Anda di halaman 1dari 6

Urgensi Rehabilitasi Mangrove

di Pesisir Desa Pondok Kelapa Kabupaten Bengkulu Tengah

Secara geografis Provinsi Bengkulu memiliki hutan pantai dan hutan mangrove yang luasannya
mulai menyusut akibat aktifitas pembangunan yang tidak berorientasi pada perlindungan
kawasan. Kawasan sepanjang pesisir barat Bengkulu merupakan daerah paling rawan saat ini,
karena daerah ini paling dekat dengan segmen Mentawai yang sangat aktif kegempaannya.
Menurut para ahli gempa dan tsunami serta geologi, segmen Mentawai berada pada periode
waktu perulangan sekitar 175 tahunan . Daerah ini pernah dilanda tsunami besar pada tahun
1833 dan akhir-akhir ini aktivitas gempa meningkat tajam di daerah ini. Masalah lain
konsentrasi pemukiman penduduk banyak di sepanjang kawasan pantai, karena
matapencaharian mereka kebanyakan sebagai petani dan nelayan 1.

Kondisi ini diperparah dengan fenomena Perubahan Iklim yang mempengaruhi itensitas
gelombang laut akibat adanya siklon tropis. Walaupun siklon tropis tidak terjadi di wilayah
ekuator, namun siklon tropis diyakini dapat memberikan dampak secara langsung maupun tidak
langsung kepada Indonesia maupun Provinsi Bengkulu khususnya. Hal ini juga diperkuat oleh
BMKG ( Badan Meteorologi dan Geofisika ) dalam laporannya tentang Tern Iklim 2020 dan
Perubahan Iklim yang menyimpulkan munculnya gangguan intra-musiman seperti MJO dan
siklon tropis yang dapat meningkatkan atau mengurangi jumlah curah hujan dasarian 2.

Desa Pondok Kelapa Kabupaten Bengkulu Tengah merupakan salah satu desa yang berada di
pesisir barat Provinsi Bengkulu. Dimana diperkirakan desa ini akan hilang dalam 30 tahun
kedepan akibat terjadinya abrasi pantai dan sendimentasi dimuara DAS ( Daerah Aliran Sungai )
Lemau yang sampai saat ini terkesan tidak mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah.
Berdasarkan analisa Citra Satelit yang dilakukan WALHI Bengkulu, laju abrasi dan sendimentasi
di pesisir desa Pondok Kelapa mencapai ± 30 meter dari 2011 sd 2021, hal ini diperkuat
pernyataan masyarakat dan Kades Pondok Kelapa yang juga menyatakan abrasi dan
sendimentasi telah mencapai 1 Km selama 30 tahun terakhir. Abrasi dan sendimentasi terparah

1
Suwarsono, 2013 : Optimalisasi Potensi Lokal Desa Rawan Bahaya Tsunami dalam Rangka Mitigasi Menuju
Terwujudnya Desa Siaga Bencana Mandiri di Pesisir Provinsi Bengkulu
2
http://birosdmkepri.com/mr_dc/wp-content/uploads/2020/02/KEPALA-BMKG-RAPIM-TNI-POLRI-2020-KEPALA-
BMKG.pdf
terjadi terutama wilayah di Dusun Pondok Kelapa 1 dan Dusun Pondok Kelapa 2 sehingga
mengancam ruang hidup masyarakat yang telah bermukim secara turun temurun.

Selain mengalami abrasi, sendimentasi pantai dan banjir yang berasal dari luapan DAS ( Daerah
Aliran Sungai ) Lemau, wilayah pesisir Desa Pondok Kelapa Kabupaten Bengkulu Tengah
3
merupakan wilayah zona bencana Tsunami dan juga tercatat dalam zona merah nasional
bencana4. Desa Pondok Kelapa juga merupakan salah satu desa yang mengalami dampak Banjir
dan Longsor besar pada 26 April 2019 yang mengakibatkan 27 orang meninggal, rusaknya lahan
pertanian dan perkebunan, hancurnya rumah dan infrastruktur dan ribuan warga mengungsi.

Mangrove untuk Keberlanjutan Hidup


Dimasa lalu wilayah Desa Pondok Kelapa menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Sungai Lemau
yang merupakan salah satu kerajaan yang pernah berkuasa di awal abad 17. Kerajaan sungai
Lemau dibangun oleh Maharaja Sakti dan Putri Gading Cempaka di Muara Sungai Lemau yang
berdiri selama 200 tahun. Akibat pengaruh penjajahan bangsa Inggris dan Belanda akhirnya
kerajaan Sungai Lemau mengalami kemorosotan. Berdasarkan Keputusan Pemerintah Belanda
tanggal 5 Desember 1861, Pangeran Muhammad Syah meletakkan jabatannya sebagai raja
terakhir kerajaan Sungai Lemau5. Dan kemudian akhirnya penjajah Belanda menggantikan
kedudukan raja dengan datuk dan pasirah sebagai pelaksana bawahan.

Berdasarkan profil desa, luas wilayah Desa Pondok Kelapa mencapai ± 6793 Ha yang terdiri dari
5 Dusun  antara lain Dusun 01 Pallapan, Dusun 02 Pondok Kelapa 1, Dusun 03 Pondok Kelapa 2,
Dusun 04 Tanjung Sakti dan Dusun 05 Simpang Bliben. Wilayah Desa Pondok Kelapa terdiri dari;
Pemukiman 35 Ha, lahan Persawahan 10 Ha, lahan Perkebunan 891 Ha, lahan Tegal/Ladang 24
Ha, Rawa-rawa 20 Ha, Hutan Rakyat 40 Ha, usaha Perikanan 10 Ha, sarana Jalan 42,5 Ha dan
areal Perkantoran 2,5 Ha. Desa Pondok Kelapa mempunyai jumlah penduduk ± 4.889 jiwa, yang
terdiri dari laki-laki; 947 jiwa, perempuan; 942 orang dan 485 KK.

3
https://onemap.esdm.go.id/map.html
4
Katalog desa / kelurahan rawan tsunami, BNPB, 2019
5
http://budaya-indonesia.org/ ASAL MULA-KERAJAAN-SUNGAI-LEMAU/
Saat ini masyarakat berhadapan dengan permasalahan ruang hidup baik ancaman terhadap
pemukiman maupun kehilangan mata pencaharian akibat wilayah pesisir desa yang tidak
terkelola dengan baik. Nelayan yang mengandalkan hidupnya dari laut juga turut merasakan
dampaknya, dimana banyaknya nelayan beralih pekerjaan baru karena karena berkurangnya
hasil tangkapan dan sulitnya kapal nelayan merapat ke muara Sungai Lemau akibat
sendimentasi yang telah lama terjadi. Pembangunan Tempat Pelelangan Ikan Di muara Sungai
Lemau di Desa Pondok Kelapa yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian nelayan
menjadi mubazir karena adanya sendimentasi.

Mangrove dapat menjadi alternative mitigasi bencana di pesisir Provinsi Bengkulu khususnya di
Desa Pondok Kelapa Kabupaten Bengkulu Tengah. Rehabilitasi mangrove selain untuk
mempertahankan ekosistem di pesisir pantai juga merupakan salah satu upaya dalam
meminimalisir dampak bencana tsunami, banjir dan abrasi yang telah dipraktekan di beberapa
daerah. Kemampuan mangrove dalam mitigasi bencana disebabkan struktur vegetasi mangrove
yang dapat beradaptasi dan tumbuh pada habitat ekstrim. Adaptasi terjadi pda struktur daun
dan perakaran sehingga mangrove mampu berperan dalam mitigasi berbagai bencana di
wilayah pesisir pantai.

Mangrove Sebagai Upaya Mitigasi Bencana


Pemerintah saat ini sedang melaksanakan Program rehabilitasi mangrove nasional dengan
target 620 ribu hektar sampai tahun 2024 yang bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan
pseisir sekaligus mendorong peningkatan ekonomi masyarakat. Untuk tahun 2021 ditargetkan
seluas 124 ribu hektar yang akan dilaksanakan oleh Badan Restorasi Gambut dan Mangrove
BRGM ) bersama Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan KLHK ) dan Kementrian
Kelautan dan Perikanan KKP ).

Sementara Provinsi Bengkulu pada bulan November tahun 2020, telah melakukan penanaman
mangrove seluas 50 hektar yang antara lain di Taman Wisata Alam Pantai Panjang seluas 9
hektar, Kelurahan Padang Serai 2 hektar, Kelurahan Beringin Raya 5 hektar dan Desa Tawang
Rejo Kecamatan Air Periukan Kabupaten Seluma seluas 34 hektar. Padat karya penanaman
mangrove ini merupakan bagian dari program Pemulihan Ekonomi Nasional PEN ) di 34 Provinsi
dengan total penanaman 15 ribu hektar.

Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW ) Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2012 - 2032 dalam
Rencana Pola Kawasan Lindung menyatakan bahwa Desa Pondok Kelapa termasuk Kawasan
Rawan Bencana Alam. Sedangkan untuk Kawasan Perlindungan berupa Kawasan Sempadan
Pantai di alokasikan sepanjang 37,7 kilometer dengan total luas 419 hektar. Namun disisi lain
wilayah pesisir Desa Pondok Kelapa juga diperuntukan bagi eksplotasi pertambangan dan
kondisi saat ini juga terdapat HGU tambak yang telah beroperasi dengan luas total 70 hektar.

Rehabilitasi Mangrove dapat dilakukan di Kawasan Perlindungan berupa Kawasan Sempadan


Pantai. Penanaman mangrove sebaiknya dilakukan Sempadan Pantai Kritis, dimana dalam
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 35/Menhut-II/2010 menyebutkan Sempadan Pantai
Kritis adalah kawasan pantai tertentu yang kondisinya tidak bervegetasi atau kerapatan
vegetasi jarang, dan terjadi abrasi berat atau berpotensi terjadinya abrasi/erosi pantai. Garis
sempadan pantai juga merupakan bagian dari kawasan perlindungan setempat selain kawasan
sekitar danau / waduk, dan kawasan sekitar mata air sesuai dengan Pasal 5 Ayat (2) huruf b
Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Penetapan Batas Sempadan Pantai dengan mempertimbangkan resiko bencana dan


pengendalian pemanfaatan ruang di sempadan pantai seperti yang dijelaskan dalam Peraturan
Presiden Nomor 51 Tahun 2016 tentang Batas Sempadan Pantai dan Undang-undang 27 th
2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Pasal 1 angka 21 dan Pasal 56
Ayat 1 yang menjelaskan Sempadan Pantai adalah daratan sepanjang tepian laut dengan jarak
minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

Kemudian Undang-undang 27 th 2007 dalam Pasal 3 menyebutkan (1) Pemerintah Daerah


menetapkan batas sempadan pantai yang disesuaikan dengan karakteristik topografi, biofisik,
hidro-oseanografi pesisir, kebutuhan ekonomi dan budaya, serta ketentuan lain.(2) Penetapan
batas sempadan pantai mengikuti ketentuan : a. Perlindungan terhadap gempa dan/atau
tsunami; b. Perlindungan pantai dari erosi atau abrasi; c. Perlindungan sumberdaya buatan di
pesisir dari badai, banjir, dan bencana alam lainnya; d. Perlindungan terhadap ekosistem pesisir
seperti lahan basah, mangrove, terumbu karang, padang lamun, gumuk pasir, estuaria, dan
delta; e. Pengaturan akses publik; serta f. Pengaturan untuk saluran air dan limbah 6.

Disisi lain kesesuaian lahan dalam pelaksanaan rehabilitasi mangrove menjadi penting agar
penanaman dapat terlaksana sesuai harapan. Pesisir desa Pondok Kelapa saat ini masih
terdapat kelompok kecil vegetasi mangrove yang perlahan mulai hilang akibat konversi lahan
menjadi kawasan tambak. Kondisi ini kemudian sangat memungkinkan untuk dilakukan
rehabilitasi mangrove karena vegetasi mangrove dapat dikatakan bias hidup dengan baik.

Rekomendasi Pengelolaan

Keseimbangan antara kawasan lindung dan kawasan budidaya merupakan faktor penting dalam
Rencana Tata Ruang Berbasis Bencana. Undang-undang 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang menjelaskan bahwa penataan ruang harus memerhatikan pada aspek kebencanaan
sebagai upaya meningkatkan keselamatan dan kenyamanan kehidupan penghidupan.

6
https://desdm.bantenprov.go.id/read/berita/284/PESISIR-BARAT-DAN-DAN-SELATAN-BANTEN-PERLU-
PENATAAN-RUANG-BERBASIS-BAHAYA-TSUNAMI.html
Dalam RTRW Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2012 - 2032, Desa Pondok Kelapa Tengah
merupakan kawasan strategis ekonomi berupa kawasan potensial minapolitan tangkap, namun
faktanya terdapat budidaya tambak yang dikelola oleh perusahaan. Keberadaan wilayah
eksplorasi pertambangan dalam Rencana Pola Ruang juga menjadi ancaman tersendiri bagi
Desa Pondok Kelapa sebagai wilayah yang rentan bencana. Kondisi ini sudah seharusnya
menjadi pertimbangan penting pemerintah daerah sebagai bentuk pengendalian pemamfaatan
lahan dan perlindungan kawasan dengan mempertimbangkan kemungkinan terjadinya
bencana.

Kemudin keterbukaan informasi tentang Sempadan Pantai di pesisir Desa Pondok Kelapa
Kabupaten Bengkulu Tengah menjadi penting untuk diketahui oleh publik. Hal ini bertujuan
agar upaya Rehabilitasi Sempadan Pantai yang dilakukan secara swadaya oleh masyarakat
maupun instansi terkait dapat dilakukan segera. Kepastian Sempadan Pantai tentu saja harus
berpedoman pada regulasi yang ada. Selanjutnya melakukan kegiatan Rehabilitasi Mangrove
berbasis Komunitas dengan tujuan agar masyarakat dapat terlibat langsung dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi rehabilitasi.

Anda mungkin juga menyukai