Disusun oleh :
Sandi Tia K 230210160039
Philipus Vembry C 230210160046
Ilma Almira W 230210160050
Raid Azhar M 230210160051
Rifqi Ananda T 230210160086
Kelas :
Ilmu Kelautan/Kelompok 11
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JATINANGOR
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat hidayah dan
rahmat-Nya, Penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Eksplorasi
Sumber Daya Hayati Pesisir dan Laut yang berjudul “Pengelolaan Ekosistem Dan
Sumber Daya Hayati Konsep Dan Prosedur”. Selama proses penulisan makalah
ini, kami banyak menemukan hambatan. Namun, berkat dukungan pihak-pihak
yang telah membantu, kami dapat menyelesaikannya dengan baik. Untuk itu kami
mengucapkan terimakasih kepada orang-orang yang telah membantu kami dalam
penulisan makalah ini dengan baik.
Kritik dan saran kami harapkan untuk perbaikan di kemudian hari.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dan para pembaca pada
umumnya. Atas perhatiannya kami mengucapkan terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………...…. 1
1.3 Tujuan ………………………………………………….… 1
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekosistem Laut ……………………………………………. 2
2.1.1 Ekosistem Mangrove ………………………………….. 3
2.1.2 Ekosistem Lamun ……………………………………... 4
2.1.3 Ekosistem Karang…………………………………….... 5
2.2 Keanekaragaman Hayati ……………………………...…… 6
2.3 Prinsip Pengelolaan Ekosistem dan Sumberdaya Hayati …. 8
2.4 Peran dan Manfaat Kawasan Konservasi Perairan ………... 10
2.5 Pengelolaan Efektif Kawasan Konservasi ………………… 14
3. KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan ………………………………………………... 30
3.2 Saran ……………………………………………………… 30
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekosistem Laut
Secara umum ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh
hubungan timbal balik antara komponen biotik (makhluk hidup) dan abiotic
(lingkungannya). Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa ekosistem laut adalah suatu
sistem ekologi yang terjadi Karena ada hubungan timbal balik antar makhluk
hidup dan lingkungannya yang terjadi di laut.
Bagian laut terdiri dari dua bagian yaitu bagian dasar dan bagian yang
berair atau pelagik (dari kata Yunani pelages = laut). Secara vertikal laut dibagi
dalam beberapa lapisan kedalamn, berurutan dari lapisan paling atas ialah:
epipelagic (200 m), mesopelagik (200-1000 m), batipelagik (1000-4000 m),
abisopelagik (4000-6000 m) dan hadalpelagik dibawah 6000 m. bagian dasar laut
(bentik) dinamakna sesuai dengan lapisan atasnya yaitu batial, abisal dan hadal
(Rahardjo et al, 2011).
2
utama penunjang kehidupan di laut, yaitu ekosistem mangrove, ekosistem lamun,
dan ekosistem terumbu karang.
3
langsung adalah manfaat yang langsung dapat dirasakan oleh manusia seperti
hasil hutan kayu maupun non kayu. Manfaat secara tidak langsung adalah
manfaat yang yang tidak dirasakan langsung oleh manusia, meskipun manfaat
sesungguhnya mempunyai nilai strategis yang menentukan dalam penunjangan
kebutuhan manusia, seperti plasma nutfah, ilmu pengetahuan, iklim, hidrologi,
pendidikan, dan sebagainya (Hilmanto, 2012).
4
McRoy & Hefferich (1977) menyatakan bahwa, padang lamun di
daerah tropis merupakan ekosistem alam yang paling produktif. Data yang
pernah diperoleh, produktifitasnya bisa sampai 1.300 sampai dengan 3000 gr
berat kering /m2/ tahun (Zieman 1975). Selain produktifitasnya yang tinggi,
lamun juga mempunyai kecepatan pertumbuhan yang tinggi (Wood, et al., 1969).
5
Terumbu karang ini merupakan bentuk cincin yang melingkari suatu goba
(Lagon). kedalaman rata-rata goba didalam atol sekitar 45 meter, jarang
sampai 100 meter. Terumbu karang ini juga bertumpu pada dasar laut yang
dalamnya diluar batas kedalaman karang batu penyusun terumbu karang
hidup.
Ekosistem terumbu karang adalah bagian dari ekosistem pesisir dan lautan
secara keseluruhan. Karena itu, terumbu karang merupakan salah satu pendukung
ekosistem pesisir dan lautan. Demikian sebaliknya, ekosistem pesisir dan lautan
terhadap terumbu karang, negatif maupun positif. Sebagai habitat, ekosistem
terumbu karang merupakan tempat hidup, mencari makan, pemijahan,
pengasuhan, dan pembesaran berbagai biota laut, baik biota terumbu karang
maupun biota laut lainnya. Suatu pulau biasanya dikelilingi oleh karang tepi
(fringing reef), paparan terumbunya landai yang terdiri dari zona-zona terumbu
seperti rataan terumbu (reef flat), puncak terumbu (reef crest), dan tubir (reef
slope) (Septyadi, 2013).
6
Keanekaragaman hayati memiliki tingkatan antara lain adalah (a)
Keanekaragaman hayati tingkat Gen, merupakan variasi genetik dalam satu
spesies, dalam hal ini masing-masing individu dalam satu populasi individu dalam
satu populasi memiliki perbedaan genetik yang diakibatkan oleh perbedaan
kromosom dan unik gen dari induk, (b) Keanekaragaman hayati tingkat Spesies
merupakan keanekaragaman hayati yang mencakup tentang spesies-spesies yang
ditemuka dimuka bumi ini baik itu hewan, tumbuhan dan mikroorganisme,(c)
Keanekaragaman hayati tingkat ekosistem merupakan komunitas biologi yang
berbeda serta asosiasinya dengan lingkungan tempat mereka masing-masing
hidup dan tinggal.
7
dari longsor dan banjir, selain itu keanekaragaman hayati juga dapat berperan
sebagai zat penyerap bagi pencemar lingkungan.
8
“Appropriate national institutions must be entrusted with the task of planning,
managing or controlling the environmental resources of States with a view to
enchancing environmental quality”
Secara garis besar sumber daya kelautan (marine resources) dibagi dalam
tiga kelompok: (1) sumber daya dapat pulih (renewable resources), (2) sumber
daya tak dapat pulih (non-renewable resources), dan (3) jasa-jasa lingkungan
(environmental services). Termasuk dalam kelompok sumber daya dapat pulih,
antara lain, adalah :
9
Sumber daya kelautan juga sering diklasifikasikan dalam dua kelompok,
yaitu (a) sumber daya hayati (living resources), dan sumber daya non-hayati (non-
living resources). Pengelompokan semacam ini dijumpai dalam Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia. Pasal 1 butir
(a) dan (b) UU No. 5 Tahun 1983 memberikan definisi sebagai berikut :
a) Sumber daya alam hayati adalah semua jenis binatang dan tumbuhan
termasuk bagian-bagiannya yang terdapat di dasar laut dan ruang air zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia.
b) Sumber daya alam non hayati adalah unsur alam bukan sumber daya alam
hayati yang terdapat di dasar laut dan tanah dibawahnya serta ruang Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia.
- Perikanan
Pemanfaatan sumber daya ikan tidak cukup didasarkan pada potensi dan unit
penangkapan ikan, namun harus mempertimbangkan keseimbangan antara tingkat
pemanfaatan dan dampak yang ditimbulkannya sehingga dapat dihindari
eksternalitas negatif melalui pengendalian (forces) environmental rent dan social
rent, serta suistability berbagai aktivitas penangkapan ikan dengan memperhatikan
kesamaan hak, efisiensi dan alokasi upaya pemanfaatan potneis dan ruang
(zonasi), serta relolusi konflik dan aksi kolektif untuk menghindari ekstraksi
berlebihan dan kerusakan ekosistem. Kawasan konservasi perairan yang dikelola
secara efektif dapat meningkatkan ketersediaan stock sumber daya ikan dan
menjaga keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati laut, selain itu
dapat meningkatkan kelimpahan dan keragaman sumber daya ikan sebesar dua
10
kali lipat dan biomass ikan sebesar tiga kali lipat dari stok ikan sehingga kawasan
konservasi merupakan daerah perlindungan yang dapat mengekspor larva
dan spill overbagi perairan di sekitarnya. Selain perikanan tangkap, kawasan
konservasi secara langsung dapat meningkatkan produksi dan produktivitas usaha
budidaya laut terutama budidaya Mutiara, rumput laut, dan biddidaya ikan
karang. Pembatasn jumlah tangkapan di kawasan konservasi perairan sebesar 50
% dari standing stock dan hanya dibatas pada zonasi perikanan berkalanjutan
sehingga dengan pembatasn tersebut maka kawasan konservasi perairan benar-
benar berfungsi sebagai indicator keberhasilan keberlanjutan sumberdaya ikan,
keanekaragaman hayati laut dan ekosistemnya.
11
wisatawan dalam jumlah dan pertumbuhan yang signifikan. Untuk menarik
kunjungan ini, maka diperlukan kecermatan pengelolaan dalam memahami
karakter pasar yang selanjutnya dijadikan acuan dalam pengembangan produk dan
layanan serta fasilitas pendukung wisata yang terkait didalamnya.
12
sumberdaya laut sehingga dapat meminimalkan perilaku mengganggu dan perusak
lingkungan laut.
- Pembangunan Masyarakat
- Membuka Aksesibilitas
13
liveboat, cruise, yatch dan lainnya, serta penyediaan home stay, resort dan hotel
bagi wisatawan merupakan salah satu faktor membuka isolasi wilayah pulau-
pulau kecil menjadi wilayah ekonomi baru. Pengembangan pariwisata
berkelanjutan berbasis potensi keanekaragaman hayati laut, meliputi wisata
bahari snorkeling, diving, wisata pesisir sea, sun, sand, dan wisata minat
khusus whale and dolphin watching, serta wisata budaya lokal, misalnya di
Lamakera dapat dikembangkan wisata paus berbasis budaya lokal.
14
Pengelolaan kawasan konservasi dapat tercapai secara efektif sesuai
dengan tujuannya jika didukung dengan sistem zonasi dan rencana pengelolaan
yang disusun dengan baik. tatacara Penyusunannya telah diatur dengan Permen
KP No. Per.30/Men/2010 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan
Konservasi Perairan. Rencana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan adalah
dokumen kerja yang dapat dimutakhirkan secara periodik, sebagai panduan
operasional pengelolaan kawasan konservasi perairan. Pra-Syarat penting dalam
penyusunan rencana pengelolaan dan zonasi adalah mengidentifikasi dan
menentukan prioritas/target konservasinya. Hal ini sedikitnya menyangkut 2 (dua)
hal yaitu target sumberdaya, diantaranya meliputi: Populasi, Spesies, Habitat,
dan/atau Ekosistem dan target sosial budaya dan ekonomi, diantaranya meliputi:
mata pencaharian alternatif, partisipasi, perubahan perilaku, dan lain-lain.
15
upaya-upaya pokok pengelolaan kawasan konservasi meliputi: koordinasi dan
pembinaan, peningkatan infrastruktur, penyusunan NSPK, review dan
implementasi rencana pengelolaan, sosialisasi, konsultasi publik, Peningkatan
kapasitas, operasionalisasi lembaga pengelola, Rehabilitasi kawasan, monitoring
sumberdaya kawasan, monitoring sosial ekonomi dan budaya, kegiatan
pemanfaatan sumberdaya untuk peningkatan ekonomi masyarakat, evaluasi
pengelolaan, pengawasan sumberdaya ikan, penegakan hukum dan pengelolaan
batas kawasan dan lain sebagainya.
Daerah untuk ditetapkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan. Hasil yang
dicapai antara lain:
• Penetapan KKPD Suaka Alam Perairan Pesisir Timur Pulau Weh Kota Sabang,
seluas 3.207,98 Ha berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor 57/KEPMEN-KP/2013 tentang Kawasan Konservasi Perairan Pesisir
Timur Pulau Weh Kota Sabang di Provinsi Aceh.
16
• Penetapan KKPN Taman Nasional Perairan Laut Sawu seluas 3.355.352,82
Hektar berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
5/KEPMEN-KP/2014 tentang Kawasan Konservasi Perairan Nasional Laut
Sawu dan Sekitarnya Di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
• Penetapan KKPD Taman Wisata Perairan Nusa Penida seluas 20.057 Hektar
berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 24/KEPMEN-
KP/2014 Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida Kabupaten Klungkung di
Provinsi Bali.
17
digunakan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk menilai tingkat
pengelolaan kawasan konservasi perairan yang ada di Indonesia. Sementara pada
tingkat mikro, E-KKP3K dapat pula digunakan swa-evaluasi terhadap kinerja
pengelolaan suatu kawasan konservasi perairan sekaligus membuat perencanaan
dalam rangka peningkatan kinerja.
18
substansi materi evaluasi mencakup aspek-aspek tata kelola (penguatan
kelembagaan), konservasi/sumberdaya dan sosial-ekonomi-budaya yang relevan
dengan pengelolaan kawasan konservasi. Dalam prakteknya, penggunaan E-
KKP3K juga didukung dengan perangkat lunak (software) E-KKP3K untuk lebih
mempermudah evaluasi di lapangan. Lebih lengkap mengenai E-KKP3K dan
status pengelolaan KKP3K dapat mengunjungi situs resmi Direktorat Konservasi
Kawasan dan Jenis ikan : kkji.kp3k.kkp.go.id.
Jumlah
Peringkat KRITERIA
Pertanyaan
KKP/KK
MERAH 1Usulan Inisiatif
P3K
DIINISIA 8
1 2Identifikasi & inventarisasi kawasan
SI
3Pencadangan kawasan
KKP/KK
KUNING 4Unit organisasi pengelola dengan SDM
P3K
DIDIRIK
2 5Rencana pengelolaan dan zonasi 11
AN
6Sarana dan prasarana pendukung pengelolaan
19
KKP/KK
HIJAU 8Pengesahan rencana pengelolaan & zonasi
P3K
DIKELO
3 9Standar Operasional Prosedur (SOP) pengelolaan 21
LA
MINIMU 1
Pelaksanaan rencana pengelolaan dan zonasi
M 0
1
Penetapan Kawasan Konservasi Perairan
1
KKP/KK 1
BIRU Penataan batas kawasan
P3K 2
DIKELO 1
4 Pelembagaan 28
LA 3
OPTIMU 1
Pengelolaan sumberdaya kawasan
M 4
1
Pengelolaan sosial ekonomi dan budaya
5
KKP/KK 1
EMAS Peningkatan kesejahteraan masyarakat 6
P3K 6
MANDIR 1
5 Pendanaan berkelanjutan
I 7
20
Penilaian efektivitas secara nasional selain untuk mengetahui status
efektivitas pengelolaan kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulau-pulau
kecil, juga sekaligus dijadikan ajang pemberian penghargaan yang mampu
mendorong peningkatan pengelolaan efektif KKP3K. Anugerah E-KKP3K (E-
KKP3K Awards) merupakan bentuk penghargaan yang diberikan kepada
pemerintah daerah/kepala daerah/pengelola KKP3K yang konsisten
mengembangkan kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulau-pulau kecil.
Penghargaan terdiri atas kategori Favorit 1 penghargaan, kategori percontohan 5
penghargaan, dan kategori percepatan 17 penghargaan. Kegiatan yang
diagendakan setiap 2 (dua) tahun sekali tersebut diharapkan dapat menjadi
cambuk bagi pengelola kawasan untuk terus bekerja keras mewujudkan kawasan
konservasi yang dikelola secara efektif dan berkelanjutan.
21
Kabupaten ALOR, dan KKP3KD Taman Pulau-pulau Kecil Kabupaten RAJA
AMPAT. Penyerahan penghargaan disampaikan oleh Menteri kelautan dan
Perikanan Sharif C. Sutardjo.Ditingkat regional, upaya pengelolaan efektif
KKP/3K dalam koridor kerjasama Coral Triangle Initiative (CTI) telah disusun
sebuah sistem pengelolaan kawasan konservasi di segitiga karang yang
memberikan manfaat bagi ekosistem terumbu karang di 6 negara CTI dan
keuntungan bagi masyarakat yang berkontribusi untuk pertumbuhan ekonomi
masyarakat lokal. Panduan Coral Triangle Marine protected Area System
(CTMPAS) telah diluncurkan pada gelaran World Coral Reef Conference
(WCRC) dan Senior Official Meeting (SOM) – CTI yang ke-5 di Manado, 13 Mei
2014. Indonesia menjadi bagian dari 13 Nominasi kawasan konservasi CTMPAS.
untuk kategori 3 (Priority Development Sites) antara lain: KKPN TWP kapulauan
Anambas, KKPN TNP laut Sawu dan KKP3KD TP Pangumbahan – Sukabumi.
Sedangkan TNL Wakatobi menjadi bagian kategori 4 (Flagship). Tiga prioritas
kawasan pengembangan tersebut akan digenjot pengelolaan efektifnya, dan satu
lokasi yang menjadi flagship tentunya menjadi percontohan pemgembangan
pengelolaan efektif bagi 6 negara anggota CTI. Indonesia telah memiliki jaringan
kawasan konservasi laut terbesar di dunia, dengan luas 15,76 juta hektar yang
meliputi 131 lokasi KKP/3K. Pengelolaan efektif melalui E-KKP3K dan sistem
MPA CTMPAS terus dipompa efektivitasnya, utamanya untuk memberikan
manfaat optimal bagi lingkungan perairan, perikanan, dan ketahanan pangan bagi
kesejahteraan masyarakat lokal.
22
di sekitar kawasan konservasi perairan Trenggini Sambelia. Kegiatan serupa juga
telah dilaksanakan di Kabupaten Batang, Percontohan Perlindungan dan
Pelestarian di Taman Pesisir Pangumbahan Sukabumi untuk mendukung
pengelolaan efektif kawasan konservasi. Dukungan Kegiatan bertajuk Ekonomi
Biru juga dilakukan di KKPD Lombok Tengah dan KKPD Nusa Penida –
Klungkung.
(Lakip 2012)
23
KKPN/TNP Laut Sawu,
1 Merah 100% Merah 100%
NTT
Hijau 25%
KKPN/TWP Gili
2 Merah 100% Merah 100%
Matra, NTB
Hijau 35%
KKPN/TWP Laut
3 Merah 100% Merah 100%
Banda, Maluku
Hijau 25%
Merah
KKPD/Raja Ampat,
4 Merah 100% 100%Kuning
Papua Barat
100%
Kuning 50%
Hijau 25%
KKPD/Sukabumi, Jawa
5 Merah 100% Merah 100%
Barat
Kuning
Kuning 100%
100%Hijau 50%
Hijau 50%
24
Biru 15%
Hijau 25%
KKPD/Pesisir Selatan,
7 Merah 100% Merah 100%
Sumbar
KKPD/Bonebolango,
8 Merah 100% Merah 100%
Gorontalo
KKPN/TWP P. Pieh,
9 Merah 100% Merah 100%
Sumbar
Hijau 35%
KKPN/TWP Padaido,
10 Merah 100% Merah 100%
Papua
Hijau 25%
KKPN/TWP
11 Merah 100% Merah 100%
Kapoposang, Sulsel
25
Hijau 35%
Kuning 75%
KKPN/SAP Raja
13 Merah 100% Merah 100%
Ampat, Papua Barat
KKPN/SAP Waigeo,
14 Merah 100% Merah 100%
Papua Barat
Hijau 35%
Kuning
Kuning 100%
100%
Hijau
Hijau 35%
35%
Biru 15%
Kuning
Kuning 50%
25%
26
Merah
17 KKPD/Alor, NTT Merah 100%
100%
Kuning
Kuning 50%
50%
KKPD/Indramayu, Merah
18 Merah 100%
Jawa Barat 100%
Kuning
Kuning 50%
50%
Kuning 50%
Kuning 50%
Hijau 15%
Kuning 75%
27
Hijau 25%
422,395.
Total Tahun 2013
17
CAPAIAN
3,647,51
KUMULATIF hingga
7.17
2013
Kawasan konservasi satu dan lainnya saling terkait secara biofisik dalam satu
kesatuan jejaring KKP/3K. Kerjasama Jejaring KKP dapat dilakukan untuk
pengelolaan 2 (dua) atau lebih kawasan konservasi perairan secara sinergis, baik
secara lokal, nasional maupun regional. Kerjasama Jejaring KKP/3K juga dapat
memberikan nilai tambah lebih dibandingkan beberapa KKP yang berdiri sendiri
karena: (1) jejaring melindungi sumberdaya, ekosistem dan habitat secara terpadu;
dan (2) jejaring mendorong pembagian kapasitas dan pengelolaan yang merata .
Jejaring KKP/3K telah diatur berdasarkan Peraturan Menteri Kalutan dan
Perikanan Nomor. 13/PERMEN-KP/2014 tentang Jejaring Kawasan Konservasi
Perairan. Pun demikian, upaya pemanfaatan kawasan konservasi, kerjasama dan
kemitraan dalam pengelolaan kawsan konservasi menjadi bagian penting upaya
pengelolaan efektif sebuah kawasan konservasi dapat ditingkatkan. Saat ini
sedang dalam finalisasi Peraturan menteri kelautan dan Perikanan tentang
Kemitraan, serta Peraturan Menteri kelautan dan perikanan tentang Pemanfaatan
Kawasan Konservasi Perairan untuk berbagai kegiatan, antara lain: Penangkapan
dan Pebudidayaan Ikan, Pariwisata Alam Perairan, Pendidikan dan Penelitian.
Sebuah payung program efektivitas dan keekonomian kawasan konservasi tengah
28
dijalankan melalui Program Harmonisasi Pengembangan Ekonomi berbasis
Konservasi (PROSPEK).
29
BAB III
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
30
Daftar Pustaka
Khairina, Siti. 2016. Struktur Komunitas Ikan Pada Lamun Jenis Enhalus
Acoroides Dan Cymodocea Rotundata Di Pulau Pari, Kepulauan Seribu.
Departemen Ilmu Dan Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan Dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
31
Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Terj. Dari
Marine Biology: an Ecological Approach, Oleh Eidman, M., Koesoebiono,
D.G., Bengen, M., Hutomo, S. Sukardjo. 1992. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
32