KELOMPOK 6
Pendahuluan
Taman Nasional Perairan (TNP) Laut Sawu di Provinsi Nusa Tenggara, khususnya Kab. Rote Ndao
memiliki sumber daya alam pesisir dan laut yang sangat melimpah yang dapat dimanfaatkan dengan
seutuhnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Upaya pengelolaan kawasan konservasi
TNP Laut Sawu yang berkelanjutan hendaknya dapat melibatkan masyarakat lokal dengan
menerapkan norma-norma konservasi sesuai peraturan dan perundangan yang berlaku, dan norma-
norma atau nilai-nila lokal yang sudah berlaku secara turun temurun dalam pengelolaan sumber daya
yang juga dapat mendukung pengelolaan TNP Laut Sawu yang lebih baik.
Salah satu tujuan pengembangan TNP Laut Sawu adalah pelibatan dan pemberdayaan masyarakat
pesisir dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan laut. TNP Laut Sawu mendorong masyarakat
dapat banyak berperan dan berpartisipati dalam upaya pengelolaan kawasan konservasi melalui
kemitraan, pengelolaan akses kawasan perairan dan perikanan, dan revitalisasi kearifan lokal dalam
pengelolaan wilayah pesisir dan laut.
Kearifan Lokal
Kearifan masyarakat terhadap pengelolaan sumber daya merupakan suatu nilai, norma atau kebiasaan
yang berlaku pada masyarakat yang dilakukan secara berulang-ulang terhadap sumber daya alam di
wilayahnya agar diperoleh manfaat bagi masyarakat secara berkelanjutan. Kearifan ini dapat juga
dilakukan dengan adanya kesepakatan dalam suatu kelompok masyarakat juga dapat juga diatur dalam
suatu aturan adat yang tidak tertulis, dapat diturunkan dari generasi ke generasi sehingga menjadi satu
norma dan budaya.
Kearifan lokal atau tradisional menurut Keraf (2002) adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan,
pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam
kehidupan di dalam komunitas ekologis. Dijelaskan pula bahwa kearifan lokal/tradisional bukan hanya
menyangkut pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang manusia dan bagaimana relasi yang
baik di antara manusia, melainkan juga menyangkut pengetahuan, pemahaman dan adat kebiasaan
tentang manusia, alam dan bagaimana relasi di antara penghuni komunitas ekologis ini harus dibangun.
HOHOLOK/PAPADA
K?
Wilayah ini dan merupakan zona Nusak ini termasuk dalam zona Wilayah ini termasuk zona
pemanfaatan. Ekosistem penting perikanan berkelanjutan tradisional perikanan berkelanjutan tradisional
wilayah ini adalah mangrove, terumbu dan pemanfaatan. Zona ini dan zona pemanfaatan. Pantainya
mencakup Batu Termanu yang
karang, lamun, juga habitat bertelur merupakan habitat peneluran penyu
diyakini oleh masyarakat merupakan
penyu dan merupakan koridor Setasea. daerah angker/mistis. hijau (Chelonia mydas), dan
Terdapat ekosistem terumbu karang perairannya merupakan koridor
dan lamun, serta pantai wilayah ini Setasea terutama lumba-lumba.
sebagai habitat bertelur Penyu Sisik Sedangkan ekosistem penting
(Eretmochelys imbricate) dan penyu adalah terumbu karang dan lamun.
hijau (Chelonia mydas).
Larangan dan Sanksi
Kearifan lokal Papadak/Hoholok ini juga dilengkapi dengan
larangan-larangan dan sanksi-sanksi yang sudah disepakati
oleh semua Stakeholders terkait di 3 Nusak. Selanjutnya,
FKTAPB Kab. Rote Ndao membentuk Manaholo (pengawas)
di 3 Nusak yang bertugas untuk mengawasi wilayah
Papadak/Hoholok yang sudah ditetapkan. Larangan dan
sanksi Papadak/Hoholok disosialisasikan kepada semua
lapisan masyarakat di Kab. Rote Ndao dengan melibatkan
semua pihak antara lain pemerintah desa, jemaat gereja dan
forum lainnya.
Pelarangan terhadap aktivitas merusak di wilayah pesisir
dan laut di 3 Nusak ini antara lain pelarangan menebang
mangrove, pelarangan destructive fishing, pelarangan
merusak terumbu karang, pelarangan membuang sampah di
laut, serta pelarangan penangkapan penyu dan paus.
Bupati Rote Ndao Leonard Haning (Kanan) mengukuhkan
sejumlah masyarakat adat Halolok/Papadak (penjaga Laut)
adat di Rote, NTT Rabu, (7/9/2016). (ANTARA FOTO/Kornelis
Kaha)
Aturan larangan dan sanksi/denda wilayah
Papadak/Hoholok Nusak Denka
Dilarang menebang pohon dan memotong dahan Mangrove Dilarang membuang sampah ke laut
(Boak)
Dilarang menangkap dan membunuh Penyu
Dilarang menangkap dan membunuh Kera di Hutan Mangrove
Dilarang menambang pasir tanpa ijin
(Boak)
Dilarang menambang pasir menggunakan alat berat
Dilarang mengambil Madu di Hutan Mangrove dengan cara
pengasapan dan atau api (diperbolehkan setahun sekali bulan Dilarang menebang pohon Mangrove (Boak) dan
Agustus – Oktober) Sentigi
Dilarang menangkap Lobster dan teripang Kapur dengan Dilarang mengambil telur Penyu
menggunakan racun
Dilarang mengambil dan atau merusak : Lamun,
Dilarang merusak Terumbu Karang Teripang, Karang Laut, Terumbu Karang dan Akar Bahar
Dilarang mengambil pasir dengan menggunakan alat berat Dilarang menangkap ikan dan lobster dengan
menggunakan
Dilarang berlalu-lintas di area budidaya Rumput laut
Tantangan Kedepan
Dengan adanya perkembangan zaman yang semakin cepat dan besarnya ketergantungan terhadap sumber daya alam
pesisir dan laut bagi keberlangsungan hidup masyarakat di wilayah pesisir, maka tantangan penerapan kearifan lokal ini
juga akan menjadi besar. Kurangnya pemahaman masyarakat dalam pengelolaan SDA yang berkelanjutan dengan
melakukan aktivitas yang merusak, serta minimnya kualitas SDM akan menjadi suatu tantangan bagi semua Stakehoders
terkait dalam penerapan Hoholok/Papadak di wilayah pesisir dan laut Kab. Rote Ndao. Dukungan dari semua pihak
terutama pengambil kebijakan serta dukungan masyarakat dalam pengelolaan SDA pesisir dan laut untuk tetap menjaga
keseimbangan lingkungan meskipun tantangan yang semakin besar.
Peran serta masyarakat dalam proses penerapan Hoholok/Papadak ini sangat penting mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, untuk pengelolaan dan pengawasan yang berkelanjutan. Penerapan
Hoholok/Papadak ini hendaknya dapat mendukung kesejahteraan masyarakat pesisir di 3 Nusak, melalui upaya
pemanfaatan yang berkelanjutan dengan mematuhi aturan adat yang sudah disepakati. Upaya pemanfaatan yang tidak
merusak diantaranya penerapan perikanan yang ramah lingkungan baik tangkap maupun budidaya, pengembangan
pariwisata alam pesisir dan laut, konservasi berbasis masyarakat lokal. Dukungan pemerintah sangat diperlukan dalam
memperkuat kearifan lokal yang berpihak kepada masyarakat dan keberlangsungan sumber daya alam.
Penutup
TNP Laut Sawu merupakan kawasan konservasi perairan yang dikelola secara kolaboratif dengan
melibatkan banyak Stakeholders. Peran dan partisipasi masyarakat adat Manaholo di Kab. Rote Ndao
sangat menunjang program pengembangan TNP Laut Sawu dengan pemberdayaan masyarakat pesisir.
Pembentukan Manaholo (pengawas Papadak/Hoholok) wilayah pesisir dan laut ini merupakan bentuk
dukungan masyarakat lokal dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan laut bagian dari TNP Laut Sawu.
Pengukuhan Manaholo dilakukan untuk 3 Nusak, yaitu Nusak Dengka, Nusak Termanu, dan Nusa Landu.
Pemerintah Kab. Rote Ndao dan Stakeholders terkait lainya mendukung dengan sepenuhnya pengelolaan
TNP Laut Sawu untuk keberlanjutan sumber daya dan peningkatan kesejahteraan. Aturan adat
Papadak/Hoholok sudah disepakati oleh semua unsur adat Kab. Rote Ndao dan dapat diimplementasikan di
masing-masing Nusak.
SEKIAN
DAN
TERIMAKASIH