2.2.1 Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Morowali Utara
Gambar 2.1. Peta Tata Batas Kawasan Hutan Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah (tahun 2013)
2.2.2 Tata Letak Lokasi dan Batas Lahan untuk Rencana Kegiatan
Sebelah Barat berbatasan dengan kawasan perairan laut tanjung Kolo teluk
Tolo, dan Pulau Kubur.
Sebelah Selatan berbatasan dengan kawasan perairan laut teluk Tolo, dan
permukiman penduduk Nelayan suku Bajo Desa Kolo Bawah.
Kondisi permukiman nelayan desa Kolo Kondisi Eksisting Jalan menuju Desa Kolo
Bawah sekitar lokasi rencana Perumahan Bawah setelah melalui jalan Poros Baturube-
Luwuk/Mamosalato
Kondisi topografi dengan perbukitan rendah Aktifitas pembuatan perahu (perahu nelayan dan
di lokasi rencana Pembangunan Perumahan penumpang) desa Kolo Bawah yang diwariskan
turun-temurun
Gambar 2.2. Kondisi Eksisting di area dan sekitar lokasi rencana Pembangunan
Perumahan Transmigrasi Nelayan di Desa Kolo Bawah
Gambar 2.3. Peta Orientasi Lokasi Rencana Pembangunan Perumahan Transmigrasi Nelayan Kolo Bawah di Kecamatan Mamosalato.
Gambar 2.4. Peta Situasi/Lokasi Studi Rencana Pembangunan Perumahan Transmigrasi Nelayan Kolo Bawah di Kecamatan Mamosalato
Gambar 2.5. Peta Rencana Infrastruktur Pembangunan Perumahan Transmigrasi Nelayan Kolo Bawah di Kecamatan Mamosalato
Gambar 2.6. Lay Out Rencana Infrastruktur Pembangunan Perumahan Transmigrasi Nelayan Kolo Bawah di Kecamatan Mamosalato
terletak pada ketinggian elevasi ±5 m Dpl, trap 2 pada elevasi ±10 Dpl, dan trap 3
pada elevasi ±15 Dpl. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2.7.
Gambar 2.7. Rencana Desain Perumahan Transmigrasi Nelayan dengan 3 (tiga) level trap
lanscap di Desa Kolo Bawah Kecamatan Mamosalato
daratan pesisir dan perbukitan rendah seluas ±4,50 ha Desa Kolo Bawah
Kecamatan Mamosalato, dapat dibedakan menjadi beberapa kegiatan yaitu
survei pendahuluan dan sosialisasi, pembebasan lahan, dan pembuatan rencana
detail atau teknis.
Untuk kegiatan ini Tim teknis dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kabupaten Morowali Utara serta Konsultan UKL-UPL, secara terpisah telah
melakukan sosialisasi publik kepada beberapa stakeholder (masyarakat,
tokoh masyarakat, dan Pemerintah Desa) terkait rencana Pembangunan
Perumahan Transmigrasi Nelayan Kolo Bawah tersebut; point penting yang
dihasilkan adalah :
b) Pembebasan Lahan
Pada saat studi UKL/UPL dilakukan, di sekitar lokasi rencana proyek tersebut
merupakan areal perkebunan masyarakat desa Kolo Bawah, dimana sebagian
besar telah ditanami tanaman perkebunan seperti cengkeh, mente dan kelapa
dalam, sebagian lagi areal di lokasi proyek kondisinya semak belukar yang
Pelepasan hak dan penerimaan ganti rugi tanah tersebut di atas, disertai
dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1) Bahwa bidang tanah ini bebas dari pembebanan hak tanggungan serta
tanggungan-tanggungan lainnya.
2) Bahwa apabila dikemudian hari terdapat gugatan-gugatan mengenai
bidang tanah tersebut, demikian pula berupa tagihan-tagihan yang berupa
tunggakan pajak sampai dengan tanggal berita acara tersebut, menjadi
tanggung jawab sepenuhnya dari pihak yang melepaskan hak dan
penerimaan ganti rugi.
3) Bahwa hak atas bidang tanah tersebut dilepaskan haknya dengan maksud
untuk dipergunakan menjadi lokasi Pembangunan Perumahan
Transmigrasi Nelayan Kolo Bawah.
Pada tahap kegiatan pengadaan lahan ini diprakirakan akan muncul dampak
berupa terjadinya perubahan fungsi lahan, perubahan jenis/sumber mata
pencaharian penduduk sekitar, perubahan pola kepemilikan lahan penduduk.
Pengadaan lahan yang dimiliki oleh masyarakat dilakukan dengan cara ganti
rugi, maka hal tersebut akan meningkatkan pendapatan/penghasilan
masyarakat setempat. Peningkatan pendapatan dari para pemilik lahan ini
akan dapat menimbulkan persepsi positif bagi para pemiliknya, namun
sebaliknya apabila dalam kegiatan pengadaan lahan tersebut tidak sesuai
dengan apa yang diharapkan oleh pemilik lahan, akan berpotensi
memunculkan konflik sosial di masyarakat yang pada akhirnya akan dapat
menyebabkan munculnya persepsi negatif masyarakat terhadap rencana
kegiatan.
d) Pembangunan Basecamp
Base camp diperlukan untuk operasional tenaga kerja dan juga berfungsi
sebagai gudang peralatan selama pembangunan/konstruksi. Pembangunan
base camp berada dekat/di sekitar tapak kegiatan Pembangunan Perumahan
Transmigrasi Nelayan Kolo Bawah, letaknya yang strategis dan tidak jauh dari
rencana relokasi, dan sumber material. Dari hasil survei awal diketahui, bahwa
material pasir, batu dan krikil (sirtu) banyak terdapat di Sungai Wine/Momo
(berjarak 6-7 Km dari tapak proyek), Selain itu tempat parkir peralatan berat
juga dapat berfungsi sebagai bengkel sementara bagi peralatan yang rusak
ringan dan juga berfungsi sebagai kantor proyek.
Tabel 2.1. Perkiraan Jumlah dan Posisi tenaga Kerja Konstruksi Pembangunan
Perumahan Transmigrasi Nelayan Kolo Bawah
Jumlah
No. Posisi Tenaga Kerja (Orang) Spesifikasi
I Staff
1 Manager proyek 1 S1
2 Site manager/engineer 2 S1
3 Keuangan 2 D3/SMK
4 Administration staff 4 SMA
Jumlah
No. Posisi Tenaga Kerja (Orang) Spesifikasi
III Tenaga Kerja Tidak Langsung
1 Supervisor 1 D3
2 Surveyor 2 D3
3 Design Engineer 1 S1
Sumber : Prakiraan dan Analogi dari Kegiatan yang Sejenis, 2019.
C Transportasi
1 Cargo Truck 6t 1
2 Pick up 2000 cc 1
D Kendaraan
1 Ford Ranger 2600 cc 2
Tabel 2.3. Daftar Bahan Bangunan Yang Akan Digunakan Pada Tahap
Konstruksi
Jenis Bahan Sumber/
No Penggunaan
Bangunan Asal
1 Tanah urug Perataan lahan (laydown area, dll) Dibeii
2 Batu belah Pondasi bangunan dan turap/causeway Dibeii
3 Sirtu Pengerasan permukaan jalan Dibeli
4. Pasir Pembuatan adukan semen Dibeli
5. Semen Pembuatan adukan semen Dibeli
6. Atap Atap bangunan Dibeli
7. Kayu Cor beton , bangunan penunjang Dibeli
8 Besi beton Cor beton/kerangka bangunan Dibeli
Sumber : Prakiraan dan Analogi dari Kegiatan yang Sejenis, 2019.
b) Penebangan/Penumbangan pohon-pohonan
d) Pekerjaan Jalan
Sistim jaringan jalan yang direncanakan mempunyai dua fungsi yaitu sebagai
penghubung antar fungsi kegiatan di dalam kompleks perumahan dan sebagai
penghubung perumahan dengan daerah di luarnya.
Gambar 2.8. Sketsa Denah Rumah Transmigrasi Nelayan Type T.36 Semi
Permanen di Desa Kolo Bawah Kecamatan Mamosalato
Gambar 2.9. Tampak Depan dan Samping Desain Rumah Transmigrasi Nelayan
Konstruksi Rumah ½ Tembok berbentuk rumah tunggal di Desa
Kolo Bawah Kecamatan Mamosalato.
1) Pekerjaan Pondasi
Pekerjaan pondasi untuk bangunan ini disesuaikan dengan gambar rencana
di lampiran. Adapun peralatan yang digunakan adalah; dump truck, mollen,
serta alat yang sesuai dengan jenis pondasi yang akan digunakan sehingga
tahan terhadap gempa. Adapun spesifikasi dan denah pondasi rumah
transmigrasi nelayan dapat dilihat pada Gambar 2.10.
Gambar 2.10. Spesifikasi dan denah pondasi rumah transmigrasi nelayan Perumahan
Transmigrasi Nelayan di Desa Kolo Bawah Kecamatan Mamosalato
5) Pekerjaan Atap
Tahap pekerjaan atap yaitu pekerjaan kuda-kuda dan pekerjaan rangka atap.
Setelah kedua tahap selesai, pekerjaan selanjutnya adalah proses kerja
penutupan atap dan plafon rumah tidak diperbolehkan tertutup keseluruhan
agar adanya sirkulasi udara.
6) Pekerjaan Lantai
Pekerjaan lantai yang dilakukan dalam pembangunan perumahan
transmigrasi nelayan ini meliputi pekerjaan cor lantai atau lantai beton tumbuk
setebal 5 cm, dan pekerjaan finishing lantai tanpa keramik, pekerjaan dan
pemasangan keramik dinding kamar mandi.
f) Pekerjaan Utilitas
1) Air Limbah
Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi,
cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoran manusia. Limbah
merupakan buangan atau sesuatu yang tidak terpakai berbentuk cair, gas dan
padat. Dalam air limbah terdapat bahan kimia yang sukar untuk dihilangkan
dan berbahaya. Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi bakteri-
bakteri penyebab penyakit: 1) disentri, 2) tipus, 3) kolera dan penyakit lainnya.
Air limbah tersebut harus diolah agar tidak mencemari dan tidak
membahayakan kesehatan lingkungan. Air limbah harus dikelola untuk
mengurangi pencemaran.
2) Saluran Drainase
Sistem drainase pada perumahan berfungsi untuk mengorganisasi sistem
instalasi air dan sebagai pengendali keperluan air serta untuk mengontrol
Saluran air limbah dibuat lebih miring agar kotoran cepat keluar dari saluran
dan tidak menyebabkan penyumbatan pada saluran tersebut. Saluran
drainase ini dibangun mengikuti pola jaringan jalan perumahan dengan lebar
dasar 50 cm, lebar atas 80 cm, dan langsung berhubungan dengan drainase
jalan akses yang menghubungkan lokasi proyek menuju ke Jalan Poros
Bungku Utara-Mamosalato
Air hujan yang jatuh ke badan jalan dan perumahan dialirkan kesaluran
drainase. Saluran ini diharapkan mengalirkan kelebihan air permukan
sehingga tidak terjadi genangan pada badan jalan dan perumahan. Genangan
air yang terjadi dapat menyebabkan kerusakan badan jalan dan mengganggu
kenyamanan lingkungan.
b) Demobilisasi Peralatan
pelabuhan konstruksi temporary untuk transportasi laut dan alat angkut trailer
melalui transportasi darat.
Screening
Kolam Aerasi
Pada tahap ini menggunakan pengolahan secara biologi. Kolam aerasi
ini dirancang untuk mengurangi bahan–bahan organik dengan
menggunakan bantuan mikroorganisme. Pada tahap ini limbah yang
diproses biasanya adalah limbah dari buangan MCK yang mengandung
bahan organik terutama air limbah dari air kencing. Pada dasarnya
prinsip kerja pada pengolahan air limbah tahap ini adalah menggunakan
mikroorganisme untuk menghilangkan/mengurangi bahan organik yang
terkadung dalam air limbah. Bahan–bahan organik tersebut digunakan
sebagai bahan makanan bagi mikroorganisme untuk mendukung
pertumbuhannya sehingga lama kelamaan kandungan bahan organik
dalam air limbah akan menurun karena bahan organic dimakan oleh
mikroorganisme didalam air limbah tersebut dan biomassa dari
mikroorganisme akan mengendap didasar kolam, sedangkan aerasi
digunakan untuk mensuplai oksigen bagi mikroorganisme.