Anda di halaman 1dari 3

DEGRADATION OF COASTAL ENVIRONMENT

THE DEATH OF OUR COASTAL ENVIRONMENT

THE LIFE AND DEATH OF OUR COASTAL ENVIRONMENT

Summary

Sebagai negara kepulauan, Indonesia telah diakui dunia secara internasional (UNCLOS 1982) yang
kemudian diratifikasi oleh Indonesia dengan UndangUndang No.17 Tahun 1985. Berdasarkan UNCLOS
1982, total luas wilayah laut Indonesia seluas 5,9 juta km2, terdiri atas 3,2 juta km2 perairan teritorial
dan 2,7 km2 perairan Zona Ekonomi Eksklusif, luas tersebut belum termasuk landas kontinen. Hal ini
menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia.

Kegiatan Manusia yang Dapat Menyebabkan Terjadinya Degradasi Wilayah Pantai

 Pembukaan hutan manggrove untuk dijadikan tambak udang dan kayunya dijadikan bahan
bangunan.
Potensi kerapatan ekosistem mangrove di Kepulauan Riau adalah yang berhutan lebat
6.772,59 ha, kerapatan sedang 25.446,33 ha, kerapatan jarang 18.733,59 ha dan kerapatan
sangat jarang 127.465,04 ha. Dapat dikatakan sebagian besar ekosistem pesisir dan mangrove
di Propinsi Riau dan kepulauan Riau termasuk ke dalam kategori kritis dan sangat kritis.
Kenapa hal tersebut sampai terjadi di Propinsi Riau dan kepulauan Riau :
a. Teki/cerucuk muncul karena pemanfaatan kayu berdiameter kurang dari 10 cm yang
digunakan untuk pondasi rumah.
b. Regenerasi hutan, menghambatnya proses suksesi hutan mangrove.
 Penggunaan plastik, kaleng, peptisida, bahan bakar untuk kebutuhan aktivitas manusia.
Sumber utama pencemaran pesisir terdiri dari tiga jenis kegiatan :
a. Kegiatan industri (pertambangan timah dan minyak, angkutan laut dan pariwisata bahari)
b. kegiatan rumah tangga
c. Kegiatan pertanian.

Sementara itu bahan utama yang terkandung dalam buangan limbah dari ketiga sumber
tersebut berupa sedimen, unsur hara, pestisida, organisme patogen dan sampah.

 Ekploitasi sumber daya alam yang berlebihan.


Untuk mendapatkan hasil tangkapan ikan yang berlimpah, banyak nelayan yang menggunakan
bahan peledak dan alat tangkap yang merusak sehingga menyebabkan kerusakan habitat yang
ada.
 Pola pembangunan yang secara dominan mengejar keuntungan jangka pendek dan kurang
mengindahkan aspek keberlanjutan.

Dampak yang Terjadinya Akibat Degradasi Ekosistem Pantai

 Abrasi pantai.
Pantauan media masa nasional sepanjang tahun 2005 menunjukkan bahwa sedikitnya telah
terjadi 7 kasus abrasi pantai di seluruh wilayah Indonesia. Lokasi-lokasi pesisir yang mengalami
abrasi pantai sepanjang tahun 2005 umumnya terletak di kawasan Indonesia Bagian Barat dan
Tengah.
 Pencemaran pantai.
Dari sekian banyak penyebab kerusakan lingkungan laut dan pesisir, pencemaran merupakan
faktor yang paling penting.
a. Dapat merusak atau mematikan komponen biotik (hayati) perairan, tetapi dapat pula
membahayakan kesehatan atau bahkan mematikan manusia yang memanfaatkan biota
atau perairan yang tercemar.
b. Menurunkan nilai estetika perairan laut dan pesisir yang terkena pencemaran.

Dari seluruh perairan Indonesia, wilayah yang rentan terhadap pencemaran yang diakibatkan
oleh tumpahan minyak adalah Selat Malaka, Selat Makasar, Pelabuhan, dan jalur-jalur laut atau
selat yang dilalui oleh tanker. Kerugian secara ekologis tersebut berdampak cukup luas baik
secara ekonomis maupun kerusakan sumber daya alam.

 Kerusakan mangrove dan terumbu karang.


a. Pada 1982 luas hutan mangrove di Indonesia diperkirakan 4.255.011 ha (Bina Program
Departemen Kehutanan 1982), pada 1993 diperkirakan luasnya menjadi 3.765.250 dan pada
tahun 2005 diperkirakan setidaknya 50 persen atau lebih kurang 2,1 juta hektar dari sekitar
4,2 juta hektar kawasan hutan bakau di Indonesia kini dalam keadaan rusak, bahkan hancur.
b. Indonesia memiliki 85.707 km2 ekosistem terumbu karang yang tersebar di seluruh kepulauan,
merupakan 14% terumbu karang dunia. Berdasarkan persen tutupan karang hidup dilaporkan
bahwa kondisi terumbu karang di wilayah perairan Indonesia adalah 39% rusak, 34% agak
rusak, 22% baik dan hanya 5% yang sangat bagus.
 Kematian Sumber Daya Hayati.
Pantau media sepanjang tahun 2008 menunjukkan bahwa sedikitnya terdapat 4 lokasi perairan
yang mengalami kasus kematian sumber daya hayati seperti ikan dan penyu hijau yaitu:
a. Pantai Utara Cirebon
b. Segara Anakan, Cilacap
c. Teluk Jakarta
d. Sukabumi.

Konsep dalam Mencegah Terjadinya Degradasi Ekosistem Pantai

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga ekosistem pantai, ekosistem pulau dan
ekosistem mangrove yaitu :

a. Dibangun suatu konsep pengelolaan yang berbasis berkelanjutan (sustainable), memiliki visi ke
depan (future time), terintegrasinya kepentingan ekonomi dan ekologi, dan pelibatan
masyarakat
b. Membangun kawasan hutan lindung buatan.
c. Melakukan kegiatan rehabilitasi hutan harus memperhatikan pola adaptasi tanaman,
kesesuaian lahan dan lingkungan, sebaiknya jenis-jenis endemik setempat, serta disukai dan
memberikan tambahan ekonomi bagi masyarakat
d. Perlu dibangun renstra pengelolaan pada ekosistem.
e. Adanya political will untuk mempertahankan ekosistem mangrove sebagai upaya untuk
menjaga keberadaan pulau-pulau kecil dan gugus pulau.

Sumber :

Effendy, M. 2009. Pengelolaan Wilayah Pesisir secara Terpadu: Solusi Pemanfaatan Ruang,
Pemanfaatan Sumberdaya dan Pemanfaatan Kapasitas Asimilasi Wilayah Pesisir yang Optimal dan
Berkelanjutan. Jurnal Kelautan. Vpume 2, No. 1.

Lasabuda, R. 2013. Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan dalam Perspektif Negara Kepulauan
Republik Indonesia. Jurnal Ilmiah Platax. Vol. I-2.

Selly, Y dkk. 2012. Pencemaran perairan dan Kerusakan Terumbu Karang di Wilayah Pesisir Kota
Bandar Lampung. Makalah Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Tanjung karang.
Vatria, B. 2010. Berbagai Kegiatan Manusia yang dapat Menyebabkan terjadinya Degradasi
Ekosistem pantai Serta Dampak yang Ditimbulkannya. Jurnal Politeknik Negeri Pontianak.

Mustika, R. 2017. Dampak Degradasi Lingkunga Pesisir terhadap Kondisi Ekonomi Nelayan: Studi
Kasus Desa Takisung, Desa Kuala Tambangan, Desa Tabanio. Coastal and Marine Resources Research
Center, Raja Ali Haji Maritime University.

Hartono, D dkk. 2017. Studi Identifikasi kerusakan Wilayah Pesisir di Kabupaten Mukomuko Provinsi
Bengkulu. Jurnal Enggano. Vol. 2, No. 2.

Nanti put gambar SDG’s No. 13 dan 14

penerapan paradigma pola pembangunan yang secara dominan mengejar keuntungan jangka
pendek dan kurang mengindahkan aspek keberlanjutan;

Anda mungkin juga menyukai