NAMA ANGGOTA :
BAB I PENDAHULUAN
BAB II ISI
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat rahmat sertakasih-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “PERSYARATAN KESEHATAN IKAN DALAM
BUDIDAYA”.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas
kelompok sekaligus sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa
khususnya pada mata kuliah Parasit dan Penyakit pada Ikan.
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak, sehingga pada kesempatan ini dengan rendah hati kami
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
selama pengerjaan makalah sampai selesai. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada dosen mata kuliah Parasit dan Penyakit pada Ikan
yang telah memberikan tugas dengan penyusunan makalah ini sebagai
bahan pembelajaran dan sekaligus melengkapi nilai tugas mata kuliah
dimaksud.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
dan semoga Tuhan memberkati.
Penulis
iii
BAB I
PENDAHULUAN
iv
dianggapsebagai salah satu faktor pembatas dalam budidaya, yang
menimbulkan efek langsung pada kerugian ekonomi, dan pengaruh
secara tidak langsung yaitu pada aspek sosial dan aspek lainnya, seperti
masalah perdagangan dan ketenagakerjaan, penggunaan bahan kimia
dan obat-obatan, dan biaya lingkungan, tidak pernah benar diukur (FAO,
1997)
1.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui penerapan biosekuriti di tempat budidaya ikan
2. Mengetahui SOP yang dapat diterapkan di tempat budidaya ikan
agar mengurangi tingkat manifestasi dan infeksi penyakit
3. Untuk mendapatkan nilai tugas mata kuliah Parasit dan Penyakit
Ikan
BAB II
v
ISI
vi
Pakaian khusus
3. Peralatan tidak steril tidak boleh berada di tambak
vii
Penerapapa Multiple Screening di Tambak
2. Crab Protecting Wall
D. Kondisi Alam
1. Lokasi pertambakan di bawah garis pasang surut, sehingga air pasang bisa
masuk ke tambak dan ada potensi terjadi kontaminasi.
viii
Air pasang tinggi bisa melimpas diatas tanggul tambak
2. Lokasi tambak berpasir, porous, sehingga bisa terjadi kontaminasi
silang antar tambak atau antara tambak dengan kanal distribusi.
E. Sistem
Sistem budidaya terbuka (Open System) lebih besar kemungkinan
terjadi kontaminasi, baik secara mikrobiologis maupun kimiawi. Carrier bisa
masuk ke dalam sistem melalui air.
Upaya Pencegahan kontaminasi penyakit :
1. Bak pencuci
ix
Penerapan Foot Bath dan Penyemprotan Disinfectant untuk mencegah
kontaminasi bibit penyakit
x
Penurunan mutu bahan biologi dan bahan kimia akibat
penyimpanan yang tidak baik dapat mengakibatkan proses pembenihan
yang dilakukan tidak efektif. Oleh karena itu pakan, bahan kimia dan obat-
obatan harus disimpan ditempat yang terpisah dengan kondisi sesuai
petunjuk teknis. Demikian pula peralatan produksi harus disimpan dengan
baik di tempat yang terpisah, bersih dan siap pakai sesuai dengan
peruntukannya.
2. Pengaturan akses masuk ke lokasi unit pembenihan,
Masuknya personil, kendaraan, bahan dan peralatan ke lokasi unit
pembenihan dapat menjadi sumber transmisi organisme pathogen masuk
ke unit pembenihan. Pengaturan akses masuk ke lokasi unit pembenihan
dapat dilakukan dengan membatasi akses masuk hanya satu pintu dan
menyediakan sarana sterilisasi. Demikian pula untuk masing-masing sub
unit produksi sebaiknya melalui satu pintu dengan menyediakan sarana
sterilisasi.
3. Sterilisasi wadah, peralatan dan ruangan
Selain melakukan pengaturan tata letak dan akses masuk dari luar
ke lokasi unit pembenihan, hal yang sangat penting dalam
penerapan biosecurity adalah dengan melakukan sterilisasi lingkungan
dalam unit pembenihan yang meliputi sterilisasi, wadah pemeliharaan,
peralatan kerja dan ruangan/bangsal tempat bekerja. Tujuan sterilisasi ini
adalah untuk mengeliminasi semua organisme pathogen yang berpotensi
menyebabkan penyakit yang dapat merugikan usaha pembenihan.
a. Desinfeksi wadah pemeliharaan
Pemakaian wadah pemeliharaan yang terus menerus tanpa
perlakuan desinfeksi akan menjadi sumber penyakit yang dapat
berkembang dari siklus pemeliharaan yang satu ke siklus pemeliharaan
berikutnya. Pencucian wadah pemeliharaan dengan desinfektan harus
dilakukan setelah digunakan dan setiap memulai pemeliharaan baru untuk
memastikan bahwa sumber penyakit tidak berkembang dari siklus
pemeliharaan sebelumnya. Jenis desinfektan yang digunakan harus
berupa bahan yang direkomendasikan dan memperhatikan prosedur
penggunaan dan penetralannya.
xi
Sterilisasi ruangan atau bangsal pembenihan bertujuan memutus
siklus hidup organisme yang tidak dikehendaki, dilakukan pada lantai,
dinding, atap dan sudut-sudut ruangan yang sulit dibersihkan dengan cara
fumigasi atau penyemprotan bahan desinfektan oksidatif yang
direkomendasikan.
4. Sanitasi Lingkungan Pembenihan
Lingkungan yang mempunyai sanitasi yang baik dapat
memperkecil peluang berkembangnya organisme pathogen. Upaya
sanitasi lingkungan pembenihan ini harus didukung oleh tersedianya
fasilitas pendukung kebersihan yang memadai, antara lain: peralatan
kebersihan, tempat sampah dan toilet. Di masing-masing sub unit produksi
harus tersedia tempat sampah tertutup dan selalu dibersihkan setiap hari.
Toilet ditempatkan terpisah dari unit produksi benih dengan septic
tank berjarak minimal 10 meter dari sumber air. Toilet harus dilengkapi
dengan sabun antiseptik.
5. Pengolahan limbah hasil kegiatan pembenihan
Air yang digunakan untuk pemeliharaan induk dan benih, setelah
tidak dipakai dan dibuang akan membawa bahan kimia atau bahan biologi
yang dipakai dalam proses produksi yang berpotensi mencemari
lingkungan perairan sekitarnya. Oleh karena itu, air buangan dari proses
produksi ini sebelum sampai ke perairan umum atau lingkungan
sekitarnya harus diolah terlebih dahulu agar menjadi netral kembali. Untuk
maksud ini maka setiap unit pembenihan harus mempunyai bak/petak
pengolah limbah untuk bahan organik, mikroorganisme dan bahan kimia.
6. Pengaturan personil/karyawan
Dalam penerapan biosecurity di suatu unit pembenihan,
pengaturan personil/karyawan menjadi sangat penting agar
penerapan biosecurity dapat berjalan efektif dan aman bagi
personil/karyawan yang terlibat di dalamnya dan berkomitmen untuk
melaksanakannya. Upaya pengaturan dimulai dengan pemahaman bahwa
personil/karyawan yang terlibat dalam proses pemeliharaan/produksi
mempunyai potensi menjadi pembawa organism pathogen. Cara yang
dapat dilakukan dalam pengaturan personil/karyawan tersebut antara lain
adalah sebagai berikut :
xii
menggunakan penutup hidung bila bekerja dengan bahan kimia dan
obat-obatan.
2) Sterilisasi alas kaki dan tangan
Pada saat memasuki sub unit produksi, karyawan sebaiknya untuk
melakukan sterilisasi alas kaki dan tangannya sebelum dan setelah
melakukan pekerjaan Dalam melakukan pekerjaan di unit pembenihan
seringkali digunakan bahan kimia, bahan biologi dan obat obatan yang
dapat berpotensi berbahaya bagi personil/karyawan yang terlibat di
dalamnya. Agar bahan tersebut tidak meracuni personil/karyawan maka
sebaiknya bagi personil/karyawan untuk cuci tangan/kaki segera setelah
selesai melakukan pekerjaan.
b. Desinfeksi wadah/bak/akuarium
- Untuk menghindari kemungkinan timbulnya organisme pathogen
pada wadah/bak/akuarium;
- Desinfeksi wadah/bak/akuarium dilakukan sebelum dan sesudah
digunakan.
c. Sekat/jarak pemisah
- Jika memungkinkan setiap tahapan proses produksi dibuat ruangan
terpisah;
- Sekat pemisah antar ruangan dibuat dari bahan yang tidak
berbahaya dan mampu memisahkan/membatasi kemungkinan
kontaminasi.
e. Rambu/marka
- Rambu/marka dibuat sebagai petunjuk untuk dipatuhi oleh seluruh
karyawan atau tamu;
- Rambu/marka ditempatkan pada lokasi yang mudah dilihat dan jelas
terbaca;
xiii
- Rambu/marka dapat berupa tanda dilarang masuk, dilarang makan,
area karantina, dan tanda lain dengan tulisan berwarna hitam dan
berwarna latar kuning.
2. Personil
a. Perlengkapan kerja personil
- Merupakan perlengkapan yang khusus digunakan oleh personil di
UUPI;
- Sekurang-kurangnya berupa sepatu boot, dan dapat dilengkapi
dengan pakaian kerja (wearpack), sarung tangan karet, masker, dan
kelengakapan lain;Tersedia dalam jumlah yang cukup sesuai dengan
jumlah personil.
3. Ikan
a. Pemasukan Ikan
1) Ikan masuk
Jika dimungkinkan setiap ikan masuk harus dilengkapi dengan
sertifikat kesehatan ikan/surat keterangan dari area asal.
Ikan hasil tangkapan
- Ikan tidak menunjukkan gejala klinis sakit;
- Ikan berasal dari suplier atau pemasok yang dipercaya;
- Berasal dari perairan yang tidak tercemar, dan bukan dari daerah wabah;
- Untuk ikan hias laut ditangkap dari daerah penangkapan yang jaraknya
minimal 5 km dari daerah budidaya;
- Tidak ditangkap dengan menggunakan bahan/alat berbahaya untuk
manusia, ikan maupun lingkungan.
Ikan hasil budidaya
- Ikan tidak menunjukkan gejala klinis sakit;
- Ikan berasal dari suplier atau pemasok yang dipercaya;
xiv
- Ikan hias air tawar atau laut tidak boleh dipelihara bercampur dengan
ikan konsumsi, dan ikan untuk pemancingan;
- Jauh dari cemaran limbah industri, pertanian/perikanan dan tambang;
- Berasal dari petani/breeder yang mempunyai rekaman data ikan.
2) Penerimaan ikan
- Pemeriksaan kelengkapan dokumen dari area asal;
- Apabila ikan masuk mengalami mortalitas (Dead on
- Arrival/DOA) sebanyak lebih dari 30% maka ikan ditolak.
b. Pemeliharaan ikan
- Penggantian air secukupnya;
- Pemberian pakan secara benar (untuk pakan alami, diberikan
- perlakuan/treatment terlebih dahulu sebelum diberikan);
- Pengamatan gejala klinis ikan dengan terjadwal dan berkelanjutan;
- Pemeriksaan kualitas air dengan terjadwal.
4. Lingkungan
a. Lingkungan Internal
1) Pengelolaan air
xv
- Dilakukan pencucian dan desinfeksi secara berkala terhadap sistem
resirkulasi dan filterisasi;
- Jika memungkinkan pada setiap jalur/baris pada
bak/wadah/akuarium memiliki sistem resirkulasi dan filterisasi air
masing-masing;
- Konstruksi sistem resirkulasi dan filterisasi harus tertutup dan/atau
berada di dalm ruangan yang tertutup dengan senantiasa menjaga
kualitas airnya;
- Untuk menjaga kestabilan parameter kualitas air, masingmasing
wadah/bak/akuarium dilengkapi dengan peralatan penjaga
kestabilan kualitas air (misalnya heater, chiller); dan,
- Memiliki alur suplai air/distirbusi air baku yang tertutup.
2) Pengaturan jarak wadah/akuarium
- Jarak antar jalur wadah/bak/akuarium diatur sedemikian rupa
- sehingga tidak terjadi kontaminasi silang akibat percikan air;
- Jarak antar jalur pada baris wadah/bak/akuarium minimal 75 cm.
3) Lantai
- Kondisi lantai harus selalu bersih dan kering;
- Permukaan lantai dibuat kemiringan yang mengarah ke saluran
air/drainase sehingga tidak memungkinkan terjadi genangan air.
4) Desinfeksi peralatan dan wadah
- Semua peralatan sebelum dan sesudah digunakan pada
wadah/bak/akuarium yang berbeda didesinfeksi terlebih dahulu;
- Jika memungkinkan masing-masing jalur wadah/bak/akuarium
memiliki wadah desinfeksi tersendiri atau terpisah;
- Sebelum dan sesudah digunakan, peralatan masing-masing jalur
didesinfeksi/direndam pada tempat yang disediakan di masing-
masing jalur;
- Dilarang mendesinfeksi peralatan pada jalur yang berbeda;
- Sebelum dan sesudah proses produksi, setiap wadah dilakukan
proses desinfeksi.
5) Pengelolaan air limbah
- Air sisa pembuangan dari wadah/akuarium yang jatuh ke lantai,
terkumpul dalam suatu saluran yang mengalir menuju tempat
penampungan limbah;
- Air imbah (bekas desinfeksi peralatan), harus dibuang di saluran
air/drainase yang menuju tempat penampungan limbah;
- Saluran air/drainase menuju penampungan limbah harus dibuat
sedemikian rupa, sehingga tidak terjadi genangan dan sumbatan.
b. Lingkungan eksternal
1) Pagar
- Pagar mampu berfungsi sebagai pelindung dari masuknya hewan dari
luar yang kemungkinan berpotensi sebagai sarana pembawa
xvi
organisme patogen, disamping itu pemagaran dilakukan untuk
membatasi akses masuk hanya satu pintu;
- Pagar dapat terbuat dari material seperti besi, tembok, bambu atau
material lainnya yang kokoh dan rapat.
2) Sarana desinfeksi kendaraan
- Pada pintu masuk utama, harus disediakan sarana desinfeksi bagi
roda kendaraan yang akan masuk ke dalam lingkungan unit usaha
budidaya perikanan;
- Berupa Sarana celup roda umumnya terbuat dari semen/beton
dengan ukuran luas dan kedalaman disesuaikan dengan lebarnya
jalan serta kendaraan; atau
- Sprayer yang berisi larutan desinfektan.
3) Toilet dan sarana pencuci tangan
- Tersedia sarana toilet dan sarana pencuci tangan (wastafel) yang
dilengkapi dengan desinfektan seperti sabun atau hand sanytizer.
1. Supplier
Ikan berasal dari supplier yang dipercaya oleh perusahaan, dan telah
memenuhi standar yang dipersyaratkan oleh perusahaan, yaitu ikan harus
berasal dari daerah bebas wabah penyakit HPIK/HPI tertentu, bukan berasal
dari area yang dilindungi serta dilengkapi dengan sertifikat karantina ikan atau
surat keterangan sehat.
xvii
2. Pemasukan ikan
4. Pemeliharaan ikan
5. Pra-Panen (Isolasi)
xviii
tertentu. Pada proses ini harus ditentukan bahwa ikan yang akan dipanen
bebas dari HPIK/HPI tertentu sesuai dengan persyaratan negara tujuan.
BAB III
PENUTUP
3.1 SARAN
xix
DAFTAR PUSTAKA
xx