Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGAWASAN PERIKANAN DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

OLEH

KONSTANTINA REMBO (1913010023)

NATALIA G. GANDUNG (1913010015)

LINDIYANI BAHRUDIN (1913010043)

EUFRASIA D. HARKAI (1913010074)

APLIANA DAIRU KAKA (19130100)

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis mengucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat,
rahmat, anugrah serta perlindungan-Nya penulis dapat membuat serta menyelesaikan makalah
ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Judul makalah “KONSERVASI”. Makalah ini hanya
membahas mengenai topik yang ada.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar menjadi acuan dalam penulisan
makalah selanjutnya.

Kupang, September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Konservasi

2.2 Contoh masalah yang berkaitan dengan konservasi

2.3 Menyampaikan tanggapan dan solusi terbaik mengenai masalah

2.4 Pohon masalah dan pohon solusi

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap makhluk hidup di bumi ini hidup dalam ketergatungan satu sama lain. Tidak
satupun makhluk hidup yang dapat hidup sendirian. Hewan menghasilkan karbondioksida
yang dibutuhkan oleh tumbuhan, sedangkan tumbuhan menghasilkan oksigen yang
dibutuhkan oleh hewan, dan masih banyak lagi hubungan saling ketergantungan lainnya.
Kehilangan satu komponen dalam ekosistem akan berdampak besar bagi kelangsungan
hidup makhluk hidup lainnya. Hal ini yang kadang tidak disadari oleh manusia. Manusia
merupakan salah satu penyebab utama dari hilangnya atau terputusnya sebuah rantai
makanan dalam ekosistem alami. Tanpa disadari manusia akan merugikan diri sendiri.
Oleh karena itu perlu kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian
sumber daya alam hayati terutama di Indonesia khususnya di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Karena indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan sumber daya alam hayatinya
yang sebenarnya sangat berpotensi untuk dikembangkan. Indonesia memiliki potensi
keanekaragaman spesies satwa yang sangat tinggi, keanekargaman meliputi yang ada di
darat maupun di laut.
Mengingat hal tersebut, sebenarnya indonesia memiliki potensi yang sangat besar yang
dapat di dikembangkan untuk kesejahteraan masyarakatnya. Namun pemanfaat tersebut
kurang efektif dilakukan bahkan mengesampingkan dampak negatifnya. Pemanfaatan
seperti ini malah merusak ekosistem dan kelangsungan dan kelestarian agen hayati yang
dimiliki indonesia. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk melestarikan
keanekaragaman hayati tersebut adalah dengan konservasi. Dimana dapat menjaga dan
merawat kembali sumber daya alam yang telah ada agar lingkungan dapat terjaga.
1.2 Tujuan
1. Dapat mengetahui apa itu konservasi
2. Dapat mengemukakan masalah yang terjadi mengenai konservasi
3. Dapat memberikan tanggapan dan solusi mengenai masalah
4. Dapat membuat pohon masalah dan solusi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Konservasi

Konservasi adalah pelestarian atau perlindungan.

Sedangkan menurut ilmu lingkungan, konservasi adalah

• Cara efisiensi dari penggunaan energi, transmisi, produksi, atau distribusi yang berakibat pada
pengurangan konsumsi energi di yang lain pihak menyediakan jasa yang sama tingkatannya.
• Upaya perlindungan dan pengelolaan yang hati-hati terhadap lingkungan dan sumber daya
(fisik) Pengelolaan terhadap kuantitas tertentu yang stabil sepanjang reaksi kiamia atau
transformasi fisik.
• Cara suaka dan perlindungan jangka panjang terhadap lingkungan
• Salah satu keyakinan bahwa habitat alami dari suatu wilayah meraih dikelola, sementara
keaneka-ragaman genetik dari spesies dapat berjalan dengan mempertahankan lingkungan
alaminya.

2.2 Contoh masalah yang berkaitan dengan konservasi

WALHI NTT Melihat Laut NTT Terancam dan Pemerintah Lamban Melindungi. Apa Saja
Ancaman Itu?

Laut di NTT yang memiliki luas empat kali luas daratan, kaya akan potensi sumberdaya dan
merupakan rumah bagi 500 jenis terumbu karang, 300 jenis ikan dan tiga jenis kura-kura. Menurut
WALHI NTT, ada berbagai permasalahan kelautan seperti limbah plastik laut, pengeboman ikan
yang merusak perairan dan privatisasi pesisir pantai yang merusak kawasan pesisir dan merampas
ruang hidup bagi setidaknya 400 kepala keluarga masyarakat pesisir. DKP NTT telah mengeluarkan
larangan bagi semua kapal ikan untuk membuang sampah di laut dan semua kapal ikan wajib
menyediakan tempat sampah di atas kapal dan sampah dibuang di pelabuhan.

Permintaan reklamasi pantai harus mendapatkan izin dan melalui proses kajian AMDAL
termasuk memperhitungkan dampak gelombang dan dampak sosial bagi warga pesisir sehingga
reklamasi pantai Balauring ek Kabupaten Lembata dibatalkan karena tidak kantongi izin. Nusa
Tenggara Timur (NTT) sebagai salah satu provinsi kepulauan di Indonesia, memiliki luas laut
sekitar 200.000 km2 di luar Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI). Dengan hamparan lautan
yang luasnya empat kali luas daratan ini, menjadikan laut NTT kaya akan potensi sumberdaya laut.
Laut NTT merupakan rumah bagi 500 jenis terumbu karang, 300 jenis ikan dan tiga jenis kura-kura.
Sumberdaya laut utama andalan NTT adalah perikanan, rumput laut dan garam. Hingga tahun 2018,
dengan jumlah nelayan sebanyak 79.642 jiwa produksi perikanan tangkap di NTT tercatat mencapai
157.691 ton,” sebut Direktur WALHI NTT, Umbu Wulang Tanaamahu Paranggi kepada Mongabay
Indonesia, Senin (8/6/2020). Sementara itu, NTT menempati posisi kedua sebagai produsen rumput
laut terbesar di Indonesia setelah Sulawesi selatan menurut data BPS NTT, 2019. Namun, dengan
kondisi kekayaan sumber laut NTT itu, sebutnya, tidak membuat NTT lepas dari ancaman.

Ancaman Limbah Plastik

Ancaman pertama menurut WALHI NTT yakni limbah plastik seperti hasil penelitian yang
disampaikan Lumban Nauli L. Toruan, M.Si, dari Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas
Nusa Cendana (FKP Undana), Kupang. Hal itu disampaikan dalam pada Rapat Koordinasi Teknis
Pengendalian Kerusakan Lingkungan pada Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Provinsi NTT
tahun 2019. Umbu Wulang mengatakan, menurut Lumban Nauli, limbah yang ditemukan di laut
sebanyak 70% merupakan limbah plastik. Keberadaan limbah plastik merupakan ancaman karena
dapat menyebabkan kematian bagi biota laut. “Hal ini sama seperti kasus paus mati di perairan
Wakatobi setelah menelan 5,9 kg sampah plastik, “ sebutnya. Studi kolaboratif yang dipublikasikan
19 November 2019 dalam jurnal Frontiers in Marine Science, menemukan bahwa pari manta dapat
menelan hingga 63 buah plastik setiap jam yang dimakan di perairan Nusa Penida dan Taman
Nasional (TN) Komodo (Mongabay, Desember 2019). Hasil penelitian lain yang dipresentasikan
oleh FKP Undana, papar Umbu Wulang, 80,8% dari 125 ekor ikan tongkol dari perairan Teluk
Kupang sudah terpapar mikroplastik. “Dengan adanya temuan ini, bukan saja hewan laut di NTT,
tetapi kehidupan penduduk di daratan juga ikut terancam,” ungkapnya.

Perusakan Ekosistem Laut

Menurut WALHI NTT ancaman kedua bagi laut di NTT yakni perusakan ekosistem laut aktivitas
pengeboman ikan oleh nelayan. WALHI NTT memaparkan, diakhir tahun 2019, terdapat lima
orang nelayan tertangkap tangan karena melakukan pengeboman ikan di perairan pantai utara pulau
Flores, Kabupaten Sikka. “Aktivitas penangkapan ikan dengan bahan peledak berdampak langsung
terhadap kerusakan terumbu karang, kematian ikan target dan non-target serta ekosistem lain di
perairan,” sebutnya. Akibat aksi pengeboman ikan ini, kelima nelayan tersebut diancam terkena
hukum pidana berlapis karena melanggar lebih dari lima undang-undang terkait, salah satunya
yakni Undang-Undang No.5/1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Selain pengeboman ikan, lanjutnya, penangkapan dan penjualan penyu secara illegal masih marak
terjadi. Seperti yang terjadi di Pasar Dimukaka, Kecamatan Kodi, Kabupaten Sumba Barat Daya.
“WALHI NTT menilai, kedua peristiwa tersebut terjadi karena minimnya pemberian pendidikan
hukum lingkungan oleh pemerintah NTT. Khususnya pendidikan hukum laut dan pesisir bagi warga
yang pada dasarnya punya ketergantungan terhadap laut,” tegasnya. Kepala Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi NTT, Ganef Wurgiyanto kepada Mongabay Indonesia, Senin (15/6/2020)
mengatakan terkait banyaknya sampah di laut, pihakya telah mengeluarkan surat edaran kepada
setiap kapal perikanan.

Kapal-kapal perikanan diwajibkan menyediakan tempat sampah di kapal dan sampah dibuang
ke tempat sampah setelah kapal mendarat di pelabuhan. Warga pesisir juga dilarang membuang
sampah ke laut dan wajib menyiapkan tempat sampah. Terkait pengeboman ikan dan destructive
fishing di 22 kabupaten dan kota di NTT, kami telah koordinasi dengan Polairud Polda NTT dan
TNI AL untuk menggelar operasi rutin,” terangnya. Selain itu, tambah Ganef, pihaknya membentuk
Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmasmas) di berbagai kabupaten. Pokmaswas tambahan ini,
dilengkapi dengan alat telekomunikasi seperti ponsel.

Privatisasi Pesisir

Yang berkaitan dengan restoran.

Oknum PNS Jual Hutan Magrove, Bupati Kupang Masa Bodoh

Zonalinenews, Oelamasi- Bupati Kupang, Ayub Titu Eki dinilai masa bodoh dengan oknum PNS
yang menjual Sepadan Pantai yang telah ditumbuhi mangrove untuk PT. Putra Unggul dan PT.
Putra Flores. OknumPNS yang juga sekertaris Desa Mata Air, Markus Obes telah menjual lahan
Mangrove untuk pembuatan Kapal Viber milik PT. Putra Unggul dan PT. Putra Flores. Persoalan
ini telah berjalan kurang lebih hampir 3 tahun. Sebab, penjualan tanah mangrove tersebut dilakukan
sejak tahun 2013 sampai 2016. Hal ini disampaikan Anggota DPRD Kabupaten Kupang Yakobus
Klau, Selasa 18 Oktober 2016 di Gedung DPRD Kabupaten Kupang sekitar pukul 12.00 wita.
Persoalan penebangan mangrove, kata Klau, sudah mencapai 5-6 Km. DPRD telah melakukan
Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan masyarakat Desa Mata Air dan hasilnya di ketahui SKPD
yang membidani lingkungan Hidup namun sampai dengan saat ini tidak ada langkah konkrit untuk
atasi persoalan tersebut. Seolah~olah Pemerintah Kabupaten Kupang sudah dibayar dan
membiarkan aktifitas penebangan Mangrove dan Pembuatan Galangan Kapal PT. Putra unggul itu
memiliki izin. Selama ini tidak ada tindak lanjut dari Satuan Kerja Perangkat Daerah, padahal ada
perampasan hutan mangrove di desa Mata Air. Masyarakat mengambil alih lahan tanah kemudian
menjual lahan tersebut ke PT. Putra Unggul. Pemerintah jangan masa bodoh karena sudah salahi
aturan,” ucap Yakobus Klau. Dikatakan bahwa oknum yang menjual lahan sewenang-wenang
merupakan sekertaris desa, Markus Obes yang juga adalah seorang PNS di Kabupaten Kupang.
Kawasan penebangan Mangrove tersebut, saat dirinya masih menjadi Kepala Desa Mata Air
merupakan daerah Hutan lindung yang harus dijaga kelestariannya. Namun, ketika dirinya tidak
lagi menjadi Kepala Desa Mata Air hutan tersebut dijual oleh Penjabat Kepala Desa Markus Obes.

Selama menjadi kepala desa lokasi tersebut tidak pernah disentuh oleh masyarakat ataupun
siapapun karena masuk dalam kawasan hutan lindung. Bahkan setiap tahun lokasi tersebut
mendapat bantuan yang begitu besar dari berbagai lembaga. Baik itu dari pemerintah pusat maupun
LSM baik dalam negeri maupun luar negeri. Anggaran yang digunakan untuk menanam mangrove
tersebut miliaran rupiah. Dana bukan sedikit, setiap tahun dilakukan penanaman terus,” Ucap Obi
Klau. Selain itu, masyarakat diajrakan untuk menanam mangrove dan pemerintah membeli kembali
mangrove yang dipelihara masyarakat. Jumlah mangrove yang ditebang sampai saat ini terlalu
banyak,” ucap Klau. Dikatakan bahwa bukan saja PT. PUTRA Unggul yang beroperasi tapi juga
PT. Putra Flores. Kedua perusahan tersebut beroperasi di Desa Mata Air tanpa kelengkapan
Administrasi. PT yang beroperasi di tahun 2013, PT. Putra Unggul dan PT. Putra Flores,” Tegas
Obi. Masyarakat juga dilibatkan dalam maslah penebangan mangrove. Sebenarnya lahan tersebut
bukan lahan masyarakat. Namun, karena iming dapat uang yang besar sehingga hutan lindung juga
dijual masyarakat untuk kepentingan Perusahaan. (*Paul)

2.3 Tanggapan dan Solusi terhadap masalah

Tanggapan dari kelompok kami mengenai masalah yang berkaitan dengan Pengawasan perikanan
di kawasan konservasi perairan

a. Tanggapan masalah 1
berkaitan masalah yang pertama bahwa pemerintah lamban dalam melindungi sumber daya
khususnya di perairan. Seharusnya pemerintah jangan menganggap sepeleh dengan masalah
yang ada di NTT. Contohnya seperti pemboman ikan dan penjualan ilegal penyu. Menurut
kelompok, dalam kegiatan penangkapan, sebaiknya hindari penangkapan ikan menggunakan
alat bius atau kegiatan pemboman ikan. Karena dapat merusak lingkungan ksususnya anemon
laut, batu karang serta organisme perairan lainnya. Juga dalam penjualan penyu secara ilegal
dengan harga yang fantastis kemungkinan besar ada kerja sama antara nelayan juga pemerintah
“yang terkait”. Mengapa? Karen penyu sendri adalah hewan air yang di lindungi dan tidak
diperjual belikan secara legal. Karena ada UU yang mengatur tentang kehidupan hewan yang
dilindungi, salah satunya adalah penyu. Lalu, kaitannya dengan nelayan yang menjual penyu
ini, kemungkinan besar karena kurang adanya pengetahuan atau informasi mengenai hewan
yang dilindungi.
b. Tanggapan masalah 2
Kurangnya kebijakan dari pemerintah mengenai perlindungan dan pelestarian lingkungan laut.
peristiwa tersebut terjadi karena minimnya pemberian pendidikan hukum lingkungan oleh
pemerintah NTT. Khususnya pendidikan hukum laut dan pesisir bagi warga yang pada dasarnya
punya ketergantungan terhadap laut. Solusi umum untuk kedua masalah Menurut kelompok,
solusi terbaik dari kedua topik masalah adalah melakukan sosialisasi terjadwal kepada
masyarakat juga memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk melakukan kegiatan yang
bermanfaat serta membangun dan tidak menimbulkan masalah. Seperti kegiatan budidaya, dll.
Akar Masalah 1
Akar Masalah 2
Laut NTT terancam pemerintah lamban
Penjualan hutan mangrove oleh oknum PNS
mengatasinya

Masalah Pendukung

Belum optimalnya peraturan tentang Masalah Pendukung


perlindungan hewan dan lingkungan yang di
lindungi. Minimnya pemberian pendidikan hukum
lingkungan oleh pemerintah NTT. Khususnya
Tidak peduli atau acuh tak acuh terhadap pendidikan hukum laut dan pesisir bagi warga
peraturan. yang pada dasarnya punya ketergantungan
Krisis sosial ekonomi. terhadap laut.

Penawaran mengenai harga pemasarannya Ingin menang sendiri, krisis ekonomi,


tinggi. menawarkan harga pasar yang fantastis,

Permintaan dari konsumen.

Masalah Utama
Masalah Utama
Tidak adanya tindakan kongkrit dari
Kurangnya pengetahuan serta kegiatan
pemerintah serta kurangnya edukasih
sosialisasi dari pemerintah NTT
kepada masyarakat
Akar solusi
Akar solusi
Pemerintah harus memperkuat
Perintah seharunya jangan menganggap sepele
penegakan hukum tentang hutan
dengan masalah yang terjadi pada kawasan
mangrove terhadap oknum yang tidak
laut di NNT
bertanggung jawab

Solusi Pendukung
Solusi Pendukung
1. Sebaiknya SKPD bagian lingkungan
Pemerintah setempat melalui Dinas Kelautan hidup segera mengambil langkah
dan Perikanan serta Dinas Pariwisata dan konkret
Lingkungan Hidup harus lebih aktif memberikan
sosialisasi atau pemahaman kepada masyarakat 2. Kepada masyarakat, sebaiknya jangan
melibatkan diri dalam masalah
penebangan mangrove walaupun
dibayar dengan jumlah yang besar.
karena akan berakibat pada untuk
perikanan berkelanjutan.

Solusi terbaik

Pemerintah mengatur terkait mekanisme Solusi utama


pengurangan pencemaran laut, termasuk
pembentukan Tim Koordinasi Nasional terhadap Pemda segera mengambil tindakan
penanganan sampah di laut.
BAB IV

PENUTUP

3.1 Simpulan

Konservasi Perairan (KKP) adalah kawasan perairan yang dilindungi, dikelola dengan
sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungannya secara
berkelanjutan. Konservasi perairan bertujuan untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya
ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan. Tujuan KKP tersebut dapat dicapai apabila
KKP dikelola dengan baik serta memberikan manfaat terutama bagi perikanan.

3.2 Sarana

Dalam melakukan suatu kegiatan baik di daratan, laut, maupun udara terlebih dahulu harus
memikirkan dampak yang akan terjadi setelah kegiatan yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.mongabay.co.id/2020/06/17/walhi-ntt-melihat-laut-ntt-terancam-dan-
pemerintah-lamban-melindungi-apa-saja-ancaman-itu/

https://zonalinenews.com/2016/10/oknum-pns-jual-hutan-magrove-bupati-kupang-
masa-bodoh/

Anda mungkin juga menyukai