
4) Hasil Pengukuran Planimetris Tim AMDAL, Tahun 2012.

Sampai saat ini Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Morowali yang terbaru
(Periode tahun 2012-2032) telah mendapat pengesahan dari Pemda Kabupaten Morowali
(RTRWK) dalam bentuk PERDA Kab. Morowali No. 02 Tahun 2012, namun pengesahan RTRW
Provinsi Sulawesi Tengah masih dalam proses (Revisi). Berdasarkan Dokumen RTRW Revisi
Kabupaten Morowali tersebut, menunjukkan bahwa lokasi rencana kegiatan Pertambangan Nikel
PT. BINTANG FAJAR GLOBAL keseluruhan areal/lokasi IUP Eksplorasinya berada pada
kawasan peruntukan khusus pertambangan (tambang nikel) yang sebagian besar arealnya
berada di kawasan hutan lindung (HL) dan sebagian lagi pada kawasan hutan produksi terbatas
(HPT) dan Areal Penggunaan Lain (APL) yang memiliki potensi bahan galian Tambang terutama
Bijih Nikel, dan tidak terdapat areal kawasan lindung (non budidaya) dalam lokasi IUP Eksplorasi
PT. BINTANG FAJAR GLOBAL, sehingga rencana kegiatan pertambangan nikel telah sesuai
dalam peruntukan wilayah berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Morowali
(Gambar 2-3 dan 2-4).
Berdasarkan Undang Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, dan Peraturan Pemerintah
No. 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan (KH produksi terbatas/HPT) untuk
kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan termasuk kegiatan Pertambangan dengan
metode pertambangan yang disyaratkan, serta Peraturan Menteri Kehutanan No. P.18/Menhut-
II/2011 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan, kegiatan usaha penambangan pada
kawasan hutan diperbolehkan dengan melalui Persetujuan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan dari
Menteri Kehutanan. Sedangkan areal/lokasi IUP Eksplorasi yang berada pada kawasan

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
II - 4
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

peruntukan khusus pertambangan (tambang nikel) dengan kandungan potensi nikelnya tinggi
dan berada pada kawasan hutan lindung (HL), maka kegiatan usaha penambangan nikel pada
kawasan HL tersebut menunggu Perubahan Fungsi Kawasan Hutan pada Revisi RTRW
Kabupaten Morowali yang diajukan.
Pada saat Dokumen AMDAL ini disusun, PT. BINTANG FAJAR GLOBAL tengah mengurus
Persetujuan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan dari Menteri Kehutanan. Penyusunan Dokumen
AMDAL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL merupakan salah satu prasyarat yang harus dipenuhi
untuk mendapatkan Persetujuan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan dari Menteri Kehutanan.
Dalam perencanaan dan penataan areal kerja IUP Eksplorasi PT. BINTANG FAJAR GLOBAL,
Manajemen PT. BINTANG FAJAR GLOBAL akan menunggu hasil Revisi RTRW Kabupaten
Morowali untuk areal IUP Eksplorasi yang termasuk dalam kawasan Hutan Lindung, yang
berdasarkan hasil pengukuran Planimetris Tim AMDAL menunjukan bahwa areal kerja IUP
Eksplorasi PT. BINTANG FAJAR GLOBAL berada dalam kawasan peruntukan khusus
pertambangan (tambang nikel) namun berada dalam kawasan hutan lindung (HL), sehingga
diperlukan Persetujuan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan dari Menteri Kehutanan, atau
mengajukan Usulan Perubahan Fungsi Kawasan Hutan melalui Revisi RTRW Kabupaten
Morowali berikutnya, sehingga luas areal kerja Penambangan Nikel yang akan dikelola oleh
Manajemen PT. BINTANG FAJAR GLOBAL luasannya tetap yaitu ±1.209 Ha, yang akan
ditingkatkan menjadi Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi. Rencana penataan
areal kerja IUP eksplorasi PT. BINTANG FAJAR GLOBAL selengkapnya dapat disimak pada
sajian Tabel 2-3 di bawah ini.

Tabel 2-3. Rencana Penataan Areal IUP PT. BINTANG FAJAR GLOBAL
LUAS
NO FUNGSI KAWASAN HUTAN KETERANGAN
(Ha) (%)
1. Hutan Lindung 1.184,86 98,00 Menunggu Hasil Revisi RTRW Kab. Morowali
2. Areal non Hutan Lindung 24,14 2,00
a. Areal Penggunaan Lain (APL) 22,76 1,88 Dikelola pada awal kegiatan operasi
b. Hutan Produksi Terbatas (HPT) 1,38 0,12 Dikelola setelah ada SK Pinjam Pakai Kawasan
c. Perairan Laut Teluk Lambolo - - Dikelola untuk fasilitas penunjang dll
Jumlah 1.209.00 100,00
Sumber : 1) Peta Lampiran Revisi RTRWK (Kawasan Hutan) Periode 2012-2032, Kabupaten Morowali, Prov. Sulawesi Tengah.
2) Lampiran Peta Lokasi IUP Eksplorasi (Surat Keputusan Bupati Morowali No.540.2/SK.007/DESDM/III/2009)
3) Peta Perkembangan Tata Batas Kawasan Hutan Kab. Morowali Prov. Sulawesi Tengah Skala 1:250.000
4) Hasil Pengukuran Planimetris Tim AMDAL, Tahun 2012.

C. Batas Lahan Yang Digunakan Untuk Rencana Kegiatan

Rencana Usaha Pertambangan Bijih Nikel PT. BINTANG FAJAR GLOBAL, sangat
memperhatikan kesesuaian lahan/potensial tambang untuk kelayakan usaha Pertambangan Bijih
Nikel, dan faktor pembatasnya. Hal itu demi tujuan kelestarian lingkungan yang
berkesinambungan. Oleh karena itu, kajian kelayakan untuk potensial pertambangan bijih Nikel

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
II - 5
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

sedang dan telah dilakukan oleh managemen PT. BINTANG FAJAR GLOBAL sebelum kajian
AMDAL kegiatan pertambangan tersebut dilakukan.
Rencana Penambangan Bijih Nikel oleh PT. BINTANG FAJAR GLOBAL terletak di Blok
Tambang Ganda-Ganda Kecamatan Petasia Kabupaten Morowali, sesuai Surat Keputusan
Bupati Morowali No. 540.2/SK.007/DESDM/III/2009 tertanggal 16 Maret 2009 tentang Pemberian
Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi Bijih Nikel seluas ± 1.209 ha kepada CV. JANNATUL
FIRDAUS yang kemudian mengalami peningkatan status dan perubahan nama menjadi PT.
BINTANG FAJAR GLOBAL, dengan batas-batas administrasi dan ekologi sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kawasan hutan Lindung (HL), kawasan DAS Sumara, Wilayah Kecamatan
Soyo Jaya dan Kawasan Perairan Teluk Tambayoli.
Sebelah Selatan : Kawasan hutan Lindung (HL), dan areal penggunaan lain (APL), Kawasan
DAS Laa dan sungai Tiu, areal pertanian/perkebunan penduduk serta aktifitas
perusahaan penambangan mineral logam (nikel,) lainnya.
Sebelah Timur : Kawasan areal penggunaan lain (APL) dan sebagian hutan Lindung (HL),
Kawasan DAS Laa, areal pertanian/perkebunan penduduk serta Kawasan
Perairan Teluk Lambolo
Sebelah Barat : Kawasan hutan Lindung (HL), dan sebagian hutan produksi terbatas (HPT),
Kawasan DAS Laa dan sungai Tiu, dan wilayah Kecamatan Soyo Jaya.

Di sekitar lokasi rencana penambangan Bijih Nikel terdapat perkebunan kakao, jambu mente dan
kelapa dalam, pemukiman penduduk sekitar (walaupun letaknya cukup jauh), Kawasan hutan
lindung (HL), Kawasan hutan produksi terbatas (HPT) dan hutan produksi tetap (HP); kawasan
pertanian/perkebunan masyarakat sekitar, serta beberapa wilayah Konsesi Pertambangan
(KP/IUP) diantaranya Perusahaan Tambang Nikel PT. Sumber Swarna Pratama, PT. Graha
Sumber Mining Indonesia, PT. Sumberjati Pratama Selatan dan Tambang Bijih nikel PT. Integra
Service Nusantara; danau Tiu, beberapa sungai (DAS) Laa/koro Lowo, sungai/Tiu dan sungai
Lambolo serta anak sungai yang banyak digunakan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari
berada di sekitar areal rencana penambangan.

D. Aksesibilitas Menuju Lokasi Kegiatan dan Ketersediaan Sumberdaya.

Aksesibilitas yang menghubungkan lokasi rencana kegiatan Penambangan Bijih Nikel PT.
BINTANG FAJAR GLOBAL dalam hubungannya dengan jarak kesampaian daerah dapat
diuraikan sebagai berikut:
1) Dari Kota Palu (Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah) dapat ditempuh dengan perjalanan
darat melalui jalan lintas Sulawesi menuju Kota Bungku sebagai ibukota Kabupaten
Morowali yang dapat ditempuh sekitar 15-17 jam.
2) Sedangkan dari Sorowako menuju Kota Bungku dapat ditempuh dalam waktu 5-7 jam
melalui jalan lintas Sulawesi, atau dari Sorowako menuju ke wilayah Kecamatan Petasia
ditempuh sekitar 10-11 jam.
3) Untuk mencapai wilayah proyek dari Kota Palu (Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah) ke
kota Kolonodale Kabupaten Morowali ditempuh dengan jalan darat melalui Parigi - Poso

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
II - 6
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

yang merupakan jalan raya yang menghubungkan Ibukota Kabupaten. Waktu tempuh
perjalanan dari kota Palu ke Kecamatan Petasia (lokasi proyek) ± 14 jam.
4) Untuk memenuhi kebutuhan sumber air kebutuhan karyawan dan proses produksi akan
dimabil dari sumber air terdekat dengan menggunakan pompa penyalur yang
diperkirakan jaraknya beberapa km dari pusat kegiatan penambangan.

Jenis Sumber Energi dan Sumber Air Yang diperlukan


Jenis Sumber energi utama untuk mendukung pengoperasian fasilitas Produksi adalah:
1) Bahan bakar untuk pengoperasian berbagai fasilitas seperti kendaraan akan dibeli
dipasaran dengan status non subsidi. Dan untuk penggerak kompressor, penggerak
generator listrik akan diusahakan sendiri.
2) Unit generator berbahan bakar fosil/minyak solar, yang disediakan untuk keadaan darurat
di masing-masing blok saat kegiatan konstruksi dan operasional pengolahan akan dibeli
dari pertamina atau dari distributor resmi.
3) Keperluan air cukup besar, untuk kebutuhan tahap konstruksi, bila debitnya
memungkinkan akan diambil dari air sungai atau genangan air tawar terdekat. Pada
tahap operasi kebutuhan air akan diambil beberapa pilihan terbaik yaitu yang bersumber
dari sumber air bawah tanah, dan air tanah atau air sungai terdekat.
4) Energi listrik yang berasal dari genset berbahan bakar fosil yaitu Minyak Solar atau gas
LNG untuk penerangan dan penggerak motor listrik.

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
II - 7
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Gambar 2-1. Peta Jalur Akses dari Kota Palu ke Blok Tambang Ganda-Ganda (Kec.Petasia)

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
II - 8
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

E. Tata letak Kegiatan IUP Eksplorasi Wilayah Penambangan PT. BINTANG FAJAR
GLOBAL (PT. BFG)

Secara geografis lokasi IUP. Eksplorasi Pertambangan Bijih Nikel PT. BINTANG FAJAR
GLOBAL terletak antara 121° 16’ 16.90” BT - 121° 18’ 55.99” BT, dan 01° 52’ 44.31” LS - 01° 54’
11.73” LS. Titik koordinat lokasi rencana kegiatan disajikan pada Tabel 2.4 dan Wilayah Izin
Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi Bijih Nikel CV. JANNATUL FIRDAUS yang kemudian
mengalami peningkatan status dan perubahan nama menjadi PT. BINTANG FAJAR GLOBAL
seluas ± 1.209 ha disajikan pada Gambar 2.2 dan 2.3.

Tabel 2.4. Titik Koordinat Lokasi Kawasan IUP Eksplorasi Nikel DMP
PT. BINTANG FAJAR GLOBAL
Koordinat Wilayah IUP Eksplorasi (IUP Eksplorasi) “MW237”
No. GARIS BUJUR GARIS LINTANG
Derajat Menit Detik BT/BB Derajat Menit Detik LU/LS
01 121 16 16.90 BT 01 54 11.73 LS
02 121 16 16.90 BT 01 52 51.31 LS
03 121 16 23.94 BT 01 52 51.31 LS
04 121 16 23.94 BT 01 52 44.31 LS
05 121 18 22.77 BT 01 52 44.31 LS
06 121 18 22.73 BT 01 53 19.78 LS
07 121 18 55.99 BT 01 53 19.82 LS
08 121 18 55.99 BT 01 54 11.73 LS

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
II - 9
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Gambar 2.2. Peta Lokasi Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi Bijih Nikel PT. BINTANG FAJAR GLOBAL

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
II - 10
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Gambar 2.3. Peta Revisi RTRWK (Kawasan Hutan) Periode 2012-2032, Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
II - 11
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Gambar 2.4. Peta Potensi Bahan Galian di Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah
DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
II - 12
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

F. Tahapan pelaksanaan Rencana Usaha dan/atau Kegiatan

F.1 Potensi Dan Kapasitas Produksi


Berdasarkan hasil eksplorasi oleh pihak PT. BINTANG FAJAR GLOBAL diketahui bahwa
dari blok IUP Eksplorasi yang dimohon dengan total luas ±1.209 ha, tim eksplorasi berhasil
menyelesaikan pekerjaan eksplorasi untuk daerah seluas ±620 Ha, dan diperoleh adanya
potensi bahan galian nikel (Ni) dan besi (Fe) pada areal Izin Usaha Pertambangan (IUP)
mengandung cadangan bijih nikel dan besi kadar rendah dan kadar tinggi terindikasi (Ni =
1,0% - 1,8%) sebesar 11.939.271,80 ton bijih nikel basah (Wet Metric Ton). Potensi yang
dapat ditambang dengan perkiraan potensi yang hilang (losses) sebesar 15% adalah
sekitar 10,148,381.03 ton wmt (mineable minning) dan masih akan bertambah lagi sejalan
dengan perkembangan pekerjaan eksplorasi yang masih terus berlanjut. Dengan target
penjualan bijih nikel sebesar ±900.000 WMT per tahun maka umur tambang akan
mencapai ±10 (sepuluh) tahun. Umur tambang masih akan bertambah karena pekerjaan
eksploitasi pada area yang dimohon masih terus berlangsung. Metode penggalian yang
akan digunakan adalah sistem berjenjang (stripping).
Data hasil pengujian/perkiraan secara umum pada lapisan bijih nikel di Blok Tambang
Ganda-Ganda terdiri atas :
a. tanah penutup (overburden = OB), tebal 2 m
b. limonit, kadar Ni ≥ 1,2%; Fe ≥ 25%, tebal 2 m
c. lapisan pengotor (waste) karena mengotori lapisan bijih
nikel kadar tinggi (saprolit) yang berada di bawahnya,
tebal 1 m, biasa disebut dengan medium grade,
penyimpanannya disatukan bersama limonit, sehingga
akan menambah cadangan limonit.
d. saprolit, kadar Ni ≥ 1,80% ; Fe ≥ 12%, tebal 2 m.

Stripping Ratio (SR) 2/5.

Disini Stripping Ratio didefinisikan : stripping ratio adalah perbandingan antara tebal
overburden (OB) dengan tebal lapisan cadangan bijih nikel yang terdiri dari lapisan limonit,
waste (medium grade) dan saprolit.
Dengan rencana ekspor per tahun ±900.000 ton, dan dapat ditingkatkan sesuai dengan
permintaan pasar. Karena pengaruh angin barat kegiatan pengapalan hanya selama 10
bulan per tahun atau 3.000 ton per hari. Rencananya bijih nikel yang akan dijual adalah
bijih nikel dengan kadar Ni rata-rata di atas 1,70%, dan yang dianggap cadangan adalah
bijih nikel dengan cut off grade (c.o.g.) kadar Ni = 1,50%. Kadar Ni = 1,70%, dapat
diperoleh dari hasil pencampuran (blending) bijih nikel kadar rendah (1,50%) dengan bijih
nikel kadar tinggi dengan perbandingan berat tertentu.
Rencananya bijih nikel yang akan dijual adalah bijih nikel dengan kadar Ni rata-rata di atas
1,70%, dan yang dianggap cadangan adalah bijih nikel dengan cut off grade (c.o.g.) kadar

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-13
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Ni = 1,50%. Kadar Ni = 1,70%, dapat diperoleh dari hasil pencampuran (blending) bijih
nikel kadar rendah (1,50%) dengan bijih nikel kadar tinggi dengan pernbandingan berat
tertentu. Dari blok IUP Eksplorasi yang dimohon dengan total luas ±1.209 ha, tim
eksplorasi berhasil menyelesaikan pekerjaan eksplorasi untuk daerah seluas ±620 Ha, dan
didapat cadangan bijih nikel terindikasi dengan kadar rata-rata : Ni = 1,7%, serta jumlah
cadangan ±11.939.271,80 ton bijih nikel basah (Wet Metric Ton). Data hasil hasil
pengujian/perkiraan cadangan disajikan pada Tabel 2.5 berikut.

Tabel 2.5. Estimasi / Perkiraan Cadangan Ni (Nikel) PT. BINTANG FAJAR GLOBAL

CRITERIA OF GRADE TONASE (WMT) Ni (%) Co (%) Fe (%) SiO2 (%) MgO (%) Cr2O3 (%) CaO (%)
SG (Tonnes/M3)

GRADE Ni (1.00% - 1.49%) 4,431,831.10 1.18 0.08 31.02 25.83 7.06 1.37 1.10

GRADE Ni (1.50% - UP) 2,027,310.90 1.91 0.05 20.69 35.30 15.49 1.28 0.52

GRADE Ni (1.80% - UP) 1,118,813.50 2.18 0.05 17.51 37.37 18.70 1.08 0.50

GRADE Fe (40% - UP) 4,361,316.30 0.97 0.10 44.47 8.57 1.44 1.36 1.58

11,939,271.80

1) Kualitas Tambang Nikel


Ketebalan deposit nikel pada IUP Eksplorasi PT. BINTANG FAJAR GLOBAL bervariatif
pada kisaran 5 m hingga lebih dari 30 m. Perhitungan cadangan tertambang dilakukan
dengan metoda penampang dengan nilai rata-rata, yang dilakukan sampai kedalaman
maksimum 50 m sesuai dengan rekomendasi geoteknik sehingga didapatkan stripping ratio
(SR) 2:5. Dari hasil penelitian diperoleh kualitas potensi tambang, terlihat pada Table 2.5.

2) Kapasitas Produksi dan Umur Tambang

Ketebalan deposit potensi bijih nikel pada IUP Eksplorasi PT. BINTANG FAJAR GLOBAL
bervariatif, yaitu antara 5 m sampai 30 m lebih.
Potensi cadangan tambang bijih nikel pada areal IUP Eksplorasi PT. BINTANG FAJAR
GLOBAL diprakirakan sebesar ±11,939 juta ton wmt. Potensi yang dapat ditambang
dengan perkiraan potensi yang hilang (losses) sebesar 15% adalah sekitar ±10,148 juta
ton wmt (mineable minning). Dengan kapasitas produksi/penjualan bijih nikel sebesar ±90
ribu ton per bulan atau sebesar 0,9 juta ton per tahun (±900.000 ton per tahun), dan dapat
ditingkatkan sesuai dengan permintaan pasar. Karena pengaruh angin barat kegiatan
pengapalan hanya selama 10 bulan per tahun atau 3.000 ton per hari. Kegiatan
penambangan (eksploitasi) bijih nikel di lokasi IUP PT. BINTANG FAJAR GLOBAL akan
dilakukan dalam jangka waktu sekitar lebih dari 10 (sepuluh) tahun. Rencana dan waktu
pelaksanaan kegiatan penambangan bijih nikel PT. BINTANG FAJAR GLOBAL, disajikan
pada Tabel 2.6.

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-14
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

3) Tahapan Pelaksanaan Kegiatan


Proses dan tahapan pelaksanaan kegiatan penambangan bijih nikel pada IUP Eksplorasi
PT. BINTANG FAJAR GLOBAL akan dilaksanakan dalam 4 (empat) tahap kegiatan, yaitu:
1) Tahap Prakonstruksi, 2) Tahap Konstruksi, 3) Tahap Operasi dan 4) Tahap Pasca
Operasi.

Tahap Prakonstruksi. Komponen rencana usaha atau kegiatan yang akan dilakukan
pada Tahap Prakonstruksi, meliputi: a) Sosialisasi Rencana Kegiatan; b) Pembebasan
Lahan; c) Pengadaan Tenaga Kerja, dan d) Mobilisasi Peralatan Kerja.

Tahap Konstruksi. Komponen rencana kegiatan yang akan dilakukan pada Tahap
Konstruksi, meliputi: a) Pembangunan Jalan, dan b) Pembangunan Sarana Prasarana.
Tahap Operasi. Komponen rencana kegiatan yang akan dilakukan pada Tahap Operasi,
meliputi: a) Pembersihan Lahan; b) Pengupasan Tanah Pucuk dan Tanah Penutup; c)
Penambangan; d) Pengangkutan Hasil Tambang; e) Pengolahan Nikel (Grizzling); f)
Pemuatan Nikel Ke Ponton (Shipping); g) Aktifitas Bengkel dan Genset; h) Pengelolaan
Limbah; i) Penerapan K-3; dan j) Community Development.

Tahap Pasca Operasi. Komponen rencana kegiatan yang akan dilakukan pada Tahap
Pasca Operasi, meliputi: a) Demobilisasi Peralatan Kerja; b) Rasionalisasi Tenaga Kerja; c)
Reklamasi dan Revegetasi, serta d) Monitoring dan Evaluasi sebelum areal IUP Eksplorasi
dikembalikan kepada negara.

Sebagaimana tersaji pada Tabel 2.6 di bawah ini bahwa kegiatan produksi atau operasi
penambangan oleh PT. BINTANG FAJAR GLOBAL akan dilaksanakan dalam waktu lebih
dari 10 (sepuluh) tahun. Penentuan rencana waktu pelaksanaan kegiatan penambangan
tersebut didasarkan pada umur produksi, yang ditentukan berdasarkan perbandingan
jumlah potensi bijih nikel yang dapat ditambang (mineable minning) dengan kapasitas
produksi.
Tahap kegiatan konstruksi direncanakan akan dimulai pada akhir tahun 2012, sedangkan
tahap produksi diharapkan sudah dapat dimulai pada pertengahan tahun 2013.
Keseluruhan rencana Penambangan Bijih Nikel PT. BINTANG FAJAR GLOBAL seperti
tertera pada Tabel 2.6 berikut:

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-15
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Tabel 2.6. Jadwal Rencana Kegiatan Pertambangan Nikel PT. BINTANG FAJAR GLOBAL
(PT. BFG)
TAHUN KEGIATAN
NO URAIAN KEGIATAN
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
I. TAHAP PRA KONSTRUKSI
1) Perizinan dan Koordinasi
2) Survey Lahan
3) Sosialisasi dan Konsultasi Publik
4) Pembebasan lahan
II. TAHAP KONSTRUKSI
1) Mobilisasi & Demobilisasi Alat & Material
2) Mobilisasi Tenaga Kerja
3) Pembangunan Sarana-Prasarana Penunjang
4) Pembukaan dan Penyiapan Lahan Tambang
5) Pembangunan Jalan Tambang
III. TAHAP PRODUKSI
1) Pengoperasian Jalan
2) Pembersihan Lahan
3) Pengoperasian Sarana-Prasarana Penunjang
4) Pengupasan tanah pucuk & tanah penutup
5) Penggalian/penambangan bijih nikel
6) Pengangkutan Hasil Tambang
7) Pengolahan (Grizzling)
8) Pemuatan Nikel ke Ponton
9) Aktifitas Genset
10) Pengelolaan Limbah
11) Penerapan K-3
12) Pengembangan Masyarakat
13) Reklamasi Pasca Tambang
IV. TAHAP PASCA PRODUKSI/OPERASI
1) Rasionalisasi Tenaga Kerja
2) Demobilisasi Peralatan Kerja
3) Reklamasi dan Revegetasi Akhir
4) Monitoring/Pengembalian Areal KP
Sumber : Dokumen FS. PT. BINTANG FAJAR GLOBAL, Awal Tahun 2012.
Keterangan : Operasional Penambangan 10-11 Tahun, Tahun Ke 12-13 Reklamasi dan Revegetasi
BlokTerakhir, Tahun 1 3 - 1 5 , Evaluasi Kelayakan Lahan Oleh Tim Teknis Sebelum Pengembalian
Areal Kerja

Setelah kegiatan produksi selesai, pada tahun ke-11 sampai 12, PT. BINTANG FAJAR
GLOBAL masih memiliki kewajiban untuk melakukan kegiatan reklamasi dan revegetasi
pada blok penambangan terakhir. Pada tahun ke-13 sampai tahun ke-15 setelah reklamasi
dan revegetasi blok terakhir) bersama pihak terkait PT. BINTANG FAJAR GLOBAL masih
memiliki kewajiban melakukan monitoring dan evaluasi kawasan eks pertambangan
sebelum areal dikembalikan kepada Negara/PEMDA. Monitoring dan evaluasi kawasan
eks pertambangan dilakukan dalam rangka menilai keberhasilan kegiatan reklamasi dan
revegetasi yang telah dilakukan oleh PT. BINTANG FAJAR GLOBAL dan/atau menilai
keberhasilan pengembalian fungsi kawasan seperti semula.

F.2 Sistem Dan Metode Penambangan


Endapan bijih nikel adalah endapan bijih alluvial dengan ketebalan antara 0,5 m - 6 m serta
tebal lapisan penutup (overburden) 6 - 12 m. Produk bijih nikel yang akan dipasarkan
berupa campuran bijih nikel kadar rendah jenis limonit dan tinggi jenis saprolit dengan

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-16
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

ukuran -20 m. Pada umumnya endapan alluvial ditambang dengan sistim tambang terbuka.
Cadangan bijih nikel di Blok Ganda-Ganda akan ditambang dengan sistem tambang
terbuka (Open pit Minning) (Gambar 2.5):

Gambar 2.5. Bagan Alir Kegiatan Tambang Terbuka

1) Tahap pertama pengupasan tanah penutup (overburden=OB menggunakan bulldozer


secara sistematis, tanah penutup dikumpulkan ditempat tertentu untuk nantinya
dikembalikan ke lahan yang sudah selesai ditambang (back-filling). Jika tebal OB di
atas 1 m, OB ditambang menggunakan excavator dan articulated dump truck dibuang
ke lokasi pembuangan overburden (overburden disposal).
2) Tahap kedua penambangan menggunakan excavator dan dump truck, Bijih nikel kadar
rendah (limonit) digali/muat memakai excavator (back hoe) dan diangkut memakai
articulated dump truck ke stockyard transito limonit berjarak 1 – 2 km dari front
penambangan.
3) Tahap ketiga menambang medium grade (campuran limonit dengan saprolit)
menggunakan dump truck dan excavator. Bijih nikel kadar medium digali/muat
memakai excavator (back hoe) dan diangkut memakai articulated dump truck ke stock
yard medium grade yang letaknya sama dengan stock yard transito limonit.
4) Tahap ke empat menambang high grade (saprolit) menggunakan dump truck and
excavator. Bijih nikel saprolit digali/muat memakai excavator (backhoe) dan diangkut

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-17
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

memakai dump truck ke stationary grizzly dengan bukaan (opening) 20 cm, yang
jaraknya 1 – 2 km dari front penambangan.
5) Tahap ke lima pemisahan bijih nikel saprolit ukuran butir +20 cm dan -20 cm. Under
size -20 cm ditumpuk di lokasi stationary grizzly. Sedangkan over size +20 cm atau
boulders dimasukkan ke jaw crusher, opening dari discharging 20 cm, dengan
kapasitas 50 ton/jam. Produk jaw crusher disatukan dengan bijih -20 cm.
6) Tahap ke enam mengangkut produk bijih nikel saprolit maupun limonit dari stock yard
transito dan atau grizzly ke stock yard pelabuhan berjarak sekitar 6,0 sampai 7,5 km.

F.3 Rencana Kegiatan Yang Ditelaah

Kegiatan penambangan nikel PT. BINTANG FAJAR GLOBAL dapat dipilah dalam 4 (empat)
tahap kegiatan, yaitu: a) Tahap Pra-Konstruksi, b) Tahap Konstruksi, c) Tahap Operasi dan
d) Tahap Pasca Operasi, dengan komponen kegiatan sebagai berikut:
 Tahap Pra Konstruksi, meliputi kegiatan : Sosialisasi Rencana Kegiatan Penambangan,
serta Pembebasan Lahan dan tanam tumbuh.
 Tahap Konstruksi, meliputi kegiatan : Perekrutan Tenaga Kerja dan Mobilisasi Peralatan
Kerja, Pembangunan Jalan Tambang, Pembukaan dan Penyiapan Lahan Tambang,
Pembangunan Sarana Prasarana Penunjang dan Pembangunan Instalasi Khusus.
 Tahap Operasi, meliputi kegiatan : Pembersihan Lahan, Pengupasan Tanah Penutup,
Penambangan, Pengangkutan Hasil Tambang Ke Stockyard, Pengolahan Hasil
Tambang, Pengapalan Hasil Tambang, Operasional Genset, Penerapan K-3 dan
Community Development.
 Tahap Pasca Operasi, meliputi kegiatan: Demobilisasi Peralatan Kerja, Rasionalisasi
Tenaga Kerja, Reklamasi dan Revegetasi serta Monitoring dan Evaluasi Lingkungan.

1. KEGIATAN TAHAP PRA-KONSTRUKSI

a. Perijinan dan Koordinasi

Sebelum melaksanakan Penambangan Bijih Nikel, perlu dilakukan proses perijinan dan
koordinasi dari pihak-pihak yang berwenang. Proses Perijinan tersebut dilakukan melalui
lembaga-lembaga terkait.

b. Survey Lahan

Survei lahan untuk kegiatan pertambangan bijih nikel dilakukan di lokasi pertambangan Blok
Ganda-Ganda seluas ±1.209 ha di wilayah Kecamatan Petasia Kabupaten Morowali Provinsi
Sulawesi Tengah, tepatnya terletak pada Desa Ganda-Ganda. Kegiatan ini dilakukan untuk
mendapatkan gambaran rinci wilayah yang akan ditambang beserta lokasi pembangunan
sarana dan prasarana penunjang.

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-18
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

c. Sosialisasi dan Konsultasi Publik

Sesuai Keputusan Kepala Bapedal Nomor 08 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat
dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses AMDAL, sebelum melakukan kegiatan
penambangan nikel PT. BINTANG FAJAR GLOBAL diwajibkan melakukan sosialisasi rencana
kegiatan kepada masyarakat sekitar dan para pihak (Stakeholder) terkait. Sosialisasi rencana
kegiatan diperlukan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat dan para pihak
terkait mengenai bentuk-bentuk kegiatan penambangan nikel, tujuan dan manfaat kegiatan
serta prakiraan dampak yang akan terjadi terhadap lingkungan hidup sekitarnya. Kegiatan
sosialisasi dan Konsultasi Publik pelaksanaannya dipusatkan di Balai Pertemuan/Balai
Desa Ganda-Ganda pada tanggal 24 September 2011. Dalam acara tersebut dihadiri oleh
Staf Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Morowali, unsur TRIPIKA Kecamatan,
Kepala Desa lingkar dampak, Badan Perwakilan Desa, LKMD, LSM, beberapa tokoh
masyarakat dari beberapa desa/dusun yang terkena dampak secara langsung maupun secara
tidak langsung dari rencana kegiatan Penambangan Nikel tersebut.

Berdasarkan pengamatan terhadap saran, pendapat dan tanggapan dari masyarakat dan
pemerintah serta pihak-pihak yang terkait atas rencana kegiatan Penambangan dan
Pengolahan Bijih Nikel terdapat beberapa topik yang perlu mendapat perhatian untuk dimuat
dalam Dokumen ANDAL ini, meliputi:
1. Pada prinsipnya masyarakat menyambut baik adanya rencana kegiatan Penambangan
Bijih Nikel oleh PT. BINTANG FAJAR GLOBAL di Blok Tambang Ganda-Ganda Kec.
Petasia.
2. Masyarakat berharap rencana Penambangan Bijih Nikel oleh PT. BINTANG FAJAR
GLOBAL secepatnya beroperasi dan selanjutnya melakukan persiapan pembangunan
unit Pengolahan Biji Nikel atau Smelter.
3. Mobilisasi dan Penggunaan Tenaga Kerja Lokal menjadi prioritas utama oleh pihak
perusahaan.
4. Penyelesaian/ganti rugi Lahan/Tanaman masyarakat yang masuk wilayah IUP/KP
Eksplorasi PT. BINTANG FAJAR GLOBAL dilaksanakan secara musyawarah dan
mufakat yang dimediasi oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Morowali.
5. Pola Kemitraan yang akan dikembangkan oleh pihak perusahaan harus
dimusyawarahkan secara transparan dengan masyarakat.
6. Pengalokasian dan besaran dana CD (ComDev) atau dana CSR yang disiapkan oleh
pihak perusahaan seyogyanya dimusyawarakan dengan Masyarakat.
7. Jika memungkinkan perusahaan dapat menyiapkan fee dari hasil produksi Bijih Nikel
yang dihitung berdasarkan besaran kubikasi (metrik ton) yang besaran dananya
ditentukan atas musyawarah dan mufakat dengan masyarakat, setelah tahap Eksploitasi.
8. Perusahaan bertanggung jawab bila terjadi bencana akibat aktifitas pertambangan PT.
BINTANG FAJAR GLOBAL.

Kegiatan sosialisasi rencana kegiatan penambangan nikel bertujuan untuk membangun


komunikasi yang konstruktif antara PT. BINTANG FAJAR GLOBAL dengan masyarakat

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-19
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

setempat dan para pihak terkait (multistakeholder), sehingga diperoleh kesepahaman dan
kerjasama dalam proses pengelolaan usaha penambangan bijih nikel yang berwawasan
lingkungan.
Secara informal, kegiatan sosialisasi pada masyarakat sekitar telah dimulai oleh PT.
BINTANG FAJAR GLOBAL saat mengawali pelaksanaan kegiatan survey geologi dan
eksplorasi, dimana Tim Survey telah mengadakan pertemuan dengan warga Desa lingkar
tambang untuk mengkomunikasikan maksud, tujuan dan rencana kegiatan perusahaan, serta
mendengar langsung harapan dan aspirasi masyarakat terhadap rencana perusahaan yang
akan membuka usaha pertambangan di wilayah desanya. Selanjutnya kegiatan sosialisasi
dan Konsultasi Publik juga telah dilakukan secara bersama antara Pihak Konsultan AMDAL
PKMK-UNTAD dengan pihak Perusahaan PT. BINTANG FAJAR GLOBAL.
Pada saat kegiatan sosialisasi dan Konsultasi Publik dilaksanakan, semua saran,
rekomendasi dan gagasan tersebut akan dipertimbangkan dalam desain proyek perusahaan
dan apabila tidak bertentangan akan dimasukkan ke dalam naskah Dokumen ANDAL. Selain
itu telah dilakukan publikasi tentang rencana penambangan dan pengolahan Bijih Nikel
melalui koran lokal yaitu Koran Harian Umum Media Alkhairaat tanggal 27 Agustus 2011
(Terlampir).
Hasil kegiatan sosialisasi rencana kegiatan Penambangan bijih Nikel secara detil dan
transparan diprakirakan akan menimbulkan dampak penerimaan masyarakat sekitar dan para
pihak terkait terhadap pelaksanaan kegiatan Penambangan Bijih Nikel yang berwawasan
lingkungan.

d. Pembebasan lahan dan Tanam Tumbuh

Untuk memperlancar kegiatan penambangan nikel, PT. BINTANG FAJAR GLOBAL akan
melakukan proses pembebasan lahan, melalui lima tahap kegiatan, yaitu : a) Sosialisasi
rencana pembebasan lahan, b) Identifikasi bentuk-bentuk pemanfaatan lahan, c) Pendataan
hak kepemilikan dan luas penguasaan lahan, d) Penentuan kesepakatan pembebasan lahan
secara adil dan wajar, serta e) Pelaksanaan pembebasan lahan berdasarkan hasil
kesepakatan bersama antara PT. BINTANG FAJAR GLOBAL, masyarakat dan pihak terkait.
Sistem pembebasan lahan pada areal tambang, lokasi pelabuhan dan stockyard akan
dilakukan melalui sistem ganti rugi lahan, yaitu : mengganti nilai tanah dan tanam tumbuh dan
setelah kegiatan berakhir lahan akan dikembalikan kepada pemilik lahan. Pelaksanaan
kegiatan pembebasan lahan pada areal PT. BINTANG FAJAR GLOBAL akan dilakukan oleh
Panitia Sembilan (Panitia Pengadaan Tanah).
Pada lokasi penambangan terdapat lahan-lahan milik warga masyarakat yang ditanami
dengan tanaman produktif. Proses pemberian kompensasi sewa lahan dan pembebasan
tanam tumbuh akan dilaksanakan secara langsung melalui musyawarah untuk mufakat yang
bisa diterima oleh kedua belah pihak berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-20
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

berlaku, yakni antara PT. BINTANG FAJAR GLOBAL dengan para pemilik lahan dengan
disaksikan oleh aparat pemerintah setempat.
Kegiatan tersebut di atas berpotensi akan merubah persepsi masyarakat terhadap rencana
kegiatan. Pengadaan lahan yang akan dilakukan pada tahap kegiatan ini akan dilakukan
secara jual-beli, sewa-menyewa atau dengan cara lain sesuai dengan kesepakatan bersama.
Pada tahap kegiatan pengadaan lahan ini diprakirakan akan muncul dampak berupa
terjadinya perubahan fungsi lahan, perubahan jenis/sumber mata pencaharian penduduk,
perubahan pola kepemilikan lahan penduduk. Pengadaan lahan yang dimiliki oleh masyarakat
dan perusahaan dilakukan dengan cara jual-beli, maka hal tersebut akan meningkatkan
pendapatan/penghasilan masyarakat setempat. Sedangkan pengadaan lahan yang dimiliki
oleh Departemen Kehutanan akan dilakukan dengan sistem pinjam pakai sesuai peraturan
yang berlaku.
Peningkatan pendapatan dari para pemilik lahan ini akan dapat menimbulkan persepsi positif
bagi para pemiliknya, namun sebaliknya apabila dalam kegiatan pengadaan lahan tersebut
tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pemilik lahan, akan berpotensi memunculkan
konflik sosial di masyarakat yang pada akhirnya akan dapat menyebabkan munculnya
persepsi negatif masyarakat terhadap rencana kegiatan.

2. KEGIATAN TAHAP KONSTRUKSI

a. Mobilisasi Tenaga Kerja

Perekrutan tenaga kerja PT. BINTANG FAJAR GLOBAL diprioritaskan dari masyarakat lokal,
dimana diupayakan > 60% adalah tenaga kerja lokal. Dalam proses perekrutan tenaga kerja,
PT. BINTANG FAJAR GLOBAL akan bekerjasama dengan pemerintah setempat dan Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Morowali. Untuk meningkatkan kualitas tenaga
kerja, PT. BINTANG FAJAR GLOBAL akan mengikutsertakan para tenaga kerja dalam
kegiatan pendidikan dan pelatihan tenaga kerja secara internal maupun eksternal, seperti :
teknik penambangan bijih nikel, program K-3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dan
pengolahan limbah. Terkait dengan program K-3, para tenaga kerja akan diikutkan sebagai
peserta JAMSOSTEK.
Dalam kegiatan operasional penambangan waktu kerja yang akan diterapkan oleh Unit
Manajemen PT. BINTANG FAJAR GLOBAL adalah 2 shift kerja. Jam kerja hari Senin - Kamis
dan hari Sabtu, shift pertama dari pukul 07.00-12.00 dan 13.00-15.00. Untuk shift kedua
dimulai dari pukul 16.00-21.00 dan 22.00 -24.00. Sedangkan jam kerja hari Jumat untuk shift
pertama dimulai dari pukul 07.00-11.45 dan 13.30-15.30, untuk shift kedua dimulai dari pukul
16.00-21.00 dan 22.00-24.00. Pembagian gilir kerja antar shift akan digilir setiap 1 bulan
sekali. Secara ringkas, prakiraan jumlah waktu kerja dalam 6 hari kerja dalam seminggu
disajikan pada Tabel 2.7.

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-21
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Tabel 2.7. Alokasi Waktu Kerja Per Minggu Pada Tahap Operasional
PAGI SORE MALAM JUMLAH
NO HARI KETERANGAN
(menit) (menit) (menit) (menit)
1 Senin-Kamis & Sabtu 1.500 600 2.100 4.200 Jika 1 minggu 6 hari kerja maka jam
kerja rata-rata 835 menit atau 13,9
2 Jumat 267 120 420 807 jam/hari .
Jumlah 1.767 720 2.520 5.007
Sumber : Unit Manajemen PT. BINTANG FAJAR GLOBAL, Tahun 2012.

Selain dikerjakan sendiri, kegiatan operasi penambangan nikel juga dilakukan bersama
dengan mitra kerja (kontraktor). Lingkup pekerjaan yang dilakukan PT. BINTANG FAJAR
GLOBAL dan kontraktor disajikan pada Tabel 2.8.

Tabel 2.8. Lingkup Kerja Antara PT. BINTANG FAJAR GLOBAL - Kontraktor Penambangan
PT. BINTANG FAJAR
No KEGIATAN KONTRAKTOR
GLOBAL
A. Pra Konstruksi
1. Survey Lahan ++
2. Sosialisasi dan Konsultasi Publik ++
3. Pembebasan Lahan ++
B. Konstruksi
1. Mobilisasi Peralatan Kerja ++
2. Perekrutan Tenaga Kerja ++ ++
3. Pembangunan Pelabuhan & ROM Stockyard & Settling Pond ++
4. Pembangunan Jalan Masuk dan Jalan Utama ++
5. Load Out Facilty dan Nikel Handling Facilities ++
6. Pembangunan Fasilitas Pendukung (Camp, kantor dll.) ++
C. Perencanaan Tambang
1. Pemboran Crop Line ++
2. Pemboran Eksplorasi, In Pit Drilling & Permodelan Geologi ++
3. Perhitungan Cadangan Long Term ++
4. Perencanaan Tambang Jangka Panjang ++
5. Desain Teknis Tambang ++
6. Perencanaan Tambang Per Tri Wulan ++
D. Penambangan
1. Persiapan
- Pemasangan rambu-rambu survey dan areal kerja ++ ++
- Pengupasan dan Penyebaran Tanah Pucuk ++
2. Operasi
- Land Clearing ++
- Top Soiling, Ripping dan Dozing ++
- Pengupasan dan Penyebaran Top Soil ++
- Konstruksi dan Road Maintenance ++
- Konstruksi dan Maintenance Settling Pond ++
- Water Treatment ++
- Pengangkutan Nikel dari Tambang - CHP ++
- Penanganan Nikel di ROM Stockyard ++
- Quality Control ++ ++
- Reklamasi dan Revegetasi ++ ++
- Community Development ++ ++
- Penyediaan Peralatan Komunikasi dan K-3 ++
3. Pengukuran Hasil Kerja ++ ++

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-22
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

PT. BINTANG FAJAR


No KEGIATAN KONTRAKTOR
GLOBAL
D. Pengangkutan Nikel Pelabuhan - Transhipment Point ++
E. Pemasaran Nikel ++
F. Demobilisasi Peralatan Kerja ++ ++
G. Rasionalisasi Tenaga Kerja ++ ++
Sumber : Unit Manajemen PT. BINTANG FAJAR GLOBAL, Tahun 2012.

Kegiatan penambangan membutuhkan tenaga kerja sekitar 183 orang tenaga kerja, yang
terdiri dari 70 orang karyawan PT. BINTANG FAJAR GLOBAL dan 113 orang tenaga kerja
yang direkrut oleh kontraktor. Rencana perekrutan dan spesifikasi tenaga kerja yang
dibutuhkan dalam proses kegiatan atau operasional penambangan bijih nikel disajikan pada
Tabel 2.9.

Tabel 2.9. Rencana Pengadaan dan Spesifikasi Tenaga Kerja


KUALIFIKASI TENAGA KERJA
FORMASI PEKERJAAN JUMLAH
Pendidikan Pengalaman
General Manager Sarjana Tambang >15 th 1
Manajer Tambang Sarjana Tambang >10 th 1
Sekretaris D-3 Sekretaris >3 th 1
Sub-Total 3
Kadiv. Perencanaan S1 Tambang >8 th 1
Perencanaan Tambang S1 Tambang >5 th 1
Kepala Pengendalian Mutu D3 Analisis Kimia >3 th 1
Pit Geologist S1 Geologi >3 th 2
Surveyor D3 Geodesi >3 th 3
Operator Komputer SLTA + Kursus >3 th 2
Juru Gambar STM + Training >2 th 2
Helper SLTA >3 th 10
Sub-Total 22
Kadiv. Operasional Tambang S1 Tambang >8 th 1
Pengawas Transportasi SI Tambang >3 th 1
Pengawasan Crushing Plant S1 Tambang >3 th 1
Pengawasan Tambang S1 Tambang >3 th 1
Mandor Transportasi STM Tambang dan Training >3 th 1
Mandor Crushing STM Tambang dan Training >3 th 1
Mandor Tambang Penggalian Nikel STM Tambang dan Training >3 th 3
Mandor O/B STM Tambang dan Training >3 th 3
Operator Crushing STM Mesin dan Training >3 th 3
Operator Pompa SLTA + Training >3 th 2
Helper SLTA + Training >3 th 20
Sub-Total 37
Kadiv. Perawatan S1 Mesin >8 th 1
Pengawasan Elektrik STM Listrik + Training >5 th 1
Pengawasan Mekanik STM Listrik + Training >5 th 1
Pengawasan Bangunan STM Bangunan + Training >5 th 1
Mandor Listrik STM Listrik + Training >3 th 1
Mandor Mekanik STM Mesin + Training >3 th 1
Mandor Bangunan STM Bangunan + Training >3 th 1
Assisten Listrik STM Listrik + Training >3 th 2
Assisten Mekanik STM Mesin + Training >3 th 2
Assisten Bangunan STM Bangunan + Training >3 th 2
Operator Las SLTA + Training >3 th 2
Operator Generator STM + Training >3 th 3
Helper SLTA 10
Sub-Total 28

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-23
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

KUALIFIKASI TENAGA KERJA


FORMASI PEKERJAAN JUMLAH
Pendidikan Pengalaman
Kadiv Adminitasi & Keuangan S1 Ekonomi/Manajemen >5 th 1
Kepala Personalia dan Umum S1 Hukum >3 th 1
Kepala Keuangan D3 Akuntansi >3 th 1
Kepala Keamanan Pumawirawan TNI >3 th 1
Kepala Logistik/Gudang D-3 Ekonomi/Manajemen >3 th 1
Pengawas Camp SLTA >5 th 1
Kepala Humas D3 >3 th 1
Staf/Pembantu Umum SLTA >3 th 1
Staf/Pembantu Logistik SLTA +Training >3 th 3
Staf Pembantu Keuangan SLTA >3 th 2
Operator Komputer/Juru tik SLTA >3 th 2
Petugas K-3 SLTA >3 th 3
Petugas Satpam SLTP Keatas 10
Juru Masak SD Keatas >3 th 6
Supir dan Helper SD Keatas >3 th 6
Helper SD Keatas 15
Sub-Total 55
Kadiv. Lingkungan - K3 S1 >5 th 1
Kepala Lingkungan S1 >3 th 1
Kepala K3 S1 >3 th 1
Sub-Total 3
Operator/Driver Alat-alat Berat SLTA + Training >3 th 35
TOTAL JUMLAH 183
Sumber : Unit Manajemen PT. BINTANG FAJAR GLOBAL, Tahun 2012.

Tenaga kerja PT. BINTANG FAJAR GLOBAL diprioritaskan dari masyarakat lokal, yakni
masyarakat dari wilayah Kabupaten Morowali. Diupayakan >60% tenaga kerja PT. BINTANG
FAJAR GLOBAL adalah tenaga kerja lokal. Dalam perekrutan tenaga kerja, PT. BINTANG
FAJAR GLOBAL akan bekerjasama dengan pemerintah setempat dan dinas/instansi terkait.

Untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja, PT. BINTANG FAJAR GLOBAL akan dilakukan
mengikutsertakan para tenaga kerja dalam program pendidikan dan pelatihan tenaga kerja,
baik secara internal dan eksternal, seperti pendidikan dan pelatihan : teknik penambangan,
program K-3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dan pengolahan Komponen B3 dan limbah
B3. Terkait dengan program K-3, para tenaga kerja akan diikutkan sebagai peserta
JAMSOSTEK.

Struktur organisasi unit kerja operasional tambang nikel dan rencana struktur organisasi
perusahaan PT. BINTANG FAJAR GLOBAL, disajikan Gambar 2.6.

Tugas pokok dan fungsi setiap divisi secara garis besar adalah sebagai berikut:

a) Divisi Eksplorasi & Perencanaan


Divisi ini membantu tugas-tugas manajer dan bertanggung jawab terhadap peren-canaan
operasi tambang, pelaporan produksi harian/mingguan/bulanan, evaluasi target produksi,
quality control, rencana mobilisasi kendaraan, material (bahan & pelengkapan kerja), personil
serta alat-alat berat dengan tupoksi sebagai berikut:

 Perencanaan tambang baik jangka pendek maupun jangka panjang.


 Pit Geologist, bertanggung jawab pada penggalian dan pengujian kualitas nikel.

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-24
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

 Surveyor, membantu menentukan batas-batas areal tambang, pengukuran galian tanah dan
nikel serta membantu dalam pengumpulan dan pengolahan data.
 Lingkungan mencegah dampak negatif yang ditimbulkan karena operasi tambang,
mengontrol, reklamasi dan penghijauan daerah bekas tambang.
 Pengendali mutu mempunyai fungsi untuk menganalisis keseragaman mutu nikel dari hasil
crushing dan pada saat pemuatan ke tongkang.

Gambar 2.6. Rencana Struktur Organisasi Kerja PT. BINTANG FAJAR GLOBAL

b) Divisi Operasi Tambang


Tugas-tugas bagian operasi tambang antara lain :

i) Penambangan, menangani pekerjaan di daerah tambang yang meliputi:


 Pembukaan dan penyiapan lahan tambang (land-clearing).
 Penggalian, pengangkutan dan bongkar-muat tanah penutup & O/B.
 Penanganan dan pengolahan bijih nikel di stockyard dan Pelabuhan

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-25
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

ii) Transportasi mempunyai fungsi:


 Pengangkutan & bongkar muat material tanah penutup (O/B).
 Pengangkutan saprolit dan limonit menuju lokasi stockyard dan pelabuhan.
 Pengangkutan material (bahan) dan tenaga kerja (personil) proyek
 Pengangkutan bijih nikel dari stockyard hasil crusher ke tongkang
 Perbaikan dan pemeliharaan jalan tambang dan jembatan
 Peremukan bijih nikel (crushing) di daerah stockyard yang meliputi: peremukan (grizlling),
penanganan bijih nikel limonit di stockyard limonit dan perawatan/pemeliharaan area &
fasilitas stockyard
iii) Unit pemeliharaan & perbaikan (maintenance & service) mempunyai fungsi:
 Pemeliharaan kendaraan operasional dan alat-alat berat
 Pemeliharaan mesin dan instalasi operasi penunjang proyek tambang,
 Pemeliharaan fisik bangunan tambang dan sarana penerangan jalan

c) Divisi Lingkungan dan K-3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)


Unit kerja ini memiliki tupoksi:
 Pencegahan dan pengandalian dampak lingkungan
 Penanganan dan penanggulangan bencana & keadaan darurat (emergency)
 Pengawasan dan pengendalian penggunaan peralatan keselamatan kerja
 Pengawasan dan pengendalian program K-3
 Pengawasan dan pengendalian program community development
 Penanganan dan pengelolaan hubungan kemasyarakatan (public relations)
 Pengawasan dan pengendalian implementasi SOP & IK operasi penambangan

d) Divisi Administrasi, Umum dan Keuangan

Unit kerja (divisi) ini membantu tugas dan tanggung-jawab Kepala Teknik Tambang dalam
pengelolaan usaha tambang dengan tupoksi sebagai berikut:
 Penanganan dan pengelolaan administrasi perkantoran
 Mobilisasi (rekruitment) dan pembinaan tenaga kerja (karyawan)/personalia
 Penanganan dan pengelolaan administrasi surat-menyurat & pelaporan
 Penanganan dan pengendalian ketertiban, keamanan dan keselamatan personil
di kantor dan di lapangan
 Penyelenggaraan diklat, pelatihan dan kursus di lingkungan perusahaan
 Penegakan disiplin dan tata-tertib di lingkungan kerja
 Penanganan dan pengendalian pembayaran gaji/upah, premi/bonus, dan sebagainya.
 Penanganan dan pengelolaan piutang dan utang perusahaan

b. Mobilisasi Peralatan Kerja

1) Peralatan Konstruksi
Alat-alat yang akan digunakan untuk kegiatan pembangunan jalan tambang dan prasarana
infrastruktur lainnya, yaitu : Motor Garader GD613R-1, 155 HP, blade 3.710 x 19 mm, Merk

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-26
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Komatsu, Buldolzer 85E, HP 190, kapasitas 3,4 m3 Merk Komatsu, dan alat gilas "Vibrator
roller" Komatsu JV40W.

2) Peralatan Untuk Kegiatan Penambangan


Dalam kegiatan penambangan nikel, PT. BINTANG FAJAR GLOBAL akan memperguna-
kan peralatan, sebagai berikut:
 Land clearing dan pengupasan overbuden (stripping), mempergunakan: Bulldozer 85E.
HP 190, kapasitas 3,4 m3 Merk Komatsu.
 Penggalian dan pemuatan bijih nikel, mempergunakan: Hydraulic Excavator atau
Backhoe PC650, kapasitas 3,8 m3, Merk Komatsu, dibantu oleh "Wheel Loader"
WA350,163 HP, kapasitas bucket 2,7 m3, merk Komatsu.
 Pengangkutan bijih nikel (raw material) ke stockyard mempergunakan: rear
dump truck Merk Komatsu HD-200, dengan kapasitas 20 ton.
 Pemuatan bijih nikel mempergunakan Hydraulic Excavator atau Backhoe PC650,
kapasitas 3,8 m3, Merk Komatsu, dibantu oleh Wheel Loader WA350.163 HP,
kapasitas bucket 2,7 m3, merk Komatsu.
Tabel 2.10. Jenis, Tipe dan Jumlah Peralatan Yang Akan Digunakan Pada Kegiatan
Penambangan Biji Nikel PT. BINTANG FAJAR GLOBAL
No Nama alat Merek Tipe/Spesifikasi Jumlah unit
1 Bulldozer Komatsu D 65,105 3 Unit
2 Wheel Loader Komatsu WA 30,350,163 HP 2 Unit
3 Grader Komatsu GD.613 R-1 1 Unit
4 Hydrolic Exavator Komatsu PC 650 HP 7 unit
5 Dump truck Nissan 20 Ton 31 Unit
6 Truct Loader Komatsu 2,8 M3 3 Unit
7 BARGE & Tug Boat 3 Unit
8 Genset Merci 900 KVA 1 Unit
9 Pompa Air Honda GX 160 10 Unit
10 Pompa pasir Cina TH 100 6 Unit
11 Peralatan Bengkel 1 Unit
- Mesin las Nantong SX1.500 1 Unit
- Mesin Bor tangan Booh Gwss 100 1 Unit
- Mesin bor portable Wipro 12 speet 1 Unit
- Mesin gurinda Makita 2414 NB 2 Unit
12 Peralatan Kantor
- Komputer Samsung 501 g 2 unit
- Meja Giro Olympic 5 buah
- Lemari berkas Olympic 1 buah
- Lemari sample Olympic 1 buah
13 Kendaraan
- Karyawan Toyota Bus 1 Unit
- Tamu Toyota Kijang 1 Unit
- Logistic Toyota Kijang 1 Unit

Seluruh peralatan kegiatan penambangan bijih nikel didatangkan dari Kota Palu dan
Makassar. Pengangkutan peralatan penambangan menuju lokasi penambangan walau
tidak membutuhkan waktu yang lama, namun diprakirakan akan mengganggu aksesibilitas
masyarakat.

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-27
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

c. Pembangunan Sarana Prasarana Penunjang

Sebelum memulai kegiatan operasional, PT. BINTANG FAJAR GLOBAL akan membangun
fasilitas penunjang dan infrastruktur tambang, seperti: kantor, mess karyawan, instalasi listrik,
intalasi air bersih, pelabuhan dan stockyard, bengkel, gudang, laboratorium dan sarana
lainnya. Pembukaan tapak lokasi pembangunan sarana prasarana dilakukan dengan sistem
land clearing & land grading, akan ada proses pembebasan lahan pada areal seluas ±15 Ha

1) Kantor Administrasi Tambang


Bangunan kantor administrasi tambang berfungsi sebagai tempat pelaksanaan kegiatan:
perencanaan, pengawasan dan evaluasi dari kegiatan operasi penambangan. Fasilitas yang
disediakan dalam kantor ini antara lain: jaringan telekomunikasi, listrik, air, komputer LAN dan
fasilitas administrasi. Kebutuhan ruangan kantor diperkirakan sekitar 270 m2. Konstruksi
bangunan kantor dibuat dari tembok dengan atap asbes Rancang bangun dan fungsi ruang
kantor administrasi tambang dapat dilihat pada Tabel 2.11 dan Gambar 2.7.

Tabel 2.11. Alokasi Penggunaan Ruang Kantor Administrasi


NO NAMA RUANG FUNGSI JUMLAH DIMENSI RUANG LUAS (M2)
1. Ruang Manajer Tempat kerja 1 6m x 8 m 48
2. Ruang Staf Tempat kerja 1 4m x6m 24
3. Ruang Administrasi Tempat kerja 1 6m x 8m 48
4. Ruang Arsip Penyimpanan Arsip 1 4m x8 m 32
5. Ruang Rapat Rapat koordinasi 1 4m x4m 16
6. Ruang Tunggu Ruang Tamu 1 4m x 6m 24
7. Ruang Informasi Informasi 1 4m x 6m 24
8. Ruang Logistik Dapur/Tempat Logistik 1 3x6m 18
9. Ruang MCK MCK 1 6x6m 36
TOTAL LUAS BANGUNAN 270
Sumber: PT. BINTANG FAJAR GLOBAL, Tahun 2012.

2) Perumahan Karyawan
Bangunan perumahan karyawan akan dibangun pada lahan seluas ± 1,0 Ha (dekat lokasi
penambangan). Luas bangunan setiap perumahan karyawan ±400 m2, yang terdiri dari 6
kamar tidur, ruang makan, ruang tamu, kamar mandi dan wastafel. Desain perumahan
karyawan disajikan pada Gambar 2.8.
3) Tempat Ibadah
Bangunan tempat ibadah (mesjid) dibangun pada lahan seluas 100 m 2. Bangunan mesjid
terdiri dari ruang shalat, ruang penjaga, ruang serbaguna dan tempat wudhu. Desain
bangunan tempat ibadah disajikan pada Gambar 2.9.
4) Tempat Makan
Bangunan tempat makan siang merupakan ruangan yang disediakan khusus untuk tempat
makan para pekerja baik level manager maupun operator. Lokasinya terletak di sebelah
bangunan kantor tambang dengan luas 12 m x 32 m. Desain bangunan tempat ruang makan
disajikan pada Gambar 2.10.

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-28
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Gambar 2.7. Bangunan Kantor Administrasi Tambang PT. BINTANG FAJAR GLOBAL

Gambar 2.8. Bangunan Perumahan Karyawan PT. BINTANG FAJAR GLOBAL

5) Pos Keamanan
Bangunan pos keamanan dibangun di setiap lokasi yang strategis, misalnya: pintu masuk
area perkantoran dan stockyard, persimpangan jalan tambang dengan jalan umum dan Iain-
lain. Setiap bangunan pos keamanan memiliki ukuran luas 2 x 3 m. Desain bangunan pos
keamanan disajikan pada Gambar 2.11.

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-29
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Gambar 2.9. Bangunan Tempat Ibadah/Mesjid PT. BINTANG FAJAR GLOBAL

Gambar 2.10. Bangunan Tempat Makan PT. BINTANG FAJAR GLOBAL

6) Stasiun Bahan Bakar


Untuk kebutuhan Bahan Baku Minyak, PT. BINTANG FAJAR GLOBAL akan membangunan
stasiun bahan bakar yang terdiri dari tiga tangki bahan bakar solar berkapasitas 20.000 ltr dan
satu tangki bahan bakar. Bensin yang mempunyai kapasitas 2.000 Itr. Stasiun bahan bakar
akan dibangun pada areal seluas 10 m x 15 m dengan menggunakan pondasi beton
bertulang. Desain bangunan stasiun bahan bakar disajikan pada Gambar 2.12.

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-30
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Gambar 2.11. Bangunan Pos Keamanan PT. BINTANG FAJAR GLOBAL

Gambar 2.12. Bangunan Stasiun Bahan Bakar PT. BINTANG FAJAR GLOBAL

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-31
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Gambar 2.13. Bangunan Bengkel Tambang PT. BINTANG FAJAR GLOBAL

7) Bengkel Tambang
Bengkel merupakan infrastruktur yang digunakan untuk perbaikan dan perawatan alat-alat
tambang. Letak bangunan ini diusahakan tidak terlalu jauh dari lokasi penambangan, agar
alat-alat tambang yang memerlukan perbaikan dapat dengan cepat diperbaiki. Bangunan ini
juga dilengkapi dengan peralatan bengkel. Konstruksinya dari kayu dengan atap asbes. Luas
lahan yang direncanakan untuk bengkel ini yaitu ±210 m2. Desain bangunan bengkel disajikan
pada Gambar 2.13.

8) Gudang
Bangunan ini sebagai tempat menyimpan suku cadang alat-alat berat dan peralatan tambang
lainnya. Terletak dekat dengan lokasi bangunan bengkel dengan luas ±240 m2.

9) Stockyard
Untuk menampung dan mengolah bijih nikel akan dibangun 3 (tiga) lokasi stockyard, yaitu: 1)
stockyard limonit berkapasitas 600.000 ton dengan ukuran luas 100 m x 100 m; 2) stockyard
saprolit berkapasitas 600.000 ton dengan ukuran luas 100 m x 100 m, serta 3) stockyard bijih
nikel ekspor yang berkapasitas 600.000 ton dengan luas areal berukuran 100 m x 100 m. PT.
BINTANG FAJAR GLOBAL akan membangun stokcyard di dekat lokasi pelabuhan, yaitu ke
arah Utara dari pusat kegiatan penambangan Blok Ganda-Ganda yaitu di sekitar pantai Desa
Tamainusi (Dusun Towi). Total luas areal untuk pembangunan stockyard pelabuhan (stock
file) tersebut 3 Ha sampai 5,0 Ha.

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-32
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

10) Pelabuhan/Temporary Jetty


Pengangkutan bijih nikel menuju lokasi pembeli (pasar) akan dilakukan dengan kapal Ponton.
Untuk keperluan sandar/berlabuh dan proses pengapalan bijih nikel, PT. BINTANG FAJAR
GLOBAL akan membangun pelabuhan/jetty yang terletak di pesisir pantai Desa Tamainusi
(Dusun Towi). Rencana lokasi pelabuhan PT. BINTANG FAJAR GLOBAL berjarak ± 6-7,5 km
dari pusat kegiatan penambangan Blok Ganda-Ganda, atau berjarak ± 1.200 m dari jalan
poros Kolonodale-Soyo Jaya. Luas lahan yang diperlukan untuk pembangunan darmaga/
jetty 4,0-5,0 Ha

11) Laboratorium
Bangunan Laboratorium akan dibangun di dekat lokasi instalasi pengolahaan bijih nikel.
Laboratorium yang akan dibangun memiliki luas ±176 m2. Bangunan laboratorium digunakan
sebagai tempat untuk pemeriksaan dan mengontrol kualitas bijih nikel hasil penambangan.

12) Instalasi Listrik


Sumber listrik untuk penerangan sarana prasarana pendukung kegiatan penambangan
(kantor, mess, musholla, stockyard, bengkel dan Iain-Iain) berasal dari genset. Penerangan
untuk sarana perkantoran menggunakan Genset 30 KVA dan penerangan stockyard
menggunakan Genset 500 KVA. Bangunan stasiun pembangkit listrik dipergunakan sebagai
tempat operasi genset menggunakan pondasi beton dan lantai bangunan yang terbuat dari
beton bertulang. Desain Stasiun Pembangkit Listrik PT. BINTANG FAJAR GLOBAL disajikan
pada Gambar 2.14.

Gambar 2.14. Bangunan Stasiun Pembangkit Tenaga Listrik PT. BINTANG FAJAR GLOBAL

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-33
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Gambar 2.15. Bangunan Instalasi Pengolahan Air Bersih PT. BINTANG FAJAR GLOBAL

13) Instalasi Air Bersih


Dalam operasional penambangan, PT. BINTANG FAJAR GLOBAL membutuhkan air bersih ±
200 m3/hari untuk pemenuhan kebutuhan air minum maupun MCK sekitar 185 orang
karyawan yang beraktifitas di Base Camp. Untuk kebutuhan sumber air bersih, PT. BINTANG
FAJAR GLOBAL akan memanfaatkan air dari Sungai Tiu dan Sungai Lambolo yang
berjarak 350 m – 700 m dari Base Camp PT. BINTANG FAJAR GLOBAL dengan sistem
pompa. Air Sungai Tiu dan Sungai Lambolo disedot dengan mesin diesel dan ditampung
pada bak pengolahan air bersih berkapasitas 250 m3. Bak pengolahan air bersih dibangun
pada ketinggian ±10 m dari permukaan air sungai.
Setelah diolah, melalui pipa-pipa paralon (Pipanisasi) air bersih akan didistribusikan ke lokasi
sarana prasarana yang membutuhkan air bersih (perkantoran, Base Camp dan sarana
lainnya). Desain bangunan instalasi air bersih PT. BINTANG FAJAR GLOBAL disajikan pada
Gambar 2.15.

d. Pembukaan dan Penyiapan Lahan Tambang

Kegiatan pembukaan dan penyiapan lahan tambang dimaksudkan untuk menghasilkan areal
tambang yang siap untuk dilakukan penggalian dan eksploitasi tambang nikel. Ciri yang
menonjol dari aktivitas ini adalah adanya keterbukaan areal yang ditimbulkan oleh
penebangan, penebasan dan pembersihan lahan dari lokasi tapak/blok tambang.
Kondisi bentang alam dan vegetasi di lokasi penambangan nikel PT. BINTANG FAJAR
GLOBAL sebagian besar didominasi oleh perbukitan dengan penutupan lahan berupa areal
berhutan yang sedang sampai cukup rapat terdiri dari berbagai jenis pohon berdiameter cukup
besar (> 20 cm).

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-34
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Rencana kerja Blok Tambang Ganda-Ganda dirancang untuk selama umur produksi tambang
yang direncanakan yaitu selama 10-11 tahun dengan luas areal kerja blok tambang setiap
tahun diprakirakan mencapai 50-60 Ha dengan luas areal bukaan (areal operasi
penambangan tambang nikel) diperhitungkan mencapai 40 s/d 50 Ha per tahun. Alokasi areal
terbuka melalui kegiatan pembukaan dan penyiapan lahan tambang (land-clearing) ini
mencakup areal kerja blok tambang serta areal tapak sarana prasarana tambang seperti
basecamp, mess, gudang, bengkel dan jaringan jalan tambang serta sarana penunjang
proyek lainnya. Peralatan yang digunakan dalam pembukaan dan penyiapan lahan antara Iain
chain-saw untuk menebang dan mencincang pohon-pohon pada areal yang akan dibersihkan,
serta bulldozer untuk menarik/menyarad pohon-pohon besar hasil tebangan land-clearing.
Adapun terhadap limbah hasil pembukaan dan penyiapan lahan (land-clearing) pada
prinsipnya akan dikelola/ditangani & dimanfaatkan secara optimal untuk usaha pencegahan
bahaya erosi dan longsor, memperkuat tanggul sungai, memperkuat tebing jalan, serta bentuk
pemanfaatan lain yang mendukung rencana operasi penambangan nikel. Dalam kaitan
dengan penanganan limbah hasil land clearing ini manajemen PT. BINTANG FAJAR GLOBAL
akan memperhatikan ketentuan & prosedur dalam pencegahan dan pengendalian bahaya
kebakaran hutan dan lahan. Hal ini mengingat, limbah hasil penyiapan dan pembukaan lahan
ini bila tidak ditangani dengan cermat akan berpotensi menimbulkan ancaman kebakaran
hutan dan lahan, terutama pada musim kemarau, diantaranya adalah melalui penerapan
prinsip-prinsip zero burning (tidak melakukan pembakaran dalam kegiatan penyiapan
lahan) serta pemanfaatan limbah hasil land-clearing untuk tujuan yang mendukung
konservasi lahan (pengawetan tanah dan air).
Aktivitas pembukaan dan penyiapan lahan tambang secara biofisik akan menimbulkan
perubahan kondisi bentang alam, berubahnya penutupan vegetasi dari kondisi yang tertutup
(cukup rapat) dengan keragaman jenis vegetasi yang tinggi menjadi areal yang cenderung
'terbuka dan bersih'. Implikasi dari keterbukaan areal ini tidak saja menimbulkan perubahan
bentang alam, tetapi mendorong meningkatnya potensi laju aliran permukaan (run-off) dan
erosi serta perubahan kondisi habitat satwa liar.
Keterbukaan areal yang ditimbulkan oleh aktivitas pembukaan dan penyiapan lahan tambang
secara ekologis memiliki potensi merubah bentang alam serta meningkatkan laju erosi,
longsoran dan sedimentasi. Hal ini mengingat kondisi topografi areal tambang yang sebagian
besar merupakan areal perbukitan dengan kelerengan lahan lebih dari 16%-40% dengan sebaran
jenis tanah merupakan kombinasi Kambisol Eutrik, dan Oksisol Haplik yang dikenal
termasuk jenis tanah peka erosi.
Untuk menekan dampak negatif terhadap lingkungan hidup, seperti erosi dan sedimentasi,
pelaksanaan kegiatan pembukaan dan penyiapan lahan tambang akan dilakukan secara
bertahap menurut pengaturan blok-blok tambang yang telah dirancang sebelumnya, membuat
parit-parit atau tanggul-tanggul pencegah erosi, serta memanfaatkan limbah hasil land-
clearing untuk membuat parit-parit pencegah erosi.

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-35
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Selain itu, keterbukaan areal akibat pembukaan dan penyiapan lahan tambang juga akan
menyebabkan berkurangnya areal berhutan alam yang menjadi daerah perlindungan (habitat)
satwaliar. Implikasi lebih lanjut dari keadaan ini, diperhitungkan akan menyebabkan potensi
hutan menurun dan keanekaragaman sumberdaya hayati (plasma nutfah) pada areal berhutan
akan makin berkurang, serta potensi ketersediaan sumber air bersih juga diprakirakan akan
mengalami penyusutan.
Dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan pembukaan dan penyiapan lahan tambang
tergolong besar dan penting. Oleh karenanya, aktivitas pembukaan dan penyiapan lahan
tambang ini tergolong kegiatan yang menjadi sumber dampak penting yang perlu ditelaah
dengan cermat.

e. Pembangunan Jalan Tambang

Untuk mendukung mobilisasi kendaraan, peralatan/bahan dan tenaga kerja dalam operasi
penambangan nikel, PT. BINTANG FAJAR GLOBAL akan membangun jaringan jalan
tambang yang menghubungkan lokasi (blok kerja) tambang nikel dengan lokasi pelabuhan
tempat pemasaran (penjualan) nikel untuk tujuan ekspor. Pelabuhan ekspor yang akan
digunakan PT. BINTANG FAJAR GLOBAL adalah Pelabuhan/Jetty yang direncanakan dibangun
di pesisir pantai Desa Tamainusi (Dusun Towi) yang berjarak 6-7,5 km dari pusat kegiatan
penambangan Blok Ganda-Ganda atau sekitar 1.200 m dari dari jalan raya poros Kolonodale-
Soyo Jaya.

Jalan tambang yang dibangun oleh PT. BINTANG FAJAR GLOBAL, meliputi: a) Jalan angkut
bijih nikel dari lokasi Blok Tambang ke Stockyard dan Pelabuhan, b) Jalan angkut material tanah
dari blok tambang ke dumping area dan ke in-pit dump, dan c) Jalan penghubung antara berbagai
fasilitas pendukung. Sarana jalan lebar jalan 8 m dan DMJ 12 m akan dibangun dengan
perkerasan pasir-batu (sirtu).

Untuk mendukung kelancaran pengangkutan hasil tambang dari lokasi blok tambang ke tempat
pelabuhan ekspor perlu meningkatkan kapasitas jalan yang telah ada saat ini sebagian besar
masih berupa jalan yang kondisi rusak pada musim penghujan. Dari sekitar 7,5 km dari
lokasi areal kerja blok tambang I atau sekitar 15,0 km dari lokasi areal kerja blok tambang
VII menuju Pelabuhan/Jetty di pesisir pantai Desa Tamainusi (Dusun Towi), sekitar 6,0
km di antaranya masih berupa jalan tanah setapak yang menembus kawasan hutan.
Sementara jalan tanah setapak yang tidak menembus kawasan hutan yang menuju ke
Pelabuhan/Jetty sekitar 9,5 km. Penggunaan/pemanfaatan kawasan hutan untuk jalan koridor
angkutan hasil tambang perlu dikaji secara seksama dengan memperhatikan ketentuan atau
pedoman (Tata Izin Pembangunan Jalan Koridor di dalam kawasan hutan).

Selain jalan angkutan hasil tambang menuju Pelabuhan/Jetty di pesisir pantai Desa Tamainusi
(Dusun Towi), dalam rangka menunjung kelancaran mobilitas operasional proyek tambang nikel,
Manajemen PT. BINTANG FAJAR GLOBAL, juga akan membangun jaringan jalan tambang

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-36
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

(jalan Hauling) di dalam lokasi/areal kerja blok tambang. Panjang jalan yang akan dibangun
di dalam areal kerja blok tambang selama umur tambang (tahap konstruksi dan operasi
berlangsung) diperhitungkan 8,50 km yang akan dibangun/diselesaikan dalam jangka waktu 4
tahun, atau rata-rata per tahun sekitar 2,13 km per tahun.
Spesifikasi jalan tambang yang akan dibangun/digunakan memiliki dimensi jalan : lebar = 4
x lebar dump truck kapasitas angkut 20 ton = 4 x 3,5 meter = 14 meter dengan Daerah Milik
Jalan (DMJ) sekitar 20 m, perkerasan jalan menggunakan pasir-batu (sirtu) serta Konstruksi
jalan mampu mendukung operasi angkutan tambang nikel sepanjang musim. Jalan tambang
disiapkan untuk dua jalur pengangkutan dump truck berkecepatan maksimum 30 - 40 km/jam.
Kecepatan dump truck bermuatan di tikungan tidak boleh lebih dari 25 km/jam (Lihat Gambar
II-16).

Gambar 2.16. Dimensi Jalan Angkutan Hasil Tambang Nikel

Gambar 2.17. Superelevasi Jalan Angkutan Hasil Tambang Nikel

Kelandaian memanjang minimum ditentukan berdasarkan ada tidaknya lereng di kanan-kiri


jalan. Apabila tidak ada lereng, jalan harus dibangun saluran air dan kelandaian memanjang
minimum boleh sama dengan nol. Apabila ada lereng, kelandaian memanjang minimumnya
adalah 4%. Bila kecepatan angkutan direncanakan sekitar 40 km/jam dengan koefisien gesek

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-37
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

ke samping maksimum (fmax) 0,1 maka jari-jari minimum (Rmin) di tikungan yang di perbolehkan
adalah 25 m (Gambar II-17).

Dalam kajian ANDAL, aktivitas pembuatan jaringan jalan tambang di dalam dan di luar area
kerja blok tambang PT. BINTANG FAJAR GLOBAL sepanjang 15,00 km [terdiri atas 6,5 km
jalan tambang dari blok tambang I ke Pelabuhan/Jetty di pesisir pantai Desa Tamainusi
(Dusun Towi), dan sekitar 8,5 km dari jalan di dalam lokasi areal kerja blok tambang]
diperhitungkan akan menyebabkan keterbukaaan areal seluas 30,70 ha. Sebagian besar dari
areal yang akan dibuka untuk jaringan jalan tambang tersebut pada kondisi rona awal berupa
areal berhutan (kawasan hutan), kecuali rencana jalan dari sungai Lambolo menuju ke
Pelabuhan/Jetty di pesisir pantai Desa Tamainusi (Dusun Towi).
Jalan angkut bijih nikel dari lokasi Blok Tambang ke Stockyard dan Pelabuhan, berjarak sekitar
6,0 – 7,5 Km, jalan angkut material tanah dari blok tambang ke dumping area dan ke in-pit
dump berjarak 0,5 - 2,0 Km, sedangkan jarak jalan penghubung antara berbagai fasilitas
pendukung berkisar 100-1,5 Km.

Proses pembangunan jalan akan dilakukan pada Tahun 0 (sebelum kegiatan operasional). Pada
proses pembangunan jalan akan dilakukan dengan sistem land clearing dan land grading. Total
luas areal yang akan dibuka untuk jalan ± 30,70 Ha.

Gambar 2.18. Penampang Melintang Rencana Jalan Utama dan Jalan Tambang

f. Penirisan tambang (drainase)

Penirisan tambang diperlukan agar pada masa musim penghujan tidak terjadi genangan air di
lokasi kegiatan yang bisa menurunkan tingkat produktivitas tambang. Untuk itu sejalan
dengan pembuatan jalan tambang, juga dilakukan pembuatan parit di kiri-kanan jalan

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-38
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

tambang menggunakan grader yang berfungsi mengalirkan limpasan air hujan secara
terkendali menuju ke tempat lebih rendah. Selanjutnya di tepi/batas kegiatan penambangan
dibuat kolam pengendap (check dam), diusahakan seluruh limpasan air hujan yang berasal
dari front penambangan dan stock yard masuk ke kolam pengendap serta diberi waktu untuk
terjadi proses pengendapan (Gambar 2.19). Air yang keluar dari kolam pengendapan
diharapkan sudah tidak mengandung lumpur lagi sehingga dapat dibuang ke perairan
pelabuhan tanpa merusak kualitas air pelabuhan yang ada. Ukuran parit dan check dam
disesuaikan dengan debit limpasan. Check dam dan kolam pengendap yang sudah penuh
dikosongkan dengan menggunakan excavator (back hoe).

Gambar 2.19. Sketsa Kolam Pengendapan

3. KEGIATAN TAHAP OPERASI (PRODUKSI)


Tahap ini dimaksudkan selain pengoperasian tambang juga pengoperasian sarana dan
prasarana penunjang dalam kegiatan penambangan. Secara teknis pengoperasian tambang
dilakukan dengan beberapa tahap. Namun secara umum kegiatan penambangan meliputi
pembersihan lahan, penggalian termasuk pembukaan tanah pucuk dan overbuden,
penimbunan di stockpile dan penyaring (screening), serta kegiatan-kegiatan lainnya yang
mendukung tahap Operasional Tambang.

Proses kegiatan penambangan bijih nikel oleh PT. BINTANG FAJAR GLOBAL akan dilakukan
dalam bentuk kegiatan penambangan terbuka (Open pit Minning) dengan sistem
pengembalian material tanah pada lubang tambang yang telah digali (Back Filling).
Sistem pelaksanaan kegiatan operasional penambangan nikel oleh PT. BINTANG FAJAR
GLOBAL, meliputi kegiatan : pembersihan lahan (land clearing), pengupasan dan penyimpanan
tanah penutup pada waste dump area, penambangan nikel, pemisahan ukuran nikel (grizzling)
sesuai permintaan pasar dan pengapalan hasil produksi menuju lokasi pasar. Secara ringkas,
proses penambangan nikel yang akan dilakukan oleh PT. BINTANG FAJAR GLOBAL, disajikan
pada Gambar 2.20.

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-39
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Gambar 2.20. Diagram Alir Proses Penambangan Bijih Nikel


PT. BINTANG FAJAR GLOBAL

a. Pengoperasian Jalan
Pembangunan jalan operasi yang direncanakan sepanjang ±15,00 km [terdiri atas 6,5 km jalan
tambang dari blok tambang I ke Pelabuhan/Jetty di pesisir pantai Desa Tamainusi (Dusun
Towi), dan sekitar 8,5 km dari jalan di dalam lokasi areal kerja blok tambang] dengan lebar
jalan 12-14 meter diperkirakan akan mulai beroperasi pada pertengahan tahun 2013.

b. Pembersihan Lahan
Pembersihan lahan mencakup penebangan vegetasi yang berada pada lokasi rencana
penggalian bijih Nikel. Pembersihan lahan dilakukan secara bertahap yang akan disesuaikan
dengan rencana penggalian bijih Nikel menggunakan bulldozer, excavator dan dump truk.
Kegiatan ini merupakan persiapan awal dari setiap kegiatan penggalian dengan tujuan untuk
membersihkan areal yang akan digali dari vegetasi yang menutupinya.

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-40
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

c. Pengoperasian Sarana dan Prasarana Penunjang


Luas lahan yang diperlukan untuk sarana dan prasarana penunjang sekitar 15 Ha. Sarana
dan prasarana penunjang tersebut akan mulai dioperasikan pada pertengahan tahun 2013
hingga penambangan dilakukan. Dengan beroperasinya sarana penunjang tersebut selain
tujuan utamanya untuk kegiatan perusahaan juga akan dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar
seperti pengguna jalan dan sebagainya.

d. Kegiatan Penambangan Bijih Nikel

d.1 Clearing & Grubb


Pekerjaan Clear & Grubb membersihkan lahan dari semak-semak dan pohonan kecil
dipergunakan Bulldozer D85 dan chainshaw jika diperlukan untuk menebang pohon besar Φ
>20 cm, target pekerjaan ini didasarkan atas rencana Land Clearing Plan dari Perusahaan.
Pemindahan batang kayu komersial meliputi semua jenis kayu yang Φ >20 cm dimana masih
layak dipakai merupakan milik Perusahaan.

d.2 Top Soil Removal


Pekerjaan pengalian lapisan Top Soil diperkirakan ketebalannya 1 meter, Top Soil ini
merupakan lapisan tanah penutup bagian atas yang mengandung unsur hara yang berguna
sebagai media tumbuh dari tanaman. Top soil ini harus diperlakukan secara baik dan akan
ditempatkan pada Top Soil stock area, dimana nantinya akan dipergunakan dan disebar untuk
Reklamasi Tambang. Penimbunan Top Soil peletakkannya harus diatur dengan ketinggian
maksimum 2 meter berjajar, dan tiimbunan diusahakan harus tetep stabil. Peralatan yang
dipergunakan untuk operasi pekerjaan pemindahan Top Soil adalah Excavator 320D untuk
alat gali/muat dan Dump Truck sebagai alat angkutnya. Biaya pekerjaan ini termasuk pada
kegiatan pemindahan Overburden dan Waste.

d.3 Kegiatan Pengupasan, Pengangkutan dan Bongkar-Muat Tanah Pucuk


Kegiatan pengupasan tanah penutup (overburden) menghasilkan tanah topsoil dan subsoil.
Ketebalan lapisan penutup tanah bervariasi mulai 0,5 m s/d 3,0 m. Pengupasan lapisan
penutup tanah dengan ketebalan 0,5 m dapat dilakukan dengan bulldozer, selanjutnya lapisan
penutup tanah didorong dengan bagian batas cadangan (area blok tambang). Untuk lapisan
penutup tanah dengan ketebalan hingga 3 m dilakukan dengan peralatan berat jenis excavator
(backhoe), tanah pucuk hasil pengupasan selanjutnya diangkut dengan Dump Truk ke waste
dump area yang berjarak sekitar 0,5 km s/d 1,0 km dari lokasi area blok tambang.

Material tanah penutup tersebut diperlukan untuk bahan pada kegiatan pembibitan dan
reklamasi (revegetasi) areal/lahan bekas tambang pada tahap pasca operasi. Memperhatikan
hal tersebut, maka penanganan tanah lapisan atas (top-soil) akan difokuskan pada usaha untuk
mengurangi ceceran tanah selama dalam proses pengangkutan & bongkar-muat, serta
penanganan tanah pucuk di waste dump area agar tidak mudah hanyut terbawa air hujan
(aliran permukaan).

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-41
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Dalam upaya untuk menghindari 'kehilangan' material tanah pucuk ini, akan dilakukan
penutupan timbunan tanah pucuk dengan terpal atau media lainnya yang memung-kinkan
timbunan tanah pucuk tetap stabil. Selain itu, juga akan dilakukan pemasangan papan-
papan informasi dan melakukan pengawasan/pengamanan terhadap material timbunan
tanah pucuk. Aktivitas pengangkutan tanah pucuk direncanakan menggunakan jalan tambang
di dalam blok tambang yang tertutup untuk akses publik, guna menghindari resiko
kecelakaan kerja serta mengurangi dampak debu, kebisingan & getaran yang ditimbulkan
oleh mobilitas kendaraan & alat-alat berat proyek tambang nikel.
Metode penanganan tanah penutup adalah dengan penimbunan kembali di dalam lubang
bekas tambang (back filling). Pada awal penambangan, tanah penutup akan ditimbunkan
di luar area tambang (outside dump), setelah tersedia cukup ruang di dalam tambang, tanah
penutup ditimbunkan langsung di dalam lubang bekas tambang. Cara ini memberikan
keunggulan yakni lebih berwawasan lingkungan dan lebih ekonomis. Tanah pucuk/humus
ditimbunkan di tempat tersendiri di dekat timbunan tanah penutup untuk dipergunakan pada
saat reklamasi pasca penambangan.
Dalam aktivitas penanganan tanah pucuk ini akan digunakan beberapa peralatan berat, seperti
bulldozer, excavator, serta dumptruck. Aktivitas alat-alat berat ini diduga akan menimbulkan
dampak lingkungan berupa debu, kebisingan dan getaran yang secara akumulatif dapat
mempengaruhi kesehatan para pekerja tambang. Untuk mengurangi dampak debu,
kebisingan, getaran serta resiko kecelakaan kerja pada setiap pekerja tambang diwajibkan
untuk menggunakan peralatan K-3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja), seperti sepatu
lapangan, pakaian kerja lapangan, helm, masker penutup hidung/muka, serta perlengkapan
standar (SOP) pada usaha pertambangan nikel.

d.4 Kegiatan Penggalian dan Pengolahan Tambang Nikel


Kualitas bijih nikel baik umumnya ditentukan oleh unsur Ni yang tinggi. Untuk mendapatkan
kualitas bijih nikel sesuai dengan kontrak penjualan maka dilakukan pencampuran
(blending) antara bijih nikel berkadar rendah dengan kadar tinggi dengan perbandingan
tonase tertentu. Direncanakan akan dipersiapkan 4 (empat) front penambangan. Kadar
blending yang direncanakan sebelum ditambang adalah: Kadar Ni rata-rata 2.40%, SiO2
mendekati 13% dan Fe2O2 mendekati 13,5%.
∑(𝑇𝑜𝑛𝑎𝑠𝑒 𝑏𝑖𝑗𝑖ℎ 𝑛𝑖𝑘𝑒𝑙 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑥 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟)
Kadar blending = ∑(𝑇𝑜𝑛𝑎𝑠𝑒 𝑏𝑖𝑗𝑖ℎ 𝑛𝑖𝑘𝑒𝑙 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔)

Agar diperoleh bijih nikel yang baik, maka pada saat operasi penambangan berlangsung,
diawasi oleh seorang pengawas kadar/kualitas bijih nikel, lokasi yang ditambang disesuaikan
dengan rencana kerja operasi penambangan harian, mingguan dan bulanan. Pengambilan
contoh produksi (hasil tambang bijih nikel) dan pengujian contoh bijih nikel dilakukan di
stockyard produksi dengan cara truck sampling & dianalisa menggunakan analisa X-ray yang
hasilnya dapat diketahui dalam satu hari. Rencana penataan lokasi kerja blok tambang bijih

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-42
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

nikel di lokasi IUP PT. BINTANG FAJAR GLOBAL selama umur produksi tambang (10-11
tahun).

Aktivitas penggalian/operasi penambangan nikel adalah komponen utama dari rangkaian


kegiatan usaha pertambangan nikel. Teknik penggalian yang akan digunakan dalam operasi
penambangan nikel PT. BINTANG FAJAR GLOBAL adalah teknik penambangan terbuka
(open-pit) dengan sistem back-filling, dimana satu blok area tambang yang telah selesai
diproduksi akan segera ditutup dengan teknik penimbunan menggunakan material lapisan
penutup tanah (overburden) dengan teknik pengolahan tanah yang tepat. Dalam operasi
tambang nikel di lokasi IUP PT. BINTANG FAJAR GLOBAL ini dipilih metode tambang terbuka
(surface mining). Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa kondisi endapan nikel di lokasi
yang akan ditambang pada beberapa lokasi tambang (pit), maka lebih spesifik dipilih metode
penambangan terbuka (open pit mining) dengan system berjenjang dengan banyak muka
kerja (multi bench system) dan berdasarkan cara penggalian dan pengangkutan dapat
dikategorikan sebagai cyclic mining dengan menggunakan excavator-dump-truck (Gambar
2.21). Setiap jenjang dihubungkan jalan masuk tambang dengan jalan utama tambang.
Penambangan mulai dari pengupasan overburden, limonit, saprolit dan berhenti pada batuan
dasar (bed rock). Pada setiap jenjang lapisan ore, akan dilakukan face sampling dan
selanjutnya akan dipasang patok dan diberi keterangan hasil dari face sampling, selanjutnya
data ini akan dijadikan acuan rencana (sequence) penambangan.

Dimensi desain tambang sebagai berikut :


Tinggi per jenjang (single bench) : 3.0 meter
Lebar jenjang : 20.0 meter
Kemiringan jenjang : 90°
Jalan masuk tambang (mine acces road), lebar : 12 meter (2 jalur)
Jalan utama : 14 meter (2 jalur)

Namun bila kondisi lapangan belum memungkinkan untuk penerapan system berjenjang,
maka pihak perusahaan akan menerapkan metoda penambangan konvensional yaitu jenjang
per jenjang dengan kedalaman setiap penggalian sedalam 2 meter dan kemiringan dinding
60° dan kemiringan keseluruhan untuk satu trap (bench) 52° dengan tinggi maksimum 6
meter, dengan tetap menjaga lingkungan, produktifitas dan keselamatan kerja.
Peralatan yang lazim digunakan dalam operasional penggalian/penambangan nikel adalah alat
berat backhoe. Penggalian nikel menggunakan backhoe ini dilakukan dengan cara penggalian
secara langsung. Untuk meningkatkan produktivitas dan efektivitas kerja backhoe akan
dibantu oleh bulldozer yang dilengkapi dengan alat garu yang berfungsi untuk menggali nikel
dan mendorong ke arah backhoe. Arah dan kedalaman penggalian mengikuti penyebaran blok
kerja nikel. Lereng low wall secara umum akan mengikuti arah kemiringan batuan lempung
yang merupakan batuan dasar lapisan nikel. Potensi longsoran yang mungkin terjadi akibat

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-43
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

aktivitas penggalian tambang nikel ini diantaranya berupa sliding block, toe crushing, atau
kombinasi diantara keduanya.

Kegiatan penggalian tambang nikel menggunakan peralatan berat dengan teknik penambangan
yang dirancang telah memperhatikan faktor keamanan dan keselamatan kerja. Tingkat
kesulitan dalam pengalian tambang nikel sangat dipengaruhi oleh tingkat ke dalaman blok
tambang dan kestabilan lereng. Ancaman longsor dan resiko kecelakaan kerja pada aktivitas
penggalian tambang nikel ini perlu dicermati.

Penambangan diklasifikasikan atas 2 jenis kualitas ore utama, yaitu limonit dan saprolit.
Sedangkan 1 jenis kualitas ore lagi yaitu low grade saprolit (LGSO) dimana kualitas ore
merupakan transisi antara saprolit dan limonit. Ke tiga jenis ore tersebut ditentukan oleh Tim
Eksplorasi dan Perencanaan Tambang. Pelaksanaan dilapangan akan diawasi oleh grade
controller.

Limonit ditambang dan diangkut langsung ke tempat pemisahan ukuran berdasarkan gravitasi
atau Grizzly portable. Saprolit ditambang sebagian akan diangkut langsung ke tempat
penyaringan tetap atau disebut Grizzly portable. Pengambilan sample dilakukan diatas truk
dengan ketentuan yang ditetapkan oleh perusahaan. Dan sebagian akan dipindahkan ke
tempat penyimpanan sementara atau Stockyard dan pengambilan sample diatas truk atau
pada tumpahan truk dengan ketentuan yang ditetapkan sebelumnya. Penentuan ore akan
diangkut langsung ke grizzly atau diangkut ke stockyard oleh grade control. Hal ini didasari
oleh faktor kualitas. Penambangan harus mengikuti prosedur tersebut dan penentuan lokasi
stock akan ditentukan oleh pihak perusahaan. Operator Tambang harus menjaga tidak
terjadinya pengotoran ore baik limonit atau saprolit pada saat penggalian di lokasi
penambangan (front). Pembatuan jalan di front ataupun tempat penggalian harus
menggunakan batuan yang tidak mengandung silica tinggi diutamakan menggunakan
batuan/boulder sekitar area penggalian yang masih mengandung nikel.
Selama penggalian, operator tambang harus memisahkan boulder yang berukuran besar
sehingga dipastikan tidak terangkut sebagai ore. Boulder dapat diangkut sebagai waste
ataupun dipindahkan ketempat aman yang tidak mengganggu kegiatan gali muat di sekitar
area penambangan.
Saprolit yang disimpan di stockyard pada saat diangkut kembali ke grizlly portable dipastikan
diangkut bersih, tidak terjadi pengotoran dari material lain di luar tumpukan ore, dan boulder
yang besar dipisahkan sehingga tidak terangkut ke grizzly. Tidak ada pengambilan sample
yang dilakukan pada kegiatan ini.
Tahapan dalam operasi penambangan nikel dapat dijelaskan sebagai berikut:

(1) Tahap Pertama; pengupasan lapisan penutup tanah menggunakan buldozer. Lapisan penutup
tanah yang telah digali secara sistematis selanjutnya ditimbun atau dikumpulkan pada satu tempat yang
disebut dengan waste dump area, untuk kemudian akan digunakan kembali dalam kegiatan
rehabilitasi/reklamasi lahan bekas tambang (back filling). Melalui sistem back-filling ini hanya akan ada

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-44
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

satu lubang bekas tambang yang tidak dilakukan penimbunan, yaitu pada area bekas blok tambang pada
akhir umur tambang. Pada area bekas blok tambang ini akan dilakukan penataan untuk rancangan
pemanfaatan yang multifungsi, yaitu untuk cadangan air, tempat rekreasi/wisata, tempat budidaya jaring
terapung, dsb.
(2) Tahap Kedua; penambangan dengan menggunakan dump truk & excavator, dimana biji nikel kadar
rendah (limonit) digali dan dimuat memakai excavator (backhoe) dan diangkut ke lokasi stockyard
limonit menggunakan dump truck jenis tronton berkapasitas 20 ton yang berjarak sekitar 300 - 500 m dari
front penambangan.
(3) Tahap Ketiga, menambang bijih nikel kadar sedang (medium grade) (campuran limonit dengan
saprolit) menggunakan dump truk & excavator, dimana bijih nikel kadar sedang digali dan dimuat dengan
mengunakan excavator (backhoe) dan diangkut dengan ke lokasi stockyard limonit menggunakan
dump truck jenis tronton berkapasitas 20 ton yang berjarak sekitar 300 - 500 m dari front penambangan.
(4) Tahap Keempat; menambah bijih nikel kadar tinggi (high-grade) atau saprolit menggunakan
dump truk & excavator, dimana bijih nikel kadar tinggi digali dan dimuat dengan mengunakan
excavator (backhoe) dan diangkut ke lokasi stationary grizzly dengan menggunakan dump truck jenis
tronton berkapasitas 20 ton dengan bukaan (opening) 20 cm, yang jaraknya mencapai 1-2 km dari
front penambangan.
(5) Tahap Kelima; pemisahan ukuran butiran +20 cm dan -20 cm. undersize -20 cm ditumpuk di
stockyard saprolit yang letaknya berada dekat lokasi stationary grizzly, sedangkan oversize +20 cm atau
boulders dimasukkan ke jaw crusher opening 20 cm, dan kapasitas operasi jaw crusher mencapai 50
ton per jam. Produk akhir hasil pengolahan jaw crusher selanjutnya ditumpuk dan disatukan dengan biji
nikel -20 cm di Stockyard Saprolit.
(6) Tahap Keenam; mengangkut bijih nikel saprolit dari lokasi stockyard saprolit ke lokasi
pelabuhan/jetty di pesisir pantai Desa Tamainusi (Dusun Towi) dengan menggunakan dumptruk
berkapasitas 18 ton. Bijih nikel yang akan diekspor dimuat pada kapal ekspor berkapasitas 40.000 - 50.000
ton. Kapal ekspor bersandar di laut dengan kedalaman minimal 15 m.

Jarak dermaga pelabuhan – vessel (kapal ekspor) dirancang berjarak sekitar ±1 km, sarana
yang harus dipersiapkan adalah: dermaga muat ke tongkang, tongkang jenis rumpdoor
kapasitas 5.000 ton dan kapal tunda tug boat 700 – 1.340 HP. Kapal ekspor (vessel)
dilengkapi dengan cranes, jumlahnya lebih dari satu. Bijih nikel di stockyard pelabuhan dimuat
ke atas dump truck memakai excavator, selanjutnya dibawa dan dimuat ke tongkang.
Selanjutnya tongkang tersebut ditarik oleh tug boat menuju ke kapal di tengah laut dan dimuat
ke atas kapal dengan menggunakan cranes kapal. Untuk mengetahui jumlah muatan kapal
dilakukan pengukuran draft kapal oleh seorang loading master bersama-sama dengan pihak
yang berwenang.

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-45
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Gambar 2.21. Ilustrasi Dimensi Bukaan Tambang, Arah Penggalian serta Arah Kemajuan Tambang

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL II-46
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

e. Rencana Produksi
Pada tahap awal rencana produksi dan penjualan bijih nikel direncana sebesar 500.000 ton
bijih nikel kadar tinggi (saprolit). Selanjutnya ditargetkan untuk terus meningkat sesuai
dengan permintaan pasar hingga mencapai ±0,9 juta ton/tahun. Spesifikasi kadar bijih nikel
kualitas ekspor adalah :
 Bijih nikel high grade jenis saprolit:
Ni = 2,30%
Fe = 18,0%
SiO2 = 40%
MgO = 30%
CaO = 1% maksimum
Kadar air = ± 35%
Size = < 200 m

 Bijih nikel medium grade (campuran limonit dengan saprolit):


Ni = 2,10%
Co = 0,04%
Fe = ± 15,0%
SiO2 = 45%
MgO = ± 25%
CaO = 1% maksimum
Kadar air = ± 35%
Size = < 200 mm

 Bijih nikel low grade jenis limonit:


Ni = 1,60%
Co = > 0,10%
Fe = 40,0%
SiO2 = 14%
MgO = 7%
CaO = 1% maksimum
Kadar ari = 32 - 34%
Size = < 200 mm

Secara visual proses penambangan bijih nikel dapat dilihat pada Gambar 2.22.

Gambar 2.22. Visualisasi Proses Penambangan Bijih Nikel

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-47
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

f. Kegiatan Pengangkutan Hasil Tambang


Pengangkutan nikel kadar rendah dan sedang (medium) dari lokasi blok tambang ke
stockyard limonit ditargetkan sebanyak 1.935 ton per hari dengan menggunakan dump truck
jenis tronton berkapasitas 20 ton dengan jarak angkutan antara lokasi blok tambang dengan
lokasi stockyard limonit maksimal 7,0 km. Untuk aktivitas bongkar-muat dan penggalian bijih
nikel akan digunakan hydraulic excavator PC 650 dengan kapasitas bucket 3,8 m3. Operasi
penanganan bijih nikel kadar rendah dan sedang di lokasi blok tambang - lokasi stockyard
diperlukan 4 unit dump truck dan 2 unit hydraulic excavator PC 650.
Kegiatan pengangkutan bijih nikel kadar tinggi dari lokasi blok tambang ke lokasi stockyard
saprolit di Pelabuhan/Jetty di pesisir pantai Desa Tamainusi (Dusun Towi) ditargetkan
sebanyak 1.667 ton per hari dengan menggunakan dump truck jenis tronton berkapasitas 20
ton dengan kecepatan tempuh rata-rata mencapai 30 km/jam, serta jarak tempuh maksimum
1,0 km dari lokasi blok tambang. Untuk aktivitas bongkar-muat dan penggalian bijih nikel
akan digunakan hydraulic excavator PC 650 dengan kapasitas bucket 3,8 m3 dengan jam
kerja efektif 10 jam per hari dengan target produksi mencapai 1.935 ton per hari. Operasi
penanganan bijih nikel kadar tinggi di lokasi blok tambang - lokasi stockyard saprolit ini
akan dioperasikan 2 unit dump truck dan 1 unit hydraulic excavator PC 650.
Untuk kegiatan pengangkutan waste dan overburden dari lokasi blok tambang ke lokasi
penimbunan/penampungan (waste dump area) direncanakan akan menggunakan dump truck
jenis tronton berkapasitas 20 ton dibantu dengan hydraulic excavator PC 650 yang memiliki
kapasitas bucket 3,8 m3 untuk menggali dan aktivitas bongkar-muat. Jarak tempuh dari lokasi
blok tambang menuju lokasi waste dump area dirancang tidak melebihi 1 km dengan
kecepatan angkut sekitar 15 km/jam dengan jumlah jam kerja efektif sebanyak 10 jam,
diperhitungkan diperlukan 1 unit dumptruck dan 1 unit hydraulic excavator PC 650.
Selanjutnya, dalam aktivitas pengangkutan hasil tambang nikel dan mobilitas kendaraan
proyek tambang nikel, dapat dikemukakan bahwa lingkup transportasi angkutan proyek
tambang nikel ini mencakup :

(1) Sarana Jalan (jalan tambang baik untuk pengangkutan tambang bijih nikel maupun pengupasan lapisan
tanah penutup/OB). Infrastruktur jalan meliputi semua jalan yang dibuat untuk kepentingan 'kelancaran'
operasional tambang nikel, khususnya mobilitas kendaraan dan alat-alat berat 'proyek', seperti aktivitas
dump truck. Berdasarkan tujuan penggunaannya, pembangunan jaringan jalan tambang mencakup :
 Jalan angkut nikel dari lokasi blok tambang ke stockyard limonit dan stockyard saprolit.
 Jalan angkut bijih nikel dari stockyard limonit dan stockyard saprolit ke stockyard pelabuhan ekspor bijih
nikel untuk selanjutnya diangkut dengan tongkang yang ditarik dengan tub-boat yang berkapasitas 5.000
s/d 6.000 ton.
 Jalan angkut material tanah pucuk (lapisan penutup tanah atau overburden) dari lokasi blok tambang
Ganda-Ganda (pengupasan) ke dumping area dan ke in-pit dump.
 Jalan-jalan di sekitar area kantor site (basecamp) dan mess karyawan.

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-48
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Konstruksi jalan angkut yang dibangun direncanakan akan mempergunakan jenis perkerasan jalan sirtu
(pasir-batu). Jalan angkut nikel ini akan dilengkapi dengan lampu penerangan jalan di salah satu sisinya,
dengan interval setiap jarak 100 meter. Dengan demikian operasi pengangkutan nikel tetap dapat dilakukan
pada malam hari bila dikehendaki. Untuk pengamanan kegiatan transportasi, selain digunakan lampu
penerangan jalan, pada beberapa lokasi ruas jalan juga dilakukan pemasangan rambu-rambu lalu lintas,
misalnya pada lokasi tanjakan, turunan, tikungan tajam, persimpangan, dan Iain-lain. Demikian juga pada
ujung-ujung ruas jalan milik PT. BINTANG FAJAR GLOBAL, yang berhubungan dengan jalan angkut umum
(akses jalan publik), akan didirikan pos-pos penjagaan yang berfungsi untuk mengamankan arus keluar
masuknya material atau barang dari dan ke site proyek.
(2) Jalan angkut bijih nikel dari lokasi blok tambang ke lokasi stockyard limonit dan stockyard saprolit,
direncanakan menggunakan dumptruck yang berkapasitas 20 ton menempuh jarak tempuh sekitar 10-15 km,
dan target pengangkutan bijih nikel per hari mencapai 1.935 ton, sehingga diperlukan 4 unit dumptruck,
dimana 1 unit dumprukck dapat mengangkut sebanyak 72 ton per hari dengan jumlah pengangkutan
sebanyak 2 rit per hari. Mengingat pengangkutan bijih nikel sebagian menggunakan 'jalan Pemda' maka
diperlukan ijin dari dinas/intansi teknis yang berwenang (Dinas Perhubungan atau LLAJ) serta Polres
Morowali/Petasia sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku.
(3) Jalan Angkut Lapisan Penutup dari Tambang Ke Dumping Area dan In-pit Dump
Selama operasi penambangan, lapisan penutup (overburden) akan dipindahkan dari lokasi tambang menuju
lokasi penimbunan lapisan penutup tanah (waste dumping area) untuk selanjutnya akan digunakan kembali
untuk menimbun kembali lahan bekas galian dengan teknik back-filling. Penimbunan lahan bekas tambang
segera akan dilakukan setelah operasi tambang pada blok yang bersangkutan dinyatakan telah selesai.
Direncanakan melalui jalur jalan tambang, yang terdiri dari ruas jalan di dalam pit dan ruas jalan menuju
dumping area. Jarak rata-rata pengangkutan dari lokasi blok tambang ke lokasi waste dump area berkisar
antara 0,5 - 1,0 km.
(4) Jalan Utama Dari Stockyard Menuju Pelabuhan Ekspor
Pengangkutan hasil tambang bijih nikel dari lokasi stockyard pengolahan nikel menuju Pelabuhan ekspor di
pesisir pantai Desa Tamainusi (Dusun Towi) berjarak sekitar 6,0 – 7,0 Km diperhitungkan akan melewati jalur
angkutan umum atau 'jalan desa' yang menjadi jalur lalu-lintas umum (publik), dan jalan yang hauling dalam
perniagaan/perdagangan dan berbagai keperluan lainnya.
(5) Pengangkutan hasil tambang bijih nikel
Untuk mengangkut bijih nikel ke kapal ekspor akan digunakan dumptruck yang dlengkapi dengan hydraulic
excavator PC 300 hingga ke tongkang sepanjang 500 meter, dengan target pengangkutan sebanyak 6.000
ton per hari dengan 20 jam kerja efektif. Kapasitas loading-rit sebanyak 6.000 ton bijih nikel tersebut dapat
didukung oleh 4 unit dumptruck yang dilengkapi dengan 1 unit excavator hydraulic, 1 unit Bulldozer D.5
serta 1 unit Wheel Loader W 350.
Dalam pelaksanaan pembangunan (pembuatan/peningkatan jalan) dan pemeliharaan serta
penggunaan jaringan jalan tambang tersebut, manajemen PT. BINTANG FAJAR GLOBAL akan
berkoordinasi dengan dinas/instansi teknis terkait lingkup Pemda Kabupaten Morowali dan
PemProv Sulawesi Tengah. Dalam pengoperasian jalan tambang ini, perusahaan akan
melengkapi dengan memasang rambu-rambu lalu lintas dan marka jalan serta papan-papan
himbauan/peringatan yang relevan sesuai dengan ketentuan dan hasil koordinasi dengan
dinas/instansi teknis terkait.

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-49
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Keberadaan jaringan jalan tambang dan sarana prasarana proyek tambang nikel ini akan
memberi kontribusi pada peningkatan aksesibilitas dan mobilitas masyarakat di sekitar lokasi
tambang, dan pada gilirannya akan mendorong berkembangnya usaha perekonomian
masyarakat dan kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya.

g. Pemisahan Nikel (Grizzling)

Pada stockyard, dilakukan pemisahan butiran bijih nikel berukuran +20 cm dan 20 cm. Butiran
bijih nikel berukuran -20 cm (undersize) ditumpuk di stockyard saprolit yang terletak di dekat
lokasi stationary grizzly. Sedangkan butiran berukuran +20 cm (boulders) dimasukkan ke jaw
crusher (opening 20 cm) untuk memperoleh ukuran -20 Cm. Dengan kapasitas operasi jaw
crusher 50 ton/jam (jam efektif kerja 13,9 jam/hari), sehingga dalam satu hari jaw crusher
mampu memproduksi 695 ton/hari. Produk akhir hasil pengolahan jaw crusher selanjutnya
ditumpuk dan disatukan dengan biji nikel -20 cm di stockyard saprolit.

h. Pemuatan Nikel Ke Ponton

Hasil pemisahan nikel di stockyard (berjarak ±500 m dari pelabuhan), akan diangkut dengan
tongkang. Pemuatan (loading) nikel ke tongkang dilakukan dengan loading conveyor system
berkapasitas 800 tph, yang terdiri dari reclaim tunnel conveyor dan barge load out conveyor.
Loading conveyor system dilengkapi dengan belt feeder, belt scale dan metal detector untuk
trimming (pengaturan curahan nikel pada tripper). Untuk mendorong nikel ke hopper reclaim
tunnel dipergunakan track dozer. Tongkang yang telah terisi nikel akan ditarik dengan tug boat
menuju kapal ponton dan nikel dari tongkang dipindahkan ke kapal ponton. Selanjutnya kapal
ponton akan mengangkut nikel ke lokasi pembeli nikel atau ke lokasi pasar.

i. Aktifitas Perbengkelan dan Genset


Aktifitas perbengkelan meliputi kegiatan perbaikan dan pemeliharan peralatan kerja yang
dipergunakan untuk kegiatan penambangan nikel, seperti : bulldozer, dump truck, wheel
loader, backhoe, grader dan sebagainya. Sedangkan aktivitas genset diperlukan untuk
penyediaan energi listrik untuk kegiatan penambangan nikel.
Pada proses perbaikan dan pemeliharan peralatan serta operasional genset akan dihasilkan
limbah bekas minyak pelumas dan partikel-partikel metal berkarat.

j. Pengelolaan dan Penanganan Limbah


Limbah kegiatan pertambangan nikel, meliputi: 1) limbah domestik, dan 2) limbah bekas
minyak pelumas. Limbah tersebut akan dikelola, agar pencemaran lingkungan akibat
keberadaan limbah-limbah tersebut dapat dikendalikan serta tidak menimbulkan penurunan
kualitas lingkungan hidup yang dapat mengganggu keberlangsungan daya-dukung ekosistem
sebagai penyangga sistem kehidupan.

Secara teknis kegiatan pengolahan limbah mencakup aktivitas sebagai berikut:

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-50
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

a) Mereduksi produksi limbah proyek melalui efisiensi penggunaan bahan yang didukung oleh perencanaan yang
cermat dalam sistem proses produksi.
b) Menggunakan kembali (re-use) sisa bahan atau limbah melalui bentuk pemanfaatan lain yang praktis,
ekonomis dan ramah lingkungan.
c) Mendaur ulang (re-cycle) sisa bahan atau limbah untuk menghasiikan produk lain yang bermanfaat dan
memiliki nilai ekonomis dan dapat menunjang program kerja perusahaan dalam rangka implementasi program
corporate social responsibility.
d) Pengawasan dan pengendalian sistem operasi untuk pencapaian efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan
sumberdaya secara rasional dan terukur, sekaligus dapat mengurangi limbah yang berpotensi menimbulkan
pencemaran lingkungan.

a) Pengolahan Air Limbah pada Settling Pond


Denah pengolahan air limbah sebagaimana disajikan pada Gambar 2.23, dengan uraian
masing-masing sebagai berikut:

Gambar 2-23. Denah dan Potongan Settling Pond

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-51
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Pada kolam dipasang pipa-pipa pengeluaran yang terletak kira-kira 2/3 dari ketinggian
kolam. Diameter dan jumlah pipa pengeluaran diatur sedemikian rupa sehingga debit aliran
masuk kolam sama dengan debit aliran keluar kolam melalui pipa-pipa tersebut. Pipa
pengeluaran dapat terbuat dari paralon atau drum kecil yang alasnya telah dibuka atau
pipa saluran air (untuk gorong-gorong) yang terbuat dari campuran semen dan pasir.

Untuk meningkatkan kejernihan air yang keluar kolam, di dalam pipa pengeluaran dipasang
penyaring pasir yang terdiri dari pasir, batu koral, batu kerikil, ijuk atau sarang. Untuk
menguji apakah air tersebut cukup aman bagi kehidupan biota air, misalnya ikan, maka air
tersebut dialirkan ke monitoring pond yang dibuat di luar pit sebelum dibuang/dialirkan ke
badan air sungai.
Apabila air olahan sudah cukup aman atau ikan dapat hidup di dalam kolam monitoring
pond, maka air tersebut sudah cukup layak untuk dibuang ke sungai. Apabila air tersebut
kualitasnya belum baik (belum sesuai dengan baku mutu lingkungan) maka perlu dilakukan
pengolahan lanjutan dalam monitoring pond, oleh karena itu monitoring ponds dibuat
seperti settling pond dengan ukuran 48 x 15 x 4 m.

b) Pengolahan Limbah Oli Bekas


Untuk mengurangi dampak kebocoran-kebocoran oli bekas dari bengkel/workshop maka di
lokasi workshop dibangun sistem penampungan oli bekas dan oil trap. Dengan adanya
sistem ini maka kontaminasi antara air dan oli bekas yang terbuang dari workshop ke arah
settling pond dapat diatasi.

Prinsip dasar perencanaan penampungan oli bekas didasarkan pada keluaran limbah rata-
rata yang telah diamati pada workshop yang ada di lapangan. Lantai bengkel diperkeras
dengan beton dan dibuatkan saluran drainase. Drainase air permukaan disalurkan ke luar
(perairan umum), sedangkan drainase dari kegiatan bengkel dibuat terpisah dan disalurkan
ke bak/kolam perangkap ceceran minyak/oli. Dengan demikian ceceran minyak dari
kegiatan bengkel tidak akan mencemari lingkungan. Sketsa desain bangunan dan kolam
perangkap minyak (oil trap) disajikan pada Gambar 2.24.

Gambar 2.24. Sketsa Desain Oil Trap

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-52
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Setelah kolam perangkap minyak mulai penuh, minyak tersebut dipindahkan ke dalam
kemasan (drum) yang telah disediakan untuk dikirim ke perusahaan pengolah limbah
minyak. Prosedur penanganan dan penyimpanan drum adalah sebagai berikut:

 Drum untuk limbah harus dalam kondisi baik, tidak rusak, dan bebas dari pengkaratan
serta kebocoran.
 Untuk mencegah resiko timbulnya bahaya selama penyimpanan, maka jumlah
pengisian limbah dalam drum harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya
pengembangan volume limbah, pembentukan gas atau terjadinya kenaikan tekanan.
 Drum yang telah berisi limbah harus diberi penandaan/label sesuai dengan ketentuan
yang berlaku dan disimpan dengan memenuhi ketentuan tentang tata cara dan
persyaratan bagi penyimpanan limbah B3, selalu dalam keadaan tertutup rapat.
 Penyimpanan drum dibuat dengan sistem blok. Setiap blok terdiri dari 2x2 kemasan,
sehingga dapat dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap setiap kemasan sehingga
jika terdapat kerusakan kecelakaan dapat segera ditangani (seperti Gambar 2.25).

Gambar 2.25. Pola Penyimpanan Kemasan Drum di atas Palet dengan


Jarak Min. antar Blok

 Lebar gang antar blok harus memenuhi persyaratan peruntukannya. Lebar gang untuk
lalu lintas manusia minimal 60 cm dan lebar gang untuk lalu lintas kendaraan
pengangkut (forklift) disesuaikan dengan kelayakan pengoperasiannya.
 Jarak tumpukan kemasan tertinggi dan jarak blok kemasan terluar terhadap atap dan
dinding bangunan penyimpanan tidak boleh kurang dari 1 m.
 Jarak minimum antar lokasi dengan fasilitas umum adalah 50 m.

k. Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3)


Sesuai ketentuan, setiap Unit Manajemen Pemegang Kuasa Pertambangan diwajibkan untuk
membentuk unit Kerja yang menangani Keselamatan dan Keselamatan Kerja (program K-3)
sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 555.K/26/M.PE/
1995 tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3) Pertambangan Umum dalam arti seluas-
luasnya sebagai Acuan Pelaksanaan dan Pengawasan K3 Pertambangan Umum. Adapun

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-53
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

rencana program Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT. BINTANG FAJAR GLOBAL kepada
pada pekerja baru maupun pekerja lama, adalah:

1) Para pekerja tambang diberikan hak untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatan yang
menjadi kewajiban perusahaan.
2) Pekerja tambang harus diperiksa kesehatannya (pemeriksaan menyeluruh) secara berkala
oleh dokter yang berwenang.
3) Pekerja tambang yang bekerja di tempat yang dapat membahayakan paru-paru, harus
dilakukan pemeriksaan kesehatan secara khusus.

Upaya lain dalam rangka pelaksanaan program K-3 antara lain melalui kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:

1) Menyediakan perlengkapan keamanan dan keselamatan kerja bagi karyawan.


2) Memberikan pembinaan dan pengarahan kepada karyawan untuk menjaga keamanan dan
memperhatikan prosedur program K-3.
3) Mengefektifkan peran komunikasi dalam mendukung pencapaian progran K-3 guna meraih
'zero accident’ dalam setiap aktivitas proyek.
4) Mengembangkan program pendidikan dan pelatihan secara sistematis dan berkelanjutan
dalam rangka meningkatkan mutu SDM di lingkungan perusahaan.

Untuk menjaga keamanan areal tambang, PT. BINTANG FAJAR GLOBAL akan
mengefektifkan pengawasan dan pengamanan areal tambang dengan melakukan langkah-
langkah sebagai berikut:

1) Pembuatan dan pemasangan rambu-rambu jalan di tempat-tempat yang strategis.


2) Pembuatan dan pemasangan papan peringatan dan himbauan di tempat-tempat strategis
dalam upaya mencegah kebakaran lahan atau kecelakaan kerja.
3) Melakukan perawatan dan pemeliharan jalan dan jembatan di lingkungan proyek
pertambangan nikel dan jalan umum yang bersambungan dengan jalan proyek untuk
mendukung kelancaran transportasi penduduk.
4) Membuat dan memasang pagar pengamanan pada bagian mulut sumuran, bak
penampung, dan sebagainya.
5) Melakukan patroli keamanan di areal tambang secara rutin dengan melibatkan masyarakat
serta berkoordinasi dengan aparat keamanan yang berwenang;
6) Mengefektifkan peran komunikasi dan optimalisasi koordinasi dengan instansi terkait dalam
mendukung pencapaian kinerja perlindungan dan pengamanan areal tambang yang
optimal guna meraih 'zero accident' dalam setiap aktivitas proyek.

l. Pembinaan Masyarakat (Community Development)


Kegiatan pemberdayaan masyarakat atau community development merupakan bagian dari
visi-misi perusahaan dalam upaya mewujudkan tanggung jawab sosial perusahaan dalam
kerangka corporate social responsibility (CSR) yang tepat, terpadu dan berkesinam-bungan.
CSR berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan", di mana ada argumentasi
bahwa perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak
semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan atau deviden melainkan juga

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-54
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka
panjang.
Program CSR memiliki tujuan untuk mendorong prakarsa, inisiatif dan semangat
keswadayaan masyarakat untuk mengembangkan kapasitas sumberdaya manusia serta
kemampuan masyarakat kampung dalam mengelola dan memanfaatkan potensi sumberdaya
alam dan lingkungannya secara berkelanjutan.
Cakupan bidang kegiatan yang menjadi sasaran program community development adalah (a)
peningkatan kapasitas pengelolaan usaha bidang pertanian dan pengolahan hasil pertanian;
(b) peningkatan kapasitas sarana prasarana sosial dan fasilitas umum kampung; serta (c)
peningkatan kapasitas partisipasi dan dinamika kelembagaan masyarakat kampung dalam
perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup.
Rumusan bentuk kegiatan dalam rangka implementasi program community development
dikembangkan secara musyawarah dengan melibatkan peran-serta komponen masyarakat,
aparat kampung, muspika Kecamatan Petasia dan Pemda Kab. Morowali. Beberapa bentuk
kegiatan program community development (ComDev) yang dapat dipertimbangkan, meliputi:
1) Pengembangan Usaha Pertanian Intensif, melalui program pemberian bantuan: bibit sayur-
sayuran, bibit tanaman karet dan buah-buahan (multi tree's species) serta bibit ikan dan
temak kecil.
2) Pengembangan Aktifitas Perekonomian Lokal, melalui program: pembentukan kelompok
usaha atau koperasi, pelatihan ketrampilan usaha berdasarkan komoditi unggulan
setempat, pemberian bantuan modal dan pemasaran usaha.
3) Pembangunan Fasilitas Umum, melalui program: pengadaan jaringan air bersih dan MCK,
perbaikan sarana peribadatan dan perbaikan jalan desa.
4) Pembinaan Aktifitas Sosial Budaya, melalui program: pelayanan kesehatan, bantuan
beasiswa dan honor guru bantu serta bantuan peralatan olahraga.
5) Pelestarian Sumberdaya Alam, melalui program: pelatihan teknis pengelolaan dan
pelestarian sumberdaya alam serta bantuan jenis-jenis tanaman kehutanan untuk
konservasi semberdaya alam.
Bentuk-bentuk kegiatan dalam program ComDev akan digulirkan secara bertahap pada
beberapa desa binaan (desa lingkar tambang). Detil waktu pengguliran dan ketepatan bentuk-
bentuk kegiatan dalam program ComDev akan disesuaikan setelah dilakukan Studi Diagnostik
dan/atau studi terkait ketepatan dan prioritas kebutuhan masyarakat.

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-55
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Gambar 2.26. Ilustrasi Kegiatan Tahapan Proses Penambangan Bijih Nikel sejak Pra-Konstruksi,
Konstruksi dan Tahap Operasi Produksi

m. Reklamasi Pasca Tambang

Kegiatan reklamasi pasca tambang sudah dapat dilakukan secara bertahap sejalan dengan
tahapan kegiatan penambangan, yang akan dilakukan dengan menimbun wilayah yang telah
dieksploitasi yang berupa bukit dan lembah, cekungan atau lubang, baik yang terbentuk akibat
kegiatan penambangan maupun secara alami.
Kegiatan reklamasi dilakukan dengan maksud memanfaatkan tanah hasil pengupasan tanah
penutup untuk menimbun daerah-daerah depresi yang bukan merupakan target eksploitasi,
yang dimaksudkan untuk memulihkan kondisi lahan yang telah dikupas dalam waktu tidak
terlalu lama terbuka. Sehingga kegiatan ini akan memberikan dampak perbaikan mutu
lingkungan berupa kualitas udara, hidrologi, kualitas air, bentangan lahan, erosi dan
sedimentasi. Selain itu juga aspek estetika dari gundul menjadi bervegetasi, serta persepsi
yang positif dan kesehatan masyarakat menjadi lebih baik.

Kegiatan reklamasi pasca tambang wajib dilakukan dengan mengaju pada Keputusan
Menteri Pertambangan dan Energi No. 1211 K tahun 1995 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Perusakan dan Pencemaran Lingkungan Pada Kegiatan Usaha
Pertambangan Umum; serta Permen ESDM No.18 Tahun 2008 tentang Reklamasi dan
Penutupan Tambang. Rehabilitasi lahan ini dilakukan secara parsial dengan parallel pada
lahan-lahan bekas penambangan atau dilakukan secara menyeluruh pada akhir operasional.
Proses reklamasi dilakukan secara paralel dengan kegiatan penambangan dan dilakukan

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-56
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

secara terus menerus sesuai dengan umur penambangan. Visualisasi kegiatan reklamasi
dapat dilihat pada Gambar 2.27.

Gambar 2.27. Visualisasi Proses Reklamasi

4. KEGIATAN TAHAP PASCA OPERASI

a. Rasionalisasi Tenaga Kerja

Seiring dengan berakhirnya proses kegiatan penambangan nikel, PT. BINTANG FAJAR
GLOBAL akan melakukan rasionalisasi tenaga kerja dan/atau Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK) para tenaga kerja yang telah direkrut.
Jika tenaga kerja yang akan menjadi karyawan sebanyak 183 orang, yang terdiri dari 70 orang
karyawan PT. BINTANG FAJAR GLOBAL dan 113 orang tenaga kerja yang direkrut oleh
kontraktor. Jumlah karyawan tersebut perlu penanganan khusus jika kegiatan pertambangan
akan selesai. Khusus bagi tenaga kerja lokal yang menjadi karyawan dimana tadinya adalah
sebagai petani atau nelayan kemudian bekerja di perusahaan pertambangan yang jika
perhitungan umur tambang sekitar 10-11 tahun maka, sedikit banyaknya dapat mengubah
pola pikir masyarakat setempat.
Rasionalisasi tenaga kerja akan dilakukan secara bertahap seiring dengan berkurangnya
volume kegiatan penambangan. Sebelum dilakukan PHK, para tenaga kerja akan dibekali
pendidikan dan pelatihan ketrampilan kerja agar mampu berusa di bidang non pertambangan.
Selain itu, para tenaga kerja akan diberikan kompensasi dan/atau pesangon sesuai lama
masa kerja.

b. Demobilisasi Peralatan

Seiring dengan berakhirnya proses kegiatan penambangan nikel, PT. BINTANG FAJAR
GLOBAL akan melakukan demobilisasi peralatan kerja atau menarik peralatan kerja dari
lokasi kegiatan penambangan nikel. Proses demobiiisasi peralatan kerja akan dilakukan
secara bertahap seiring dengan berkurangnya volume kegiatan penambangan.

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-57
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

c. Reklamasi dan Re-Vegetasi Akhir

Pemerintah melalui Departemen Kehutanan dan Departemen Pertanian telah menerbitkan


pedoman reklamasi areal bekas penambangan. Reklamasi adalah kegiatan memulihkan
kembali lahan dan vegetasi dalam kawasan hutan yang rusak sebagai akibat kegiatan usaha
pertambangan dan energi agar dapat berfungsi kembali secara optimal sesuai dengan
peruntukannya. Selain itu Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral melalui Permen
ESDM No.18 Tahun 2008 tentang Reklamasi dan Penutupan Tambang.

Departemen Kehutanan telah menerbitkan Pedoman Reklamasi Bekas Tambang melalui


Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 146/Kpts-ll/1999. Dalam keputusan ini disebutkan
bahwa setiap perusahaan pertambangan yang berada dalam kawasan hutan mempunyai
kewajiban :

1) Melaksanakan reklamasi lahan bekas tambang atas kawasan hutan yang dipinjam pakai.
2) Menanggung biaya pelaksanaan reklamasi lahan bekas tambang atas kawasan hutan yang
dipinjam pakai (sesuai aturan perundang-undangan).
3) Mempunyai organisasi pelaksana reklamasi lahan bekas tambang dalam kawasan hutan.
4) Melakukan usaha perlindungan dan pengamanan hutan atas kawasan hutan yang dipinjam
pakai.
5) Menyerahkan uang jaminan reklamasi.
Ruang lingkup kegiatan reklamasi meliputi tahapan sebagai berikut:
1) Inventarisasi lokasi reklamasi.
2) Penetapan lokasi reklamasi.
3) Perencanaan reklamasi
4) Pelaksanaan Reklamasi, meliputi:
• Penyiapan lahan dan persemaian
• Pengaturan bentuk lahan (landscaping)
• Pengendalian erosi dan sedimentasi
• Pengelolaan lapisan olah (top soil)
• Revegetasi (usaha atau kegiatan penanaman kembali lahan bekas tambang)
• Pemeliharaan.

Sementara itu Departemen Pertanian melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air
Direktorat Pengelolaan Lahan menerbitkan pedoman reklamasi lahan pada lahan bekas
penambangan. Komponen kegiatan reklamasi lahan adalah :
(1) Pengaturan bentuk lahan,
(2) Perataan tanah (land leveling)
(3) Pembersihan lahan.
(4) Pengendalian erosi dan sedimentasi.
(5) Pembuatan bangunan teras dan bangunan penyadap air.
(6) Aplikasi pemupukan anorganik dan organik.
(7) Revegetasi bekas tambang.
(8) Pengadaan sarana produksi dan melakukan pemilihan jenis tanaman.

Sarana produksi yang diperlukan, meliputi antara lain :

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-58
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

(1) Benih/bibit tanaman,


(2) Pupuk Organik,
(3) Pupuk Anorganik, dan
(4) Pestisida/lnsektisida

Prosedur Reklamasi lahan penambangan adalah sebagai berikut:


(1) Survey rekomendasi rancang bangun reklamasi lahan.
(2) Survey dan investigasi.
(3) Desain/rancangan sederhana (landscaping).
(4) Konstruksi dengan padat karya.
(5) Pengawasan jasa supervisi.
(6) Revegetasi atau penanaman kembali lahan bekas tambang.
(7) Pemeliharaan.

c.1 Pendekatan Teknologi dan Langkah-Langkah Reklamasi Lahan Bekas Tambang

Reklamasi lahan bekas tambang memerlukan pendekatan dan teknologi yang berbeda
tergantung atas sifat gangguan yang terjadi dan peruntukannya (penggunaan setelah proses
reklamasi). Namun secara umum, garis besar tahapan reklamasi adalah sebagai berikut:
1) Konservasi top soil
Lapisan tanah paling atas atau tanah pucuk, merupakan lapisan tanah yang perlu
dikonservasi, karena paling memenuhi syarat untuk dijadikan media tumbuh tanaman. Hal ini
mencerminkan bahwa proses reklamasi harus sudah mulai berjalan sejak proses
penambangan dilakukan, karena konservasi tanah pucuk harus dilakukan pada awal
penggalian. Namun, banyak perusahaan tambang yang tidak mematuhi hal ini, akibatnya
harus mengangkut tanah pucuk dari luar dengan biaya tinggi, dan menimbulkan
permasalahan di lokasi tanah pucuk berada.
Beberapa hal yang harus diperhatikan, adalah: (a) menghindari tercampurnya subsoil yang
mengandung unsur atau senyawa beracun, seperti pirit, dengan tanah pucuk, dengan cara
mengenali sifat-sifat lapisan tanah sebelum penggalian dilakukan, (b) menggali tanah pucuk
sampai lapisan yang memenuhi persyaratan untuk tumbuh tanaman, (c) menempatkan galian
tanah pucuk pada areal yang aman dari erosi dan penimbunan bahan galian lainnya, (d)
menanam legum yang cepat tumbuh pada tumpukan tanah pucuk untuk mencegah erosi dan
menjaga kesuburan tanah.

2) Penataan lahan
Penataan lahan dilakukan untuk memperbaiki kondisi bentang alam, antara lain dengan cara:
(a) menutup lubang galian (kolong) dengan menggunakan limbah tailing (overburden). Lubang
kolong yang sangat dalam dibiarkan terbuka, untuk penampung air; (b) membuat saluran
drainase untuk mengendalikan kelebihan air, (c) menata lahan agar revegetasi lebih mudah
dan erosi terkendali, diantaranya dilakukan dengan cara meratakan permukaan tanah, jika
tanah sangat bergelombang penataan lahan dilakukan bersamaan dengan penerapan suatu
teknik konservasi, misalnya dengan penterasan, (d) menempatkan tanah pucuk agar dapat
digunakan secara lebih efisien.

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-59
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

3) Pengelolaan sedimen dan pengendalian erosi


Pengelolaan sedimen dilakukan dengan membuat bangunan penangkap sedimen, seperti
rorak, dan di dekat outlet dibuat bangunan penangkap yang relatif besar. Cara vegetative juga
merupakan metode pencegahan erosi yang dapat diterapkan pada areal bekas tambang.
Tala’ohu et al. (1998) menggunakan strip vetiver untuk pencegahan erosi pada areal bekas
tambang batu bara. Vetiver merupakan pilihan yang terbukti tepat, karena selain efektif
menahan erosi, tanaman ini juga relatif mudah tumbuh pada kondisi lahan buruk sehingga
bertindak sebagai tanaman pioner.

4) Penanaman cover crop


Penanaman cover crop (tanaman penutup) merupakan usaha untuk memulihkan kualitas
tanah dan mengendalikan erosi. Oleh karena itu keberhasilan penanaman penutup tanah
sangat menentukan keberhasilan reklamasi lahan pasca-penambangan. Karakteristik cover
crop yang dibutuhkan, sebagai berikut: mudah ditanam, cepat tumbuh dan rapat, bersimbiosis
dengan bakteri atau fungi yang menguntungkan (rhizobium, frankia, azospirilum, dan
mikoriza), menghasilkan biomassa yang melimpah dan mudah terdekomposisi, tidak
berkompetisi dengan tanaman pokok dan tidak melilit. Pada areal bekas tambang nikel PT
Inco (Ambodo, 2008) menggunakan dua jenis rumput (Echinocloa sp. dan Cynodon dactylon)
serta dua jenis legum (Macroptilium bracteatum dan Chamaecrista sp.) sebagai cover crop.
Selain itu juga dicampurkan tanaman legum lokal seperti Clotalaria sp., Theprosia sp.,
Calindra sp., dan Sesbania rostata. Dengan campuran jenis tersebut dalam waktu dua bulan
setelah penanaman didapatkan penutupan >80%. Kemampuan tanaman penutup untuk
mendukung pemulihan kualitas tanah sangat tergantung pada tingkat kerusakan tanah.
Santoso et al. (2008) menyatakan bahwa sebaiknya cover crop ditanam pada tahun pertama
dan kedua proses reklamasi.

5) Penanaman tanaman pionir


Untuk mengurangi kerentanan terhadap serangan hama dan penyakit, serta untuk lebih
banyak menarik binatang penyebar benih, khususnya burung, lebih baik jika digunakan lebih
dari satu jenis tanaman pionir/multikultur (Ambodo, 2008). Beberapa jenis tanaman pionir
adalah: sengon buto (Enterrolobium cylocarpum), Albizia (Paraserianthes falcataria), johar
(Casia siamea), kayu angin (Casuarina sp.), dan Eukaliptus pelita. Dalam waktu dua tahun
kerapatan tajuk yang dibentuk tanaman-tanaman tersebut mampu mencapai 50-60%
sehingga kondusif untuk melakukan restorasi jenis-jenis lokal, yang umumnya bersifat semi-
toleran. Tanaman pioner ditanam dengan sistem pot pada lubang berukuran lebar x panjang x
dalam sekitar 60x60x60 cm, yang diisi dengan tanah pucuk dan pupuk organik. Santoso et al.
(2008) menyatakan bahwa penanaman tanaman pioner sebaiknya dilakukan pada tahun ke 3-
5, setelah penanaman tanaman penutup tanah.

6) Penanggulangan logam berat


Pada areal yang mengandung logam berat dengan kadar di atas ambang batas diperlukan
perlakuan tertentu untuk mengurangi kadar logam berat tersebut. Vegetasi penutup tanah
yang digunakan untuk memantapkan timbunan buangan tambang dan membangun

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-60
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

kandungan bahan organik, bermanfaat pula untuk mengurangi kadungan logam berat dengan
menyerapnya ke dalam jaringan (Notohadiprawiro, 2006). Beberapa laporan juga
menunjukkan bahwa bahan organik berkorelasi negatif dengan kelarutan logam berat di
dalam tanah, karena keberadaan bahan organik tanah meningkatkan kapasitas tukar kation
(KTK) tanah (Haryono dan Soemono, 2009). Pemberian bahan organik dikombinasikan
dengan pencucian dapat menurunkan kandungan logam mercuri (Hg) dalam tanah sampai
84%. Pada areal dengan kandungan logam berat tinggi sebaiknya jangan dulu dilakukan
penanaman komoditas yang dikonsumsi. Perlu dipilih jenis tanaman yang toleran terhadap
logam berat, misalnya di Ameria Serikat ditemukan jenis tanaman pohon hutan, diantaranya
Betula spp. dan Salix spp. yang dapat bertahan hidup di areal bekas tambang yang
mengandung Pb sampai 30.000 mg/kg dan Zn sampai 100.000 mg/kg. Kemampuan ini
ternyata dibangkitkan oleh asosiasi pohon dengan mikoriza (Notohadiprawiro, 2006).
Penanganan logam berat dengan mikroorganisme atau mikrobia (dalam istilah biologi disebut
dengan bioakumulsi, bioremediasi, atau bioremoval), menjadi alternatif yang dapat dilakukan
untuk mengurangi keracuan elemen logam berat di lingkungan perairan (Muryidin, 2006)

Kegiatan reklamasi dilaksanakan bersamaan (pararel) dengan kemajuan tahapan


penambangan dengan menerapkan sistem back filling, yaitu penimbunan kembali lubang
bekas galian tambang dengan tanah penutup. Sementara itu kegiatan revegetasi dilakukan
pada bekas bukaan tambang, waste dump area, serta lahan terbuka lainnya seperti kanan kiri
jalan, dan emplasment (sarana penunjang). Pada saat pasca operasi penambangan, kegiatan
revegetasi masih berlanjut selama 1-2 tahun setelah selesainya tahapan penambangan
terakhir yang diikuti dengan kegiatan pemantauan keberhasilan revegetasi selama 3-7 tahun.
Sasaran kegiatan reklamasi dan revegetasi disamping untuk mengembalikan fungsi lahan
seperti semula sesuai dengan peruntukannya dan menekan terjadinya erosi, juga dapat
memberikan manfaat ekonomis kepada masyarakat yang berada di sekitar areal tambang.
Oleh karena itu, dalam hal perencanaan kegiatan reklamasi dan revegetasi, pemilihan jenis,
serta pola tanam yang akan diterapkan bersifat partisipasif sehingga masyarakat dapal
menikmati hasilnya. Karena keseluruhan areal/lokasi IUP Eksplorasi PT. BINTANG FAJAR
GLOBAL terletak pada kawasan peruntukan khusus pertambangan (tambang nikel) dominan
atau sebagian besar arealnya berada di Kawasan Hutan Lindung (HL; 1.184,86 Ha; 98,00%)
dan sebagian lagi merupakan merupakan Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT; 1,38 Ha;
0,12%) serta hanya sebagian kecil berada di Areal Penggunaan Lain (APL; 22.76 Ha; 1.88%),
maka upaya reklamasi dan revegetasi juga akan mengacu kepada Program Rehabilitasi
Lahan dan Konservasi Tanah Daerah Aliran Sungai yang diatur oleh Balai Pengelolaan DAS
dan Hutan Lindung (BP DAS-HL), dan keinginan masyarakat lokal setempat. Rencana
kegiatan reklamasi dan revegetasi yang akan dilaksanakan oleh PT. BINTANG FAJAR
GLOBAL disajikan pada Tabel 2.12.

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-61
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Tabel 2.12. Rencana Kegiatan Reklamasi dan Revegetasi PT. BINTANG FAJAR GLOBAL
No Tahun Blok Luas (Ha) Jenis Tanaman
1 2014 I 50.00 • Jenis tanaman yang akan dikembangkan dilakukan secara bertahap
2 2015 II 59.00 yang diawali oleh penanaman LCC (Legume Cover Crop), diikuti
3 2017 III 150.00 dengan penanaman tanaman semak, dan diakhiri dengan penanaman
4 2019 IV 200.00 tanaman tahunan.
5 2021 V 250.00 • Khusus untuk jenis tanaman tahunan, akan dikembangkan penanam-
6 2023 VI 250.00 an jenis-jenis endemik lokal dan eksotik yang tergolong fast growing
7 2025 VII 250.00 species (cepat tumbuh) dan toleran terhadap kondisi site yg marjinal.
Jumlah 1.209,00 Walaupun demikian, tetap akan memperhatikan, dan mengacu
Areal reklamasi & revegetasi lokasi kepada Program Penanaman yang diatur oleh BP-DAS HL setempat.
tambang berada pada fungsi Hutan HPT & Untuk areal APL jenis tanaman yang akan dikembangkan adalah

HL, shg revegetasi bertujuan terbentuknya tanaman perkebunan lokal yang banyak dikembangkan masyarakat
hutan klimaks diawali dengan suksesi seperti jambu mente, coklat, dan tanaman buah-buahan seperti
sekunder melalui proses secara alami. durian, nangka, mangga dan Iain-lain.

Gambar 2.28. Salah Satu Prosedur Pengelolaan Pasca Penambangan dan Kegiatan Reklamasi
Lahan Bekas Tambang sesuai Permen ESDM No. 18/2008.

c.2. Reklamasi

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada tahap reklamasi ini adalah mencakup :

 Back Filling
Pelaksanaan back filling dilakukan secara sederhana, dimana pertama sekali yang
dilaksanakan adalah penataan permukaan tanah yaitu berbentuk teras-teras bangku,
penyebaran tanah pucuk dan pembuatan saluran pembuangan air.

 Penataan Permukaan Tanah


Penataan permukaan tanah dilakukan dengan cara membuat teras-teras bangku, (Gambar
2.29) dimana spesifikasinya adalah sebagai berikut:
 Pada suatu hamparan dari tumpukan waste dump dibuat rata-rata 6 tingkat teras, dan di
bagian atasnya berupa bidang datar/bidang olah.
 Tinggi setiap teras adalah sekitar 6 m dengan lebar bidang olah sekitar 20 m dan sudut
kemiringan dari tampingan sebesar 30°.
 Pembuatan saluran pembuangan air pada kaki teras, dan setiap 30 m dibuat saluran
pembuangan air ke arah bagian bawah teras. Ukuran dari saluran ini adalah lebar atas 50
cm, lebar bawah 30 cm dan dalam 40 cm.

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-62
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

 Di kiri-kanan jalan angkut dibuat saluran drainase. Saluran drainase pada tempat-tempat
yang rawan longsor diperkuat dengan karung-karung berisi tanah atau beton. Untuk kondisi
yang lebih parah dilengkapi dengan pemasangan bronjong.

Gambar 2.29. Skema Bentuk Teras Kebun dan Guludan

 Penyebaran Tanah Pucuk


Penyebaran tanah pucuk dilakukan pada seluruh bidang datar di areal yang telah siap untuk
ditanami setelah sebelumnya dilakukan kegiatan back filling dan penataan permukaan
tanah dengan ketebalan 30-40 cm.

c.3. Revegetasi

Jenis tanaman yang ditanam untuk revegetasi adalah tanaman penutup tanah dari jenis
legume cover crop (LCC) seperti Centrosema, Mucuna, dan Calopogonium, yang ditanam
pada seluruh permukaan tanah. Benih LCC yang diperlukan sekitar 5 kg benih per hektar,
sehingga total kebutuhan benih termasuk cadangan sebesar 16.764 kg, dimana benih pokok
sebesar 15.240 kg, dan benih cadangan sebesar 1.540 kg.
Sebagai tanaman penguat teras digunakan rumput vetiver yang ditanam di bibir teras dan di
pinggir saluran drainase. Tanaman tahunan/pohon yang ditanam adalah dari jenis cepat
tumbuh (fast growing species) dan jenis tanaman endemik setempat. Dengan jarak tanam
awal 2x2 m untuk kemudian dilakukan kegiatan penjarangan, sehingga jarak tanam akhir
menjadi 4x4 m. Lubang tanam untuk jenis kayu-kayuan ini adalah 20 x 20 x 20 cm. Tahapan
dari pelaksanaan revegetasi adalah sebagai berikut:

1) Penyiapan Bibit di Persemaian

 Pemilihan Lokasi Persemaian


Bibit dipersiapkan untuk kegiatan penanaman lahan bekas penambangan, pengadaan bibit
dilakukan 1 tahun sebelum penanaman. Untuk menyediakan bibit dalam jumlah yang cukup
dan dalam waktu yang tepat, maka perlu dibangun persemaian.

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-63
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Lokasi persemaian diusahakan mudah dijangkau, yaitu di dekat lokasi penanaman, dekat
dengan sumber air, di pinggir jalan angkutan, dan mudah dalam melakukan kegiatan
pengawasan. Kondisi lapangan untuk lokasi persemaian relatif datar dengan kemiringan <
5% dan mudah mendapatkan air sepanjang tahun.
Luas areal persemaian didasarkan kepada luas areal penanaman per tahun, dimana
penanaman 100 hektar membutuhkan areal persemaian seluas 0,8 ha. Luas rata-rata
penanaman per tahun di areal bekas penambangan PT. BINTANG FAJAR GLOBAL seluas
50 ha, dengan demikian dibutuhkan lahan persemaian seluas 0,4 ha, lokasi persemaian
akan dibangun di sekitar areal Camp Induk.
Kegiatan yang dilakukan untuk membuat persemaian adalah :

 Membersihkan areal persemaian dari semak dan tegakan naungan, atau tebang habis
sepanjang jalur.
 Membersihkan lahan persemaian dari jamur dan bakteri menggunakan bahan racun
herbisida.
 Membuat bedengan semai berupa bedengan berbentuk persegi panjang setinggi 0,5
meter dari lantai tanah dengan ukuran bedengan 1x5 meter.
 Menyiapkan media semai berupa lapisan humus (top soil) yang telah disterilkan melalui
penggarangan tanah dan penyemprotan herbisida dicampur dengan pupuk organik yang
tersedia di lokasi penambangan dan sekitarnya, seperti kotoran ternak besar dan/atau
unggas.
 Pembersihan dan sterilisasi lahan persemaian dengan herbisida yang dilanjutkan dengan
pemberian fungisida dengan dosis 100 liter untuk luas 1 ha.
 Sterilisasi media semai dengan fungisida, dosis 0,25 Itr/m3 tanah.

 Persiapan Sarana Prasarana Persemaian


Sarana prasarana yang dibangun di lokasi persemaian adalah :

 Bangunan: pondok kerja, gudang, bengkel kerja, dan Iain-Iain,


 Persemaian: alat sterilisasi media, alat penaburan benih, pencampuran media, sekop,
cangkul, molen, dan Iain-Iain.
 Penyiraman: pompa air, tangki air, pipa dan selang air, springkle, dan Iain-Iain.
 Pertumbuhan Bibit: bedeng tabur, bedeng sapih, naungan bibit, alat penyapihan, potrays,
dan Iain-Iain.
 Lain-Lain: parang, gunting, cat, tallysheet, dan alat tulis.

 Pengadaan Benih dan Bibit


Bibit semai untuk penanaman tanaman endemik setempat diperoleh melalui cabutan dan
puteran yang berasal dari pohon induk di kawasan hutan sekitar lokasi penambangan, bibit
semai yang akan ditanam berasal dari jenis-jenis dominan di hutan sekitar lokasi
penambangan. Sementara itu untuk jenis tanaman fast growing, LCC, dan rumput vetiver
dapat diperoleh baik melalui pembelian lokal maupun import.

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-64
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Seluruh areal bekas penambangan yaitu seluas ±1.209 ha akan ditanam jenis LCC dengan
kebutuhan benih 5 kg/ha, sehingga kebutuhan LCC total sebanyak 6.000 kg.

Pada lahan-lahan bekas penambangan yang sebelumnya telah melalui proses pembebasan
lahan dan ganti rugi tanam tumbuh (lahan garapan masyarakat), akan direvegetasi dengan
jenis tanaman yang biasa dibudidayakan oleh masyarakat di sekitar lokasi penambangan.

Sedangkan pada lahan-Iahan bekas penambangan yang bukan merupakan lahan garapan
masyarakat, akan ditanam jenis tanaman cepat tumbuh dan jenis tanaman endemik
setempat.

 Penyiapan dan Penaburan Benih


Benih yang telah diseleksi ditabur pada media tabur berupa pasir halus yang telah
disterilisasi pada bedeng tabur dalam bentuk larikan-larikan. Kecambah siap sapih biasanya
berumur 1 - 2 minggu.

 Pengadaan Media Sapih/Tanam


Media sapih yang digunakan berupa lapisan humus (top soil) yang telah disterilkan melalui
penggarangan tanah dan penyemprotan herbisida dicampur dengan pupuk organik yang
tersedia di lokasi penambangan dan sekitarnya, seperti kotoran ternak besar dan/atau
unggas. Perbandingan campuran top soil dan pupuk organik sebesar 80:20. Campuran
diaduk dengan menggunakan mesin pengaduk (molen) hingga merata selama ± 5 menit.

 Pengisian Potrays
Persemaian PT. BINTANG FAJAR GLOBAL menggunakan potrays sebagai tempat
penyapihan benih. Potrays diisi dengan media tanam yang telah disiapkan dan disusun pada
bedeng sapih yang memiliki naungan (shade growing area). Pemupukan dilakukan dengan
menggunakan pupuk dasar berupa TSP yang telah dilarutkan dan disiramkan ke media
sapih 3-5 hari sebelum benih ditanam pada potrays.

 Penanaman dalam Potrays


Benih dari bedeng tabur ditanam ke dalam potrays yang sudah disiapkan. Penanaman
dilakukan secara tegak lurus dengan kedalaman ± 0,5 cm dari leher akar.

 Pemeliharaan Bibit
Bibit yang telah ditanam pada media sapih dipelihara dengan penyiraman 2 - 4 kali sehari
sesuai dengan keadaan cuaca. Selain itu dilakukan pula penyulaman pada saat umur sapih
7-10 hari agar persentasi jadi bibit tinggi. Media juga disemprot dengan fungisida untuk
menghindari penyakit tanaman. Pemupukan terhadap bibit menggunakan pupuk NPK
dengan interval waktu tertentu sampai dengan bibit siap tanam (2,5-3 bulan). Selain itu,
dilakukan juga penyiangan dan pengerasan bibit dengan cara membuka naungan agar
mendapat sinar matahari secara langsung.

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-65
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

 Seleksi Bibit
Bibit yang telah siap tanam diseleksi menjadi 3 kelas/grade, yaitu kelas A adalah bibit
dengan kualitas terbaik dengan tinggi di atas 30 cm dan Ø lebih dari 3 mm dengan figure
baik dan bebas hama penyakit. Kelas B memiliki tinggi 25 - 30 cm, sedangkan kelas C
memiliki tinggi kurang dari 25 cm sehingga memerlukan perawatan kembali. Bibit yang telah
diseleksi, selanjutnya dipak agar siap dikirim ke lokasi penanaman.

2) Penyiapan Lahan

Tahap awal penyiapan lahan adalah kegiatan tebas/manual dan semprot/chemical.


Pemilihan cara tebas dan atau semprot didasarkan pada kondisi areal penanaman, sebagai
berikut:

 Pada areal penanaman dengan ketinggian gulma >40 cm dilakukan tebas & semprot,
 Pada areal penanaman dengan ketinggian gulma <40 cm dipilih semprot tanpa tebas, dan
 Pada areal penanaman dengan kondisi relatif bersih dari gulma atau sebaran gulma
maksimal 30% tanpa dilakukan tebas dan semprot.
Penyemprotan menggunakan herbisida dengan dosis 2-4 liter per ha tergantung kondisi
gulma. Pada penyemprotan musim hujan, jarak antara lokasi penyemprotan dengan sumber
air/sungai minimal 50 m. Areal yang telah disiapkan untuk penanaman selanjutnya dipasangi
ajir (patok-patok) yang telah disiapkan sesuai dengan jarak tanam.

3) Penanaman
Kegiatan awal penanaman adalah pemasangan ajir 100% pada areal penanaman dengan
jarak 2x2 m. Pada titik ajir dilakukan pembuatan bokor tanam, yaitu penggemburan tanah
dan pembuatan lubang tanam dengan ukuran 20 x 20 x 20 cm, serta pembuatan papan
tanda penanaman berupa lokasi tanaman, jenis tanaman dan tahun tanam.
Sebelum dilakukan penanaman bibit, lubang tanam diberi pupuk dasar SP36 dengan dosis
87,5 gr/batang yang dimasukan ke dalam lubang tanam. Bibit ditanam pada lubang tanam
dan ditutup tanah serta dipadatkan sampai pangkal batang. Kemudian setelah tanaman
berumur 6 bulan dilakukan pemupukan lanjutan menggunakan pupuk NPK, Urea, dan SP36.

4) Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman terdiri dari: pemupukan, weeding/penyiangan, dan thining/


penjarangan. Pemupukan hanya dilakukan di awal pada saat penanaman dengan pupuk
dasar. Untuk weeding/penyiangan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu :

 Weeding I, dilakukan 3 bulan setelah tanam,


 Weeding II, dilakukan 3 bulan setelah weeding I,
 Weeding III, dilakukan 3 bulan setelah weeding II.

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-66
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Weeding/penyiangan dilakukan secara manual, yaitu dengan membersihkan semua gulma


di sekitar tanaman dan menebas semua semak/alang-alang dan gulma lainnya di areal
penanaman dengan sisa hasil tebas maksimal setinggi 15 cm.

Apabila kondisi gulma dianggap pada tingkat yang sangat mengganggu, maka pada
weeding II dan III dilakukan pemeliharaan secara chemical dengan menggunakan herbisida.

Thining/penjarangan dilakukan satu kali, yaitu pada tanaman berumur 4 tahun. Penjarangan
ditujukan untuk meningkatkan kualitas fisik tegakan. Kegiatan Penjarangan dilakukan
dengan intensitas 50%. Pohon yang terseleksi untuk ditebang adalah pohon yang rusak,
terserang hama-penyakit, tertekan, sub dominant, batang bengkok, bercabang di bawah 4
meter dari atas tanah, namun dengan menghindari pemilihan/ penebangan 3 pohon secara
berurutan dalam satu baris.

d. Penimbunan di Waste Dump Area (WDA) dan Lubang Bukaan Tambang (Pit)

 Membuat/menyiapkan settling pond dan sistem drainase di sekeliling WDA, dimana


outletnya masuk ke settling pond.
 Penambahan/pencampuran pupuk alam dan tanah pucuk dengan dosis yang sesuai (1
ton/ha), dimana selain untuk menaikkan pH juga untuk menyuburkan tanah.
 Tanah penutup paling atas (bukaan tanah pucuk) yang masih berupa lempung dan berbutir
halus (kedalaman antara 1-2 m), ditempatkan di dasar timbunan dan padatkan dengan
bulldozer untuk mengurangi kemungkinan rembesan. Selanjutnya baru ditimbun tanah
penutup dan tanah pucuk yang telah dicampur dengan kapur dan pupuk alam.
 Penanaman jenis penutup tanah dari famili leguminoceae atau rumput-rumputan.

e. Penanganan Tanah Pucuk

Penurunan kesuburan tanah merupakan dampak langsung kegiatan penggalian tanah pucuk
yang sebagian akan hilang karena terbawa erosi dan atau tercampur dengan lapisan tanah
bagian bawah, sehingga lapisan tanah pucuk (top soil) akan berkurang saat lapisan tersebut
dikembalikan ke areal tambang yang akan direhabilitasi setelah kegiatan penambangan
selesai dilakukan. Tanah pucuk dikupas antara 30-50 cm, ditimbun pada suatu tempat tertentu
(top soil area) seluas ± 0,5 ha yang terlindung dari adanya erosi serta lokasi penimbunannya
diusahakan mudah dijangkau, lokasi top soil area berjarak sekitar 500 m - 1.000 m dari front
tambang. Apabila disimpan dalam jangka waktu lama ditutup dan dilindungi dengan
penanaman cover crop atau LCC, untuk dipergunakan lagi pada saat kegiatan reklamasi
pasca tambang.
Lokasi penambangan PT. BINTANG FAJAR GLOBAL dominan terletak pada wilayah dataran
tinggi ≥300 m (1.088,32 Ha atau 90.02%), sehingga pembersihan lahan, pengupasan dan
pengumpulan tanah pucuk dapat dilakukan dengan mudah menggunakan alat Bulldozer tipe
D 85 SS/D76 dengan working radius 50 m ke arah "down dip" untuk ditumpuk sementara.
Dampak penting yang akan dikelola yaitu penurunan kesuburan tanah dengan parameter C-
organik, N-Total, P-Bray, K (Kalium), Ca (Calsium), Mg (Magnesium), KTK, kejenuhan basa

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-67
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

dan pH tanah. Rencana pengelolaan lingkungan yang akan dilakukan untuk penanganan
tanah pucuk antara lain :
 Membuka lahan secara bertahap untuk meminimumkan dampak.
 Menempatkan tanah penutup (overburden) pada areal waste dump secara bertahap
kemudian pindah ke waste dump berikutnya.
 Melakukan penataan lahan bekas tambang sesuai dengan kondisi awal dengan
menempatkan tanah pucuk pada lapisan paling atas dan tanah pengisi pada lapisan di
bawahnya.
 Melakukan penataan sistem drainase pada lahan bekas tambang agar tidak terjadi genangan
dengan pola drainase sejajar garis kontur untuk menghindari erosi alur.
 Membuat settling pond atau sediment pond untuk menghindari masuknya air hujan
masuk ke laut, untuk mencegah pencemaran air laut.
 Melakukan penanaman tanaman penutup dengan jenis tanaman yang cepat tumbuh dan
berfungsi sebagai pengikat nitrogen seperti tanaman legume, kemudian diikuti dengan
penanaman tanaman utama dari golongan pohon-pohonan/tanaman tahunan yang bernilai
ekonomis.

f. Pengendalian Vegetasi, Satwaliar, dan Biota Perairan

Upaya pengelolaan lingkungan untuk mencegah, menanggulangi dan memperbaiki kerusakan


vegetasi, satwaliar, dan biota perairan adalah sebagai berikut:

1) Pengendalian Vegetasi dan Satwa Liar

 Membatasi pembukaan lahan bervegetasi sesuai dengan kebutuhan sejalan dengan


kemajuan penambangan.
 Untuk mengurangi pengikisan top soil (tanah pucuk) yang telah digali dari areal bukaan
tambang, dilakukan penanaman tanaman penutup (cover crop). Jenis tanaman yang
digunakan adalah Pueraria javanica, Colopogonium mucunoides, Mucuna sp., dan
Centrosoma pubescens.
 Di lokasi bekas bukaan tambang selain jenis tanaman penutup juga akan ditanami jenis
tanaman pohon atau kayu-kayuan, yaitu dari jenis-jenis fast growing species (cepat tumbuh)
dan jenis tanaman endemik setempat, dengan jarak tanam awal 2x2 m, untuk kemudian
dilakukan kegiatan penjarangan, sehingga jarak tanam akhir menjadi 4 x 4 m. Namun tidak
menutup kemungkinan mencoba menggunakan jenis lain yang sesuai dengan kondisi lahan.
Misalnya jenis pohon terpilih untuk ditanam di lahan terbuka dan lahan kritis dengan kriteria
tanaman yang mampu tumbuh pada kondisi unsur hara minim, serta tanaman tersebut tidak
bersifat allelopati sehingga tidak merugikan vegetasi lain di sekitarnya, mampu tumbuh di
tempat terbuka di bawah sinar matahari penuh, cepat tumbuh dan memiliki daya saing tinggi,
sesuai dengan keadaan tapak, biji/bagian vegetasi untuk pembiakannya mudah diperoleh
dan disimpan.
 Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan pemberian pupuk dasar SP36 dengan dosis 87,5
gr/batang. Pemupukan dilakukan satu kali pada saat penanaman dan diikuti dengan
pemupukan lanjutan pada saat tanaman berumur 6 bulan menggunakan pupuk NPK, Urea,
dan SP36.
 Pengelolaan terhadap vegetasi secara langsung mencakup pengelolaan terhadap satwaliar.
Untuk mempertahankan keberadaan satwaliar yang dilindungi dapat dilakukan antara lain
dengan memasang papan larangan untuk tidak berburu di dalam dan di sekitar lokasi
tambang yang ditujukan baik kepada masyarakat sekitar maupun karyawan perusahaan.

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-68
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Khusus untuk karyawan perusahaan, jika terbukti melakukan perburuan satwa liar akan
dikenakan sanksi administratif. Desain papan larangan berburu disajikan pada Gambar II-30.

Gambar II-30. Contoh Papan Larangan untuk Tidak Berburu Satwaliar

Gambar II-31. Revegetasi Sekitar Lubang Bekas Galian Tambang

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-69
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

2) Biota Perairan
Kegiatan reklamasi lahan dan revegetasi akan mengeliminir dampak negatif terhadap
kehidupan biota perairan (plankton, benthos dan nekton). Untuk meningkatkan dampak positif
terhadap biota perairan terutama di daerah lubang bekas galian tambang perlu dilakukan
upaya penambahan bahan organik dan serasah ke dalam lubang tersebut. Oleh karena itu di
sekitar lubang bekas galian harus dilakukan revegetasi dengan jenis-jenis tanaman keras
(kayu-kayuan) dan tanaman penutup tanah terutama dari famili leguminosae. Desain
penanaman di sekitar lubang bekas galian dapat dilihat pada Gambar II-31.

g. Monitoring Lingkungan dan Pengembalian Areal Tambang

Pada akhir kegiatan, areal penambangan nikel PT. BINTANG FAJAR GLOBAL akan
dikembalikan kepada Negara/Pemerintah Daerah Kabupaten Morowali. Sebelum dilakukan
penyerahan, Tim Pemerintah akan melakukan Monitoring kondisi lingkungan pasca tambang
yang dimaksudkan untuk memantau perkembangan kondisi lingkungan hidup setelah kegiatan
tambang berakhir, serta memantau hasil kegiatan rehabilitasi/reklamasi lahan bekas tambang.
Melalui kegiatan ini diharapkan dapat diperoleh masukan dan bahan pertimbangan untuk
mengambil langkah-langkah lebih lanjut dalam upaya menjamin tercapainya optimalisasi
kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan serta pemulihan kondisi lingkungan pasca
tambang.

2.2.1 Alternatif - Alternatif Yang Dikaji Dalam ANDAL

Kajian AMDAL merupakan studi kelayakan berdasarkan kajian aspek-aspek lingkungan hidup.
Komponen rencana usaha dan/atau kegiatan dapat memiliki beberapa alternatif, antara lain
alternatif lokasi, desain, proses, tata letak bangunan atau sarana pendukung.

Sebagaimana tertera pada dokumen perencanaan kegiatan studi kelayakan (Feasibility Study,
Tahun 2012), proses penambangan bijih nikel oleh PT. BINTANG FAJAR GLOBAL akan
dilaksanakan melalui 4 (empat) tahap kegiatan, yaitu: 1) Tahap Prakonstruksi, 2) Tahap
Konstruksi, 3) Tahap Operasi Produksi, dan 4) Tahap Pasca Operasi.

Secara substansial bentuk-bentuk komponen rencana kegiatan pada masing-masing tahap


kegiatan sebagamana tertera pada Tabel 2.5 (Sub Bab Uraian Rencana Kegiatan) tidak
mengalami perubahan. Beberapa komponen rencana kegiatan yang perlu mendapat perhatian
terkait dengan proses kegiatan, antara lain adalah:

1) Sosialisasi Rencana Kegiatan

Sampai saat Dokumen KA-ANDAL ini disusun, pihak management perusahaan PT. BINTANG
FAJAR GLOBAL secara non-formal telah melakukan sosialisasi rencana kegiatan
penambangan bijih nikel kepada masyarakat desa sekitar lingkar tambang (yaitu Desa Ganda-
Ganda, dan Desa Tamainusi), namun terdapat hal-hal penting yang perlu ditindak-lanjuti

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-70
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

sehingga sangat diperlukan pertemuan multipihak yang bersifat legal-formal sebagai


kelanjutan pertemuan sebelumnya. Kegiatan sosialisasi secara langsung dan transparan
kepada warga masyarakat sangat diperlukan, karena dalam proses sosialisasi tersebut akan
dibangun kesepakatan-kesepakatan yang akan sangat membantu kelancaran proses kegiatan
rencana penambangan bijih nikei oleh PT. BINTANG FAJAR GLOBAL Contoh Kasus: Di
wilayah Kabupaten Berau, terdapat sebuah perusahaan tambang yang dipaksa berhenti oleh
warga masyarakat setempat, karena meremehkan kegiatan sosialisasi dan pertemuan
multipihak, serta belum membuat kesepakatan secara formal dengan warga masyarakat
sekitar.

2) Pembebasan Lahan
Sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Agraria dan Pertambangan, bentuk-bentuk kegiatan
usaha lain (permukiman, ladang, kebun, dan sebagainya) pada suatu kawasan yang akan
dimanfaatkan untuk kegiatan pertambangan akan dibebaskan. Dalam proses pembebasan
bentuk-bentuk kegiatan usaha lain, perusahaan yang berkepentingan akan memberikan nilai
ganti rugi secara adil dan wajar, yakni mengganti nilai bentuk kegiatan usaha lain pada
kawasan yang akan dibebaskan. Biasanya setelah diberikan ganti rugi dan setelah kegiatan
penambangan berakhir, kawasan eksplorasi akan dikembalikan kepada pemerintah selaku
pihak yang memberikan izin kegiatan usaha.

Didasarkan hasil survey lapangan, terkait dengan pembebasan lahan perkebunan milik
masyarakat (areal APL, yang terdapat ladang dan kebun) dan yang berada dalam kawasan
hutan Negara (HPT), masyarakat Desa lingkar tambang (yaitu Desa Ganda-Ganda dan
Tamainusi) pada prinsipnya menyetujui adanya kegiatan pembebasan lahan dengan sistem
penggantian nilai biaya pembukaan lahan dan nilai tanaman yang ada. Namun setelah
kegiatan pada areal tersebut selesai dan setelah dilakukan kegiatan reklamasi dan revegetasi
mereka menginginkan areal tersebut (eks ladang dan kebun) dikembalikan kepada warga
masyarakat pemilik ladang dan kebun. Alasan masyarakat menginginkan lahan dikembalikan
kepada warga, antara lain adalah: a) Areal berstatus sebagai kebun masyarakat (hak
masyarakat); b) Umur operasi tambang relatif tidak terlalu lama (±10 tahun), dan c) Lahan
tersebut merupakan salah satu sumber utama penghidupan masyarakat (disamping sebagai
buruh & nelayan) setelah tidak ada kegiatan tambang.

3) Reklamasi dan Revegetasi


Meskipun peraturan dan tata cara pelaksanaannya sudah jelas, banyak terjadi pada tempat
lain, kegiatan reklamasi dan revegetasi pada areal eks pertambangan tidak berhasil atau
meninggalkan kawasan tandus akibat terkelupasnya top soil yang sangat subur, sehingga
kawasan eks tambang tidak dapat dibudidayakan dan/atau dapat dibudidayakan namun
dengan nilai produktifitas lahan sangat rendah.

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-71
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Terkait dengan adanya kemungkinan akan terjadinya dampak tersebut, dalam proses
penanggulangannya kegiatan reklamasi dan revegetasi harus dilakukan secara jelas dan
benar, baik dalam pelaksanaan maupun pertanggung jawabannya. Berdasarkan hasil kajian,
salah satu penyebab utama kegagalan kegiatan reklamasi dan revegetasi adalah kegiatan
tersebut tidak dilaksanakan secara profesional dan sungguh-sungguh oleh perusahaan.
Biasanya perusahaan tidak mau disalahkan karena merasa telah membayar dana jaminan
reklamasi kepada Pemerintah.
Dalam rangka mengantisipasi permasalahan ini, untuk melaksanakan reklamasi dan
revegetasi secara profesional, pihak perusahaan dapat melakukan terobosan, yakni menunjuk
Mtra Kerja Profesional dan/atau Konsultan Pelaksana yang telah memiliki pengalaman dalam
pelaksanaan kegiatan reklamasi dan revegetasi tersebut.

4) Areal Rawan Bencana Longsor dan Banjir

Berdasarkan Peta Kelerengan, Kesesuaian Lahan, dan kondisi pemukiman masyarakat di


sekitar lingkar tambang, terdapat beberapa lokasi dalam wilayah IUP Eksplorasi PT.
BINTANG FAJAR GLOBAL seluas ±1.209 ha yang rawan terhadap bencana alam “lonsor”
walaupun cukup jauh dengan pemukiman penduduk (terutama Desa Ganda-Ganda, dan
Tamainusi), karena disamping kondisi kelerengan mencapai 25-40% (agak curam sampai
curam) mendominasi areal tersebut juga kondisi Hidrogeologi yang tergolong peka dan
kondisi tanahnya yang sangat labil (jenis tanah Kambisol Eutrik, dan Oksisol Haplik yang
dikenal termasuk jenis tanah peka erosi), yang mencapai luasan 70%-78%. Hal ini terbukti
bahwa kondisi saat ini sebelum dilakukan aktifitas penambangan wilayah tersebut seringkali
mengalami bencana longsor yang diiringi dengan bencana banjir, terutama areal di sekitar
DAS Laa, sungai Tiu dan sungai Lambolo yang bermuara di sekitar Desa Ganda-Ganda dan
Tamainusi. Oleh karena itu wilayah-wilayah yang tergolong rawan bencana longsor dan
banjir tersebut perlu dipertimbangkan untuk dikelola secara bijak dengan menggunakan
teknologi yang benar-benar ramah lingkungan dan menjamin keberadaan masyarakat sekitar
dan kondisi lingkungan hidup seutuhnya. Disamping pendekatan teknologi, juga perlu
dilakukan pendekatan institusional dan social budaya untuk memberikan penguatan dan
pemahaman kepada lembaga adat dan pemerintah setempat, dan masyarakat sekitar yang
terkena dampak mengenai teknologi yang akan diimplementasikan di lapangan.

5) Pinjam Pakai Kawasan Hutan (kawasan HPT)

Lokasi IUP Eksplorasi PT. BINTANG FAJAR GLOBAL dipilih berdasar kesesuaian terhadap
tata ruang wilayah dan potensi cadangan mineral tambang nikel. Berdasarkan survey tata
batas, dipertimbangkan bahwa lokasi yang telah diijinkan sesuai dengan peruntukan kawasan
budidaya terutama peruntukan usaha pertambangan, dimana keseluruhan areal/lokasi IUP
Eksplorasinya berada pada kawasan peruntukan khusus pertambangan (tambang nikel)
yang sebagian besar arealnya berada di kawasan hutan lindung (HL) dan sebagian lagi pada

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-72
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

kawasan hutan produksi terbatas (HPT) dan Areal Penggunaan Lain (APL) yang memiliki
potensi bahan galian Tambang terutama Bijih Nikel, berdasarkan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Morowali (lihat Gambar 2.4. Peta Potensi Pertambangan Kabupaten
Morowali). Berdasarkan Peta Kawasan Hutan dalam Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten Morowali (Periode tahun 2012-2032) yang telah mendapat pengesahan
dari Pemda Kabupaten Morowali (RTRWK) dalam bentuk PERDA Kab. Morowali No. 02
Tahun 2012 (namun pengesahan RTRW Provinsi Sulawesi Tengah masih dalam proses
Revisi) menunjukkan bahwa lokasi Penambangan Bijih Nikel PT. BINTANG FAJAR GLOBAL
pada Blok Ganda-Ganda Kec. Petasia seluas ±1.209 ha (berdasarkan SK Bupati Morowali
No.540.2/SK.007/DESDM/III/2009 tertanggal 16 Maret 2009), memiliki Areal Kerja Tambang
(IUP) yang terletak pada peruntukan kawasan budidaya seluas ±1.209 Ha, sebagian besar
arealnya merupakan Kawasan Hutan Lindung (HL; 1.184,86 Ha; 98,00%) dan sebagian lagi
merupakan merupakan Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT; 1,38 Ha; 0,12%) serta
hanya sebagian kecil berada di Areal Penggunaan Lain (APL; 22.76 Ha; 1.88%) (lihat Tabel
2.2 Rencana Penataan Areal).
Dalam rangka untuk memperoleh hak pengelolaan atas tanah di kawasan hutan khususnya
areal Hutan L:indung (HL) dan Hutan Produksi Terbatas (HPT), selanjutnya disebut sebagai
“Tanah Kawasan Hutan”, PT. BINTANG FAJAR GLOBAL sebaiknya mengajukan Usulan
Perubahan Fungsi Kawasan Hutan melalui Revisi RTRW Kabupaten Morowali berikutnya
(khusus untuk kawasan Hutan Lindung/HL) dan/atau melakukan prosedur pinjam pakai
kawasan dengan kompensasi. Pinjam pakai Kawasan Hutan (dengan kompensasi) dengan
mempersiapkan dan membebaskan hak atas tanah pengganti/kompensasi, selanjutnya
disebut sebagai “Tanah Kompensasi”. Selanjutnya Tanah Kompensasi akan dikukuhkan
sebagai tanah kawasan hutan pengganti oleh Departemen Kehutanan Republik Indonesia,
dan sebaliknya berdasarkan konstruksi Pinjam Pakai Tanah Kawasan Hutan, PT. BINTANG
FAJAR GLOBAL berhak untuk memperoleh hak pengelolaan atas Tanah Kawasan Hutan
yang mana akan dipergunakan sebagai area Penambangan Bijih Nikel.

2.2.2 Keterkaitan Rencana Kegiatan Dengan Kegiatan Lain Di Sekitarnya

Kegiatan yang terdapat di sekitar lokasi proyek rencana penambangan PT. BINTANG FAJAR
GLOBAL di Desa Ganda-Ganda dan Tamainusi, Kecamatan Petasia Kabupaten Morowali,
adalah :

 Pemukiman masyarakat
Lokasi pemukiman penduduk khususnya masyarakat local dan transmigrasi yang
berdekatan dengan rencana lokasi proyek penambangan bijih nikel khususnya areal/jalan
menuju Stockfile dan pelabuhan/terminal khusus, yaitu di Desa Tamainusi. Sedangkan
pemukiman masyarakat lokal lainnya yang merupakan wilayah lingkar tambang di

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-73
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Bab 2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

sekitarnya adalah beberapa Desa yang ada di sekitar Blok Tambang Ganda-Ganda (yaitu
Desa Ganda-Ganda).

 Areal Perkebunan dan Pertanian


Areal perkebunan khususnya perkebunan kelapa dalam, kakao, mente dan nangka milik
masyarakat local dan transmigrasi yang berdekatan dengan rencana lokasi proyek
penambangan. Selain itu perkebunan/pertanian tanaman semusim lainnya milik
masyarakat lokal sangat berdekatan dengan lokasi proyek di atas.

 Sumber air bersih dan air irigasi


Beberapa sumber air bersih yang terdapat di sekitar lokasi proyek yaitu kawasan DAS Laa,
Sungai Tiu dan Sungai Lambolo serta beberapa mata air yang juga dimanfaatkan
sebagai sumber air bersih dan air irigasi untuk usaha pertanian.

 Areal IUP Pertambangan lain dan Kawasan Hutan


Selain itu Di sekitar lokasi rencana penambangan Bijih Nikel PT. BINTANG FAJAR
GLOBAL terdapat Kawasan hutan lindung (HL), Kawasan hutan produksi terbatas (HPT)
dan hutan produksi tetap (HP); serta beberapa wilayah Konsesi Pertambangan (KP/IUP)
diantaranya Perusahaan Tambang Nikel PT. Sumber Swarna Pratama, PT. Graha Sumber
Mining Indonesia, PT. Sumberjati Pratama Selatan dan Tambang Bijih nikel PT. Integra
Service Nusantara.

Kegiatan Penambangan Bijih Nikel tersebut diperkirakan akan menimbulkan dampak


berupa terganggunya sumber mata pencaharian masyarakat, alih fungsi lahan,
terganggunya sumber mata air untuk keperluan air bersih penduduk, rusaknya ekosistem
hutan terutama titik-titik rawan bencana alam longsor dan banjir serta timbulnya keresahan
masyarakat.

DOKUMEN ANDAL PENAMBANGAN BIJIH NIKEL PT. BINTANG FAJAR GLOBAL


II-74
DI KEC. PETASIA KAB. MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH

Anda mungkin juga menyukai